PERPAJAKAN
PROGRAM STUDI S1
AKUNTANSI DAN MANAJEMEN
OLeh:
Iwan Sidharta, SE., MM.
hal
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………..... 1
1.1. Dasar-Dasar Perpajakan ……………………………………….….. 1
1.2. Asas-Asas Perpajakan …………………………………………... 3
1.3. Penggolongan, Tarif Dan Sanksi Dalam Perpajakan ……................ 6
BAB II KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN …………. 9
2.1 Pendahuluan …………………………………………................... 9
2.2 Pembayaran Pajak ………………………………………………….. 12
2.3. Pelaporan Pajak ……………………………………………………... 12
2.4 Ketetapan Pajak ………………………………………………………. 14
BAB III PAJAK DAERAH ……………………………………………………... 16
3.1 Pajak Daerah …………………………………………………………. 16
3.2 Retribusi ……………………………………………………………... 18
BAB IV PENGHASILAN NETO DAN NORMA PENGHASILAN …………… 21
BAB V PPH PASAL 24 ………………………………………………………..... 27
BAB VI PPH PASAL 25 ………………………………………………………… 30
BAB VII PPH PASAL 21 ……………………………………………………...... 33
BAB VIII PPH PASAL 26 ……………………………………………………… 51
BAB IX PAJAK ATAS IMPOR DAN KEGIATAN LAIN …………………… 55
BAB X PPH PASAL 23 …………………………………………………………. 60
10.1 PPh Pasal 23 ………………………………………………………… 60
10.2 PPh Ayat 4 ……………………………………………….................. 64
BAB XI PPN DAN PPnBM ……………………………………………………… 68
11.1 Pajak Pertambahan Nilai ………………………………….................. 68
11.2 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ……………………….............. 71
BAB XII PBB DAN BPHTB …………………………………………………….. 75
12.1 Pajak Bumi dan Bangunan ……………………………………......... 75
12.2 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan …………………. 79
PENDAHULUAN
1. Pengertian Pajak
Ada beberapa pengertian mengenai pajak yaitu sebagai berikut;
1. Leroy Beaulieu (Perancis)
Pajak merupakan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dipaksakan
oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang atau jasa untuk menutup belanja
negara.
2. Prof. R. Sunitro
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan UU (yang dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (konpensasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
3. Prof. Adriani
Pajak adalah iuran kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak,
membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali secara
langsung, dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
4. Undang-Undang N0. 28 Tahun 2007
Pajak adalah kontribusi kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Karakteristik Pajak
Karakteristik pajak dapat dibedakan senagai berikut;
Pajak merupakan iuran/kewajiban untuk menyerahkan kekayaan kepada negara.
Pajak merupakan sebagian harta kekayaan rakyat.
Perpindahan/penyerahan iuran bersifat wajib dan dapat dipaksakan.
Perpindahan tersebut berdasarkan UU atau peraturan yang berlaku.
Pajak dipungut oleh negara baik pemerintahan pusat maupun daerah.
Pajak digunakan untuk pengeluaran pemerintah.
Pajak dapat berfungsi sebagai anggaran (budget) dan fungsi mengatur.
3. Fungsi Pajak
Fungsi pajak mempunyai dua fungsi yaitu;
Fungsi Penerimaan (budgetair), sebagai sumber dana bagi pengeluaran pemerintah.
Fungsi Mengatur (Reguler), sebagai pengatur atau pelaksana kebijakan bidang sosial
dan ekonomi.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 1
STIE Pasundan Bandung-2015
Syarat Keadilan
Syarat Yuridis
Syarat Ekonomis
Syarat Finansial
Syarat Simplicity
9. Tarif Pajak
Dalam pelaksanaanya pajak memiliki beberapa penerapan tarif yang berbeda tergantung dari
jenis pajaknya. Adapun tarif pajak yang berlaku adalah sebagai berikut;
1. Tarif Proporsional/Sebanding
Contohnya Penyerahan Barang Kena Pajak dengan dikenakan tarif Pajak
Pertambahan Nilai sebesar 10%
2. Tarif Tetap
Contohnya tarif Bea Materai untuk cek dan giro dengan nominal berapapun
sebesar Rp 3.000,-
3. Tarif Progresif
PERPAJAKAN-IwanSidharta 2
STIE Pasundan Bandung-2015
Contonya Pajak Penghasilam untuk Wajib Pajak orang pribadi yang dikenakan
tarif meningkat sesuai dengan jumlah penghasilannya
PERPAJAKAN-IwanSidharta 3
STIE Pasundan Bandung-2015
Equality (Asas Persamaan).
Pengenaan pajak bersifat adil dan merata, sesuai dengan kemampuannya.
Certainty (Asas Kepastian).
Pengenaan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang, terdapat aturan yang jelas.
Convenience (Asas Menyenangkan).
Pengenaan pajak dilakukan pada saat yang tepat, tidak menyulitkan wajib pajak.
Economy (Asas Efisiensi)
Pengenaan pajak dilakukan secara seefisien mungkin.
6. Tarif Pajak
Suatu pedoman dasar penghitungan besarnya hutang pajak, yaitu;
1. Tarif Tetap.
Tarif yang berupa suatu jumlah tertentu yang sifatnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh
besarnya dasar perhitungan pajak.
2. Tarif Sebanding.
Tarif dengan sebuah persentase tunggal yang dikenakan terhadap beberapapun
besarnya dasar perhitungan pajak.
3. Tarif Mengikat (Progresif).
Tarif yang persentasenya akan semakin besar sejalan dengan meningkatnya dasar
perhitungan pajak.
4. Tarif Menurun (Degresif).
Tarif yang dasar pengenaanya semakin menurun sejalan dengan meningkatnya dasar
perhitungan pajak.
1. Metode Penghitungan
Dalam melakukan perhitungan pajak perlu memperhatikan tarif yang berlaku. Tarif PPh WP
Badan dan BUT (Ps 17 UU No. 36 Th 2008)
1. Tarif Tunggal: 28%
2. Pada Tahun 2010 menjadi turun sebesar 25%
WP Badan Usaha yang berbentuk perseroaan terbuka (Tbk) yang memiliki paling
sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek
Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5%
lebih rendah dari yang seharusnya (PMK No 238/PMK. 03/2008).
Tarif PPh WP Pribadi (Ps 17 UU No. 36 Th 2008)
PERPAJAKAN-IwanSidharta 6
STIE Pasundan Bandung-2015
Diatas Rp 500.000.000 30%
2. Sanksi Pajak
Dalam pelaksanaan pajak terdapat sanksi pajak bagi wajib pajak yang melaukan pelanggaran
terhadap kewajiban pajaknya. Adapun sanksi pajak meliputi;
Administratif
Sanksi Denda
Sanksi Bunga
Sanksi Kenaikan
Pidana
Pidana Penjara
Pidanan Kurungan
3. Pidana Penjara karena adanya tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja
Terhukum menjalani di gedung atau rumah penjara.
Batas maksimum hukuman penjara adalah seumur hidup.
Pekerjaan yang harus dilakukan lebih berat
Kebebasan dalam penjara sangat terbatas
Dibagi berdasarkan kelas menurut kualitas dan kuantitas kejahatan.
Tidak dapat menjadi pengganti hukuman denda.
5. Pidana Kurungan
Selain dipenjara, dalam kasus tertentu dapat juga terhukum menjalaninya di rumah
dengan pengawasan yang berwajib.
Adapun batasnya hukuman selama 1 tahun.
Terdapat kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh kebebasan.
Tidak terdapat pembagian per kelas-kelas berat tidaknya hukuman.
Dapat dijadikan sebagai pengganti hukuman denda.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 7
STIE Pasundan Bandung-2015
Contoh Pidana Kurungan
Alasan Kealpaan (Ps 38 UU No 28/2007)
Tidak menyampaikan SPT; atau
Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian negara.
Sanksi
Dipidana kurungan antara 3 bulan sampai 1 tahun dan atau denda antara 1-2 kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar (bila dilakukan pertama kali maka tidak
ada sanksi pidana).
PERPAJAKAN-IwanSidharta 8
STIE Pasundan Bandung-2015
BAB II
1.1 Pengertian-Pengertian
Pajak
Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Wajib Pajak
Orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Pengusaha
Orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya.
Nomor yang diberikan kepada WP sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 9
STIE Pasundan Bandung-2015
Fungsi NPWP/NPPKP
1 Sebagai sarana tanda pengenal diri atau identitas WP dalam rangka administrasi
perpajakan.
2 Sebagai sarana pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan, juga untuk mendapatkan
pelayanan dari instansi tertentu .
PERPAJAKAN-IwanSidharta 12
STIE Pasundan Bandung-2015
2. Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat yang digunakan oleh WP untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran
pajak, objek pajak, bukan objek pajak, harta dan kewajiban.
SPT Masa untuk suatu masa pajak.
SPT Tahunan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak
3. Fungsi SPT
1. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
terhutang.
2. Melaporkan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri.
3. Melaporkan pembayaran dari pemotongan pajak atau pemungut pajak tentang
pemotongan/pemungutan dan pembayaran yang telah dilakukan kepada orang atau
badan.
4. Dari SPT tersebut dapat diketahui berapa pajak terhutang, jumlah pajak yang telah
dipotong dan kekurangan/kelebihan pembayaran pajak.
Prinsip self assessment dalam pemenuhan kewajiban perpajakan adalah bahwa Wajib
Pajak (WP) diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan pajak yang terutang sendiri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang dipercayakan pada Wajib
Pajak sendiri melalui Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikannya. Penerbitan suatu
surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh
ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak
PERPAJAKAN-IwanSidharta 14
STIE Pasundan Bandung-2015
dilaporkan oleh Wajib Pajak.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 15
STIE Pasundan Bandung-2015
BAB III
PAJAK DAERAH
1. Pengertian
Definis Pajak Daerah berdasarkan pada UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 adalah
sebagai berikut;
Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada Daerah, yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2. Pajak Provinsi
Pajak Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Air Muka Permukaan.
Pajak Rokok
3. Pajak Kabupaten/Kota
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Mineral
Pajak Parkir
Pajak Air Tanah
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
Bea Perolehaan Hak atas Tanah dan Bangunan
Catatan
Daerah dilarang memungut pajak selain yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang.
Dengan Perda, pajak daerah dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 17
STIE Pasundan Bandung-2015
RETRIBUSI DAERAH
1. Definisi Retribusi Daerah
Merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
2. Definis Jasa
Merupakan kegiatan Pemda berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas,
atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Objek Retribusi Daerah
Jasa Umum
Jasa Usaha
Perizinan Tertentu
3. Jasa Umum
Merupakan jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemda untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Objek Retribusi Jasa Umum
Pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemda untuk tujuan kepentingan
dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Subjek Retribusi Jasa Umum
Orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa
umum yang bersangkutan
6. Jasa Usaha
Merupakan jasa yang disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip-prinsip komersial
karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
Objek Retribusi Jasa Usaha
Pelayanan yang disediakan Pemda dengan prinsip komersial.
Subjek Retribusi Jasa Usaha
Orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha
yang bersangkutan.
9. Perizinan Tertentu
Merupakan kegiatan rencana tertentu Pemda dalam rangka pemberian izin kepada orang
pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 20
STIE Pasundan Bandung-2015
BAB IV
4. Pengelompokan Penghasilan
Penghasilan dari pekerjaan, jasa dan kegiatan.
Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
Penghasilan dari modal, jasa dan sewa atau penggunaan harta.
Penghasilan lain-lain.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 22
STIE Pasundan Bandung-2015
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pengurangan penghasilan neto
yang hanya diberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) sebagai WPDN.
Dasar hukum UU No 36 Tahun 2008 yang disesuaikan atas konsultasi kepada DPR
pada tanggal 30 Mei 2012 dan 15 Oktober 2012 yang menyepakati penyesuaian PTKP
yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2013.
No Jenis Penghasilan Tidak Kena Pajak Setahun Sebulan
Karyawati kawin, PTKP nya dikurangkan untuk dirinya sendiri (suami tidak
mempunyai penghasilan).
WP tidak kawin, PTKP dikurangkan untuk dirinya sendiri ditambah PTKP yang
menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang masing-masing sebesar Rp
2.025.000 setahun atau Rp 168.750 sebulan
Karyawati kawin yang menunjukkan keterangan tertulis dari pemda setempat (min.
kecamatan) bahwa suaminya tidak memperoleh penghasilan, diberikan tambahan
PTKP Rp 2.025.000 setahun atau Rp 168.750 sebulan.
Penghitungan PTKP ditentukan berdasarkan keadaan WP pada awal tahun pajak.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 23
STIE Pasundan Bandung-2015
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai Rp 50.000.000 5%
PERPAJAKAN-IwanSidharta 24
STIE Pasundan Bandung-2015
WP yang menghitung penghasilan netonya dengan menggunakan Norma, wajib
menyelenggarakan pencatatan;
Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun
pajak yang bersangkutan;
WP yang tidak memberitahukan kepada Dirjen Pajak dianggap memilih
menyelenggarakan pembukuan.
Besarnya Norma
Tergantung dari jenis/kegiatan usaha yang diatur oleh keputusan Dirjen Pajak (KEP
536/PJ/2000).
Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah;
10 ibu kota provinsi; Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar,
Manado, Makasar, dan Pontianak.
ibukota provinsi lannya.
Daerah lainnya.
Contoh
dr. Imas merupakan spesialis penyakit dalam yang praktek di RS Hidup Sehat dengan
perjanjian bahwa setiap jasa dokter yang dibayarkan dipotong 15% oleh RS sebagai
penghasilan RS dan sisanya 85% dari jasa tersebut dibayarkan kepada dr. Dimas.
Berikut adalah jasa dokter yang diterima;
◦ Januari Rp 30.000.000
◦ Februari Rp 30.000.000
◦ Maret Rp 25.000.000
◦ April Rp 40.000.000
Tentukan PPh dr. Imas yang akan dipotong?
Tarif PPh Pasal 21 atas Penghasilan Tenaga Ahli [(50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal
17)]
Jawaban
PERPAJAKAN-IwanSidharta 25
STIE Pasundan Bandung-2015
Soal
Tn. Sakha menikah dengan mempunyai 1 orang anak bekerja pada PT Becede dengan Gaji
Rp 3jt per bulan. Perusahaan tersebut mengikuti program Jamsostek, Premi asuransi
kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian 1% dari gaji. Sedangkan iuran pensiun sebesar
5% dan iuran JHT sebesar 3% ditanggung karyawan.
Hitunglah PPh pasal 21 Sakha.
Iuran Jamsostek di tanggung perusahaan, sehingga menambah penghasilan bagi Tn. Sakha.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 26
STIE Pasundan Bandung-2015
BAB V
Contoh 1
Menentukan Batas Maskimum Kredit Pajak
PT Maju di Bandung selama tahun 2013 memperoleh penghasilan dari dalam negeri
dan luar negeri.
Penghasilan neto dalam negeri Rp 3.000.000.000 sedangkan yang di Hongkong
sebesar Rp 5.000.000.000, dan Korea sebesar Rp 5.000.000.000.
Pajak yang telah dibayar diluar negeri 40%.
Berapa PPh pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan dengan pajak penghasilan
yang harus dibayar di dalam negeri.
Jawaban
PKP
Penghasilan Neto Dalam Negeri Rp 3.000.000.000
Penghasilan Neto Luar Negeri
Hongkong Rp 5.000.000.000
Korea Rp 5.000.000.000+
Jumlah Penghasilan Neto LN Rp 10.000.000.000+
Jumlah Penghasilan Neto Rp 13.000.000.000
PERPAJAKAN-IwanSidharta 27
STIE Pasundan Bandung-2015
Batas Maksimum Kredit Pajak
1. Pajak yang dibayar atas Penghasilan LN
40% x Rp 10.000.000.000=Rp 4.000.000.000
2. (Rp 10.000.000.000/Rp 13.000.000.000) x Rp 3.250.000.000
= Rp 2.500.000.000
3. PPh terutang Pasal 17 = Rp 13.000.000.000 x 25%
= Rp 3.250.000.000
Dengan demikian Kredit Pajak yang diperkenankan adalah no 2 yaitu kredit pajak yang
terendah dari ketiga metode perhitungan pengenaan pajak penghasilan yang harus dibayar
sebesar Rp 2.500.000.000
Contoh 2
Batas Maksimum Kredit Pajak Untuk Setiap Negara
PT Maju di Bandung selama tahun 2013 memperoleh penghasilan dari dalam negeri
dan luar negeri.
Penghasilan neto dalam negeri Rp 60.000.000.000 sedangkan yang di Hongkong
sebesar Rp 10.000.000.000, dan Korea sebesar Rp 4.000.000.000.
Pajak yang telah dibayar diluar negeri 30% untuk di Hongkong, 40% untuk Korea.
Berapa PPh pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan dengan pajak penghasilan
yang harus dibayar di dalam negeri.
Jawaban
PKP
Penghasilan Neto Dalam Negeri Rp 60.000.000.000
Penghasilan Neto Luar Negeri
Hongkong Rp 10.000.000.000
Korea Rp 4.000.000.000+
Jumlah Penghasilan Neto LN Rp 14.000.000.000+
PKP Rp 74.000.000.000
Pajak Penghasilan Terutang 25% x PKP Rp 18.500.000.000
Pajak yang telah dibayar atas Penghasilan LN
Hongkong:30% x Rp 10.000.000.000 =Rp3.000.000.000
Korea :40% x Rp 4.000.000.000=Rp1.600.000.000
Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)
Hongkong:Rp10 M/Rp 74 M x Rp 18,5 M = Rp 2,5 M
Korea :Rp 4 M/Rp74 M x Rp 18,5 M = Rp 1 M
PPh 24 yang dikreditkan di DN atas penghasilan di Hongkong Rp 2,5 M
PPh 24 yang dikreditkan di DN atas pengasilan di Korea Rp 1 M
Jumlah PPh 24 yang dikreditkan = Rp 2,5 M + Rp 1 M = Rp 3,5 M
Contoh 3
Kredit Pajak Untuk Kerugian Usaha di Luar Negeri
PT Maju di Bandung selama tahun 2013 memperoleh penghasilan dari dalam negeri
dan luar negeri.
Penghasilan neto dalam negeri Rp 4.000.000.000 sedangkan yang di Hongkong
sebesar Rp 1.000.000.000, dan Korea sebesar Rp 3.000.000.000 serta di Jepang
mengalami kerugian sebesar Rp 2.000.000.000.
Pajak yang telah dibayar diluar negeri 35% untuk di Hongkong, 20% untuk Korea.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 28
STIE Pasundan Bandung-2015
Berapa PPh pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan dengan pajak penghasilan
yang harus dibayar.
Jawaban
PKP
Penghasilan Neto Dalam Negeri Rp 4.000.000.000
Penghasilan Neto Luar Negeri
Hongkong Rp 1.000.000.000
Korea Rp 3.000.000.000+
Jumlah Penghasilan Neto LN Rp 4.000.000.000+
PKP Rp 8.000.000.000
Pajak Penghasilan Terutang 25% x PKP = Rp 2.000.000.000
Pajak yang telah dibayar atas Penghasilan LN
Hongkong:35% x Rp 1.000.000.000 =Rp 350.000.000
Korea :20% x Rp 3.000.000.000 =Rp 600.000.000
Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)
Hongkong:Rp 1M/Rp 8 M x Rp 2 M = Rp 250.000.000
Korea :Rp 3M/Rp8 M x Rp 2 M = Rp 750.000.000
PPh 24 dikreditkan di DN atas penghasilan di Hongkong Rp 250.000.000
PPh 24 dikreditkan di DN atas pengasilan di Korea Rp 600.000.000
Jumlah PPh 24 yang dikreditkan Rp 250.000.000 + Rp 600.000.000 = Rp 800.000.000
PERPAJAKAN-IwanSidharta 29
STIE Pasundan Bandung-2015
BAB VI
PPH Pasal 25
1. Pendahuluan
Pph pasal 25 UU No. 36 Tahun 2008 membahas tentang besarnya angsuran pajak
yang dibayar sendiri oleh wajib pajak pada tahun berjalan.
Besarnya angsuran pada tahun berjalan sama dengan PPh yang terutang menurut SPT
Tahunan, PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan PPh yang telah
dipotong/dipungut pihak lain (PPh 21, 22, dan 23) dan pajak terutang di luar negeri
yang boleh dikreditkan (PPh 24) kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan pada
bagian tahun pajak.
Dengan kata lain PPh pasal 25 merupakan angsuran yang harus dibayar sendiri dalam
tahun berjalan setiap masa pajak.
Contoh 1
PPh terutang berdasarkan SPT th 2013 Rp 55.000.000
PERPAJAKAN-IwanSidharta 30
STIE Pasundan Bandung-2015
Dikurangi dengan:
◦ Pph pasal 21 Rp 20.000.000
◦ Pph pasal 22 Rp 10.000.000
◦ Pph pasal 23 Rp 2.500.000
◦ Pph pasal 24 Rp 7.500.000 +
◦ Jumlah kredit pajak Rp 40.000.000
Pajak yang harus dibayar sendiri Rp 15.000.000
Pph pasal 25 setiap bulan th 2014 =
Rp 15.000.000 /12 = Rp 1.250.000
Contoh 2
Tn Dimas (K/1) mempunyai data penjualan tahun 2013 dengan penghasilan neto
sebesar Rp 250.000.000 sedangkan di tahun 2008 menderita kerugian Rp 25.000.000.
Pajak yang telah dibayar antara lain;
◦ Pajak PPh pasal 21 Rp 2.000.000
◦ Pajak PPh pasal 22 Rp 100.000
◦ Pajak PPh pasal 23 Rp 500.000
◦ Pajak PPh pasal 24 Rp 1.500.000
Berapakah angsuran PPh pasal 25 tahun 2013?
Jawaban
Penghasilan neto Rp 250.000.000
Penghasilan tidak teratur Rp 0-
Penghasilan teratur Rp 250.000.000
Kompensasi kerugian Rp 25.000.000 -
Penghasilan neto usaha Rp 225.000.000
PTKP (K/1) (Rp 28.350.000) -
PKP Rp 196.650.000
Penghasilan terutang
PKP x PPh Pasal 17(5% x Rp50jt + 15% x Rp146,65jt) Rp 24.497.500
Kredit Pajak Penghasilan:
Pasal 21 Rp 2.000.000
Pasal 22 Rp 100.000
Pasal 23 Rp 500.000
Pasal 24 Rp 1.500.000 +
Jumlah Kredit Pajak (Rp 4.100.000) -
Pajak yang harus dibayar sendiri Rp 20.397.500
Angsuran per bulan Rp 1.699.791.667
Contoh 3
Wajib pajak baru
Wajib pajak baru adalah WP orang pribadi atau badan yang baru pertama kali
memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas pada tahun berjalan
Bagi WP baru tentu belum melaporkan SPT Tahunan sehingga perhitungan PPh pasal
25 perlu ditentukan sendiri
PERPAJAKAN-IwanSidharta 31
STIE Pasundan Bandung-2015
Diketahui Tn Sakha (K/1) pada bulan Februari 2013 melakukan usaha dengan laba Rp
3.500.000 (didasarkan pembukuan)
Tentukan PPh pasal 25 untuk bulan Maret 2013?
Jawaban
Penghasilan Feb 2013 Rp 3.500.000
Penghasilan setahun Rp 42.000.000
PTKP
◦ WP Rp 24.300.000
◦ Kawin Rp 2.025.000
◦ Anak Rp 2.025.000+
◦ PTKP Rp 28.350.000-
PKP Rp 13.650.000
Pajak terutang, 5% x Rp 13.650.000 Rp 682.500
PPh sebulan, Rp 682.500/12 Rp 56.875
PERPAJAKAN-IwanSidharta 32
STIE Pasundan Bandung-2015
BAB VII
1. PPH Pasal 21
Ketentuan Terkait Dengan Pemotongan PPh Pasal 21
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.11/2012;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012;
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)…penyesuaian yang diberlakukan pada 1 Jan 2013
PERPAJAKAN-IwanSidharta 34
STIE Pasundan Bandung-2015
Keterangan Setahun Sebulan
Untuk WP Orang Pribadi 24.300.000 2.025.000
Tambahan WP Yang Kawin 2.025.000 168.750
Tambahan istri yang penghasilannya 24.300.000 2.025.000
digabung suami
Tambahan anggota keluarga Sedarah 2.025.000 168.750
dalam garis lurus, Anak angkat, maks.
3 orang
Karyawati kawin PTKP dikurangi untuk dirinya sendiri dan yang tidak kawin PTKP
ditambah PTKP keluarga yang ditanggung sepenuhnya
Jika PTKP WP orang pribadi setelah dikurangi PTKP sebesar Rp 260jt maka PPh terutang
sesuai tarif pasal 17 adalah sebagai berikut
Rp 50jt x 5% = Rp 2.500.000
Rp 200jt x 15% = Rp 30.000.000
Rp 10jt x 25% = Rp 2.500.000
Pajak Terutang = Rp 35.000.000
13. Atas penghasilan yang diterima pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berupa
upah harian, mingguan, satuan, borongan, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan
secara bulanan;
◦ Tarif Pph 5% diterapkan atas;
Jumlah penghasilan bruto sehari melebihi Rp 150.000,- atau
Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP telah melebihi Rp 2.025.000,- dalam
setahun
Contoh soal
PPh 21 atas pegawai tetap dengan gaji bulanan (1)
PERPAJAKAN-IwanSidharta 36
STIE Pasundan Bandung-2015
Sakha menikah dengan mempunyai 1 orang anak bekerja pada PT BCD dengan Gaji Rp
3.000.000,- per bulan. Perusahaan tersebut mengikuti program Jamsostek. Premi asuransi
kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian 1% dari gaji di tanggung pihak perusahaan.
Sedangkan yang ditanggung karyawan sebesar 5% untuk iuran pensiun dan iuran JHT 2%
dari gaji. Hitunglah PPh pasal 21 Sakha
Jawaban (1)
Gaji sebulan Rp 3.000.000
Premi ditanggung perusahaan
JKK = 0,24% x Rp 3.000.000 =Rp 7.200
JKM = 1% x Rp 3.000.000 =Rp 30.000
Penghasilan bruto Rp 3.037.200
Pengurangan diperbolehkan
Biaya jabatan = 5% x Rp 3.037.200 =Rp 151.860
Maks diperkenankan Rp 500.000
Iuran ditanggung karyawan
Iuran pensiun = 5% x Rp 3.000.000 =Rp 150.000
Iuran JHT = 2% x Rp 3.000.000 =Rp 60.000
Penghasilan neto/bulan Rp 2.675.340
Penghasilan setahun X 12bln Rp 32.104.080
PTKP
Diri WP =Rp 24.300.000
WP kawin =Rp 2.025.000
Tanggungan =Rp 2.025.000 (Rp 28.350.000)
PKP Rp 3.754.080
PPh pasal 21 =5% x Rp 3.754.080 =Rp 187.704
PPh Pasal 21/bl=Rp 187.704/12 bln =Rp 15.642
Contoh soal
PPh 21 atas pegawai tetap dengan gaji mingguan(2)
Sakha sudah menikah dan belum mempunyai anak serta tidak memiliki tanggungan, bekerja
sebagai pegawai tetap pada PT BCD dengan Gaji Rp 650.000,- per minggu.
Hitunglah PPh pasal 21 Sakha
Nb;
Gaji sebulan = 4 minggu x gaji mingguan
= 4 minggu x Rp 650.000,-
= Rp 2.600.000,-
Jawaban (2)
Gaji sebulan (4 x Rp 650.000,-) Rp 2.600.000
Penghasilan bruto Rp 2.600.000
Pengurangan diperbolehkan
Biaya jabatan = 5% x Rp 2.600.000 =Rp 130.000
Maks diperkenankan Rp 500.000
Biaya Jabatan dibolehkan =Rp 130.000
Penghasilan neto/bulan Rp 2.470.000
Penghasilan setahun X 12bln Rp 29.640.000
PERPAJAKAN-IwanSidharta 37
STIE Pasundan Bandung-2015
PTKP
Diri WP =Rp 24.300.000
WP kawin =Rp 2.025.000 (Rp 26.325.000)
PKP Rp 3.315.000
PPh pasal 21 =5% x Rp 3.315.000 =Rp 165.750
PPh Pasal 21/bulan =Rp 165.750/12 bln =Rp 13.812.5
PPh Pasal 21/minggu=Rp 13.812.5/4 minggu =Rp 3.453.125
Pembulatan =Rp 3.450
PPh Pasal 21/hari =Rp 13.812.5/26 hari =Rp 132.69
Pembulatan =Rp 133
Contoh soal
PPh 21 atas pembayaran uang rapel(3)
Sakha**(lihat contoh soal nomor 2) pada bulan Juni 2014 menerima kenaikan gaji menjadi
Rp 3.000.000,- perbulan dan berlaku surut sejak 1 jan`14. Dengan kenaikan tersebut maka
Sakha mendapat rapel Rp 2.000.000,-. Untuk menghitung PPh 21, terlebih dahulu dihitung
PPh 21 untuk bulan jan-mei`14 atas dasar adanya kenaikan gaji.
Hitunglah PPh pasal 21 Sakha?
Nb
Uang rapel dari kenaikan gaji dikali dari bulan Jan s/d Juni 2014
Gaji Sakha pada soal nomor 2 adalah sebesar Rp 2.600.000,- perbulan
Jawaban (3)
Gaji sebulan Rp 3.000.000
Penghasilan bruto Rp 3.000.000
Pengurangan diperbolehkan
Biaya jabatan = 5% x Rp 3.000.000 =Rp 150.000
Maks diperkenankan Rp 500.000
Biaya Jabatan dibolehkan =Rp 150.000
Penghasilan neto/bulan Rp 2.850.000
Penghasilan setahun X 12bln Rp 34.200.000
PTKP
Diri WP =Rp 24.300.000
WP kawin =Rp 2.025.000 (Rp 26.325.000)
PKP Rp 7.875.000
PPh pasal 21 =5% x Rp 7.875.000 =Rp 393.750
PPh Pasal 21/bulan =Rp 393.750/12 bln =Rp 32.812.5
*PPh Pasal 21 Jan-Mei`14 =Rp 32.812.5 x 5bln =Rp 164.062
**PPh Pasal 21 Jan-Mei`14 =Rp 13.812.5 x 5bln =Rp 69.062.5
PPh Pasal 21 untuk uang rapel =Rp 94.999.5
Pembulatan =Rp 95.000
Nb
• *PPh seharusnya di bayar
• ** PPh 21 yang telah dibayarkan
PERPAJAKAN-IwanSidharta 38
STIE Pasundan Bandung-2015
Pengertian PPh pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21
Subjek PPh Pasal 21
Objek PPh Pasal 21
Tidak termasuk WP PPh Pasal 21
Tidak termasuk Objek Pajak PPh Pasal 21
Penghitungan PPh Pasal 21
PTKP penyesuaian per 1 Januari 2013
Pengenaan Tarif PPh Pasal 21
Contoh soal
Perhitungan PPh 21 atas jasa produksi, THR, Bonus, dan penghasilan sejenis yang
sifatnya tidak tetap (1)
Sakha menikah dengan mempunyai 1 orang anak bekerja pada PT BECEDE dengan Gaji Rp
3.000.000,-per bulan. Perusahaan tersebut mengikuti program Jamsostek. Premi asuransi
kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian 1% dari gaji ditanggung perusahaan.
Sedangkan yang ditanggung karyawan sebesar 5% dan 2% dari gaji. Kemudian Sakha
mendapat bonus tahunan sebesar Rp 5.000.000,-.
Hitunglah PPh pasal 21 Sakha
Nb
Pertama dilakukan penghitungan (a) PPh 21+bonus, kemudian dikurangi dengan
perhitungan (b) PPh21 sebelum bonus. Jadi PPh 21 adalah (a)-(b)
Jawaban (1.a)
Gaji setahun (Rp 3.000.000 x 12) Rp 36.000.000
Premi ditanggung perusahaan
JKK = 0,24%`x Rp 3.000.000 =Rp 7.200
JKM = 1% x Rp 3.000.000 =Rp 30.000
Bonus Tahunan =Rp 5.000.000
Penghasilan bruto setahun Rp 41.037.200
Pengurangan diperbolehkan
Biaya jabatan = 5% x Rp 3.037.200 =Rp 401.860
Iuran ditanggung karyawan
Iuran pensiun = 5% x Rp 3.000.000 =Rp 150.000
Iuran JHT = 2% x Rp 3.000.000 =Rp 60.000+
Total Pengurangan =Rp 611.860
Penghasilan neto setahun Rp 40.425.340
PTKP
Diri WP =Rp 24.300.000
WP kawin =Rp 2.025.000
Tanggungan =Rp 2.025.000 (Rp 28.350.000)
PKP Rp 12.075.340
PPh pasal 21 =5% x Rp 12.075.340 =Rp 603.767
Pembulatan =Rp 600.000 (a)
Jawaban (1.b)
PERPAJAKAN-IwanSidharta 39
STIE Pasundan Bandung-2015
Gaji sebulan Rp 3.000.000
Premi ditanggung perusahaan
JKK = 0,24%`x Rp 3.000.000 =Rp 7.200
JKM = 1% x Rp 3.000.000 =Rp 30.000
Penghasilan bruto Rp 3.037.200
Pengurangan diperbolehkan
Biaya jabatan = 5% x Rp 3.037.200 =Rp 151.860
Maks diperkenankan Rp 500.000
Biaya Jabatan dibolehkan =Rp 151.860
Iuran ditanggung karyawan
Iuran pensiun = 5% x Rp 3.000.000 =Rp 150.000
Iuran JHT = 2% x Rp 3.000.000 =Rp 60.000
Penghasilan neto/bulan Rp 2.675.340
Penghasilan setahun X 12bln Rp 32.104.080
PTKP
Diri WP =Rp 24.300.000
WP kawin =Rp 2.025.000
Tanggungan =Rp 2.025.000 (Rp 28.350.000)
PKP Rp 3.754.080
PPh pasal 21 =5% x Rp 3.754.080 =Rp 187.704
Pembulatan =Rp 190.000 (b)
PPh Pasal 21 =Rp 600.000 (a) – Rp 190.000 (b) = Rp 410.000
Contoh soal
Perhitungan PPh 21 atas pegawai tetap yang baru bekerja pada tahun berjalan (2)
Sakha belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan, bekerja sebagai pegawai tetap sejak
1 April 2014 PT BECEDE dengan Gaji Rp 3.500.000,-per bulan. Perusahaan tersebut
mengikuti program Jamsostek. Premi asuransi kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian
1% dari gaji ditanggung perusahaan. Sedangkan yang ditanggung karyawan sebesar 5% dan
2% dari gaji.
Hitunglah PPh pasal 21 Sakha
Nb
PPh 21 atas pegawai tetap baru yang bekerja pada pertengahan tahun tetapi
kewajiban pajak subjektifnya sebagai Subjek Pajak sudah ada saat awal tahun.
Jawaban (2)
Gaji sebulan Rp 3.500.000
Premi ditanggung perusahaan
JKK = 0,24% x Rp 3.500.000 =Rp 8.400
JKM = 1% x Rp 3.500.000 =Rp 35.000
Penghasilan bruto Rp 3.543.400
Pengurangan diperbolehkan
Biaya jabatan = 5% x Rp 3.543.400 =Rp 177.170
Iuran ditanggung karyawan
Iuran pensiun = 5% x Rp 3.500.000 =Rp 175.000
Iuran JHT = 2% x Rp 3.500.000 =Rp 70.000+
Total Pengurangan =Rp 422.170
PERPAJAKAN-IwanSidharta 40
STIE Pasundan Bandung-2015
Penghasilan neto sebulan Rp 3.121.230
Penghasilan neto setahun (Apr-Des’13=9 bln) Rp 28.091.070
PTKP
Diri WP =Rp 24.300.000
PTKP (Rp 24.300.000)
PKP Rp 3.791.070
PPh pasal 21 =5% x Rp 3.791.070,- =Rp 189.553.5
Pembulatan =Rp 190.000,-
PPh 21 =Rp 190.000 ,-/9 bln = 21.111.11
Pembulatan = Rp 21.000,-
Contoh soal
Perhitungan PPh 21 atas pengasilan yang diperoleh dalam mata uang asing(3)
Sakha menikah dan mempunyai anak 1 orang, bekerja sebagai pegawai tetap sejak 1 April
2014 PT Asing, Ltd dengan Gaji USD 750 sebulan. Perusahaan tersebut mengikuti program
Jamsostek. Premi asuransi kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian 1% dari gaji
ditanggung perusahaan. Sedangkan yang ditanggung karyawan sebesar 5% dan 2% dari gaji.
Hitunglah PPh pasal 21 Sakha
Nb
Kurs USD berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan adalah Rp 11.000 per
USD 1
Jawaban (3)
Gaji sebulan Rp 8.250.000
Premi ditanggung perusahaan
JKK = 0,24% x Rp 8.250.000 =Rp 19.800
JKM = 1% x Rp 8.250.000 =Rp 82.500
Penghasilan bruto Rp 8.352.300
Pengurangan diperbolehkan
Biaya jabatan = 5% x Rp 8.352.300 =Rp 417.615
Iuran ditanggung karyawan
Iuran pensiun = 5% x Rp 8.250.000 =Rp 412.500
Iuran JHT = 2% x Rp 8.250.000 =Rp 165.000+
Total Pengurangan =Rp 995.115
Penghasilan neto sebulan Rp 7.357.185
Penghasilan neto setahun (Apr-Des’13=9 bln) Rp 88.286.220
PTKP
Diri WP =Rp 24.300.000
WP kawin =Rp 2.025.000
Tanggungan =Rp 2.025.000 (Rp 28.350.000)
PKP Rp 59.936.220
PPh pasal 21 =5% x Rp 3.791.070,- =Rp 2.996.811,-
PPh pasal 21/bln= Rp 2.996.811,-/12 =Rp 249.734.25
Pembulatan = Rp 250.000,- per bulan
PERPAJAKAN-IwanSidharta 41
STIE Pasundan Bandung-2015
Contoh soal
Perhitungan PPh 21 atas pengasilan yang diperoleh sebelum memasuki masa pensiun
dan setelah memasuki masa pensiun (4)
Sakha menikah dan mempunyai anak 2 orang, bekerja sebagai pegawai tetap Pada PT ASCO
dan pada bulan September 2014 memasuki masa pensiun, dengan penghasilan sebesar Rp
4.000.000,- sebulan. Perusahaan tersebut mengikuti program Jamsostek. Premi asuransi
kecelakaan kerja 0,24% dan asuransi kematian 1% dari gaji ditanggung perusahaan.
Sedangkan yang ditanggung karyawan sebesar 5% dan 2% dari gaji.
Hitunglah PPh pasal 21 Sakha
Jawaban (4)
Gaji sebulan Rp 4.000.000
Premi ditanggung perusahaan
JKK = 0,24% x Rp 4.000.000 =Rp 9.600
JKM = 1% x Rp 4.000.000 =Rp 40.000
Penghasilan bruto Rp 4.049.600
Pengurangan diperbolehkan
Biaya jabatan = 5% x Rp 4.049.600 =Rp 202.480
Iuran ditanggung karyawan
Iuran pensiun = 5% x Rp 4.000.000 =Rp 200.000
Iuran JHT = 2% x Rp 4.000.000 =Rp 80.000+
Total Pengurangan =Rp 482.480
Penghasilan neto sebulan Rp 3.567.120
Penghasilan neto setahun (Jan-Sep’14=9 bln) Rp 32.104.080
PTKP
Diri WP =Rp 24.300.000
WP kawin =Rp 2.025.000
Anak 2 =Rp 4.050.000 (Rp 30.375.000)
PKP Rp 1.729.080
PPh pasal 21 =5% x Rp 1.729.080,- =Rp 86.454,-
PPh pasal 21/bln= Rp 86.454,-/9 =Rp 9.606
Pembulatan = Rp 10.000,- per bulan
Contoh soal
Perhitungan PPh 21 atas Pegawai yang ditugaskan pindah ke tempat kerja baru(5)
Sakha menikah dan mempunyai anak 1 orang, bekerja di Kantor Pusat Jakarta sebagai
pegawai tetap Pada PT AXIM dan pada bulan Juni 2013 di pindah tugaskan ke Kantor
Cabang Bandung, dengan penghasilan sebesar Rp 3.000.000,- sebulan. Perusahaan tersebut
mengikuti program Jamsostek. Premi pensiun yang ditanggung karyawan 5% dari gaji.
Hitunglah PPh pasal 21 Sakha pada bulan Desember 2013?
Contoh Soal
dr. Dimas merupakan spesialis penyakit dalam yang praktek di RS Hidup Sehat
dengan perjanjian bahwa setiap jasa dokter yang dibayarkan dipotong 15% oleh RS
sebagai penghasilan RS dan sisanya 85% dari jasa tersebut dibayarkan kepada dr.
Dimas.
Berikut adalah jasa dokter yang diterima;
PERPAJAKAN-IwanSidharta 43
STIE Pasundan Bandung-2015
◦ Januari Rp 30.000.000
◦ Februari Rp 30.000.000
◦ Maret Rp 25.000.000
◦ April Rp 40.000.000
Tentukan PPh dr. Dimas yang akan dipotong?
Tarif PPh Pasal 21 atas Penghasilan Tenaga Ahli [(50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal
17)]
Jawaban
Keterangan Rp Jumlah
PERPAJAKAN-IwanSidharta 44
STIE Pasundan Bandung-2015
Pengurang sehari Rp Rp 150.000
Upah kena pajak sehari: Rp Rp 25.000
(Rp175.000-Rp150.000)
PPh pasal 21 sehari: Rp Rp 1.250
5% x Rp 25.000
Tn Sakha, diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21. Selanjutnya dilaporkan dalam SPT
Masa PPh Pasal 21 bulan April 2013
Jawaban
Keterangan Rp Jumlah
Jawaban
Keterangan Rp Jumlah
PERPAJAKAN-IwanSidharta 45
STIE Pasundan Bandung-2015
Contoh soal….lanjutan
Tn Sakha (TK/0) bekerja pada bula April 2013 di PT Maju untuk mengecat ruangan
dan menerima upah sebesar Rp 175.000 per hari. Tn Sakha bekerja selama 15 hari.
Hitung berapa penghasilan Tn Sakha dan jumlah PPh yang harus dipotong?
Jawaban
Keterangan Rp Jumlah
Contoh soal
Perhitungan PPh 21 atas penghasilan pegawai tidak tetap dengan penghasilan yang
bersifat berkesinambungan (1)
Ibu Anie seorang IRT, menikah dengan mempunyai 2 orang anak bekerja sebagai
distributor MLM. Suami ibu Anie bekerja pada PT Maju dan mempunyai NPWP. Ibu Anie
hanya memperoleh penghasilan sebagai distributor MLM tersebut.
Adapun penghasilan ibu Ani dari bulan Jan s.d Juni sebesar Rp 72.750.000,- dengan
rincian sebagai berikut;
Jan 2014 Rp 8.000.000,-
Feb 2014 Rp 10.500.000,-
Maret 2014 Rp 15.500.000,-
Apr 2014 Rp 16.000.000,-
Mei 2014 Rp 15.250.000,-
Jun 2014 Rp 7.500.000,+
Jumlah Rp 72.750.000,-
Hitunglah PPh pasal 21 Ibu Anie
Nb: Penghasilan Ibu Anie digabung dengan Suami, artinya pengurangan PTKP
hanya untuk diri pribadi
PERPAJAKAN-IwanSidharta 46
STIE Pasundan Bandung-2015
Jawaban (1)
Bln Penghasilan PTKP sebulan PKP sebulan PKP kumulatif Tarif PPh 21
Bruto (Rp) (Rp) Pasal terutang
17 (Rp)
Contoh soal
Perhitungan PPh 21 atas penghasilan pegawai tidak tetap dengan penghasilan yang
bersifat berkesinambungan serta tidak mempunyai NPWP (2)
Ibu Anie seorang IRT, menikah dengan mempunyai 2 orang anak bekerja sebagai distributor
MLM. Suami ibu Anie bekerja pada PT Maju dan mempunyai NPWP. Ibu Anie hanya
memperoleh penghasilan sebagai distributor MLM tersebut. Serta tidak dapat menunjukkan
bukti Copy NPWP, bukti nikah dan copy kartu keluarga.
Adapun penghasilan ibu Ani dari bulan Jan s.d Juni sebesar Rp 72.750.000,- dengan rincian
sebagai mana yang ada pada Contoh Soal 1.
Hitunglah PPh pasal 21 Ibu Anie
Nb: Karena Ibu Anie tidak dapat menunjukkan bukti copy NPWP Suami maka dasar
penerapan tarif 20% lebih tinggi dan tidak dapat pengurangan PTKP
Jawaban (2)
PERPAJAKAN-IwanSidharta 47
STIE Pasundan Bandung-2015
Apr 16.000.000 40.000.000 5% 120% 960.000
Mei 10.000.000 50.000.000 5% 120% 600.000
5.250.000 5.250.000 15% 120% 315.000
Jun 7.500.000 2.025.000 15% 120% 1.350.000
Contoh soal
..atas penghasilan yang diterima peserta kegiatan (3)
Tn Taufik merupakan pemain bulu tangkis profesional yang bertempat tinggal di
Indonesia. Pada kejuaraan Indonesian Open Tournament menjuarai kejuaraan bulu
tangkis dengan hadiah sebesar Rp 250.000.000,-.
Hitung berapa PPh 21 Tn Taufik?
Jawaban
Keterangan Rp Jumlah
Contoh soal
…atas pengahasilan yang menjadi beban APBN/APBD (4)
Tn Adi seorang PNS golongan 3d, pada bulan Maret 2014 menjadi narasumber yang
sumber dananya berasal dari APBN dan penghasilan menjadi narasumber tersebut
sebesar Rp 5.000.000,-
Hitung berapa PPh 21 Tn Adi?
Jawaban
Keterangan Rp Jumlah
PERPAJAKAN-IwanSidharta 48
STIE Pasundan Bandung-2015
Penghasilan bersih Rp 4.750.000
Tn Adi, diberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 sebesar Rp 250.000,- dan menerima uang
honor sebesar Rp 4.750.000,-.
Contoh soal
…atas pengahasilan yang menjadi beban APBN/APBD (5)
Tn Adi seorang PNS golongan 2d, pada bulan Maret 2014 menjadi anggota dari salah
satu Tim Kerja yang sumber dananya berasal dari APBN dan penghasilan menjadi
anggota Tim tersebut tersebut sebesar Rp 1.500.000,-
Hitung berapa PPh 21 Tn Adi?
Jawaban
Keterangan Rp Jumlah
Contoh soal
…atas pengahasilan uang pesangon (6)
Tn Adi bekerja di PT ASER selama 15 tahun dan mulai berhenti bekerja pada bulan
Junii 2014 dan mendapat penghasilan berupa uang pesangon sebesar Rp
150.000.000,-
Hitung berapa PPh 21 Tn Adi?
Jawaban
Keterangan Rp Jumlah
Soal latihan
PERPAJAKAN-IwanSidharta 49
STIE Pasundan Bandung-2015
Tn Sakha menikah mempunyai dua orang anak, bekerja sebagai pegawai tetap pada
PT News dengan gaji sebulan sebesar Rp 5.000.000, perusahaan mengikuti program
Jamsostek, premi Asuransi Kecelakaan Kerja dan Asuransi Kematiaan ditanggung
perusahaan sebesar 0,24% dan 1% dari gaji. Sedangkan yang ditanggung pegawai
sebesar 5% untuk iuran pensiun dan 2% untuk iuran JHT. Pada bulan Juli 2014
memasuki masa pensiun (masa kerja dari bulan Jan-Juli 2014 selama 6 bln).
Hitunglah PPh Pasal 21 Tn Sakha?
PERPAJAKAN-IwanSidharta 50
STIE Pasundan Bandung-2015
BAB VIII
PERPAJAKAN-IwanSidharta 52
STIE Pasundan Bandung-2015
Syarat penanaman kembali di Indonesia;
Atas seluruh PKP setelah dikurangi PPh dalam bentuk
penyertaan modal pada perusahaan baru yang didirikan dan
beroperasi efektif paling lama 1 tahun.
Penanaman tersebut dilakukan dalam tahun pajak berjalan dan
tidak mengalihkan usaha sebelum 2 tahun.
Contoh soal
…atas pajak penghasilan pasal 26 (1)
Mr. Sam menikah, dan mempunyai 1 orang anak bekerja pada perusahaan asing PT
First ltd dan tinggal kurang dari 183 hari. Pada bulan Mei 2014, penghasilan Mr. Sam
sebesar US$ 1.000 perbulan dan kurs yang berlaku adalah 1 US$ = Rp 12.000,-.
Hitung berapa PPh 26 Mr. Sam?
Jawaban
Keterangan Rp Jumlah
Contoh soal
…atas pajak penghasilan pasal 26 (2)
PT First Indonesia melakukan pembayaran atas royalty kepada PT First Amerika atas
licensi yang diberikan kepada PT First Indonesia. Adapun besarnya royalti atas lisensi
tersebut adalah US$ 10.000. Dan kurs yang berlaku sesuai ketetapan Menteri
Keuangan adalah 1 US$ = Rp 12.000,-
Hitung berapa PPh 26 PT First Indonesia?
Jawaban
Keterangan Rp Jumlah
Contoh Soal Penjualan Saham yang Dimiliki Wajib Pajak Luar Negeri
Way Co. (perusahaan di Cina) adalah salah satu pemegang saham PT Indo. Way Co.
di bulan Januari 2013 menjual saham yang dimilikinya di PT Indo kepada PT Hold
PERPAJAKAN-IwanSidharta 53
STIE Pasundan Bandung-2015
(perusahaan di Indonesia) senilai Rp5.000.000.000,00 dan kepada Matek Co.
(perusahaan di Malaysia) senilai Rp20.000.000.000,00.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi
tersebut?
Jawaban
Penghasilan dari penjualan saham Perseroan Terbatas dalam negeri yang diperoleh
Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) dipotong pajak sebesar 20
% x 25 % atau 5 % (lima persen) dari harga jual.
Perseroan Terbatas dalam negeri tersebut adalah Perseroan Terbatas yang:
• sahamnya diperjualbelikan oleh pemegang saham yang berstatus Wajib
Pajak luar negeri; dan
• tidak berstatus sebagai Emiten atau Perusahaan
." Publik.
Pemotong PPh Pasal 26 ini adalah pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong pajak.
Dalam hal pembelinya adalah WPLN, maka yang ditunjuk sebagai pemungut pajak
adalah Perseroan.
Bagi pemegang saham Wajib Pajak luar negeri yang berkedudukan di negara-
negara yang telah mempunyai P3B dengan Indonesia, maka pemotongan PPh
Pasal 26 hanya dilakukan apabila berdasarkan P3B yang berlaku, hak pajaknya ada
di Indonesia.
Kewajiban Pemotongan PPh Pasal 26 PT Hold adalah:
PT Hold memotong PPh Pasal 26 sebesar Rp250.000.000,00
(20% x 25% x Rp5.000.000.000,-) atas penghasilan dari penjualan saham
yang dibayarkan kepada Way Co;
menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipotong atas pengalihan saham
tersebut paling lambat tanggal 11 Februari 2013;
melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 23/26
masa pajak Januari 2013 paling lambat tanggal 20 Februari 2013.
Kewajiban Pemungutan PPh Pasal 26 oleh PT Indo adalah sebagai berikut:
PERPAJAKAN-IwanSidharta 54
STIE Pasundan Bandung-2015
BAB IX
2. PPh Pasal 22
Pajak yang dikenakan atas penyerahan barang dan kegiatan dibidang impor atau kegiatan
usaha dibidang lainnya
PERPAJAKAN-IwanSidharta 55
STIE Pasundan Bandung-2015
Atas pembelian barang yang dilakukan BI, PT Perusahaan Pengelola Aset, Bulog, Telkom,
PLN, Garuda Indonesia, Indosat, Krakatau Steel, Pertamina dan Bank-bank BUMN yang
dananya bersumber dari APBN maupun non APBN sebesar 1,5% dari harga pembelian
Jawaban ..soal(1)
Cost Insurance and Freight (CIF)
Cost
Pembelian USD 6.000 x Rp 12.000,- = Rp 72.000.000,-
Freight
5% x Rp 72.000.000 = Rp 3.600.000,-+
Cost and Freight (CF) = Rp 75.600.000,-
Insurance
1% x Rp 75.600.000,- = Rp 756.000,-+
CIF = Rp 76.356.000,-
Bea Masuk
Bea masuk
20% x Rp 76.356.000,- =Rp 15.271.200,-
Bea masuk tambahan
10% x Rp 76.356.000,- =Rp 7.635.600,-+
Total Bea masuk =Rp 22.906.800,-+
Nilai Import =Rp 99.262.800,-
Jawaban ….soal(2)
Cost Insurance and Freight (CIF)
Cost
Pembelian USD 4.000 x Rp 12.000,- = Rp 48.000.000,-
Freight
5% x Rp 48.000.000 = Rp 2.400.000,-+
Cost and Freight (CF) = Rp 50.400.000,-
Insurance
1% x Rp 50.400.000,- = Rp 504.000,-+
CIF = Rp 50.904.000,-
Bea Masuk
Bea masuk
20% x Rp 50.904.000,- =Rp 10.180.800,-
Bea masuk tambahan
10% x Rp 50.904.000,- =Rp 509.040,-+
PERPAJAKAN-IwanSidharta 57
STIE Pasundan Bandung-2015
Total Bea masuk =Rp 10.689.840,-+
Nilai Import =Rp 61.593.840,-
Jawaban ….soal(3)
Cost Insurance and Freight (CIF)
Cost
Pembelian USD 140.000 x Rp 11.000,- = Rp 1.540.000.000,-
Freight USD 4.000 x Rp 11.000,- = Rp 44.000.000,-+
Cost and Freight (CF) =Rp 1.584.000.000,-
Insurance
USD 1.000 x Rp 11.000,- =Rp 11.000.000,-+
CIF =Rp 1.595.000.000,-
Bea Masuk
Bea masuk
20% x Rp 1.595.000.000,- =Rp 319.000.000,-
Bea masuk tambahan
10% x Rp 1.595.000.000,- =Rp 159.500.000,-+
Total Bea masuk =Rp 478.500.000,-+
Nilai Import =Rp2.073.500.000,-
Pajak PPh Pasal 22
PPh pasal 22 non API = 2.5% x Rp2.073.500.000,- =Rp 51.837.500,-
Pembulatan PPh Pasal 22 =Rp 51.840.000,-
PERPAJAKAN-IwanSidharta 59
STIE Pasundan Bandung-2015
BAB X
2. PPH Pasal 23
Pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak dalam
negeri serta badan usaha tetap dengan nama dan bentuk apapun yang berasal dari modal
penyerahan jasa meliputi deviden, bunga, royalti, hadiah dan penghargaan penghasilan
sehubungan dengan penggunaan harta dan imbalan jasa tertentu
3. Pemotong PPh
Badan pemerintah
Subjek pajak dalam negeri
Penyelenggara kegiatan
Bentuk usaha tetap
Perwakilan perusahaan luar negeri
PERPAJAKAN-IwanSidharta 60
STIE Pasundan Bandung-2015
Jasa penilai (appraisal)
Jasa aktuaris
Jasa akuntansi, pembukuan, dan laporan keuangan
Jasa pengeboran
Jasa penunjang di bidang penambangan migas
Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas
Jasa penebangan hutan
Jasa pengolahan limbah
Jasa penyedian tenaga kerja (outsourcing)
Jasa perantara/keagenan
Jasa perdagangan surat berharga
Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan surat berharga
Jasa pengisian suara (dubbing)
Jasa sofware komputer
Jasa pemasangan/instalasi mesin, peralatan, listrik, telpon, air, gas, ac. Tv kabel
Jasa maklun
Jasa keamanan dll.
Jawaban
Lembar
Pemilik Saham Total deviden PPh pasal 23 Yang Diterima
saham
Jumlah PPh Pasal 23 yang dipotong PEMOTONG dengan memberikan Bukti Pemotongan
PPH Pasal 23 (lb ke-1) kepada PT Maju saat dilakukan pemotongan selanjutnya dilaporkan
pada SPT Masa PPh Pasal 23 oleh PT Mandiri
Jawaban
Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
merupakan objek PPh.
Apabila penerima dividen tersebut adalah:
Wajib Pajak badan dalam negeri (kecuali Wajib Pajak badan tertentu
sebagaimana dijelaskan dalam halaman 49) dan Bentuk Usaha Tetap maka
dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto dividen;
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri maka dipotong PPh bersifat final sebesar
10% dari jumlah bruto dividen;
Wajib Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap maka dipotong PPh Pasal 26
dengan tarif 20% atau sesuai dengan tarif dalam Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) terkait.
Untuk dapat dipotong PPh Pasal 26 menggunakan tarif sesuai dengan P3B maka
, ·"
Wajib Pajak luar negeri penerima penghasilan harus dapat menyerahkan Surat
Keterangan Domisili (SKD).
Kewajiban PT Flip Light Indonesia sebagai pemotong PPh Pasal 26 adalah:
PT Lightindo memotong PPh Pasal 26 sebesar:
PERPAJAKAN-IwanSidharta 62
STIE Pasundan Bandung-2015
10% x Rp300.000.000,00 = Rp30.000.000,00 atas pembayaran dividen kepada
Mr. Sneijder. Berdasarkan P3B Indonesia-Belanda atas dividen tersebut
dapat dikenakan pajak di Indonesia dengan tarif tidak lebih dari 10%;
20% x Rp5.000.000.000,00 = Rp1.000.000.000,00 atas pembayaran
dividen kepada Spurs Vehicle Co. Tarif yang digunakan sesuai dengan
Pasal 26 yaitu 20% karena tidak ada P3B antara Indonesia-Mauritius;
menyetor PPh Pasal 26 yang telah dipotong atas pembayaran dividen
tersebut paling lambat tanggal 10 Juni 2013;
melaporkan PPh Pasal 26 menggunakan SPT Masa PPh Pasal 23/26 masa
pajak Mei 2013 paling lambat tanggal 20 Juni 2013.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 63
STIE Pasundan Bandung-2015
Pajak Penghasilan Ayat 4
1. Dasar Hukum
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
5. Atas penghasilan berupa bunga atau diskonto yang dijual di Bursa efek
Besarnya Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut;
Atas penghasilan berupa bunga obligasi dengan kupon
o PPh Final sebesar 20% dari jumlah bruto.
Atas penghasilan berupa diskonto obligasi dengan kupon.
o PPh Final sebesar 20% dari jumlah bruto
Atas penghasilan berupa diskonto obligasi tanpa bunga.
o PPh Final sebesar 20% dari jumlah bruto
6. Atas penghasilan berupa bunga atau diskonto yang dijual di Bursa efek…terkecuali
Tidak Dikenakan PPh Final
Bank berkedudukan di Indonesia dan bank cabang luar negeri.
Dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), selama 5
tahun pertama sejak pemberian ijin usaha.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 66
STIE Pasundan Bandung-2015
◦ 4 % untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
mempunyai memiliki kualifikasi usaha.
4 % x Jumlah Jasa
◦ 6 % untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
mempunyai tidak memiliki kualifikasi usaha.
6 % x Jumlah Jasa
PERPAJAKAN-IwanSidharta 67
STIE Pasundan Bandung-2015
BAB XI
2. Karakteristik PPN
Pajak objektif
Pajak tidak langsung
Multi-stage tax
Tidak menimbulkan pajak ganda
Menggunakan alat bukti faktur pajak
Bersifat netral
Pajak atas konsumsi
4. Kewajiban PKP
Membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan BKP dan JKP
PERPAJAKAN-IwanSidharta 68
STIE Pasundan Bandung-2015
Memungut, menghitung, dan menyetorkan PPN dan PPnBM yang terutang atas
penyerahan BKP atau JKP atau ekspor BKP
Mengisi dan menyampaikan SPT Masa paling lambat 20 hari setelah berakhirnya
masa pajak
5. Objek PPN
Barang
◦ Barang yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau
tidak bergerak maupun tidak berwujud.
Jasa
◦ Setiap kegiatan pelayanan berdasarkan ikatan atau perbuatan hukum yang
menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia
untuk dipakai termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang
karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk pemesan.
6. Tarif PPN
Sistem PPN menganut tarif tunggal yaitu sebesar 10%
Dengan peraturan pemerintah tarif bisa berubah serendah-rendahnya 5% dan setinggi-
tingginya 15%
Untuk kegiatan ekspor dikenakan tarif 0%
8. Pajak Masukan
Merupakan PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP atau JKP
dan atau pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan
JKP dari luar Daerah Pabean dan atau impor BKP.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 69
STIE Pasundan Bandung-2015
9. Pajak Masukan Yang tidak dapat dikreditkan
Perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
Perolehan BKP atau JKP tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.
Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor kecuali merupakan barang dagang
atau disewakan
Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabeaan sebelum
dikukuhkan sebagai PKP
Perolehan BKP atau JKP yang bukti pungutannya Faktur Pajak Sederhana
Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang
berlaku.
Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabeaan yang Faktur
Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan
ketetapan pajak.
Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa
PPN
10. Restitusi
Merupakan selisih kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali akibat terdapat selisih
dalam Masa Pajak, Pajak Masukannya dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran.
PERPAJAKAN-IwanSidharta 70
STIE Pasundan Bandung-2015
PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH
1. Pengertian PPnBM
Bahwa barang tersebut bukan barang kebutuhan pokok
Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
Umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status
Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat seperti minuman
beralkohol
2. Objek PPnBM
Selain dikenakan PPN, dikenakan juga Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
terhadap:
◦ Penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh
Pengusaha Yang Menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah
di dalam Daerah Pabeaan dari kegiatan usaha atau pekerjaannya.
◦ Impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah
4. Tarif PPnBM
Tarif PPnBM paling rendah adalah 10% dan paling tinggi 200% tergantung dari jenis
barang.
Ekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dikenakan pajak dengan tarif 0%
Tarif PPnBM menjadi dua kelompok
Kendaraan bermotor : 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 75% (PP Nomor
12 Tahun 2006)
Non Kendaraan Bermotor : 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 75% (PP Nomor
55 Tahun 2004)
Jenis Barang yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas Barang Kena
Pajak Yang Tergolong Mewah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
8. Faktur Pajak
Merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan
BKP atau penyerahan JKP
Jenis Faktur Pajak
◦ Faktur Pajak Standar
◦ Faktur Gabungan
◦ Faktur Sederhana
PERPAJAKAN-IwanSidharta 72
STIE Pasundan Bandung-2015
Merupakan suatu Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP yang meliputi semua
penyerahan BKP atau penyerahan JKP yang terjadi selama satu bulan takwim kepada
pembeli yang sama atau penerima JKP yang sama
PERPAJAKAN-IwanSidharta 73
STIE Pasundan Bandung-2015
Contoh soal ..PPN dan PPnBM (3)
Transaksi pembelian yang dilakukan oleh Kantor Pemerintah atas barang kena pajak
PPN dan PPnBM 10%. Diketahui Harga Jual sebesar Rp 800.000,- . Hitung berapa
PPN dan PPnBM?
Jawaban
Keterangan Rp Jumlah
PERPAJAKAN-IwanSidharta 74
STIE Pasundan Bandung-2015
BAB XII
2. Sifat PBB
Pajak Daerah
Pajak Objektif (bersifat kebendaan)
Official Assesment System (menggunakan SPPT)
3. Subjek PBB
Subjek pajak
◦ Orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi,
memperoleh manfaat atas bumi, memiliki bangunan, menguasa bangunan dan
memperoleh manfaat atas bangunan
Wajib Pajak
◦ Subjek pajak yang harus membayar pajak
Hak-hak atas bumi dan bangunan PBB
◦ Mengacu pada UU Agraria yaitu Hak Milik, Hak Guna Bangun, Hak Guna
Usaha, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan
Apabila subjek pajak yang ditetapkan Dirjen Pajak dirasa tidak benar, maka Subjek
pajak dapat mengajukan keberatan dengan memberikan keterangan secara tertulis.
Pembayaran PBB yang dilakukan WP tidak ada kaitannya dengan status hak
kepemilikan objek pajak, sehingga pelunasan PBB bukanlah merupakn bukti
kepemilikan hak.
7. Administrasi PBB
Untuk keperluan pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan
mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ke Dirjen Pajak.
SPOP yang telah diisi dikembalikan ke Dirjen Pajak selambat-lambatnya 30 hari sejak
SPOP diterima subjek pajak.
Dirjen Pajak akan menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
berdasarkan SPOP
Dirjen Pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) apabila
SPOP tidak disampaikan dan telah ditegur secara tertulis
Berdasrkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata terdapat selisih
perhitungan jumlah pajak yang harus dibayar.
Jawaban
Objek Pajak
Luas Tanah, 100m2 = 100m2 x Rp 1.000.000,- Rp 100.000.000,-
Luas Bangunan, 80m2 = 80m2 x Rp 800.000,- Rp 64.000.000,-+
NJOP Dasar Pengenaan Pajak Rp 164.000.000,-
Pengurang
NJOPTKP = Rp 25.000.000,- Rp 139.000.000,-
Dasar Tarif Pengenaan PBB
Dasar Tarif sebesar 0.1% x Rp 139.000.000,- Rp 139.000,-
Dengan demikian besarnya PPB terhutang yang harus dibayar sebesar Rp 139.000,-
PERPAJAKAN-IwanSidharta 78
STIE Pasundan Bandung-2015
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
1. Dasar Peraturan
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008;
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 635/KMK.04/1994 tentang
Pelaksanaan Pembayaran dan Pemungutan Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 243/PMK.03/2008;
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-28/PJ/2009 tentang
Pelaksanaan Ketentuan Peralihan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2008;
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-30/PJ/2009 tentang Tata Cara
Pemberian Pengecualian dari Kewajiban Pembayaran atau Pemungutan
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan;
Peraturan Dirjen Pajak N0 PER-26/PJ/2010 tentang Tata Cara Penelitian
.
Surat Setoran Pajak atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan;
Surat Edaran Dirjen Pajak N0 SE-30/PJ/2013 tentang Pelaksanaan Pajak
Penghasilan yang Bersifat Final atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Usaha Pokoknya Melakukan Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
dan Penentuan Jumlah Bruto Nilai Pengalihan Hak atas Tanah dan/ atau
Bangunan Oleh Wajib Pajak yang Melakukan Pengalihan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan.
2. Pengertian BPHTB
Bea perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan merupakan pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan
adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan
atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Serta hak atas tanah dan atau bangunan
merupakan hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya.
3. Objek Pajak
Perolehan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan
◦ Pemindahan Hak
◦ Pemberian Hak Baru
Objek pajak yang tidak kena BPHTB
◦ Perwakilan diplomatik
◦ Negara untuk kepentingan umum
◦ Badan/Organisasi Internasional
PERPAJAKAN-IwanSidharta 79
STIE Pasundan Bandung-2015
◦ Konversi hak tanpa perubahan nama
◦ Wakaf
◦ Kepentingan ibadah
PERPAJAKAN-IwanSidharta 80
STIE Pasundan Bandung-2015
Jika NJOP digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, maka perhitungan BPHTB adalah
sebagai berikut;
BPHTB = (NJOP – NPOPTKP) x Tarif
Dengan demikian besarnya BPHTB terhutang yang harus dibayar Pembeli sebesar Rp
5.200.000,- sedangkan yang harus di bayar Penjual adalah sebesar Rp 8.200.000,-
PERPAJAKAN-IwanSidharta 81
STIE Pasundan Bandung-2015
DAFTAR PUSTAKA
PERPAJAKAN-IwanSidharta 82
STIE Pasundan Bandung-2015