PENERIMAAN
KELOMPOK 8
2. Dasar Hukum
3. Kerangka Teori
a. Konsepsi
Penerimaan negara merupakan uang yang masuk ke kas negara sedangkan Pendapatan
negara
adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
b. Pendapatan Negara
Pendapatan negara terdiri dari pajak, PNBP, dan Hibah. Sesuai dengan PP No.45 Tahun
2013, bahwa pendapatan negara harus disetorkan ke Kas Negara. Adapun penyertoran
pendapatan negara menggunakan sistem Penerimaan Negara.
Penerimaan negara merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara sebagai
salah satu sumber dari kegiatan operasional pemerintah. Tanpa adanya penerimaan, negara
tidak akan mampu untuk membiayai belanja negara. Apabila belanja negara tidak dapat
dilaksanakan, maka suatu negara tidak akan mampu melaksanakan kegiatan operasional
sebagai mana mestinya.
Penerimaan negara terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP), dan Penerimaan Hibah.
Ruang lingkup MPN meliputi 4 dari 6 ruang lingkup penerimaan negara, yaitu:
1. Penerimaan Perpajakan;
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak;
3. Penerimaan Pengembalian Belanja; dan
4. Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga.
MPN mengintegrasikan tiga sistem penerimaan yang selama ini berjalan, yaitu
Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) oleh Ditjen Pajak, Sistem Electronic
Data Interchange (EDI) oleh Ditjen Bea dan Cukai, dan Sistem Penerimaan Negara (Sispen)
oleh Ditjen Anggaran. Tujuan MPN adalah untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi
Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor dan menyediakan data penerimaan yang relevan dan
reliableyang dapat digunakan oleh semua instansi terkait (Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan
Cukai, Ditjen Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, dan Ditjen Perimbangan Keuangan). Ruang
lingkup MPN meliputi Penerimaan Perpajakan, PNBP, Pengembalian Belanja, dan
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga yang disetor oleh perorangan/badan atau Bendahara
melalui Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi dan penerimaan yang berasal dari
SPM yang dibukukan oleh KPPN. Sistem MPN terhubung dengan seluruh Bank/Pos Persepsi
yang menerima pembayaran penerimaan negara. Bank/Pos Persepsi melakukan pengesahan
pembayaran penerimaan negara ke sistem MPN secara realtime online. Kegiatan ini
dilakukan setiap ada pembayaran penerimaan negara oleh Wajib Pajak/Wajib Setor/Wajib
Bayar. Pengesahan pembayaran penerimaan negara dibuktikan dengan diterbitkannya
NTPN oleh sistem MPN.
BAB II Pembahasan
a. MPN G2
Modul penerimaan Negara Generasi Kedua (MPN G2) adalah sistem penerimaan negara
yang menggunakan surat setoran elektronik. Surat setoran elektronik adalah surat setoran
yang berdasarkan pada sistem billing. Penerimaan negara dapat meliputi penerimaan pajak,
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) maupun penerimaan bea dan cukai, yang harus
masuk ke kas negara melalui sistem MPN.
Sistem MPN G2 ini disusun untuk memperbaiki sistem MPN sebelumnya (MPN G1).
Sebagai sebuah sistem, Modul Penerimaan Negara berhasil mengintegrasikan sistem
penerimaan negara yang selama ini terpisah. Penyempurnaan Modul Penerimaan Negara
melibatkan unit-unit pemilik tagihan lingkup Kementerian Keuangan yang dikenal dengan
sebutan biller, yakni Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan
Direktorat Jenderal Anggaran. Sementara itu, sistem yang menghubungkan dengan sistem
perbankan dan sistem settlement dikelola oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan
pengelolaan infrastruktur oleh Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan Sekretariat
Jenderal.
Arah penyempurnaan MPN G2 meliputi perubahan dari sistem manual ke billing system,
dari layanan over the counter (teller) ke layanan online, dari single currency menjadi dapat
melayani valuta asing, dari terbatas pada beberapa jenis penerimaan menjadi mencakup
keseluruhan penerimaan. Billing system adalah sistem yang menerbitkan kode billing untuk
pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara elektronik, tanpa perlu membuat
Surat Setoran (SSP, SSBP, SSPB) manual. MPN G2 diharapkan mendukung pelaksanaan cash
management yang baik dengan menyajikan informasi penerimaan negara secara real time
yang didukung keandalan teknologi informasi dalam penerapan Treasury Single Account.
Keuntungan penggunan MPN G2 adalah:
Layanan Online dan Fleksibel, dengan berbagai pilihan chanel pembayaran
online, sehingga Wajib Bayar memiliki pilihan yang fleksibel sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan. Berbagai channel pembayaran tersebut antara lain
ATM (Anjungan Tunai Mandiri), EDC (Electronic Data Capture), teller bank atau
bahkan internet banking.
Dimanapun dan Kapanpun, MPN G2 yang melayani seluruh transaksi penerimaan
negara berikut pilihan channel pembayaran yang lengkap memudahkan Wajib
Bayar melakukan setoran penerimaan negara dimanapun dan kapanpun.
b. MPN G3
MPN G3 merupakan penyempurnaan dari MPN G2, meliputi
Sistem Single Sign-On (SSO)
Pembangunan portal penerimaan negara sebagai opsi bagi Wajib Pajak/Wajib
Bayar/Wajib Setor membuat billing berbagai jenis penerimaan negara sekaligus
dapat membayar penerimaan negara tersebut di dalam satu website
Pemutakhiran Infrastruktur
Infrastruktur MPN G2 yang hanya mampu memproses 60 transaksi per detik
kemudian dilakukan pemutakhiran sehingga pada MPN G3 meningkatkan
performa dengan kecepatan pemrosesan menjadi 1000 transaksi per detik.
Lembaga Persepsi Lainnya (LPL)
Perluasan saluran penerimaan negara dengan menambah cakupan lembaga yang
dapat dilayani pembayaran penerimaan negara selain melalui bank/pos, yaitu
lembaga lainnya seperti e-commerce, fintech sebagai LPL
Manfaat adanya LPL dalam rangka perluasan layanan penerimaan negara adalah:
Penambahan agen pemerintah
Akses layanan 24/7
Mendorong cashless payment
Tarif imbalan jasa lebih murah
2. Alur Penerimaan Negara
Modul Penerimaan Negara atau disingkat MPN adalah sebuah sistem penerimaan
negara yang menggunakan surat setoran elektronik. Surat setoran elektronik sendiri adalah
surat setoran yang berdasarkan pada sistem billing. Penerimaan negara dapat meliputi
penerimaan pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) maupun penerimaan bea dan
cukai, yang harus masuk ke kas negara melalui sistem MPN.
MPN terbaru yang diluncurkan adalah MPN Generasi Ketiga atau disingkat MPN G3.
Generasi ketiga ini merupakan penyempurnaan dari MPN Generasi sebelumnya yaitu MPN
G2. MPN G3 disebut sebagai salah satu sistem yang dibangun oleh Kementerian Keuangan
dalam rangka mengelola penerimaan negara secara jauh lebih akurat, tepat waktu, dan juga
dalam rangka memberikan layanan lebih baik kepada seluruh masyarakat dalam
menjalankan kewajiban membayar pajak dan kewajiban lainnya.
MPN diawali dari MPN generasi pertama atau MPN G1, kemudian dilanjutkan
dengan MPN generasi 1,5 pada tahun 2014. Sistem MPN G1 dalam praktiknya memiliki
kelemahan fungsional. Kelemahan tersebut yaitu rendahnya kualitas data transaksi
penerimaan negara. Kelemahan lain adalah disebabkan oleh dominasi/intervensi manusia
baik dari segi penyetor maupun teller bank/pos persepsi.
Dari pihak penyetor kesalahan paling umum adalah isian data penyetoran yang tidak
lengkap, sedangkan dari pihak teller bank/pos persepsi umumnya terkait kesalahan input
akun ataupun input identitas dari penyetor. Akibatnya, setoran tersebut belum bisa diakui
sebagai pelunasan kewajiban oleh Wajib Pajak (WP), Wajib Bayar (WB), maupun Wajib Setor
(WS).
MPN G1 sendiri memiliki proses bisnis yang masih sederhana, alur penerimaan MPN
G1 dapat dijelaskan sebagaimana berikut.
Gambar II.2 Alur Penerimaan MPN G1
Laporan
Pelimpahan
WP/WB/WS
Sub RKUN
di BI
Sistem billing adalah sistem yang memfasilitasi penerbitan kode billing dalam rangka
pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara elektronik tanpa perlu membuat
Surat Setoran ( SSP, SSBP, SSPB) manual.
Hanya dengan menyampaikan kode billing, pembayaran pajak, bea & cukai, dan PNBP dapat
dilakukan dengan cepat dan mudah.
Ada beberapa alasan digunakannya billing system dalam MPN G2, diantaranya:
1. Mempermudah dan menyederhanakan proses pengisian data dalam rangka
pembayaran dan penyetoran penerimaan negara.
2. Menghindari/meminimalisasi kemungkinan terjadinya human error dalam
perekaman data pembayaran dan penyetoran oleh petugas Bank/Pos Persepsi.
3. Memberikan kemudahan dan fleksibilitas cara pembayaran / penyetoran melalui
beberapa alternatif saluran pembayaran dan penyetoran.
4. Memberikan akses kepada wajib bayar dan wajib setor PNBP untuk memonitor
status atau realisasi pembayaran dari penyetoran PNBP.
5. Memberikan keleluasaan kepada wajib pajak/wajib bayar untuk merekam data
setoran secara mandiri (self assessment).
Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing atas suatu
jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan wajib pajak/wajib bayar wajib setor
dalam rangka identifikasi penerbit kode billing dalam MPN G2.
Gambar II.4 Kode Billing
Dalam MPN G2 dikenal istilah biller dan billing, biller dalam MPN G2 diantarnya
adalah
• DJA melayani Billing MPN G2 Penerimaan Negara Bukan Pajak dengan biling
simponi.kemenkeu.go.id
• DJP melayani Billing MPN G2 Penerimaan Pajak dengan biling
djponline.pajak.go.id
• DJBC melayani Billing MPN G2 Penerimaan Bea dan Cukai dengan biling
customer.beacukai.go.id
Gambar II.6 Perbandingan MPN G1, MPN G2, dan cikal bakal MPN G3
1. Proses Pendaftaran
Proses pendaftaran akun dilakukan pada instansi sesuai dengan jenis penerimaan negara
bersangkutan. Pada simulasi kali ini, pendaftaran maupun pembuatan kode billing terkait
penerimaan pajak dilakukan pada situs https://djponline.pajak.go.id/account/login
Gambar II.10 Tampilan Awal djponline.go.id
Dalam proses registrasi, user akan memperoleh akses untuk login dengan memasukkan NPWP dan
password yang telah dibuat ketika proses registrasi. Yang perlu dipersiapkan adalah e-mail, NPWP
dan e-FIN (bisa didapatkan di KPP terdekat).
Setelah melakukan registrasi, user bisa melakukan login hingga jendela terbuka seperti ini.
Akan muncul jendela seperti diatas. Isian NPWP, Nama dan Alamat akan otomatis terisi sesuai
dengan profil user. WP hanya perlu menentukan Jenis Pajak, Jenis Setoran, Masa Pajak, Tahun
Pajak, Jumlah Setor serta Uraian (optional).
Setelah itu klik Buat Kode Billing untuk ke proses selanjutnya. Lalu Klik cetak untuk mencetak Kode
Billing.
Gambar II.13 Contoh Cetakan Kode Billing
Kode billing tersebut digunakan sebagai dasar dalam pembayaran pajak. Pembayaran bisa
dilakukan melalui internet banking, mobile banking, tokopedia, bukalapak dan fintech lainnya.
Setelah melakukan pembayaran, WP akan segera menerima bukti pembayaran berupa Bukti
Penerimaan Negara (BPN) yang memiliki NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) sebagai
bukti bahwa pembayaran pajak telah berhasil.
Gambar II.14 Contoh BPN dan NTPN
Rekonsiliasi dilakukan untuk menjamin validitas dan akurasi data penerimaan negara.
Dimaksudkan untuk memastikan bahwa setoran tersebut sah dan telah diterima di RKUN serta
telah tercatat di sistem settlement. Rekonsiliasi dilakukan oleh KPPN Khusus Penerimaan
(Settlement) dengan Bank/Pos Persepsi (CA). Adapun jenis rekonsiliasi berupa rekonsiliasi data
transaksi dan rekonsililasi kas.
a. Rekonsiliasi Transaksi
Definisi : Kegiatan membandingkan data setoran penerimaan negara yang diterima oleh
Bank/Pos Persepsi dengan data penerimaan negara yang tercatat pada sistem settlement.
Dilakukan secara harian
Menghasilkan 2 (dua) jenis data :
1) data settled/reconciled
2) data unsettled/unreconciled → CA Only dan Settlement Only
Terhadap CA Only : KPPN Khusus penerimaan menerbitkan dan menyampaikan NTPN
kepada Bank/Pos Persepsi, serta memerintahkan untuk melimpahkan ke RKUN apabila
belum dilimpahkan
Terhadap Settlement Only : KPPN Khusus Penerimaan menyampaikan NTPN ke Bank/Pos
Persepsi, serta dapat memerintahkan perbaikan dan pelimpahan.
Terhadap data Settlement Only akan dilakukan investigasi.
b. Rekonsiliasi Kas
Definisi : Kegiatan membandingkan jumlah uang yang dilimpahkan ke sub RKUN
penerimaan dengan kewajiban pelimpahan oleh Bank/Pos Persepsi berdasarkan transaksi
penerimaan negara pada hari kerja berkenaan.
Dokumen yang digunakan :
1) nota debet dan rekening koran yang diterima dari Bank/Pos Persepsi;
2) nota kredit dan rekening koran sub Rekening KUN penerimaan; dan
3) LHP Elektronik
Dalam hal :
1) Jumlah yang dilimpahkan > kewajiban pelimpahan, KPPN Khusus Penerimaan
melakukan pengembalian maks. 5 hari kerja sejak dokumen permintaan pengembalian
diterima lengkap
2) Jumlah yang dilimpahkan < kewajiban pelimpahan, KPPN Khusus Penerimaan
memerintahkan Bank/Pos Persepsi untuk melimpahkan kekurangan dan mengenakan
sanksi administratif berupa denda.
Rekapitulasi Penerimaan Pajak
Latar belakang :
Transaksi penerimaan detail per NTPN
Volume Data transaksi melalui MPNG2 semakin besar
Kebutuhan percepatan reporting maupun rekonsiliasi
Untuk mempercepat proses posting data di SPAN, mulai 01 November 2017 telah
diterapkan sistem rekap untuk penerimaan perpajakan (biller pajak) dimana NTPN setoran dengan
unsur sama pada rekening MPNG2 yaitu tanggal buku, kode satker, kode KPPN dan kode akun
akan dibuatkan satu NTPN rekap secara otomatis yang selanjutnya akan di interface ke SPAN.
Oleh karena itu yang akan tersedia di SPAN hanya NTPN Summary.
Konfirmasi Penerimaan
Konfirmasi penerimaan merupakan proses validasi terkait pembukuan penerimaan negara.
Satuan kerja (satker) mengajukan proses konfirmasi penerimaan di KPPN dengan cara
menyampaikan ADK konfirmasi. KPPN menerbitkan nota konfirmasi atas proses konfirmasi
penerimaan negara yang ditandatangani oleh petugas konfirmasi. Pelaksanaan Konfirmasi
dilakukan melalui Konfirmasi SPAN, konfirmasi Dashboard MPN G2, Konfirmasi OmSPAN.
9. Koreksi Penerimaan
Modul Penerimaan Negara Generasi Ke-3 (MPN G3) merupakan penyempurnaan terkini
dari sistem penerimaan negara MPN G2.Salah satu keunggulan MPN G3 adalah mampu melayani
penyetoran penerimaan negara hingga 1.000 transaksi per detik, meningkat signifkan dari hanya
60 transaksi per detik pada MPN G2. Selain itu, penyetoran penerimaannegara pada MPN G3 juga
dapat dilakukan melalui dompet elektronik, transfer bank, virtual account, dan kartu kredit yang
dilaksanakan oleh agen penerimaan yang dikenal dengan\ lembaga persepsi lainnya seperti e-
commerce, retailer, dan fintech.
Pengembangan MPN G3 dilakukan secara kolaboratif antara Kemenkeu dengan sejumlah
bank serta pelaku fintech dan e-commerce seperti Tokopedia, Finnet Indonesia, dan Bukalapak.
Perusahaan fintech tersebut ditetapkan sebagai lembaga persepsi lainnya. Dengan masuknya
Tokopedia, Finnet, dan Bukalapak menjadi lembaga persepsi, maka total bank/pos/lembaga
persepsi menjadi 86 bank / pos / lembaga.
Melalui modul ini, setiap penyetor dapat mengakses satu portal penerimaan negara (single
sign-on) agar bisa mendapatkan kode billing untuk seluruh jenis penerimaan negara yang dapat
dilanjutkan pada proses penyetoran. Ini adalah sebuah kemudahan bagi penyetor dibandingkan
harus mengakses portal yang berbeda untuk jenis penerimaan negara yang berbeda. Modernisasi
sistem penerimaan negara dan pengelolaan APBN dilakukan untuk memenuhi tiga tuntutan, yaitu
meningkatkan kolektibilitas penerimaan negara, memudahkan penyetor untuk memenuhi
kewajibannya, dan adaptasi dengan perubahan teknologi informasi.
Selain MPN G3, Menkeu juga meresmikan sejumlah inovasi digital lainnya, yaitu integrasi
penyetoran pajak atas belanja daerah, rekening virtual untuk bendahara pengeluaran, serta
pembayaran digital dan marketplace untuk belanja uang persediaan. Semua inovasi ini saling
mendukung dan menciptakan ekosistem keuangan negara berbasis teknologi informasi sehingga
misi menjadikan APBN berbasis digital dapat tercapai.
a. Manfaat Adanya Lembaga Persepsi Lainnya
Penambahan agen penerimaan
Akses 24 jam, 7 hari dalam seminggu
Mendorong pembayaran non-tunai
Tarif imbalan jasa lebih murah
b. Portal Penerimaan Negara
Berikut diagram yang menggambarkan portal penerimaan negara dari MPN G3 yang
menghubungkan berbagai unit terkait.
Modul Penerimaan Negara merupakan integrasi dari Sistem Penerimaan (SISPEN), Sistem
Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (SMP3), dan Sistem Electronic Data Interchange (EDI)
yang mana output dari kegiatan ini adalah Data transaksi penerimaan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Serta adanya kesesuaian antara data transaksi penerimaan negara yang
terjadi di lapangan dengan sistem MPN dengan SPAN.
Adapun hubungan integrasi Modul Penerimaan Negara, dengan modul/sistem lainnya
adalah sebagai berikut:
a. SPAN : Modul Penerimaan Negara secara langsung terhubung ke SPAN dalam hal
perbaruan data terkait transaksi penerimaan negara. Jadi data transaksi penerimaan yang
telah direkam melalui MPN maka secara otomatis memperbarui data yang terdapat pada
sistem SPAN.
b. Modul GL dan Pelaporan : Modul Penerimaan Negara memiliki hubungan integrasi ke
Modul GL dan Pelaporan dalam hal perbaruan data terkait transaksi penerimaan negara.
Jadi data transaksi penerimaan yang telah direkam melalui MPN maka selanjutnya akan di
kirim ke Modul GL dan Pelaporan guna pembuatan jurnal transaksi serta pembaruan saldo
terkait akun penerimaan negara.
c. Single System Sign-On (SSO) Billing : Pembangunan Portal Penerimaan Negara sebagai opsi
bagi wajib pajak/wajib bayar/wajib setor membuat billing berbagai jenis penerimaan
negara (pajak, bea dan cukai, PNBP dan penerimaan lainnya) sekaligus dapat membayar
penerimaan negara tersebut dalam satu website.
Berikut alur hubungan modul penerimaan MPN –G3 dengan modul lainnya.
13. Risiko dan Pengendalian
Dengan segala fitur dan keunggulannya, Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN-
G3) tentunya akan sangat bermanfaat dalam pelaksanaan penerimaan negara. Akan tetapi tetap
saja tidak ada gading yang tak retak. Sama halnya dengan suatu aplikasi / sistem, pasti akan
menemui risiko/kendala dalam penggunaan. Risiko/kendala yang terjadi bisa datang dari internal
(bawaan pada aplikasi) maupun eksternal (infrastruktur, user, kondisi force majeur dan lain
sebagainya). Oleh sebab itu, kita dituntut untuk selalu siap menghadapi dan memitigasi
memberikan solusi apabila dalam penggunaan MPN-G3 terdapat kendala.
Risiko/kendala/ancaman yang dapat terjadi pada aplikasi MPN-G3 antara lain:
Aktivitas Ancaman Solusi / Pengendalian
Pembuatan tagihan 1. Sistem billing tidak dapat a. Wajib Pajak / Wajib Bayar /
menerbitkan kode billing Wajib Setor melakukan
pembayaran secara manual
dengan
SSB/SSBP/SSPB/SSPCP
Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3) adalah penyempurnaan dari MPN
G2. Penyempurnaan tersebut antara lain :
a. Sistem Single Sign On (SSO)
Pada aplikasi sebelumnya, Billing System terpisah menjadi 3 (tiga) Biller, yaitu Biller DJP,
DJBC, dan DJA. Hal tersebut disempurnakan dengan SSO sehingga pada MPN G3 dapat
mengakomodir semua biller dalam 1 (satu) portal saja. Dengan SSO, setiap transaksi
pembuatan biilling di masing-masing biller langsung secara otomatis by-sistem akan dapat
lanjut ke pembayaran tanpa perlu membuka portal lainnya.
b. Peningkatan Infrastruktur Kapasitas Transaksi
Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN-G3) mampu melayani transaksi setoran
penerimaan negara hingga 1.000 transaksi per detik. Jumlah tersebut jauh lebih banyak
daripada MPN G2 yang hanya mampu melayani 60 transaksi per detik. Hal tersebut
membuat pengelolaan penerimaan negara menjadi jauh lebih akurat dan tepat waktu.
c. Lembaga Persepsi Lainnya
Di zaman yang serba cepat dengan teknologi yang semakin terus berkembang, era digital
menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam bertransaksi. Oleh sebab itu, MPN G3
menggandeng perusahaan Financial Technology, E-Commerce, retailer dan lembaga lain
sehingga pada MPN G3 memungkinkan untuk melakukan pembayaran dengan uang
elektronik dan dompet digital.
Secara sistem dan fitur, MPN G3 merupakan sebuah terobosan yang sejalan
dengan era digital. Sehingga apabila melihat secara sistem, MPN G3 sudah sangat up-to-
date dengan fitur-fitur yang canggih. Namun tetap saja, perbaikan harus terus dilakukan
agar aplikasi yang sudah canggih dapat semakin digunakan dengan lancar tanpa
terkendala. Oleh sebab itu, perbaikan-perbaikan kecil pada MPN G3 antara lain :
2. Saran
a. Meningkatkan keamanan data dan informasi karena di era digital dengan tingkat sharing
tinggi dan akses mudah, maka akan banyak oknum tidak bertanggung jawab yang dapat
mengakses dan menyebabkan kebocoran data;
b. Meningkatkan kompetensi pegawai agar dapat mengikuti perkembangan zaman sehingga
dapat meningkatkan nilai dari instansi;
c. Meningkatkan integritas pegawai agar selalu melaksanakan tugas dengan penuh tanggung
jawab serta menjauhkan diri dari tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme.