Anda di halaman 1dari 15

MENINGKATKAN KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK

(TAX COMPLIANCE)

Dosen Pengampu : Drs. Abdul Hadi Achmad, M.Sc.

Disusun oleh :

Nama : Dewi Sukmawati

NPM : 223403416070

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA SELATAN
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas 1 pra-UTS dari mata kuliah Perpajakan 1 dengan judul
“Meningkatkan Kepatuhan Membayar Pajak”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 30 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. Kepatuhan Pajak .................................................................................................. 3


B. Pengetahuan Wajib Pajak ..................................................................................... 4
C. Tarik Pajak ........................................................................................................... 5
D. Kepercayaan Terhadap Otoritas Pajak .................................................................. 5
E. Kemanfaatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) .............................................. 6
F. Rasio Pajak ........................................................................................................... 7
G. Upaya Pemerintah Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia ............. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi sangat diperlukan dalam membantu pemerintah
dalam upaya peningkatan penerimaan negara dari segi pajak. Agar dapat memaksimalkan
usaha dalam penerimaan pajak, pemerintah harus fokus terhadap upaya dalam
meningkatkan penerimaan dengan berbagai macam program. Edukasi dari pemerintah
dilakukan secara rutin dengan metoda pelatihan langsung ke wajib pajak untuk peningkatan
pengetahuan, melaksanakan sosialisasi peraturan perpajakan termasuk sanksi perpajakan
untuk mengupdate informasi pajak. Fenomena yang terjadi diperpajakan Indonesia
belakangan ini membuat Wajib Pajak dan masyarakat ragu untuk membayar pajak.
Fenomena ini dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan metode probability sampling melalui pendekatan simple random
sampling (sampel acak sederhana) dengan jumlah sampel sebanyak 100 wajib pajak (wajib
pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ruteng). Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil
analisis bahwa pengetahuan perpajakan, sosialisasi perpajakan, sanksi perpajakan, dan
kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak didalam
membayarkan pajaknya. Seorang wajib pajak harus memiliki pengetahuan tentang
perpajakan baik berupa kewajiban, hak, dan sanksi yang akan didapat ketika melanggar
norma-norma yang ada dalam perpajakan.

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai
berikut :
1) Pengertian dan penjelasan tentang Kepatuan Pajak.
2) Bagaimana pemahaman dan Pengetahuan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Membayar
Pajak?
3) Bagaimaan perhitungan atas Tarik Pajak?
4) Bagaimana Kepercayaan wajib pajak Terhadap Otoritas Pajak?
5) Bagaimana Kemanfaatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)?

1
6) Bagaimana Rasio Pajak dan penjelasannya?
7) Bagaimana Upaya Pemerintah Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak di
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah “Meningkatkan Kepatuhan Membayar Pajak” adalah
untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan bagaimana meningkatkan kepatuhan
membayar pajak atas wajib pajak terhadap Direktorat Jenderal Pajak,
Selain itu, tujuan daripada makalah ini adalah untuk memenuhi tugas 1 pra-UTS Mata
Kuliah Perpajakan 1, Dosen Pengampu : Drs. Abdul Hadi Achmad, M.Sc.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepatuhan Wajib Pajak


Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi
semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya (Rahayu, 2010). Secara
umum Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu tindakan patuh dan sadar terhadap
ketertiban pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib
pajak yang berbentuk sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan usaha sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Kepatuhan pajak merupakan salah satu penunjang yang mampu meningkatkan
pendapatan asli daerah. Pengetahuan pajak merupakan informasi pajak yang dapat
digunakan wajib pajak sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan, dan untuk
menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan hak dan kewajibannya di bidang
perpajakan. Pengetahuan perpajakan adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang
perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak. Pengetahuan
pajak dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan nonformal. pengetahuan mengenai
perpajakan merupakan hal mendasar yang harus dimiliki wajib pajak. Dengan adanya
pendidikan tersebut, dapat meningkatkan pengetahuan wajib pajak. Apabila wajib pajak
sudah memiliki pengetahuan mengenai pajak yang berupa fungsi dan tujuan pajak, maka
otomatis mereka akan membayar pajak, kecuali mereka memang sengaja tidak mau
membayar pajak itu sendiri
Sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya Direktur Jendral Pajak khususnya kantor
pelayanan pajak untuk memberikan pengertian, informasi, dan pembinaan kepada
masyarakat mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan dan perundang-
undangan perpajakan. Proses sosialisasi dan penyuluhan perpajakan diharapkan dapat
menjadi pelengkap pengetahuan mengenai pajak. Sanksi adalah suatu tindakan berupa
hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau
Undangundang merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu
mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi
diperlukan agar peraturan atau Undang-undang tidak dilanggar.

3
Sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma
perpajakan. Diharapkan dengan adanya sanksi yang berlaku wajib pajak akan semakin
mentaati peraturan perpajakan. Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
pajaknya juga dipengaruhi oleh Kesadaran wajib pajak. Kesadaran perpajakan artinya
wajib pajak mau dengan sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya seperti
mendaftarkan diri, menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak terutangnya.
Ketika wajib pajak sudah memiliki kesadaran tersebut maka, tingkat kepatuhan dalam
membayar pajak semakin meningkat. Kemudian pendapatan negara dari sektor pajak
meningkat serta perencanaan yang di lakukan dapat terealisasi.
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam Guidance
Note Compliance Risk Management: Managing and Improving Tax Compliance tahun
2004, menyatakan bahwa hasil kepatuhan (compliance outcomes) adalah :
a. Registration, yaitu kepatuhan untuk mendaftarkan diri menjadi wajib pajak
b. Filling, yaitu kepatuhan untuk mengisi laporan pajak
c. Reporting, yaitu kepatuhan untuk melaporkan laporan pajak
d. Payment, yaitu kepatuhan untuk membayar pajak.

B. Pengetahuan Wajib Pajak


Menurut Nugroho dan Zulaikha (2012) pengetahuan tentang peraturan perpajakan
adalah proses dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan
pengetahuannya untuk membayar pajak. Pengetahuan tentang peraturan perpajakan yang
dimaksud adalah mengerti dan paham tentang ketentuan umum serta segala tata cara
perpajakannya, meliputi: cara menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), pembayaran,
tempat pembayaran, denda dan batas waktu pembayaran atau pelaporan SPT. Di Indonesia
menganut sistem self assessment, sehingga wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
harus dibayarnya. Kewajiban perpajakan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Oleh karena itu, wajib pajak
harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang peraturan perpajakan yang
berlaku dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Pemenuhan kewajiban perpajakan akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan
pemahaman wajib pajak yang baik mengenai peraturan perpajakan. Pemahaman tersebut
akan memudahkan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Wajib pajak
yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung menjadi wajib
4
pajak yang tidak patuh (Hardiningsih dan Yulianawati, 2011). 27 Semakin wajib pajak
paham mengenai peraturan perpajakan, maka wajib pajak akan cenderung menjadi patuh.
Hal ini yang menjadi dasar adanya dugaan bahwa pemahaman wajib pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Penggunaan variabel ini juga didukung dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Widayati dan Nurlis (2010) yang menunjukkan bahwa
pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak.

C. Tarif Pajak
Tarif merupakan suatu pedoman dasar dalam menetapkan berapa besarnya utang pajak
orang pribadi maupun badan, selain sebagai sarana keadilan dalam penetapan utang pajak.
Untuk menentukan besarnya persentase tarif tersebut kebijaksanaan pemerintah memegang
peranan penting (Huda, 2015).
Tarif pajak UMKM yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018
tentang Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak (WP) yang Memiliki Peredaran Bruto (Omzet) Tertentu. Tarif yang sengaja
diturunkan oleh pemerintah diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan wajib pajak
UMKM dalam melaporkan pajaknya. Selain itu, penurunan tarif ini dapat dijadikan
momentum bagi UMKM untuk segera mengembangkan usahanya dan meningkatkan
kesejahterannya. Hal tersebut merupakan tarif pajak penyederhanaan berupa tarif pajak
final yang awalnya dari 1% menjadi 0,5% dimana penyederhanaan tarif 1% ada yang
menganggap bahwa tarif pajak tersebut lebih tinggi daripada tarif pajak sebelumnya, karena
tarif pajak 1% dari omzet tanpa melihat apakah pemilik 28 UMKM mengalami kerugian
atau laba dan tidak dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak (Mir’atusholihah et al.,
2011).

D. Kepercayaan Kepada Otoritas Pajak


Kepercayaan (trust) terhadap otoritas pajak mempunyai sebuah peran penting perihal
keadilan prosedural yang mendorong kepatuhan sukarela dari masyarakat untuk membayar
pajak. Berdasarkan konsep dilema social fundamental Lind (2001) menyatakan bahwa
anggota masyarakat menghadapi sebuah dilema ketika akan memutuskan tingkat
keterlibatan mereka dalam keanggotaan sosial. Hal ini dikarenakan keanggotaan tersebut
memberikan kesempatan untuk meningkatkan pendapatan mereka dan meningkatkan
perasaan memiliki suatu negara tertentu. Namun, pada saat yang sama keanggotaan tersebut
5
memungkinkan terjadinya eksploitasi dari otoritas yang menyalahgunakan kekuasannya
(misalnya penyelewangan pajak yang dilakukan oleh aparat pajak) (Ratmono dan Faisal,
2014).
Menurut Lind (2001) menyatakan bahwa masyarakat sering tidak yakin terhadap
otoritas untuk dapat dipercaya dan tidak menyalahgunakan kekuasaannya. 29 Di saat
berada pada situasi tersebut, masyarakat menggunakan judgment mereka tentang keadilan
prosedural sebagai sebuah panduan sederhana untuk menilai apakah otoritas akan
menyalahgunakan wewenangnya dan selanjutnya memutuskan tingkat investasi personal
dalam kolektivitas sosial (seperti keputusan berapa besar pajak yang akan mereka
bayarkan). Jika otoritas pajak dan para pegawainya memperlakukan wajib pajak secara
sama dan setara dengan cara yang penuh hormat dan bertanggungjawab, maka kepatuhan
pajak sukarela dapat meningkat. Hal ini dapat mendukung terciptanya iklim sinergistik di
mana hubungan otoritas pajak dan wajib pajak, seperti: pemberi jasa dan klien dengan
wajib pajak akan berperilaku berdasarkan persepsi keadilan tentang sistem pajak dan patuh
secara sukarela (Ratmono dan Faisal, 2014).

E. Kemanfaatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


Kemanfaatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. NPWP yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak merupakan satu set nomor yang terdiri dari 11 (sebelas) angka/ digit dan
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok yang tiap kelompok mempunyai arti tersendiri.
Manfaat NPWP Menurut Nengsi dan Rahayu (2016) adalah :
1) Kemudahan pengurusan administrasi
2) Pengajuan kredit bank
3) Pembuatan rekening koran di bank
4) Pengajuan SIUP/TDP
5) Pembayaran pajak final (pph final, PPN dan BPHTB
6) Pembuatan paspor
7) Mengikuti lelang di innstansi pemerintah 15 h. BUMN dan BUMD
8) Kemudahan pembayaran pajak dan pengambilan pajak
9) Pengurangan pembayaran pajak
10) Penyetoran dan pelaporan pajak
6
Dengan memiliki NPWP, wajib pajak dapat memperoleh beberapa manfaat lainnya,
seperti sebagai pembayaran pajak dimuka (angsuran/kredit pajak) atas fiskal Luar Negeri
yang dibayar sewaktu wajib pajak bertolak keluar Negeri, sebagai persyaratan ketika
melakukan pengurusan Surai Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan sebagai salah satu syarat
membuat rekening koran di bank-bank (Resmi, 2011).

Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Nomor Pokok Wajib Pajak mempunyai
fungsi sebagai berikut (Waluyo, 2011): a. Dipergunakan untuk mengetahui identitas wajib
pajak yang sebenarnya, hingga setiap wajib pajak hanya diberi satu NPWP. b. Sarana dalam
administrasi perpajakan. c. Berguna untuk menjaga ketertiban dalam membayar pajak dan
dalam pengawasan administrasi perpajakan.

F. Rasio Pajak (Tax Ratio)


Rasio pajak adalah angka perbandingan antara penerimaan pajak yang dihimpun oleh
suatu negara dan Produk Domestik Bruto (atau disingkat PDB, yakni akumulasi nilai
tambah atau penghasilan seluruh penduduk di suatu negara). Angka rasio pajak digunakan
untuk mengukur optimalisasi kapasitas administrasi perpajakan di suatu negara dalam
rangka menghimpun penerimaan pajak di suatu negara. Kapasitas administrasi pajak,
dalam hal ini, adalah sistem perpajakan di suatu negara, yang terdiri dan: kebijakan (seperti
hukum pajak berupa undangundang dan aturan turunannya), personil (fiskus atau petugas
pajak), dan instrumen (seperti penggunaan teknologi untuk memudahkan pemenuhan
kewajiban pajak dan memudahkan pengawasan).
Terkait dengan penerimaan pajak dalam rangka menghitung rasio pajak, suatu negara
mungkin saja hanya memasukkan unsur penerimaan pajak pusat, sementara negara yang
lain mungkin saja memasukkan unsur penerimaan pajak pusat dan pajak daerah, dan negara
lainnya kemungkinan memasukkan unsur penerimaan pajak pusat, pajak daerah, dan
penerimaan sumber daya alam. Sedangkan, untuk penghitungan PDB, sebagian besar
negara di dunia menggunakan PDB nil dengan penggunaan nilai suatu mata uang (misal,
rupiah) konstan dalam rangka menghilangkan efek inflasi sesuai teori Purchasing Power
Partity (PPP).
Dalam mengukur rasio pajak, Indonesia hanya memasukkan unsur penerimaan pajak
pusat, yakni pajak-pajak yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Pajak, yang antara lain
terdiri dari Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai. Dengan demikian, penerimaan
dari Sumber Daya Alam Minyak dan Gas (SD.A Migas), pajak-pajak Daerah (yakni, pajak-
pajak yang dihimpun oleh Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota), serta

7
Penerirnaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tidak dimasukkan dalam penghitungan rasio
pajak. Rasio penerimaan pajak terhadap PDB Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2012
berkisar antara 11,0% sampai dengan 11,9% yang cenderung bersifat makro tersebut,
terdapat beberapa studi yang dilakukan.
Dalam beberapa literatur, terdapat beberapa faktor hasil studi yang dianggap
mempengaruhi tinggi atau rendahnya rasio pajak suatu negara, seperti tarif pajak, tingkat
pendapatan per kapita, dan tingkat optimalisasi tata laksana pemerintahan yang baik (good
governance). Namun, di luar faktor-faktor belakangan ini yang mengidentifikasikan faktor-
faktor yang cenderung bersifat mikro juga berpengaruh terhadap tingkat rasio pajak. Dan,
salah satu faktor yang paling sering dicermati para akademisi adalah tingkat compliance
atau tingkat kepatuhan dari wajib pajak. Semakin tinggi tingkat kepatuhan dan wajib pajak
untuk membayar pajak, maka semakin optimal pula penerimaaan pajak di negara tersebut.
Tingginya tingkat kepatuhan membayar pajak tersebut tergantung dan tingkat trust dari
warga negara terhadap pemerintah dan juga sebaliknya. Warga negara percaya babwa dana
pajak yang dihimpun petugas pajak maupun dana yang dibelanjakan pemerintah tidak
diselewengkan, sebaliknya, Pemerintah percaya bahwa wajib pajak tidak rnenghindar dari
pajak. Negara-negara di Semenanjung Skandinavia (yakni, Norwegia dan Swedia)
mengenakan tarif pajak tinggi sekitar 50%. Meskipun begitu, tingkat penerimaan pajaknya
tetap optimal karena tingginya tingkat trust dari warga negara.

G. Upaya Pemerintah Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Indonesia


Rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia ini merupakan tugas bagi
pemerintah untuk membenahinya. Oleh karenaa itu pemerintah selalu mengupayakan
perbaikan kualitas pelayanan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan yang
nantinya bermuara kepada kepatuhan wajib pajak. Upaya yang dilakukan ini seperti dapat
dilakukan dalam hal peningkatan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan,
meningkatkan keprofesionalitasan pegawai pajak melalui cara internalisasi nilai-nilai
Kementrian Keuangan, meningkatkan jumlah tenaga pemeriksa untuk memperbaiki
kualitas penegak hukum. Dalam hal ini, pemerintah pun telah mengupayakan sistem
administrasi perpajakan yang modern. Sistem administrasi perpajakan yang modern atau
yang dapat disebut dengan modernisasi administrasi perpajakan merupakan sistem
administrasi yang mengalami proses perubahan agar kinerjanya lebih baik dari sebelumnya
sehingga dapat lebih efisien, ekonomis dan cepat yang diringkas kedalam program
reformasi administrasi perpajakan.7 Dengan pengoptimalan pelayanan-pelayanan dan
8
dimudahkannya sitem pelayanan pajak inilah maka wajib pajak diharapkan akan merasa
puas dan nyaman atas pelayanan kantor pajak yang diberikan, sehingga pada akhirnya
mampu menumbuhkan kepatuhan secara sukarela untuk membayar pajak.
Adapun masalah terkait dengan masih banyaknya warga negara sebagai wajib pajak
yang kurang paham mengenai kewajiban untuk membayar pajak serta peraturan atau sistem
yang ada dianggap masih kompleks 8 , hal ini lah yang menjadi acuan dasar untuk
pemerintah untuk selalu berupaya mengadakan penyuluhan atau sosialisasi di bidang
perpajakan demi menambah wawasan lebih mengenai perpajakan dari wajib Pajak di
Indonesia. Dengan hal ini, diharapkan para pihak dapat melaksanakan kewajiban sesuai
dengan ketentukan yang mengatur. Tidak hanya membenahi pelayanan dan mengadakan
sosialisasi saja, pemerintah harus berupaya pula untuk melakukan pengawasan yang ketat
terhadap proses pemungutan pajak. Sehingga apabila terjadi sebuah pelanggaran atau
penyimpangan maka akan diberikan sanksi yang tegas. Sanksi ini sudah diatur dalam aturan
perundang-undangan, adapun pemberian sanksi yang tegas inilah, yang apabila dikaitkan
dengan teori roscoe pound yaitu Law as a tool of social engineering, adalah salah satu upaya
pemerintah untuk mengurangi tingkat ketidakpatuhan wajib pajak dalam menjalankan
kewajibannya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pajak merupakan hak dari negara, adapun pemungutan pajak berupa iuran dalam bentuk
uang yang diwajibkan kepada warga negara wajib pajak, pajak disini berfungsi sebagai
sumber pendanaan untuk membiayai pembangunan negara. Karena pentingnya peran pajak
bagi negara inilah maka warga negara secara paksa melalui hukum diatur untuk membayar
pajak. Dalam hal ini, apabila proses perpajakan di Indonesia berjalan kurang baik, maka
tentu akan berefek kepada terhambatnya proses pembangunan negara demi mencapai
kesejahteraan rakyat. 9 Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
wajib pajak, meliputi Tingkat Pemahaman Mengenai Perpajakan; Besar Manfaat Dari
Pembayaran Pajak; Mutu Pelayanan Perpajakan dan Sanksi Pajak. Pemahaman pajak
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini karena
pemahaman mengenai peraturan perpajakan serta manfaat pajak menjadi acuan untuk wajib
pajak dalam melaksanakan kewajiban membayar pajaknya. Sebuah pandangan yang positif
dan pemahaman yang benar dari masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan perpajakan
oleh pemerintah akan menggerakkan pemikiran masyarakat untuk senantiasa
melaksanakan kewajibannya untuk membayar pajak.

B. Saran
Terkadang karena perubahan peraturan perundan-undangan disertai wawasan yang
kurang terhadap pajak inilah yang membuat masyarakat bingung dan keliru dalam
menyelesaikan kewajibannya. Selain pemahaman mengenai perpajakan, kualitas
pelayanan, sanksi, dan manfaat yang diberikan pun menjadi faktor dalam menilai tingkat
kepatuhan wajib pajak. Dengan diaturnya peraturan yang menjadi dasar hukum tentang
pajak, maka diharapkan agar penerimaan pajak sebagai sumber keuangan negara dapat
memperoleh hasil yang optimal dan dapat dipakai secara terus menerus. Namun faktualnya,
pemungutan pajak ini masih banyak hambatan yang dialami, hal ini diantaranya: kurangnya
wawasan masyarakat, kurangnya sosialisasi dari pemerintah, serta lemahnya penegakan
hukum terhadap perpajakan. Untuk mengurangi hambatan tersebut pemerintah perlu
melakukan upaya agar membuat masyarakat sadar akan pentingnya membayar pajak,
langkah yang efektif adalah dengan cara pemberian sosialisasi berupa bimbingan,
pemberian pemahaman, dan pendekatan kepada masyarakat melalui penyuluhan-
10
penyuluhan mengenai perpajakan di Indonesia mulai dari aturan hukum terbaru hingga
kepada manfaat dari membayar pajak.10 Selain itu, dalam menjaga sistem perpajakan di
Indonesia dengan baik, maka upaya pemerintah adalah meningkatkan keprofesionalitasan
aparatur pajak dalam mengolah dana dibidang perpajakan, keprofesionalitasan para
aparatur pajak inilah yang memberikan pandangan dengan jelas bahwa pemerintah
berupaya untuk menunjukkan kepada publik bahwa pengelolaan pajak dilakukan dengan
baik dan benar, sehingga nantinya akan mendorong tingginya rasa percaya dari warga
negara. Dan akan berefek kepada warga negara yang merasa aman, nyaman dan sukarela
dalam menyetor kekayaannya dalam hal pajak demi kesejahteraan negara.

11
DAFTAR PUSTAKA

Lim, Setiadi Alim. “UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI INDONESIA.”


Jurnal Bisnis 9 (2017): 28–47.

Bahtiar, Erwin, dan Sihar Tambunan. “Pengaruh Pemahaman Fungsi Pajak dan Manfaat
Pajak Terhadap Sikap Nasionalisme Serta Dampaknya Terhadap Niat Menjadi Wajib Pajak
yang Patuh.” Media Akuntansi Perpajakan 4, no. 2 (2019): 1–10.

Rinti, Robertus, dan Dwinanarhati Emei Setiamandani. “Peran Pemerintah Desa Dalam
Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan (Pbb).”
Jurnal Ilmu Politik Dan Ilmu Sosial 5, no. 2 (2016): 71–75.

Sulastyawati, Dwi. “Hukum Pajak Dan Implementasinya Bagi Kesejahteraan Rakyat.”


SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i 1, no. 1 (2014).

Supadmi, Ni Luh. “Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan.”


Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis 4, no. 2 (2009): 1–14.

Yuliyanti, Ika. “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Perpajakan, Sanksi
Perpajakan, Dan Kondisi Lingkungan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi (Studi Empiris Pada KPP Pratama Surakarta).” Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2016.

iv

Anda mungkin juga menyukai