Anda di halaman 1dari 14

PEMBUKUAN PERPAJAKAN DAN KERANGKA DASAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi


Pajak

DISUSUN OLEH :

Ainun Aisyah A (G02219001)


Aprilia Tanjung Sari (G02219008)
Ayumi Trinarita W (G02219011)
Innaki Choirunnisa (G02219014)
Muhammad Januar Arin Firdaus (G02219024)

DOSEN PENGAMPU :

DWI KOERNIAWATI SE., M.Ak, Ak, CA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan begitu
besar rahmatnya, sehingga makalah yang berjudul “PEMBUKUAN PERPAJAKAN DAN
KERANGKA DASAR” dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Akuntansi Pajak.
Makalah ini merupakan sebuah media belajar bagi mahasiswa. Melalui makalah ini
diharapkan memberikan pengetahuan yang mendalam bagi mahasiswa khususnya
menyangkut mata kuliah Akuntansi Pajak.
Kami menyadari bahwa makalah ini akan sulit terselesaikan tanpa adanya peran dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada kami maka dari itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga atas bimbingan,
dukungan dan bantuan dalam menyusun makalah ini akan mendapatkan balasan dari Allah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan komentar, kritik serta saran yang membangun untuk memperbaiki segala
kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan memperluas
serta menambah hasanah dunia pendidikan, khususnya bagi kami selaku penulis.

Surabaya, 16 September2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Table of Contents

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
D. Kewajiban pembukuan dan pengertian pembukuan ............................................................ 3
E. Prinsip pembukuan dan tata cara pembukuan ...................................................................... 4
F. Dasar Akrual dan Dasar Kas ................................................................................................ 5
G. Konsistensi ........................................................................................................................... 6
H. Tahun Buku .......................................................................................................................... 6
I. Penghasilan dan Biaya ......................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 9
J. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9
K. Saran .................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
CONTOH KASUS

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kewajiban memungut PPN atau memotong PPh. Pihak lain berkaitan dengan
transaksi perusahaan yang dilakukan proses pembukuan : jurnal, posting ke buku besar dan
seterusnya.

Kewajiban menghitung penghasilan neto (rugi) fiskal merupakan rekonsiliasi fiskal


atas laba-rugi komersial yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Ada persamaan dan perbedaan antara SAK dan UU PPh 1984 dalam menentukan atau
mengakui penghasilan (pendapatan) dan biaya (beban), perbedaan dikelompokkan menjadi
beda tetap dan beda waktu. Beda tetap terdiri dari biaya yang tidak dapat dikurangkan
dalam menghitung penghasilan kena pajak, penghasilan yang bukan objek PPh atau yang
dikenai PPh Final dan bukan pendapatan menurut akuntansi yang merupakan objek PPh.
waktu terdiri dari beda metode penyusutan akuntansi dan penyusutan fiskal, serta prinsip
konservatis yang diakui dalam akuntansi tetapi tidak diakui dalam PPh.

Penentuan harga perolehan aset tetap dan keuntungan (kerugian) pengalihan harta
ada persamaan dan perbedaan antara akuntansi dan PPh yang terdiri dari : jual-beli, tukar
menukar, membangun sendiri, setoran modal dan hibah; demikian juga mengenai penilaian
kembali aset tetap, penggabungan badan usaha, peleburan badan usaha serta investasi
saham. Untuk mempelajari Akuntansi Pajak, mahasiswa harus sudah menempuh mata
kuliah Akuntansi Keuangan Menengah. Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam
penulisan bahan ajar akuntansi pajak ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca yang terhormat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa fungsi Kewajiban Pembukuan dan Pengertian Pembukuan?

2. Apa saja Prinsip Pembukuan dan Cara Pembukuan?

3. Apa yang dimaksud Dasar Akrual dan Dasar Kas?

1
4. Apakah Konsisten diperlukan?

5. Bagaimana Tahun Buku pada Pembukuan Perpajakan?

6. Bagaimana Penghasilan dan Biaya pada Pembukuan Perpajakan?


C. Tujuan

1. Mengetahui fungsi Kewajiban Pembukuan dan Pengertian Pembukuan.

2. Mengetahui apa saja Prinsip Pembukuan dan Cara Pembukuan.

3. Mengetahui apa yang dimaksud Dasar Akrual dan Dasar Kas.

4. Mengetahui bahwa Konsisten diperlukan.

5. Mengetahui Tahun Buku pada Pembukuan Perpajakan.

6. Mengetahui Penghasilan dan Biaya pada Pembukuan Perpajakan.

2
BAB II PEMBAHASAN

D. Kewajiban pembukuan dan pengertian pembukuan


Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 atau sekarang bisa disebut dengan UU
KUP, tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa Wajib Pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan
di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.1 Akan tetapi tidak semua Wajib Pajak
melakukan pembukuan, seperti Wajib Pajak pribadi yang pekerjaannya semata-mata
sebagai pegawai tidak wajib menyelenggarakan pembukuan. Bahkan, Wajib Pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dapat dikecualikan dari
kewajiban menyelenggarakan pembukuan apabila memenuhi syarat yang diperkenankan
oleh undang-undang.2

Menurut Undang-Undang KUP, pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang


dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa Neraca dan
laporan laba rugi pada setiap tahun pajak terakhir.3 Dalam Peraturan Menteri Keuangan
nomor 197/PMK03/2007 dijelaskan bahwa Wajib Pajak yang dikecualikan
menyelenggarakan pembukuan yaitu :

a. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan dapat menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.

1
Pardiat, 2010, Akuntansi Pajak, STAN, Jakarta, hlm. 1
2
DR Wirawan, 2015, Akuntansi Perpajakan, Mitra Wacana Media, Jakarta, hlm. 62
3
M. Djafar Saidi, 2011, Pembaruan Hukum Pajak, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 281

3
Tujuan penyelenggaraan pembukuan adalah untuk menghitung penghasilan neto
fiskal atau rugi fiskal berdasarkan UU Perpajakan dan peraturan pelaksanaannya.
Berdasarkan penjelasan Pasal 28 ayat (7) UU KUP, pembukuan dapat berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) pada umumnya Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan
berdasarkan SAK. Akuntansi Pajak adalah bagian dari akuntansi umum sehingga WP tidak
perlu membuat dua pembukuan dan cukup satu pembukuan berdasarkan SAK, kemudian
dilakukan penyesuaian fiskal berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku.

E. Prinsip pembukuan dan tata cara pembukuan


1. Prinsip pembukuan
Prinsip taat asas atau konsistensi maksudnya adalah prinsip yang sama yang
digunakan pada pembukuan tahun-tahun sebelumnya diterapkan juga pada tahun
berjalan atau tahun pelaporan.4 Prinsip asas taat adalah untuk mencegah penggeseran
laba atau rugi. Prinsip taat asas ini menyerupai prinsip pada akuntansi keuangan yang
berkaitan dengan pemilihan dan penerapan suatu metode akuntansi yang diatur dalam
suatu SAK pada pembukuannya. Prinsip taat asas dalam metode pembukuan misalnya
dalam penerapan :
a. Stelsel pengakuan penghasilan, penghasilan diakui pada saat dilakukan penerimaan
uang tunai atau berdasarkan pengakuan penghasilan
b. Stelsel pengakuan biaya, beban yang diakui setelah dilakukan pembayaran atau
dicatat pada saat diakui sebagai beban
c. Tahun buku, yaitu periode yang digunakan adalah Januari sampai Desember
d. Metode penilaian persediaan, yaitu tidak dilakukan perubahan metode pencatatan
penilaian perusahaan
e. Metode penyusutan dan amortisasi, adalah metode perhitungan penghasilan dan
biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada
waktu terutang.5
2. Tata cara pembukuan

4
DR Wirawan, 2015, Akuntansi Perpajakan, Mitra Wacana Media, Jakarta, hlm. 64
5
Thomas Sumarsan, 2015, Perpajakan Indonesia: Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-
Undang Terbaru, PT Indeks, Jakarta, hlm. 81.

4
Pasal 28 ayat (3) UU KUP Pembukuan atau Pencatatan tersebut harus
diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya.
Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh 1984, menyatakan pengeluaran-pengeluaran yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam batas-batas yang
wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik.
Pasal 28 ayat (4) UU KUP Pembukuan atau Pencatatan harus diselenggarakan di
Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan
disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan Menteri Keuangan.
Pasal 28 ayat (7) UU KUP Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan
mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.6

F. Dasar Akrual dan Dasar Kas

Pasal 28 ayat (5) UU KUP pembukuan perpajakan diselenggarakan dengan stelsel


akrual atau stelsel kas. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan,
menggunakan dasar akrual; sedangkan dasar kas pada umumnya tidak digunakan dalam
akuntansi.
Dasar Kas yang digunakan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak (PhKP) adalah
dasar kas campuran bahkan mendekati dasar akrual, penjelasan Pasal 28 ayat (5) UU KUP:7
a. Penjualan meliputi seluruh penjualan baik yang tunai maupun yang bukan tunai
(kredit), hal ini sama dengan akrual
b. harga pokok penjualan harus diperhitungan seluruh pembelian (tunai dan kredit), dan persediaan ( awal
dan akhir). hal ini sama dengan akrual.
c. Harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi,pembebanannya
tidak boleh sekaligus tapi harus dilakukan melalui penyusutandan amortisasi; hal ini
sama dengan akrual.

6
Pardiat, 2010, Akuntansi Pajak, STAN, Jakarta, hlm. 3.
7
Nataherwin, dan Widayasari, Akuntansi Perpajakan, ( Bandung: CV. Rasi Terbit, 2018 ), Hal 57

5
d. Pasal 6 UU.PPh - 1984, dalam menentukan biaya yang dapat dikurangkan daripengha
silan bruto tidak dibedakan antara dasar kas dan dasar akrual.
e. Keputusan Direktur Jenderal Pajak KEP-273/PJ/1998; Penghasilan bunga yang
bersumber dari kredit non performing ( kurang lancer, diragukan dan macet ) diakui
sebagai penghasilan pada saat bunga tersebut diterima bank ( dasar kas), hal ini sama
dengan PSAK NO. 31 butir 02.
G. Konsistensi
Prinsip Konsistensi diartikan sebagai prinsip akuntansi dasar yang digunakan
dalam pelaporan keuangan tetap dan digunakan secara konsisten (tidak berubah-ubah
metode dan prosedur).

Tujuannya agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan


laporan keuangan pada periode sebelumnya sehingga bisa memberikan manfaat lebih bagi
penggunanya. Pada Pasal 28 ayat (5) UU KUP pembukuan diselenggarakan dengan taat
asas (konsisten), walaupun demikian berdasarkan Ps. 28 ayat (6) UU KUP tidak
diperbolehkan merubah metode pembukuan atau tahun buku, dengan syarat:

1. Diajukan ke Direktur Jenderal Pajak (melalui KPP dimana WP terdaftar)


sebel umdimulainya tahun buku yang bersangkutan.
2. Menyampaikan alasan - alasan yang logis dan dapat diteri ma serta akibat-aki batyang
mungkin timbul.
3. Persetujuan Direktur Jenderal Pajak

PSAK No. 1 butir 14, perubahan kebijakan akuntansi yang berpengaruh material perlu dalam
laporan keuangan.

H. Tahun Buku
Tahun buku adalah tahun pembukuan Wajib Pajak biasanya menggunakan tahun
buku yang sama dengan tahun kalender (tahun takwim) yaitu Januari – Desember, namun

6
tidak sedikit juga Wajib Pajak yang tahun bukunya berbeda misalkan April – Maret, Juli
– Juni, dll. 8

Sementara berdasarkan Pasal 1 angka 8 UU KUP, Tahun Pajak adalah jangka


waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak (WP) menggunakan tahun buku
yang tidak sama dengan tahun kalender. Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku
yang tidak sama dengan tahun takwim, yang menentukan pengisian SPT Tahunan PPh
adalah enam bulan pertama, misalnya tahun buku:
- 1 Maret 2008 s.d. 28 Februari 2009, SPT PPh-Tahun 2008,
- 1 Juli 2008 s.d. 30 Juni 2009, SPT PPh-Tahun 2008,
- 1 Agustus 2008 s.d. 31 Juli 2009, SPT PPh-Tahun 2009.9

I. Penghasilan dan Biaya


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU. PPh 1984)
sebagaimana telah diubah dengan:
• UU. No.7 Tahun 1991, mulai berlaku 1 Januari 1992;
• UU. No.10 Tahun 1994, mulai berlaku 1 Januari 1995;
• UU. No.17 Tahun 2000, mulai berlaku 1 Januari 2001;
• UU. No.36 Tahun 2008, mulai berlaku 1 Januari 2009;
1. Penghasilan.
Akuntansi membedakan penghasilan dari usaha pokok dan penghasilan di luar
usaha, sedangkan PPh membedakan:
a. Penghasilan yang bukan objek pajak, pengertiannya terbatas yang diatur dalam
Pasal 4 ayat (3) UU. No.36 Tahun 2008.
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan PPh - Final,
pengertiannya terbatas yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU. No.36 Tahun
2008; diatur dengan Peraturan Pemerintah.
c. Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan tarif umum atau
tidak final, pengertiannya semua penghasilan selain huruf a dan b.

8
Audric Rayhan, “Aspek Perpajakan Dalam Perubahan Tahun Buku”, dalam http://nusatax.com/aspek-perpajakan-
dalam-perubahan-tahun-buku/ (diakses pada 15 September 2021, pukul 19.00)
9
Pardiat, 2010, Akuntansi Pajak, STAN, Jakarta, hlm. 5

7
2. Biaya
Tidak semua biaya dapat dikurangkan dari Penghasilan bruto, PPh
membedakan:
a. Biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expense),
sesuai Pasal 6 UU. No.36 Tahun 2008.
b. Biaya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible
expense), sesuai Pasal 9 UU. No.36 Tahun 2008.
c. Pasal 4 PP No.138 Tahun 2000 Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat
dikurangkan dalam menghitung PhKP, termasuk:
1) Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
yang bukan merupakan objek pajak, dikenakan PPh-Final, norma
penghitungan.
2) PPh-Pasal 21/23 yang ditanggung perusahaan kecuali PPh-Pasal 26
yang digross-up.
3) Kerugian dari harta atau utang yang dimiliki dan tidak
dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek
pajak.
Prinsip Akuntansi Pajak Penghasilan adalah mempertemukan antara biaya
yang dapat dikurangkan dengan penghasilan yang merupakan objek PPh-tidak
final, karena biaya untuk memperoleh penghasilan yang bukan objek PPh dan biaya
untuk memperoleh penghasilan yang dikenakan PPh-final tidak boleh dikurangkan;
sesuai dengan prinsip akuntansi adalah mempertemukan biaya dan penghasilan
yang tepat (proper matching cost and revenue).

8
BAB III PENUTUP

J. Kesimpulan
Akuntansi Pajak merupakan bagian dari Akuntansi Umum (General Accounting),
buku-buku akuntansi yang ada pada umumnya berdasarkan praktek-praktek akuntansi di
Amerika Serikat yang belum memasukkan praktek-praktek akuntansi di Indonesia
terutama yang berkaitan dengan perlakuan perpajakan di Indonesia, oleh karena itu dalam
bahan ajar akuntansi pajak ini menekankan pada pembahasan kewajiban Wajib Pajak :
1. Pembukuan;
2. Memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
3. Memotong PPh. Pihak lain;
4. Menghitung penghasilan neto (rugi) fiskal, penghasilan kena pajak dan pajak
terutang.

K. Saran
Makalah ini masih memerlukan banyak perbaikan dari segi penulisan, format dan
Bahasa yang digunakan, penulis mengharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman dalam
mata kuliah Akuntansi Pajak.

9
DAFTAR PUSTAKA
Pardiat. (2010). Akuntansi Pajak. Jakarta : STAN.

Wirawan DR. (2015). Akuntansi Perpajakan. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Saidi, M. Djafar. (2011). Pembaruan Hukum Pajak. Jakarta : Rajawali Pers.

Sumarsan, Thomas. (2015). Perpajakan Indonesia: Pedoman Perpajakan yang Lengkap

Berdasarkan Undang-Undang Terbaru. Jakarta : PT Indeks.

10
Contoh kasus Pembukuan
PT Barokah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan susu yang
didirikan pada tahun 2015 dan pada tahun tersebut mendaftarkan diri sebagai wajib pajak di kantor
pelayanan pajak Z. PT Barokah menggunakan tahun buku Januari-Desember. Akan tetapi, sampai
dengan bulan Oktober tahun 2016 masih melakukan kegiatan investasi dalam bentuk
pembangunan pabrik dan instalasi mesin serta belum melakukan kegiatan operasi secara
komersial.

Pada tanggal 1 Januari 2017, PT Barokah mulai melakukan operasi yang bersifat komersial
berupa produksi dan penjualan susu dalam bentuk kemasan. Maka, untuk tahun 2017 PT Barokah
akan dikenakan pajak penghasilan berdasarkan tarif umum Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Dalam hal peredaran bruto, usaha tersebut telah sampai pada tanggal 1 Januari 2018 dan
penghasilannya telah melebihi Rp.4.800.000.000 sehingga pada tahun pajak 2018 PT Barokah
akan dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif umum Undang-Undang Pajak Penghasilan.

11

Anda mungkin juga menyukai