Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STELSEL DALAM PEMUNGUTAN PAJAK, KENDALA


PEMUNGUTAN OAJAK, BENTUK
PERLAWANAN PAJAK, PIHAK YANG TERKAIT DALAM
PERPAJAKAN DAN PENGGOLONGAN PAJAK

Dosen Pengampu: Dr. WIRMIE EKA PUTRA, S.E., M.Si., CIQnR.,


CSRS.

Mata Kuliah: Pengantar Perpajakan

Disusun Oleh :

NAMA: Muhammad Fazli Rizqullah

NIM: C1C022031

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2023
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................5
2.1 Stelsel dalam Pemungutan Pajak.....................................................................5
2.2 Kendala Dalam Pemungutan Pajak.................................................................6
2.3 Bentuk Perlawanan Pajak................................................................................7
2.4 Pihak yang Terkait dalam Perpajakan.............................................................9
2.5 Penggolongan Pajak........................................................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14
KATA PENGANTAR

Kata PengantarPuji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas


segala rahmat-Nyasehingga makalah ini dengan judul “Stelsel, Kendala,
Pihak yang terkait dalampemungutan pajak dan bentuk perlawanan pajak
serta penggolongan pajak” dapattersusun sampai dengan selesai. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi
sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa
pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.,
CIQnR.. selaku dosen mata kuliah Perpajakan 1.Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan
kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untukitu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Jambi, Februari 2023

Ferdy Fachrial Yusuf


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk mengatur tentang pajak
dibutuhkan hukum pajak. yaitu: kumpulan peraturan yang mengatur hubungan
antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak.
Pemungutan pajak di Indonesia mengalami banyak permasalahan, antara lain
disebabkans Kelemahan regulusi dibidang perpajakan itu sendiri, kurangnya
sosialisasi, tingkat kesadaran. pengetahuan dan tingkat ekonomi yang rendah,
database yang belum lengkap dan akurat. lemahnya penegakan hukum berupa
pengawasan dan pemberian sanksi yang belum konsisten dan tegas. Untuk
mengatasinya dengan melakukan reformasi dibidang perpajakan, antara lain:
Melakukan penyempurnaan regulasi/perangkat aturan, menggalakkan sosialisasi
agar menambah pengetahuan untuk menumbuhkan kesadaran wajib pajak taat
pajak, melakukan evaluasi, menyediakan database yang lengkap, akurat,
terintegrasi dan terjamin kerahasiannya, meningkatkan penegakan hukum dalam
pengawasan dan pemberian sanksi secara konsisten dan tegas, dan melakukan
pemungutan pajak yang: Adil, berdasarkan undang-undang, tidak mengganggu
perekonomian, efisien dan sistemnya harus sederhana.
1.2 Rumusan Masalah
Kami telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain:
a. Apa itu stelsel pajak dan Macam macam stelsel pajak?
b. Kendala apa saja yang timbul dalam pemungutan pajak?
c. Apa saja bentuk bentuk perlawanan pajak?
d. Pihak pihak yang terkait dengan perpajakan?
e. Jenis jenis pajak?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalaha di atas pembuatan makalah ini bertujuan
untuk memberi wawasan dan pengetahuan kepada pembaca untuk
mengetahui tentang dasar dasar yang meliputi filosofi perpajakan dan
peraturan perundangan di bidang perpajakan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Stelsel dalam Pemungutan Pajak


Stelsel pajak merupakan sistem pemungutan pajak yang digunakan untuk menghitung
besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh para wajib pajak. Pemungutan pajak dapat
dilakukan dengan 3 jenis stelsel yang terdiri dari. Stelsel Nyata atau Riil, Stelsel Fiktif,
dan Stelsel Campuran

a. Stelsel Nyata (Rill)


Stelsel nyata atau riil adalah pemungutan pajak didasarkan pada objek
atau penghasilan yang diperoleh sesungguhnya, sehingga pemungutan baru dapat
dilakukan pada akhir tahun, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya
diketahui
Kelebihanya adalah perhitungannya yang didasarkan pada penghasilan
sesungguhnya dan hasilnya akan lebih akurat dan real. Sedangkan
kekurangannya adalah karena baru dilakukan pada akhir tahun, maka agak sulit
karena pajak akan dibutuhkan untuk pembiayaan atau pengeluaran sepanjang
tahun sehingga:
1). Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi pada akhir
tahun semenara pada waktu tersebut belum tersedia jumlah kas yang memadai.
2). Semua Wajib Pajak akan membayar pada akhir tahun sehingga jumlah uang
yang beredar akan terpengaruh

b. Stelsel Fiktif (Fictive)


Stelsel Fiktif adalah jenis pemungutan pajak yang didasarkan pada perkiraan
oleh suatu undang-undang. Perkiraan yang digunakan tergantung pada peraturan
perpajakan yang berlaku. Stelsel ini menerapkan sistem pemungutan pajak di
depan. Misalnya penghasilan satu tahun pajak dianggap sama dengan tahun
sebelumnya. Sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya
pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihannya adalah pajak yang
dibayarkan berjalan selama setahun tanpa harus menunggu hingga akhir tahun.
Kekurangannya adalah pajak yang dibayarkan tidak berdasarkan keadaan
sesungguhnya karena mengikuti tahun yang sebelumnya sehingga tidak akurat.

c. Stelsel Campuran
Pada dasarnya merupakan kombinasi dari dua stelsel yang ada yaitu stelsel rill
dan stelsel fiktif. Cara kerjanya adalah pada awal tahun bersarnya pajak dihitung
berdasarkan stelsel fiktif, lalu pada akhir tahun besarnya pajak dihitung
berdasarkan stelsel rill.
2.2 Kendala Dalam Pemungutan Pajak
Undang-undang yang mengatur tentang perpajakan sudah dibentuk dan diberlakukan
di Indonesia, namun masih ditemukan banyak permasalahan atau kendala mendasar
dalam pelaksanaannya. Hal ini sangat mempengaruhi hasil penerimaan pajak sebagai
sumber pendapatan negara. Berbagai kendala disebabkan berbagai faktor yang akan
diuraikan secara garis besar dibawah ini.

Kurangnya sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat sebagai Wajib


Pajak mengenai pentingnya membayar pajak, manfaat membayar pajak, dan
sanksi yang akan diterima apabila Wajib Pajak melalaikan kewajibannya.
Disamping kesadaran pengetahuan Sumber Daya Manusia (SDM) masih rendah
juga ikut mempengaruhi, dimana Wajib Pajak belum memahami tentang
pentingnya membayar pajak tersebut. belum mengetahui bagaimana prosedur
pendaftaran, menghitung dan melaporkan sendiri Obyek Pajak yang dikuasai,
dimiliki dan dimanfaatkannya.

Tingkat ekonomi sebagian Wajib Pajak yang sangat rendah sangat


mempengaruhi, dimana Wajib Pajak masih lebih memprioritaskan biaya yang
sifatnya mendasar, seperti: Biaya sekolah, biaya kesehatan dan sebagainya, dari
pada membayar pajak.

Database yang masih jauh dari standar Internasional. Padahal database


sangat menentukan untuk menguji kebenaran pembayaran pajak dengan sistem
self assessment. Kondisi seperti ini menyulitkan riset empiris yang bertujuan
menguji kepatuhan Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat memberikan informasi dan
melaporkan yang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Database yang
lengkap dan akurat berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan penegakan
hukum dan juga kepatuhan wajib pajak. Selanjutnya kepatuhan wajib pajak
berpengaruh pada penerimaan pajak.

Kurangnya atau tidak adanya kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak


untuk membayar pajak ke negara adalah sebagai bentuk perlawanan. Persepsi
Wajib Pajak bahwa percuma membayar pajak dengan tertib, karena pada
akhirnya akan digunakan secara boros dan tidak tepat sasaran bahkan akan
dikorup oleh sebahagian dari pegawai pajak.

Tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang masih rendah akan menimbulkan


selisih antara jumlah pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak dengan jumlah pajak
yang seharusnya dibayar semakin besar. Wajib Pajak yang memiliki penghasilan
besar cenderung untuk lebih patuh ketimbang yang berpenghasilan rendah karena
yang berpenghasilan besar cenderung untuk lebih konservatis dalam pelaporan
kewajiban perpajakannya. Penerapan tarif pajak yang tinggi menjadi kendala
juga, karena memberatkan Wajib Pajak..
2.3 Bentuk Perlawanan Pajak
Adanya Perlawanan terhadap pajak adalah hambatanhambatan yang ada atau terjadi
dalam upaya pemungutan pajak. Perlawanan pajak dapat dibedakan menjadi dua bagian.
adalah sebagai berikut:

a. Perlawanan Pasif.
Perlawanan yang inisiatifnya bukan dari wajib pajak itu sendiri tetapi terjadi
karena keadaan yang ada di sekitar wajib pajak itu. Perlawanan pasif terdiri dari
hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan pajak dan yang erat
hubungannya dengan struktur ekonomi suatu negara, perkembangan intelektual
dan moral penduduk, dan dengan teknik pemungutan pajak itu sendiri.
1. Struktur ekonomi
Struktur ekonomi suatu Negara mempengaruhi pemungutan pajak di
negara tersebut. Hal ini terkait dengan penghitungan pendapatan netto oleh
wajib pajak sesuai dengan norma perhitungannya.

2. Perkembangan moral dan intelektual penduduk


Perlawanan pasif yang timbul dari lemahnya sistem kontrol yang
dilakukan oleh fiscus ataupun karena objek pajak itu sendiri sulit untuk
dikontrol.

3. Cara hidup masyarakat di suatu Negara


Cara hidup masyarakat di suatu negara mempengaruhi besar kecilnya
penghasilan yang mereka peroleh dan besar kecilnya penghasilan tersebut
mempengaruhi besar kecilnya penerimaan kas negara.

4. Teknik pemungutan pajak.


Cara perhitungan pajak yang rumit dan memerlukan pengisian formulir
yang rumit menyebabkan adanya penghindaran pajak, prosedur yang
berbelit-belit yang menyulitkan pembayar pajak dan membuka celah untuk
negosiasi antara petugas dan pembayar pajak juga dapat mengakibatkan
adanya penghindaran pajak, maka perlu diadakan penyuluhan pajak untuk
menghindari adanya perlawanan pasif terhadap pajak.

b. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif adalah usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
terhadap fiscus dan bertujuan untuk menghindari pajak atau mengurangi
kewajiban pajak yang seharusnya dibayar.

1. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)


Penghindaran pajak terjadi sebelum SKP keluar. Dalam penghindaran
pajak ini, wajib pajak tidak secara jelas melanggar undang-undang sekalipun
kadang-kadang dengan jelas menafsirkan undang-undang tidak sesuai dengan
maksud dan tujuan pembuat undang-undang. Penghindaran pajak dilakukan
dengan tiga cara, yaitu:
a) Menahan Diri, yang dimaksud dengan menahan diri yaitu wajib pajak
tidak melakukan sesuatu yang bisa dikenai pajak.
b) Pindah Lokasi, yaitu memindahkan lokasi usaha atau domisili dari lokasi
yang tarif pajaknya tinggi ke loksi yang tarif pajaknya rendah.
c) Penghindaran Pajak Secara Yuridis

2. Pengelakan Pajak (Tax Evasion)


Pengelakan pajak dilakukan dengan cara-cara yang melanggar Undang-
Undang. Pengelakan pajak terjadi sebelum SKP dikeluarkan. Hal ini
merupakan pelanggaran terhadap undang-undang dengan maksud
melepaskan diri dari pajak/mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara
menyembunyikan sebagian dari penghasilannya. Wajib pajak di setiap negara
terdiri dari wajib pajak besar (berasal dari multinational corporation yang
terdiri dari perusahaan-perusahaan penting nasional) dan wajib pajak kecil
(berasal dari profesional bebas yang terdiri dari dokter yang membuka
praktek sendiri, pengacara yang bekerja sendiri, dll).

Secara umum tindakan yang dilakukan untuk mengelakkan diri dari pajak
adalah sebagai berikut :
a) Pergeseran, yaitu menggeserkan beban pajak kepada pihak lain seperti
yang berlaku dalam Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan sistem
mekanisme kredit pajak.
b) Kapitalisasi, yaitu pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah
pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli seperti yang berlaku
dalam Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
c) Transformasi, yaitu pengelakan pajak yang dilakukan oleh perusahaan
industri dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan
terhadapnya. Penghindaran ini lebih dikenal dengan mekanisme transfer
pricing (pemindahan hak) dimana harga jual diturunkan sesuai dengan
kepentingannya sehingga pajak dikenakan terhadapnya. Penghindaran ini
lebih dikenal dengan mekanisme transfer pricing (pemindahan hak)
dimana harga jual diturunkan sesuai dengan kepentingannya sehingga
pajak yang dibayar oleh pembeli menjadi lebih kecil.
d) Tax avoidance, yaitu penghindaran pajak dengan cara-cara yang legal
dan diperbolehkan menurut peraturan perpajakn melalui celah-celah atau
peluang dalam pelaksanaan peraturan perpajakan sehingga pajak yang
dibayar menjadi kecil.
e) Tax Evasion, yaitu penghindaran pajak dengan cara menghilangkan data-
data keuangan serta pengecilan omset , memperbesar biaya sehingga
lebanya menjadi kecil,. Pengelakan seperti ini akan dikenakan dengan
sanksi yang berat.
3. Melalaikan Pajak
Melalaikan pajak dilakukan dengan cara menolak membayar pajak yang
telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas yang harus terpenuhi.
Melalaikan pajak terjadi setelah SKP keluar. Melalaikan pajak adalah
menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi
formalitas-formalitas yang harus dipenuhi oleh wajib pajak dengan cara
menghalangi penyitaan.

2.4 Pihak yang Terkait dalam Perpajakan


Pihak yang terkait dalam perpajakan adalah berikut:
1. Menteri Keuangan RI
2. Wakil Komisi X DPR
3. Sekjen Kemenkeu
4. Sekjen Kemendikbud
5. Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristekdikti
6. Eselon I di lingkungan Kemendikbud
7. Direktur Pembelajaran, Ditjen Belmawa
8. Direktur Kemahasiswaan, Ditjen Belmawa
9. Eselon II di lingkungan Kemendikbud
10. Kabiro KLI,Kemenkeu
11. Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, KPK
12. Direktur Departemen Literasi dan Edukasi Keuangan, OJK
13. Direktur Peran Serta Masyarakat, BNN
14. Direktur Kerjasama Pendidikan Kependudukan, BKKBN
15. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov DKI
16. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi/Kab/Kota
17. Musium Rekor Indonesia
18. Pegiat pendidikan (Prof Udin Winataputra, dll)
19. IKPI Pusat 20. Kopertis I-XIV, dll

2.5 Penggolongan Pajak

Pajak Pusat dan Pajak Daerah

Pajak pusat adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Pusat,
dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Hasil dari pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai belanja
negara seperti pembangunan jalan, pembangunan sekolah, bantuan kesehatan dan lain
sebagainya.
Proses administrasi yang berkaitan dengan pajak pusat dilaksanakan di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Berbeda dengan pajak pusat nasional. pajak daerah merupakan pajak-pajak yang dipungut
dan dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Hasil dari pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai belanja
pemerintah daerah. Proses administasinya dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan
Daerah atau Kantor Pajak Daerah atau kantor sejenis yang dibawahi oleh pemerintah
daerah setempat.

Banyak yang mengira jika pajak pusat dan pajak daerah berdiri sendiri karena
hasil dari pajak pusat dan pajak daerah digunakan untuk membiayai rumah tangga
masing- masing. Nyatanya, pajak pusat dan pajak daerah bersinergi satu sama lain dalam
membangun Indonesia secara nasional dari Aceh hingga Papua.

Pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik jika ada kesesuaian program kegiatan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Contoh Jenis-jenis Pajak Pusat dan Pajak
Daerah

Berikut ini pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat:

a. Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPBM)

d. Bea Materai

e. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB perkebunan, Perhutanan, Pertambangan)

Berikut ini pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah:

a. Pajak provinsi terdiri dari:

1. Pajak Kendaraan Bermotor.

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

4. Pajak Air Permukaan.

5. Pajak Rokok,
b. Pajak kabupaten/kota terdiri dari:

1. Pajak Hotel.

2. Pajak Restoran.

3. Pajak Hiburan.

4. Pajak Reklame.

5. Pajak Penerangan Jalan.

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan.

7. Pajak Parkir.

8. Pajak Air Tanah.

9. Pajak Sarang Burung Walet.

10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan

Jenis-jenis pajak berdasarkan cara pemungutannya terdiri dari pajak langsung dan pajak
tidak langsung.

Pajak Langsung dan Tidak Langsung

Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Dengan kata lain, proses pembayaran pajak harus
dilakukan sendiri oleh wajib pajak bersangkutan. Seorang anak, misalnya, tidak holeh
mengalihkan pajak kepada orangtuanya. Begitupun seorang suami tidak boleh

mengalihkan kewajiban pajaknya pada istri. Sedangkan Pajak Tidak Langsung adalah
pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain karena jenis pajak ini tidak
memiliki surat ketetapan pajak. Artinya, pengenaan pajak tidak dilakukan secara berkala
melainkan dikaitkan dengan tindakan perbuatan atas kejadian sehingga pembayaran pajak
dapat diwakilkan kepada pihak lain.

Jenis-jenis pajak berdasarkan sifatnya terdiri dari pajak subjektif dan pajak objektif.

Pajak Subjektif dan Objektif

Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya sedangkan pajak objektif
berpangkal kepada objeknya. Suatu pungutan disebut pajak subjektif karena
memperhatikan keadaan diri wajib pajak Contoh pajak subjektif adalah pajak penghasilan
(PPh) yang memperhatikan tentang kemampuan wajib pajak dalam menghasilkan
pendapatan atau uang.
Pajak objektif merupakan pungutan yang memperhatikan nilai dari objek pajak.
Contoh pajak objektif adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari barang yang dikenakan
pajak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Stelsel pajak merupakan sistem pemungutan pajak yang digunakan untuk


menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh para wajib pajak.
Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan 3 jenis stelsel yang terdiri dari,
Stelsel Nyata atau Riil, Stelsel Fiktif, dan Stelsel Campuran.

Kurangnya atau tidak adanya kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak


untuk membayar pajak ke negara adalah sebagai bentuk perlawanan. Persepsi
Wajib Pajak bahwa percuma membayar pajak dengan tertib, karena pada
akhirnya akan digunakan secara boros dan tidak tepat sasaran bahkan akan
dikorup oleh sebahagian dari pegawai pajak. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak
yang masih rendah akan menimbulkan selisih antara jumlah pajak yang
dibayar oleh Wajib Pajak dengan jumlah pajak yang seharusnya dibayar
semakin besar

Bentuk bentuk perlawanan terhadap pajak, antara lain :

a. Perlawanan Pasif, pada umumnya masyarakat tidak melakukan suatu upaya


yang sistematis dalam rangka menghambat penerimaan negara, tetapi
lebih.dikarenakan oleh kebiasan-kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat
tersebut

b. Perlawanan Aktif, merupakan serangkaian usaha yang dilakukan oleh


Wajib Pajak untuk tidak membayar pajak atau mengurangi jumlah pajak
yang seharusnya dibayar.

Jenis-jenis pajak berdasarkan cara pemungutannya terdiri dari pajak langsung


dan pajak tidak langsung. Jenis-jenis pajak berdasarkan sifatnya terdiri dari
pajak subjektif dan pajak objektif. Sementara jenis-jenis pajak berdasarkan
lembaga pemungutannya terdiri dari pajak pusat dan pajak daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2018. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Krishand, 2020. Stelsel Pajak dan Jenis-jenisnya,

https://www.krishandsoftware.com/blog/517/stelsel-pajak-dan-jenis-
jenisaya #text-Stelsel pajak merupakan sistem pemungutan.Stelsel Fiktif
2C dan Stelsel Campuran, diakses pada 25 Februari 2022pukul 19:48

Edukasipajak. 2017. Pihak Terkait, https://edukasi pajak.go.id/pihak-


terkait.html, diakses pada 26 Februari 2022 pukul 17:05

OnlinePajak. 2018. Mengenal 3 Jenis Jenis Pajak Perbedaan & Contohnya,


https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pengelompokan-jenis-
jenis-pajak-dan-penjelasannya, diakses pada 26 Februari 2022 pukul 18:12

Anda mungkin juga menyukai