hukum akan hilang jika ada 3 indikasi yang terpenuhi. Tiga indikasi tersebut adalah kepentingan
umum terlayani, pelaku tidak mengambil keuntungan, dan negara tidak dirugikan, jelasnya.
Insentif Pajak : Kemana Dana Tak Bertuan itu ?
Ibarat lawakan dalam lakon komedi, cerita yang ditampilkan selalu menarik dengan sentilan tiap
episode yang menggigit dan menggelitik. Selain polemik legalitas BPHTB yang diduga
bermasalah secara hukum, juga ditemukan adanya insentif BPHTB yang menyebabkan masalah
dana tak bertuan. Artinya kebijakan mengenai insentif BPHTB diindikasikan berbau korupsi.
Polemik tersebut terjadi ketika Bupati Karawang mengeluarkan Perbup Nomor 12 tahun 2011
tentang Tata Cara Pemberian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pada
tanggal 19 April 2011 lebih dulu dibandingkan dengan penetapan Bupati terkait teknis BPHTB
pada tanggal 30 Desember 2011. Kebijakan tersebut masih menjadi misteri tentang apa motiv
dibalik semua itu.
Menurut data yang kami peroleh dari dokumen Dinas Pendapatan, pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (DPPKAD) pada bulan Agustus 2011, triwulan II tahun 2011, BPHTB Karawang
terkumpul sebesar Rp. 40.672.219.634,00 (enam puluh miyal enam ratus tujuh puluh dua juta
dua ratus Sembilan belas ribu enam ratus tiga puluh empat rupiah). Dari jumlah tersebut,
penerimaan sampai tanggal 17 Maret 2011 yaitu sebesar Rp. 11.981.924.156,00 (sebelas milyar
Sembilan ratus delapan puluh satu juta Sembilan ratus dua puluh empat ribu seratus lima puluh
enam rupiah), dana tersebut dikembalikan kepada wajib pajak.
Menurut Elyasa Budianto SH selaku penasehat hokum GRPK, pengembalian pungutan BPHTB
pada 2 Januari sampai 16 Maret 2011 ditengarai karena Perda BPHTB belum ditetapkan. Ia
menambahkan, insentif yang dibagikan pada triwulan II tahun 2011 sebesar Rp.
28.690.295.478,00 x 4%, yaitu sebesar Rp. 1.147.611.819,00 (satu milyar seratus empat puluh
tujuh juta enam ratus sebelas ribu delapan ratus Sembilan belas rupiah).
Anehnya, berdasarkan informasi dari beberapa wajib pajak termasuk beberapa orang notaris
yang tidak ingin diketahui identitasnya, bahwa sampai Bulan Mei 2012, tidak pernah ada
pengembalian pembayaran pajak BPHTB tahun 2011 sebagaimana tertulis dalam dokumen
DPPKAD pada bulan Agustus 2011, bahwa sebesar Rp. 11.981.924.156,00 dikembalikan kepada
wajib pajak. Maka pertanyaannya, bagaimana status dana tersebut, apakah dimasukan ke kas
daerah atau bagaimana?
Selanjutnya, pembagian insentif BPHTB itu sendiri terindikasi terjadi pelanggaran hukum.
Diantaranya, pertama, penetapan insentif tidak berdasarkan musyawarah dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Padahal menurut PP No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan, Pemerintah Daerah dapat memberikan tambahan
penghasilan kepada Pegawai Negeri Sipil Daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif