Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AKUNTANSI

WEEK 2: CARBON AND SUGARY DRINK TAX

Disusun oleh:

Salsha Niakatri 18/423394/EK/21718


Skolastika Neta 18/423424/EK/21748
Thania Arianne Floranti 18/423425/EK/21749
Yogi Erlang Permadi 18/426568/EK/21899
Aldian Ridho W. 18/429407/EK/22016

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
Jumlah kata: 907
1. Latar Belakang Pemberlakuan Kebijakan
Emisi karbon dioksida, metana, dan gas rumah kaca lainnya meningkatkan suhu global,
menaikkan permukaan laut, dan menimbulkan dampak negatif lainnya. Emisi gas rumah kaca
karenanya menciptakan sejumlah potensi ancaman ekonomi dan lingkungan, termasuk
kerusakan properti. risiko kesehatan, dan kerusakan ekosistem (National Aeronautics and
Space Administration 2018). Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pembakaran bahan
bakar fosil umumnya tidak hanya ditanggung oleh satu pihak. Biaya eksternalitas atas
kerusakan lingkungan ditanggung oleh seluruh warga dunia, termasuk generasi mendatang.
Beberapa negara di dunia mengimplementasikan pajak karbon. Sistem pajak emisi karbon
yang dirancang dengan baik diharapkan dapat mengurangi emisi yang menyebabkan
perubahan iklim dan mengurangi polutan secara efektif untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Tak hanya karbon yang belakangan ini menjadi perhatian publik karena efeknya terhadap
kesehatan, minuman berpemanis dan berkarbonasi pun menjadi perhatian seiring
bertambahnya konsumsi minuman tersebut. Hal ini menimbulkan keresahan karena
bertambahnya penggunaan plastik, banyaknya carbon footprints, dan pemanis yang
membahayakan lingkungan dan kesehatan masyarakat karena menyebabkan meningkatnya
risiko obesitas dan diabetes. Maka, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah untuk
mengontrol konsumsi minuman berpemanis dan berkarbonasi tersebut (Malik:2010, 121).
Melihat urgensinya, beberapa negara sudah mulai menerapkan tax untuk minuman
berpemanis dan berkarbonasi yaitu Portugal, Thailand, Irlandia, dan negara-negara di
Amerika (DDTC:2017).
Pada 2016 lalu, WHO merekomendasikan pemerintah untuk menerapkan pajak yang
efektif untuk minuman manis sebagai langkah untuk mengurangi obesitas pada anak-anak.
Dalam menciptakan kebijakan fiskal ini perlu adanya kolaborasi antara pembuat kebijakan
kesehatan dan keuangan untuk memperhitungkan ekonomi politik serta manfaat kesehatan
bagi masyarakat (WHO:2016, 18). Kebijakan fiskal ini merupakan respon pemerintah atas
keprihatinan masyarakat mengenai kesehatan, dimana pemerintah tidak hanya berupaya untuk
mengobati tetapi mencoba untuk mencegah dan mengurangi dengan mengkolaborasikan
bidang kesehatan dan fiskal ekonomi.

2. Dampak Kebijakan Secara Umum


a. Dampak Kebijakan Pajak Karbon
Diterapkannya pajak karbon telah membawa berbagai dampak bagi pihak yang
menerapkannya. Salah satunya di Negara Jepang yang telah menerapkan pajak karbon
sejak tahun 2012. Sampai saat ini, Jepang telah mampu menurunkan emisi karbon hingga
8,2%. Dari contoh Negara Jepang ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa pajak karbon
bermanfaat untuk:
1. Mengajak pelaku industri, baik perorangan maupun kelompok untuk mulai
melakukan efisiensi energi, pemakaian sumber energi yang dapat terbarukan, hingga
inovasi-inovasi baru mengenai teknologi yang dapat menekan penggunaan energi
sehingga menghasilkan emisi yang lebih rendah. Apabila berbagai negara dapat
menerapkan pajak karbon, risiko pemanasan global akan terminimalisir karena
berkurangnya produksi emisi.
2. Pajak karbon akan menciptakan pemasukan baru bagi negara. Penarikan pajak
karbon akan menjadi sumber pemasukan negara, yang nantinya akan disalurkan
kembali kepada masyarakat sesuai dengan fungsi anggaran.
3. Manfaat yang paling berdampak secara global adalah pencegahan perubahan iklim.
Implementasi pajak karbon akan membuat perusahaan berlomba-lomba untuk
mengurangi emisi yang dihasilkan. Pengurangan emisi ini akan berdampak langsung
terhadap penurunan efek emisi rumah kaca yang akan mengurangi Global Warming.

b. Dampak Kebijakan Pajak Minuman Berpemanis


Kebijakan pajak minuman berpemanis digunakan untuk mengatasi berbagai masalah,
diantaranya masalah kesehatan dan lingkungan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari
penerapan pajak minuman berpemanis antara lain:
1. Menambah sumber pemasukan bagi suatu negara. Penarikan pajak dari minuman
berpemanis akan menciptakan sumber pemasukan bagi negara. Contohnya di
Indonesia, menurut perhitungan dari Badan Kebijakan Fiskal Kementerian
Keuangan, penerapan pajak minuman berpemanis dan berkarbonasi sebesar Rp
3.000,00/liter di Indonesia dapat meningkatkan pendapatan negara hingga Rp 11,2
triliun setiap tahun.
2. Menekan jumlah peredaran minuman berpemanis dan berkarbonasi secara tidak
langsung akan meningkatkan angka kesehatan masyarakat. Dalam peredarannya,
minuman berpemanis menimbulkan beberapa dampak kesehatan diantaranya
obesitas dan diabetes. dengan adanya penerapan pajak pada minuman berpemanis
maka akan meningkatkan kontrol dalam peredaran minuman tersebut.

3. Mekanisme Pemberlakuan Kebijakan


a. Mekanisme Pemberlakuan Pajak Karbon
Pajak karbon telah diterapkan di beberapa negara. Di Irlandia, besarnya tarif pajak
karbon yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

Adapun jenis bahan bakar yang dikenakan tarif pajak karbon, dilansir dari Citizen
Information (2019) yaitu minyak tanah, minyak gas bertanda, liquid petroleum gas,
bensin, gas alam, dan bahan bakar padat. Menteri Keuangan Irlandia, Paschal Donohoe
(2019) mengatakan bahwa akan ada kenaikan tarif pajak karbon per satu ton menjadi 26
Euro. Kenaikan tersebut telah diterapkan pada jenis bahan bakar auto pada 8 Oktober
2019, akan tetapi pada jenis bahan bakar lainnya akan diterapkan pada 1 Mei 2020.
Tidak hanya Irlandia, Afrika Selatan juga telah menerapkan pajak karbon setelah
Presiden Afrika Selatan, Cyrill Ramaphosa, menandatangani undang-undang mengenai
pajak karbon pada 1 Juni 2019. Pajak yang diterapkan dilakukan melalui dua tahap. Pada
tahap satu tarif pajak yang diterapkan Afrika Selatan adalah sebesar 120 rand per ton
setara CO2 yang akan dilaksanakan hingga Desember 2022. Pada fase tersebut akan
dilakukan pengkajian sebelum melanjutkan fase kedua yang dimulai pada 2023 sampai
2030.
b. Mekanisme Pemberlakuan Pajak Minuman Berpemanis
Di Thailand, tax rate untuk minuman berpemanis diklasifikasikan oleh The Excise
Department sebagai berikut:

Adapun yang termasuk dalam minuman berpemanis, dilansir dari Bangkok Post
(2019) adalah minuman berkarbonasi, minuman energi dan elektrolit, jus buah dan
sayuran, pemanis, minuman teh hijau siap minum, dan kopi. The Taiger & The Nation
(2019) melaporkan bahwa tax rate untuk minuman berpemanis tersebut akan terus
meningkat, dengan peningkatan sebesar dua kali lipat setiap dua tahun.
Selain Thailand, Irlandia juga menerapkan pajak untuk minuman berpemanis yang
diberi nama Sugar-Sweetened Drinks Tax. Dilansir dari Money Guide Ireland (2019),
produk olahan susu (dan substitusi susu lainnya seperti susu kedelai), minuman
beralkohol (termasuk bir dan wine non-alkohol), serta jus buah dan sayuran murni
(kecuali jika menambahkan gula) tidak dikenai pajak. Adapun pemerintah Irlandia
mengklasifikasikan tax rate-nya sebagai berikut:

4. Bibliografi
Citizens Information. 2019.Carbon Tax.
https://www.citizensinformation.ie/en/money_and_tax/tax/motor_carbon_other_taxes/car
bon_tax.html (diakses pada 14 Februari 2020)
DDTC News. 2017. Ini Daftar Negara yang Terapkan Sugar Tax.
https://news.ddtc.co.id/kebijakan-pajak-ini-daftar-negara-yang-terapkan-sugar-tax-9513?
page_y=0 (diakses pada 13 Februari 2020)
Gathright, Jenny. 2019. South Africa’s Carbon Tax Set To Go Into Effect Next Week:npr.
https://www.npr.org/2019/05/26/727154492/south-africas-carbon-tax-set-to-go-into-
effect-next-week (diakses pada 14 Februari 2020)
Jitpleecheep, Pitsinee dan Phusadee Arunmas. 2019. Sugary drink tax pushes innovation.
Bangkok: Bangkok Post. https://www.bangkokpost.com/business/1720635/sugary-drink-
tax-pushes-innovation (diakses pada 13 Februari 2020)
Kagan, Julian. 2019. Carbon tax: Investopedia. https://www.investopedia.com/terms/c/carbon-
dioxide-tax.asp (diakses pada 14 Februari 2020)
Malik VS, Popkin BM, dan Bray GA. 2010. Sugar-sweetened beverages, obesity, type 2
diabetes mellitus, and cardiovascular disease risk.
Marron, Donald. Eric Toder, dan Lydia Austin. 2015. Taxing Carbon: What, Why, and How.
Washington D.C.: Tax Policy Centre.
Money Guide Ireland. 2019. Sugar Tax in Ireland — Some Details.
http://www.moneyguideireland.com/sugar-tax-ireland-much-will.html (diakses pada 13
Februari 2020)
National Aeronautics and Space Administration. 2018. Global Climate Change: Vital Signs of
the Planet. n.p: NASA.https://climate.nasa.gov/causes/ (diakses pada 12 Februari 2020)
Report of the Commission on Ending Childhood Obesity. 2016.Geneva: World Health
Organization.http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/204176/1/9789241510066_eng.pdf
?ua=1 (diakses pada 13 Februari 2020)
RTÉ. 2019.Carbon Tax to be Increased by €6 per Tonne. https://www.rte.ie/news/budget-
2020/2019/1008/1081870-carbon-tax-to-be-increased-by-6-per-tonne/ (diakses pada 14
Februari 2020)
The Thaiger dan The Nation. 2019. Thailand’s War on Sugar, taxes double. The Thaiger.
https://thethaiger.com/news/national/thailands-war-on-sugar-taxes-double (diakses pada
13 Februari 2020)

Anda mungkin juga menyukai