Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,kami mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Aset Daerah”.
Adapun makalah tentang Manajemen Aset Daerah ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan,
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang
dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki masalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang Manajemen Aset
Daerah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi
kepada pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek penting penunjang keberhasilan manajemen keuangan daerah adalah
dimilikinya sistem manajemen aset daerah yanga efektif dan efisien. Aset daerah sebagai
salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan publik
harus dikelola dengan baik, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. Sejalan dengan
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi bahwa pelaksanaan desentralisasi tidak hanya
sebatas pada desentralisasi pengelolaan keuangan dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah dan dari pemerintsh daerah ke satuan kerja perangkat daerah (SKPD), tetapi juga
desentralisai pengelolan aset daerah hingga level satuan kerja. Jika pada era sebelumnya
pengelolaan aset daerah tersentralisasi di biro/bagian perlengkapan, maka saat ini
pengelolaan aset tersebut di desentralisasi ke masing-masing SKPD. Oleh karena itu menjadi
sangat penting bagi pemerintah daerah untuk mengetahui prinsip-prinsip manajemen aset
daerah agar aset yang ada dapat dikelola secara optimal.
B. Rumusan Masalah
a. Apa saja Jenis-jenis aset daerah.
b. Bagaimana Kelembagaan pengelolaan aset daerah.
c. Bagaimana Siklus manajemen aset daerah.
d. Bagaimana Sistem dan prosedur akuntansi aset.
e. Apa saja Prinsip-prinsip manajemen aset daerah.
f. Bagaimana Permasalahan dalam pengelolaan aset daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Aset Daerah
Aset daerah adalah semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun yang dikuasai
pemerintah daerah, yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah, misalnya sumbangan, hadiah, donasi, wakaf, hibah, swadaya, kewajiban
pihak ketiga, dan sebagainya. Secara umum aset daerah dapat dikategorikan menjadi dua
bentuk, yaitu aset keuangan dan aset nonkeuangan. Aset keuangan meliputi kas dan setara
kas, piutang, serta surat berharga baik berupa investasi jangka pendek maupun jangka
panjang. Aset nonkeuangan meliputi aset tetap, aset lainnya, dan persediaan.
Sementara itu jika dilihat dan penggunaannya, aset daerah dapat dikategorikan menjadi
tiga, yaitu: 1) aset daerah yang digunakan untuk operasi pemerintah daerah (local
government used assets), 2) aset daerah yang digunakan masyarakat dalam rangka pelayanan
publik (social used assets), dan 3) aset daerah yang tidak digunakan untuk pemerintah
maupun publik (surplus property). Aset daerah jenis ketiga tersebut pada dasarnya
merupakan aset yang menganggur dan perlu dioptimalkan pemanfaatannya.
Jika dilihat dari sifat mobilitas barangnya, aset daerah dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu:
1. Benda tidak bergerak (real property), meliputi:
1. tanah;
2. bangunan gedung;
3. bangunan air;
4. jalan dan jembatan;
5. instalasi;
6. jaringan;
7. monumen/bangunan bersejarah (heritage),
2. Benda bergerak (personal property), antara lain:
a. mesin;
b. kendaraan;
c. peralatan, meliputi: alat berat, alat angkutan, alat bengkel, alat pertanian, alat kantor
dan
d. rumah tangga, alat studio, alat kedokteran, alat laboratorium, dan alat keamanan;
e. buku/perpustakaan;
f. barang bercorak kesenian & kebudayaan;
g. hewan/ternak dan tanaman;
h. persediaan (barang habis pakai, suku cadang, bahan baku, bahan penolong, dsb.);
serta
i. surat-surat berharga.
B. Kelembagaan Pengelolaan Aset Daerah
Efektiviitas dan efisiensi manajemen aset daerah juga dipengaruhi oleh struktur
kelembagaan pengelolaan aset di pemerintah daerah. Pengelolaan aset daerah membutuhkan
perencanaan, pengendalian, pengawasan, dan koordinasi yang baik antarbagian terkait,
misalnya antara bagian perlengkapan, satuan kerja, dan bagian keuangan/BPKD. Secara
skematik kelembagaan pengelolaan aset daerah dapat digambarkan sebagai berikut:
KEPALA DAERAH
Pemegang Kekuasaan
Pengelolaan Barang Miik Daerah
KUASA
Pengguna Barang KUASA BUD
BENDAHARA
BARANG
Berdasarkan gambar di atas, pejabat yang terkait dengan pengelolaan aset daerah adalah:
a. Kepala Daerah selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah;
b. Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah;
c. Kepala SKPD selaku Pengguna Barang;
d. Kepala SKPKD selaku Bendahara Umum Daerah;
e. Kuasa BUD;
f. Kuasa Pengguna Barang;
g. Bendahara Barang;
h. Biro/Bagian Perlengkapan Sekda.
Koordinasi antara kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik
daerah dengan sekda selaku pengelola barang milik daerah, kepala SKPD selaku pengguna
barang, kepala SKPKD selaku BUD, biro/bagian perlengkapan sekda, dan bendahara barang
sangat penting dilakukan untuk perencanaan, pengendalian, sinkronisasi dan updating data
aset pemerintah daerah. Data aset tersebut sangat penting untuk penyusunan neraca
pemerintah daerah.
1. Gubernur/Bupat/lWalikota
Gubemur/Bupati/Walikota selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik
Daerah mempunyai wewenang:
a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;
b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan bangunan;
c. menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;
d. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan
DPRD;
e. menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang milik daerah sesuai batas
kewenangannya;
f. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan.
2. Sekretaris Daerah
Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah mempunyai tugas dan wewenang:
a. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah;
b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;
c. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik
daerah;
d. mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan, dan pemindahtanganan barang milik
daerah yang telah disetujui oleh gubemur/bupati/walikota atau DPRD;
e. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah;
f. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah.
3. Kepala SKPD
Kepala SKPD selaku Pengguna Barang Milik Daerah mempunyai tugas dan wewenang:
a. mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja perangkat daerah
yang dipimpinnya;
b. mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan barang
milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah;
c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya;
d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya;
e. mengamankan dan memelihara barang milk daerah yang berada, dalam penguasaannya;
f. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan
bangunan;
g. menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya
kepada gubernur/bupati/walikota melalui pengelola barang;
h. melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada
dalam penguasaannya;
i. menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan
Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada
pengelola barang.
4. Kepala SKPKD
Kepala SKPKD selaku Bendahara Umum Daerah dalam kaitannya dengan pengelolaan aset
daerah memiliki tugas dan wewenang:
a. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
daerah;
b. melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah sesuai
dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
5. Kuasa BUD
Kuasa BUD memiliki wewenang dan tanggungjawab:
a. menyimpan seluruh bukti kepemilikan barang milik daerah;
b. melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kepala SKPKD selaku BUD.
6. Bendahara Barang
Bendahara Barang di masing-masing SKPD memiliki wewenang dan tanggungjawab:
a. melaksanakan administrasi perbendaharaan barang daerah;
b. menerima, menyimpan, dan mengeluarkan barang daerah yang ada dalam pengurusannya;
c. membuat surat pertanggungjawaban pengelolaan barang kepada kepala daerah.
7. Biro/Bagian Perlengkapan
Biro/Bagian Perlengkapan yang merupakan suborganisasi sekretariat daerah memiliki tugas
dan tanggungjawab:
a. membuat rekapitulasi data kebutuhan pengadaan barang daerah;
b. membuat rekapitulasi data kebutuhan pemeliharaan barang daerah;
c. membuat standar barang, standar harga, dan standar kebutuhan barang daerah.
1. Perencanaan
Pengadaan aset tetap harus dianggarkan dalam rencana anggaran belanja modal yang
terdokumentasi dalam Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD). Perencanaan
kebutuhan aset daerah sebagaimana dilaporkan di RKBMD tersebut selanjutnya dianggarkan
dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran SKPD. Perencanaan kebutuhan aset daerah
harus berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan, dan standar harga yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah.
2. Pengadaan
Pengadaan aset daerah harus didasarkan pada prinsip ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
(Value for Money), transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.
Pengadaan barang daerah juga harus mengikuti ketentuan peraturan perundangan tentang
pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah. Pada saat pembelian harus ada dokumen
transaksi yang jelas mengenai tanggal transaksi, jenis aset dan spesifikasinya, dan nilai
transaksi.
3. Penggunaan/Pemanfaatan
Pada saat digunakan harus dilakukan pencatatan mengenai maksud dan tujuan
penggunaan aset (status penggunaan aset), unit kerja mana yang menggunakan, lokasi, dan
informasi terkait lainnya. Mutasi dan disposisi aset tetap harus dicatat. Biaya pemeliharaan
dan depresiasi jika ada juga harus dicatat dengan tertib. Untuk optimalisasi aset yang ada,
pemerintah daerah dapat memanfaatkan aset yang berlebih atau menganggur dengan cara:
a. disewakan dengan jangka waktu maksimal 5 tahun dan dapat diperpanjang;
b. dipinjampakaikan dengan jangka waktu maksimal 2 tahun dan dapat diperpanjang;
c. kerjasama pemanfaatan dengan jangka waktu maksimal 30 tahun dan dapat diperpanjang;
d. bangun-guna-serah (Build-Operate-Transfer) dan bangun-serah-guna (Build-Transfer-
Operate) dengan jangka waktu maksimal 30 tahun.
Pemanfaatan aset pemerintah daerah tersebut di samping bertujuan untuk mendayagunakan
aset juga dapat dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan daerah dan mengurangi beban
anggaran pemeliharaan aset.
Pengamanan Hukum
Pengamanan hukum atas aset daerah dilakukan dengan cara melengkapi aset tersebut
dengan bukti kepemilikan yang berkekuatan hukum, antara lain:
a. Bukti Kepemilikan Barang;
b. Sertifikat Tanah:
c. BPKB atau STNK;
d. Kuitansi atau Faktur Pembelian;
e. Berita acara serah terima barang;
f. Surat pernyataan hibah, wakaf, sumbangan, atau donasi.
Pengamanan Fisik
Pengamanan fisik atas aset daerah dilakukan dengan cara memberi perlindungan fisik
agar keberadaan aset tersebut aman dari pencurian atau kehilangan dan kondisinya
terpelihara tidak mengalami kerusakan. Pengamanan fisik aset daerah dapat dilakukan antara
lain dengan cara:
a. penyimpanan di gudang barang daerah;
b. pemagaran;
c. pintu berlapis;
d. pemberian kunci;
e. pemasangan alarm;
f. pemasangan kamera CCTV di tempat-tempat vital dan rawan;
g. penjagaan oleh satpam.
c. Prosedur Pemanfaatan
Ketentuan mengenai prosedur pemanfaatan barang milik daerah adalah sebagai berikut.
• Pemanfaatan barang adalah aktivitas yang meliputi sewa barang dan penggunausahaan
(misal kerjasama operasi, BOT, BTO, dsb.) dengan pihak ketiga.
• Prosedur pemanfaatan barang dimulai dari pengusulan tentang barang yang akan disewa
atau digunausahakan dari unit kerja ke Kepala Daerah dan diakhiri dengan
dilaksanakannya prosedur penerimaan kas daerah.
d. Prosedur Pemeliharaan
Ketentuan mengenai prosedur pemeliharaan barang milik daerah adalah sebagai berikut.
• Pemeliharaan barang adalah upaya mencegah kerusakan yang diyakini lebih baik
daripada memperbaikinya.
• Prosedur pemeliharaan barang ini meliputi kegiatan agar semua barang (khususnya
semua barang inventaris yang tercatat dalam buku inventaris yang sedang dalam
pemakaian) selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan.
• Prosedur ini dimulai dari perencanaan pemeliharaan barang oleh masing-masing unit dan
diakhiri dengan dilaksanakannya pemeliharaan barang.
Fungsi/Pihak Terkait
Fungsi/pihak yang terkait dalam prosedur perubahan status hukum adalah
1. Unit/Satuan Kerja Perangkat Daerah, sebagai pemakai barang bertugas dan
bertanggungjawab atas penggunaan dan pengawasan barang inventaris dalam lingkungan
wewenangnya.
2. Biro/Bagian Perlengkapan/BPKD, sebagai pelaksana pembina pengelola barang
bertugas dan bertanggungjawab atas terlaksananya penghapusan barang daerah.
3. Panitia Penghapusan Barang Daerah (PPhBD).
4. Fungsi Akuntansi.
Beberapa pemerintah daerah menghadapi kesulitan dalam menilai aset yang dimilikinya,
termasuk kesulitan dalam melakukan revaluasi aset lama. Untuk aset lancar, seperti: kas,
piutang, persediaan, dan investasi surat berharga relatif lebih mudah menghitungnya, namun
untuk aktiva tetap berupa tanah, bangunan, mesin, kendaraan, dan peralatan cukup sulit
menentukan nilainya. Kesulitan dalam menghitung nilai aset tetap tersebut salah satunya
disebabkan sulitnya melacak harga perolehan karena sebelumnya pemda masih menggunakan
sistem akuntansi kas dan tata buku tunggal (single entry). Selain itu kondisi objektif aktiva
tetap dan pencatatan yang tidak tertib juga menjadi masalah tersendiri. Permasalahan yang
terkait dengan pencatatan aset tetap antara lain adanya beberapa aset yang tidak tercatat atau
terdata; ada catatannya tetapi tidak ada barangnya; adanya data inventaris aset yang berbeda-
beda antara yang terdapat di satuan kerja dengan data yang terdapat di biro/bagian
perlengkapan, dan di bagian keuanganJBPKD; tidak dilakukan pencatatan mengenai mutasi
barang; dan tidak adanya pengamanan yang memadai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Salah satu aspek penting untuk optimalisasi manajemen keuangan daerah adalah adanya
sistem manajemen aset daerah yang efisien,efektif,transparan dan akuntabel.Manajer publik
dipemerintah daerah perlu mengetahui prinsip-prinsip manajemen aset daerah agar aset-aset
yang ada dapat dikelola secara optimal.
4. Prinsip-prinsip manajemen aset antara lain setiap pengadaan aset tetap harus
dianggarkan,pada saat pembelian harus dilengkapi dokumen transaksi,pada saat digunakan
harus dilakukan pencatatan/administrasi secara baik,pada saat penghentian harus dicatat dan
diotorisasi.
DAFTAR PUSTAKA