Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERPAJAKAN

TENTANG

“SELF ASSESMENT, TAX PANNING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK”

Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester

dalam Mata Kuliah Perpajakan

DISUSUN OLEH

ADRIAN MAULANA NIM 1930402003

DOSEN PENGAMPU

DESI FARINA,SE.,M.SI

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (UAS)
dari mata kuliah perpajakan ini tepat pada waktunya.

Penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan bagi para pembaca, dan dapat digunakan sebagai suatu pedoman dalam proses
pembelajaran. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu yang telah membimbing dalam pembuatan makalah sebagai tugas UAS pada mata
kuliah Perpajakan ini, serta kepada teman-teman yang telah memberi dukungan sehingga
selesainya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya.
Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan serta penulis
memohon kritik dan saran yang baik dan membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Batusangkar, 19 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
A. Landasan Teori .................................................................................................................. 2
B. Tax Planning ..................................................................................................................... 5
C. Perkembangan Teknologi di Zaman Sekarang.................................................................. 6
D. Peraturan Perpajakan Yang Terbaru ................................................................................. 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 8
A. SIMPULAN ...................................................................................................................... 8
B. Saran .................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9
Lampiran..................................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu bentuk usaha kemandirian suatu negara dalam pembiayaan pembangunan
yaitu dengan mengoptimalkan sumber dana yang dapat berasal dari dalam negeri yaitu berupa
pajak. Untuk menunjang berlangsungnya kebijakan fiskal yang mandiri dan berkelanjutan,
maka penerimaan perpajakan dapat diandalkan di dalam pengeluaran pemerintah agar dapat
memulihkan kondisi ekonomi negara.

Terdapat beberapa sistem dalam pemungutan pajak, salah satunya self assesment
system. Penerapan self assesment system dapat menjadi efektif jikalau kondisi kepatuhan
sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat tinggi. Dalam sistemnya wajib pajak diberi
kepercayaan dan tanggung jawab menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang
menjadi tanggungannya. Sedangakan tugas Direktorat jendral pajak dalam sistem self
assesment ini adalah melakukan dan memberikan pembinaan dan pengawasan dalam rangka
pelaksanaan Undang-undang perpajakan. Pembinaan terutama dilakukan untuk wajib pajak
yang tidak patuh, agar bersedia sukarela melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai
ketentuan.

Kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia menunjukkan tingkat yang masih rendah, yang
mana terlihat dari indikator rasio jumlah SPT yang masuk dibandingkan dengan jumlah
Wajib Pajak yang tercatat. Mengingat kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor penting bagi
penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Pengertian Pajak

Pajak ialah suatu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan


(pendapatan) kepada negara yang bersifat wajib, dan jika tidak dilakukan maka bisa
terjadi pemaksaan dengan kekerasan seperti surat paksa dan sita (Siat & toly , 2013).
Penerimaan pajak dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dari suatu negara,
karena pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga
masyarakat mempunyai kemampuan untuk membayar pajak.

Adapun definisi dari pajak menurut S.I Djajadiningrat dalam (Halim, Bawono,
& Dara, 2020), pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan
ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan
yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik
dari negara secara langsung, untuk memelihara negara secara umum.

Menurut (Rustyaningsih, 2011), Pajak memiliki beberapa ciri-ciri yaitu sebagai


berikut:

a) Dipungut berdasarkan perundang-undangan

b) Tidak mendapat jasa timbal balik langsung

c) Dapat dipaksakan

d) Digunakan untuk pembangunan.

2. Sistem pemungutan pajak

Menurut (Rustyaningsih, 2011), ada beberapa sistem pemungutan pajak yang harus
diketahui, yaitu

a) Official Assesment System

Official Assesment System merupakan sistem pemungutan pajak yang mana


besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh fiskus.

2
b) Self Assesment System

Self Assesment System merupakan sistem pemungutan pajak yang mana


besarnya pajak dihitung sendiri oleh Wajib Pajak.

c) Withholding System

Withholding System merupan salah satu sistem dalam pemungutan pajak.


Yang mana dalam pemungutan dan perhitungannya dapat dilakukan oleh
pihak ketiga.

Sistem self assesment yang diterapkan dalam perpajakan di Indonesia


memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar,
dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang Wajib Pajak. Namun sistem ini
akan efektif apabila Wajb Pajak memiliki kesadaran pajak, kejujuran, dan
kedisiplinan dalam menjalankan atau melaksanakan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Pemahaman terhadap self assesment dapat memberikan
pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pribadi dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan pajak penghasilan. Oleh karena itu ketika pemahaman wajib
pajak meningkat terhadap self assesment maka semakin meningkat pula kepatuhan
wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya dan akan meningkat pula penerimaan
pajak.

3. Faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, antara lain:

a) Pemahaman terhadap sistem self assesment

b) Kualitas pelayanan, pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain
dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan
interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.

c) Tingkat pendidikan, dengan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat


maka pemahaman masyarakat juga dapat meningkat. Oleh karena itu dengan
pendidikan yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah
memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang berlaku.

3
d) Tingkat penghasilan, Penghasilan wajib pajak sebagai objek pajak dalam pajak
penghasilan sangat terkait dengan besarnya pajak terutang. Akan tetapi tingkat
penghasilan juga berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajibannya.

e) Persepsi wajib pajak terhadap sanksi perpajakan, Sanksi perpajakan diberikan


kepada wajib pajak agar wajib pajak mempunyai kesadaran dan patuh
terhadap kewajiban pajak.

4. Upaya pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak

Adapun kepatuhan WP dikemukan oleh Norman D. Nowak dalam (Siat & toly ,
2013), sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban
perpajakan, tercermin dalam situasi dimana:

a. WP paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan


perundang-undangan perpajakan

b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas

c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar

d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak agar patuh
dalam memenuhi kewajibannya, agar penerimaan negara dari sektor pajak meningkat.
Rendahnya tingkat kepatuhan memberikan beberapa dampak negatif diantaranya
yaitu:

a. Penerimaan negara menurun karena hilangnya potensi pendapatan negara

b. Sistem perpajakan kurang prospektif

c. Sistem perpajakan kurang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan.

Menurut (Rustyaningsih, 2011), beberapa upaya yang dilakukan pemerintah


untuk terus meningkatkan kepatuhan wajib pajak baik dengan cara ekstensifikasi
maupun intensifikasi antara lain:

a. Menerbitkan dan mengirimkan surat teguran, imbauan, suat tagihan pajak

4
b. Memberikan sosialisasi perpajakan yang menyangkut pelaksanaan hak dan
kewajiban perpajakan

c. Menyampaikan ucapan terimakasih kepada wajib pajak yang mengirimkan


SPT Tahunan tepat waktu

d. Menjadikan masyarakat sadar pajak merupakan upaya yang dilakukan


pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban pajaknya sehingga akan berdampak pada peningkatan penerimaan
negara dari sektor pajak.

B. Tax Planning
Tax Planning atau perencanaan pajak adalah rangkaian strategi untuk mengatur
akuntansi dan keuangan perusahaan untuk meminimalkan kewajiban perpajakan dengan cara-
cara yang tidak melanggar peraturan perpajakan (Fadhila & Hasibuan, 2018). Tujuan dari
Tax Planning adalah mencari bebagai celah yang dapat ditempuh dalam koridor peraturan
perpajakan, agar perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah minimal.

Untuk meminimalisasikan beban pajak yang ditanggung wajib pajak dapat ditempuh
dengan cara rekayasa yang masih berada dalam ruang lingkup perpajakan hingga diluar
ketentuan perpajakan (Rori, 2013). Hal inilah yang mengakibatkan wajib pajak lalai dan tidak
patuh terhadap kewajibannya ketika jumlah yang harus ia keluarkan itu terlalu besar.
Sehingga banyak wajib pajak merencanakan pajaknya dengan berbagai cara antara lain
memperdalam ilmunya tentang perpajakkan atau membayar pihak ketiga yang lebih
profesional untuk menghitung pajaknya.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajement pajak. Manajemen


pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar,
tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh
laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban
perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada umumnya,
perencanaan pajak (tax planning) mengacu kepada proses merekayasa usaha dan transaksi
wajib pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih dalam bingkai
peraturan perpajakan (Rori, 2013).

Adapun penelitian yang dilakukan oleh (syakura, 2014) yang menliti tentang
perencanan pajak terhadap kepatuhan pajak, yang mana dalam penelitian tersebut

5
menemukan bahwa perencanaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajibannya sebagai seorang wajib pajak dan masih diperbolehkan negara selagi
perencanaan tersebut tidak melanggat aturan perpajakan yang sudah ditetapkan. Perencanaan
pajak yang disusun dengan baik, maka dapat menghasilkan keputusan yang bijaksana yang
berarti tidak akan merugikan negara maupun tidak merugikan pihak wajib pajak. Sehingga
berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tax planning memiliki
pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

C. Perkembangan Teknologi di Zaman Sekarang


Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) juga memanfaatkan teknologi guna mempermudah dan mengefisienkan
pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi dan pembayaran pajak. Hal tersebut
tercermin dari diluncurkannya e-system. Dalam e-system ini diantaranya; e-Registration, e-
Filing dan e-Billing. Dengan pembaharuan sistem yang ada pada kantor pajak, harapannya
akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak serta meningkatkan ke-percayaan masyarakat
terhadap administrasi perpajakan (Ramdani, 2019).

1. Pengaruh e-Registration terhadap kepatuhan Wajib Pajak

e-Registration adalah sistem pendaftaran, perubahan data Wajib Pajak dan atau
pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) melalui
sistem yang terhubung langsung secara online dengan Direktorat Jenderal Pajak
(DJP).

2. Pengaruh e-Filing terhadap kepatuhan Wajib Pajak

e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan secara online dan real
time melalui website Direktorat Jenderal Pajak (DJP) atau Application Service
Provider (ASP). Denga e-Filing, Wajib Pajak tidak perlu datang ke KPP untuk
melaporkan SPT melainkan cukup mengakses website DJP atau ASP dari rumah atau
dari kantor. Dengan demikian maka dapat mempermudah wajib pajak sehingga
dengan memanfaatkan media e-Filing sebagai sarana penyampaian SPT dapat lebih
mudah digunakan, aman, cepat. Sehingga dapat meminimalkan kesalahan dalam
pengisian SPT yang disampaikan Wajib Pajak. Oleh karena itu, e-Filing memiliki
pengaruh yang cukup signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

3. Pengaruh e-Billing terhadap kepatuhan Wajib Pajak

6
e-Billing merupakan metode untuk pembayaran pajak secara online maupun melalui
ATM dengan memasukkan Kode Billing yang akan diterima oleh Wajib Pajak. Jika
dilihat dari kebermanfaatannya, e-Billing memberikan akses yang mudah dan nyaman
serta menghemat waktu ataupun tenaga. Maka dapat disimpulkan bahwa e-biling
cukup berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kebutuhannya.

D. Peraturan Perpajakan Yang Terbaru


Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) resmi menyepakati Rancangan
Undang-Undang (RUU) Harmoninasi Peraturan Perpajakan (HPP) menjadi Undang-Undang
dalam sidang paripurna. Dengan pengesahan ini, terdapat perubahan yang mana lapisan
penghasilan orang pribadi, yang dikenai tarif pajak penghasilan (PPh) terendaah 5%
dinaikkan menjadi Rp 60 Juta dari sebelumnya Rp 50 juta, sedangkan Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) tetap.

Lewat Undang-Undang rasio pajak akan meningkat dari 8,4 persen dari produk
domestik bruto (PDB) RI menjadi 9,22 persen dari PDB. Pemerintah sendiri menargetkan
pendapatan pajak dalam UU APBN 2022 sebesar 1.410,3 triliun. Dalam undang-undang
tersebut pemerintah merombak sebagian besar aturan pajak, mulai dari PPN, tarif PPh Orang
Pribadi, tarif PPh Badan, Tax amnesty, hingga pajak karbon.

Adapun itu semua bertujuannya untuk memaksimalkan penerimaan negara sehinggak


dapat mewujudkan pembangunan, menuju Indonesia Emas tahun 2045. Bahkan menteri
keuangan suahasil Nazara meyakini bahwa penerimaan pajak juga akan meningkat di tahun
2023.

7
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Pajak ialah suatu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan (pendapatan)
kepada negara yang bersifat wajib, dan jika tidak dilakukan maka bisa terjadi pemaksaan
dengan kekerasan seperti surat paksa dan sita.

Sistem self assesment yang diterapkan dalam perpajakan di Indonesia memberikan


kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang terutang Wajib Pajak. Namun sistem ini akan efektif apabila
Wajb Pajak memiliki kesadaran pajak, kejujuran, dan kedisiplinan dalam menjalankan atau
melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Pemahaman terhadap
self assesment dapat memberikan pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pribadi
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan pajak penghasilan.

Untuk meminimalisasikan beban pajak yang ditanggung wajib pajak dapat ditempuh
dengan cara rekayasa yang masih berada dalam ruang lingkup perpajakan hingga diluar
ketentuan perpajakan, yaitu dengan cara tax planning. Tujuan dari Tax Planning adalah
mencari bebagai celah yang dapat ditempuh dalam koridor peraturan perpajakan, agar
perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah minimal.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, Direktorat Jenderal


Pajak (DJP) juga memanfaatkan teknologi guna mempermudah dan mengefisienkan
pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi dan pembayaran pajak. Hal tersebut
tercermin dari diluncurkannya e-system. Dalam e-system ini diantaranya; e-Registration, e-
Filing dan e-Billing.

B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga dapat menambah pemahaman kita
terhadap pajak dan dapat meningkatkan kepatuhan kita terhada kewajiban kita sebagai wajib
pajak. Dengan kita patuh dan taat dalam pembayaran pajak menunjukkan kalau kita peduli
terhadap pertumbuhan negara. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fadhila, N., & Hasibuan, M. (2018). Penerapan Tax Planning Dalam Meminimalkan Beban
Pajak Penghasilan Pada PT Perkebunan Nusantara IV Medan. Seminar Nasional
Royal (SENAR), 1(1), 455-460.
Halim, A., Bawono, I. R., & Dara, A. (2020). Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh, dan
Studi Kasus. Jakarta : Salemba Empat.
Ramdani, D. (2019). Pengaruh Penerpan E-Registration, E-Filing dan E-Billing Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. ISEI Accounting Review 3(2).
Rori, H. (2013). Analisis Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan Badan. Jurnal
EMBA 1(3).
Rustyaningsih, S. (2011). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Widya
Warta No. 02, 45-46.
Siat, C. C., & toly , A. A. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak di Surabaya. TAX & ACCOUNTING
REVIEW, VOL.1, NO.1, 43.
syakura. (2014). Determinan Perencanaan Pajak dan Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 5(2).
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-aturan-baru-pph-dan-ppn-dalam-ruu-
harmonisasi-peraturan-perpajakan/

9
Lampiran

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ADRIAN MAULANA

Nim : 1930402003

Kelas : EKSYA 5A

Dengan ini menyatakan dengan sebesarnya bahwa makalah yang berjudul “SELF
ASSESMENT, TAX PANNING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPATUHAN WAJIB PAJAK” saya buat dan ajukan terbebas dari segala macam plagiat.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan makalah ini saya kutip dari hasil karya orang
lain, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, sekian saya
ucapkan Terimakasih,

Saya yang menyatakan,

ADRIAN MAULANA
NIM : 1930402003

10
11

Anda mungkin juga menyukai