Anda di halaman 1dari 12

BUPATI LAHAT

PROVINSI SUMATERA SELATAN


BUPATI LAHAT
PROVINSI SUMATERA SELATAN
PERATURAN BUPATI LAHAT
NOMOR 56 TAHUN 2021

TENTANG

TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN,


PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN
EVALUASI BELANJA TIDAK TERDUGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAHAT,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Bab II huruf D angka 4


huruf m lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77
Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
Daerah, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara
Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan,
Pertanggungjawaban dan Pelaporan serta Monitoring dan
Evaluasi Belanja Tidak Terduga;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II Termasuk Kotapraja Dalam
Lingkungan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1821);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
2

5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1781);
7. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2021 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Lahat
Tahun 2021 Nomor 1);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN,
PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN,
PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA
MONITORING DAN EVALUASI BELANJA TIDAK TERDUGA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Kabupaten adalah Kabupaten Lahat.
2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Lahat.
3. Bupati adalah Bupati Lahat.
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
6. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat PPKD adalah kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum
daerah.
7. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada Pemerintah
Kabupaten Lahat yang melaksanakan pengelolaan APBD.
8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat
SKPD adalah perangkat daerah pada Pemerintah Kabupaten
Lahat selaku pengguna anggaran/barang.
9. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD
adalah Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang bertindak
dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.
10. Unit Kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan 1
(satu) atau beberapa program.
11. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat
TAPD adalah tim yang dibentuk dengan keputusan Bupati
dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas
menyiapkan serta melaksanakan kebijakan Bupati dalam
rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari
pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai
dengan kebutuhan.
11. Belanja Tidak Terduga adalah belanja untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti
3

penanggulangan bencana alam, bencana non alam dan


bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,
termasuk pengembalian atas kelebihan pembayaran atas
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah
ditutup.
12. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya
disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi program, kegiatan dan anggaran
SKPD.
13. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya
disingkat DPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat
pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan
sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.
13. Rencana Kebutuhan Belanja yang selanjutnya disingkat RKB
adalah rencana kebutuhan belanja untuk kebutuhan
tanggap darurat bencana yang diajukan oleh SKPD terkait.
14. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana.

Pasal 2
Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah sebagai
pedoman bagi PPKD dan SKPD terkait dalam tata cara
penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,
pertanggungjawaban dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi
Belanja Tidak Terduga.

Pasal 3
Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah agar PPKD
dan SKPD terkait dalam pengelolaan Belanja Tidak Terduga
tersebut berjalan dengan tertib, lancar, tepat guna, tepat sasaran
serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 4
Ruang lingkup Peraturan Bupati ini meliputi tata cara
penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,
pertanggungjawaban dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi
Belanja Tidak Terduga yang bersumber dari APBD.

BAB III
KRITERIA BELANJA TIDAK TERDUGA
Pasal 5
Belanja Tidak Terduga digunakan untuk :
a. menganggarkan pengeluaran untuk keadaan darurat,
termasuk keperluan mendesak yang tidak dapat diprediksi
sebelumnya;
b. pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan
daerah tahun-tahun sebelumnya; serta
c. bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.
4

Pasal 6
(1) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a meliputi:
a. bencana alam, bencana nonalam, bencana sosial
dan/atau kejadian luar biasa;
b. pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan;
dan/atau
c. kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu
kegiatan pelayanan publik.
(2) Bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
antara lain :
a. gempa bumi;
b. letusan gunung berapi;
c. tanah longsor;
d. kekeringan;
e. banjir;
f. kebakaran, termasuk kebakaran hutan dan lahan karena
alam; dan
g. bencana alam lainnya yang berdampak pada rusaknya
tata kelola lingkungan dan terganggunya kehidupan
sosial ekonomi masyarakat.
(3) Bencana nonalam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, antara lain:
a. kebakaran hutan/lahan yang disebabkan oleh manusia;
b. pencemaran lingkungan;
c. epidemi;
d. kejadian luar biasa; dan
e. wabah penyakit.
(4) Bencana sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
antara lain konflik yang disebabkan karena sengketa
lahan/sumber daya alam, Suku, Agama, Ras dan
Antargolongan (SARA), politik dan batas daerah administrasi
antara lain digunakan untuk penghentian konflik dan
rekonsiliasi pasca konflik antar kelompok masyarakat yang
mengakibatkan kerugian masyarakat serta penanganan
gangguan keamanan.

Pasal 7
(1) Keperluan mendesak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a, meliputi:
a. kebutuhan daerah dalam rangka pelayanan dasar
masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam
tahun anggaran berjalan;
b. belanja daerah yang bersifat mengikat dan belanja yang
bersifat wajib;
c. pengeluaran daerah yang berada diluar kendali
Pemerintah Kabupaten dan tidak dapat diprediksikan
sebelumnya, serta amanat peraturan perundang-
undangan; dan/atau
d. pengeluaran daerah lainnya yang apabila ditunda akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi Pemerintah
Kabupaten dan/atau masyarakat.
(2) Kebutuhan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, antara lain seperti pemenuhan kebutuhan
5

pendanaan dalam rangka pemenuhan standar pelayanan


minimal.
(3) Belanja yang bersifat mengikat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan belanja yang dibutuhkan secara
terus-menerus dan harus dialokasikan oleh Pemerintah
Kabupaten dengan jumlah yang cukup untuk keperluan
dalam tahun anggaran berkenaan seperti :
a. belanja pegawai, antara lain untuk pembayaran
kekurangan gaji dan tunjangan; serta
b. belanja barang dan jasa antara lain untuk pembayaran
1) telepon;
2) air;
3) listrik; dan
4) internet.
(4) Belanja yang bersifat wajib sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan belanja untuk terjaminnya
kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar
masyarakat antara lain :
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga;
d. kewajiban pembayaran pokok pinjaman;
e. bunga pinjaman yang telah jatuh tempo; dan
f. kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Pengeluaran daerah yang berada diluar kendali Pemerintah
Kabupaten dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya, serta
amanat peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c antara lain amanat
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan setelah
Peraturan Daerah tentang APBD ditetapkan.
(6) Pengeluaran daerah lainnya sebagaimana dimaksud pada yat
(1) huruf d, antara lain:
a. kebijakan Pemerintah/Pemerintah Kabupaten yang
harus segera dilaksanakan sesuai amanat peraturan
perundang-undangan;
b. kegiatan Pemerintah Kabupaten yang apabila tidak
dilaksanakan akan mengganggu pelayanan masyarakat
dan/atau mempengaruhi kinerja Pemerintah Kabupaten;
dan/atau
c. putusan pengadilan yang bersifat final dan mengikat.

Pasal 8
Pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan
daerah tahun-tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf b, meliputi pengembalian atas kelebihan
pembayaran atas penerimaan daerah yang sifatnya tidak
berulang yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Pasal 9
(1) Belanja bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan
sebelumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c,
dialokasikan untuk kebutuhan akibat risiko sosial yang
tidak dapat diperkirakan pada saat penyusunan APBD yang
6

apabila ditunda penanganannya akan menimbulkan risiko


sosial yang lebih besar bagi individu, keluarga dan/atau
kelompok masyarakat yang bersangkutan.
(2) Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
antara lain untuk uang duka bagi masyarakat miskin.
(3) Kriteria dan besaran belanja bantuan sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB IV
PENGANGGARAN
Pasal 10
(1) Belanja Tidak Terduga dianggarkan pada SKPKD.
(2) Belanja Tidak Terduga diuraikan menurut jenis, objek,
rincian objek, dan sub rincian objek dengan nama Belanja
Tidak Terduga.

Pasal 11
(1) Dalam hal Belanja Tidak Terduga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 tidak mencukupi, Pemerintah Kabupaten
menggunakan:
a. dana dari hasil penjadwalan ulang capaian program,
kegiatan, dan sub kegiatan lainnya serta pengeluaran
pembiayaan dalam tahun anggaran berkenaan; dan/atau
b. memanfaatkan kas yang tersedia.
(2) Penjadwalan ulang capaian program, kegiatan, dan sub
kegiatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a diformulasikan terlebih dahulu dalam perubahan DPA-
SKPD.

BAB V
PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN
Bagian Kesatu
Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Tidak Terduga Untuk
Mendanai Keadaan Darurat
Pasal 12
Tata cara penggunaan Belanja Tidak Terduga untuk mendanai
keadaan darurat dilaksanakan melalui mekanisme:
a. Bupati menetapkan status tanggap darurat untuk bencana
alam, bencana nonalam, bencana sosial termasuk konflik
sosial, kejadian luar biasa, sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b berdasarkan penetapan status sebagaimana dimaksud pada
huruf a atau dokumen lain sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, kepala SKPD yang sesuai dengan
tugas dan fungsi dapat mengajukan RKB yang telah direviu
oleh aparat pengawasan intern pemerintah kepada PPKD
selaku BUD;
c. kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud dalam huruf b
dapat membuka rekening untuk menampung pencairan
dana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. PPKD selaku BUD melakukan verifikasi usulan dana;
7

e. verifikasi sebagaimana dimaksud dalam huruf d dapat


dimintakan kepada SKPD fungsi pengawasan;
f. berdasarkan RKB sebagaimana dimaksud pada huruf b,
PPKD selaku BUD mencairkan dana kebutuhan belanja
kepada kepala SKPD terkait, paling lambat 1 (satu) hari kerja
terhitung sejak RKB dinyatakan lengkap dan benar;
g. pencairan dana sebagaimana dimaksud pada huruf f
dilakukan dengan mekanisme TU;
h. penggunaan dana dicatat pada buku kas umum tersendiri
oleh bendahara pengeluaran SKPD.

Pasal 13
(1) Pengeluaran untuk mendanai keadaan darurat yang belum
tersedia anggarannya, diformulasikan terlebih dahulu dalam
RKA-SKPD, kecuali untuk kebutuhan :
a. tanggap darurat bencana;
b. konflik sosial; dan/atau
c. kejadian luar biasa.
(2) Belanja untuk kebutuhan tanggap darurat bencana, konflik
sosial, dan/atau kejadian luar biasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c digunakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penggunaan Belanja Tidak Terduga untuk kebutuhan
tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi :
a. pencarian dan penyelamatan korban bencana;
b. pertolongan darurat;
c. evakuasi korban bencana;
d. kebutuhan air bersih dan sanitasi;
e. pangan;
f. sandang;
g. pelayanan kesehatan; dan
h. penampungan serta tempat hunian sementara.
(3) Batas waktu penggunaan Belanja Tidak Terduga untuk
kebutuhan tanggap darurat bencana adalah waktu status
keadaan darurat bencana yaitu dimulai saat tanggap
darurat ditetapkan oleh Bupati sampai ketetapan tahap
tanggap darurat berakhir.

Bagian Kedua
Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Tidak Terduga Untuk
Mendanai Keperluan Mendesak
Pasal 14
Tata cara penggunaan Belanja Tidak Terduga untuk mendanai
keperluan mendesak dilakukan melalui pergeseran anggaran
dari Belanja Tidak Terduga kepada belanja SKPD/Unit Kerja
yang membidangi, dengan tahapan:
a. dalam hal anggaran belum tersedia, penggunaan Belanja
Tidak Terduga terlebih dahulu diformulasikan kedalam
RKA-SKPD;
b. dalam hal anggaran belum tercukupi, penggunaan belanja
tidak terduga terlebih dahulu diformulasikan kedalam
Perubahan DPA-SKPD; dan
8

c. RKA-SKPD dan/atau Perubahan DPA-SKPD sebagaimana


dimaksud pada huruf a dan huruf b menjadi dasar dalam
melakukan perubahan Peraturan Bupati tentang
Penjabaran APBD untuk selanjutnya ditampung dalam
Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD atau
dituangkan dalam Laporan Realisasi Anggaran dalam hal
tidak melakukan perubahan APBD atau telah melakukan
perubahan APBD.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Tidak Terduga Untuk
Memenuhi Kebutuhan Lainnya Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundang-
undangan Diluar Keadaan Darurat dan Keperluan Mendesak
Pasal 15
Tata cara penggunaan Belanja Tidak Terduga yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan diluar keadaan darurat dan
keperluan mendesak dilakukan dengan tahapan:
a. dalam hal anggaran belum tersedia, penggunaan Belanja
Tidak Terduga terlebih dahulu diformulasikan dalam RKA-
SKPD;
b. dalam hal anggaran belum tercukupi, penggunaan
Belanja Tidak Terduga terlebih dahulu diformulasikan
dalam Perubahan DPA-SKPD; dan
c. RKA-SKPD dan/atau Perubahan DPA-SKPD sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b menjadi dasar dalam
melakukan perubahan Peraturan Bupati tentang
Penjabaran APBD untuk selanjutnya ditampung dalam
Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD atau
dituangkan dalam Laporan Realisasi Anggaran dalam hal
tidak melakukan perubahan APBD atau telah melakukan
perubahan APBD.

Bagian Keempat
Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Tidak Terduga yang
Digunakan untuk Pengembalian atas Kelebihan Penerimaan Daerah
Pasal 16
(1) Belanja Tidak Terduga digunakan untuk menganggarkan
pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan
daerah yang bersifat tidak berulang yang terjadi pada tahun-
tahun sebelumnya.
(2) Informasi kelebihan atas penerimaan daerah dapat berupa:
a. surat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran;
b. rekomendasi aparat pengawasan intern pemerintah;
c. rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan;
d. putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap; dan/atau
e. informasi lainnya yang dipersamakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(3)

Pasal 17
(1) Penggunaan Belanja Tidak Terduga untuk menganggarkan
pengembalian atas kelebihan pembayaran atas penerimaan
9

daerah berdasarkan pada permohonan yang diajukan oleh


pemohon kepada Bupati melalui PPKD.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilampiri
dengan bukti yang sah terkait dengan pengembalian
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya,
antara lain:
a. surat permohonan oleh pemohon klaim;
b. bukti penyetoran pendapatan daerah;
c. surat ketetapan lebih bayar atau dokumen lainnya yang
dipersamakan yang dikeluarkan oleh SKPD pemungut;
d. nomor rekening bank atas nama pemohon klaim;
dan/atau
e. dokumen lainnya apabila diperlukan.
(3) Berdasarkan surat pengajuan dari pihak ketiga atas
kelebihan pembayaran, PPKD sesuai dengan kewenangannya
melakukan proses verifikasi dan validasi, yang dimaksudkan
untuk:
a. memastikan keabsahan bukti yang dijadikan dasar
pengajuan.
b. memastikan unsur penyebab pengajuan pengembalian.
(4) Unsur penyebab permohonan pengembalian sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat dikarenakan:
a. kesalahan penulisan; atau
b. adanya keberatan yang oleh pihak ketiga atas surat
ketetapan yang sudah disampaikan.

Bagian Kedua
Penggunaan Belanja Tidak Terduga yang Digunakan Untuk Bantuan
Sosial yang Tidak Dapat Direncanakan Sebelumnya
Pasal 18
Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya
diusulkan oleh SKPD terkait dengan tata cara sebagai berikut:
a. kepala SKPD mengajukan RKB kepada PPKD selaku BUD;
b. PPKD selaku BUD melakukan verifikasi dan mencairkan BTT
kepada kepala SKPD paling lama 1 (satu) hari terhitung
sejak RKB dinyatakan lengkap dan benar.

BAB VI
PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN
Pasal 19
(1) Pertanggungjawaban Belanja Tidak Terduga untuk
mendanai keadaan darurat disampaikan oleh kepala SKPD
yang mengajukan RKB kepada PPKD dengan melampirkan
rekapitulasi penggunaan belanja dan surat pernyataan
tanggung jawab belanja, sedangkan bukti pengeluaran yang
sah dan lengkap tetap berada di SKPD yang mengajukan
RKB.
(2) Berdasarkan rekapitulasi penggunaan belanja, PPKD
menyusun masing-masing pos laporan keuangan yang
diungkapkan secara memadai dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan.
(3) Dalam hal terdapat usulan RKB baru sesuai rencana Belanja
Tidak Terduga untuk mendanai keadaan darurat, kepala
LAMPIRAN
PERATURAN BUPATI LAHAT
NOMOR 56 TAHUN 2021
TENTANG
TATA CARA PENGANGGARAN,
PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN,
PERTANGGUNGJAWABAN DAN
PELAPORAN SERTA MONITORING DAN
EVALUASI BELANJA TIDAK TERDUGA

A. Format Rencana Kebutuhan Belanja

HARGA
N0 URAIAN VOLUME JUMLAH KETERANGAN
SATUAN
1 2 3 4 5 6

Lahat, ………. 20xx


KEPALA SKPD …..

NAMA
NIP

Anda mungkin juga menyukai