Disusun Oleh :
NIM: C1C022031
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2023
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................5
2.1 Stelsel dalam Pemungutan Pajak.....................................................................5
2.2 Kendala Dalam Pemungutan Pajak.................................................................6
2.3 Bentuk Perlawanan Pajak................................................................................7
2.4 Pihak yang Terkait dalam Perpajakan.............................................................9
2.5 Penggolongan Pajak........................................................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14
KATA PENGANTAR
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk mengatur tentang pajak
dibutuhkan hukum pajak. yaitu: kumpulan peraturan yang mengatur hubungan
antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak.
Pemungutan pajak di Indonesia mengalami banyak permasalahan, antara lain
disebabkans Kelemahan regulusi dibidang perpajakan itu sendiri, kurangnya
sosialisasi, tingkat kesadaran. pengetahuan dan tingkat ekonomi yang rendah,
database yang belum lengkap dan akurat. lemahnya penegakan hukum berupa
pengawasan dan pemberian sanksi yang belum konsisten dan tegas. Untuk
mengatasinya dengan melakukan reformasi dibidang perpajakan, antara lain:
Melakukan penyempurnaan regulasi/perangkat aturan, menggalakkan sosialisasi
agar menambah pengetahuan untuk menumbuhkan kesadaran wajib pajak taat
pajak, melakukan evaluasi, menyediakan database yang lengkap, akurat,
terintegrasi dan terjamin kerahasiannya, meningkatkan penegakan hukum dalam
pengawasan dan pemberian sanksi secara konsisten dan tegas, dan melakukan
pemungutan pajak yang: Adil, berdasarkan undang-undang, tidak mengganggu
perekonomian, efisien dan sistemnya harus sederhana.
1.2 Rumusan Masalah
Kami telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain:
a. Apa itu stelsel pajak dan Macam macam stelsel pajak?
b. Kendala apa saja yang timbul dalam pemungutan pajak?
c. Apa saja bentuk bentuk perlawanan pajak?
d. Pihak pihak yang terkait dengan perpajakan?
e. Jenis jenis pajak?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalaha di atas pembuatan makalah ini bertujuan
untuk memberi wawasan dan pengetahuan kepada pembaca untuk
mengetahui tentang dasar dasar yang meliputi filosofi perpajakan dan
peraturan perundangan di bidang perpajakan.
BAB II
PEMBAHASAN
c. Stelsel Campuran
Pada dasarnya merupakan kombinasi dari dua stelsel yang ada yaitu stelsel rill
dan stelsel fiktif. Cara kerjanya adalah pada awal tahun bersarnya pajak dihitung
berdasarkan stelsel fiktif, lalu pada akhir tahun besarnya pajak dihitung
berdasarkan stelsel rill.
2.2 Kendala Dalam Pemungutan Pajak
Undang-undang yang mengatur tentang perpajakan sudah dibentuk dan diberlakukan
di Indonesia, namun masih ditemukan banyak permasalahan atau kendala mendasar
dalam pelaksanaannya. Hal ini sangat mempengaruhi hasil penerimaan pajak sebagai
sumber pendapatan negara. Berbagai kendala disebabkan berbagai faktor yang akan
diuraikan secara garis besar dibawah ini.
a. Perlawanan Pasif.
Perlawanan yang inisiatifnya bukan dari wajib pajak itu sendiri tetapi terjadi
karena keadaan yang ada di sekitar wajib pajak itu. Perlawanan pasif terdiri dari
hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan pajak dan yang erat
hubungannya dengan struktur ekonomi suatu negara, perkembangan intelektual
dan moral penduduk, dan dengan teknik pemungutan pajak itu sendiri.
1. Struktur ekonomi
Struktur ekonomi suatu Negara mempengaruhi pemungutan pajak di
negara tersebut. Hal ini terkait dengan penghitungan pendapatan netto oleh
wajib pajak sesuai dengan norma perhitungannya.
b. Perlawanan aktif
Perlawanan aktif adalah usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
terhadap fiscus dan bertujuan untuk menghindari pajak atau mengurangi
kewajiban pajak yang seharusnya dibayar.
Secara umum tindakan yang dilakukan untuk mengelakkan diri dari pajak
adalah sebagai berikut :
a) Pergeseran, yaitu menggeserkan beban pajak kepada pihak lain seperti
yang berlaku dalam Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan sistem
mekanisme kredit pajak.
b) Kapitalisasi, yaitu pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah
pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli seperti yang berlaku
dalam Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
c) Transformasi, yaitu pengelakan pajak yang dilakukan oleh perusahaan
industri dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan
terhadapnya. Penghindaran ini lebih dikenal dengan mekanisme transfer
pricing (pemindahan hak) dimana harga jual diturunkan sesuai dengan
kepentingannya sehingga pajak dikenakan terhadapnya. Penghindaran ini
lebih dikenal dengan mekanisme transfer pricing (pemindahan hak)
dimana harga jual diturunkan sesuai dengan kepentingannya sehingga
pajak yang dibayar oleh pembeli menjadi lebih kecil.
d) Tax avoidance, yaitu penghindaran pajak dengan cara-cara yang legal
dan diperbolehkan menurut peraturan perpajakn melalui celah-celah atau
peluang dalam pelaksanaan peraturan perpajakan sehingga pajak yang
dibayar menjadi kecil.
e) Tax Evasion, yaitu penghindaran pajak dengan cara menghilangkan data-
data keuangan serta pengecilan omset , memperbesar biaya sehingga
lebanya menjadi kecil,. Pengelakan seperti ini akan dikenakan dengan
sanksi yang berat.
3. Melalaikan Pajak
Melalaikan pajak dilakukan dengan cara menolak membayar pajak yang
telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas yang harus terpenuhi.
Melalaikan pajak terjadi setelah SKP keluar. Melalaikan pajak adalah
menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi
formalitas-formalitas yang harus dipenuhi oleh wajib pajak dengan cara
menghalangi penyitaan.
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Pusat,
dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Hasil dari pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai belanja
negara seperti pembangunan jalan, pembangunan sekolah, bantuan kesehatan dan lain
sebagainya.
Proses administrasi yang berkaitan dengan pajak pusat dilaksanakan di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Berbeda dengan pajak pusat nasional. pajak daerah merupakan pajak-pajak yang dipungut
dan dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Hasil dari pungutan jenis pajak ini kemudian digunakan untuk membiayai belanja
pemerintah daerah. Proses administasinya dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan
Daerah atau Kantor Pajak Daerah atau kantor sejenis yang dibawahi oleh pemerintah
daerah setempat.
Banyak yang mengira jika pajak pusat dan pajak daerah berdiri sendiri karena
hasil dari pajak pusat dan pajak daerah digunakan untuk membiayai rumah tangga
masing- masing. Nyatanya, pajak pusat dan pajak daerah bersinergi satu sama lain dalam
membangun Indonesia secara nasional dari Aceh hingga Papua.
Pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik jika ada kesesuaian program kegiatan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Contoh Jenis-jenis Pajak Pusat dan Pajak
Daerah
d. Bea Materai
5. Pajak Rokok,
b. Pajak kabupaten/kota terdiri dari:
1. Pajak Hotel.
2. Pajak Restoran.
3. Pajak Hiburan.
4. Pajak Reklame.
7. Pajak Parkir.
Jenis-jenis pajak berdasarkan cara pemungutannya terdiri dari pajak langsung dan pajak
tidak langsung.
Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Dengan kata lain, proses pembayaran pajak harus
dilakukan sendiri oleh wajib pajak bersangkutan. Seorang anak, misalnya, tidak holeh
mengalihkan pajak kepada orangtuanya. Begitupun seorang suami tidak boleh
mengalihkan kewajiban pajaknya pada istri. Sedangkan Pajak Tidak Langsung adalah
pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain karena jenis pajak ini tidak
memiliki surat ketetapan pajak. Artinya, pengenaan pajak tidak dilakukan secara berkala
melainkan dikaitkan dengan tindakan perbuatan atas kejadian sehingga pembayaran pajak
dapat diwakilkan kepada pihak lain.
Jenis-jenis pajak berdasarkan sifatnya terdiri dari pajak subjektif dan pajak objektif.
Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada subjeknya sedangkan pajak objektif
berpangkal kepada objeknya. Suatu pungutan disebut pajak subjektif karena
memperhatikan keadaan diri wajib pajak Contoh pajak subjektif adalah pajak penghasilan
(PPh) yang memperhatikan tentang kemampuan wajib pajak dalam menghasilkan
pendapatan atau uang.
Pajak objektif merupakan pungutan yang memperhatikan nilai dari objek pajak.
Contoh pajak objektif adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari barang yang dikenakan
pajak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
https://www.krishandsoftware.com/blog/517/stelsel-pajak-dan-jenis-
jenisaya #text-Stelsel pajak merupakan sistem pemungutan.Stelsel Fiktif
2C dan Stelsel Campuran, diakses pada 25 Februari 2022pukul 19:48