DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan begitu
besar rahmatnya, sehingga makalah yang berjudul “PEMBUKUAN PERPAJAKAN DAN
KERANGKA DASAR” dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Akuntansi Pajak.
Makalah ini merupakan sebuah media belajar bagi mahasiswa. Melalui makalah ini
diharapkan memberikan pengetahuan yang mendalam bagi mahasiswa khususnya
menyangkut mata kuliah Akuntansi Pajak.
Kami menyadari bahwa makalah ini akan sulit terselesaikan tanpa adanya peran dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada kami maka dari itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga atas bimbingan,
dukungan dan bantuan dalam menyusun makalah ini akan mendapatkan balasan dari Allah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan komentar, kritik serta saran yang membangun untuk memperbaiki segala
kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan memperluas
serta menambah hasanah dunia pendidikan, khususnya bagi kami selaku penulis.
Surabaya, 16 September2021
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kewajiban memungut PPN atau memotong PPh. Pihak lain berkaitan dengan
transaksi perusahaan yang dilakukan proses pembukuan : jurnal, posting ke buku besar dan
seterusnya.
Penentuan harga perolehan aset tetap dan keuntungan (kerugian) pengalihan harta
ada persamaan dan perbedaan antara akuntansi dan PPh yang terdiri dari : jual-beli, tukar
menukar, membangun sendiri, setoran modal dan hibah; demikian juga mengenai penilaian
kembali aset tetap, penggabungan badan usaha, peleburan badan usaha serta investasi
saham. Untuk mempelajari Akuntansi Pajak, mahasiswa harus sudah menempuh mata
kuliah Akuntansi Keuangan Menengah. Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam
penulisan bahan ajar akuntansi pajak ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca yang terhormat.
B. Rumusan Masalah
1
4. Apakah Konsisten diperlukan?
2
BAB II PEMBAHASAN
a. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan dapat menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
1
Pardiat, 2010, Akuntansi Pajak, STAN, Jakarta, hlm. 1
2
DR Wirawan, 2015, Akuntansi Perpajakan, Mitra Wacana Media, Jakarta, hlm. 62
3
M. Djafar Saidi, 2011, Pembaruan Hukum Pajak, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 281
3
Tujuan penyelenggaraan pembukuan adalah untuk menghitung penghasilan neto
fiskal atau rugi fiskal berdasarkan UU Perpajakan dan peraturan pelaksanaannya.
Berdasarkan penjelasan Pasal 28 ayat (7) UU KUP, pembukuan dapat berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) pada umumnya Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan
berdasarkan SAK. Akuntansi Pajak adalah bagian dari akuntansi umum sehingga WP tidak
perlu membuat dua pembukuan dan cukup satu pembukuan berdasarkan SAK, kemudian
dilakukan penyesuaian fiskal berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku.
4
DR Wirawan, 2015, Akuntansi Perpajakan, Mitra Wacana Media, Jakarta, hlm. 64
5
Thomas Sumarsan, 2015, Perpajakan Indonesia: Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-
Undang Terbaru, PT Indeks, Jakarta, hlm. 81.
4
Pasal 28 ayat (3) UU KUP Pembukuan atau Pencatatan tersebut harus
diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya.
Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh 1984, menyatakan pengeluaran-pengeluaran yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam batas-batas yang
wajar sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik.
Pasal 28 ayat (4) UU KUP Pembukuan atau Pencatatan harus diselenggarakan di
Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan
disusun dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan Menteri Keuangan.
Pasal 28 ayat (7) UU KUP Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan
mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.6
6
Pardiat, 2010, Akuntansi Pajak, STAN, Jakarta, hlm. 3.
7
Nataherwin, dan Widayasari, Akuntansi Perpajakan, ( Bandung: CV. Rasi Terbit, 2018 ), Hal 57
5
d. Pasal 6 UU.PPh - 1984, dalam menentukan biaya yang dapat dikurangkan daripengha
silan bruto tidak dibedakan antara dasar kas dan dasar akrual.
e. Keputusan Direktur Jenderal Pajak KEP-273/PJ/1998; Penghasilan bunga yang
bersumber dari kredit non performing ( kurang lancer, diragukan dan macet ) diakui
sebagai penghasilan pada saat bunga tersebut diterima bank ( dasar kas), hal ini sama
dengan PSAK NO. 31 butir 02.
G. Konsistensi
Prinsip Konsistensi diartikan sebagai prinsip akuntansi dasar yang digunakan
dalam pelaporan keuangan tetap dan digunakan secara konsisten (tidak berubah-ubah
metode dan prosedur).
PSAK No. 1 butir 14, perubahan kebijakan akuntansi yang berpengaruh material perlu dalam
laporan keuangan.
H. Tahun Buku
Tahun buku adalah tahun pembukuan Wajib Pajak biasanya menggunakan tahun
buku yang sama dengan tahun kalender (tahun takwim) yaitu Januari – Desember, namun
6
tidak sedikit juga Wajib Pajak yang tahun bukunya berbeda misalkan April – Maret, Juli
– Juni, dll. 8
8
Audric Rayhan, “Aspek Perpajakan Dalam Perubahan Tahun Buku”, dalam http://nusatax.com/aspek-perpajakan-
dalam-perubahan-tahun-buku/ (diakses pada 15 September 2021, pukul 19.00)
9
Pardiat, 2010, Akuntansi Pajak, STAN, Jakarta, hlm. 5
7
2. Biaya
Tidak semua biaya dapat dikurangkan dari Penghasilan bruto, PPh
membedakan:
a. Biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expense),
sesuai Pasal 6 UU. No.36 Tahun 2008.
b. Biaya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible
expense), sesuai Pasal 9 UU. No.36 Tahun 2008.
c. Pasal 4 PP No.138 Tahun 2000 Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat
dikurangkan dalam menghitung PhKP, termasuk:
1) Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
yang bukan merupakan objek pajak, dikenakan PPh-Final, norma
penghitungan.
2) PPh-Pasal 21/23 yang ditanggung perusahaan kecuali PPh-Pasal 26
yang digross-up.
3) Kerugian dari harta atau utang yang dimiliki dan tidak
dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek
pajak.
Prinsip Akuntansi Pajak Penghasilan adalah mempertemukan antara biaya
yang dapat dikurangkan dengan penghasilan yang merupakan objek PPh-tidak
final, karena biaya untuk memperoleh penghasilan yang bukan objek PPh dan biaya
untuk memperoleh penghasilan yang dikenakan PPh-final tidak boleh dikurangkan;
sesuai dengan prinsip akuntansi adalah mempertemukan biaya dan penghasilan
yang tepat (proper matching cost and revenue).
8
BAB III PENUTUP
J. Kesimpulan
Akuntansi Pajak merupakan bagian dari Akuntansi Umum (General Accounting),
buku-buku akuntansi yang ada pada umumnya berdasarkan praktek-praktek akuntansi di
Amerika Serikat yang belum memasukkan praktek-praktek akuntansi di Indonesia
terutama yang berkaitan dengan perlakuan perpajakan di Indonesia, oleh karena itu dalam
bahan ajar akuntansi pajak ini menekankan pada pembahasan kewajiban Wajib Pajak :
1. Pembukuan;
2. Memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
3. Memotong PPh. Pihak lain;
4. Menghitung penghasilan neto (rugi) fiskal, penghasilan kena pajak dan pajak
terutang.
K. Saran
Makalah ini masih memerlukan banyak perbaikan dari segi penulisan, format dan
Bahasa yang digunakan, penulis mengharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman dalam
mata kuliah Akuntansi Pajak.
9
DAFTAR PUSTAKA
Pardiat. (2010). Akuntansi Pajak. Jakarta : STAN.
10
Contoh kasus Pembukuan
PT Barokah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan susu yang
didirikan pada tahun 2015 dan pada tahun tersebut mendaftarkan diri sebagai wajib pajak di kantor
pelayanan pajak Z. PT Barokah menggunakan tahun buku Januari-Desember. Akan tetapi, sampai
dengan bulan Oktober tahun 2016 masih melakukan kegiatan investasi dalam bentuk
pembangunan pabrik dan instalasi mesin serta belum melakukan kegiatan operasi secara
komersial.
Pada tanggal 1 Januari 2017, PT Barokah mulai melakukan operasi yang bersifat komersial
berupa produksi dan penjualan susu dalam bentuk kemasan. Maka, untuk tahun 2017 PT Barokah
akan dikenakan pajak penghasilan berdasarkan tarif umum Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Dalam hal peredaran bruto, usaha tersebut telah sampai pada tanggal 1 Januari 2018 dan
penghasilannya telah melebihi Rp.4.800.000.000 sehingga pada tahun pajak 2018 PT Barokah
akan dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif umum Undang-Undang Pajak Penghasilan.
11