Anda di halaman 1dari 17

“KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN”

“HUKUM PAJAK”

DISUSUN OLEH :

NAMA : SALSABILA G. P. WAKANO

NIM : 181010200380

KELAS/RUANG : 05HUKP005/V. 338

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PAMULANG

JL. RAYA PUSPITEK NO. 10


SERPONG TANGERANG SELATAN – BANTEN
ABSTRAK

Salah satu potensi pendapatan negara Republik Indonesia terbesar substansial saat
ini adalah Pajak. Dengan pajak Indonesia untuk membiayai semua kegiatan
tersebut di bidang pendidikan, kesehatan dan pembangunan infrastruktur
fasisilitas, dan sebagainya. Peningkatan penerimaan pajak ditekankan pada
Pemerintah. Hukum Perpajakan Peraturan dan regulasi masih di bawah
pengawasan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan
pelaksanaan operasional oleh Direktur Jenderal Pajak baik dari segi hukum formil
maupun materil. Untuk Atas melihat penerimaan ini, maka dibentuklah Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP). Yang artinya dengan lahirnya kebijakan tersebut, maka Wajib
Pajak bisa lebih taat, dan rasa keadilan memiliki akuntabilitas yang tinggi. Ini
secara tidak langsung dapat meningkatkan keadaan pendapatan dan kewenangan
untuk menegakkan hukum.
Kata Kunci : Perpajakan, KUP, Wajib Pajak

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
A. Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum ............................. 3
B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ................................................ 5
C. Ketetapan Pajak .............................................................................. 6
D. Kewajiban Pembukuan/Pencatatan, dan Pemeriksaan Pajak ............ 7
E. Keberatan, Banding, dan Imbalan Bunga ......................................... 9
F. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa ............................................. 10
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................12

3.2 Saran .......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
yang berjudul “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” dapat terselesaikan
pada waktu yang ditentukan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen
terkait untuk matakuliah Hukum Pajak atas bimbingan dan arahannya sehingga
tulisan ini dapat terselesaikan

Penulis berharap dengan adanya tulisan ini bisa menambah pengetahuan


pembelajaran tentang tata cara dari pada perpajakan itu sendiri.

Penulis sadar masih banyak kekurangan didalam penyusunan tulisan ini, karena
keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis begitu mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini.

Tangerang Selatan, 11 Oktober 2020

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang berdasarkan
Undang-Undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa
secara langsung. Pemungutan pajak yang dilakukan berdasarkan dengan
norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan juga
jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Perpajakan Negara di Indonesia dikelola langsung oleh Lembaga


Pemerintah yakni Direktorat Jenderal Perpajakan (DJP) yang kedudukannya
dibawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Salah satu dari Undang-Undang Perpajakan yang berlaku utama setelah


reformasi perpajakan tahun 1983 yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Berbeda dengan
Undang-Undang Perpajakan lainnya, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
yang hanya berisikan Hukum Pajak Formal, yang semata-mata memuat
peraturan-peraturan mengenai tata cara pelaksanaan pemungutan pajak oleh
negara.

Pada Tahun 2007 telah dilakukan perubahan ketiga terhadap peraturan


perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan yang berlaku sejak 1 Januari 2008 adalah Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 ini dilandasi oleh falsafah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, yang didalamnya tertuang ketentuan yang
menjunjung tinggi hak warga dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai
kewajiban kenegaraan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja ketentuan umum dan tata cara dari pada perpajakan?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui serta memahami ketentuan umum dan tata cara


perpajakan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Adanya sistem, mekanisme, dan tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban
perpajakan yang sederhana menjadi ciri dan corak dalam perubahan undang-
undang pajak ini dengan tetap menganut self assesment system. Perubahan
dimaksud berhubungan dengan peningkatan keseimbangan hak dan kewajiban
bagi wajib pajak sehingga masyarakat Wajib Pajak dapat melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya dengan lebih baik.

Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan, dan


kesederhanaan, arah dan tujuan perubahan undang-undang dengan Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan ini mengacu pada kebijakan pokok, antara
lain :

1. Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum, dan keadilan bagi masyarakat


guna meningkatkan daya saing dalam bidang penanaman modal, dengan
tetap mendukung pengembangan usaha kecil dan menengah;
2. Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak, dalam rangka mendukung
penerimaan negara;
3. Menyesuaikan tuntutan perkembangan sosiologi ekonomi serta
perkembangan di bidang teknologi informasi;
4. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban;
5. Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan;
6. Mendukung iklim usaha kearah yang lebih kondusif dan kompetitif.

A. Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum


Beberapa pengertian yang dapat dipahami dalam membahas Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan ini dengan mengacu pada Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 diubah dengan Undang-Undang Nomor 16

3
Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan antara lain
sebagai berikut :

1. Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi/badan, meliputi pembayaran pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha yang meliputi : perseroan terbatas,
perseroan komanditer, badan usaha milik negara atau milik daerah
dengan nama dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan yayasan, organisasi massa dsb
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan
kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya
5. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak
untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang
dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang ini
6. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
kalender
7. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 tahun pajak
8. Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,
dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan

4
9. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan atau/pembayaran pajak, objek dan
atau/bukan objek pajak, dan atau/harta dan kewajiban sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan
10. Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu
masa pajak
11. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk
suatu tahu pajak atau bagian tahun pajak
12. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran
pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah
dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

B. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


1. Pengertian dan Fungsi NPWP

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Oleh karena itu, kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP yang
berfunsi :

a. sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak;

b. untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam


pengawasan administrasi perpajakan.

2. Cara Memperoleh NPWP

Wajib Pajak yang telah terdaftar adalah Wajib Pajak yang telah terdaftar
dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan telah diberikan NPWP
yang terdiri atas 15 digit; yaitu 9 digit pertama merupakan kode Wajib Pajak
dan 6 digit berikutnya merupakan kode administrasi pajak.

5
3. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Secara Jabatan

Sebelum undang-undang KUP diperbarui, penerbitan NPWP yang dapat


dilakukan tanpa mengajukan permohonan tetapi NPWP dapat diterbitkan
secara jabatan telah diuraikan di atas yang dalam pelaksanaannya
kemungkinan timbul sanggahan datang dari pihak yang menerima NPWP
secara jabatan dan untuk menghindari terjadinya permasalahan dengan Wajib
Pajak seperti NPWP ganda serta memberikan keadilan bagi Wajib Pajak perlu
mengatur tata cara penerbitan NPWP secara jabatan.

4. Kewajiban Mendaftarkan Diri dan Pelaporan Kegiatan Usaha

Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang


Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menyatakan bahwa
“Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak”.

C. Ketetapan Pajak
1. Surat Ketetapan Pajak

Pengertian surat ketetapan pajak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28


Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil,
atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. Surat Ketetapan Pajak ini
merupakan ketapan tertulis (schriftelijke beschikking) yang menimbulkan hak
dan kewajiban, memuat besarnya utang pada tahun tertentu bagi Wajib Pajak
yang nama dan alamatnya tercantum dalam surat ketetapan pajak. Surat
ketetapan pajak ini merupakan tembusan dari kohir sehingga bentuk dan isi
kohir sama dengan surat ketetapan pajak.

6
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) ini adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi,
dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. Menyimak Pasal 13 Undang-
Undang KUP dan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan berdasarkan
Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
menyatakan kewenangan Direktur Jenderal Pajak untuk dapat menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam ha terdapat pajak yang tidak ada
atau kurang dibayar, dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPPKBT) adalah surat ketetapan


pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil

5. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

D. Kewajiban Pembukuan/Pencatatan, dan Pemeriksaan Pajak


Sebagaimana telah diketahui bahwa dengan reformasi perpajakan tahun
1983, sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assesment. Dari
sistem tersebut yang paling esensial yaitu adanya kewajiban Wajib Pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melapor sendiri pajak
nyang terutang sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan. Sebagai
unsur penegakan hukum ini dilakukan tindakan pemeriksaan, penyidikan dan
penagihan pajak. Tindakan pemeriksaan ini merupakan upaya dalam menilai
tingkat kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan bagi setiap wajib pajak
dengan perlakuan yang sama. Dengan demikian, secara yuridis tidaklah

7
terdapat perbedaan antara pemeriksaan pada Wajib Pajak tertentu
dibandingkan dengan wajib pajak lainnya.

1. Kewajiban Pembukuan

Kewajiban Pembukuan menurut Ketentuan Perundang-Undangan


Perpajakan telah diatur dalam Pasal 28 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. Pembukuan dan pencatatan harus :

a. diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan


keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya;

b. diselenggarakan di Indonesia;

c. menggunakan huruf Latin dan angka arab;

d. menggunakan satuan mata uang rupiah dan mata uang asing yang di
izinkan oleh menteri keuangan;

e. disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang izinkan oleh
menteri keuangan

f. diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan dasar akrual/dasar


kas.

2. Kewajiban Pencatatan

Pengaturan kewajiban pencatatan dengan tetap memperhatikan Pasal 28


Ayat (12) yang mengatur bentuk dan tata cara pencatatan selanjutnya
dengan peraturan menteri keuangan Nomor 197/PKM.03/2007 telah
mengatur hal tersebut yang diberlakukan bagi wajib pajak orang pribadi.

3. Kerahasiaan Pembukuan Serta Sanksi

Pembukuan atau pencatatan yang diselenggarakan oleh wajib pajak


bersifat rahasia. Pada saat dilakukan pemeriksaan oleh pihak pemeriksa
pajak, maka kerahasiaan/kewajiban untuk merahasiakan pembukuan atau
pencatatan itu ditiadakan/digugurkan.

8
4. Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Menggunakan Bahasa Asing dan
Satuan Mata Uang Selain Rupiah

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196/PMK.03/2007 Tanggal 28


Desember 2007 mengatur Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan Dengan
Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang Selain Rupiah.
Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
24/PMK.011/2012 yang ditindak lanjuti dengan peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor Per 10/Pj/2012 Tanggal 18 April 2012.

5. Penyelenggaraan Pembukuan
6. Persyaratan Administratif Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Bahasa
Asing dan Mata Uang Asing
7. Kewajiban Perpajakan
Kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak terutama
pembayaran PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Undang-Undang PPh.

E. Keberatan, Banding, dan Imbalan Bunga


Keberatan atau banding merupakan sarana atau saluran hukum yang
memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk mencari keadilan.
Sebagai dasar hukum pengajuan keberatan yaitu Pasal 25 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2009 tentang KUP selanjutnya diikuti dengan aturan
pelaksanaannya.

1. Keberatan

Pada prinsipnya Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan keberatannya


kepada Direktur Jenderal Pajak bila WP berpendapat bahwa jumlah rugi,
jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana
mestinya

9
2. Banding

Apabila WP tidak menyetujui atas keputusan keberatan, WP dapat


mengajukan banding ke Pengadilan Pajak sebagai upaya hukum dalam
menyelesaikan perselisihan atau sengketa dibidang perpajakan.
3. Imbalan Bunga

Pengertian dasar imbalan bunga yaitu imbalan berupa bunga yang


diberikan kepada WP sebagai akibat adanya kelebihan pembayaran pajak.

F. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa


Tindakan penagihan pajak diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun
1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang berlaku mulai
Tanggal 23 Mei 1997. Selanjutnya diberlakukan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

1. Pejabat Penagihan Pajak

Menteri yang diberi kewenangan untuk menunjuk pejabat yaitu menteri


keuangan. Pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan juru
sita pajak, menerbitkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus,
surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, surat pencabutan sita,
pengumuman lelang, surat penentuan harga limit, pembatalan lelang, surat
perintah penyanderaan, dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan
pajak sehubungan dengan penanggung pajak tidak melunasi sebagian atau
seluruh utang pajak menurut Undang-Undang dan Peraturan Daerah.

2. Juru Sita Pajak dan Tindakan Pencegahan

Juru sita pajak sesuai Undang-Undang PPSP adalah pelaksanaan tindakan


penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus,
pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan.

3. Jadwal Pelaksanaan Penagihan Pajak

4. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

10
5. Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus

6. Penyitaan dan Lelang

7. Pencegahaan dan Penyanderaan

8. Hak Mendahulu

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang-Undang


Nomor 28 Tahun 2007 yang dimana termuat tentang memperoleh Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP). Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah
nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Secara
KUP, penagihan pajak dapat dilakukan dengan cara surat paksa ataupun
sebagainya.

3.2 Saran

Berdasarkan dengan materi diatas dapat melahirkan sebuah saran yaitu :

1. Setiap orang/badan wajib untuk melakukan Wajib Pajak yang dimana syarat
awalnya ialah dengan adanya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

2. Direktorat Jenderal wajib melakukannya Pembukuan/pencatatan serta


pemeriksaan pajak dalam setiap Wajib Pajak

3. Untuk menghindari tumpang tindih (overlapping) penyelesaian sengketa dan


kewengan mengadili, seharusnya penyelesaian perkara perpajakan
dilakukan oleh Kekuasaan Kehakiman, yakni di bawah satu atap Mahkamah
Agung RI. Direktur Jenderal Pajak hanya diberikan tugas untuk
menjalankan peraturan undang undang perpajakan, dan mengawasi
penerimaan Negara. Untuk efisiensi belanja negara, memudahkan
pengawasan, dan agar tercapa tujuannya. Maka sebaikan pengadilan pajak
dilebur ke dalam pengadilan niaga.

12
DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta

Rusjdi, Muhammad. 2007. KUP Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Indeks. Jakarta

Anggota IKAPI. 2013. Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang Perpajakan.


Fokus Media. Bandung

Fidel. 2015. Tindak Pidana Perpajakan. PT. Carofin Media

. Pembahasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007 Tentang


Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

https://www.academia.edu/35745487/KETENTUAN_UMUM_DAN_TATA_CA
RA_PERPAJAKAN

Suliantoro, Adi. Kajian Terhadap Uu No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan


Umum Dan Tata Cara Perpajakan. 7 (1)

Alexander Candra dan M. Imam Sundarta. 2015. Pelaksanaan Wewenang


Direktur Jenderal Pajak Terhadap Pengurangan Dan Pembatalan Ketetapan Pajak
Menurut Pasal 36 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan . Jurnal Akuntansi dan Keuangan

Direktorat Jenderal Pajak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun


1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat


Paksa

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat


Paksa

Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

13

Anda mungkin juga menyukai