Anda di halaman 1dari 16

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah “Konsep Dasar Akuntansi
Pajak” dengan baik dan tepat waktu.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas
kelompok mata kuliah akuntansi pajak dengan merangkum materi dari berbagai sumber
sehingga dapat berguna bagi pembaca.
Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan baik
dari segi materi maupun penyusunan makalah. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran untuk memperbaiki sehingga kedepannya menjadi lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat dijadikan referensi dan memberikan bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 14 September 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
ISI...............................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Akuntansi Perpajakan................................................................................3
2.2 Peran Akuntansi Perpajakan........................................................................................5
2.3 Prinsip-prinsip Akuntansi Perpajakan.........................................................................7
2.4 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal..................................................9
BAB III.....................................................................................................................................13
KESIMPULAN & SARAN.....................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi menyajikan semua informasi terkait keadaan yang terjadi pada suatu
periode tertentu bagi manajemen maupun bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
rangka melihat kinerja perusahaan. Istilah akuntansi tidak ada dalam perpajakan,
perpajakan menggunakan istilah pembukuan atau pencatatan. Dimana pembukuan atau
pencatatan memiliki ruang lingkup yang lebih sempit jika dibandingkan dengan
akuntansi.
Akuntansi pajak itu sendiri merupakan sebuah bagian dari akuntansi yang tercipta
karena adanya suatu prinsip dasar yang diatur dalam Undang-Undang Perpajakan. Jika
dilihat dari segi tujuan dibentuknya laporan keuangan, perpajakan memiliki tujuan untuk
menentukan besarnya pajak terutang dimana hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam
akuntansi.
Akuntansi pajak tidak memiliki standar dalam pembuatan laporan keuangan
seperti halnya akuntansi yang memiliki pedoman penyusunan laporan keuangan yang
disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang dituangkan dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). Namun pada praktiknya pembayaran pajak terutang membutuhkan
sebuah laporan yang menunjukkan posisi laba/rugi yang disusun berdasarkan prinsip
perpajakan, sehingga akuntansi komersial harus disesuaikan dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku di Indonesia. Hal tersebutlah yang akhirnya menimbulkan
perbedaan-perbedaan yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Akuntansi Perpajakan?


2. Bagaimana peran Akuntansi Perpajakan?
3. Apa saja prinsip yang mendasari Akuntansi Perpajakan?
4. Bagaimana perbedaan laporan Keuangan Komersial dengan Fiskal?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Akuntansi Perpajakan.

1
2. Untuk mengetahui peran Akuntansi Perpajakan.
3. Untuk mengetahui apa saja prinsip yang mendasari Akuntansi Perpajakan?
4. Untuk mengetahui perbedaan laporan Keuangan Komersial dengan Fiskal?

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Akuntansi Perpajakan


Akuntansi pajak berasal dari dua kata yaitu akuntansi dan pajak. Akuntansi
menurut KMK Nomor 476/KMK/01/1991 adalah suatu proses pencatatan, klasifikasi,
meringkas transaksi keuangan dan berakhir dengan laporan keuangan. Terdapat 3 konsep
aktivitas dasar akuntansi yaitu, mengidentifikasi, merekam, dan mengkomunikasikan
kejadian-kejadian ekonomi yang terjadi pada suatu organisasi guna kepentingan para
pengguna laporan keuangan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor
6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP),
dinyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Akutansi pajak merupakan bagian dalam akuntansi yang timbul dari unsur
spesialisasi yang menuntut keahlian dalam bidang tertentu menurut Rochmat Soemitro
yang dikutip oleh Mardiasmo (2003:1) “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat imbalan
jasa yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Akuntansi Pajak menurut Waluyo (2011:190) tercipta karena adanya suatu
prinsip dasar yang diatur dalam Undang-Undang perpajakan dan pembentukannya
terpengaruh oleh fungsi perpajakan dalam mengimplementasikan sebagai kebijakan
pemerintah. Oleh karena itu prinsip dasar akuntansi dapat digunakan atau berlaku bagi
akuntansi pajak, hanya memang terdapat karakteristik dan tujuan pelaporan keuangan
fiskal yang berbeda.
Jadi dengan demikian pembukuan perpajakan adalah proses mencatat,
mengklasifikasikan, dan meringkas transaksi ekonomi yang terkait dengan kewajiban
perpajakan wajib pajak serta diahkiri dengan pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Laporan keuangan fiskal tersebut
akan digunakan sebagai dasar untuk membuat Surat Pemberitahuan Pajak (SPT).

3
Sejarah perkembangan Akuntansi Perpajakan
Sejarah perpajakan di Indonesia dapat dibagi ke dalam beberapa kurun waktu,
yaitu masa penjajahan Belanda, setelah merdeka sampai tahun 1979, 1979-1983, dan
1983-sekarang. Peranan akuntansi dalam perpajakan sejalan dengan sejarah perpajakan
di Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda, sistem perpajakan menekankan fungsinya pada
segi pemasukan keuangan untuk keperluan penjajah. Jumlah pajak terutang sepenuhnya
ditentukan oleh aparat pajak yang memiliki wewenang sangat besar. Dengan demikian
pada masa ini peranan akuntansi dalam perpajakan sangat lemah.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1967 diperkenalkan sistem pemungutan
pajak yang dikenal sistem Menghitung Pajak Sendiri (MPS) dan Menghitung Pajak
Orang Lain (MPO) mulai diperkenalkan melalui Undang-Undang Nomor 867 jo.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1967. Sistem pemungutan pajak dalam cara yang
baru ini termasuk sistem self-assessment (kepercayaan untuk melakukan perhitungan
pajak, melunasi kekurangan pajak, menghitung pajak yang telah dibayarkan, dan
melaporkan sendiri ke Dirjen Pajak). Melalui Inpres Nomor 6 Tahun 1979 yang dikenal
dengan Paket 27 Maret 1979 dan KMK-108/KMK/1979, wajib pajak diberikan
keringanan dalam penetapan pajak apabila yang bersangkutan menggunakan laporan
keuangan yang dibuat oleh akuntan publik tidak diperkenankan untuk dikoreksi, kecuali
apabila laporan tersebut ternyata tidak benar. Peraturan baru ini sekaligus membatasi
kewenangan aparat perpajakan dalam menetapkan jumlah pajak yang harus dibayarkan
oleh wajib pajak. Dengan demikian sejak tahun 1979 peranan akuntansi semakin
meningkat dalam perpajakan.
Sejak tahun 1983 berlaku Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983. Dalam
Undang-Undang perpajakan yang baru berlaku asas perpajakan Indonesia, yaitu:
1. Asas kegotongroyongan nasional terhadap kewajiban kenegaraan, termasuk
membayar pajak
2. Asas kepastian hukum, wajib pajak diberikan ketentuan yang sederhana dan mudah
dimengerti serta pelaksanaan administrasi pemungutan pajaknya tidak birokratis
3. Asas kepercayaan penuh, masyarakat diberikan kepercayaan penuh untuk
melaksanakan kewajiban pajaknya, termasuk keaktifan pelaksanaan administrasi
perpajakan.

4
Dengan berlakunya Undang-Undang tersebut, sistem perpajakan Indonesia secara
mutlak menganut sistem self-assessment, dan kewenangan aparat pajak tidak lagi seluas
sebelumnya. Dengan pemberian kepercayaan penuh kepada wajib pajak, peranan
pembukuan dan akuntansi dalam perpajakan menjadi sangat besar.

2.2 Peran Akuntansi Perpajakan


Akuntansi perpajakan bukan hanya bermanfaat untuk mengetahui besaran pajak
yang harus dibayarkan wajib pajak, tetapi juga mempunyai peran lain seperti berikut ini:
a. Strategi 
Akuntansi perpajakan memiliki peran untuk strategi perpajakan yang harus diambil
oleh perusahaan, tentunya dalam arti strategi positif bukan untuk penggelapan pajak.
Seperti dalam merencanakan perpajakan di masa mendatang berdasarkan data
pembayaran pajak dan sebagai bahan penilaian kinerja perusahaan dari periode
sebelumnya.
b. Analisis
Selain strategi, peran selanjutnya adalah bahan analisis guna mengetahui besaran
pajak sebagai tanggungan perusahaan di masa yang akan datang untuk memudahkan
perusahaan ketika mengurus perpajakan.
c. Publikasi
Akuntansi perpajakan memiliki peran sebagai salah satu laporan keuangan yang
dibutuhkan saat ada investor maupun keperluan publikasi yang lain. Dengan laporan
pajak yang baik, perusahaan pun dapat dinilai mempunyai performa yang baik juga.
d. Pembanding
Peran lainnya adalah sebagai dokumentasi perpajakan tahunan yang dapat dipakai
sebagai perbandingan dalam memahami riwayat perkembangan keuangan dan
menjadi sebuah bahan evaluasi perusahaan.

Pada dasarnya, antara akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan, keduanya


memiliki cara kerja yang serupa, perbedaannya hanyalah terkait hasil. Akuntansi
komersial menghasilkan laporan keuangan dan akuntansi perpajakan
menghasilkan laporan pajak. Peran dari akuntansi komersial juga berbeda dengan
akuntansi perpajakan peran utama dari akuntansi komersial adalah untuk menyediakan
informasi keuangan suatu organisasi atau perusahaan. Berikut peran dari akuntansi
komersial:

5
a. Informasi keuangan
Peran akuntansi komersial dalam kegiatan usaha yang pertama adalah sebagai sumber
informasi keuangan. Sesuai dengan tugas utama, yaitu mencatat dan membuat laporan
keuangan. Dari catatan tersebut, perusahaan dapat mengetahui segala informasi
keuangan. Mulai dari pemasukan, pengeluaran, utang, piutang, neraca kas, hingga
profit perusahaan. Informasi keuangan sangat penting untuk dicatat dan dilaporkan
dengan benar, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak di luar maupun
dalam organisasi/perusahaan.
b. Perencanaan bisnis
Peran akuntansi komersial dalam kegiatan usaha juga dilibatkan dalam perencanaan
bisnis. Khususnya, perencanaan bisnis yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.
Setelah menganalisis keuangan perusahaan, seorang akuntan bisa membuat rencana
pada periode akuntansi selanjutnya.
c. Pengambilan keputusan
Peran akuntansi dalam kegiatan usaha adalah membantu pengambilan keputusan, baik
keputusan internal maupun eksternal. Keputusan internal mencakup kebijakan yang
berkaitan dengan operasional perusahaan. Akuntansi dibutuhkan oleh petinggi
perusahaan untuk mengukur kemampuan finansial sebelum menjalankan kebijakan.
Sementara itu, keputusan eksternal berkaitan dengan Business to Business. Artinya
berhubungan dengan vendor atau pihak lain. Saat kamu ingin membeli saham
perusahaan lain, dibutuhkan masukan dari akuntan. Akuntansi dibutuhkan untuk
menganalisis prospek saham perusahaan yang akan dibeli.

Dapat dilihat perbedaan peran antara akuntansi komersial atau disebut juga
akuntansi keuangan merupakan aktivitas jasa yang menyediakan informasi keuangan
untuk pengambilan keputusan. Informasi ini diperoleh melalui suatu proses akuntansi,
informasi tersebut diperlukan oleh setiap entitas usaha untuk mengetahui posisi dan hasil
usahanya. Sehingga tujuan utamanya antara lain untuk menyediakan laporan keuangan
kepada manajemen dan pihak-pihak pemangku kepentingan. Sedangkan Akuntansi fiskal
atau biasa disebut akuntansi pajak merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang
menekankan pada penyusunan laporan perpajakan berupa surat pemberitahuan (SPT) dan
pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan perusahaan. Atau
dengan kata lain akuntansi pajak bertujuan menyediakan informasi keuangan perusahaan
yang ditujukan secara khusus kepada otoritas pajak sebagai salah satu pemenuhan

6
kepatuhan pajak (tax compliance).

2.3 Prinsip-prinsip Akuntansi Perpajakan


Akuntansi pajak disusun berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang diatur oleh
undang-undang perpajakan dan pembentukannya dipengaruhi oleh fungsi fiskal yang
dilaksanakan sebagai kebijakan pemerintah. Dalam penerapannya, akuntansi pajak
memiliki beberapa prinsip. Adapun prinsip dasar akuntansi pajak menurut Muljono,
Djoko (2009:2-3), meliputi:
1. Kesatuan Akuntansi
Prinsip kesatuan akuntansi yang juga dianut dalam akuntansi pajak yang meliputi:
a. Perusahaan dianggap sebagai kesatuan ekonomi yang terpisah dengan pihak-
pihak yang berkepentingan dengan sumber-sumber perusahaan.
b. Ada pemisahan yang jelas antara perusahaan dengan pemilik, pemegang saham,
mengenai kekayaan, hutang-piutang, penerimaan dan pengeluaran uang, serta
tidak boleh bercampur antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
pribadi pemilik.
Berdasarkan pasal 28 ayat 7 UU KUP, pada dasarnya pembukuan harus memisahkan
harta dari Wajib Pajak.
2. Kesinambungan
Prinsip kesinambungan mengandung arti bahwa suatu entitas ekonomi
diasumsikan akan terus-menerus melanjutkan usahanya dan tidak akan dibubarkan.
Prinsip kesinambungan ini dapat dilihat dari perubahan neraca setiap tahunnya.
Neraca tahun ini merupakan perubahan dari neraca tahun sebelumnya yang
diakibatkan dari adanya Laporan Laba Rugi tahun ini, dan seterusnya. Berdasarkan
pasal 28 ayat 11 KUP, data-data yang berkaitan dengan pembukuan Wajib Pajak
harus disimpan di Indonesia paling tidak dalam jangka waktu 10 tahun.
3. Harga Pertukaran yang Objektif
Setiap transaksi keuangan harus dinyatakan dengan nilai uang. Transaksi antara
penjual dan pembeli akan menghasilkan harga pertukaran, yang oleh penjual disebut
harga jual dan oleh pembeli disebut harga perolehan.
Harga pertukaran tersebut harus objektif, atau harga pasar yang wajar, yaitu:
a. Tidak dipengaruhi oleh adanya hubungan istimewa
b. Dapat diuji oleh pihak-pihak yang independen

7
c. Tidak terdapat transfer pricing
d. Tidak ada mark-up, tidak ada KKN, dan sebagainya.
Berdasarkan pasal 18 ayat 3 UU PPh ditentukan bahwa Direktur Jenderal Pajak
(DJP) berwenang menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta
menentukan hutang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak lainnya sesuai kewajaran dan kelaziman.
4. Konsistensi
Prinsip konsistensi berarti bahwa penggunaan metode dalam pembukuan tidak
diperbolehkan berubah-ubah. Berdasarkan pasal 28 ayat 5 UU KUP, pembukuan
diselenggarakan dengan prinsip konsisten. Artinya, apabila Wajib Pajak telah
memiliki salah satu metode pembukuan, maka metode tersebut harus diikuti dari
tahun ke tahun.
Berdasarkan Pasal 28 ayat 8 UU KUP, setiap adanya perubahan dalam prinsip
maupun metode penghitungan dalam pembukuan harus mendapat persetujuan
Direktur Jenderal Pajak, untuk dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu tentang ada
tidaknya objek pajak yang timbul akibat adanya perubahan tersebut.
5. Konservatif
Prinsip konservatif mengandung arti kemungkinan rugi (belum direalisasi,
masih berupa tafsiran) sudah diakui sebagai kerugian, dengan cara membentuk
penyisihan atau cadangan. Sementara itu, kemungkinan laba yang timbul tidak diakui.
Secara akuntansi, prinsip konservatif diterapkan pada berbagai kegiatan, seperti:
a. Penyisihan piutang
b. Penyisihan potongan penjualan
c. Penyisihan retur penjualan
d. Penyisihan klaim
e. Penyisihan biaya setelah penjualan
f. Penilaian persediaan barang dagangan berdasarkan “harga pokok dan harga pasar
yang paling rendah”.
Akuntansi pajak cenderung menggunakan prinsip realisasi, walaupun terdapat
juga pengakuan terhadap prinsip konservatif seperti pada perhitungan rugi selisih
kurs, di mana Wajib Pjak boleh memilih:
a. Kurs tetap, di mana rugi selisih kurs diakui kalau sudah direalisasi
b. Kurs Kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun-rugi kurs
diakui setiap akhir tahun, walaupun belum direalisasi

8
Prinsip realisasi dalam akuntansi pajak tampak pada ketentuan pasal 9 ayat 1
(c) UU PPh, bahwa wajib pajak tidak diperbolehkan membentuk dana cadangan
(penyisihan), kecuali untuk:
a. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank
b. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha sewa guna usaha dengan hak opsi
c. Cadangan untuk usaha asuransi
d. Cadangan biaya reklamasi untuk pertambangan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi pajak


memiliki beberapa prinsip diantaranya kesatuan akuntansi, kesinambungan, harga
perolehan yang objektif, konsistensi, dan konservatif.
Akuntansi pajak merupakan bagian dari akuntansi. Dimana, prinsip-prinsip
dasar akuntansi komersial yang digunakan bersifat netral (tidak memihak) terhadap
produk-produk yang dihasilkan oleh akuntansi. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dasar
akuntansi komersial dapat digunakan atau berlaku bagi akuntansi pajak, namun
terdapat perbedaan pada karakteristik dan tujuan pelaporan keuangan fiskalnya.

2.4 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal


Perusahaan yang bergerak dibidang bisnis akan melakukan penyusunan dua
laporan keuangan. Kedua laporan itu adalah laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiskal yang dijadikan dasar dalam penghitungan pajak terutang dan laporan
keuangan ini disampaikan ke Direktorat Jendral Pajak. Perbedaan utama keduanya
adalah dari segi tujuan dan dasar hukumnya. Jika dilihat dari konsep susunan laporan
keuangannya, ada beberapa konsep perlakuan yang membedakan, yaitu:
a. Perbedaan Konsep Penghasilan (Income)
Penghasilan (Income) menurut IAI (2007:13), adalah ”Kenaikan manfaat
ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”. Dari sisi fiskal, konsep
penghasilan tidak jauh berbeda dengan konsep akuntansi, yaitu: Segala tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima / diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari Luar Indonesia yang bisa dikonsumsi atau menambah
kekayaan Wajib Pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun. Lebih lanjut fiskal

9
membedakan penghasilan tersebut menjadi tiga kelompok yang sesuai dengan UU
No 36 Tahun 2008 Pasal 4 Tentang Pajak Penghasilan, yaitu:
1) Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan
2) Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final
3) Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan
Pengelompokan penghasilan tersebut akan berakibat adanya perbedaan
mengenai konsep penghasilan antara SAK dan Fiskal. Penghasilan yang bukan
objek pajak berarti atas penghasilan tersebut tidak dikenakan pajak (tidak
menambah laba fiskal), lebih jelasnya tentang pengelompokkan penghasilan
tersebut diuraikan dalam UU No 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1,2 & 3 Tentang
Pajak Penghasilan.
b. Perbedaan Konsep Beban (Biaya)
Beban (expense) menurut IAI (2007:13), diartikan sebagai “Penurunan
manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”. Sisi Fiskal
sendiri, mengartikan Beban sebagai biaya untuk menagih, memperoleh dan
memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dengan perolehan
penghasilan. Perbedaan inilah yang menyebabkan pihak fiskus sering berbeda
pendapat dengan wajib pajak dalam hal menentukan beban/biaya yang boleh atau
tidak boleh dikurangkan sehingga harus dikeluarkan/tidak boleh diperhitungkan
sebagai pengurangan penghasilan.
Misalnya penafsiran atas bunyi undang - undang yang menyatakan bahwa
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan adalah meliputi biaya untuk
menagih, memelihara dan mempertahankan penghasilan. Wajib pajak sendiri
sering diharuskan untuk memberikan sumbangan baik yang wajib maupun tidak
wajib, dan kadang kala tidak disertai dengan bukti-bukti yang mendukung.
Kemudian wajib pajak menganggap biaya yang dikeluarkan tersebut dapat
dibiayakan karena dikeluarkan sehubungan dengan kelancaran usaha, sedangkan
pihak fiskus menganggap biaya tersebut termasuk hibah, bantuan dan sumbangan
yang tidak boleh dikurangkan.
c. Perbedaan dalam konsep Penyusutan dan Nilai Persediaan

10
Perbedaan dalam konsep antara akuntansi dengan peraturan perpajakan
terutama menyangkut konsep penyusutan dan penilaian persediaan barang
dagangan.
1) Konsep Penyusutan
Perbedaan utama antara akuntansi dengan undang-undang perpajakan
adalah penentuan umur aktiva dan metode penyusutan yang boleh digunakan.
Akuntansi menentukan umur aktiva berdasarkan umur sebenarnya walaupun
penentuan umur tersebut tidak terlepas dari tafsiran Judgement.
Menurut IAI (2007) Akuntansi memiliki beberapa metode penyusutan yaitu:
 Metode garis lurus (Straight line method) yaitu, menghasilkan
pembebanan yang tetap selama umur manfaat asset jika dinilai residunya
tidak berubah.
 Metode Saldo Menurun (diminishing balance method) yaitu,
menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat asset.
 Metode Jumlah Unit (sum of the unit method), yaitu menghasilkan
pembebanan yang menurun selama umur manfaat asset.

Ketentuan perpajakan hanya menetapkan dua metode penyusutan yang


harus dilaksanakan wajib pajak berdasarkan pasal UU No 36 Tahun 2008 pasal
11 tentang Pajak Penghasilan yaitu berdasarkan metode garis lurus dan metode
saldo menurun yang dilaksanakan secara konsisten, kemudian aktiva (harta
berwujud) dikelompokkan berdasarkan jenis harta dan masa manfaat sesuai
dengan yang disebutkan dalam Pasal 11 dan 11A UU No 36 Tahun 2008.
Penentuan masa manfaat, jenis harta, metode, serta tarif dimaksudkan untuk
memberikan keseragaman bagi wajib pajak dalam melakukan penyusutan
maupun amortisasi.

2) Konsep Nilai Persediaan


Dalam undang-undang pajak penghasilan Indonesia, persediaan dan
pemakaian persediaan untuk menghitung harga pokok dinilai berdasarkan
harga perolehan (cost) yang dilakukan dengan metode rata-rata (average) atau
dengan metode mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama yang
dikenal dengan first in first out (FIFO). Penggunaan metode tersebut harus
dilakukan secara konsisten.

11
Apabila kita meninjau secara akuntansi maka ada 3 jenis metode yang
dilakukan untuk menilai persediaan yang sesuai dengan SAK No 14 tahun
2007 yaitu dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama
(MPKP atau FIFO), kemudian rata-rata tertimbang (weight average cost
method) dan masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau LIFO). Kemudian
untuk barang yang lazimnya tidak dapat digantikan dengan barang lain (not
ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan
dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi
khusus terhadap biayanya masing-masing.
Berikut perbedaan penyusunan Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal:

laporan
dokumen dasar jurnal buku besar neraca saldo keuangan
komersial

dicocokan rekonsiliasi

laporan
buku tambahan keuangan
fiskal

12
13

Anda mungkin juga menyukai