(TAX COMPLIANCE)
Disusun oleh :
NPM : 223403416070
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA SELATAN
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas 1 pra-UTS dari mata kuliah Perpajakan 1 dengan judul
“Meningkatkan Kepatuhan Membayar Pajak”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi sangat diperlukan dalam membantu pemerintah
dalam upaya peningkatan penerimaan negara dari segi pajak. Agar dapat memaksimalkan
usaha dalam penerimaan pajak, pemerintah harus fokus terhadap upaya dalam
meningkatkan penerimaan dengan berbagai macam program. Edukasi dari pemerintah
dilakukan secara rutin dengan metoda pelatihan langsung ke wajib pajak untuk peningkatan
pengetahuan, melaksanakan sosialisasi peraturan perpajakan termasuk sanksi perpajakan
untuk mengupdate informasi pajak. Fenomena yang terjadi diperpajakan Indonesia
belakangan ini membuat Wajib Pajak dan masyarakat ragu untuk membayar pajak.
Fenomena ini dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan metode probability sampling melalui pendekatan simple random
sampling (sampel acak sederhana) dengan jumlah sampel sebanyak 100 wajib pajak (wajib
pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ruteng). Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil
analisis bahwa pengetahuan perpajakan, sosialisasi perpajakan, sanksi perpajakan, dan
kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak didalam
membayarkan pajaknya. Seorang wajib pajak harus memiliki pengetahuan tentang
perpajakan baik berupa kewajiban, hak, dan sanksi yang akan didapat ketika melanggar
norma-norma yang ada dalam perpajakan.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut :
1) Pengertian dan penjelasan tentang Kepatuan Pajak.
2) Bagaimana pemahaman dan Pengetahuan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Membayar
Pajak?
3) Bagaimaan perhitungan atas Tarik Pajak?
4) Bagaimana Kepercayaan wajib pajak Terhadap Otoritas Pajak?
5) Bagaimana Kemanfaatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)?
1
6) Bagaimana Rasio Pajak dan penjelasannya?
7) Bagaimana Upaya Pemerintah Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak di
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah “Meningkatkan Kepatuhan Membayar Pajak” adalah
untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan bagaimana meningkatkan kepatuhan
membayar pajak atas wajib pajak terhadap Direktorat Jenderal Pajak,
Selain itu, tujuan daripada makalah ini adalah untuk memenuhi tugas 1 pra-UTS Mata
Kuliah Perpajakan 1, Dosen Pengampu : Drs. Abdul Hadi Achmad, M.Sc.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma
perpajakan. Diharapkan dengan adanya sanksi yang berlaku wajib pajak akan semakin
mentaati peraturan perpajakan. Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
pajaknya juga dipengaruhi oleh Kesadaran wajib pajak. Kesadaran perpajakan artinya
wajib pajak mau dengan sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya seperti
mendaftarkan diri, menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak terutangnya.
Ketika wajib pajak sudah memiliki kesadaran tersebut maka, tingkat kepatuhan dalam
membayar pajak semakin meningkat. Kemudian pendapatan negara dari sektor pajak
meningkat serta perencanaan yang di lakukan dapat terealisasi.
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam Guidance
Note Compliance Risk Management: Managing and Improving Tax Compliance tahun
2004, menyatakan bahwa hasil kepatuhan (compliance outcomes) adalah :
a. Registration, yaitu kepatuhan untuk mendaftarkan diri menjadi wajib pajak
b. Filling, yaitu kepatuhan untuk mengisi laporan pajak
c. Reporting, yaitu kepatuhan untuk melaporkan laporan pajak
d. Payment, yaitu kepatuhan untuk membayar pajak.
C. Tarif Pajak
Tarif merupakan suatu pedoman dasar dalam menetapkan berapa besarnya utang pajak
orang pribadi maupun badan, selain sebagai sarana keadilan dalam penetapan utang pajak.
Untuk menentukan besarnya persentase tarif tersebut kebijaksanaan pemerintah memegang
peranan penting (Huda, 2015).
Tarif pajak UMKM yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018
tentang Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak (WP) yang Memiliki Peredaran Bruto (Omzet) Tertentu. Tarif yang sengaja
diturunkan oleh pemerintah diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan wajib pajak
UMKM dalam melaporkan pajaknya. Selain itu, penurunan tarif ini dapat dijadikan
momentum bagi UMKM untuk segera mengembangkan usahanya dan meningkatkan
kesejahterannya. Hal tersebut merupakan tarif pajak penyederhanaan berupa tarif pajak
final yang awalnya dari 1% menjadi 0,5% dimana penyederhanaan tarif 1% ada yang
menganggap bahwa tarif pajak tersebut lebih tinggi daripada tarif pajak sebelumnya, karena
tarif pajak 1% dari omzet tanpa melihat apakah pemilik 28 UMKM mengalami kerugian
atau laba dan tidak dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak (Mir’atusholihah et al.,
2011).
Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Nomor Pokok Wajib Pajak mempunyai
fungsi sebagai berikut (Waluyo, 2011): a. Dipergunakan untuk mengetahui identitas wajib
pajak yang sebenarnya, hingga setiap wajib pajak hanya diberi satu NPWP. b. Sarana dalam
administrasi perpajakan. c. Berguna untuk menjaga ketertiban dalam membayar pajak dan
dalam pengawasan administrasi perpajakan.
7
Penerirnaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tidak dimasukkan dalam penghitungan rasio
pajak. Rasio penerimaan pajak terhadap PDB Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2012
berkisar antara 11,0% sampai dengan 11,9% yang cenderung bersifat makro tersebut,
terdapat beberapa studi yang dilakukan.
Dalam beberapa literatur, terdapat beberapa faktor hasil studi yang dianggap
mempengaruhi tinggi atau rendahnya rasio pajak suatu negara, seperti tarif pajak, tingkat
pendapatan per kapita, dan tingkat optimalisasi tata laksana pemerintahan yang baik (good
governance). Namun, di luar faktor-faktor belakangan ini yang mengidentifikasikan faktor-
faktor yang cenderung bersifat mikro juga berpengaruh terhadap tingkat rasio pajak. Dan,
salah satu faktor yang paling sering dicermati para akademisi adalah tingkat compliance
atau tingkat kepatuhan dari wajib pajak. Semakin tinggi tingkat kepatuhan dan wajib pajak
untuk membayar pajak, maka semakin optimal pula penerimaaan pajak di negara tersebut.
Tingginya tingkat kepatuhan membayar pajak tersebut tergantung dan tingkat trust dari
warga negara terhadap pemerintah dan juga sebaliknya. Warga negara percaya babwa dana
pajak yang dihimpun petugas pajak maupun dana yang dibelanjakan pemerintah tidak
diselewengkan, sebaliknya, Pemerintah percaya bahwa wajib pajak tidak rnenghindar dari
pajak. Negara-negara di Semenanjung Skandinavia (yakni, Norwegia dan Swedia)
mengenakan tarif pajak tinggi sekitar 50%. Meskipun begitu, tingkat penerimaan pajaknya
tetap optimal karena tingginya tingkat trust dari warga negara.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak merupakan hak dari negara, adapun pemungutan pajak berupa iuran dalam bentuk
uang yang diwajibkan kepada warga negara wajib pajak, pajak disini berfungsi sebagai
sumber pendanaan untuk membiayai pembangunan negara. Karena pentingnya peran pajak
bagi negara inilah maka warga negara secara paksa melalui hukum diatur untuk membayar
pajak. Dalam hal ini, apabila proses perpajakan di Indonesia berjalan kurang baik, maka
tentu akan berefek kepada terhambatnya proses pembangunan negara demi mencapai
kesejahteraan rakyat. 9 Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
wajib pajak, meliputi Tingkat Pemahaman Mengenai Perpajakan; Besar Manfaat Dari
Pembayaran Pajak; Mutu Pelayanan Perpajakan dan Sanksi Pajak. Pemahaman pajak
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini karena
pemahaman mengenai peraturan perpajakan serta manfaat pajak menjadi acuan untuk wajib
pajak dalam melaksanakan kewajiban membayar pajaknya. Sebuah pandangan yang positif
dan pemahaman yang benar dari masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan perpajakan
oleh pemerintah akan menggerakkan pemikiran masyarakat untuk senantiasa
melaksanakan kewajibannya untuk membayar pajak.
B. Saran
Terkadang karena perubahan peraturan perundan-undangan disertai wawasan yang
kurang terhadap pajak inilah yang membuat masyarakat bingung dan keliru dalam
menyelesaikan kewajibannya. Selain pemahaman mengenai perpajakan, kualitas
pelayanan, sanksi, dan manfaat yang diberikan pun menjadi faktor dalam menilai tingkat
kepatuhan wajib pajak. Dengan diaturnya peraturan yang menjadi dasar hukum tentang
pajak, maka diharapkan agar penerimaan pajak sebagai sumber keuangan negara dapat
memperoleh hasil yang optimal dan dapat dipakai secara terus menerus. Namun faktualnya,
pemungutan pajak ini masih banyak hambatan yang dialami, hal ini diantaranya: kurangnya
wawasan masyarakat, kurangnya sosialisasi dari pemerintah, serta lemahnya penegakan
hukum terhadap perpajakan. Untuk mengurangi hambatan tersebut pemerintah perlu
melakukan upaya agar membuat masyarakat sadar akan pentingnya membayar pajak,
langkah yang efektif adalah dengan cara pemberian sosialisasi berupa bimbingan,
pemberian pemahaman, dan pendekatan kepada masyarakat melalui penyuluhan-
10
penyuluhan mengenai perpajakan di Indonesia mulai dari aturan hukum terbaru hingga
kepada manfaat dari membayar pajak.10 Selain itu, dalam menjaga sistem perpajakan di
Indonesia dengan baik, maka upaya pemerintah adalah meningkatkan keprofesionalitasan
aparatur pajak dalam mengolah dana dibidang perpajakan, keprofesionalitasan para
aparatur pajak inilah yang memberikan pandangan dengan jelas bahwa pemerintah
berupaya untuk menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak dilakukan dengan
baik dan benar, sehingga nantinya akan mendorong tingginya rasa percaya dari warga
negara. Dan akan berefek kepada warga negara yang merasa aman, nyaman dan sukarela
dalam menyetor kekayaannya dalam hal pajak demi kesejahteraan negara.
11
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, Erwin, dan Sihar Tambunan. “Pengaruh Pemahaman Fungsi Pajak dan Manfaat
Pajak Terhadap Sikap Nasionalisme Serta Dampaknya Terhadap Niat Menjadi Wajib Pajak
yang Patuh.” Media Akuntansi Perpajakan 4, no. 2 (2019): 1–10.
Rinti, Robertus, dan Dwinanarhati Emei Setiamandani. “Peran Pemerintah Desa Dalam
Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Pbb).”
Jurnal Ilmu Politik Dan Ilmu Sosial 5, no. 2 (2016): 71–75.
Yuliyanti, Ika. “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Perpajakan, Sanksi
Perpajakan, Dan Kondisi Lingkungan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi (Studi Empiris Pada KPP Pratama Surakarta).” Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2016.
iv