Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

DASAR-DASAR AKUNTANSI PERPAJAKAN

DISUSUN OLEH :

Putri Nur Halizah


Vera Vanny Crisdania

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH


JURUSAN AKUNTANSI B
TAHUN PELAJARAN 2019/2020 GANJIL
MAKALAH
DASAR-DASAR AKUNTANSI PERPAJAKAN

DISUSUN OLEH :

Putri Nur Halizah


Vera Vanny Crisdania

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH


JURUSAN AKUNTANSI B
TAHUN PELAJARAN 2019/2020 GANJIL

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan


nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah AKUNTANSI
PERPAJAKAN. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Akuntansi Perpajakan di Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Muhammadiyah ( STIEM ).

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak


kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan


terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Tanjung Redeb, 22 September 2019


Penulis,

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Daftar Isi ...................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi Akuntansi Perpajakan ............................................................... 3


B. Sejarah Perkembangan Akuntansi Pajak................................................. 4
C. Peran Akuntansi Pajak ............................................................................ 5
D. Prinsip – Prinsip Akuntansi Pajak .......................................................... 6
E. Self Assessment System .......................................................................... 7
F. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan
Keuangan Fiskal ...................................................................................... 9
G. Pengakuan Pendapatan dan Biaya .......................................................... 11

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 15

B. Saran ........................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pengertian dari Akuntansi


Perpajakan ialah Akuntansi yang diterapkan sesuai dengan peraturan
perpajakan.

Didalam semua laporan keuangan dipersiapkan untuk memenuhi


tujuan tertentu dan tujuan ini pada akhirnya akan mempengaruhi bentuk
dan isi laporan keuangan dengan segala keterbatasannya. Sesungguhnya
perbedaan tersebut disebabkan oleh siapa “pemakainya”. Laporan
keuangan komersial maupun laporan keuangan fiscal masing-masing
memiliki manfaat tersendiri sebagaimana tujuan pembuatannya.

Dalam makalah ini akan dibahas hal hal yg berkaitan erat dengan
akutansi perpajakan yang meliputi pengertian akutansi perpajakan, sejarah
perkembangan akuntansi pajak, peran akuntansi pajak, prinsip akuntansi
pajak, self assessment system, perbedaan laporan keuangan komersial
dengan laporan keuangan fiskal dan pengakuan pendapatan dan biaya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah :
1. Apa definisi akuntansi perpajakan ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan akuntansi pajak ?
3. Bagaimana peran akuntansi pajak ?
4. Apa saja prinsip yang mendasari akuntansi pajak ?
5. Bagaimana self assessment system akuntansi pajak ?

1
6. Bagaimana perbedaan laporan keuangan komersial dengan laporan
keuangan fiskal dan pengakuan pendapatan dan biaya dalam akuntansi
pajak ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi akuntansi perpajakan.
2. Mengetahui sejarah perkembangan akuntansi pajak.
3. Memahami peranan akuntansi pajak.
4. Mengidentifikasi prinsip yang mendasari akuntansi pajak.
5. Mengetahui self assessment system akuntansi pajak.
6. Membandingkan perbedaan laporan keuangan komersial dengan
laporan keuangan fiskal dan mengetahui pengakuan pendapatan dan
biaya dalam akuntansi pajak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Akuntasi Perpajakan

Pengertian dan Definisi Akuntansi perpajakan Akuntansi


perpajakan dirumuskan sebagai bagian dari akuntansi yang menekankan
kepada penyusunan surat pemberitahuan pajak (tax return) dan
pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan
perusahaan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan (tax
compliance). Niswonger dan Fees (Accounting Principles, 2007).

Persyaratan teoritis dalam metode akuntasi untuk kepentingan


akuntasi perpajakan
1. Metode akuntasi haruslah sesuai pembukuan/ akuntasi pada umumnya

2. Metode akuntasi haruslah mencerminkan penghasilan perusahaan


yang bersangkutan

3. Untuk memenuhi ketentuan 1 dan 2 hendaknya wajib pajak


menggunakan salah satu metode akuntasi berikut ini

 Stesel kas

 Stesel akrual

 Kombinasi antara stesel dan akrual kas sesuai ketentuan


perundang-undangan Perpajakan yang dikenakan metode hybrid

 Metode yang dikenakan oleh ketentuan perundang-undanga seperti


metode cicilan

4. Wajib pajak kegiatan usahanya sndiri terdiri dari perdagangan dan


bisnis dapat menggunakan akuntasi yang berbeda-beda antara
perdagangan dan bisnis lainnya tersebut.
3
5. Terkecuali apabila diatur lain, perubahan akuntasi yang digunakan
wajib pajak, haruslah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
DIRJEN PAJAK

B. Sejarah Perkembangan Akuntansi Pajak

Sejarah perpajakan di Indonesia dapat dibagi ke dalam beberapa


kurun waktu, yaitu masa penjajahan Belanda, setelah merdeka sampai
tahun 1979, 1979 sampai tahun 1983, dan 1983 sampai sekarang. Peranan
akuntansi atau pembukuan dalam perpajakan sejalan dengan sejarah
perpajakan di Indonesia.

Pada masa penjajahan Belanda, sistem perpajakan menekannkan


fungsinya pada segi pemasukan keuangan untuk keperluan penjajah.
Jumlah pajak terutang sepenuhnya ditentukan oleh aprat pajak yang
memiliki wewenang sangat besar. Dengan demikian, peranan akuntansi
atau pembukuan dalam perpajakan sangat lemah.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1967, diperkenalkan sistem


pemungutan pajak yang dikenal sistem Menghitung Pajak Sendiri (MPS)
dan Menghitung Pajak Orang Lain (MPO) dengan UU Nomor 867 jo.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1967. Sistem pemungutan pajak
dalam cara yang baru ini termasuk sistem self-assessment. Melalui Inpres
Nomor 6 Tahun 1967 yang dikenal dengan Paket 27 Maret 1967 dan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 108/KMK/077/79, WP diberikan
keringanan dalam penetapan pajak apabila yang bersangkutan
menggunakan laporan pemeriksaan akuntan publik. Laporan keuangan
yang dibuat oleh akuntan publik tidak dibenarkan untuk dikoreksi, kecuali
apabila laporan tersebut ternyata tidak benar. Peraturan baru ini sekaligus
membatasi kewenangan aparat perpajakan dalam menetapkan jumlah
pajak yang harus dibayarkan oleh WP. Dengan demikian, sejak tahun 1979
peranan akuntansi atau pembukuan semakin meningkat dalam perpajakan.

4
Sejak tahun 1983, berlaku UU Nomor 6 Tahun 1983, UU Nomor 7
Tahun 1983, dan UU Nomor 8 Tahun 1983. Dalam undang-undang
perpajakan yang baru berlaku asas perpajakan Indonesia, yaitu:

1. Asas kegotongroyongan nasional terhadap kewajiban kenegaraan,


termasuk membayar pajak.
2. Asas keadilan, dalam pemungutan pajak kewenangan yang dominan
tidak lagi diberikan kepada aparat pajak untuk menentukan jumlah
pajak yang harus dibayar.
3. Asas kepastian hukum, WP diberikan ketentuan yang sederhana dan
mudah dimengerti serta pelaksanaan administrasi pemungutan
pajaknya tidak birokratis,
4. Asas kepercayaan penuh, masyarakat diberikan kepercayaan penuh
untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya, termasuk keaktifan
pelaksanaan administrasi perpajakan.

Dengan berlakunya undang-undang tersebut, sistem perpajakan


Indonesia secara mutlak menganut sistem self-assessment, dan
kewenangan aparat pajak tidak lagi seluas sebelumnya. Dengan pemberian
kepercayaan penuh kepada WP, peranan pembukuan dan akuntansi dalam
perpajakan menjadi sangat besar.

C. Peran Akuntansi Pajak

Perannya didalam perusahaan adalah signifikan, yaitu :

1. Membuat perencanaan dan strategi perpajakan (dalam artian positif)


2. Memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak perusahaan
di masa yang akan datang.
3. Alat untuk menerapkan perlakuan akuntansi atas kejadian perpajakan
(mulai dari penilaian/penghitungan, pencatatan (pengakuan) atas
pajak, dan dapat menyajikannya di dalam laporan komersial maupun
laporan fiskal perusahaan.
5
4. Dapat melakukan pengarsipan dan dokumentasi perpajakan dengan
lebih baik, sebagai bahan untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi.

D. Prinsip- prinsip Akuntansi Pajak

Prinsip dasar akuntansi yang disampaikan oleh APB Statement No.


4 adalah sebagai berikut :

1. Cost Participle
Prinsip biaya atau biaya historis yiatu dasar pencatatan perolehan
barang, jasa harga pokok, biaya maupun ekuitas sehingga paling
pokok adalah penilaian yang didasarkan harga pertukaran pada saat
perolehan.
2. Revenue Principle
Prinsip pendapatn lebih menjelaskan tentang sifat dan komponen,
pengukuran, dan pengakuan bahwa pendapatan sebagai komponen
penyusunan laba rugi.
3. Matching Principle
Prinsip pemadanan menjelaskan mengenai masalah pembebanan biaya
pada periode yang sama dengan periode pengakuan hasil sehingga
pengakuan hasil diakui pada saat periode pengakuan hasil sedangkan
pembebanan biaya diakui pada periode tersebut.
4. Objectivity Principle
Masalah objektivitas memiliki penafsiran berbeda. Objektivitas dapat
dianggap sebagai hasil konsesus kelompok yang mengukur atau
objektivitas diukur dengan batasan tertentu.
5. Consistency Principle
Prosedur dan prinsip akuntansi yang sama dilaporkan pada periode
yang bersangkutan sehingga peristiwa yang sama dicatat dan
dilaporkan secara komsisten.
6. Disclosure Principle

6
Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) mengharusakn laporan
akuntansi dibentuk dan disajikan berdasarkan peristiwa yang
mempengaruhi perusahaan dalam periode tersebut. Laporan keuangan
diharapkan jujur (fair), lengkap (full), dan memadai (adequate) agar
piahk internal maupun ekternal dapat mengambil manfaat dari
informasi yang disajikan oleh laporan keuangan .
7. Conservatism Principle
Prinsip konservatisme atau pengecualian umumnya digunakan untuk
hal yang tidak menentu atau dalam kondisi ketidakpastian. Prinsip
konservatisme kurang penekanannya karena semakin banyak pihak
yang mengutamakan jujur (fair) dan dapat diandalkan.(reliable) pada
setiap laporan keuangan yang disajikan.
8. Materiality Principle
Menurut APB Statement No 4 , prinsip materialitas mengandung arti
bahwa laporan keuangan hanyan menyangkut informasi yang
dianggap penting (material) dalam mempengaruhi penilaian.
9. Uniformity and Comparability Principle
Prinsip ini menekankan pada keseragaman dan dapat dibandingkan,
yang merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai dalam
penyusunan prinsip akuntansi.

E. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang dianut Indonesia saat ini adalah


sistem self assessment, adapun pengertian self assessment system
menurut Waluyo dan Wirawan B Ilyas dalam bukunya Perpajakan
Indonesia adalah sebagai berikut: “Self Assessment System adalah
pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung
jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar ”
(2003:18), Sedangkan Self Assessment System menurut Siti Resmi dalam

7
bukunya Perpajakan adalah sebagai berikut: “Self Assessment
System adalah system pemungutan pajak yang memberikan wewenang
Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terhutang setiap
tahunnya sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku”
(2003:27).

Dalam system ini terdapat pemberian kepercayaan sepenuhnya


kepada Wajib Pajak untuk melakukan self assessment memberikan
konsekuaensi yang berat bagi Wajib Pajak, artinya jika Wajib Pajak tidak
memenuhi kewajiban-kewajiban Perpajakan yang dipikul kepadanya,
sanksi yang dijatuhkan akan lebih berat. Oleh karena itu system self
assessment mewajibkan wajib pajak untuk lebih mendalami peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku agar Wajib Pajak dapat
melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik.

Sistem ini juga dapat memberikan biaya tambahan (dalam arti luas)
bagi Wajib Pajak karena Wajib Pajak akan mengorbankan lebih banyak
waktu dan usaha serta biaya untuk membayar jasa konsultan pajak. Selain
itu self assessment menunjukkan proporsi yang lebih kecil dari yang telah
ditetapkan sebelumnya, sehingga sesuai dengan kenyataan yang ada,
jumlah pajak yang dianggarkan akan menurun pula.

Di lain pihak system ini mempunyai beberapa keunggulan yaitu


dapat meningkatkan produktifitas dan murah. Pemerintah tidak lagi
dibebankan kewajiban administrasi menghitung jumlah pajak terutang
Wajib Pajak dan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk
memberitahukan (sekaligus memerintahkan pembayaran) jumlah tersebut
kepada Wajib Pajak, sehingga waktu, tenaga dan biaya sehubungan
dengan hal tersebut dapat dihemat atau dialihkan untuk melakukan
aktivitas pemerintahan lainnya. Selain itu system self assessment akan
mendorong Wajib Pajak untuk memahami dengan baik atas system
perpajakan yang berlaku terhadapnya.
8
Walaupun dewasa ini telah dianut sistem self assessment, akan
tetapi dalam rangka pembinaan, penelitian dan pengawasn terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak, Dirjen Pajak masih dapat
mengeluarkan ketetapan pajak yang disebut sebagai official assessment.
Titik tolak penelitian maupun pemeriksaan pajak, adalah ketetapan pajak
yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan (Pajak Penghasilan) yang disampaikan wajib pajak pada setiap
akhir tahun pajak.

F. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan


Fiskal

Akuntansi yang menjembatani aktivitas ekonomis dengan para


pengambil keputusan, baik internal maupun eksternal, menyajikan kepada
para pengguna informasi tersebut dalam bentuk laporan keuanga.
Perbedaan kepentingan antar pengguna kelompok pengguna laporan
keuangan tersebut menyebabkan pula ketidaksamaan informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan tersebut.

Pada umumnya, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis akan


menyusun laporan keuangan yang berbeda antara laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan yang dilampirkan pada SPT Pajak
Penghasilan yang akan disampaikan ke Ditjen Pajak. Perbedaan tersebut
tidaklah dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu, tetapi lebih cenderung
kepada penyesuaian dengan ketentuan perundang-undangan.

Perbedaan laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan


fiskal disebabkan antara lain, diantaranya :

1. Tujuan laporan keuangan komersial adalah pemberian informasi


penting kepada pengguna laporan keuangan dan merupakan tanggung

9
jawab para akuntan untuk melindungi pihak-pihak tersebut dari
informasi yang menyesatkan, sedangkan tujuan sistem akuntansi pajak
adalah pemungutan pajak yang adil dan merupakan tanggung jawab
Ditjen Pajak untuk melindungi para pembayar dari tindakan semena-
mena.
2. Pada laporan keuangan komersial biasanya menganut prinsip
konservatif, sehingga kemungkinan kesalahannya lebih cenderung
kepada understatement pelaporan penghasilan atas asetnya, sedangkan
pada laporan keuangan fiskal hal tersebut tidak dapat dipakai sebagai
dasar untuk menetapkan besarnya pajak terutang.
3. Prinsip Harga Perolehan : Laporan keuangan komersil, penentuan
harga perolehan untuk barang yang diproduksi sendiri boleh
memasukkan unsur biaya tenaga kerja yang berupa natura. Sedangkan
dalam laporan keuangan fiskal, pengeluaran dalam bentuk natura tidak
diakui sebagai pengurangan.
4. Prinsip pemadanan (matching) biaya dan manfaat : dalam Laporan
keuangan komersil mengakui biaya penyusutan pada saat aset tersebut
menghasilkan. Dalam laporan keuangan fiskal, penyusutan dapat
dimulai sebelum menghasilkan.
5. Metode Penyusutan dan amortisasi : dalam laporan keuangan
komersial membolehkan memilih metode penyusutan seperti straight
line method, sum of the years digits method, declining balance
method, double declining balance method, metode jam jasa, jumlah
unit produksi dll. Sedangkan pada laporan keuangan fiskal untuk asset
non bangunan, pemilihan metode penyusutan terbatas pada metode
garis lurus (straigth line method) dan Metode saldo menurun
(declining balance method). Sedangkan untuk asset bangunan hanya
metode garis lurus saja (straigth linemethod).
6. Metode Penghapusan Piutang : Dalam laporan keuangan komersial,
penghapusan piutang ditentukan berdasarkan metode cadangan.

10
Sedangkan pada laporan keuangan fiskal, penghapusan piutang
dilakukan pada saat piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih.

G. Pengakuan Pendapatan dan Biaya

1. Pendapatan menurut UU Perpajakan


Dalam UU PPh No. 7 Tahun 1983 yang diubah dengan UU PPh
No. 17 Tahun 2000 pasal 4 ayat (1) yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
Penghasilan yang termasuk objek pajak diantaranya :
a. Penggantian atau imbalan berkenaaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh.
b. Hadiah dari undian, pekerjaan, kegiatan, dan penghargaan laba usaha.
c. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.
d. Penerimaan kembali pembyaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya.
e. Bunga termasuk premium, diskonto, imbalan karena jaminan
pengembalian hutang.
f. Royalty, Deviden dengan nama dalam bentuk apapun.
g. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
h. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
i. Keuntungan karena pembebasan hutang.
j. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
k. Premi asuransi.
l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

11
m. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usahanya atau pekerjaan.
n. Tambahan kegiatan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak

Sedangkan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak antara lain:

a. Harta termasuk setoran tunai yang diterima Badan sebagai pengganti


saham atau penyertaan modal.
b. Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
c. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dan oleh badan
atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
d. Warisan.
e. Dividen atau bagian laba yang diterima akibat penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat:

1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.


2) Pemilikan saham paling rendah 25% dari jumlah modal disetor
dari Perusahaan yang memberi Dividen.

f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi


sehubungan dengan asuransi kecelakaan, kesehatan, jiwa, dwiguna,
dan beasiswa.
g. Iuran yang diterima dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan.
h. Bagian laba yang diterima anggota perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi.
i. Penghasilan yang sudah dikenakan PPh final.

12
j. Bunga obligasi yang diterima perusahaan reksadana selama 5 tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali jumlahnya tidak lebih
dari 350 juta rupiah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah,
termasuk:

1) KUKESRA (Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera)


2) KUT (Kredit Usaha Tani)
3) KPRSS (Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana)
4) KUK (Kredit Usaha Kecil)
5) Kredit lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan BI dalam
rangka mengembangkan usaha kecil dan koperasi (yang
merupakan jumlah kumulatif dari satu atau beberapa bank
kreditur)

2. Beban menurut UU Perpajakan

Menurut pajak, tidak semua biaya yang dikeluarkan perusahaan


dapat diakui sebagai pengurang, meskipun biaya tersebut berkaitan dengan
kegiatan usaha. Hal ini disebabkan karena meurut ketentuan pajak, biaya
fiskal digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yakni biaya-biaya yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto dan biaya-biaya yang tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Biaya-biaya yang dapat dikurangkan :
1) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
termasuk biaya pembelian bahan, biaya yang berkenaan dengan
pekerjaan/jasa termasuk upah, dan lain-lain atau biaya-biaya yang
lazimnya disebut dengan biaya sehari-hari yang dibebankan pada
tahun pengeluaran yang diperlukan.
2) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
13
3) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan Menteri
Keuangan.
4) Kerugian karena penjualan/pengalihan harta.
5) Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.
6) Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia.
7) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
8) Piutang tak tertagih
9) Pemupukan dana cadangan.
10) Sumbangan yang dapat dibiayakan

Sedangkan biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan, antara lain :

1) Pembayaran dividen, pembagian laba atau pembagian sisa hasil


usaha (koperasi).
2) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan.
3) Premi asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa.
4) Pemberian kenikmatan.
5) Hibah, bantuan dan sumbangan.
6) Pajak Penghasilan.
7) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak-
pihak tertentu.
8) Biaya atau pengeluaran untuk kepentingan pribadi.
9) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan yang modalnya
tidak terbagi atas saham.
10) Sanksi Pajak

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akuntansi perpajakan dirumuskan sebagai bagian dari akuntansi


yang menekankan kepada penyusunan surat pemberitahuan pajak (tax
return) dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau
kegiatan perusahaan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan (tax
compliance).

Sejarah perpajakan di Indonesia dapat dibagi ke dalam beberapa


kurun waktu, yaitu masa penjajahan Belanda, setelah merdeka sampai
tahun 1979, 1979 sampai tahun 1983, dan 1983 sampai sekarang.

Peran akuntansi pajak didalam perusahaan adalah signifikan, yaitu


Membuat perencanaan dan strategi perpajakan (dalam artian positif),
memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak perusahaan di
masa yang akan datang,a lat untuk menerapkan perlakuan akuntansi atas
kejadian perpajakan (mulai dari penilaian/penghitungan, pencatatan
(pengakuan) atas pajak, dan dapat menyajikannya di dalam laporan
komersial maupun laporan fiskal perusahaan, dapat melakukan
pengarsipan dan dokumentasi perpajakan dengan lebih baik, sebagai bahan
untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi.
Prinsip dasar akuntansi yang disampaikan oleh APB Statement No.
4 adalah sebagai berikut ; Cost Participle, Revenue Principle, Matching
Principle, Objectivity Principle, Consistency Principle, Disclosure
Principle, Conservatism Principle, Materiality Principle, Uniformity and
Comparability Principle.

15
“Self Assessment System adalah pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar

Akuntansi yang menjembatani aktivitas ekonomis dengan para


pengambil keputusan, baik internal maupun eksternal, menyajikan kepada
para pengguna informasi tersebut dalam bentuk laporan keuanga.
Perbedaan kepentingan antar pengguna kelompok pengguna laporan
keuangan tersebut menyebabkan pula ketidaksamaan informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan tersebut.

B. Saran

Penulis tidak membatasi kritikan maupun saran yang ingin masuk.


Karena Tak ada gading yang tak retak, maka dari itu, penulis sendiri
merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan sangat
mengharapkan sekali kritikan dari para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Sukrisno, Estralita Trisnawati. Akuntansi Perpajakan. Jakarata: Salemba


Empat. 2007

DR. Gunadi, M.Sc., Akt.1997. Akuntansi Pajak Sesuai dengan Undang- Undang
Pajak . Baru. Jakarta : Grasindo 1997

Harnanto,2003. Akuntasi Perpajakan, Yogyakarta:Bpfe- Yogyakarta 2003

file:///D:/DASAR%20AKUNTANSI%20PERPAJAKAN/Akuntansi%20Perpajak
an%20%20Sebuah%20Pengantar.htm

Anda mungkin juga menyukai