“ SANKSI PERPAJAKAN ”
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ‘Sanksi Perpajakan’. Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang
‘Sanksi Perpajakan’ ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bangsa Indonesia merupakan salah satu dari negara yang mempunyai jumlah penduduk yang
sangat banyak. Menurut data yang terakhir sumber penghasilan bangsa Indonesia 95% adalah
sektor pajak. Dikarenakan jumlah penduduk yang sangat banyak yang dimikili bangsa
Indonesia. Jadi, wajib pajak di Indonesia sangat banyak. Sedangkan pajak sendiri mempunyai
jenis atau macamnya sendiri. Sehingga tidak disadari oleh wajib pajak Masyarakat Indonesia
maka dengan sendirinya mereka telah membayar pajak berdasarkan jenis atau macamnya
pajak itu sendiri.
Dengan banyaknya jenis pajak di Indonesia membuat para wajib pajak tidak begitu tidak
begitu paham mengenai pajak. Hal itulah yang memnyebabkan wajib pajak yang memenuhi
kewajiban membayar pajak sangat sedikit. Sehingga sanksi pajak diberlakukan kepada wajib
pajak.
Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka rumusan masalah yang kami ambil dalam makalah
ini sebagai berikut :
1.3 Tujuan
A. Sanksi perpajakan
Dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika
kewaiiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa
terjadi. Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan. Pada
hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan
wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. itulah sebabnya, penting bagi
wajib pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi
hukum dari apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan. Untuk dapat
memberikangambaran mengenai hal-hal apa saja yang perlu dihindari agar tidak dikenai
sanksi perpajakan, di bawah ini akan diuraikan tentang jenis-jenis sanksi perpajakan dan
perihal pengenaannya.
1. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi merupakan sanksi yang di kenakan pada wajib pajak yang terkena
sanksi pajak berupa pemungutan dana. sanksi administrasi atau sanksi pungutan dana
ini di bagi menjadi 3 yaitu :
2. Sanksi Pidana
Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum. Dalam perpajakan
pun dikenai adanya sanksi pidana. UU KUP menyatakan bahwa pada dasarnya,
pengenaan sanksi pidana merupakan Upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan
wajib Pajak.
namun, pemerintah masih memberikan keringanan dalampemberlakuan sanksi pidana
dalam pajak, yaitu bagi wajib Pajak yang baru pertama kali melanggar ketentuan
Pasal 1 UU KUB tidak dikenai sanksi pidana, tetapi dikenai sanksi administrasi.
Pelanggaran Pasal 1 UU KUP adalah tidak menyampaikan #P& atau menyampaikan
#P& tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang
isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dantindak kejahatan.
hubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak pelanggaran disebut dengan
kealpaan, yaitu tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan
kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
C. Pembetulan SPT
Fungsi SPT
Bagi wajib pajak, SPT adalah bentuk laporan pertanggung jawabanatas
perhitungan jumlah pajak yang dibayarkan termasuk penjelasanapakah
pembayaran pajak dilakukan sendiri atau pihak lain. SPT juga menjelaskan
apakah pajak tersebut dipungut dari pribadi atau badan
Bagi PKP atau pengusaha kena pajak, SPT berfungsi sebagai alat pelaporan dan
pertanggungjawaban pajaknya. Di dalamnya terdapatinformasi pajak PPN dan
PPnBM, hal-hal yang berhubungan dengan pengkreditan PM (Pajak Masuk)
terhadap PK (Pajak Keluaran)
Bagi pemotong pajak seperti perusahaan, adanya SPT menjadi bukti
pertanggungjawaban bahwa pajak karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut
sudah dibayarkan
bagi petugas pajak, SPT berfungsi sebagai alat penguji kepatuhanwajib pajak
terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Selainitu,SPT juga merupakan
bentuk pelaksanaan fungsi pengawasan dari petugas pajak itu sendiri
Bentuk dan isi SPT
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan MenteriKeuangan Nomor 243/PMK.03/2014 Tentang Surat
Pemberitahuan, bentuk SPT terbagi menjadi dua, yakni dalam bentuk hardcopy (formulirdalam
bentuk kertas) dan dokumen elektronik.