Anda di halaman 1dari 43

MODUL

PENERIMAAN

KELOMPOK 8

(04) ANGGIT PONCO WIDIATMOKO


(23) LAELATUL MUNAWAROH
(32) RIKA PERMATASARI SIMARMATA
(33) RIZKY BAYU PUTRANTO
Daftar Isi

Daftar Isi ........................................................................................................ 2


BAB I Pendahuluan ...................................................................................... 3
1. Latar Belakang ................................................................................... 3
2. Dasar Hukum ..................................................................................... 4
3. Kerangka Teori ................................................................................... 5
4. Konsepsi Dasar dan Ruang Lingkup .................................................... 5
BAB II Pembahasan ................................................................................... 7
1. Gambaran Umum dan Sejarah MPN................................................... 7
2. Alur Penerimaan Negara .................................................................... 9
3. Definisi Modul Penerimaan Negara .................................................. 11
4. Proses Bisnis Modul Penerimaan Negara ......................................... 17
5. Simulasi Pembuatan Kode Billing (DJP) .............................................. 1
6. Penatausahaan Rekening Penerimaan Negara ................................... 5
7. Pelaporan Penerimaan Negara........................................................... 6
8. Proses Rekonsiliasi ............................................................................. 8
9. Koreksi Penerimaan ......................................................................... 12
10. MPN G3 ........................................................................................... 14
11. Keterkaitan Modul Penerimaan dengan Modul/ Sistem Lain ........... 19
12. Risiko dan Pengendalian .................................................................. 20
13. Perbaikan Proses Bisnis .................................................................... 21
BAB III Penutup ........................................................................................ 22
1. Simpulan .......................................................................................... 22
2. Saran ............................................................................................... 23
BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,


Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara salah satu wewenangnya adalah
menetapkan sistem penerimaan negara. Dalam rangka penatausahaan dan pengelolaan
penerimaan negara tersebut telah ditetapkan ketentuan penatausahaan penerimaan negara
yaitu diantaranya melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006 tentang
Modul Penerimaan Negara dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-
78/PB/2006 tentang Penatausahaan Penerimaan Negara melalui Modul Penerimaan Negara
(MPN).
Teknologi informasi merupakan bidang yang sangat penting bagi perkembangan
organisasi. Pengambilan keputusan secara cepat dan tepat tidak mungkin dilakukan tanpa
dukungan teknologi informasi, mengingat jumlah luas geografis Indonesia dan jumlah
transaksi serta cakupan pengendalian tidak mungkin dilakukan tanpa perangkat tersebut.
Konsep pembangunan MPN pada awalnya adalah dalam rangka menciptakan suatu sistem
penerimaan negara yang terintegrasi dengan menggunakan satu database, dimana
sebelumnya sistem penerimaan negara yang dikelola oleh masing-masing direktorat
jenderal di lingkungan Departemen Keuangan mempunyai sistem yang terpisah. Namun
dalam perjalanannya, diakui bahwa MPN saat ini masih mengalami beberapa permasalahan.
Pengembangan MPN sangat diperlukan demi mencapai sistem penerimaan yang
terus berkembangan mengikuti perubahan teknologi. Adapun pengembangan MPN yaitu
dengan cara pengoptimalisasian terhadap pemanfaatan teknologi informasi yang salah
satunya adalah pengembangan sistem pembayaran penerimaan negara yang lebih modern
(transaksi elektronik) yang selanjutnya disebut dengan istilah MPN G2 (Modul Penerimaan
Negara Generasi Kedua) dengan menggunakan kode billing yang dikelola oleh biller yaitu
Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan Direktorat Jenderal
Anggaran. MPN G2 hadir sebagai solusi dari beberapa permasalahan diantaranya wajib
pajak/wajib setor/wajib bayar belum terlayani dengan baik serta beberapa transaksi pada
MPN masih diragukan keakuratan datanya. Untuk itu dalam rangka penatausahaan
penerimaan negara yang diharapkan dapat dilaksanakan secara mudah, aman, cepat,
akurat, dan efisien dalam rangka menghasilkan laporan yang dapat dipertanggungjawabkan
sehingga dibutuhkan pengembangan sistem pembayaran yang lebih modern (transaksi
elektronik).
Dalam perkembangannya, pemerintah baru-baru ini meresmikan Modul Penerimaan
Negara Generasi Ketiga (MPN G3) yang merupakan penyempurnaan dari MPN G2. Salah
satu keunggulan dari MPN G3 yang diperkenalkan adalah bahwa MPN G3 mampu melayani
penyetoran penerimaan negara hingga 1.000 transaksi per detik. Hal itu merupakan
peningkatan signifikan dari MPN G2 yang hanya mampu melayani 60 transaksi per detik.
Selain itu, penyetoran penerimaan negara pada MPN G3 juga dapat dilakukan melalui
dompet elektronik, transfer bank, virtual account, dan kartu kredit yang dilaksanakan oleh
agen penerimaan yang dikenal dengan lembaga persepsi lainnya seperti e-commerce,
retailer, dan fintech. Hal ini diharapkan akan semakin mempercepat proses dalam
penerimaan negara agar lebih efektif dan efisien.

2. Dasar Hukum

 UU No 17 Tahun 2003 ttg Keuangan Negara


 UU No.1 Tahun 2004 ttg Perbendaharaan Negara
 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik;
 UU No 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
 PP No.39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
 PP No 45 Tahun 2013 jo PP No.50 Tahun 2018 tentang Perubahan PP No.45 Tahun
2013 ttg Tata Cara Pelaksanaan APBN
 PMK No.99 Tahun 2006 jo PMK No.37 Tahun 2007 tentang Modul Penerimaan
Negara
 PMK Nomor 32 Tahun 2014 jo PMK No.115 Tahun 2017 tentang Sistem Penerimaan
Negara secara Elektronik
 PMK No 154 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara
 PMK No.202 Tahun 2018 tentang Sistem Penerimaan Negara secara Elekktronik
(Revisi ke2 PMK 32/2014)
 Perdirjen PB No.5 Tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Konfirmasi Setoran
Penerimaan Negara
 Perdirjen PB No 07 Tahun 2014 tentang Penatausahaan Penerimaan Negara pada
SPAN.

3. Kerangka Teori

a. Konsepsi
Penerimaan negara merupakan uang yang masuk ke kas negara sedangkan Pendapatan
negara
adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
b. Pendapatan Negara
Pendapatan negara terdiri dari pajak, PNBP, dan Hibah. Sesuai dengan PP No.45 Tahun
2013, bahwa pendapatan negara harus disetorkan ke Kas Negara. Adapun penyertoran
pendapatan negara menggunakan sistem Penerimaan Negara.

4. Konsepsi Dasar dan Ruang Lingkup

Penerimaan negara merupakan hal yang sangat penting dalam suatu negara sebagai
salah satu sumber dari kegiatan operasional pemerintah. Tanpa adanya penerimaan, negara
tidak akan mampu untuk membiayai belanja negara. Apabila belanja negara tidak dapat
dilaksanakan, maka suatu negara tidak akan mampu melaksanakan kegiatan operasional
sebagai mana mestinya.
Penerimaan negara terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP), dan Penerimaan Hibah.

Ruang lingkup MPN meliputi 4 dari 6 ruang lingkup penerimaan negara, yaitu:
1. Penerimaan Perpajakan;
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak;
3. Penerimaan Pengembalian Belanja; dan
4. Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga.

MPN mengintegrasikan tiga sistem penerimaan yang selama ini berjalan, yaitu
Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) oleh Ditjen Pajak, Sistem Electronic
Data Interchange (EDI) oleh Ditjen Bea dan Cukai, dan Sistem Penerimaan Negara (Sispen)
oleh Ditjen Anggaran. Tujuan MPN adalah untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi
Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor dan menyediakan data penerimaan yang relevan dan
reliableyang dapat digunakan oleh semua instansi terkait (Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan
Cukai, Ditjen Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, dan Ditjen Perimbangan Keuangan). Ruang
lingkup MPN meliputi Penerimaan Perpajakan, PNBP, Pengembalian Belanja, dan
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga yang disetor oleh perorangan/badan atau Bendahara
melalui Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi dan penerimaan yang berasal dari
SPM yang dibukukan oleh KPPN. Sistem MPN terhubung dengan seluruh Bank/Pos Persepsi
yang menerima pembayaran penerimaan negara. Bank/Pos Persepsi melakukan pengesahan
pembayaran penerimaan negara ke sistem MPN secara realtime online. Kegiatan ini
dilakukan setiap ada pembayaran penerimaan negara oleh Wajib Pajak/Wajib Setor/Wajib
Bayar. Pengesahan pembayaran penerimaan negara dibuktikan dengan diterbitkannya
NTPN oleh sistem MPN.
BAB II Pembahasan

1. Gambaran Umum dan Sejarah MPN

a. MPN G2
Modul penerimaan Negara Generasi Kedua (MPN G2) adalah sistem penerimaan negara
yang menggunakan surat setoran elektronik. Surat setoran elektronik adalah surat setoran
yang berdasarkan pada sistem billing. Penerimaan negara dapat meliputi penerimaan pajak,
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) maupun penerimaan bea dan cukai, yang harus
masuk ke kas negara melalui sistem MPN.
Sistem MPN G2 ini disusun untuk memperbaiki sistem MPN sebelumnya (MPN G1).
Sebagai sebuah sistem, Modul Penerimaan Negara berhasil mengintegrasikan sistem
penerimaan negara yang selama ini terpisah. Penyempurnaan Modul Penerimaan Negara
melibatkan unit-unit pemilik tagihan lingkup Kementerian Keuangan yang dikenal dengan
sebutan biller, yakni Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan
Direktorat Jenderal Anggaran. Sementara itu, sistem yang menghubungkan dengan sistem
perbankan dan sistem settlement dikelola oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan
pengelolaan infrastruktur oleh Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan Sekretariat
Jenderal.
Arah penyempurnaan MPN G2 meliputi perubahan dari sistem manual ke billing system,
dari layanan over the counter (teller) ke layanan online, dari single currency menjadi dapat
melayani valuta asing, dari terbatas pada beberapa jenis penerimaan menjadi mencakup
keseluruhan penerimaan. Billing system adalah sistem yang menerbitkan kode billing untuk
pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara elektronik, tanpa perlu membuat
Surat Setoran (SSP, SSBP, SSPB) manual. MPN G2 diharapkan mendukung pelaksanaan cash
management yang baik dengan menyajikan informasi penerimaan negara secara real time
yang didukung keandalan teknologi informasi dalam penerapan Treasury Single Account.
Keuntungan penggunan MPN G2 adalah:
 Layanan Online dan Fleksibel, dengan berbagai pilihan chanel pembayaran
online, sehingga Wajib Bayar memiliki pilihan yang fleksibel sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan. Berbagai channel pembayaran tersebut antara lain
ATM (Anjungan Tunai Mandiri), EDC (Electronic Data Capture), teller bank atau
bahkan internet banking.
 Dimanapun dan Kapanpun, MPN G2 yang melayani seluruh transaksi penerimaan
negara berikut pilihan channel pembayaran yang lengkap memudahkan Wajib
Bayar melakukan setoran penerimaan negara dimanapun dan kapanpun.

b. MPN G3
MPN G3 merupakan penyempurnaan dari MPN G2, meliputi
 Sistem Single Sign-On (SSO)
Pembangunan portal penerimaan negara sebagai opsi bagi Wajib Pajak/Wajib
Bayar/Wajib Setor membuat billing berbagai jenis penerimaan negara sekaligus
dapat membayar penerimaan negara tersebut di dalam satu website
 Pemutakhiran Infrastruktur
Infrastruktur MPN G2 yang hanya mampu memproses 60 transaksi per detik
kemudian dilakukan pemutakhiran sehingga pada MPN G3 meningkatkan
performa dengan kecepatan pemrosesan menjadi 1000 transaksi per detik.
 Lembaga Persepsi Lainnya (LPL)
Perluasan saluran penerimaan negara dengan menambah cakupan lembaga yang
dapat dilayani pembayaran penerimaan negara selain melalui bank/pos, yaitu
lembaga lainnya seperti e-commerce, fintech sebagai LPL

Manfaat adanya LPL dalam rangka perluasan layanan penerimaan negara adalah:
 Penambahan agen pemerintah
 Akses layanan 24/7
 Mendorong cashless payment
 Tarif imbalan jasa lebih murah
2. Alur Penerimaan Negara

Gambar II.1 Alur Penerimaan Negara

Alur penerimaan negara yaitu:


- Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor menyetorkan Penerimaan Negara ke Bank/Pos
Persepsi menggunakan Kode Billing.
- Bank/Pos Persepsi menerima penyetoran Penerimaan Negara berdasarkan Kode Billing
yang disampaikan oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor.
- Berdasarkan Kode Billing, Sistem Settlement memberikan konfirmasi atas permintaan
pembayaran yang disampaikan oleh Bank/Pos Persepsi
- Setelah Sistem Settlement memberikan konfirmasi , Sistem Settlement menerbitkan
NTPN.
- NTPN kemudian disampaikan kepada Biller secara real time.
- Penyampaian NTPN merupakan notifikasi atas diterimanya pembayaran di rekening Kas
Negara.
- KPPN Khusus Penerimaan melakukan penatausahaan terhadap data Penerimaan Negara
yang diperoleh dari Sistem Settlement, Bank/Pos Persepsi, dan Bank Indonesia
- Penatausahaan data Penerimaan Negara yang dilakukan oleh KPPN Khusus Penerimaan
meliputi:
1) pencatatan atas transaksi Penerimaan Negara;
2) penelitian atas ketepatan jumlah uang yang dilimpahkan ke sub Rekening KUN
penerimaan;
3) pencatatan atas transaksi pelimpahan Penerimaan Negara berdasarkan nota debet
yang disampaikan oleh Bank/Pos Persepsi dan nota kredit dari Bank Indonesia;
4) penyampain NTPN yang diperoleh dari Sistem Settlement kepada Bank/Pos Persepsi
dalam hal terdapat penerbitan BPN tanpa teraan NTPN; dan
5) penyusunan laporan Penerimaan Negara.
- Dalam rangka menjamin validitas dan akurasi data Penerimaan Negara, KPPN Khusus
Penerimaan melakukan:
1) rekonsiliasi transaksi; yaitu dilakukan dengan membandingkan data setoran
Penerimaan Negara yang diterima dari Bank/Pos Persepsi dengan data Penerimaan
Negara yang tercatat pada Sistem Settlement.
2) rekonsiliasi kas; yaitu dilakukan dengan membandingkan jumlah uang yang
dilimpahkan ke sub Rekening KUN penerimaan dengan kewajiban pelimpahan oleh
Bank/Pos Persepsi berdasarkan transaksi Penerimaan Negara pada hari kerja
berkenaan.

a. Penerimaan melalui Bank Indonesia


Penerimaan dari Bank Indonesia meliputi :
 Rekening sub RKUN untuk menampung penerimaan dari penjualan surat utang
negara (sun).
 Rekening khusus untuk menampung penerimaan yang terkait dengan penerimaan
pembiayaan, khususnya yang diperoleh dari initial deposit dan replenishment.
3. Definisi Modul Penerimaan Negara

Modul Penerimaan Negara atau disingkat MPN adalah sebuah sistem penerimaan
negara yang menggunakan surat setoran elektronik. Surat setoran elektronik sendiri adalah
surat setoran yang berdasarkan pada sistem billing. Penerimaan negara dapat meliputi
penerimaan pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) maupun penerimaan bea dan
cukai, yang harus masuk ke kas negara melalui sistem MPN.
MPN terbaru yang diluncurkan adalah MPN Generasi Ketiga atau disingkat MPN G3.
Generasi ketiga ini merupakan penyempurnaan dari MPN Generasi sebelumnya yaitu MPN
G2. MPN G3 disebut sebagai salah satu sistem yang dibangun oleh Kementerian Keuangan
dalam rangka mengelola penerimaan negara secara jauh lebih akurat, tepat waktu, dan juga
dalam rangka memberikan layanan lebih baik kepada seluruh masyarakat dalam
menjalankan kewajiban membayar pajak dan kewajiban lainnya.
MPN diawali dari MPN generasi pertama atau MPN G1, kemudian dilanjutkan
dengan MPN generasi 1,5 pada tahun 2014. Sistem MPN G1 dalam praktiknya memiliki
kelemahan fungsional. Kelemahan tersebut yaitu rendahnya kualitas data transaksi
penerimaan negara. Kelemahan lain adalah disebabkan oleh dominasi/intervensi manusia
baik dari segi penyetor maupun teller bank/pos persepsi.
Dari pihak penyetor kesalahan paling umum adalah isian data penyetoran yang tidak
lengkap, sedangkan dari pihak teller bank/pos persepsi umumnya terkait kesalahan input
akun ataupun input identitas dari penyetor. Akibatnya, setoran tersebut belum bisa diakui
sebagai pelunasan kewajiban oleh Wajib Pajak (WP), Wajib Bayar (WB), maupun Wajib Setor
(WS).
MPN G1 sendiri memiliki proses bisnis yang masih sederhana, alur penerimaan MPN
G1 dapat dijelaskan sebagaimana berikut.
Gambar II.2 Alur Penerimaan MPN G1

Bank/Pos KPPN mitra kerja


Persepsi (setempat)

Laporan
Pelimpahan

WP/WB/WS

Sub RKUN
di BI

Untuk mengatasi kekurangan pada MPN G1, maka dilakukan penyempurnaan


dengan membangun sistem baru, yaitu Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik atau
lebih dikenal dengan Modul Penerimaan Negara Generasi Dua (MPN-G2), yaitu sistem
penerimaan negara menggunakan surat setoran elektronik yang dilaunching Februari 2015.
Penyempurnaan MPN G2 meliputi perubahan dari sistem manual ke billing system,
dari layanan over the counter (teller) ke layanan on line, dari single currency menjadi dapat
melayani dalam valas, dari terbatas pada beberapa jenis penerimaan menjadi mencakup
keseluruhan penerimaan.
Melalui MPN G-2, penatausahaan negara dilakukansecara terpusat (sentralisasi)
dengan berbasis billing system, dan system settlement sebagai upaya integrasi data
penerimaan negara dan penyelesaian status akhir pembayaran.
Konfigurasi dalam MPN G2 terbagi menjadi 3, diantaranya :
1. Subsistem Billing
Sistem Billing merupakan sistem yang memfasilitasi penerbitan kode billing dalam
rangka pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara elektronik.
Sistem billing menghasilkan data tagihan/billing dengan kode billing, yaitu kode
identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran
yang akan dilakukan Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor.
Sistem Billing dikelola oleh Biller, yaitu unit eselon I Kementerian Keuangan, terdiri
atas Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai dan Direktorat Jenderal
Anggaran.
2. Sistem Switching
Sistem Settlement adalah sistem penerimaan negara yang dikelola oleh Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang memfasilitasi penyelesaian proses pembayaran dan
pemberian NTPN.
Berdasarkan kode billing, Sistem Settlement memberikan konfirmasi atas
permintaan pembayaran yang disampaikan oleh Bank/Pos Persepsi. Setelah memberikan
konfirmasi data pembayaran, Sistem Settlement menerbitkan NTPN. Selain ke Sistem Bank
(CA), NTPN juga dikirim ke sistem billing secara realtime. Penyampaian NTPN dimaksud
merupakan notifikasi atas diterimanya pembayaran di rekening Kas Negara.
Switching System mempunyai fungsi menyiapkan interface ke arah system
settlement, dan dari arah Bank/Pos Persepsi, serta menyiapkan link yang terhubung ke
Bank/Pos Persepsi.

3. Sistem Collecting Agents


Sistem Collecting Agent adalah sistem pada Bank/Pos yang melayani
pembayaran penerimaan negara. Dalam penatausahaan penerimaan negara, lembaga
tersebut disebut dengan istilah Bank/Pos Persepsi. Dlm MPN G3, CA termasuk lembaga
persepsi lainnya al. fintech, e-commerce, retailer
Sistem Collecting Agent mempunyai fungsi menyiapkan interface ke arah sistem
Settlement, memungkinkan berjalannya proses transaksi penerimaan negara dengan
men-generate notifikasi transaksi Bank (Nomor Transaksi Bank), mengkredit ke Rekening
Kas Negara, dan mencetak/menyediakan fasilitas pencetakan Bukti Penerimaan Negara
(BPN), dan pelaporan ke otoritas Settlement Kementerian Keuangan.
MPN G2 menggunakan sistem penerimaan negara dengan berbasis elektronik atau
yang disebut dengan surat setoran elektronik (SSE). Adapun cara kerja dari penerimaan
secara elektronik adalah sebagai berikut.
Gambar II.3 Cara Kerja Penerimaan Secara Elektronik

Sistem billing adalah sistem yang memfasilitasi penerbitan kode billing dalam rangka
pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara elektronik tanpa perlu membuat
Surat Setoran ( SSP, SSBP, SSPB) manual.
Hanya dengan menyampaikan kode billing, pembayaran pajak, bea & cukai, dan PNBP dapat
dilakukan dengan cepat dan mudah.
Ada beberapa alasan digunakannya billing system dalam MPN G2, diantaranya:
1. Mempermudah dan menyederhanakan proses pengisian data dalam rangka
pembayaran dan penyetoran penerimaan negara.
2. Menghindari/meminimalisasi kemungkinan terjadinya human error dalam
perekaman data pembayaran dan penyetoran oleh petugas Bank/Pos Persepsi.
3. Memberikan kemudahan dan fleksibilitas cara pembayaran / penyetoran melalui
beberapa alternatif saluran pembayaran dan penyetoran.
4. Memberikan akses kepada wajib bayar dan wajib setor PNBP untuk memonitor
status atau realisasi pembayaran dari penyetoran PNBP.
5. Memberikan keleluasaan kepada wajib pajak/wajib bayar untuk merekam data
setoran secara mandiri (self assessment).
Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing atas suatu
jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan wajib pajak/wajib bayar wajib setor
dalam rangka identifikasi penerbit kode billing dalam MPN G2.
Gambar II.4 Kode Billing

Tabel II-1 Elemen Data Kode Billing


MPN G2 sendiri memiliki manfaat bagi beberapa penggunanya, diantaranya:
Bagi wajib pajak/wajib setor/wajib bayar (pembayar):
• Layanan online dan fleksibel dimanapun dan kapanpun
• Kemudahan dalam Proses Billing dan Konfirmasi Setoran
• Kerahasiaan Data

Bagi Bank/pos persepsi (Collecting Agent):


• Tidak lagi melakukan handling yang banyak atas pelaksanaan MPN
• Penatausahaan penerimaan negara akan dilakukan secara terpusat
• Pemanfaatan berbagai Channel Pembayaran saat ini

Bagi DJP/DJBC/DJA/DJPB (Biller):


• Minimalisasi kesalahan input data setoran
• Informasi pembayaran tagihan dapat diperoleh dengan cepat dan akurat
• Dapat mengolah dan menyajikan data setoran sesuai kebutuhan.

Bagi DJPB (MPN-G2):


• Penatausahaan penerimaan (MPN) secara terpusat oleh Direktorat Pengelolaan Kas
Negara
• Penggunaan jasa Switcher dalam pengembangan dan pengelolaan MPN
• Penghematan terhadap biaya operasinal yang harus ditanggung oleh pemerintah
atas pelaksanaan MPN
4. Proses Bisnis Modul Penerimaan Negara

Gambar II.5 Proses Bisnis MPN G2

Dalam MPN G2 dikenal istilah biller dan billing, biller dalam MPN G2 diantarnya
adalah
• DJA  melayani Billing MPN G2 Penerimaan Negara Bukan Pajak  dengan biling
simponi.kemenkeu.go.id
• DJP  melayani Billing MPN G2 Penerimaan Pajak  dengan biling
djponline.pajak.go.id
• DJBC  melayani Billing MPN G2 Penerimaan Bea dan Cukai  dengan biling
customer.beacukai.go.id
Gambar II.6 Perbandingan MPN G1, MPN G2, dan cikal bakal MPN G3

MPN G3 memiliki keunggulan salah satunya adalah mampu melayani penyetoran


penerimaan negara hingga 1.000 transaksi per detik, meningkat signifkan dari hanya 60
transaksi per detik pada MPN G2.
Selain itu, penyetoran penerimaan negara pada MPN G3 juga dapat dilakukan
melalui dompet elektronik, transfer bank, virtual account, dan kartu kredit yang
dilaksanakan oleh agen penerimaan yang dikenal dengan lembaga persepsi lainnya seperti
e-commerce, retailer, dan fintech.
Pengembangan MPN G3 dilakukan secara kolaboratif antara Kemenkeu dengan
sejumlah bank serta pelaku fintech dan e-commerce seperti Tokopedia, Finnet Indonesia,
dan Bukalapak. Perusahaan Fintech tersebut ditetapkan sebagai lembaga persepsi lainnya.
Dengan masuknya Tokopedia, Finnet, dan Bukalapak menjadi lembaga persepsi, maka total
bank/pos/lembaga persepsi menjadi 86 bank/pos/lembaga.
Melalui modul ini, setiap penyetor dapat mengakses satu portal penerimaan negara
(single sign-on) agar bisa mendapatkan kode billing untuk seluruh jenis penerimaan negara
yang dapat dilanjutkan pada proses penyetoran. Ini adalah sebuah kemudahan bagi
penyetor dibandingkan harus mengakses portal yang berbeda untuk jenis penerimaan
negara yang berbeda.
Modernisasi sistem penerimaan negara dan pengelolaan APBN dilakukan untuk
memenuhi tiga tuntutan, yaitu meningkatkan kolektibilitas penerimaan negara,
memudahkan penyetor untuk memenuhi kewajibannya, dan adaptasi dengan perubahan
teknologi informasi.
Selain MPN G3, Menkeu juga meresmikan sejumlah inovasi digital lainnya, yaitu
integrasi penyetoran pajak atas belanja daerah, rekening virtual untuk bendahara
pengeluaran, serta pembayaran digital dan marketplace untuk belanja uang persediaan.
Semua inovasi ini saling mendukung dan menciptakan ekosistem keuangan negara berbasis
teknologi informasi sehingga misi menjadikan APBN berbasis digital dapat tercapai.
Gambar II.7 DFD Konteks MPN G2

Gambar II.8 DFD Level 0 MPN G2


Gambar II.9 Proses Bisnis MPN G2
Proses Transaksi Pada Modul Penerimaan

No Proses / Aktivitas Input Output

1. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor Data Wajib Bayar/ User Name /


melakukan pendaftaran Wajib Pajak/ Wajib Password
Setor
2. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor Data Penerimaan Kode Billing
membuat billing
3. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor Inquiry, konfirmasi, BPN (NTPN,
membayar tagihan pajak dan pembayaran NTB/NTP)
4. Collecting Agents mengirimkan data Inquiry dan NTPN
inquiry dan pembayaran ke Settlement pembayaran
System/MPN G2
5. Collecting Agents mengirimkan rekening e-LHP, DNP, -
koran ke DJPb (KPPN Khusus Penerimaan) rekening koran
6. BI mengirimkan data kas ke DJPb (KPPN BIG-eb -
Khusus Penerimaan)
7. Settlement System/MPN G2 mengirimkan Data transaksi -
data transaksi penerimaan ke SPAN penerimaan

5. Simulasi Pembuatan Kode Billing (DJP)

1. Proses Pendaftaran
Proses pendaftaran akun dilakukan pada instansi sesuai dengan jenis penerimaan negara
bersangkutan. Pada simulasi kali ini, pendaftaran maupun pembuatan kode billing terkait
penerimaan pajak dilakukan pada situs https://djponline.pajak.go.id/account/login
Gambar II.10 Tampilan Awal djponline.go.id

Dalam proses registrasi, user akan memperoleh akses untuk login dengan memasukkan NPWP dan
password yang telah dibuat ketika proses registrasi. Yang perlu dipersiapkan adalah e-mail, NPWP
dan e-FIN (bisa didapatkan di KPP terdekat).
Setelah melakukan registrasi, user bisa melakukan login hingga jendela terbuka seperti ini.

Gambar II.11 Tampilan menu djponline.go.id

Klik pada pilihan bayar untuk membuat kode billing.


Gambar II.12 Tampilan menu Bayar E-Billing

Setelah itu pilih e-Billing.

Akan muncul jendela seperti diatas. Isian NPWP, Nama dan Alamat akan otomatis terisi sesuai
dengan profil user. WP hanya perlu menentukan Jenis Pajak, Jenis Setoran, Masa Pajak, Tahun
Pajak, Jumlah Setor serta Uraian (optional).
Setelah itu klik Buat Kode Billing untuk ke proses selanjutnya. Lalu Klik cetak untuk mencetak Kode
Billing.
Gambar II.13 Contoh Cetakan Kode Billing

Kode billing tersebut digunakan sebagai dasar dalam pembayaran pajak. Pembayaran bisa
dilakukan melalui internet banking, mobile banking, tokopedia, bukalapak dan fintech lainnya.
Setelah melakukan pembayaran, WP akan segera menerima bukti pembayaran berupa Bukti
Penerimaan Negara (BPN) yang memiliki NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) sebagai
bukti bahwa pembayaran pajak telah berhasil.
Gambar II.14 Contoh BPN dan NTPN

6. Penatausahaan Rekening Penerimaan Negara

Penatausahaan rekening pada Modul Penerimaan Negara adalah sebagai berikut :


 Hanya terdapat satu buah rekening untuk masing-masing jenis mata uang pada bank/pos
persepsi untuk menampung seluruh penerimaan negara.
 Rekening berada di Kantor Pusat Bank atau salah satu cabang yang ditunjuk.
 Seluruh transaksi penerimaan negara langsung dikreditkan ke rekening persepsi (Rekening
KPPN Khusus Penerimaan) pada masing-masing bank/pos persepsi;
 Pelimpahan penerimaan negara dari Rekening Penerimaan ke rekening Sub RKUN Dit PKN
mengikuti ketentuan
 Batas waktu (cut-off) transaksi yang tercatat pada Rekening Koran mengikuti ketentuan di
masing-masing bank/pos persepsi.
 Kantor cabang bank/pos persepsi sebagai payment channel, melalui kantor pusat atau
cabang yang ditunjuk untuk mengakses ke sistem settlement.
 Bank/Pos Persepsi menyediakan media penyetoran untuk WP/WB/WS berdasarkan ID
Billing.
 Prosedur penerimaan setoran melalui teller, ATM, dan e-banking.
 Sistem bank/pos persepsi menerbitkan dan mencetak BPN.
 Bank/Pos menyediakan fasilitas cetak ulang BPN.
 Pelunasan kewajiban kepada negara diakui sesuai tanggal pembayaran pada BPN/struk
ATM.
 Bank/pos persepsi dapat melakukan beberapa kali pelimpahan ke Rekening Sub RKUN Dit
PKN pada Bank Indonesia.
 Periode cut-off harian pembukuan sesuai zona waktu masing-masing kantor pusat/cabang
yang ditunjuk sebagai koordinator.
 Pelimpahan penerimaan dlm mata uang rupiah melalui BI-RTGS, untuk mata uang USD
melalui SWIFT CODE.
 BI memberikan nomor sakti melaui BI-RTGS dan bank koresponden akan menerbitkan
transaction reference number atas out going transfer.
 Bank/pos persepsi mencantumkan nomor sakti atas pelimpahan pada masingmasing detail
data transaksi pada DNP

7. Pelaporan Penerimaan Negara

Penatausahaan rekening pada Modul Penerimaan Negara adalah sebagai berikut :


a Diatur pada Pasal 26 PMK Nomor 32/PMK.05/2014
b Prosedur penerimaan setoran melalui teller, ATM, dan e-banking.
c Bank/pos mengirimkan LHP (Laporan Harian Penerimaan) elektronik dan rekening koran
elektronik ke KPPN Khusus Penerimaan melalui Portal Rekonsiliasi.
d Laporan Harian Penerimaan dibuat per rekening kas negara persepsi.
e LHP berisi data penerimaan negara yang diterima setelah pukul 15.00 waktu setempat
pada hari kerja sebelumnya sampai dengan pukul 15.00 waktu setempat hari kerja
berkenaan
f LHP Terdiri dari nota debet pelimpahan, daftar nominatif penerimaan (DNP), dan rekening
koran
g Penamaan file LHP : <kodebank>LHP<tanggalbuku> dengan type file “.txt”
h Penamaan file DNP : <kodebank>DNP<tanggalbuku> dengan type file “.txt”.
i Format text file e-DNP :
kodebank;tanggaltransaksi;waktutransaksi;tanggalbuku;kodebilling;ntb;ntpn;nilai;matauan
g;nomor sakti
Gambar II.15 Contoh Laporan Harian Penerimaan

Gambar II.16 Contoh Daftar Nominatif Penerimaan


8. Proses Rekonsiliasi

Rekonsiliasi dilakukan untuk menjamin validitas dan akurasi data penerimaan negara.
Dimaksudkan untuk memastikan bahwa setoran tersebut sah dan telah diterima di RKUN serta
telah tercatat di sistem settlement. Rekonsiliasi dilakukan oleh KPPN Khusus Penerimaan
(Settlement) dengan Bank/Pos Persepsi (CA). Adapun jenis rekonsiliasi berupa rekonsiliasi data
transaksi dan rekonsililasi kas.
a. Rekonsiliasi Transaksi
 Definisi : Kegiatan membandingkan data setoran penerimaan negara yang diterima oleh
Bank/Pos Persepsi dengan data penerimaan negara yang tercatat pada sistem settlement.
 Dilakukan secara harian
 Menghasilkan 2 (dua) jenis data :
1) data settled/reconciled
2) data unsettled/unreconciled → CA Only dan Settlement Only
 Terhadap CA Only : KPPN Khusus penerimaan menerbitkan dan menyampaikan NTPN
kepada Bank/Pos Persepsi, serta memerintahkan untuk melimpahkan ke RKUN apabila
belum dilimpahkan
 Terhadap Settlement Only : KPPN Khusus Penerimaan menyampaikan NTPN ke Bank/Pos
Persepsi, serta dapat memerintahkan perbaikan dan pelimpahan.
 Terhadap data Settlement Only akan dilakukan investigasi.
b. Rekonsiliasi Kas
 Definisi : Kegiatan membandingkan jumlah uang yang dilimpahkan ke sub RKUN
penerimaan dengan kewajiban pelimpahan oleh Bank/Pos Persepsi berdasarkan transaksi
penerimaan negara pada hari kerja berkenaan.
 Dokumen yang digunakan :
1) nota debet dan rekening koran yang diterima dari Bank/Pos Persepsi;
2) nota kredit dan rekening koran sub Rekening KUN penerimaan; dan
3) LHP Elektronik
 Dalam hal :
1) Jumlah yang dilimpahkan > kewajiban pelimpahan, KPPN Khusus Penerimaan
melakukan pengembalian maks. 5 hari kerja sejak dokumen permintaan pengembalian
diterima lengkap
2) Jumlah yang dilimpahkan < kewajiban pelimpahan, KPPN Khusus Penerimaan
memerintahkan Bank/Pos Persepsi untuk melimpahkan kekurangan dan mengenakan
sanksi administratif berupa denda.
Rekapitulasi Penerimaan Pajak
Latar belakang :
 Transaksi penerimaan detail per NTPN
 Volume Data transaksi melalui MPNG2 semakin besar
 Kebutuhan percepatan reporting maupun rekonsiliasi
Untuk mempercepat proses posting data di SPAN, mulai 01 November 2017 telah
diterapkan sistem rekap untuk penerimaan perpajakan (biller pajak) dimana NTPN setoran dengan
unsur sama pada rekening MPNG2 yaitu tanggal buku, kode satker, kode KPPN dan kode akun
akan dibuatkan satu NTPN rekap secara otomatis yang selanjutnya akan di interface ke SPAN.
Oleh karena itu yang akan tersedia di SPAN hanya NTPN Summary.
Konfirmasi Penerimaan
Konfirmasi penerimaan merupakan proses validasi terkait pembukuan penerimaan negara.
Satuan kerja (satker) mengajukan proses konfirmasi penerimaan di KPPN dengan cara
menyampaikan ADK konfirmasi. KPPN menerbitkan nota konfirmasi atas proses konfirmasi
penerimaan negara yang ditandatangani oleh petugas konfirmasi. Pelaksanaan Konfirmasi
dilakukan melalui Konfirmasi SPAN, konfirmasi Dashboard MPN G2, Konfirmasi OmSPAN.
9. Koreksi Penerimaan

Perdirjen Perbendaharaan No PER-16/PB/2014 tentang Tata Cara Koreksi Data Transasksi


Keuangan pada SPAN.
 KPPN hanya dapat melakukan koreksi terkait data yang ada pada segmen CoA (Segmen 1 –
segmen 12)
 Terdapat 12 segmen CoA, yaitu:
1. Segmen Satker, terdiri dari 6 digit yang menunjukkan unit yang bertanggung jawab
terhadap pencatatan transaksi. Segmen Satker dalam SPAN menggunakan skema satu
kode Satker untuk satu DIPA, sehingga satu Satker yang menerima beberapa DIPA dari
Bagian Anggaran dan Eselon I yang berbeda, akan menggunakan kode Satker yang
berbeda.
2. Segmen KPPN, terdiri dari 3 digit, yang menunjukan KPPN sesuai dengan lokasi tempat
pembayaran.
3. Segmen Akun, terdiri dari 6 digit, dalam penerapan akuntansi akrual, terdapat
penambahan laporan keuangan yang membutuhkan tambahan akun baru (akun
operasional, akun neraca, akun komitmen, dan akun non anggaran)
4. Segmen Program, terdiri dari 7 digit, yang merupakan gabungan dari kode Bagian
Anggaran (3 digit), kode eselon 1 (2 digit), dan kode program (2 digit).
5. Segmen Output, terdiri dari 7 digit, yang merupakan gabungan dari kode kegiatan (4
digit) dan kode Output (3 digit).
6. Segmen Dana terdiri dari 10 digit, yang merupakan gabungan dari kode sumber dana (1
digit), kode cara penarikan (1 digit), dan nomor Register Loan dan Hibah (8 digit).
7. Segmen Bank, terdiri dari 5 digit, yang merupakam gabungan dari kode jenis / tiper
rekening (1 digit) dan kode nomor rekening / nomor urut rekening (4 digit). Segmen
bank memberikan informasi arus kas pada setiap rekening. Segmen bank digunakan
untuk kebutuhan rekonsiliasi dan pelaporan berbasis kas (LAK).
8. Segmen kewenangan, terdiri dari 1 digit, yaitu (1) Kantor Pusat, (2) Kantor Daerah, (3)
Dekonsentransi, (4) Tugas Perbantuan, (5) Urusan Bersama.
9. Segmen Lokasi, terdiri dari 4 digit, tempat pelaksanaan kegiatan oleh Satker.
10. Segmen Anggaran, terdiri dari 1 digit, yaitu (1) Appropriasi, (2) Allotment, (3) Annual
Financial Plan (AFP), (4) Carry Forward, (7) Pengembalian Belanja, dan (9) Blokir.
11. Segmen Antar Entitas, terdiri dari 6 digit, untuk menjelaskan adanya transaksi antara
entitas BUN selaku pengelola kas negara dan entitas Satker selaku Pengguna Anggaran.
12. Segmen Cadangan, terdiri dari 6 digit, merupakan kode yang dipersiapkan untuk
mengantisipasi adanya klasifikasi baru di masa yang akan datang.
 Tidak merubah total nilai penerimaan
 Koreksi penerimaan menggunakan ADK koreksi
 Khusus Koreksi Penerimaan Pajak (setelah summary), diperlukan koordinasi dengan
Dit.SITP untuk mendapatkan nomor NTPN rekap

Gambar BAS Nomor Penerimaan pada SPAN

Aturan Koreksi Penerimaan


Koreksi transaksi penerimaan menggunakan tanggal buku periode tahun yang sama.
Koreksi transaksi penerimaan bulan berjalan menggunakan tanggal buku sesuai dengan tanggal
transaksi penerimaannya. Penerimaan sampai dengan bulan lalu yang proses koreksinya dilakukan
sampai dengan tanggal 13 bulan berjalan menggunakan tanggal buku hari kerja terakhir bulan
sebelumnya serta dibukukan sebagai koreksi pada bulan sebelumnya.
Penerimaan sampai dengan bulan lalu yang proses koreksinya dilakukan setelah tanggal 13
bulan berjalan maka menggunakan tanggal buku hari kerja sesuai tanggal pelaksanaan koreksi
penerimaan. Berikut ilustrasi contoh koreksi penerimaan.
10. MPN G3

Modul Penerimaan Negara Generasi Ke-3 (MPN G3) merupakan penyempurnaan terkini
dari sistem penerimaan negara MPN G2.Salah satu keunggulan MPN G3 adalah mampu melayani
penyetoran penerimaan negara hingga 1.000 transaksi per detik, meningkat signifkan dari hanya
60 transaksi per detik pada MPN G2. Selain itu, penyetoran penerimaannegara pada MPN G3 juga
dapat dilakukan melalui dompet elektronik, transfer bank, virtual account, dan kartu kredit yang
dilaksanakan oleh agen penerimaan yang dikenal dengan\ lembaga persepsi lainnya seperti e-
commerce, retailer, dan fintech.
Pengembangan MPN G3 dilakukan secara kolaboratif antara Kemenkeu dengan sejumlah
bank serta pelaku fintech dan e-commerce seperti Tokopedia, Finnet Indonesia, dan Bukalapak.
Perusahaan fintech tersebut ditetapkan sebagai lembaga persepsi lainnya. Dengan masuknya
Tokopedia, Finnet, dan Bukalapak menjadi lembaga persepsi, maka total bank/pos/lembaga
persepsi menjadi 86 bank / pos / lembaga.
Melalui modul ini, setiap penyetor dapat mengakses satu portal penerimaan negara (single
sign-on) agar bisa mendapatkan kode billing untuk seluruh jenis penerimaan negara yang dapat
dilanjutkan pada proses penyetoran. Ini adalah sebuah kemudahan bagi penyetor dibandingkan
harus mengakses portal yang berbeda untuk jenis penerimaan negara yang berbeda. Modernisasi
sistem penerimaan negara dan pengelolaan APBN dilakukan untuk memenuhi tiga tuntutan, yaitu
meningkatkan kolektibilitas penerimaan negara, memudahkan penyetor untuk memenuhi
kewajibannya, dan adaptasi dengan perubahan teknologi informasi.
Selain MPN G3, Menkeu juga meresmikan sejumlah inovasi digital lainnya, yaitu integrasi
penyetoran pajak atas belanja daerah, rekening virtual untuk bendahara pengeluaran, serta
pembayaran digital dan marketplace untuk belanja uang persediaan. Semua inovasi ini saling
mendukung dan menciptakan ekosistem keuangan negara berbasis teknologi informasi sehingga
misi menjadikan APBN berbasis digital dapat tercapai.
a. Manfaat Adanya Lembaga Persepsi Lainnya
 Penambahan agen penerimaan
 Akses 24 jam, 7 hari dalam seminggu
 Mendorong pembayaran non-tunai
 Tarif imbalan jasa lebih murah
b. Portal Penerimaan Negara
Berikut diagram yang menggambarkan portal penerimaan negara dari MPN G3 yang
menghubungkan berbagai unit terkait.

c. Alur Penerimaan Negara MPN G3


d. Alur Pelimpahan dan Pelaporan

e. Rekening yang Dipersamakan dengan Rekening Penerimaan vs. Rekening Penampungan di


Bank
f. Perbandingan Bank Persepsi dan Lembaga Persepsi Lainnya (LPL)
11. PENERIMAAN NEGARA MELALUI KPPN

Berdasarkan PMK No 154/PMK.05/2014, penerimaan negara yang diterima melalui KPPN


merupakan penerimaan yang berasal dari:
 potongan SPM;
 pengesahan pendapatan;
 rekening retur SP2D yang dibukukan oleh KPPN
Dalam hal penerimaan negara memerlukan NTPN, dapat mengacu pada nomor referensi
penerimaan yang diberikan oleh SPAN.NTPN untuk potongan SPM adalah Nomor SP2D.
penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM, KPPN dapat mencetak dan menyerahkan
Bukti Penerimaan Negara kepada Bendahara Satker yang bersangkutan melalui SPAN dengan dua
cara:
a. Cetak Bukti Penerimaan Negara lewat modul PM di seksi bank dalam hal yang meminta
adalah satker mitra kerja KPPN
b. Cetak Laporan Daftar Penerimaan lewat modul GR dalam hal yang meminta adalah KPP
Mitra Kerja KPPN
12. Keterkaitan Modul Penerimaan dengan Modul/ Sistem Lain

Modul Penerimaan Negara merupakan integrasi dari Sistem Penerimaan (SISPEN), Sistem
Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (SMP3), dan Sistem Electronic Data Interchange (EDI)
yang mana output dari kegiatan ini adalah Data transaksi penerimaan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Serta adanya kesesuaian antara data transaksi penerimaan negara yang
terjadi di lapangan dengan sistem MPN dengan SPAN.
Adapun hubungan integrasi Modul Penerimaan Negara, dengan modul/sistem lainnya
adalah sebagai berikut:
a. SPAN : Modul Penerimaan Negara secara langsung terhubung ke SPAN dalam hal
perbaruan data terkait transaksi penerimaan negara. Jadi data transaksi penerimaan yang
telah direkam melalui MPN maka secara otomatis memperbarui data yang terdapat pada
sistem SPAN.
b. Modul GL dan Pelaporan : Modul Penerimaan Negara memiliki hubungan integrasi ke
Modul GL dan Pelaporan dalam hal perbaruan data terkait transaksi penerimaan negara.
Jadi data transaksi penerimaan yang telah direkam melalui MPN maka selanjutnya akan di
kirim ke Modul GL dan Pelaporan guna pembuatan jurnal transaksi serta pembaruan saldo
terkait akun penerimaan negara.
c. Single System Sign-On (SSO) Billing : Pembangunan Portal Penerimaan Negara sebagai opsi
bagi wajib pajak/wajib bayar/wajib setor membuat billing berbagai jenis penerimaan
negara (pajak, bea dan cukai, PNBP dan penerimaan lainnya) sekaligus dapat membayar
penerimaan negara tersebut dalam satu website.
Berikut alur hubungan modul penerimaan MPN –G3 dengan modul lainnya.
13. Risiko dan Pengendalian

Dengan segala fitur dan keunggulannya, Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN-
G3) tentunya akan sangat bermanfaat dalam pelaksanaan penerimaan negara. Akan tetapi tetap
saja tidak ada gading yang tak retak. Sama halnya dengan suatu aplikasi / sistem, pasti akan
menemui risiko/kendala dalam penggunaan. Risiko/kendala yang terjadi bisa datang dari internal
(bawaan pada aplikasi) maupun eksternal (infrastruktur, user, kondisi force majeur dan lain
sebagainya). Oleh sebab itu, kita dituntut untuk selalu siap menghadapi dan memitigasi
memberikan solusi apabila dalam penggunaan MPN-G3 terdapat kendala.
Risiko/kendala/ancaman yang dapat terjadi pada aplikasi MPN-G3 antara lain:
Aktivitas Ancaman Solusi / Pengendalian
Pembuatan tagihan 1. Sistem billing tidak dapat a. Wajib Pajak / Wajib Bayar /
menerbitkan kode billing Wajib Setor melakukan
pembayaran secara manual
dengan
SSB/SSBP/SSPB/SSPCP

2. Gangguan pada server a. Pengecekan server secara


rutin
b. Menggunakan provider yang
menyediakan akses yang
cepat di masing-masing
kantor
Pembayaran 1. Bank Persepsi / Pos a. Transaksi tidak dapat
tagihan Persepsi / Lembaga diteruskan
Persepsi Lainnya tidak b. RKUN tidak dikreditkan
dapat menerima c. Penyetor dianjurkan
informasi data setoran melakukan penyetoran ke
dari settlement system Bank/Pos/Lembaga Persepsi
lain
2. Sistem Bank Persepsi / a. Transaksi dianggap berhasil
Pos Persepsi / Lembaga b. Dana nasabah didebet
Persepsi Lainnya tidak c. RKUN dikredit
berhasil menerima d. Bank menerbitkan tanda
respon pembayaran dari terima sementara berupa
settlement system (NTPN BPN tanpa NTPN
gagal diterima) e. BPP menyampaikan kembali
BPN salinan yang telah
dilengkapi NTPN
Kinerja Aplikasi 1. Kinerja aplikasi a. Notifikasi kepada KPPN
MPN-G3 melambat untuk tidak melakukan
aktivitas tertentu yang
berhubungan dengan MPN-
G3
Validitas Data 1. Terjadi ketidakcocokan a. KPPN melakukan rekonsiliasi
antara data transaksi dengan satker dan Bank
penerimaan dengan Persepsi/Pos
penerimaan sebenarnya Persepsi/Lembaga Persepsi
yang terjadi dan masuk Lainnya
ke dalam rekening
Keamanan Data 1. Terjadi kebocoran data a. Melakukan enkripsi atau
Transaksi pada Lembaga Persepsi kriptografi data
Lainnya (e-commerce) b. Otentikasi dan verifikasi dua
faktor
Kehilangan Data 1. Kondisi daya listrik mati a. Menggunakan cookies untuk
pada Server saat sedang melakukan menyimpan sementara data
proses penginputan data yang diinput sebelum
ke dalam sistem disubmit/disimpan ke dalam
server
14. Perbaikan Proses Bisnis

Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3) adalah penyempurnaan dari MPN
G2. Penyempurnaan tersebut antara lain :
a. Sistem Single Sign On (SSO)
Pada aplikasi sebelumnya, Billing System terpisah menjadi 3 (tiga) Biller, yaitu Biller DJP,
DJBC, dan DJA. Hal tersebut disempurnakan dengan SSO sehingga pada MPN G3 dapat
mengakomodir semua biller dalam 1 (satu) portal saja. Dengan SSO, setiap transaksi
pembuatan biilling di masing-masing biller langsung secara otomatis by-sistem akan dapat
lanjut ke pembayaran tanpa perlu membuka portal lainnya.
b. Peningkatan Infrastruktur Kapasitas Transaksi
Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN-G3) mampu melayani transaksi setoran
penerimaan negara hingga 1.000 transaksi per detik. Jumlah tersebut jauh lebih banyak
daripada MPN G2 yang hanya mampu melayani 60 transaksi per detik. Hal tersebut
membuat pengelolaan penerimaan negara menjadi jauh lebih akurat dan tepat waktu.
c. Lembaga Persepsi Lainnya
Di zaman yang serba cepat dengan teknologi yang semakin terus berkembang, era digital
menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam bertransaksi. Oleh sebab itu, MPN G3
menggandeng perusahaan Financial Technology, E-Commerce, retailer dan lembaga lain
sehingga pada MPN G3 memungkinkan untuk melakukan pembayaran dengan uang
elektronik dan dompet digital.

Secara sistem dan fitur, MPN G3 merupakan sebuah terobosan yang sejalan
dengan era digital. Sehingga apabila melihat secara sistem, MPN G3 sudah sangat up-to-
date dengan fitur-fitur yang canggih. Namun tetap saja, perbaikan harus terus dilakukan
agar aplikasi yang sudah canggih dapat semakin digunakan dengan lancar tanpa
terkendala. Oleh sebab itu, perbaikan-perbaikan kecil pada MPN G3 antara lain :

a. Peningkatan keamanan Sistem Informasi


Dompet digital pada e-commerce merupakan sebuah terobosan yang sangat kekinian di
era digital. Segala transaksi dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Akan tetapi di balik
kemudahan sharing tersebut, terdapat kelemahan berupa rentan terjadi kebocoran data
karena ulah hacker dan/atau cracker. Untuk mencegah hal tersebut, diperlukan metode
enkripsi dan verifikasi 2 faktor yang baik agar tidak mudah untuk disusupi oleh oknum
tidak bertanggung jawab.
b. Peningkatan infrastruktur teknologi informasi
Segala fitur yang menarik akan tidak berguna apabila tidak tersedia koneksi yang
mumpuni. Oleh sebab itu, infrastruktur teknologi informasi harus diperhatikan agar
berjalan dengan mulus.

BAB III Penutup


1. Simpulan
Simpulan dari pembahasan mengenai modul penerimaan negara ini sebagai berikut :
a. Salah satu kewenangan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara adalah
menetapkan sistem penerimaan kas negara dan menunjuk bank dan/ atau lembaga
keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan penerimaan negara (Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara);
b. Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Perbendaharaan berinisiatif
mengembangkan sistem penerimaan negara berbasis teknologi informasi, yaitu Modul
Penerimaan;
c. Proses bisnis modul penerimaan negara meliputi pendaftaran billing oleh wajib
pajak/wajib bayar, pembuatan billing, pengiriman notifikasi billing pembayaran tagihan,
mengirim data inquiry, pembayaran, dan respon NTPN, mengirim notifikasi NTPN,
melimpahkan kas, mengirimkan rekening koran, melimpahkan kas, mengirim data kas,
mengirim data transaksi penerimaan;
d. Dalam sejarahnya, Modul Penerimaan Negara (MPN) sudah mengalami 2 kali
penyempurnaan. Penyempurnaan tersebut secara bertahap adalah MPN G2 dan MPN G3;
e. Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3) merupakan penyempurnaan dari
MPN G2 dimana pada MPN G3 menggunakan Sistem Single Sign-On dimana pembuatan
billing oleh biller (DJP, DJBC, DJA) dapat dilakukan dengan menggunakan 1 (satu) portal
saja;
f. Modul Penerimaan Negara Generasi Ketiga (MPN G3) memperluas collecting agent dengan
melibatkan perusahaan financial technology, e-commerce, dan retailer yang merupakan
Lembaga Persepsi Lainnya.

2. Saran
a. Meningkatkan keamanan data dan informasi karena di era digital dengan tingkat sharing
tinggi dan akses mudah, maka akan banyak oknum tidak bertanggung jawab yang dapat
mengakses dan menyebabkan kebocoran data;
b. Meningkatkan kompetensi pegawai agar dapat mengikuti perkembangan zaman sehingga
dapat meningkatkan nilai dari instansi;
c. Meningkatkan integritas pegawai agar selalu melaksanakan tugas dengan penuh tanggung
jawab serta menjauhkan diri dari tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Anda mungkin juga menyukai