Anda di halaman 1dari 14

TAX AMNESTY DAN RELEVANSINYA

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan II


Dosen Pengampu: Dadang Suhendar, S.E., M.Si.

KELOMPOK 5
ANGGOTA : - AHMAD NURMANSYAH (20210610079)
- ALYA AKMALINDA (20210610088)
- JULIA DWI CAHYA (20210610141)
- PUTRI MAHARANI (20210610044)
- REFIANA SITI RAHMAWATI (20210610040)
- SANTI MULIAWATI (202106100005)

KELAS : AKUNTANSI 2C

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS KUNINGAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat serta karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah "Tax Amnesty dan Relevansinya terhadap Kepatuhan Wajib Pajak".
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Perpajakan II, Bapak Dadang Suhendar, S.E., M.Si., yang telah
memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna.Oleh karena itu keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah
ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.

Kuningan, 01 Desember 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan..................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Tax Amnesty ......................................................................................... 2
2.2 Asas dan Tujuan Pelaksanaan Tax Amnesty ........................................................... 2
2.3 Subjek Tax Amnesty ............................................................................................... 3
2.4 Objek Tax Amnesty................................................................................................. 3
2.5 Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan dalam Tax Amnesty ........................... 4
2.6 Pelaksanaan Tax Amnesty....................................................................................... 5
2.7 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ........................................................................ 7
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak ............................................ 8
2.9 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak .......................................................................... 8
2.10 Relevansi Tax Amnesty dan Kepatuhan Wajib Pajak ............................................. 9
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesejahteraan rakyat merupakan tujuan akhir yang diharapkan setiap negara.
Pemerintah sebagai pucuk pimpinan negara mengemban tanggung jawab yang besar
dalam rangka mencapai kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai kesejahteraan,
pembangunan terus dilakukan oleh setiap negara. Pembangunan suatu negara
tentunya membutuhkan dana yang besar. Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan
nasional bersumber dari APBN.Salah satu sumber dana APBN adalah pendapatan
negara yang alirannya paling banyak didapatkan dari pembayaran pajak. Pajak
memberikan kontribusi terbesar bagi penerimaan negara. Semakin tinggi penerimaan
pajak maka semakin tinggi pula penerimaan negara. Penerimaan pajak dapat
ditingkatkan melalui kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak dapat
ditingkatkan melalui kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, dan Tax Amnesty.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Tax Amnesty?
2. Apa asas dan tujuan yang mendasari pelaksanaan Tax Amnesty?
3. Siapa saja yang menjadi subjek Tax Amnesty?
4. Apa saja yang menjadi objek Tax Amnesty?
5. Berapa tarif dan cara menghitung uang tebusan dalam Tax Amnesty?
6. Bagaimana cara agar Wajib Pajak dapat mengikuti program Tax Amnesty?
7. Apa yang dimaksud kepatuhan Wajib Pajak?
8. Apa saja faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak?
9. Apa saja indikator kepatuhan Wajib Pajak?
10. Bagaimana relevansi antara Tax Amnesty dan kepatuhan wajib pajak?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Tax Amnesty
2. Untuk mengetahui Asas dan Tujuan dari pelaksanaan Tax Amnesty
3. Untuk mengetahui Subjek Tax Amnesty
4. Untuk mengetahui Objek dari Tax Amnesty
5. Untuk mengetahui tarif dan cara perhitungan dalam Tax Amnesty
6. Untuk mengetahui cara untuk mengikuti program Tax Amnesty
7. Untuk mengetahui apa itu Kepatuhan Wajib Pajak
8. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
9. Untuk mengetahui Indikator kepatuhan Wajib Pajak
10. Untuk mengetahui Relevansi antara Tax Amnesty dengan Kepatuhan Wajib Pajak

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tax Amnesty
Pajak dapat didefinisikan sebagai kontribusi atau pungutan wajib yang harus
dibayarkan oleh penduduk sebagai sumbangan wajib kepada negara ataupun pemerintah
sehubungan dengan pendapatan, pemilikan, harga beli barang, dan sebagainya.
Pajak dianggap sebagai beban bagi sebagian orang. Anggapan pajak sebagai
beban didasarkan pada salah satu alasan, yakni bahwa pajak akan mengurangi
penghasilan yang seharusnya didapatkan oleh orang tersebut secara maksimal tanpa
potongan apapun. Alasan itulah yang membuat orang-orang malas membayar pajak
meskipun mereka merupakan wajib pajak dan sifat pajak adalah memaksa. Di dalam
pembayaran pajak, terdapat istilah “Tax Amnesty”. Tax Amnesty sendiri merupakan
program dari Kementerian Keuangan dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Pajak.
Tax Amnesty dapat diartikan sebagai “Pengampunan Pajak”. Dalam UU Nomor
11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, dijelaskan bahwa Pengampunan Pajak
merupakan penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara
mengungkap harta dan membayar uang tebusan. Uang tebusan dalam Tax Amnesty
merupakan sejumlah uang yang dibayarkan ke kas negara sebagai upaya untuk
mendapatkan pengampunan pajak. Tax Amnesty merupakan upaya dari pemerintah
untuk meningkatkan pendapatan dari pembayaran pajak serta kepatuhan wajib pajak.
Pelaksanaan program Tax Amnesty terakhir kali telah dilangsungkan dari tanggal 1
Januari hingga 30 Juni 2022 secara serentak di seluruh Indonesia, yang dikenal sebagai
“Tax Amnesty Jilid II”.
Pelaksanaan Tax Amnesty ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di
beberapa negara seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Rusia, Amerika Serikat dan
sebagainya.
2.2 Asas dan Tujuan Pelaksanaan Tax Amnesty
Seperti dikutip dari laman pajak.go.id, berikut adalah asas yang menjadi dasar
pelaksanaan Tax Amnesty:
1. Kepastian hukum
Pelaksanaan Tax Amnesty harus dapat mewujudkan ketertiban dalam
masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
2. Keadilan

2
Pelaksanaan Tax Amnesty menjunjung tinggi keseimbangan hak dan
kewajiban dari setiap pihak yang terlibat.
3. Kemanfaatan
Seluruh pengaturan kebijakan Tax Amnesty bermanfaat bagi kepentingan
negara, bangsa, dan masyarakat, khususnya dalam memajukan kesejahteraan
umum.
4. Kepentingan nasional
Pelaksanaan Tax Amnesty mengutamakan kepentingan bangsa, negara, dan
masyarakat di atas kepentingan lainnya.
Adapun tujuan pelaksanaan Tax Amnesty diantaranya:
1. Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan
harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas
domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan
peningkatan investasi
2. Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih
berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid,
komprehensif, dan terintegrasi; dan
3. Meningkatkan penerimaan pajak, yang digunakan untuk pembiayaan
pembangunan.
2.3 Subjek Tax Amnesty
Subjek Tax Amnesty adalah setiap Wajib Pajak (WP) baik orang pribadi maupun
Badan Usaha, baik yang sudah memiliki NPWP atau belum, dan memiliki kewajiban
penyampaian SPT Tahunan PPh yang belum melaporkan harta kekayaannya secara
terperinci kepada Negara.
2.4 Objek Tax Amnesty
Dalam laman pajak.go.id, dijelaskan bahwa Objek pengampunan pajak (Tax
Amnesty) adalah kewajiban perpajakan yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan
oleh Wajib Pajak, yang terepresentasi dalam harta yang belum pernah dilaporkan dalam
SPT Tahunan PPh Terakhir. Pengampunan Pajak diberikan kepada Wajib Pajak melalui
pengungkapan harta yang dimilikinya dalam Surat Pernyataan.
Harta yang diungkapkan melalui surat pernyataan dapat dirinci sebagai berikut :
1. Kas dan Setara Kas (uang tunai, tabungan, giro, deposito, dan lain-lain).
2. Piutang dan persediaan (piutang, piutang afiliasi, persediaan usaha, dan piutang
lainnya).

3
3. Investasi (saham yang dibeli untuk dijual kembali, saham, obligasi perusahaan,
obligasi Pemerintah Indonesia, surat utang lainya, reksadana, instrumen
derivatif, penyertaan modal dalam perusahaan lain selain saham, dan investasi
lainnya).
4. Alat transportasi (sepeda, mobil, motor, dan transportasi lainnya).
5. Harta Bergerak (logam mulia, batu mulia, barang-barang seni dan antic,
peralatan elektronik, furniture, kapal pesiar, pesawat terbang, helikopter, jetski,
peralatan olahraga khusus, serta harta bergerak yang lainnya).
6. Harta Tidak Bergerak (tanah dan/atau bangunan tempat tinggal, tanah dan/atau
bagunan tempat usaha, tanah atau lahan untuk usaha, dan harta tidak bergerak
lainnya).
7. Harta Tidak Berwujud (paten, royalti, merek dagang, harta tidak berwujud
lainnya).
8. Hutang/Kewajiban (utang bank/lembaga keuangan bukan bank, kartu kredit,
utang afiliasi, dan utang lainnya).
2.5 Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan dalam Tax Amnesty
Seperti telah dipaparkan sebelumnya, Pengampunan Perpajakan atau Tax
Amnesty dapat dilakukan dengan membayar Uang Tebusan yang merupakan nilai
yang harus dibayar sebagai upaya untuk pengampunan pajak. Berikut cara
menghitung Uang Tebusan sesuai UU Nomor 11 Tahun 2016:
Pasal 4: (1) Tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada di dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia atau Harta yang berada di luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dialihkan ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan diinvestasikan di
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka
waktu paling singkat 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan, adalah
sebesar:
a. 2% (dua persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung
sejak Undang-Undang ini mulai berlaku;
b. 3% (tiga persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
pada bulan keempat terhitung sejak Undang Undang ini mulai
berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016; dan
c. 5% (lima persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan

4
terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31
Maret 2017.
(2) Tarif Uang Tebusan atas Harta yang berada di luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan tidak dialihkan ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebesar:
a. 4% (empat persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
pada bulan pertama sampai dengan akhir bulan ketiga terhitung
sejak Undang-Undang ini mulai berlaku;
b. 6% (enam persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan
pada bulan keempat terhitung sejak Undang Undang ini mulai
berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2016; dan
c. 10% (sepuluh persen) untuk periode penyampaian Surat
Pernyataan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan
tanggal 31 Maret 2017.
(3) Tarif Uang Tebusan bagi Wajib Pajak yang peredaran usahanya
sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah) pada Tahun Pajak Terakhir adalah sebesar:
a. 0,5% (nol koma lima persen) bagi Wajib Pajak yang
mengungkapkan nilai Harta sampai dengan Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) dalam Surat Pernyataan; atau
b. 2% (dua persen) bagi Wajib Pajak yang mengungkapkan nilai
Harta lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
dalam Surat Pernyataan, untuk periode penyampaian Surat
Pernyataan pada bulan pertama sejak Undang-Undang ini mulai
berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
Pasal 5 : (1) Besarnya Uang Tebusan dihitung dengan cara mengalikan tarif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dengan dasar pengenaan
Uang Tebusan.
(2) Dasar pengenaan Uang Tebusan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dihitung berdasarkan nilai Harta bersih yang belum atau
belum seluruhnya dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir.
(3) Nilai Harta bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan selisih antara nilai Harta dikurangi nilai Utang.
2.6 Pelaksanaan Tax Amnesty

5
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak yang ingin
mendaftarkan diri untuk mengikuti program Tax Amnesty:
1. Wajib Pajak datang ke kantor pelayanan pajak dan mengisi formulir
permohonan Tax Amnesty, jangan lupa untuk membawa beberapa dokumen
seperti KTP, dan NPWP.
2. Setelah mengisi formulir pendaftaran Tax Amnesty, Wajib Pajak mengisi surat
pernyataan harta dan membayar uang tebusan ke bank yang telah ditunjuk atau
bank persepsi.
3. Wajib Pajak kembali ke kantor pajak untuk menyerahkan bukti bayar uang
tebusan beserta surat pernyataan harta, dari sana nanti WP akan mendapatkan
tanda terima surat pernyataan
4. Kemudian Wajib Pajak akan mendapatkan Surat Keterangan (SK) dari
kementerian yang menyebutkan bahwa Anda telah resmi mengikuti pengampunan
pajak, SK tersebut akan diterima selama 10 hari sejak Anda menyerahkan SP ke
kantor pelayanan pajak.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak untuk mengajukan Tax
Amnesty. Syarat-syarat tersebut diantaranya:
1. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
2. Membayar Uang Tebusan;
3. Melunasi seluruh Tunggakan Pajak;
4. Melunasi pajak yang tidak atau kurang dibayar atau melunasi pajak yang
seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan;
5. Menyampaikan SPT PPh Terakhir bagi Wajib Pajak yang telah memiliki
kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan; dan
6. Mencabut permohonan :
1. pengembalian kelebihan pembayaran pajak;
2. pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dalam Surat Ketetapan Pajak
dan/atau Surat Tagihan Pajak yang di dalamnya terdapat pokok pajak yang
terutang;
3. pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar;
4. keberatan;
5. pembetulan atas surat ketetapan pajak dan surat keputusan;
6. banding;

6
7. gugatan; dan/atau
8. peninjauan kembali, dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan permohonan
dan belum diterbitkan surat keputusan atau putusan.
Sebagai tambahan, berikut dipaparkan sanksi yang akan didapatkan oleh wajib pajak
atas ketidakjujuran selama Tax Amnesty berlangsung :
1. Wajib pajak yang mengikuti amnesti pajak namun tidak jujur dalam
melaporkan semua hartanya akan diberikan sanksi. Sanksi ini berupa PPH
pribadi maksimal 30 persen dan denda 200 persen dari total pajak terutang.
2. Wajib pajak yang memiliki pajak terutang, namun, tidak ikut program Tax
Amnesty harus membayar PPH terutang yang lebih besar dibandingkan
peserta pengampunan pajak yang curang sebelumnya. Kemudian dikenakan
denda administratif sebesar 2 persen. Denda ini berlaku setelah adanya
laporan hingga terbitnya Surat Ketetapan Pajak Kurang (SKPKB). Denda 2
persen ini berlangsung sampai bulan ke 24.
2.7 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi
semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya (Rahayu, 2010).
Secara umum, Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu tindakan patuh dan sadar
terhadap ketertiban pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan
dari wajib pajak yang berbentuk sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan
usaha sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Direktorat Jenderal Pajak ataupun instansi pemerintah akan selalu memberikan
penghargaan bagi wajib pajak yang melakukan kewajiban perpajakannya secara baik
dan benar. Pemberian penghargaan ini bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan
penerimaan negara khususnya di sektor perpajakan.
Adapun syarat dan kriteria wajib pajak berprestasi, yakni:
 Menyumbangkan nominal pajak daerah terbanyak.
 Membayar pajak secara tepat waktu sebelum jatuh tempo.
 Tidak memiliki utang atau tunggakan pajak.
Penentuan keberhasilan dalam pelaksanaan perpajakan pastinya didukung dengan
adanya kepatuhan setiap wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya.
Indonesia menerapkan sistem self assessment dimana aspek terpenting yang
mempengaruhi kepatuhan perpajakan adalah kewajiban perpajakan itu sendiri, setiap
wajib pajak mempunyai tanggung jawab sendiri untuk memenuhi segala kewajiban

7
perpajakannya dalam pembayaran ataupun pelaporan secara akurat dan tepat waktu.
Salah satu cara Direktorat Jenderal Pajak dalam melakukan peningkatan kepatuhan
perpajakan wajib pajak adalah dengan melakukan sebuah integrasi data perpajakan.
Integrasi data perpajakan ini akan memudahkan setiap wajib pajak untuk melaporkan
SPT dan akan memberikan ketenangan kepada wajib pajak untuk mereka menjalankan
usahanya. Adanya integrasi data ini akan semakin mempermudah dalam pengawasan,
perolehan data, dapat menggali adanya potensi wajib pajak lainnya, dan dapat
meningkatkan target untuk penerimaan pajak lainnya.
2.8 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Putri, dkk. (2013), kepatuhan wajib pajak dapat disebabkan oleh faktor-
faktor sebagai berikut.
3. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib
pajak dalam memenuhi tanggungan pajak yang dimilikinya dan pemahaman pajak
dapat mendorong wajib pajak membayar pajaknya dengan sukarela.
4. Kewajiban Moral
Kewajiban moral adalah usaha lain yang digunakan untuk meningkatkan
kepatuhan pajak yang berhubungan dengan etika atau moral wajib pajak dimana
wajib pajak akan memiliki perasaan bersalah dan akan memenuhi kewajibannya
untuk membayar Pajak.
5. Kualitas Pelayanan
Pelayanan yang baik dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dimana
ada keputusan dan rasa senang oleh pelayanan yang diberikan oleh fiskus sehingga
wajib pajak akan membayar pajak dengan sukarela
4. Sanksi Perpajakan
Untuk mencegah ketidakpatuhan wajib pajak dalam membayar pajak adalah
adanya sanksi yang tegas, dimana sanksi yang tegas akan menjadi pemicu wajib
pajak patuh dalam membayar pajak
2.9 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak
Terdapat beberapa indikator dalam kepatuhan wajib pajak, diantaranya:
1. Kesadaran untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak.
2. Menyetorkan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan tepat waktu.
3. Menghitung dan membayar pajak terutang atas penghasilan yang diperoleh wajib
pajak.

8
4. Pembayaran tunggakan pajak (STP/SKP) sebelum jatuh tempo.
2.10 Relevansi Tax Amnesty dan Kepatuhan Wajib Pajak
Berikut adalah beberapa hasil penelitian yang dilakukan mengenai relevansi Tax
Amnesty dan kepatuhan Wajib Pajak:
 Alm (1998) menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan jatuh setelah adanya program
Tax Amnesty.
 Ragimun (2015) menunjukkan bahwa Tax Amnesty pernah dilakukan di Indonesia
namun kurang efektif hasilnya karena ketidak jelasan tujuan dan aturannya
disamping itu tidak didukung pula dengan sarana dan prasarana yang memadai.
 Ngadiman dan Huslin (2015) mengatakan bahwa Tax Amnesty berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
 Suyanto (2016) juga menunjukkan bahwa Tax Amnesty berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Tax
Amnesty dan kepatuhan Wajib Pajak memiliki keterkaitan satu sama lain. Program Tax
Amnesty pada dasarnya dilakukan pemerintah untuk mendorong dan mempermudah
wajib pajak yang belum memenuhi kewajiban pajaknya agar kewajibannya bisa segera
terpenuhi. Keberhasilan Tax Amnesty didukung oleh kesadaran wajib pajak untuk dapat
segera memenuhi kewajibannya, dan kegagalan Tax Amnesty sudah pasti dipengaruhi
oleh rendahnya tingkat kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak untuk membayar
kewajiban pajaknya. Jika kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak meningkat,
maka program Tax Amnesty sebenarnya tidak perlu dilakukan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tax Amnesty dapat diartikan sebagai “Pengampunan Pajak”. Subjek Tax Amnesty
adalah setiap Wajib Pajak (WP) baik orang pribadi maupun Badan Usaha. Objek
pengampunan pajak (Tax Amnesty) adalah kewajiban perpajakan yang belum atau belum
sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak. Tarif dan Cara Menghitung Uang Tebusan
dalam Tax Amnesty terdapat dalam dua pasal yaitu pasal 4 dan pasal 5.
Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban
pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak
yang berbentuk sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan usaha sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku. Tax Amnesty dan kepatuhan Wajib Pajak memiliki
keterkaitan satu sama lain.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agun1, W. A. (2022). KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI


KEWAJIBAN. WICAKSANA , 25-28.

Cristina. (2020). Kepatuhan Perpajakan, Apa Signifikansinya? Dipetik desember 4, 2022,


dari pajaku.com: https://www.pajakku.com/read/606fadc3eb01ba1922cca764/Kepatuhan-
Perpajakan-Apa-Signifikansinya

MAULIDA, R. (2021, november 4). Kepatuhan Wajib Pajak Sangat Dihargai, Simak
Indikatornya di Sini! Dipetik desember 4, 2022, dari Pajak.com: https://www.online-
pajak.com/seputar-efiling/kepatuhan-wajib-pajak

Negara, D. U. (2017). Pengampunan Pajak. Dipetik desember 4, 2022, dari BPK RI Database
peraturan: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/37480

Ortax.org. (2021, Obtober 19). Mengenal Subjek dan Objek Program Pengungkapan
Sukarela. Dipetik desember 4, 2022, dari Ortax.org: https://ortax.org/mengenal-subjek-dan-
objek-program-pengungkapan-sukarela

Pajak., D. J. (2022). Amnesti Pajak. Dipetik desember 4, 2022, dari Ditjen Pajak RI:
https://www.pajak.go.id/id/amnesti-pajak-10

Rahayu, N. (2017). PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, KETEGASAN


SANKSI. Jurnal UST Jogja , 26-27.

Umpo. (2022). Bab III Kepatuhan Wajib Pajak. Dipetik desember 4, 2022, dari Umpo.ac.id:
http://eprints.umpo.ac.id/6653/3/BAB%20II.pdf

WageIndicator. ( 2022 ). Tax Amnesty atau pengampunan pajak bagi para wajib pajak .
Diambil kembali dari WageIndicator Foundation: https://gajimu.com/gaji/pajak-
penghasilan/tax-amnesty

WageIndicator. (2022). Tax Amnesty bagi wajib pajak. Dipetik desember 3, 2022, dari
WageIndicator Foundation: http://gajimu.com/pajak-penghasilan/Tax-amnesty

Wicaksono, P. (n.d.). pengertian dan manfaat Tax Amnesty.

Wicaksono, P. (2021, Maret 29). Pengertian dan Manfaat Tax Amnesty. Dipetik Desember 3,
2022, dari QuBisa: http://qubisa.com.article/pengertian-dan-manfaat-TaxAmnesty

11

Anda mungkin juga menyukai