Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Dosen Pengampuh: Deti Susilawati

Kelompok 1

Anggota : Roriburtua Silaban (11021800178)

Fiftri Indriani (11022000008)

Yuyun Wulan Sari (1102000007)

Ayu Zami (1102800

Fakultas Ekonomi & Bisnis

Universitas Bina Bangsa

TA 2021/2022
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................................4
B. TUJUAN DAN MANFAAT ...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A. PENGERTIAN WAJIB PAJAK......................................................................................................5
B. MASA PAJAK DAN TAHUN PAJAK...........................................................................................7
1. Masa Pajak...................................................................................................................................7
2. Tahun Pajak.................................................................................................................................7
C. KEWAJIBAN DAN HAK WAJIB PAJAK.....................................................................................8
1. Kewajiban Wajib Pajak...............................................................................................................8
2. Hak Wajib Pajak........................................................................................................................10
D. TATA CARA PENDAFTARAN WAJIB PAJAK........................................................................11
1. Wajib Pajak Orang Pribadi:.......................................................................................................11
2. Wajib Pajak Badan :..................................................................................................................12
3. Untuk Wajib Pajak Bendahara:..................................................................................................13
4. Tata cara pendaftaran.................................................................................................................15
E. CARA PEMBAYARAN PAJAK..................................................................................................17
1. Kewajiban Membayar Pajak......................................................................................................17
F. KEWAJIBAN MELAPORKAN PAJAK DAN TATA CARA PELAPORANNYA.....................22
1. Kewajiban Melaporkan Pajak....................................................................................................22
2. Tata Cara Pelaporan Pajak.........................................................................................................23
G. SANKSI PERPAJAKAN Dikenal 2 macam sanksi :.....................................................................32
1. Sanksi Administrasi...................................................................................................................32
2. Sanksi Pidana.............................................................................................................................32
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................35
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................35
B. SARAN.........................................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................36
\
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pajak adalah istilah yang tidak asing lagi bagi kita, peranannyapun dalam pengembangan
suatu Negara juga sangat besar. Karena itu, di Indonesia banyak Undang-Undang
maupun peraturan perundang-undangan yang menjelaskan tentang pajak. Dari periode ke
periode peraturan tentang pajak selalu mengalami perubahan, begitupun di Indonesia.
Sehingga muncullah istilah-istilah baru tentang perpajakan yang harus diketahui oleh
orang banyak. Selain itu perlu disadari juga bahwa sebagian besar penduduk indonesia
yang belum mempunyai NPWP, padahal NPWP tersebut sangat penting bagi
pembangunan Negara. Maka dari itu kami membuat makalah ini guna memberi tahu
pembaca tentang NPWP dan menumbuhkan kesadaran pembaca untuk membayar pajak.
B. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan kami menulis makalah dan mengangkat Tema mengenai “KETENTUAN UMUM
DAN TATA CARA PERPAJAKAN” ini adalah guna memenuhi  tugas mata kuliah
Perpajakan. Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan kami dan
pembaca tentang masalah Perpajakan. Selain itu supaya ada kesadaran pada diri kami dan
pembaca untuk tertib membayar pajak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN WAJIB PAJAK
Wajib Pajak, sering disingkat dengan sebutan WP adalah orang pribadi atau badan
(subjek pajak) yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk
pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang
pribadi atau wajib pajak badan.
Wajib pajak Orang Pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di
atas penghasilan tidak kena pajak. Di Indonesia, setiap orang wajib mendaftarkan diri dan
mempunyai nomor pokok wajib pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam undang-
undang.
Wajib Pajak Badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar pajak,
pemotong dan/atau pemungut pajak, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau
operator di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi.
Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Badan sekumpulan orang dan/atau
modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi:
 Perseroan terbatas,
 Perseroan komanditer,
 Perseroan lainnya,
Badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apa pun,

 firma,  dana pensiun,


 kongsi,  persekutuan,
 koperasi,  perkumpulan,
 yayasan,  organisasi lainnya,
 organisasi massa,  lembaga dan bentuk badan
 organisasi sosial politik, atau lainnya termasuk kontrak investasi
kolektif dan bentuk usaha tetap.
B. MASA PAJAK DAN TAHUN PAJAK
1. Masa Pajak
Pengertian dari masa pajak, tahun pajak dan bagian tahun pajak tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 28 tahun 2007 (UU KUP).
Dalam Pasal 1 angka 7 UU KUP, masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi
dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang
terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam undang-
undang ini (UU KUP).
Lebih lanjut, dalam Pasal 2A UU KUP dijelaskan bahwa masa pajak adalah sama
dengan 1 bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan paling lama 3 bulan kalender.
Contoh Masa Pajak antara lain:

 Masa Pajak Januari  Masa Pajak Juli


 Masa Pajak Februari  Masa Pajak Agustus
 Masa Pajak Maret  Masa Pajak September
 Masa Pajak April  Masa Pajak Oktober
 Masa Pajak Mei  Masa Pajak November
 Masa Pajak Juni  Masa Pajak Desember

2. Tahun Pajak
Sementara, dalam Pasal 1 angka 8 UU KUP, pengertian tahun pajak adalah jangka
waktu 1 tahun kalender kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak
sama dengan tahun kalender. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
tahun pajak akan mengikuti tahun buku wajib pajak.
Wajib pajak diperbolehkan menggunakan tahun pajak yang tidak sama dengan tahun
kalender dengan syarat konsisten selama 12 bulan dan melapor kepada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) setempat.
Contoh cara menentukan suatu tahun pajak adalah sebagai berikut:
Tahun Pajak Sama Dengan Tahun Kalender
Pembukaan dimulai 1 januari 2015 dan berakhir 31 desember 2015, disebut tahun
pajak 2015.
Tahun Pajak Tidak Sama Dengan Tahun Kalender
Pembukuan dimulai 1 juli 2014 dan berakhir 30 juni 2015.
Kemudian sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 1 angka 9 UU KUP, bagian tahun
pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 tahun pajak. Bagian dari jangka waktu 1
tahun pajak bisa 1 bulan kalender atau beberapa bulan kalender.Istilah lain untuk
tahun pajak, yaitu year of assessment. Menurut IBFD International Tax Glossary
(2005) merupakan periode di mana dilakukan assessment atas penghasilan atau dasar
pengenaan pajak lainnya. Penghasilan/dasar pengenaan pajak tersebut belum tentu
merupakan penghasilan dalam periode itu sendiri, tetapi mungkin, misalnya,
penghasilan yang diperoleh selama periode sebelumnya. Secara umum, untuk tujuan
pajak penghasilan, periode assessment adalah satu tahun, yaitu satu tahun kalender
atau periode 12 bulan lainnya yang ditentukan dalam undang-undang (juga disebut
sebagai tahun fiskal).Periode assessment biasanya mencakup 5 tahun sejak tahun
terutangnya pajak..

C. KEWAJIBAN DAN HAK WAJIB PAJAK


1. Kewajiban Wajib Pajak
Kewajiban waiib pajak dalam pemeriksaan dibagi dua kategori berdasarkan pada
jenis pemeriksaan yang dilakukan. Apabila pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan lapangan, wajib pajak berkewajiban untuk:
 Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak,
atau objek yang terutang pajak;
 Memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang
dikelola secara elektronik;
 Memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang,
barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan
untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi
petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
wajib pajak, atau objek yang terutang pajak serta meminjamkannya kepada
pemeriksa pajak;
 Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, yang dapat berupa: (i)
menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya wajib pajak apabila dalam
mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau
keahlian khusus; (ii) memberikan bantuan kepada pemeriksa pajak untuk
membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau (iii) menyediakan
ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal
Pemeriksaan dilakukan di tempat wajib pajak;
 Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP; dan
 Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Apabila pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan kantor, wajib pajak


memiliki kewajiban untuk hal-hal berikut:

 Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu


yang ditentukan;
 Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang
dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak;
 Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
 Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP;
 Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan (KKP) yang dibuat oleh akuntan publik;
dan
 Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan. 

2. Hak Wajib Pajak


Berdasarkan Direktorat Jenderal  Kementerian Keuangan, ada sepuluh hak WP
yang telah diakomodasi oleh negara. Kesepuluh hak tersebut yaitu
a. Pertama, hak atas kelebihan pembayaran pajak. Hak ini berarti bahwa jika
pembayaran pajak yang dibayar/dipotong/dipungut lebih besar dari yang
seharusnya terutang, WP memiliki hak untuk mendapatkan kembali kelebihan
tersebut. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat diberikan dalam waktu
12 bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap.
b. Kedua, hak kerahasiaan bagi wajib pajak. Dalam hal ini, WP memiliki hak untuk
mendapat perlindungan kerahasiaan atas segala informasi yang telah disampaikan
kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam rangka menjalankan ketentuan
perpajakan. Namun demikian, dalam rangka penyidikan, penuntutan atau dalam
rangka kerja sama dengan instansi pemerintah lainnya, keterangan atau bukti
tertulis dari atau tentang WP dapat diberikan atau diperlihatkan kepada pihak
tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
c. Ketiga, dalam hal atau kondisi tertentu, WP dapat mengajukan permohonan
pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak. Keempat, dengan alasan
tertentu, WP dapat menyampaikan perpanjangan penyampaian SPT Tahunan, baik
Pajak Penghasilan (PPh) Badan maupun PPh Orang Pribadi. Kelima, dengan
alasan tertentu, WP dapat mengajukan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal
25.
d. Keenam, dalam kondisi tertentu, misalnya objek pajak terkena bencana alam, WP
dapat mengajukan permohonan pengurangan atas Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) terutang. Hak pengurangan PBB ini juga berlaku bagi WP yang merupakan
anggota veteran pejuang kemerdekaan dan veteran pembela kemerdekaan.
Ketujuh, WP dapat mengajukan permohonan pembebasan atas
pemotongan/pemungutan PPh.
e. Kedelapan, hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. Dalam
hal ini, WP
yang telah memenuhi kriteria tertentu sebagai WP Patuh dapat diberikan
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, dalam jangka waktu
paling lambat 1 bulan untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan 3 bulan untuk
PPh sejak tanggal permohonan.
f. Kesembilan, hak untuk mendapatkan pajak ditanggung pemerintah.
g. Terakhir, hak untuk memperoleh insentif perpajakan di bidang PPN. Barang Kena
Pajak tertentu yang dibebaskan dari pengenaan PPN antara lain Kereta Api,
Pesawat Udara, Kapal Laut, Buku-buku, perlengkapan TNI/POLRI yang diimpor
maupun yang penyerahannya di dalam daerah pabean oleh WP tertentu. Selain
itu, perusahaan yang melakukan kegiatan di kawasan tertentu seperti kawasan
berikat, berhak mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut antara lain atas impor dan
perolehan bahan baku. (

D. TATA CARA PENDAFTARAN WAJIB PAJAK


1. Wajib Pajak Orang Pribadi:
Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas berupa:
 Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia; atau
 Fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin
Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing.

Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang menjalankan usaha atau pekerjaan


bebas berupa:

fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi
paspor,

 Fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap
(KITAP), bagi Warga Negara Asing, dan
 Fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau
lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/ bukti pembayaran listrik; atau
 Fotokopi e-KTP bagi Warga Negara Indonesia dan surat pernyataan di atas
meterai dari Wajib Pajak orang pribadi yang menyatakan bahwa yang
bersangkutan benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi adalah wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta, dan wanita kawin yang memilih melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus dilampiri dengan:

 fotokopi Kartu NPWP suami;


 Fotokopi Kartu Keluarga; dan
 Fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat pernyataan
menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah
dari hak dan kewajiban perpajakan suami.
2. Wajib Pajak Badan :
Untuk Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban perpajakan sebagai pembayar
pajak, pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/atau operator
di bidang usaha hulu minyak dan gas bumi yang berorientasi pada profit (profit
oriented) berupa :
 Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak
badan dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi
bentuk usaha tetap;
 Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi
paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah
Warga Negara Asing; dan
 Fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar
tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/bukti pembayaran listrik.

Untuk Wajib Pajak badan yang tidak berorientasi pada profit (non profit
oriented) dokumen yang dipersyaratkan hanya berupa: fotokopi e-KTP salah
satu pengurus badan atau organisasi; dan surat keterangan domisili dari pengurus
Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW).

Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai pemotong


dan/atau pemungut pajaksesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
termasuk  bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), berupa :

 Fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi


(Joint Operation);
 Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk kerja
sama operasi (Joint Operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak;
 Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak orang pribadi salah satu pengurus
perusahaan anggota bentuk kerja sama operasi (Joint Operation), atau fotokopi
paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah
Warga Negara Asing; dan
 Fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa. 
3. Untuk Wajib Pajak Bendahara:
Untuk Bendahara yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berupa:
 Fotokopi surat penunjukan sebagai Bendahara; dan
 Fotokopi Kartu Tanda Penduduk. 

Untuk Wajib Pajak dengan status cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha
Tertentu
dokumen yang dilampirkan berupa:

 Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak pusat atau induk;


 Surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak Badan; dan
 Fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa bagi
Wajib Pajak badan; atau
 Fotokopi dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau
lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/ bukti pembayaran listrik atau surat
pernyataan di atas meterai dari Wajib Pajak orang pribadi yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu.
Yang wajib mendaftarkan diri Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif
dan objektif sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak, meliputi: Wajib
Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena:
 Hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
 Menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan
harta; atau
 Memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan

Tempat pendaftaran bisa di tempat tinggal atau tempat kedudukan sebagaimana


dimaksud di atas merupakan tempat tinggal atau tempat kedudukan menurut keadaan
yang sebenarnya
4. Tata cara pendaftaran

Untuk panduan penggunaan Aplikasi e-Registration dapat dilihat pada halaman situs
Aplikasi e-Registration pada tautan berikut: Help e-Registration. Wajib Pajak yang
telah menyampaikan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak melalui Aplikasi e-
Registration harus mengirimkan dokumen yang disyaratkan di atas, ke KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan
usaha Wajib Pajak. Pengiriman dokumen yang disyaratkan dapat dilakukan dengan
cara mengunggah (upload) salinan digital (softcopy) dokumen melalui Aplikasi e-
Registration atau mengirimkan dengan menggunakan Surat Pengiriman Dokumen
yang telah ditandatangani. Dokumen-dokumen tersebut paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja sudah diterima oleh KPP. Apabila dokumen yang disyaratkan belum
diterima KPP dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah penyampaian
permohonan pendaftaran secara elektronik, maka permohonan tersebut dianggap
tidak diajukan. Jadi, pastikan dokumen yang disyaratkan telah diterima KPP sebelum
jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja. Apabila dokumen yang disyaratkan ini
telah diterima secara lengkap, KPP menerbitkan Bukti Penerimaan Surat secara
elektronik. Terhadap permohonan pendaftaran NPWP yang telah diberikan Bukti
Penerimaan Surat, KPP atau KP2KP akan menerbitkan Kartu NPWP dan Surat
Keterangan Terdaftar paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat
diterbitkan. Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar disampaikan kepada Wajib
Pajak melalui pos tercatat. Jadi, pastikan alamat yang Anda cantumkan pada Formulir
Pendaftaran Wajib Pajak adalah benar dan lengkap. Dalam hal Wajib Pajak tidak
dapat mengajukan permohonan pendaftaran secara elektronik, permohonan
pendaftaran dilakukan dengan menyampaikan permohonan secara tertulis dengan
mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib Pajak. Permohonan
tersebut harus dilengkapi dengan dokumen yang disyaratkan. Permohonan secara
tertulis disampaikan ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak. Penyampaian
permohonan secara tertulis dapat dilakukan secara langsung melalui pos atau melalui
perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir. Setelah seluruh persyaratan Permohonan
Pendaftaran diterima KPP atau KP2KP secara lengkap, KPP atau KP2KP akan
menerbitkan Bukti Penerimaan Surat. KPP atau KP2KP menerbitkan Kartu NPWP
dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti
Penerimaan Surat diterbitkan. NPWP dan SKT akan dikirimkan melalui Pos Tercatat.
E. CARA PEMBAYARAN PAJAK
Wajib Pajak (orang pribadi atau badan) dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya
harus sesuai dengan sistem self assessment, yaitu wajib melakukan sendiri penghitungan,
pembayaran, dan pelaporan pajak terutang.
1.   Kewajiban Membayar Pajak
Mekanisme Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak dapat dijelaskan sebagai berikut:
Membayar sendiri pajak yang terutang:
Pembayaran angsuran PPh setiap bulan (PPh Pasal 25)
Pembayaran PPh Pasal 25 yaitu pembayaran Pajak Penghasilan secara angsuran. Hal
ini dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib Pajak dalam melunasi pajak yang
terutang dalam satu tahun pajak. Wajib Pajak diwajibkan untuk mengangsur pajak
yang akan terutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran pajak
tersebut setiap bulan.
Khusus untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang sumber penghasilannya dari usaha dan
pekerjaan bebas, pembayaran angsuran PPh Pasal 25 terbagi atas 2 yaitu: 
Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
(OPPT).
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah wajib pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha penjualan barang baik secara grosir maupun eceran
dan usaha penyerahan jasa, yang mempunyai satu atau lebih tempat usaha termasuk
yang memiliki tempat usaha yang berbeda dengan tempat tinggal.
Angsuran PPh Pasal 25 Wajib Pajak OPPT : 0,75% x jumlah peredaran usaha (omset)
setiap bulan dari masing-masing tempat usaha
Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha
Tertentu (OPSPT).
Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak OPSPT : Penghasilan Kena Pajak x Tarif
PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh : 12 bulan.
Tarif Pasal 17 ayat (1) a UU PPh adalah :
a. Lapisan Penghasilan Kena Pajak    Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,-    5%
di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,-    15%
di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,-    25%
di atas Rp 500.000.000,-    30%
b. Untuk Wajib Pajak Badan
Untuk wajib pajak badan, besarnya pembayaran Angsuran PPh 25 yang terutang
diperoleh dari penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif PPh yang diatur di Pasal
17 ayat (1) huruf b Undang Undang Pajak Penghasilan. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b
dan ayat (2a) UU PPh adalah 25%.
Khusus untuk Wajib Pajak badan yang peredaran bruto setahun sampai dengan Rp
50.000.000.000,- mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif
pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) UU PPh, yang dikenakan atas penghasilan
kena pajak dari peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,-
c.    Membayar PPh melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh Pasal
4 (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22, dan 23, serta PPh Pasal 26).
Pihak lain disini adalah:
    Pemberi penghasilan;
    Pemberi kerja; atau
    Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.
Penjelasan lebih lanjut mengenai pemotongan dan pemungutan pajak diuraikan lebih
lanjut pada bagian Pemotongan/Pemungutan (butir 2). 
    Membayar PPN kepada pihak penjual atau pemberi jasa ataupun oleh pihak yang
ditunjuk pemerintah.
Tarif PPN adalah 10% dari harga jual atau penggantian atau nilai ekspor atau nilai
lainnya.
    Pembayaran Pajak-pajak lainnya:
    Pembayaran PBB yaitu pelunasan berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT).
    Pembayaran Bea Meterai yaitu pelunasan pajak atas dokumen yang dapat
dilakukan dengan cara menggunakan benda meterai berupa meterai tempel atau kertas
bermeterai atau dengan cara lain seperti menggunakan mesin teraan.
    Meterai tempel yang terutang untuk dokumen yang menyebut jumlah (kuitansi)
di atas Rp 250.000,- sampai dengan Rp1.00.000,- adalah Rp3.000,-.
2. Pemotongan / Pemungutan Pajak
Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri, ada pembayaran bulanan yang
dilakukan dengan mekanisme pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak
pemberi penghasilan. Pihak pemberi penghasilan adalah pihak yang ditunjuk
berdasarkan ketentuan perpajakan untuk memotong/memungut, antara lain yang
ditunjuk tersebut adalah badan Pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya. Untuk subjek pajak badan dalam negeri, maka diwajibkan juga sebagai
pemotong/pemungutan pajak.
Adapun jenis pemotongan/pemungutan adalah: PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh
Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat 2, PPh Pasal 15 dan PPN dan PPn BM.
Penjelasan lebih lanjut dari masing-masing pajak tersebut adalah sebagai berikut:
a.    PPh Pasal 21 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi
penghasilan kepada oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri sehubungan dengan
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Misalnya pembayaran gaji yang diterima oleh pegawai dipotong oleh perusahaan
pemberi kerja. Wajib Pajak berbentuk badan ditunjuk oleh UU Perpajakan sebagai
pemotong PPh Pasal 21 atas penghasilan yang dibayarkan kepada karyawannya
maupun yang bukan karyawannya. Wajib Pajak perseorangan dapat juga ditunjuk
sebagai pemotong PPh Pasal 21 sepanjang ada penunjukannya dari KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar. Selain diwajibkan memotong PPh Pasal 21, Wajib Pajak
perseorangan bisa juga dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang
diterimanya.
b.    PPh Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak tertentu yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan
barang (seperti penyerahan barang oleh rekanan kepada bendaharawan pemerintah),
impor barang dan kegiatan usaha di bidang-bidang tertentu serta penjualan barang
yang tergolong sangat mewah.
Pemungutan PPh Pasal 22 ini antara lain adalah:
    Pemungutan PPh atas pembelian barang oleh instansi Pemerintah;
    Pemungutan PPh atas kegiatan impor barang;
    Pemungutan PPh atas produksi barang-barang tertentu misalnya produksi baja,
kertas, rokok, dan otomotif;
    Pemungutan atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor
oleh badan usaha industri atau eksportir di bidang perhutanan, perkebunan, pertanian
dan perikanan dari pedagang pengumpul;
    Pemungutan PPh atas penjualan atas barang yang tergolong mewah
Wajib Pajak dapat ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 atau dapat juga sebagai
pihak yang dipungut PPh Pasal 22.
c.    PPh Pasal 23 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi
penghasilan sehubungan dengan pembayaran berupa deviden, bunga, royalty, sewa,
dan jasa kepada WP badan dalam negeri, dan BUT.
Contohnya adalah pemotongan dan penghitungan PPh Pasal 23 atas jasa tertentu (jasa
service mesin atau komputer) yang pemotongannya dilakukan oleh Wajib Pajak
berbentuk badan.
d.    PPh Pasal 26 adalah pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi
penghasilan sehubungan dengan pembayaran berupa deviden, bunga, royalty, hadiah
dan penghasilan lainnya kepada WP luar negeri.
Contohnya adalah pemotongan dan penghitungan PPh Pasal 26 atas penghasilan
tertentu (royalty) yang dilakukan oleh Wajib Pajak berbentuk badan.
e.    PPh Final (Pasal 4 ayat (2))
Pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan sehubungan
dengan pembayaran untuk objek tertentu seperti sewa tanah dan/atau bangunan, jasa
konstruksi, pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan lainnya.
Yang dimaksud final disini bahwa pajak yang dipotong, dipungut oleh pihak pemberi
penghasilan atau dibayar sendiri oleh pihak penerima penghasilan, penghitungan
pajaknya sudah selesai dan tidak dapat dikreditkan lagi dalam penghitungan Pajak
Penghasilan pada SPT Tahunan.
f.    PPh Pasal 15 adalah pemotongan Pajak penghasilan yang dilakukan oleh pihak
pemberi penghasilan kepada Wajib Pajak tertentu yang menggunakan norma
penghitungan khusus.
g.    PPN dan PPnBM adalah pemungutan PPN dan PPnBM oleh Pengusaha Kena
Pajak (PKP) atau Pemungutan yang ditunjuk (misalnya Bendahara Pemerintah) atas
pengkonsumsian barang dan/atau jasa kena pajak.
b.    Tempat Pembayaran dan Penyetoran Pajak
Wajib Pajak wajib membayar atau menyetora pajak yang terhutang dengan
mengguanakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang
diatur atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. KUP : Pasal 10 ayat (1)
Tempat pembayaran tersebut adalah:
a.    Bank-bank yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral anggaran;
b.    Kantor pos.
Apabila pihak-pihak yang diberi kewajiban oleh Undang-Undang Perpajakan untuk
melakukan pemotongan/pemungutan tidak melakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, maka dapat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dan kenaikan
100%.
•    Batas Waktu Pembayaran
Batas waktu pembayaran atau penyetoran diatur sebagai berikut :
•    Batas Waktu Pembayaran Masa:
No.    Jenis Pajak    Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran
1    PPh pasal 21    Paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah masa
pajak berakhir
2    PPh pasal 21-impor    Harus dilunasi sendiri oleh wajib pajak bersamaan dengan
pembayaran Bea Masuk.  Apabila Bea Masuk dibebaskan atau ditunda, harus dilunasi
pada saat penyelesaian dokuman impor
3    PPh pasal 22-Direktorat Jendral Bea dan Cukai    1 (satu) hari setelah pemungutan
pajak dilakukan
4    PPh pasal 22- Bendaharawan Pemerintah    Pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembayaran
5    PPh pasal 22 dari penyerahan oleh Pertamina    Dilunasi sendiri oleh wajib pajak
sebelum Suart Pemerintah Pengeluaran Barang (deliveryn order) ditebus
6    PPh pasal 22 yang dipungut oleh badan tertentu    Paling lambat tanbggal 10
bulan takwim berikutnya
7    PPh pasal 23 dan 26    Paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah
bulan saat terutangnya pajak
8    PPh pasal 25    Paling lambat tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah bulan
saat terutangnya pajak
9    PPN dan PPn-Bm    Paling lambat tanggal 15 bulan takwim berikutnyasetelah
masa pajak berakhir
10    PPN dan PPn-Bm impor    Harus dilunasi sendiri oleh wajib pajak bersamaan
dengan pembayaran Bea Masuk.  Apabila Bea Masuk dibebaskan atau ditunda, harus
dilunasi pada saat penyelesaian dokuman impor
11    PPN dan PPn-Bm Direktorat Jendral Bea dan Cukai    1 (satu) hari setelah
pemungutan pajak dilakukan
12    PPN dan PPn-Bm Bendaharawan    Paling lambat tanggal 7 bulan takwim
berikutnyasetelah masa pajak berakhir.

F. KEWAJIBAN MELAPORKAN PAJAK DAN TATA CARA PELAPORANNYA


1. Kewajiban Melaporkan Pajak
Pelaporan perpajakan merupakan elemen dalam setiap entitas di dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan terhadap pemerintah. Pelaporan pajak khususnya bagi
perusahaan yang berbadan hukum dengan pendekatan penghasilan, seharusnya dapat
memproyeksikan sisi profit yang diterima. Wajib pajak Badan sendiri diharapkan
dapat melaporkan peredaran usahanya dan juga total penghasilan-penghasilan lain di
luar usahanya dalam SPT Tahunan. Dan data secara kualitas mengenai peredaran
usaha dan penghasilan lain secara real, sepatutnya disampaikan dengan benar oleh
wajib pajak.
Di lain pihak, pada sisi fiskus, pelaporan pajak secara berkala mempunyai peran yang
sangat penting. Pelaporan pajak berkala ini mempunyai tujuan awal dari pengawasan
pajak yang akuntabel. Dalam tahapan menuju akuntabel pun diperlukan pembenahan-
pembenahan sistem data lokasi dan potensi yang tentu valid juga. Lebih lanjut, bagi
Direktorat Jenderal Pajak data-data ini sangat penting demi menciptakan keadilan
yang merata bagi masyarakat. Data-data yang benar yang digunakan pemerintah
untuk dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan sebagai stimulan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
2. Tata Cara Pelaporan Pajak
Disini kami akan mengambil contoh pelaporan pajak tahunan wajib pajak orang
pribadi
Cara mudah isi SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2018 menggunakan e-filing dengan
formulir 1770 SS (WP OP dengan penghasilan kurang dari Rp60 juta per tahun).
Siapkan Bukti Potong Pajak

Bukti Potong Pajak via Slideshare

Sebelum memulai langkah pengisian e-filing untuk SPT Tahunan 1770 SS, pastikan Anda
sudah mendapat dokumen penting, berupa bukti potong pajak dari perusahaan tempat
Anda bekerja. Lembaran bukti potong 1721 A1 untuk karyawan swasta dan untuk
PNS bukti potong 1721 A2. Jika belum menerima, segera minta ke perusahaan atau
bendahara.

Buat EFIN dan Daftar Akun DJP Online


Selanjutnya, Anda sebagai Wajib Pajak harus memiliki dan mengaktivasi EFin (Electronic
Filing Identification Number) untuk keperluan membuat akun DJP Online dan
menggunakan layanan pajak online.

Jika Anda lupa atau tidak menyimpan EFIN, silakan mencetak ulang EFIN di KPP terdekat.
Sedangkan bagi yang belum punya, segera datangi KPP atau Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) terdekat.

Lalu isi dan tandatangani formulir permohonan aktivasi EFIN; serta menunjukkan asli dan
menyerahkan fotokopi KTP (bagi WNI) atau paspor dan Kartu Izin Tinggal Terbatas
(KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) (bagi WNA) dan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) atau Surat Keterangan Terdaftar (SKT) ke petugas pajak.

Setelah menerima EFIN paling lambat satu hari kerja setelah pembuatan, daftar akun DJP
Online.

Cara Daftar akun DJP Online:

Buka situs djponline.pajak.go.id, lalu klik Daftar. Isi kolom NPWP, EFIN, dan kode keamanan,
lalu klik Verifikasi. Kemudian sistem akan mengirimkan identitas pengguna
(NPWP), password, dan link aktivasi lewat email yang Anda daftarkan.
Klik link untuk mengaktifkan akun DJP Online Anda. Setelah aktif,
silakan login kembali dengan NPWP dan password yang sudah diberikan.

Baca Juga: Memahami Pajak UMKM, Keuntungan, dan Cara Perhitungannya

Panduan Isi dan Lapor E-Filing 1770 SS

Berikut cara mudah lapor SPT Tahunan pakai e-Filing 1770 SS lewat ponsel maupun laptop
Anda:

1. Buka https://djponline.pajak.go.id. Masukkan NPWP, password, kode keamanan (captcha),


lalu klik “Login”
Dok: Direktorat Jenderal Pajak

2. Pilih layanan “e-Filing”

3. Pilih atau klik “Buat SPT”


Dok: Direktorat Jenderal Pajak

4. Jawab beberapa pertanyaan sebelum masuk ke SPT 1770 SS

Dok: Direktorat Jenderal Pajak

Apakah Anda menjalankan usaha atau pekerjaan bebas? Pilih jawaban tidak

Apakah Anda seorang suami atau istri yang menjalankan kewajiban perpajakan terpisah (MT)
atau pisah harta? Pilih jawaban tidak
Apakah penghasilan bruto yang Anda peroleh selama setahun kurang dari Rp60 juta? Pilih
jawaban ya

5. Setelah menjawab pertanyaan, lalu klik SPT 1770 SS

6. Begitu sudah masuk di SPT 1770 SS, selanjutnya isi data formulir, seperti tahun pajak
misalnya 2018, status SPT normal. Kalau status SPT pembetulan, isi juga
pembetulan ke berapa

Dok: Direktorat Jenderal Pajak

7. Isi juga data SPT, yang terdiri dari:


Dok: Direktorat Jenderal Pajak

A. Pajak Penghasilan: masukkan data sesuai lembaran bukti potong 1721 A1/A2

B. Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan dikecualikan dari objek pajak (isi kalau ada).
Misalnya kalau ada, Anda dapat hadiah undian Rp1 juta yang sudah dipotong PPh
Final 25% (Rp250 ribu) dan menerima warisan (dikecualikan dari objek) sebesar
Rp2 juta

Dok: Direktorat Jenderal Pajak


C. Isi jumlah keseluruhan harta dan kewajiban Anda di bagian Daftar Harta dan Kewajiban.
Misal punya rumah Rp400 juta, perabotan rumah Rp10 juta, motor Yamaha Mio
senilai Rp15 juta, tabungan Rp10 juta, dan kalung emas Rp5 juta. Sedangkan
kewajiban yang dimiliki berupa sisa kredit rumah Rp200 juta dan kredit motor
sebesar Rp3 juta.

D. Beri centang pada kolom “Setuju” di bagian Pernyataan.

Dok: Direktorat Jenderal Pajak

8. Klik “Berikutnya”

9. Anda akan menerima ringkasan SPT Anda dan pengambilan kode verifikasi. Kemudian
ambil kode verifikasi dengan mengklik (“Di Sini”). Nanti ada pemberitahuan kode
verifikasi dikirim ke email atau nomor handphone.
Dok: Direktorat Jenderal Pajak

10. Lalu masukkan kode verifikasi di kolom “Kode Verifikasi”

11. Klik “Kirim SPT”

12. SPT Anda sudah terkirim

13. Jika Anda mengisi e-Filing 1770 SS di ponsel, di akhir Anda diminta mengisi respons
terhadap layanan pajak online tersebut, apakah Anda puas atau tidak puas

14. Segera buka email, Anda akan menerima Bukti Penerimaan Elektronik (BPE) SPT Tahunan
PPh lewat email.

Dok: Direktorat Jenderal Pajak


G. SANKSI PERPAJAKAN
Dikenal 2 macam sanksi :
1. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi adalah embayaran kerugian kepada negara, khususnya yang
berupa bunga dan kenaikan. Seperti Bunga 2% per tahun, Denda administrasi dsb.
2. Sanksi Pidana
Sanksi pidana adalah Siksaan/Penderitaan merupakan suatu alat terakhir atau benteng
hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Seperti denda pidana,
kurungan, dan penjara. 
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka
akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak
terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Berdasarkan pemeriksaan,
jenis-jenis ketetapan yag dikeluarkan adalah: Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
(SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
Disamping itu dapat diterbitkan pula Surat Tagihan Pajak (STP) dalam hal
dikenakannya sanksi administrasi dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan.Sanksi
administrasi sehubungan dengan surat ketetapan pajak dan surat taguhan pajak
berdasrakan UU No 28 tahun 2007 tentangKetentuan Umum dan Tata cara
Perpajakan.
 Tabel sanksi administrasi yang ada dalam surat ketetapan pajak disajikan dalam
uraian dibawah ini.
a. Sanksi denda: 
No     Pasal     Masalah     Sanksi     Keterangan
1    7 (1)    SPT Terlambat disampaikan :        
        a. Masa    Rp100.000 atau Rp500.000    Per SPT
        b. Tahunan    Rp100.000 atau Rp 1.000.000    Per SPT
2    8 (3)    Pembetulan sendiri dan belum disidik    150%    Dari jumlah pajak
yang kurang dibayar
3    14 (4)    pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak membuat
faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;    2%    Dari
DPP
        pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur
pajak secara lengkap    2%    Dari DPP
        PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
pajak    2%    Dari DPP
b. Sanksi bunga: 
No     Pasal     Masalah     Sanksi     Keterangan
1.    8 (2 dan 2a)    Pembetulan SPT Masa dan Tahunan    2%    Per bulan, dari
jumlah pajak yang kurang dibayar
2.    9 (2a dan 2b)    Keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan    2%   
Per bulan, dari jumlah pajak terutang
3.    13 (2)    Kekurangan pembayaran pajak dalam SKPKB    2%    Per bulan, dari
jumlah kurang dibayar, max 24 bulan
4.    13 (5)    SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena adanya
tindak pidana perpajakan maupun tindak pidana lainnya    48%    Dari jumlah
paak yang tidak mau atau kurang dibayar.
5.    14 (3)    a. PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar    2%    Per bulan, dari
jumlah pajak tidak/ kurang dibayr, max 24 bulan
        b. SPT kurang bayar    2%    Per bulan, dari jumlah pajak tidak/ kurang
dibayr, max 24 bulan
    14 (5)    PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak
Masukan    2%    Per bulan, dari jumlah pajak tidak/ kurang dibayr, max 24 bulan
6.    15 (4)    SKPKBT diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena adanya
tindak pidana perpajakan maupun tindak pidana lainnya    48%    Dari jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar
7.    19 (1)    SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding yang
menyebabkan kurang bayar terlambat dibayar    2%    Per bulan, atas jumlah pajak
yang tidak atau kurang dibayar
8.    19 (2)    Mengangsur atau menunda    2%    Per bulan, bagian dari bulan
dihitung penuh 1 bulan
9.    19 (3)    Kekurangan pajak akibat penundaan SPT    2%    Atas kekurangan
pembayaran pajak
c. Sanksi kenaikan: 
No     Pasal     Masalah     Sanksi     Keterangan
1.    8 (5)    Pengungkapan ketidak benaran SPT sebelum terbitnya SKP    50%   
Dari pajak yang kurang dibayar
2.    13 (3)    Apabila: SPT tidak disampaikan sebagaimana disebut dalam surat
teguran, PPN/PPnBM yang tidak seharusnya dikompensasikan atau tidak tarif
0%, tidak terpenuhinya Pasal 28 dan 29        
        a. PPh yang tidak atau kurang dibayar    50%    Dari PPh yang tidak/ kurang
dibayar
        b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/ disetorkan    100%    Dari PPh yang
tidak/ kurang dipotong/ dipungut
        c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar    100%    Dari PPN/ PPnBM yang
tidak atau kurang dibayar
3.    15 (2)    Kekurangan pajak pada SKPKBT    100%    Dari jumlah kekurangan
pajak tersebut
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
  Perpajakan diatur dalam Undang-Undang. Undang-Undang perpajakan dapat
mengalami perubahan sehingga dapat meminbulkan munculnya isitlah-istilah baru.
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sangat diperlukan karena dapat digunakan
sebagai identitas Pengusaha Kena Pajak itu sensiri sdan sebagai sarana pengawasan
dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan PPn-BM. Surat
Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh menteri keuangan.
SuratPemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,
dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
B. SARAN
Setelah mempelajari makalah ini hendaklah kita sadari akan kewajiban kita untuk
membayar pajak, agar pembangunan di segala sektor yang ada di Negara kita ini
dapat berjalan dengan lancar sehingga bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

   Waluyo, 2007, perpajakan Indonesia, Buku 1 Edisi 7, Penerbit Salemba Empat , Jakarta
: Salemba Empat
  Gunadi, John L Hutagool, Richard Burton, Buku 1 ( KUP, PBB, BM ), Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI ,1997. bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan
dan Pengkajian Perpajakan
Ngadiman. 2009. Perpajakan. Surakarta: Sebelas Maret University Press
  http://www.pajak.go.id/content-search?type=article&populate=surat+ketetapan+pajak
  http://sandijundira.blogspot.com/2014/06/makalah-ketentuan-umum-dan-tata-cara.html
https://www.pajak.go.id/cara-isi-dan-lapor-spt-pajak-online-atau-e-filing-1770-ss
https://news.ddtc.co.id/arti-masa-pajak-tahun-pajak--bagian-tahun-pajak-8985?
page_y=2526

Anda mungkin juga menyukai