Savrila
Daftar Isi
1. BAB I Pengertian Pajak
Pengertian.................................................................................................................................2
Unsur-Unsur Pajak.....................................................................................................................2
Fungsi Pajak...............................................................................................................................2
Syarat Pemungutan Pajak..........................................................................................................2
Perbedaan Pajak dan Jenis Pemungutan Lain...........................................................................3
Penggolongan Jenis-jenis Pajak.................................................................................................3
Tata Cara Pemungutan Pajak.....................................................................................................4
Tarif Pajak..................................................................................................................................4
Timbulnya Hutang Pajak............................................................................................................7
Hapusnya Hutang Pajak.............................................................................................................8
Perlawanan Terhadap Pajak......................................................................................................8
1
BAB I
PENGERTIAN PAJAK
PENGERTIAN
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan UU (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
2
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam
memenuhi kwajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang
perpajakan yang baru.
Contoh :
Bea meterai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.
Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya 1 tarif yaitu 10 %
Pajak Perseroan untuk badan dan pajak orang pribadi.
Pendapatan untuk perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang
berlaku bagi badan maupun perseorangan (Orang pribadi)
3
TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK
Pajak dipungut berdasarkan UU oleh sebab itu hukum pajak yang mengatur tentang tata cara
pemungutan dalam hal ini, stelsel pajak, cara pemungutan pajak, dan asas pemungutan pajak.
a. STELSEL PAJAK
1. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)
adalah pengenaan pajak didasarkan pada obyek yang sebenarnya, sehingga
pemungutannya dilakukan pada akhir tahun pajak.
2. Stelsel Anggapan (Fictive Stelsel)
adalah pengenaan pajak didasarkan pada anggapan bahwa penghasilan satu tahun
dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak dapat
ditetapkan besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan .
3. Stelsel Campuran
adalah gabungan antara stelsel riel dan stelsel anggapan dimana pada awal tahun pajak
dihitung berdasarkan stelsel anggapan dan pada akhit tahun akan dihitung dengan stelsel
riel.
TARIF PAJAK
Penentuan berapa besarnya pajak yang akan dikenakan atas wajib pajak ditentukan oleh tarif
pajak. Tarif pajak didifinisikan suatu angka tertentu yang digunakan sebagai dasar perhitungan
pajak.
Struktur tarif berhubungan dengan presentase ada 4 macam tarif yaitu :
1. Tarif pajak proporsional (sebanding)
Tarif dengan presentase tetap/sebanding terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar
pengenaan pajak. Contoh : tarif PPN (10%)
2. Tarif pajak progresif (meningkat)
Tarif pemungutan pajak yang semakin besar jika dasar pengenaan pajak semakin besar
4
Contoh : PPh, Yang meliputi :
a. Tarif pajak progresif-progresif
Tarif pemungutan pajak yang semakin besar apabila jumlah yang dikenakan
semakin besar dan perubahan kenaikkanya semakin besar
b. Tarif pajak progresif proporsional
Tarif pemungutan pajak yang semakin besar apabila jumlah yang dikenakan
semakin besar, dan perubahan kenaikkannya tetap.
c. Tarif pajak progresif degresif a
Tarif pemungutan pajak yang semakin besar apabila jumlah yang dikenakan
semakin besar,dan perubahan kenaikkannya semakin kecil.
3. Tarif pajak Degresif
Tarif pemungutan pajak yang semakin kecil apabila dasar pengenaan pajaknya semakin
besar.
4. Tarif pajak tetap
Presentase pajak tetap berapapun jumlah dasar pengenaan pajaknya. Contoh : Bea materai.
Contoh :
5
Wajib Pajak Badan
Undang-undang lama berlaku s/d Tahun2008
2. Untuk wajib pajak badan dengan peredaran bruto 1 tahun ≥ Rp 4,8 M, maka
dihitung dengan ketentuan sbb. :
Laba kena pajak yang mendapat fasilitas
Peredaran bruto(Rp 4,8 M) x Laba kena pajak
Contoh :
Peredaran bruto PT X dalam tahun 2013 sebesar Rp 30.000.000.000;
Dengan penghasilan kena pajak sebesar Rp 3.000.000.000,00
Perhitungan pajak penghasilan terutang sebesar :
a. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang mendapat fasilitas
Rp 4.800.000.000,00 x Rp 3.000.000.000,00 = Rp 480.000.000,00
Rp 30.000.000.000,00
b. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak mendapat
fasilitas
Rp 3.000.000.000,00 – Rp 480.000.000,00 = Rp 2.520.000.000,00
6
Soal :
PT ABC peredaran bruto tahun 2013 Rp 12.000.000.000;
dengan laba kena pajak Rp 360.000.000;
Diminta : hitung pajak penghasilan yang terutang !
7
HAPUSNYA UTANG PAJAK
Yang menyebabkan hapusnya utang pajak adalah :
1. Pembayaran
Dengan membayar maka utang pajak akan hapus. Untuk membayar pajak dengan mengisi
SSP (Surat Setoran Pajak) yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak sebesar yang dikenakan
kepadanya, dan pembayaran nya dapat dilakukan di Kantor Pos, Bank Persepsi ( Bank
BUMN/BUMD )dan tempat lain yang ditunjuk berdasarkan Kep. Men. Keu.
2. Kompensasi (pengimbangan)
Terjadi karena adanya kelebihan dalam membayar pajak, yang digunakan untuk membayar
utang pajak.
Kompensasi ada 2 yaitu :
Kompensasi Vertikal
Kelebihan pembayaran pajak yang digunakan untuk membayar utang yang sejenis
untuk masa pajak yang akan datang.
Kompensasi Horizontal
Kelebihan pembayaran pajak yang digunakan untuk membayar pajak yang lain pada
tahun yang sama.
4. Pembebasan/penghapusan
Apabila wajib pajak mengalami kesulitan dibidang keuangan dan tidak mempunyai ahli
waris, maka wajib pajak dapat mengajukan permohonan untuk dihapuskannya utang pajak
yang diajukan kepada Dirjen Pajak melalui KPP setempat.
8
SOAL I
1. Jelaskan alasan pemungutan pajak yang dikenakan pemerintah kepada wajib pajak ?
2. Jelaskan dasar pemungutan pajak yang dikenakan pemerintah kepada wajib pajak ?
3. Sebutkan perbedaan antara pajak dengan retribusi ?
4. Sebutkan persamaan antara pajak dengan retribusi ?
5. Apa yang anda ketahui tentang self Assesment System ?
6. Apa yang and ketahui tentang Ofisial Assesment System ?
7. Buatkan contoh perhitungan tarif pajak progresif proporsional ?
8. Buatkan contoh perhitungan tarif pajak progresif progresif ?
9. PT ABC dalam tahun 2012 diketahui peredaran bruto Rp 24.000.000.000;
dengan laba kena pajak Rp 8.000.000.000;
Tentukan pajak penghasilan terutang
9
BAB II
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
(KUP)
ISTILAH-ISTILAH
Istilah-istilah yang ada dalam ketentuan umum dan tata cara :
Beberapa Ketentuan dalam Undang-undang No. 6 Tahun1983 tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1983 No. 49, tambahan
Lembaran Negara No. 3262). Sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 9
Tahun1994 No. 59 . Tambahan Lembaga Negara No. 3566 diubah lagi dalam Undang-undang
Republik Indonesia No. 6 Tahun 2000 dan terakhir diubah lagi dalam Undang-undang Republik
Indonesia No. 16 Tahun 2009.
Beberapa pengertian dalam ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah sebagai berikut :
1. Wajib pajak
Orang pribadi/badan yang menurut ketentuan undang-undang perpajakan ditentukan untuk
melakukan kwajiban perpajakan,
Badan adalah sekumpulan orang dan/modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi :
- PT, - yayasan,
- Perseroan Komanditer, - organisasi massa,
- Perseroan lainnya, - organisasi sosial,
- BUMN/BUMD, - politik/organisasi yang
- Firma, Kongsi, sejenis,
- Koperasi, - Bentuk usaha Tetap (BUT)
- dana pensiun, dan
- persekutuan, - bentuk badan lainnya.
- perkumpulan,
2. Pengusaha
Orang pribadi/badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha/pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang/melakukan usaha diluar
daerah pabean, melakukan usaha saja/ memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
4. NPWP
Nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri/identitas wajib pajak dalam melaksanakan
hak dan kwajiban perpajakan.
10
b. Sebagai tanda pengenal identitas wajib pajak dalam melaksanakan kwajiban
perpajakan.
c. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi
perpajakan.
d. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan.
Ada dua cara untuk mendaftarkan diri menjadi wajib pajak yaitu :
1. Langsung
Dalam hal ini bagi siapa saja yang telah memenuhi syarat untuk menjadi wajib
pajak mendaftarkan diri langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayahnya
meliputi tempat tinggal/kedudukannya untuk diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP)
2. Melalui Internet
Wajib pajak di era modernisasi perpajakan ini juga diberikan fasilitas berupa e-
registration, yaitu fasilitas untuk orang pribadi yang ingin mendaftarkan diri
menjadi wajib pajak melalui sarana internet, karena tidak semua orang tinggal
sesuai dengan tempat domisilinya dan setiap orang juga tidak sempat untuk
mendatangi Kantor Pelayanan Perpajakan (KPP) maupun Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
11
2) Kewajiban Menyetor/membayar Pajak
Untuk membayar pajak menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang terdiri dari 4 rangkap,
yang diperuntukkan :
Lembar 1 : Untuk arsip WP
Lembar 2 : untuk KPP melalui KPPN
Lembar 3 : untuk dilaporkan WP ke KPP
Lembar 4 : untuk arsip tempat pembayaran
Lembar 5 : untuk arsip KPP
Adapula bentuk SSP dalam bentuk MPN(Modul Penerimaan Negara) yang hanya 2
(dua) lembar yang hanya terdapat dua rangkap yaitu :
Lembar 1 : untuk arsip WP
Lembar 2 : untuk arsip tempat pembayaran pajak.
3 PPh pasal 22
a.Impor Bersamaan dengan pembayaran bea 7 hari setelah batas waktu
masuk penyetoran
b. Pembelian barang oleh Pada hari yang sama dengan 14 hari setelah masa pajak
Bendaharawan pembayaran tagihan berakhir
pemerintah,DJA,
BUMN/BUMD
12
c. Pembelian barang oleh badan Tanggal 10 bulan berikutnya setelah Tanggal 20 bulan berikutnya
tertentu (BI, PLN dsb.) bulan pemotongan setelah bulan pemotongan.
d. Penjualan hasil industri Tanggal 20 bulan berikutnya
tertentu Tanggal 10 bulan berikutnya setelah setelah bulan pemotongan
bulan pemotongan Tanggal 20 bulan berikutnya
e. Penjualan oleh Pertamina setelah bulan pemotongan
Sebelum DO ditebus
Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk
menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang. Masa pajak sama
dengan 1 bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
2. SPT Tahunan yaitu SPT untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak.
SPT Tahunan hanya untuk melaporkan Pajak Penghasilan.
Tahun pajak adalah jangka waktu 1 tahun kalender, kecuali wajib pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Bagian Tahun
Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 tahun pajak.
SPT yang harus dimasukkan paling lambat :
a. WP Badan adalah paling lambat akhir bulan ke 4 setelah akhir tahun pajak
berakhir ( tgl. 30 April tahun yang akan datang)
b. WP Pribadi adalah paling lambat akhir bulan ke 3 setelah akhir tahun pajak
(tgl 31 Maret tahun yang akan datang)
Berdasarkan UU yang baru (No. 28/2007) Bentuk SPT dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Formulir kertas (hardcopy)
2. e-SPT (elektronik)
13
akan diterima dan dibuatkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) sementara setelah itu
diteruskan ke KPP dan dilaporkan.
2. Media elektronik
a. e-SPT
Pelaporan SPT secara langsung dilakukan oleh WP dengan melaporkan
pajaknya menggunakan media elektronik (misalnya Compack Disk,
Flashdisk,disket dll) yang dicetak hanya Surat Pemberitahuan (SPT) induknya
saja, sedangkan lampirannya tidak dibawa langsung ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP), apabila pelaporan melalui Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan (KP2KP) atas media elektronik diterima dan dibuatkan Bukti
Penerimaan Surat (BPS) sementara setelah itu tersebut akan diteruskan ke KPP
dan dilaporkan. Baru setelah itu media elektronik tersebut dikembalikan ke
Wajib Pajak (WP) beserta bukti penerimaan surat (BPS).
b. e-Filling
Pelaporan SPT yang dilakukan oleh WP dengan melaporkan pajaknya
menggunakan media elektronik Internet. Sebelum menggunakan fasilitas e-
filing, WP diwajibkan mendaftarkan diri terlebih dahulu ke KPP tempat
terdaftar untuk mendapatkan nomor registrasi. WP yang telah mendapatkan
nomor registrasi dapat meminta bantuan jasa ASP untuk melaporkan pajaknya
menggunakan aplikasi computer. Setelah itu yang dicetak hanya Surat
Pembaritahuan (SPT) induknya saja, sedangkan lampirannya tidak. Bukti atas
pelaporan ke internet tersebut dibawa melalui ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
sebagai bukti pelaporan SPT, apabila pelaporan melalui Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajak (KP2KP) atas bukti pelaporan tersebut
akan diterima dan dibuatkan Bukti Penerimaan Surat (BPS) sementara setelah
itu diteruskan ke KPP dan dilaporkan. Baru setelah itu akan dicetakkan Bukti
Penerimaan Surat ke Wajib Pajak (WP)
Fungsi SPT :
1. Bagi Wajib Pajak PPh,
SPT berfungsi untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan :
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/ atau
melalui pemotongan/pemungutan pihak lain dalam 1 tahun pajak atau bagian
tahun pajak.
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.
c. Harta dan kwajiban
d. Penyetoran dari pemotong atau pemungut pajak orang pribadi atau badan lain
dalam 1 masa pajak.
14
a. Pengkreditan Pajak Masukkan terhadap Pajak Keluaran
b. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP
dan/atau melalui pihak lain dalam suatu masa pajak.
3.
Jika wajib pajak tidak memperhatikan pembukuan/pencatatan dan dokumen lain yang dapat
menimbulkan kerugian pada Negara maka dikenakan sanksi pidana selama 6 tahun dan
denda 4 x dari pajak yang kurang dibayar/tidak dibayar.
Ketentuan perhitungan pengenaan pajak bagi wajib pajak yang mengadakan pembukuan
a. Wajib pajak orang pribadi
DPP = Ph.KP (penghasilan kena pajak fiskal)
Penghasilan kena pajak= penghasilan netto – PTKP
Penghasilan netto = penghsilan bruto – biaya
PPh terutang = tarif umum x Ph.KP
b. Wajib pajak badan
DPP = Ph.KP (Laba netto fiskal)
Laba netto = laba bruto – biaya-biaya
PPh terutang = tarif umum x Laba netto
15
1. Apabila 0mzet/peredaran bruto < 4,8 M,
maka perhitungan pajak penghasilan dihitung berdasarkan PP 46 dengan tarif 1 % dari omzet
bersifat final tidak ada angsuran PPh pasal 25.
2. Apabila omzet/peredaran bruto ≥ 4,8 M s/d < 50 M
maka perhitungan pajak penghasilan dihitung berdasarkan PPh pasal 31 E atas laba/rugi fiscal
berdasarkan tarif pasal 17, ada angsuran PPh pasal 25
3. Apabila omzet/peredaran bruto ≥ 50 M,
maka perhitungan pajak penghasilan dihitung dari laba/rugi fiscal berdasarkan tariff pasal 17
sebesar 25 %, ada angsuran PPh pasal 25.
Catatan : tanggungan maksimal 3 orang sedarah/semenda dalam garis lurus dan kesamping.
TK/1 : TK/2 :
WP = Rp 24.300.000 WP = Rp 24.300.000
Rp 26.325.000; Rp 28.350.000;
Rp 54.675.000
16
Pada tgl. 5 maret 2012 wp menikah dan pada tgl 25 agustus 2013 anak lahir.
Th 2014 : K/1
Contoh :
Wajib pajak A dengan status K/1 mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT
sampai dengan tgl. 5 Mei tahun 2011. Taksiran penghasilan netto Rp 180.000.000,00.Pajak
yang telah dibayar dalam tahun berjalan yaitu PPh pasal 21 Rp 500.000,00 PPh pasal 23 Rp
800.000,00 dan PPh pasal 25 Rp 700.000,00 Penghasilan netto sesungguhnya Rp
195.000.000,00
Perhitungan :
PPh terutang berdasarkan SPT Sementara
Taksiran penghasilan netto Rp 180.000.000,00
PTKP:
Wajib pajak Rp 15.840.000,00
St. Kawin Rp 1.320.000,00
Tangg 1 org Rp 1.320.000,00 ( 18.480.000,00)
Ph. KP Rp 161.520.000,00
PPh terutang :
5 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15 %x Rp 111.520.000,00 = Rp16.728.000,00
Rp19.228.000,00
Kredit pajak :
PPh pasal 21Rp 500.000,00
PPh pasal 23Rp 800.000,00
Pphpasal 25 Rp 700.000,00 (Rp 2.000.000,00)
PPh yang masih harus di bayar Rp 17.228.000,00
17
PPh terutang berdasarkan SPT Sebenarnya
Penghasilan netto Rp 195.000.000,00
PTKP Rp 18.480.000,00
Ph.KP Rp 176.520.000,00
PPh terutang :
5 % x Rp 50.000.000,00 =Rp 2.500.000,00
15 % x Rp 126.520.000,00 =Rp18.978.000,00
=Rp21.478.000,00
PPh yang telah dibayar =Rp19.228.000,00
Selisih pajak yg harus dibayar=Rp 2.250 .000,00
Bunga 2%x2 blnxRp2.250.000 =Rp 90.000,00
Denda =Rp100.000,00
Prosedurnya :
Permohonan mengangsur atau menunda dapat dilakukan apabila WP mengalami
kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan di luar kekuasaannya sehingga tidak dapat
memenuhi kwajiban pajaknya pada waktunya.
Wajib pajak membuat surat permohonan secara tertulis disertai alasan dan jumlah yang
ditunda yang diajukan kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar secara tertulis paling
lambat 15 hari sebelum jatuh tempo pembayaran utang pajak berakhir, kecuali ada
penyebab diluar kekuasaannya maka permohonan tersebut dapat diajukan melewati batas
waktu tersebut. Dalam jangka waktu 10 hari sejak permohonan diterima akan diterbitkan
surat keputusan, jika dalam jangka waktu ini dilewati dan kepala KPP tidak memberi
keputusan maka permohonan diterima, dan isi keputusan dapat berupa :
1. Diterima sepenuhnya/sebagian
2. Ditolak
18
c. Jika Direktorat Jendral Pajak terlanjur melakukan pemeriksaan , sepanjang belum terjadi
tindakan penyidikan atas ketidakbenaran penyajian SPT, maka wajib pajak dapat dengan
kesadaran sendiri melakukan pengungkapan atas ketidakbenaran pengisian SPT tersebut
disertai dengan pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya
terutang, beserta sanksi administrasi berupa denda 150 % dari jumlah pajak yang kurang
bayar.
d. Wajib pajak sedang dalam pemeriksaan tetapi dengan kesadaran sendiri dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT dengan
syarat Direktur Jendral Pajak belum menerbitkan SKP dan pengungkapan ini tidak
menghalangi/menghentikan proses pemeriksaan, yang dapat mengakibatkan :
1. Pajak yang masih dibayar menjadi lebih kecil/ lebih besar.
2. Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih keci/ lebih besar.
3. Jumlah harta menjadi lebih kecil/ lebih besar.
4. Jumlah modal menjadi lebih kecil/ lebih besar
Prosedur :
Wajib pajak mengajukan surat permohonan secara tertulis yang diajukan dalam jangka
waktu 3 bulan sejak surat ketetapan diterima, kecuali wajib pajak mengalami hal diluar
kekuasaanya yang ditujukan kepada Direktorat Jendral Pajak melalui KPP/KP2KP
setempat disertai alasan-alasan, dan jumlah yang diajukan keberatan . Setelah
permohonan diterima akan diadakan pemeriksaan dan dalam jangka waktu paling lambat
12 bulan akan diterbitkan surat keputusan yang berisi tentang :
a. Diterima sebagian atau sepenuhnya
b. Ditolak
c. Ditambah
Berdasarkan keputusan apabila wajib pajak merasa keberatan dapat mengajukan banding
kepada Badan Peradilan Pajak dalam hal ini pada Majelis Pertimbangan Pajak yang berada
di Pusat (Jakarta), banding dengan dilampiri salinan surat keputusan keberatan, dalam
jangka wangku 3 bulan sejak diterbitkan surat keputusan
5) Hak kompensasi/restitusi
Prosedur :
Wajib pajak mengajukan permohonan dengan membuat surat permohonan yang ditujukan
kepada Direktorat Jendral Pajak melalui KPP setempat, dalam jangka waktu paling lambat 12
bulan akan diterbitkan SKPLB .
Jika dalam waktu lebih dari 12 bulan belum diterbitkan SKPLB oleh KPP, maka secara
otomatis pengajuan permohonan diterima, maka dalam jangka waktu paling lambat 1 bulan
akan dibayarkan kelebihan kepada wajib pajak.
Dan atas kelebihan pembayaran pajak akan dikompensasikan atau restitusi.
Jika wajib pajak masih mempunyai utang pajak yang masih harus dibayar maka atas
kelebihannya akan dikompensasi dan jika wajib pajak tidak mempunyai utang pajak yang
masih harus dibayar maka kelebihannya akan di restitusi.
19
Dalam waktu I bulan sejak diterbitkan SKPLB belum dibayarkan atas kelebihan maka kepada
wajib pajak akan dibayarkan bunga 2 % sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan.
SOAL :
1. WP K/3 mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT Tahunan s/d 3 April 2013
.Taksiran penghasilan bruto Rp 450.000.000,00 dengan biaya-biaya Rp 75.000.000,00 Pajak
yang dibayar, dipotong,dipungut dalam tahun berjalan yaitu
- PPh pasal 21 : Rp 650.000,00
- PPh pasal 22 Rp 1.200.000,00 dan
- PPh pasal 23 Rp 800.000,00 Penghasilan netto yang sesungguhnya Rp 475.000.000,00
Hitung pajak penghasilan yang terutang berdasarkan SPT sementara dan SPT
Sebenarnya :
2. PT Maju menunda penyampaian SPT s/d 15 Mei 2012 dengan taksiran laba bruto Rp
560.000.0000; dengan peredaran bruto Rp 5,2 M biaya- biaya yang diperkenankan Rp
120.000.000; pajak yang dibayar,dipungut, dibayar yaitu
- PPh pasal 21 Rp 4.000.000
- PPh pasal 22 Rp 3.500.000;
- PPh pasal 25 Rp 12.000.000; Laba netto sesungguhnya Rp 520.000.000;
Hitung pajak penghasilan yang terutang
Jawaban :
1.
Perhitungan pajak penghasilan terutang berdasarkan SPT sementara :
Taksiran penghasilan bruto Rp 450.000.000,00
Biaya (Rp 75.000.000,00)
Penghasilan netto Rp 375.000.000,00
PTKP :
Wajib pajak Rp 15.840.000,00
Status kawin Rp 1.320.000,00
T. 3 org Rp 3.960.000,00 (Rp 32.400.000,00)
Ph.KP Rp 342.600,000,00
PPh terutang :
5 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15 % x Rp 200.000.000,00 = Rp30.000.000,00
25 % x Rp 92.600.000,00 = Rp23.150.000,00 Rp 55.650.000,00
Kredit pajak
PPh pasal 21 = Rp 650.000
PPh pasal 22 = Rp 1.200.000
PPh pasal 23 = Rp 800.000
(Rp 2.650.000,00)
Rp 53.000.000,00
Perhitungan pajak penghasilan terutang berdasarkan SPT sebenarnya :
PPh terutang :
5 % x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000;
15 % x Rp200.000.000 = Rp 30.000.000;
20
25 % x Rp192.600.000 = Rp 48.150.000;
= Rp 80.650.000;
Kredit pajak = Rp 55.650.000;
Kekurangan = Rp 25.000.000;
2.
Perhitungan PPH terutang berdsarkan SPT Sementara :
Laba bruto Rp 560.000.000;
Biaya-biaya (Rp 120.000.000)
Laba netto Rp 440.000.000;
PPh terutang :
Laba kena pajak yang mendapat fasilitas :
Rp 4,8 M x Rp 440.000.000; = Rp 406.153.846
Rp 5,2 M
Laba kena pajak yang tidak mendapat fasilitas :
Rp 440.000.000; - Rp 406.153.846; = Rp 33.846.154
Rp 59.230.769,25
PPh terutang =
12,5 % x Rp 480.000.000; = Rp 60.000.000;
25 % x Rp 40.000.000; = Rp 10.000.000;
= Rp 70.000.000;
Kredit pajak = Rp 59.230.769,25
PPh yang masih harus dibayar = Rp 10.769.230,75
21
A. TUGAS 1 :
1. Sebutkan fungsi NPWP !
2. Sebutkan yang diwajibkan mendaftarkan !
3. Jelaskan ketentuan perhitungan pajak bagi wajib pajak badan dan orang pribadi yang
mengadakan pembukuan !
4. Sebutkan yang menjadi kwajiban wajib pajak setelah memiliki NPWP !
5. Jelaskan apa yang dilakukan wajib pajak pada saat dilakukan pemeriksaan oleh fiskus di
tempat wajib pajak !
B. TUGAS 2 :
1. WP : A dengan status K/3 mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT
Tahunan s/d 3 April 2014 . Taksiran penghasilan bruto Rp 450.000.000,00 dengan
biaya-biaya Rp 75.000.000,00 Pajak yang dibayar, dipotong,dipungut dalam tahun
berjalan yaitu PPh pasal 21 : Rp 650.000,00 PPh pasal 22 Rp 1.200.000,00 dan PPh
pasal 23 Rp 800.000,00 Penghasilan netto yang sesungguhnya Rp 475.000.000,00
Hitung pajak penghasilan yang terutang berdasarkan SPT sementara dan SPT
Sebenarnya :
2. PT Maju menunda penyampaian SPT s/d 15 Mei 2012 dengan taksiran laba bruto Rp
560.000.0000; dengan peredaran bruto Rp 5,2 M biaya- biaya yang diperkenankan Rp
120.000.000; pajak yang dibayar,dipungut, dibayar yaitu PPh pasal 21 Rp 4.000.000 PPh
pasal 22 Rp 3.500.000; PPh pasal 25 Rp 12.000.000; Laba netto sesungguhnya Rp
520.000.000, Hitung pajak penghasilan yang terutang
22
BAB III
Pajak Penghasilan
(PPh)
Pajak Penghasialn diatur dalam UU :
1. UU No. 7 Tahun `1983
2. UU No. 7 Tahun 1991
3. UU No. 10 Tahun 1994
4. UU No. 17 Tahun 2000
5. UU No. 36 Tahun 2008
Definisi :
Pajak Penghasilan (PPh)
pajak yang dikenakan atas wajib pajak secara langsung atas penghasilan berdasarkan UU.
Objek Pajak yang dikenakan atas penghasilan .
Penghasilan
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi dan menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
23
Penghasilan yang tidak termasuk objek PPh adalah :
a. Bantuan atau sumbangan bersifat wajib yang diterima oleh badan keagamaan yang
pendiriannya dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan diterima oleh yang berhak.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan dan badan sosial lainnya, sepanjang tidak ada hubungan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan.
c. Warisan
d. Harta termasuk setoran tunai sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, yang diterima dalam
bentuk natura atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah.
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi.
g. Dividen atau bagian laba yang diterima PT sebagai WP dalam negri, koperasi, BUMN/D
dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan di Indonesia dangan syarat
tertentu.
h. Iuran yang diterima oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menkeu.
i. Penghasilan yang diterima dana pensiun dalam bidang tertentu yang ditetapkan oleh
Menkeu.
j. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun untuk pengembangan dan
pemupukan dana untuk pembayaran kembali kepada peserta pensiun.
k. Beasiswa yang memenuhi syarat tertentu yang diatur dengan peraturan Menkeu.
l. Bunga obligasi yang diterima perusahaan reksadana selama 5 tahun pertama sejak
pendirian atau pemberian ijin usaha .
m. Bantuan/santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada WP
tertentu yang diatur dengan Peraturan Menkeu.
n. Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura
o. Sisa lebih yang diterima badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya.
Subjek pajak berdasarkan atas tempat kedudukan/ domisilinya dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Subjek pajak dalam negeri
1. Orang pribadi
2. Warisan yang belum terbagi merupakan satu kesatuan
3. Badan Usaha
24
Perbedaan antara subjek pajak dalam negeri dengan subjek luar negeri
2. Kewajiban : 2. Kewajiban :
memasukkan SPT tidak memasukkan SPT
Cara Penghitungan
Secara umum pajak penghasilan dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Penghasilan
Kena Pajak atau penghasilan yang diterima/diperoleh. Besarnya penghasilan ini dilihat dari
Laporan Keuangan (Laporan Laba Rugi) atau pencatatan Wajib Pajak. Dalam perpajakan dikenal
istilah Penghasilan Netto Fiskal dan Penghasilan Kena Pajak. Untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak, terdapat sedikit perbedaan antara WP orang pribadi dengan badan.
WP Orang Pribadi
Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari pengurangan penghasilan netto dengan syarat atas
penghasilan yang menjadi objek pajak, kerugian fiskal serta dikurangi penghasilan tidak
kena pajak (PTKP)
25
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih
dan memelihara penghasilan.
26
Syarat untuk membiayakan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dipermudah menjadi:
1. Telah dibiayakan dalam laporan laba rugi komersial.
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada DJP; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang Negara; atau ada perjanjian tertulis dengan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau ada
pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan.
Syarat no. 3 tidak berlaku bagi piutang debitur kecil (tidak lebih dari Rp 50 juta)
Tarif Pajak
a. Tarif Pasal 17
Wajib Pajak Orang Pribadi
Undang-undang baru ( No. 36 tahun2008)
Undang-undang lama
Tarif tunggal sebesar 28 % untuk tahun 2009 dan mulai tahun 2010 diturunkan 25 %.
Cara penghitungan :
1. Wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha dengan ;
a. Omzet peredaran bruto ≤ Rp 4,8 M dihitung dengan tariff 1 % x
omzet/peredaran bruto
b. Omzet peredaran bruto ≥ Rp 4,8 M dihitung dengan tariff pasal 17 WP Badan
27
3. Wajib pajak Badan :
a. Omzet peredaran bruto ≤ Rp Rp 4,8 M pajak terutang dihitung berdasarkan PP
46 dengan tariff 1 % x omzet peredaran bruto
b. Omzet peredaran ≥ Rp 4,8 M s/d Rp 50 m pajak terutang dihitung berdasarkan
PPh pasal 31 E dari laba/rugi fiscal
c. Omzet peredaran bruto ≥ Rp Rp 50 M pajak terutang tariff pasal 17 dari
laba/rugi fiscal
a. WP Orang Pribadi
DPP = Ph. KP
Ph. KP = penghasilan netto – PTKP
Penghasilan netto = penghasilan bruto – biaya
PPh terhutang = Ph. KP X tarif umum (tarif pasal 17 )
WP Orang Pribadi atas penghasilannya diperhitungkan :
PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) dengan besaran sbb. :
Berlaku mulai I Januari 2013
Wajib pajak Rp 24.300,00/tahun
Tambahan :
Istri/suami tidak bekerja Rp 2.025.000,00/tahun
Istri/suami bekerja Rp 24.300.000,00/tahun
Tanggungan 1 @ Rp 2.025.000,00/tahun
Tanggungan maksimal 3 orang yang sedarah/semenda dalam garis lurus dan kesamping.
Mulai Tahun 2009 (UU NO. 36 Tahun 2009)
Wajib pajak Rp 15.840.000,00/tahun
Tambahan Rp 1.320.000,00/tahun
Istri/suami tidak bekerja Rp 1.320.000,00/tahun
Istri/suami bekerja Rp 15.840.000,00/tahun
b. WP Badan
DPP = Ph. KP (laba netto)
Laba netto = laba bruto – biaya
PPh terhutang = Ph. KP X tarif
Perhitungan :
Penghasilan bruto satu tahun Rp 115.000.000,00
PPh terutang = 1 % x Rp 115.000.000; = Rp 1.150.000;
28
PTKP (k/I/3) :
Wajib pajak Rp 15.840.000,00
Status kawin Rp 1.320.000,00
Istri bekerja Rp 15.840.000,00
T. 3 orang Rp 3.960.000,00
(Rp 36.960.000,00)
Ph.KP Rp 291.840.000,00
PPh terutang gabungan
5 % x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15 % x Rp 200.000.000,00 Rp 30.000.000,00
25 % x Rp 41.840.000,00 Rp10.460.000,00
Jumlah Rp42.960.000,00
2. PT “Maju Makmur telah terdaftar sebagai wajib pajak, pada tahun 2010 memilki
peredaran usaha sebesar Rp 1,5 M. Biaya yang timbul pada tahun 2010 antara lain
HPP sebesara Rp 500 juta, biaya pemasaran Rp 200 juta, biaya administrasi dan
umum Rp 250 juta . Dari biaya-biaya tersebut terdapat biaya yang tidak
diperkenankan secara fiscal sebesar Rp 50 juta. Maka pajak penghasilan yang
terutang sebesar :
Peredaran Usaha Rp 1.500.000.000;
HPP (Rp 500.000.000;)
Laba bruto Rp 1.000.000.000;
Biaya-biaya
Pemasaran Rp 200.000.000;
29
Adm. Dan umum Rp 250.000.000;
Jumlah Rp 450.000.000;
Laba Usaha Netto Rp 550.000.000;
Koreksi fiscal positif Rp 50.000.000;
Laba netto setelah koreksi fiscal Rp 600.000.000;
PPh terutang untuk tahun 2010:
50 % x 25 % x Rp 600.000.000; = Rp 75.000.000;
30
SOAL:
1. PT Harapan dalam tahun 2013 dari kegiatan usahanya diketahui peredaran bruto Rp
4.900.000.000,00 dengan biaya yang diperkenankan sebesar Rp 160.000.000,00 Biaya
tersebut termasuk pembelian natura untuk karyawan sebesar Rp 40.000.000,00 sisa kerugian
tahun lalu yang belum dikompensasikan sebesar Rp 50.000.000,00 . Hitunglah pajak
penghasilan yang terutang ?
2. Tuan Adam melakukan kegiatan usaha berupa perdagangan dengan peredaran bruto Rp
250.000.000,00 sedangkan istrinya mempunyai usaha salon dengan penghasilan bruto Rp
160.000.000,00 biaya atas kedua usaha tersebut ditetapkan Rp 15.000.000,00 Dia telah
ditetapkan telah menggunakan norma penghitungan untuk usaha perdagangan 35% sedang
usaha salon 25 %. Penghasilan istri digabungkan dengan penghasilan suami sebagai wajib
pajak.
Hitung pajak penghasilan yang terutang ?
SOAL ULANGAN :
1. PT “ Selamat” selama satu tahun pajak dari kegiatan usahanya memperoleh laba bruto Rp
635.000.000; dengan biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
ditetapkan Rp 34.000.000; pembelian beras yang dibagikan kepada karyawan sebesar Rp
6.000.000; Penghasilan netto dari sumber lain sebesar Rp 8.000.000; Kerugian tahun lalu
yang belum dikompensasikan Rp 4.000.000;
Hitung : pajak penghasilan yang terutang
2. Wajib pajak A dengan status K/I/3, dari kegiatan usahanya dalam tahun2013 diketahui :
penghasilan bruto dari usahanya sebesar Rp 220.000.000; biaya untuk mendapatkan, menagih
dan memelihara penghasilan ditetapkan sebesar Rp 15.000.000; dan istrinya mempunyai
usaha toko kelontong dengan penghasilan bruto selama 1 tahun Rp 160.000.000; Ia telah
mengajukan menggunakan norma penghitungan ditetapkan 25 % WP kawin dengan pisah
harta.
Hitung : pajak penghasilan yang terutang
31
BAB IV
Jenis pajak penghasilan :
Sebenarnya hanya terdapat satu objek pajak penghasilan yaitu penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apapun. Namun karena pesatnya perkembangan dunia ekonomi dan banyaknya jenis
penghasilan, maka perlakuan pajaknya beragam. Sehingga untuk memudahkan kita memahaminya,
penyebutan pajak penghasilan berdasarkan pasal yang mengaturnya.
Dalam buku ini kita hanya membahas beberapa jenis pajak penghasilan yaitu sebagai berikut :
b. Objek pajak
PPh pasal 4 ayat (2) dikenakan atas penghasilan berupa :
1. Bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, bunga obligasi, surat utang Negara
dan bunga simpanan koperasi yang dibayarkan kepada anggota koperasi orang pribadi.
2. Penghasilan berupa hadiah undian.
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek.
4. Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan,
5. Penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan pemerintah.
32
Contoh :
1. Tuan Rompi memenangkan kuis piala dunia 2010 yang diselenggarakan oleh suatu media
massa. Hadiahnya berupa uang tunai sebesar Rp 5.000.000,00 dan penentuan
pemenangnya dengan cara diundi. PPh pasal 4 (2) yang dipotong oleh pihak
penyelenggara adalah :
Hadiah Rp 5.000.000
PPh pasal 4 (2) = 25 % x Rp 5.000.000 (Rp 1.250.000)
Hadiah yang diterima Tuan Rompi Rp 3.750.000
2. Atas pengadaan jasa pelaksanaan kontruksi yang dilaksanakan oleh pengusaha yang
memiliki kualifikasi sebagai usaha kecil dengan nilai jasa sebesar Rp 500.000.000; dan
pajak pertambahan nilai sebesar Rp 50.000.000;
Perhitungan :
Nilai jasa Rp 500.000.000;
PPN Rp 50.000.000;
Total tagihan dari rekanan Rp 550.000.000;
PPh pasal 4 (2) = 2 %xRp 500.000.000; Rp 10.000.000;
PPN yang dipungut 10 % x Rp 500.000.000; Rp 50.000.000;
Total PPN dan PPh yang dipungut/dipotongRp 60.000.000;
Dibayar kepada rekanan Rp 500.000.000,00 - Rp 10.000.000, = Rp 490.000.000;
3. Penjualan atas tanah dan bangunan dikurangi dengan PTKPNJOP (penghasilan tidak kena
pajak nilai jual objek pajak atas penjualan tanah dan bangunan Rp 60.000.000 )
Contoh :
Tn. Adil menjual sebidang tanah pada tahun 2012 kepada Tn. Sejahtera dengan NJOP
sebesar Rp 110.000.000; Maka perhitungan PPh pasal 4 (2) atas pengalihan tanah dan
bangunan serta BPHTB nya adalah sbb. :
= 5 % x Rp 110.000,000 = Rp 5.500.000;
=5 % x ( 110.000.000; - Rp 60.000.000;)
= 5 % x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000;
33
2) PPh pasal 21
a) Definisi :
PPh pasal 21 adalah pemotongan pajak yang dikenakan atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima
atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
b) Tarif
Tarif PPh pasal 21 adalah tarif pajak pasal 17 UU PPh.
Bagi wajib pajak yang tidak dapat menunjukkan NPWP, tarif pajak diterapkan 20 % lebih
tinggi dibandingkan dengan wajib pajak yang memilki NPWP.
c) Pemotong pajak
Pemotong pajak PPh pasal 21 adalah pihak yang membayarkan penghasilan antara lain :
1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah dan honorarium.
2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah dan honorarium.
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran
lainnya.
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa
dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak dalam
negeri atau dengan status subjek pajak luar negeri maupun honorarium atau imbalan
lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan magang.
5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran.
34
Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.
Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan dan kunjungan kerja.
Peserta atau anggota dalam suatu kepanitian sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu.
Peserta pendidikan, pelatihan dan magang.
Peserta kegiatan lainnya.
35
Contoh :
Penghasilan bruto I bulan Rp 12.000.000;
Biaya jab. 5 % x Rp 12.000.000 Rp 600.000;
Diperkenankan Rp 500.000;
Iuran pensiun
THT
PTKP
Penerima pensiun
Biaya pensiun : 5 % dari uang pensiun
Maksimal 1 bulan Rp 36.000
Maksimal 1 bulan Rp 200.000,00
PTKP
36
PTKP : Wajib pajak (Rp
24.300.000,00)
Ph.KP Rp 22.110.000,00
PPh yang terutang 1 tahun= 5%xRp 22.110.000,00 = Rp1.105.500,00
PPh pasal 21 yang dipotong oleh pemberi kerja = Rp1.105.500,00 : 12 = Rp 92.125;
Perhitungan PPh pasal 21 bagi Pegawai tetap yang baru memiliki NPWP pada tahun
berjalan
Narto, status belum menikah dan tidak memiliki keluarga, bekerja pada PT ABC
dengan memperoleh gaji dan tunjangan setiap bulan sebesar Rp 5.500.000; dan yang
bersangkutan membayar iuran pensiun kepada perusahaan Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan setiap bulan sebesar Rp 200.000;
Ia baru memilki NPWP pada bulan Juni 2013 dan menyerahkan fotocopy kartu NPWP
kepada perusahaan untuk digunakan sebagai dasar pemotongan PPH Pasal 21 bulan
Juni.
Pembahasan :
Perhitungan PPh pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan untuk Januari-Mei 2013
sbb. :
Gaji dan tunjangan sebulan Rp 5.500.000;
Pengurangan
1. B. Jabatan: 5 % x Rp 5.500.000 = Rp 275.000;
2. Iuran pensiun Rp 200.000;
(Rp 475.000;)
Penghasilan netto sebulan Rp 5.025.000;
Penghitungan PPh pasal 21 terutang dan yang harus dipotong untuk Juni 2013 yang
bersangkutan memiliki NPWP dan menyerahkan fotocopy kartu NPWP kepada
pemberi kerja dengan catatan gaji dan tunjangan untuk bulan juni tidak berubah
adalah sbb.
37
Perhitungan PPh pasal 21 bagi pegawai yang mulai bekerja dalam tahun berjalan.
Andi bekerja pada PT Gemilang sebagai karyawan tetap sejak tanggal 1 Agustus
2013. Gaji sebulan Rp 12.000.000,00 dan membayar iuran pensiun Rp 100.000,00
setiap bulan . Maka PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan :
Perhitungan :
Penghasilan gaji tiap bulan Rp 12.000.000,00
Dipotong :
Biaya jabatan= 5 % x Rp 12.000.000,00 = Rp 600.000,00
Diperkenankan Rp 500.000,00
Iuran pensiun Rp100.000,00
(Rp 600.000,00)
Penghasilan netto 1 bulan Rp 11.400.000,00
Langkah menghitung :
Menghitung PPh sebelum adanya kenaikan gaji
Menghitung PPh setelah adanya kenaikkan gaji
Menghitung PPh atas rapel yaitu selisih antara PPh yang sebenarnya dipotong
dengan PPh yang telah dipotong
Contoh :
Tuan Mario dengan status K/1 bekerja pada PT Gede dengan gaji sebulan Rp
4.300.000,00 PT Gede masuk program Jamsostek : premi asuransi kecelakaan
dan premi asuransi kematian masing-masing Rp 150.000,00 dan Rp 100.000,00
ditanggung oleh perusahaan. Selain itu Tuan Mario membayar iuran pensiun dan
THT masing-masing Rp 50.000,00 dan Rp 80.000,00 Pada bulan Juni 2013
perusahan menaikkan gaji karyawan, termasuk gaji Tuan Mario menjadi Rp
4.700.000,00 yang berlaku surut sejak bulan Januari 2013.
Maka PPh pasal 21 atas uang rapel yang diterima Tuan Mario :
38
Penghasilan netto 1 bulan Rp 4.192.500,00
(Rp 28.350.000,00)
Ph.KP Rp 21.960.000,00
PPh yang terutang 1 tahun = 5 % x Rp 21.960.000,00 = Rp 1.098.000,00
PPh yang terutang 1 bulan = Rp 1.098.000,00 : 12 = Rp 91.500;
Contoh :
Tuan Akhmad dengan status K/4 bekerja pada PT Sejahtera dengan gaji pokok Rp
5.000.000,00 /bulan. Perusahaan masuk program Jamsostek, tiap bulan membayar premi
asuransi kecelakaan dan premi asuransi kematian masing-masing Rp 130.000,00 dan Rp
39
150.000,00 dengan mendapat uang lauk pauk Rp 50.000,00 tiap anggota keluarga. Selain
itu perusahaan juga masuk program dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh
Menteri Keuangan. Perusahaan menanggung iuran pensiun 1 % dari gaji pokok,
sedangkan pegawai membayar 1,5 % dari gaji pokok, karena penjualan melebihi target
maka pada akhir Tahun 2013 Tuan Akhmad mendapatkan bonus Rp 25.000.000,00.
Maka PPh pasal 21 yang harus dibayar bulan Desember oleh Tuan Akhmad sebesar :
Perhitungan :
Penghasilan gaji 1 bulan Rp 5.000.000,00
Premi as. Kem. = Rp 130.000,00
Premi as. Kec. = Rp 150.000,00
Uang lauk pauk 5xRp 50.000,00 = Rp 250.000,00 Rp 530.000,00
Penghasilan bruto 1 bulan Rp 5.530.000,00
Dipotong :
Biaya jabatan = 5 % x Rp 5.530.000,00 = Rp 276.500,00
Iuran pensiun = 1,5 % x Rp 5.000.000; = Rp 75.000,00
( Rp 351.500,00)
Gaji netto 1 bulan Rp 5.178.500,00
Gaji I tahun = 12 x Rp 5.178.500,00 = Rp 62.142.000,00
Bonus = Rp 25.000.000,00 +
Penghasilan netto 1 tahun = Rp 87.142.000,00
40
Menghitung PPh pasal 21 atas bulan-bulan setelah pensiun tahun pajak berikutnya.
Contoh :
Tuan Iskandar dengan status K/3, bekerja pada PT Nusantara dengan gaji tiap bulan Rp
5.000.000,00. Tiap bulan ia membayar iuran pensiun Rp 100.000,00 kepada Dana
pensiun yang pendiriannya disahkan Menteri Keuangan. Mulai awal bulan September
2013 ia dipensiun, maka mulai awal bulan September 2013 setiap bulan ia menerima
uang pensiun Rp 3.500.000,00
Maka perhitungan PPh pasal 21 sebesar :
Perhitungan :
1. PPh pasal 21 atas gaji
Penghasilan gaji 1 bulan Rp 5.000.000,00
Dipotong :
Biaya jabatan = 5 % x Rp 5.000.000,00 =Rp 250.000,00
Iuran pensiun Rp 100.000,00
(Rp 350.000,00)
Penghasilan netto 1 bulan Rp 4.650.000,00
PPh terutang :
41
5 % x Rp 18.100.000,00 = Rp 905.000,00
PPh atas gaji Rp 240.000,00
PPh atas uang pensiun = Rp 665.000,00
PPh atas uang pensiun 1 bulan Rp 665.000,00 : 4 = Rp 166.250,00
Perhitungan :
Penghasilan gaji 1 bulan Rp 4.000.000,00
Tunjangan pajak Rp 50.000,00
Uang pengganti lauk pauk Rp 200.000,00 +
Penghasilan bruto 1 bulan Rp 4.250.000,00
Dipotong :
Biaya jabatan : 5 % x Rp 4.250.000,00= (Rp 212.500,00)
Penghasilan netto 1 bulan Rp 4.037.500,00
42
3. Apabila upah yang diterima lebih dari PTKP satu bulan, maka diperhitungkan dengan
PTKP harian sesungguhnya. PTKP 1 tahun x lama bekerja 360
- PPh pasal 21 = tarif umum x Ph.KP
Contoh :
a. Upah harian
Dino dengan status tidak kawin sebagai karyawan lepas pada sebuah perusahaan
dengan upah Rp 275.000,00 perhari dan dibayarkan secara harian. Dalam bulan
Agustus 2013 ia bekerja selama 22 hari, maka perhitungan PPh pasal 21 yang
terutang pada bulan Agustus sbb. :
b. Upah satuan
Tuan Firman dengan status K/1 bekerja sebagai perakit televisi dengan upah Rp
200.000,00 per televisi. Dalam waktu satu minggu ia dapat mengerjakan 7
televisi.Maka PPh pasal 21 yang terutang :
Perhitungan :
Upah 1 minggu = 7TV x Rp 200.000,00 = Rp 1.400.000,00
Upah 1 hari diatas = Rp 200.000,00 x 6 Hari Rp (1.200.000,00)
Ph. K P = Rp 200.000,00
PPh pasal 21 yang terutang = 5 % x Rp 200.000,00 = Rp 10.000,00
43
c. Upah borongan
Nona Dian menerima pekerjaan di bidang konveksi dengan upah yang dibayarkan
secara borongan sebesar Rp 2.500.000,00, pekerjaan tersebut selesai dalam waktu
5 hari, upah dibayarkan setelah pekerjaan selesai. Maka PPh pasal 21 yang
terutang sbb. :
Upah borongan Rp 2.500.000,00
PTKP = 24.300.000,00 x 5 Rp( 337.500,00)
360
Ph. K P Rp 2.162.500,00
PPh pasal 21 yang terutang = 5 % x Rp 2.162.000,00 = Rp 108.100,00
Perhitungan :
PPh pasal 21 yang terutang = 5 % x Rp 3.200.000,00 = Rp 160.000,00
Perhitungan :
PPh pasal 21 yang terutang :
5 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15 % x Rp 10.000.000,00= Rp 1.500.000,00 +
Rp 4.000.000,00
Contoh :
Ir. Edy adalah seorang arsitek(50%), pada bulan Agustus 2010 menerima honorarium
sebesar Rp 50.000.000,00 sebagai imbalan jasa teknik yang dilakukannya. Maka PPh pasal
21 yang terutang sebesar :
Perhitungan :
o) Perhitungan PPh pasal 21 atas tebusan pensiun, pesangon, dan THT sekaligus
Perhitungan pengenaan pajak dihitung dengan ketentuan sbb. :
a. UU baru
0 % x Ph.KP s/d Rp 50.000.000,00
5 % x Ph.KP diatas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 250.000.000,00
44
15 % x Ph.KP diatas Rp 250.000.000,00 s/d 500.000.000,00
25 % x Ph.KP diatas Rp 500.000.000,00
Contoh :
1. Anton bekerja pada PT “Sentosa” selama 6 tahun. Pada bulan Juni 2011 ia berhenti
bekerja karena adanya pengurangan pegawai, ia menerima pesangon sebesar Rp
90.000.000,00.
Maka PPh pasal 21 yang terhutang :
0 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 0
5 % x Rp 40.000.000,00 = Rp 2.000.000,00
Rp 2.000.000,00
2. Suryo pada tanggal 1 Oktober 2010 telah memasukki masa pensiun, menerima uang
tebusan pensiun dari Dana Pensiun sebesar Rp 60.000.000,00. Maka PPh pasal 21
yang terhutang :
0 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 0
5 % x Rp 10.000.000,00 = Rp 500.000,00
Rp 500.000,00
3. Rudy yang memasukki masa pensiun menerima uang THT pada tanggal 1 November
2012 sebesar Rp 50.000.000,00. Maka PPh pasal 21 yang terhutang :
0 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 0
Soal:
1. Tuan Anton dengan status K/2 bekerja pada sebuah perusahaan dengan gaji tiap bulan Rp
4.600.000,00 Setiap bulan ia membayar iuran pensiun Rp 100.000,00 kepada dana pensiun,
premi asuransi untuk anaknya yang dibayarkan setiap triwulan sebesar Rp 350.000,00. Mulai
awal bulan September 2010 ia dipensiun, maka mulai awal bulan September ia akan
menerima uang pensiun Rp 3.000.000,00 dari dana pensiun.
Diminta : hitung PPh pasal 21 atas uang pensiun !
2. Tuan Sanusi dengan status K/1 sebagai karyawan tetap sebuah perusahaan dengan gaji tiap
bulan Rp 7.600.000,00 perusahaan masuk program jamsostek, premi asuransi kecelakaan dan
premi asuransi kematian masing-masing Rp 100.000,00 dan Rp 150.000,00 ditanggung
perusahaan. Disamping itu ia juga mendapat tunjangan jabatan Rp 350.000,00 dan fasilitas
perumahan dinas dalam 1 tahun senilai Rp 15.000.000,00. Tiap bulan ia membayar biaya
pendidikan anaknya Rp 750.000,00 THT Rp 200.000,00.
Hitung PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan oleh perusahaan !
3. Tuan Rinto sebagai seorang pemborong yang mengerjakan sebuah bangunan dengan upah
secara borongan sebesar Rp 15.000.000,00 atas pekerjaannya ia dibantu 8 tenaga kerja
dengan upah yang dibayarkan secara harian sebesar Rp 260.000.00 perhari dan pekerjaan itu
selesai dikerjakan selama satu minggu.
Diminta :
a. hitung PPh pasal 21 atas pemborong
b. hitung PPh pasal 21 atas masing-masing tenaga kerja
4. Tuan Rahmad dengan status K/1 sebagai karyawan tetap di sebuah perusahaan dengan gaji
tiap bulan Rp 4.500.000; mendapat tunjangan pajak Rp 50.000; Peusahaan masuk program
jamsostek, premi asuransi kec. Dan kematian masing-masing Rp 100.000; Rp 150.000;
45
ditanggung perusahaan .disamping itu ia juga mendapatkan uang pengganti lauk pauk Rp
200.000; Tiap bulan ia membayar biaya transport ke kantor Rp 500.000; dan iuran koperasi
Rp 100.000
Hitung : PPh pasal 21 yang ditanggung Tuan Rahmad !
Perhitungan :
1.
a. Penghasilan gaji Rp 4.600.000,00
Dipotong :
Biaya Jabatan 5 % x Rp 4.600.000,00=Rp 230.000,00
Iuran Pensiun =Rp 100.000,00
Rp 330.000,00
Penghasilan netto 1 bulan Rp 4.270.000,00
Penghasilannetto 1 tahun = 12 x Rp 4.270.000,00 = Rp51.240.000,00
PTKP :
Wajib pajak Rp 15.840.000,00
St. Kawin Rp 1.320.000,00
T. 2 orang Rp 2.640.000,00
= Rp19.800.000,00
Ph.KP = Rp 31.440.000,00
PPh terutang 1 tahun = 5 % x Rp 31.440.000,00= Rp 1.572.000,00
PPh terutang 1 bulan = Rp 1.572.000,00 : 12 = Rp 131.000,00
PPh terutang yang telah dipotong = 8 x Rp 131.000,00 = Rp 1.048.000,00
46
2. Penghasilan gaji 1 bulan = Rp 7.600.000,00
Premi asuransi kec. Rp 100.000,00
Premi asuransi kemat Rp 150.000,00
= Rp 250.000,00
Tunjangan jabatan = Rp 350.000,00
Penghasilan bruto = Rp 8.200.000,00
Dipotong :
Jabatan: 5 % x Rp 8.200.000,00 = Rp 410.000,00
THT =Rp 200.000,00
= (Rp 610.000,00)
Penghasilan netto 1 bulan = Rp 7.590.000,00
Penghasilan netto 1 tahun: 12 x Rp 7.590.000,00= Rp 91.080.000,00
PTKP :
Wajib pajak Rp 24.300.000,00
Status Kw Rp 2.025.000,00
T 1 org Rp 2.025.000,00
= (Rp 28.350.000,00)
Ph.KP = Rp 62.730.000,00
PPh terutang 1 tahun :
5 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15 % x Rp 12.730.000,00 = Rp 1.909.500,00
= Rp 4.409.500,00
Pph pasal 21 yang dipotong tiap bulan :
Rp 4.409.500,00 : 12 = Rp 367.458.33
47
Ph.KP Rp 9.990.000,00
PPh pemborong = 5 % x Rp 9.990.000,00
Upah tenaga kerja = 10 x Rp 160000,00 x 12 Rp 19.200.000,00
Upah masing-masing tenaga kerja Rp 19.200.000,00 : 10 = Rp 1.920 .000,00
Upah diatas Rp 150.000,00 x 12 = Rp 1.800.000,00
Ph.KP = Rp 120.000,00
5 % x Rp 120.000,00 = Rp 6000,00
5. Penghasilan gaji 1 bulan Rp 4.500.000;
Tunjangan pajak Rp 50.000;
Premi asuransi kecelakaan Rp 150.000;
Premi asuransi kematian Rp 100.000;
Uang pengganti natura Rp 200.000;
Penghasilan bruto Rp 5.000.000;
Dipotong :
1. Biaya jabatan 5 % x Rp 5.000.000 = Rp 250.000;
Penghasilan netto 1 bulan Rp 4.750.000;
Penghasilan netto 1 tahun = 12 x Rp 4.750.000; = Rp 57.000.000;
2. PTKP
Wajib pajak Rp 24.300.000;
Status kawin Rp 2.25.000;
T. 1 orang Rp 2.025.000;
= Rp 28.350.000;
Ph.KP = Rp 28.650.000;
PPh terutang 1 tahun =
5 % x Rp 28.650.000; =Rp 1.432.500;
PPh terutang 1 bulan Rp 1.432.500; = Rp 119.375
12
Tunjangan pajak Rp 50.000;
PPh yang ditanggung T. Rahmad Rp 69.375;
Soal Ulangan :
1. Nyonya Ratna seorang single perent mempunyai seorang anak masih duduk di bangku SD,
sebagai karyawan tetap sebuah perusahaan dengan gaji tiap bulan Rp 5.400.000; ia juga
mendapat tunjangan jabatan sebesar Rp 350.000; sebulan Perusahaan masuk program
jamsostek, premi asuransi kecelakaan dan premi asuransi kematian masing-msing Rp
200.000; dan Rp 150.000; ditanggung oleh perusahaan. Tiap bulan Nyonya Ratna membayar
iuran pensiun 1 % dari gaji pokok dan THT 1,5% dari gaji pokok, iuaran koperasi kantor Rp
50.000;
Hitung : PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan oleh perusahaan !
2. Tuan Bambang sebagai Direktur Pemasaran di PT Podomoro Group, memperoleh gaji tiap
bulan Rp 7.800.000; Tunjangan jabatan Rp 1.200.000; Tunjangan keluarga Rp 500.000; Tiap
bulan ia membayar THT Rp 200.000; Biaya untuk transport ke kantor Rp 1.200.000; dan
iuran pensiun Rp 100.000; Tuan Bambang memiliki seorang istri sebagai ibu rumag tangga
dan memunyai 2 anak yang masih balita.
Hitung PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan oleh perusahaan !
3. Pak Rojali sebagai karyawan lepas di sebuah perusahaan dengan menerima upah yang
dibayarkan secara harian, dalam 1 hari diberikan upah Rp 275.000; Pada bulan Mei ia bekerja
selama 20 hari.
Hitung : PPh pasal 21 yang terutang atas Pak Rojali !
4. Tuan Amir dengan K/4 sebagai karyawan tetap di sebuah perusahaan dengan gaji tiap Rp
5.000.000; Perusahaan masuk program jamsostek , premi asuransi kecelakaan Rp 200.000;
Premi asuransi kematian Rp 150.000; Mendapatkan tunjangan jabatan Rp 500.000; mendapat
fasilatas kendaraan dinas tiap bul;an senilai Rp 400.000; Tiap bulan ia membayar iuran
48
pension Rp 200.000; jaminan hari tua 2 % dari gaji pokok sedang perusahaan membayar
jaminan hari tua untuk karyawan 1,5% dari gaji pokok
Diminta : hitung PPh pasal 21 yang dipotong tiap bulan !
a. Definisi :
PPh Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan atas pembelian barang, impor dan
penjualan hasil industri pertamina dan usaha tertentu.
49
Catatan :
1. Penjualan BBM, Pelumas dan LPG kepada agen atau penyalur dipungut PPh final.
2. Penjualan/penyaluran hasil rokok oleh penyalur/distributor tidak dikenakan tarif 0,15
% tapi wajib melakukan pembayaran angsuran PPh sesuai dengan pasal 25 UU PPh .
3. Besarnya pungutan yang diterapkan terhadap wajib pajak yang tidak memiliki NPWP
lebih tinggi 100% daripada tarif yang dikenakan kepada WP yang memiliki NPWP
4. Nilai Import = CIF + bea masuk + pungutan pabean yang resmi
CIF = Harga faktur + Asuransi + Biaya angkut
C I F : Cost insurance freight
50
Nilai Impor dalam rupiah :
$ 135.700 x Rp 10.000 = Rp 1.357.000.000;
PPh pasal 22 = 2,5 % x Rp 1.357.000.000 = Rp 33.925.000,00
Perhitungan :
51
Soal:
1. PT Merapi selaku Importir memilki API melakukan transaksi pada bulan Juni 2007. Membeli
peralatan bangunan sebanyak 15 unit syarat FOB. Biaya yang dikeluarkan untuk mengimpor
peralatan sbb. :Harga faktur per unit $ 3000, biaya asuransi perjalanan total $ 3000 pungutan
pabean lain yang sah Rp 2.500.000; Bea masuk 30 % dari CIF , bea masuk tambahan 10 %
dari CIF . PPN 10 %, PPnBM 35 % Kurs yang berlaku saat itu 1 $ Rp 11.500,00.
Hitung PPh pasal 22 impor dan PPN serta PPnBM ?
2. PT KIA Motor mengimpor mobil dan telah memiliki API. PT KIA mengimpor 50 unit mobil,
dengan harga faktur $ 10.000; per unit, biaya asuransi dan biaya angkut yang berkaitan
dengan impor mobil tersebut masing-masing adalah $ 3.000; dan $ 7.000;. Bea masuk yang
dibayar oleh PT KIA Motors sebesar 5 % dari cif dan bea masuk tambahan sebesar 20 % dari
cif. Kurs pada saat itu ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar 1 $ = rp 9.000;
Hitung : pph pasal 22
Jawab :
52
4) Pajak Penghasilan pasal 23
a. Definisi :
Pajak penghasilan pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan berasal dari modal,
penyerahan jasa atau hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong pph pasal 21
Catatan :
1. Apabila wajib pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak memiliki
NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100 % dari pada tarif yang
berlaku.
2. Setiap transaksi yang mengakibatkan adanya pemotongan/pemungutan pajak, wajib
dibuatkan bukti potong oleh pihak yang memotong/memungut
53
c. Bukan objek pajak :
Contoh :
1. Sayekti dengan K/2 menerima dividen dari kepemilikan saham PT Maju Terus yang
dibeli dari BEI . Jumlah dividen yang diterima sebesar Rp 4.760.000,00. Biaya
administrasi yang ditanggung Rp 125.000,00 Berapa PPh pasal 23 yang dipotong oleh
PT Maju Terus dan jumlah uang yang diterima oleh Sayekti ?
Jawab :
Jumlah dividen Rp 4.760.000,00
PPh pasal 23: 15 % x Rp 4.760.000,00 = Rp714.000,00
Biaya administrasi = Rp125.000,00
(Rp 839.000,00)
Deviden yang diterima setelah dipotong pajak Rp 3.921.000,00
Jawab :
Jumlah uang sewa : 10 x Rp 3.000.000,00 = Rp 30.000.000,00
PPh pasal 23 =2 % x Rp 30.000.000,00 = (Rp 600.000,00)
Jumlah uang yang diterma PT Raharja = Rp 29.400.000,00
3. Pada tanggal 20 Agustus 2010, PT Tukang Utang membayar bunga atas pinjaman
kepada PT Lintah Darat sebesar Rp 90.000.000;
PPh pasal 23 yang harus dipotong PT Tukang Utang adalah :
15 % x Rp 90.000.000; = Rp 13.500.000;
54
SOAL ULANGAN
1. Ali sebagai karyawan lepas dengan upah yang dibayarkan secara harian . Dengan upah Rp
170.000,00 perhari, dalam bulan Desember ia bekerja selama 20 hari. Hitung PPh yang
dipotong bulan Desember
3. Catering Mira telah memilki NPWP, menerima pesanan untuk pesta pernikahan seharga
Rp 45.000.000,00.
Hitung pajak penghasilan yang dipotong
4. PT Cipta mengimpor mesin foto copy dari Jepang dengan harga faktur $ 5000; biaya
asuransi dan biaya angkut masing-masing 5 % dan 10% dari harga faktur. Pungutan
pabean lain yang sah Rp 22.500.000; Kurs 1 $ Rp 9.000;
Harga faktur = 20 x $ 5.000; = $ 10.000;
Biaya asuransi = 5 % x $ 10.000 =$ 500;
Biaya angkut = 10 % x $ 10.000 = $ 1.000;
CIF = $ 11.500;
CIF dalam rupiah = $ 11.500; x Rp 9.000; = Rp 103.500.000;
Pungutan bapean lain = Rp 22.500.000;
Nilai impor = Rp 126.000.000;
PPh pasal 22 = 7,5 % x Rp 126.000.000; = Rp 9.450.000;
5. Dinas Pendidikan kota Yogyakarta membeli mebel dan peralatan kantor dari PT Furniture
senilai Rp 220.000.000 (termsuk PPN 10 % ) PPh PASAL 22 yang harus dipungut oleh
bendaharawan adalah :
DPP PPN = (100/110 x Rp 220.000.000; = Rp 200.000.000
PPh pasal 22 = 1,5 % x Rp 200.000.000; = Rp 3.000.000;
6. Pada tgl 20 agustus PT Tukang Utang membayar bunga atas pinjaman kepada PT Lintah
Darat sebesar Rp 90.000.000;
PPh pasal 23 = 15 % x Rp 90.000.000; - Rp 13.500.000;
7. PT Ayam kremes-kremes membayar Royalty kepada Tuan Doan atas pemakaian merek
sebesar Rp 1.000.000.000;
PPh pasal 23 = 15 % x Rp 1.000.000.000; = Rp 150.000.000;
8. Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000; atas undian
tabungan yang diselenggarakan Bank Kecap ABC
PPh pasal 23 = 15 % x Rp 200.000.000; = Rp 30.000.000;
9. PT Selalu Susah menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa Rp 20.000.000, milik
Budi PPh pasal 23 yang harus dipungut PT Selalu Susah
PPh pasal 23 = 2 % x Rp 20.000.000; = Rp 400.000;
55
5) Pajak Penghasilan pasal 24
a. Difinisi :
Pajak penghasilan pasal 24 adalah pajak yang dibayar atau terutang atas wajib pajak dalam
negeri yang memperoleh penghasilan bersumber dari luar negeri dan dalam negeri, atas
penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri
dilakukan kredit pajak yang berdasarkan UU PPh.
Contoh :
Perhitungan :
Seluruh penghasilan netto :
Singapura : Rp 800.000.000,00
Australia : Rp 75.000.000,00
Indonesia : Rp 100.000.000,00 +
Rp 975.000.000,00
Pajak penghasilan yang terhutang :
25 % x 50 % x Rp 975.000.000; = Rp 121.875.000;
Pajak yang dipungut di :
Singapura = 30 % x Rp 800.000.000; = Rp 240.000.000;
56
Australia = 25 % x Rp 75.000.000; = RP 18.750.000;
Kredit pajak :
Singapura = 800 x 121.875.000; = Rp 100.000.000;
975
Australia = 75 x 121.875.000; = Rp 9.375.000;
975
Kredit pajak yang diperkenankan =
Negara Singapura Rp100.000.000;
Negara Australia Rp 9.375.000;
Rp 109.375.000;
Pajak yang masih harus dibayar di Indonesia
PPh terutang Rp 121.875.000;
Kredit pajak psl 24 (Rp 109.375.000;)
Rp 12.500.000;
2. PT “ D” selama tahun 2011 diketahui dengan peredaran bruto Rp
5.000.000.000; laba yang diperoleh :
a. Dari Negara X laba Rp 100.000.000,00 dengan tarif pajak 40 %
b. Dari Negara Y laba Rp 300.000.000,00 dengan tarif pajak 25 %
c. Dari Negara Z menderita kerugian Rp 50.000.000,00
d. Penghasilan usaha didalam negeri Rp 200.000.000,00.
Maka perhitungan kredit pajak yang diperkenankan (PPh pasal 24) dan
PPh yang masih harus dibayar di dalam negeri sbb. :
Perhitungan :
Seluruh penghasilan netto :
Negara X = Rp 100.000.000,00
Negara Y = Rp 300.000.000,00
Negara Z = -
Indonesia= Rp 200.000.000,00 +
Rp 600.000.000,00
Bagian laba kena pajak yang mendapat fasilitas :
4,8 x 600.000.000; = 576.000.000;
5
Bagian laba kena pajak yang tidak mendapat fasilitas
600.000.000; - 576.000.000; = 24.000.000;
PPh terutang
25 % x 50 % x 576.000.000 =72.000.000;
25 % x 24.000.000; = 6.000.000;
= 78.000.000;
PPh terutang :
Negara X = 40 % x Rp 100.000.000,00 = Rp 40.000.000,00
Negara Y = 25 % x Rp 300.000.000,00 = Rp 75.000.000.00
Kredit pajak :
Negara X = 100 x Rp 78.000.000;= Rp 13.000.000;
600
Negara Y = 300 x Rp 78.000.000;= Rp 39.000.000;
600
Kredit pajak yang diperkenankan :
Negara X = Rp 13.000.000;
Negara Y = Rp 39.000.000;+
Rp 52.000.000;
PPh terhutang = Rp 78.000.000;
Kredit pajak(psl. 24) = Rp(52.000.000;)
57
PPh y. m . h dibayar = Rp 26.000.000;
Penghitungan :
Seluruh penghasilan netto :
Luar negeri = Rp 100.000.000,00
Dalam negeri =( Rp 40.000.000,00)
Rp 60.000.000,00
PPh terutang :
25 % x 50 % x 60.000.000; = 7.500.000;
PPh terutang di luar negeri = 40 % x Rp 100.000.000,00 = Rp
40.000.000,00
Kredit pajak = 100 x Rp 7.500.000; = Rp 12.500.000;
60
Kredit pajak yang diperkenankan = Rp 7.500.000;
PPh terhutang = Rp 7.500.000;
Kredit pajak (psl. 24) = Rp 7.500.000;
0
3. PT “ABC” dalam tahun 2010 dengan peredaran bruto Rp 5.000.000.000;
memperoleh penghasilan netto sebagai berikut :
a. Laba usaha dari Negara S Rp 200.000.000,00 dengan tarif pajak 30 %
b. Laba usaha dari Negara O Rp 300.000.000,00 dengan tarif pajak 25 %
c. Laba usaha dari Indonesia Rp 150.000.000,00
d. Sisa kerugian tahun lalu di Indonesia yang belum dikompensasikan
Rp50.000.000,00
e. Pajak yang telah dibayar dalam tahun berjalan yaitu ;
PPh pasal 21 = Rp 15.000.000,00
PPh pasal 22 = Rp 10.000.000,00
PPh pasal 24 = Rp 135.000.000,00
Maka kredit pajak yang diperkenankan dan PPh yang masih harus
dibayar sbb. :
Penghitungan :
Seluruh penghasilan :
Negara S = Rp 200.000.000,00
Negara O = Rp 300.000.000,00
Indonesia = Rp 150.000.000,00
Kerugian yang belum dikompensasi =( Rp 50.000.000,00)
Sisa laba setelah kompensasi Rp 600.000.000,00
PPh terhutang :
Laba kena pajak yang mendapat fasilitas
4,8 x600.000.000 =576.000.000;
5
Laba kena pajak yang tidak mendapat fasilitas
600.000.000 – 576.000.000 = 24.000.000;
PPh terutang :
25 % x 50 % x 576.000.000 =72.000.000;
25 % x 24.000.000; = 6.000.000;
58
=78.000.000;
PPh terutang :
Negara S = 30 % x Rp 200.000.000,00 = Rp 60.000.000,00
Negara O = 25 % x Rp 300.000.000,00 = Rp 75.000.000,00
Kredit pajak :
Negara S = 200 x Rp 78.000.000; = Rp 26.000.000;
600
Negara O = 300 x Rp 78.000.000; = Rp 39.000.000;
600
SOAL :
PT Selamat tahun2012 diketahui peredaran bruto Rp5.000.000.000; memperoleh laba yang
bersumber dari :
1. Negara M laba Rp 200.000.000; dengan tarif pajak 30 %
2. Negara O laba Rp 100.000.000 dengan tarif pajak 20 %
3. Laba dalam negeri Rp 150.000.000
4. Rugi dalam negeri tahun lalu yang belum dikompensasi Rp 50.000.000;
5. Pajak yang dibayar tahun berjalan yaitu :
a. PPh pasal 21 Rp 15.000.000;
b. PPh pasal 24 Rp 80.000.000.000;
Diminta :
1. Hitung kredit pajak yang diperkenankan
2. PPh yang masih harus dibayar/kelebihan
59
6) Pajak Penghasilan pasal 25
a. Difinisi :
Pajak penghasilan pasal 25 merupakan pembayaran angsuran pajak yang harus dibayar
sendiri setiap bulannya yang diberlakukan kepada Wajib Pajak badan dan orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha bebas (bukan sebagai karyawan). Adapun maksud dan
tujuannya adalah DJP menghitung dengan perkiraan yang mendekati jumlah pajak yang
nantinya akan terutang dalam suatu tahun pajak. Sehingga di akhir tahun nanti pelunasan
kekurangan pajak yang harus dibayar tidak terlalu besar dan memberatkan Wajib Pajak.
Contoh 1 :
Pajak penghasilan yang terutang berdasarkan Rp 50.000.000;
SPT Tahunan PPh tahun 2012
Dikurangi dengan :
PPh pasal 22 Rp 10.000.000;
PPh pasal 23 Rp 2.500.000;
PPh pasal 24 Rp 7.500.000;
(Rp 20.000.000;)
PPh yang harus dibayar sendiri(kekurangan) Rp 30.000.000;
Angsuran PPh yang harus dibayar sendiri setiap bulan dalam tahun 2012 (BL. April
2012 s/d Bl. Maret 2013adalah : Rp 30.000.000; :12 = Rp 2.500.000;
Contoh 2 :
WP Orang pribadi dengan status TK/0 baru datang awal oktober 2013, berniat tinggal
di Indonesia untuk selama-lamanya. Dalam bulan Oktober s/d Desember 2013
melakukan usaha, diperoleh penghasilan netto sebesar Rp 7.000.000;
Penghasilan netto 3 bulan Rp 7.000.000;
Penghasilan netto 12 bulan (12/3 x Rp 7.000.000) Rp 28.000.000;
PTKP (TK/0) Rp 24.300.000;
Ph.KP Rp 3.700.000;
60
c. Besarnya angsuran pajak pada dasarnya sama besar (tetap) setiap bulan, kecuali terdapat
hal-hal tertentu seperti :
1. Atas pajak tahun yang lalu diterbitkan surat ketetapan pajak (SKP)
Contoh :
Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2012 yang
disampaikan Wajib pajak dalam bulan Maret 2013, perhitungan besarnya angsuran
pajak yang harus dibayar adalah Rp 1.250.000,00. Dalam bulan Juli 2013 telah
diterbitkan surat ketetapan pajak tahun pajak 2012 yang menghasilkan besarnya
angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp 2.000.000,00. Oleh karena itu besarnya
angsuran pajak mulai bulan Agustus 2013 adalah sebesar Rp 2.000.000,00.Penetapan
besarnya angsuran pajak bisa sama, lebih besar, atau lebih kecil dari angsuran pajak
sebelumnya berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan.
3. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan WP .PT “B” yang bergerak dibidang
produksi benang dalam tahun2006 membayar angsuran bulanan sebesar Rp
15.000.000,00 . Dalam bulan Juni 2006 pabrik milik PT “B” terbakar . Oleh karena itu,
berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pajak mulai bulan Juli 2006 angsuran bulanan
PT “B” dapat disesuaikan menjadi lebih kecil dari Rp 15.000.000,00 . Sebaliknya
apabila PT “B” mengalami peningkatan usaha, misalnya adanya peningkatan penjualan
dan diperkirakan penghasilan kena pajak akan lebih besar dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, maka kwajiban angsuran bulanan PT “B” dapat disesuaikan oleh Direktur
Jendral Pajak.
61
Contoh :
A sebagai wajib pajak baru diketahui laba netto dalam tahun 2010 sebesar Rp
120.000.000,00 . Maka angsuran PPh pasal 25 terhitung mulai bulan April 2011 s/d
bulan Maret 2012 sbb. :
Perhitungan :
Laba netto 1 tahun 2010 Rp 120.000.000,00
PTKP : wajib pajak (Rp 15.840.000,00)
Ph. K P Rp 104.160.000,00
PPh terutang :
5 % x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15 % x Rp54.160.000,00 = Rp 8.124.000,00
Rp10.624.000,00
Angsuran PPh pasal 25 untuk bulan April 2011 s/d bulan Maret 2012 :
Rp 10.624.000,00 : 12 = Rp 885.333,33 pembulatan Rp 885.300;
PT Wasesa adalah WP baru memulai aktivitasnya mulai Maret 2013. Dari Laporan
Laba-Rugi yang dibuat tiap bulan, dapat diketahui penghasilan bersih
-Maret NIHIL
-April Rp 20.000.000;
-Mei Rp 22.000.000;
-Bulan Maret
Penghasilan netto 0 (Angsuran PPh ps. 25 masa Maret Nihil)
-Bulan April
Penghs. Netto Rp 20.000.000;
Penghs. Netto disetahunkan Rp 240.000.000;
PPh terutang :
1 % X Rp 240.000.000; Rp 2.400.000;
Angsuran PPh pasal 25 = 1/12 x Rp2.400.000; =Rp 200.000;
-Bulan Mei
Cara perhitungan sama dengan masa April 2013
Penghasilan netto 1 tahun = 12 x Rp 22.000.000 = Rp 264.000.000;
PPh terutang =
1 % x Rp 264.000.000 ; = Rp 2.640.000;
Angsuran PPh pasal 25 = 1/12 x Rp 2.640.000; = Rp 220.000;
62
SOAL : kerjakan di buku catatan
1. Wajib pajak A adalah pengusaha warung makan di Jogjakarta yang memiliki penjualan pada
tahun 2013 sebesar Rp 180.000.000; A status menikah dan memiliki seorang anak, ia
menyelenggarakan pencatatan untukmenghitung pajaknya . Norma penghitungan untuk usaha
warungnya ditetapkan 20 %
Hitung angsuran PPh pasal 25 !
2. Koperasi Unit Desa A bergerak dibidang simpan pinjam. Pada Tahun 2013 memiliki
penerimaan bruto dalam setahun sebesar Rp 500.000.000; dan biaya-biaya yang berkaitan
dengan usahanya ditetapkan Rp 425.000.000;
Hitung angsuran PPh pasal 25 !
3. PT Polan membayar royalty ke perusahaan yang berada di luar negeri dengan jumlah Rp
100.000.000;Besar PPh pasal 26 yang harus dipotong PT Polan Rp 100.000.000; x 20 % = Rp
20.000.000;
4. CV Polan membayar kepada Tuan A SEBESAR Rp 10.000.000; atas sewa took.
PPh pasal 4 (2) yang harus dipotong CV Polan 10 % x Rp 10.000.000; = Rp 1.000.000;
63
BAB V
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
Dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(P P N Barang dan Jasa Dan PPn BM)
Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11
tahun1994 dan Undang-undang Nomor 18 tahun 2000 ,UU No. 42 tahun 2009 mengenai Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah mengatur pengenaan atas Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa serta Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
a. Pengertian dasar
Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak atas konsumsi barang atau jasa di Daerah Pabean yang
dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara di atasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif dan landasan
kontinen yang didalamnya berlaku Undang-undsang yang mengatur mengenai kepabeanan.
Pengusaha kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau
penyerahan jasa kena pajak.
Pengusaha Kena Pajak berkwajiban, antara lain :
1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP
2. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang
3. Membuat faktur pajak atas setiap penyerahan kena pajak
4. Membuat nota retur dalam hal terdapat pengambilan BKP
5. Melakukan pencacatan atau pembukuan mengenai kegiatan usahanya
6. Menyetor PPN dan PPnBM yang terutang
7. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa)
64
Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa barang bergerak atau tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-undang PPN. Pada dasarnya semua barang merupakan Barang Kena
Pajak, sehingga Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kecuali jewnis barang dan jenis jasa
sebagaimana ditetapkandalam pasal 4 A Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah beberapa kali diubak terakhir dengan Undang-undang Nmor 18 Tahun 2000.
Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak
tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena
pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-undang PPN.
Contoh :
1. Pengusaha Kena Pajak Sukses menjual tunai BKP kepada Pengusaha Kena Pajak Maju
dengan harga jual Rp 75.000.000,00.
PPN yang terutang = 10 % x Rp 75.000.000,00 = Rp 7.500.000,00
2. Seseorang mengimpor BKP dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor
Rp 250.000.000,00 PPN yang dipungut melalui Direktorat Jendral Bea dan Cukai = 10 % x
Rp 250.000.000,00 = Rp 25.000.000,00
65
Cara menghitung PPn BM
Contoh :
PKP Kencana sebagai pabrikan menyerahkan barang hasil produksinya dengan harga jual Rp
200.000.000,00 Barang tersebut merupakan BKP yang tergolong mewah dengan tarif PPn BM
40 %. Penghitungan pajak yang harus dipungut adalah sebagai berikut :
PPN = 10 % x Rp 200.000.000,00 = Rp 20.000.000,00
PPn BM = 40 %x Rp 200.000.000,00 = Rp 80.000.000,00
Rp100.000.000,00
f. Faktur Pajak
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan BKP atau Penyerahan JKP, atau bukti pungutan pajak karena impor BKP
yang digunakan oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai. Setiap Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan BKP dan atau JKP wajib membuat faktur pajak.
Faktur pajak ada 3 yaitu :
1. Faktur pajak standar
2. Faktur pajak gabungan
3. Faktur pajak sederhana
66