DISUSUN OLEH :
1. Drs. SUKIRMAN AZIS, SH.,MH
2. AMAN MAARIF, SH.,MH
NASKAH AKADEMIK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan nafas otonomi daerah,
pemerintah Kota Bima
mempunyai kewenangan yang luas dan menentukan kebijakan dan
program yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakan
dan kemajuan daerah.
Sistem transportasi yang handal, kemampuan tinggi, efektif dan
efisien dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah,
pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, barang dan jasa yang
muaranya meningkatkan daya saing nasional. sebagai urat nadi
kehidupan politik ekonomi, sosial budaya dan peran transportasi
memiliki peranan vital dalam memperkokoh ketahanan nasional.
Sebagai pendukung pembangunan sektor-sektor lain, pembangunan
sektor transportasi berfungsi untuk menyediakan jasa pelayanan
angkutan bagi arus pergerakan orang, barang dan jasa. Oleh karena
itu pembangunan sektor transportasi yang mencakup transportasi
darat, laut dan transportasi udara harus diselenggarakan secara
efisien handal dan berkualitas melalui serangkaian program
pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu serta
berkesinambungan.
Sejalan dengan itu, sistem transportasi wilayah yang meliputi
jaringan prasarana dan sarana serta jasa pelayanan angkutan darat,
laut dan udara diarahkan secara terpadu dan intermoda agar
terwujud suatu sistem distribusi yang mantab dan mampu
memberikan jasa pelayanan yang bermutu dan terjangkau serta
menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan
masyarakat Kota Bima.
Bidang Komunikasi dan informatika mempunyai arti strategis dalam
upaya memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar
kegiatan pemerintahan, mendukung terciptanya pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya.
Dinamika pemerintahan telah mengakibatkan perubahan yang
medasar dalam penyelenggaraan dan cara pandang terhadap bidang
komunikasi dan informatika.
Salah satu bentuk perubahannya adalah sub bidang pos dan
telekomunikasi yang sebelumnya termasuk dalam urusan wajib
bidang perhubungan diubah menjadi urusan bidang Komunikasi dan
informatika.
Disisi lain teknologi informasi dan komunikasi yangt berkembang
dengan pesat dapat dimanfaatkan dalam proses pemerintahan (egovernment) untuk meningkatkan efisiansi, efektifitas, transparansi,
dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.
Bidang teknologi informasi dan komunikasi turut mengubah perilaku
dan pola hidup masyarakat secara global. Perkembangan teknologi
informasi telah pula menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan
menyebabkan perubahan sosial, budaya, ekonomi dan pola
penegakan hukum secara signifikan berlangsung sedemikian cepat.
Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi
pengembangan pribadei dan lingkungan sosialnya swerta merupakan
bagian penting bagi ketahanan nasional. Hak memperoleh informasi
merupakan hak azasi manusia dan keterbukaan informasi publik
2|Page
DASAR HUKUM
A. Peraturan Perundang-undangan
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentang Pos (Lembaran
Negara Tahun 1984 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3276);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 124, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3881);
3. Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2002, tentang Pembentukan
Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara
3|Page
4|Page
5|Page
2. Landasan Sosiologis
Bahwa dalam penyelenggaraan perhubungan, Komunikasi dan
informatika diperlukan sistem yang dapat menjamin pelayanan
kepada masyarakat dapat dipenuhi oleh pemerintah daerah.
Disamping itu, keberadaan peraturan ini diharapakan dapat menjadi
jembatan sehinggan dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
dapat memfasilitasi dan memainkan peranan dalam pelayanan
maupun penyelesaian persoalan serta pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
Secara sosiologis bahwa peran serta masyarakat sangatlah penting
karena tidak dapat hanya bertumpu pada pemerintah dalam upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
3. Landasan Yuridis
Sebagai daerah otonom, pembentukan peraturan daerah sangatlah
strategis dalam upaya menngelindingkan roda pemerintahan di
daerah sebagai ihtiar mensejahterakan masyarakat yang didasari
oleh mandat konstitusi baik secara hukum dasar sebagai kewenangan
maupun sebagai dasar dalam kaitannya dengan materi perda. Hal ini
terdapat dalam Peratuaran Pemerintah nomor 38 tahun 2007,
Undang-undang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881); Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1985 tentang Penyelenggaraan Pos (Lembaran
Negara Tahun 1985 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3303); Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3980);
B. CAKUPAN MATERI
Penyusunan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Perhubungan
Komunikasi dan informatika dirancang dengan struktur materi sebagai
berikut:
BAB I KETENTUAN UMUM
Sebuah ketentuan umum adalah mengatur hal-hal yang member
penjelasan umum, penjelasan istilah sehingga tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda.Dalam
Rancangan Peraturan Daerah ini
memuat beberapa istilah yang dijadikan dasar pijakan pengertian isi
muatan di dalammnya antara lain:
1.
Daerah adalah Kota Bima.
2.
Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3.
Kepala Daerah adalah Walikota Bima dibantu oleh
Wakil Walikota.
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
5.
Dinas Adalah Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Kota Bima.
6.
Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika Kota Bima.
6|Page
7.
7|Page
8|Page
9|Page
49.
10 | P a g e
62.
11 | P a g e
12 | P a g e
kendaraan
angkutan
13 | P a g e
a.
b.
c.
d.
b.
14 | P a g e
15 | P a g e
16 | P a g e
b. Penyelenggaraan Terminal
Pemerintah Daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat
khususnya dibidang Transportasi angkutan umum dan barang,
membangun/menyediakan Terminal beserta fasilitas penunjang
lainnya.
Dalam mengelola Terminal beserta fasilitas penunjang lainnya,
walikota dapat menunjuk Pejabat Pengelola sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Setiap angkutan umum yang melayani rute perjalanan antar kota
antar propinsi, antar kota dalam propinsi, maupun dalam kota baik
yang merupakan asal dan/atau tujuan dari dan ke Kota Bima
maupun lintasan wajib masuk ke Terminal serta wajib mentaati
segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dikecualikan
bagi mobil bus dan mobil penumpang
untuk
keperluan pariwisata. Setiap angkutan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) , dikenakan retribusi.
Di dalam daerah lingkungan kerja terminal penumpang atau
terminal barang dapat dilakukan
kegiatan usaha penunjang
sepanjang tidak mengganggu fungsi pokok terminal.
Kegiatan usaha penunjang dimaksud dapat dilakukan oleh badan
hukum Indonesia atau Warga Negara Indonesia setelah mendapat
izin dan dikenakan retribusi.
Setiap
badan
hukum
dan/atau
perorangan
dilarang
menyelenggarakan kegiatan usaha penunjang di terminal tanpa
izin. Pengawasan pelaksanaan kegiatan usaha penunjang
dilaksanakan oleh Kepala Dinas.
c.
Sarana Parkir
Parkir Umum dapat diselenggarakan di tepi jalan, pelataran parkir,
gedung parkir dan/atau taman parkir.
Parkir di tepi jalan dilaksanakan pada badan jalan yang merupakan
satu kesatuan wilayah lalu lintas dan angkutan jalan.
Penyelenggaraan parkir dengan fasilitas khusus berupa pelataran
parkir, gedung parkir dan/atau taman parkir dilaksanakan di pusatpusat kegiatan, kawasan wisata, kawasan pendidikan dan/atau di
tempat-tempat lain yang ditetapkan peruntukannya.
Penyelenggaraan
memperhatikan:
parkir
di
tepi
jalan
dilaksanakan
17 | P a g e
dengan
18 | P a g e
19 | P a g e
Pengujian
Kendaraan
Bermotor
dan
Tidak
melakukan
kendaraan
Tata cara,
Peraturan
20 | P a g e
Bengkel
Umum
Kendaraan
Pemeriksaan Uji Emisi Gas Buang
Bermotor
dan
Bengkel
21 | P a g e
6. Pembinaan Angkutan
a. Angkutan Orang
Pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor yang diatur dalam
Peraturan Daerah ini adalah :
a. pengangkutan dengan kendaraan umum;
b. pengangkutan dengan mobil pick-up yang dimodifikasi sebagai
angkutan orang;
Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan
menggunakan mobil bis dan mobil penumpang yang dilayani
dalam :
a. trayek tetap dan teratur ;
b. tidak dalam trayek.
Pengangkutan dengan mobil pick-up sebagai kendaraan umum
dimaksud harus memiliki tempat duduk dan rumah-rumah yang
memiliki persyaratan keselamatan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Setiap kendaraan umum wajib diremajakan apabila kendaraan
tersebut tidak layak jalan dan atau telah melebihi umur kendaraan
sesuai yang ditetapkan dengan peraturan Walikota. Setiap
peremajaan kendaraan umum wajib memenuhi tata cara dan
persyaratan yang ditetapkan dengan peraturan Walikota.
Setiap kendaraan umum yang dioperasikan sebagai angkutan
massal tata cara persyaratannya ditetapkan dengan peraturan
Walikota.
b. Angkutan Barang
Pengangkutan barang adalah pengangkutan barang umum dengan
kendaraan barang; pengangkutan barang perusahaan oleh
kendaraan milik perusahaan.
Pengangkutan
barang
umum
dengan
kendaraan
barang
sebagaimana dimaksud di atas adalah pengangkutan barang oleh
kendaraan barang, baik berstatus umum maupun tidak umum yang
diselenggarakan dengan memungut bayaran maupun tidak
memungut
bayaran.
Ketentuan
lebih
lanjut
pengaturan
pengangkutan barang dengan kendaraan barang diatur dengan
peraturan Walikota.
c. Penyedia Jasa Angkutan dan Awak Kendaraan
Penyedia jasa sebagai pengusaha angkutan penumpang umum
maupun angkutan barang bertanggung jawab terhadap awak
kendaraan yang dipekerjakan.
Setiap awak kendaraan yang terdiri atas pengemudi dan pembantu
pengemudi harus memiliki keahlian sesuai bidang tugasnya pada
saat mengoperasikan angkutan penumpang umum atau barang.
Untuk mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki
Surat Izin Mengemudi sesuai dengan Peraturan PerundangUndangan yang berlaku. Setiap pengemudi kendaraan bermotor
22 | P a g e
f.
g.
selama mengemudikan
23 | P a g e
24 | P a g e
25 | P a g e
8. Tarif
Dalam rangka penyelenggaraan angkutan penumpang umum trayek
angkutan kota dan perdesaan, ditetapkan tarif angkutan umum. Tarif
angkutan ditetapkan dengan peraturan Walikota.
Tarif angkutan barang ditetapkan atas kesepakatan antara penyedia
dan pengguna jasa. Penyedia jasa dan awak kendaraan penumpang
umum dilarang menaikan tarif dari ketentuan yang ditetapkan.
9. Kendaraan Tidak Bermotor
Pengangkutan orang dan barang di jalan selain diselenggarakan
dengan
menggunakan
kendaraan
bermotor,
dapat
pula
diselenggarakan dengan kendaraan tidak bermotor.
Kendaraan tidak bermotor terdiri dari benhur, gerobak dan sejenisnya.
Pengoperasian kendaraan tidak bermotor hanya boleh beroperasi
dalam wilayah yang telah ditetapkan oleh Dinas, kecuali mengangkut
rombongan untuk keperluan tertentu.
Pengaturan, persyaratan dan perlengkapan angkutan kendaraan tidak
bermotor ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Setiap kendaraan tidak bermotor yang dioperasikan di jalan, wajib
didaftarkan pada Dinas. Kendaraan yang telah terdaftar diterbitkan
surat tanda pemilikan dan nomor kendaraan tidak bermotor yang
berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang apabila habis
masa berlakunya setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Setiap pengemudi kendaraan tidak bermotor wajib memiliki surat
keterangan yang diterbitkan oleh Dinas. Surat keterangan berlaku
selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang apabila habis masa
berlakunya setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Pemberian Surat Keterangan mengemudi kendaraan tidak bermotor
dikenakan retribusi.
BAB IV
1. Angkutan di Perairan
Angkutan di Perairan terdiri atas :
a.
b.
c.
26 | P a g e
Angkutan laut ;
Angkutan laut
Angkutan laut
Angkutan laut
Angkutan laut
dalam negeri;
luar negeri;
khusus; dan
pelayaran rakyat.
27 | P a g e
28 | P a g e
a.
Pengemasan,
penumpukan
dan
penyimpanan
di
pelabuhan, penanganan bongkar muat, serta penumpukan dan
penyimpanan selama berada di atas kapal;
b.
Keselamatan sesuai dengan peraturan dan standar
pengangkutan; dan
c.
Pemberian tanda tertentu sesuai dengan barang
berbahaya yang diangkut.
Pemilik, operator dan/atau agen perusahaan angkutan yang
mengangkut barang berbahaya dan barang khusus wajib
menyampaikan pemberitahuan kepada syahbandar sebelum
kapal pengangkut tersebut tiba di pelabuhan.
2. Kepelabuhanan
a. Umum
Tatanan kepelabuhanan nasional diwujudkan dalam rangka
penyelenggaraan pelabuhan yang andal dan berkemampuan tinggi,
menjamin efisiensi dan mempunyai daya saing yang tinggi untuk
menunjang pembangunan nasional dan daerah yang berwawasan
nusantara.
Tatanan
kepelabuhanan
nasional
merupakan
sistem
kepelabuhanan secara nasional yang menggambarkan perencanaan
kepelabuhanan berdasarkan kawasan ekonomi, geografi dan
keunggulan komperatif wilayah dan kondisi alam.
Tatanan kepelabuhanan nasional dimaksud memuat:
a.
b.
c.
Pelabuhan laut;
Pelabuhan sungai dan danau; dan
Pelabuhan penyebrangan
Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud huruf a mempunyai hirarki
terdiri atas:
a.
b.
29 | P a g e
Pelabuhan utama;
Pelabuhan pengumpul; dan
c.
Pelabuhan pengumpan.
e. Penyelenggara Pelabuhan
Penyelenggara Pelabuhan terdiri atas:
a. Otoritas Pelabuhan; dan
b. Unit Penyelenggara Pelabuhan.
Otoritas pelabuhan sebagaimana dimaksud huruf a dibentuk
pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial. Unit
30 | P a g e
h. Tarif
31 | P a g e
Keselamatan kapal;
Pencegahan pencemaran dari kapal;
Pengawakan kapal;
Garis muat kapal dan pemuatan;
Kesejahteraan awak kapal;
Status hukum kapal;
Manajemen keselamatan; dan
Manajemen keamanan kapal.
Pemenuhan setiap persyaratan ke laik lautan kapal dibuktikan
dengan sertifikat dan surat kapal.
Kenavigasian sebagaimana dimaksud huruf b terdiri atas:
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
32 | P a g e
terminal khusus
dan keamanan
wajib
serta
Kepelabuhanan;
Pengoperasian kapal;
Pengangkutan limbah, bahan berbahaya dan beracun di perairan;
Pembuangan limbah di perairan; dan
Penuntunan kapal.
e. Kenavigasian
Pada wilayah perairan Daerah yang dianggap membahayakan
pelayaran dan lalu lintas kapal dapat dibangun sarana bantu
navigasi pelayaran. Penyelenggaraan dan pengadaan sarana bantu
navigasi pelayaran wajib memenuhi persyaratan dan standar sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
Kapal yang berlayar di Perairan Daerah yang telah dibangun sarana
bantu navigasi pelayaran dikenai biaya pemanfaatan sarana bantu
navigasi pelayaran yang merupakan penerimaan daerah .
Setiap pekerjaan Reklamasi dan Pengerukan wajib mendapat izin
Walikota. Tata cara dan persyaratan Reklamasi dan Pengerukan
33 | P a g e
b. Penyelenggaraan Telekomunikasi
Penyelenggaraan Telekomunikasi dan/atau penyelenggara Jasa
Telekomunikasi dapat dilakukan oleh Badan Usaha berbadan hukum,
instansi pemerintah dan koperasi.
Setiap penempatan menara komunikasi harus disesuaikan dengan cell
planing yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Kegiatan Komunikasi dan Informatika meliputi:
a.
b.
34 | P a g e
n.
o.
Warung Internet;
Persyaratan administrasi dan kelayakan data teknis permohonan
penyelenggaraan radio;
p.
Antena parabola Sistem distribusi/TV kabel;dan
q.
Pengendalian menara telekomunikasi.
Setiap orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan usaha
Komunikasi
dan wajib memiliki izin yang dikeluarkan oleh Dinas.
Sebelum Izin dikeluarkan, Dinas melakukan survey lapangan tentang
kelaikan jenis obyek retribusi. Biaya survey dibebankan pada biaya
administrasi kegiatan yang bersangkutan. Tatacara dan persyaratan
untuk mendapatkan Izin diatur dengan Peraturan Walikota.
BAB VI
LEMBAGA TRANSPORTASI
1. Untuk menampung aspirasi masyarakat dan memberikan bahan
pertimbangan terhadap penyusunan kebijakan Pemerintah Daerah
dalam bidang transportasi dibentuk Lembaga Taransportasi yang
unsur anggotanya terdiri dari Perguruan Tinggi, pakar transportasi,
Dinas Perhubungan, Kepolisian, Pengusaha Angkutan, Lembaga
Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang transportasi, awak
angkutan dan masyarakat pengguna jasa transportasi.
2. Lembaga transportasi merupakan lembaga yang berkedudukan di
tingkat Kota.
3. Organisasi tata kerja dan keanggotaan Lembaga Transportasi
ditetapkan dengan Keputusan Walikota selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan sejak diberlakukan Peraturan Daerah ini.
4. Masa bakti keanggotaan Lembaga Transportasi selama 2 (dua) tahun.
BAB VII
1. Pembinaan
penyelenggaraan
perhubungan,
Komunikasi
dan
informatikai dilakukan oleh Walikota.
2. Pembinaan dimaksud pada terdiri dari :
a. bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat, penyedia dan
pengguna jasa perhubungan serta penyelenggaraan pendidikan
mengemudi;
b. bimbingan perencanaan teknis;
c. pemberdayaan masyarakat di bidang perhubungan pos dan
telekomunikasi.
3. Bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat atau pengemudi
angkutan dan/atau pengusaha angkutan dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung.
4. Untuk menjaga kualitas pelayanan perhubungan dilakukan penilaian
kinerja secara berkala.
5. Penilaian kinerja meliputi :
a. pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan
bermotor;
b. jumlah kecelakaan yang terjadi;
c. pemenuhan pelayanan angkutan sesuai dengan izin yang
diterbitkan;
d. ketaatan terhadap peraturan tata cara berlalu lintas;
35 | P a g e
c.
d.
e.
BAB VIII
PENYIDIKAN
1. Selain oleh pejabat penyidik Polri yang bertugas menyidik tindak
pidana, penyidik atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Daerah ini dapat pula dilakukan oleh Pejabat Penyidik
Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana di
bidang penyelenggaraan Perhubungan, Pos dan Telekomunikasi.
2. Wewenang Penyidik adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang
penyelenggaraan perhubungan agar keterangan atau laporan
tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan/atau mengumpulkan keterangan mengenai
orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan sehubungan dengan tindak pidana penyelenggaraan
lalu lintas;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
Badan
sehubungan
dengan
tindak
pidana
dibidang
penyelenggaraan lalu lintas;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen
lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang penyelenggaraan
lalu lintas;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan di bidang lalu lintas daerah;
g. menyuruh
berhenti
kendaraan,
melarang
seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaaan
sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau
dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana
penyelenggaraan lalu lintas;
i. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang retribusi menurut hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan.
36 | P a g e
KETENTUAN PIDANA
KETENTUAN PENUTUP
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur dengan Peraturan
Walikota.
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, akan menyatakan peraturan
daerah beserta aturan pelaksananya dicabut atau dinyatakan berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan daerah ini.
IV.
PENUTUP
A. sistem transportasi wilayah yang meliputi jaringan prasarana dan
sarana serta jasa pelayanan angkutan darat, laut dan udara
diarahkan secara terpadu dan intermoda agar terwujud suatu sistem
distribusi yang mantab dan mampu memberikan jasa pelayanan yang
bermutu dan terjangkau serta menghasilkan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kepentingan masyarakat Kota Bima.
Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi
pengembangan pribadei dan lingkungan sosialnya swerta merupakan
bagian penting bagi ketahanan nasional. Hak memperoleh informasi
merupakan hak azasi manusia dan keterbukaan informasi publik
merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik atas
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik dalam proses
penyelenggaraan managemen pemerintahan daerah.
B. Saran
1. Dalam
pengelolaan
dan
pengaturan
penyelenggaraan
perhubungan, komunikasi dan informatika di Kota Bima guna
menunjang pembangunan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat perlu ditata dan diatur pengelolaanya sehingga
sesuai dengan kaidah dan norma-norma yang ada.
2. Perlu dibentuk kebijakan dalam bentuk regulasi sebagai dasar dan
landasan
hukum
dalam
penyelenggaraan
perhubungan,
komunikasi dan informatika sehingga wujud pengawasan dan
pengendaliannya menjadi terukur dalam bentuk peraturan
daerah.
37 | P a g e
TIM PENYUSUN
1.
2.
38 | P a g e