Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 46)


tentang Akuntansi Pajak Penghasilan
Disusun untuk memenuhi tugas :
Mata kuliah : Tax Accounting
Dosen : Yuli Yanti Wulansari, S.E., M.Ak.

Oleh :
1. Annisa Nurfatihah (1900810030020)
2. Derisha Ayu Aprilliyani (1900810030012)
3. Melinda Rosilawati (1900810030004)
4. Rahmawati (1900810030009)

KA-S18
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI
INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK 46) tentang Akuntansi Pajak Penghasilan” ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Tax
Accounting. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
peraturan yang tertulis dalam PSAK 46 tentang akuntansi pajak penghasilan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yulianti Wulansari, S.E., M.Ak. selaku
dosen mata kuliah Tax Accounting yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Tak lupa kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 01 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER HALAMAN................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Akuntansi dan Pajak Penghasilan 5
B. Perbedaan Sementara dan Perbedaan Tetap 6
C. Peraturan PSAK tentang Pajak Penghasilan 7
D. Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan 7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSAKA.................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan keuangan di gunakan sebagai sumber informasi dalam pengambilan
keputusan ekonomi yang diperlukan oleh investor, karyawan, pemerintah, kreditur, maupun
masyarakat. Dalam praktiknya, seorang akuntan harus menyusun dua laporan keuangan yang
berbeda, yakni laporan keuangan kepada investor sesuai dengan PSAK dan laporan keuangan
yang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang telah ditetapkan pemerintah. Perbedaan inilah
yang menyebabkan permasalahan dalam penyusunan laporan keuangan.
Perbedaan tersebut terdiri dari perbedaan sementara (temporary different) dan
perbedaan tetap (permanent different). Perbedaan tetap tidak boleh dimasukkan ke dalam
laporan laba rugi karena berdasarkan aturan perpajakan bukan merupakan penghasilan.
Sedangkan perbedaan sementara boleh diakui, sehingga harus dilakukan rekonsiliasi fiskal
untuk mengetahui laba fiskal perusahan. Perbedaan pengakuan Pajak Penghasilan menurut
standar akuntansi keuangan dan ketentuan perpajakan di atas itulah yang menjadi fokus
diterapkannya PSAK 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara akuntansi dan pajak penghasilan dalam PSAK 46?
2. Bagaimana peraturan yang diterapkan PSAK 46 tentang akuntansi pajak penghasilan?
3. Perbedaan apa yang membuat laporan keuangan sesuai PSAK dan ketentuan
perpajakan berbeda?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hubungan antara akuntansi dan pajak penghasilan dalam PSAK 46.
2. Mengetahui aturan yang terdapat dalam PSAK 46 tentang akuntansi pajak
penghasilan
3. Mengetahui perbedaan sementara dan perbedaan tetap yang membuat laporan
keuangan sesuai PSAK dan ketentuan perpajakan menjadi berbeda.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akuntansi dan Pajak Penghasilan


Pajak sebagai iuran wajib kepada kas negara merupakan hal yang harus dijunjung
tinggi keberlangsungannya, baik ketaatan masyarakat dalam menyetor pajak ataupun
keakuratan perhitungan pajak itu sendiri. Pembayaran pajak di Indonesia masuk dalam
kas negara sekitar 75% dari jumlah kas yang ada. Sehingga pajak dominan berpengaruh
terhadap penyusunan anggaran belanja negara.
Setiap entitas bisnis baik dalam bentuk badan atau bentuk usaha tetap dan individu
memiliki kewajiban pajak sesuai ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan yang
berlaku. Kewajiban tersebut adalah membayar dan melaporkan pajak atas laba yang
diperoleh entitas. PSAK 46 (revisi 2010) : Pajak Penghasilan mengatur bagaimana entitas
menyajikan dan mengungkapkan kewajiban pajak penghasilan entitas.
Undang-Undang Pajak menyebutkan atas penghasilan yang diterima individu atau
entitas (badan) akan dikenakan pajak sesuai dengan tarif yang berlaku. Penghasilan
menurut regulasi pajak adalah setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau
diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia atau dari luar Indonesia yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan. Untuk entitas, penghasilan yang
diterima atau diperoleh dikenakan pajak setelah dikurangkan beban yang diperbolehkan.
Pajak akan dihitung atas laba entitas bukan nilai total penghasilan. Namun untuk
pendapatan pada industri tertentu (konstruksi), usaha kecil yang menghitung pajak
dengan norma, pajak dihitung dari nilai penghasilan bukan laba.
PSAK 46: Pajak Penghasilan mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan pajak penghasilan entitas. Sebagai salah satu beban entitas, pajak
penghasilan dikenakan dan dihitung berdasarkan penghasilan yang telah diakui entitas.
Konsep matching principles, tetap dipertahankan dalam pengakuan ini, sehigga jika
penghasilan tersebut diterima pada suatu periode maka konsekuensi pajaknya harus
diperhitungkan pada periode tersebut. Walaupun menurut peraturan, pajaknya akan
dibayarkan pada periode yang lain.
PSAK 46 (revisi 2010) : Pajak Penghasilan merupakan revisi atas PSAK 46 :
Akuntansi Pajak Penghasilan tahun 1998. Revisi dilakukan dengan menyesuaikan PSAK
dengan IAS 21 : Income taxes. Ada beberapa ketentuan pajak dalam regulasi Indonesia
seperti pajak finak dan surat ketetapan pajak masih dipertahankan, sehinga masih terdapat
perbedaan antara IAS 12 dan PSAK revisi (2010). Ketentuan dalam PSAK 46 secara
umum mengikuti praktik umum yang berlaku secara internasional. Beban pajak dalam
laporan keuangan tidak dihitung berdasarkan jumlah pajak terhutang menurut fiskal
namun juga tidak dihitung berdasarkan laba sebelum pajak sebelum tarif yang berlaku.
Beban pajak merupakan penjumlahan dari beban pajak kini dan beban (manfaat)
pajak tangguhan. Praktik sebelum PSAK 46 revisi 1998, beban pajak penghasilan dalam
laporan laba rugi adalah beban pajak kini saja, tanpa memperhitungkan pajak tangguhan.
Untuk SAK ETAP, beban pajak dalam laporan keuangan adalah pajak terutang menurut
perhitungan fiskal. Beban (manfaat) pajak tangguhan merupakan dampak dari perbedaan
5
temporer yang menyebabkan jumlah pajak terpulihkan atau pajak penghasilan terutang
pada periode masa depan.
Ketentuan dalam UU PPh dan PSAK terkait pengakuan pendapatan dan beban tidak
sama, karena memiliki tujuan yang berbeda. Perbedaan tersebut tidak hanya terjadi di
Indonesia namun hampir di seluruh Negara cenderung terdapat perbedaan antara pajak
dan akuntansi. Perbedaan antara pajak dan akuntansi dapat dibedakan menjadi dua,
perbedaan permanen dan perbedaan temporer. Setiap akhir pelaporan entitas melakukan
rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal atas laba sebelum pajak untuk menghitung jumlah
penghasilan kena pajak. Informasi dalam rekonsiliasi fiskal disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan, sebagai informasi pendukung untuk menghitung jumlah beban pajak
kini, beban pajak tangguhan dan aset / liabilitas pajak tangguhan yang terkait.

B. Perbedaan Sementara dan Perbedaan Tetap


Laporan keuangan sesuai dengan PSAK dan laporan keuangan sesuai aturan
perpajakan itu berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan karena dua hal, yaitu perbedaan
sementara atau temporer dan perbedaan tetap atau permanen. Berikut penjelasan tentang
kedua perbedaan tersebut :
1. Perbedaan sementara / temporer
Perbedaan sementara atau sering disebut temporer adalah perbedaan yang
terjadi karena waktu pengakuan sehingga secara total nilai beban atau pendapatan
sama namun waktu pengakuannya berbeda. Perbedaan temporer akan
menyebabkan jumlah tercatat aset atau liablitas dalam laporan posisi keuangan
berbeda dengan dasar pengenaan pajaknya. Misalnya perbedaan masa manfaat
aset tetap antara ketentuan perpajakan dan kebijakan entitas dalam melakukan
penyusutan. Akibat perbedaan masa manfaat, nilai penyusutan berbeda, sehingga
akan menyebabkan perbedaan nilai buku aset dalam laporan posisi keuangan
dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer juga dapat muncul karena
perbedaan waktu pengakuan maupun cara penilaian. Akuntansi mengakui
penurunan piutang saat terdapat bukti obyektif sesuai dengan PSAK 55,
sedangkan pajak mengakui penghapusan piutang jika telah memenuhi ketentuan
spesifik yang lebih ketat untuk entitas di luar jasa keuangan. Untuk entitas dalam
industri keuangan ada peraturan khusus untuk menghitung nilai cadangan
penurunan nilai piutang. Akuntansi mengakui penurunan nilai (impairment) aset
tetap, investasi dan cadangan penurunan persediaan, sedangkan pajak tidak
memperkenankan kerugian penurunan nilai sebagai pengurang penghasilan.
Perbedaan temporer ini akan menimbulkan jumlah pajak terutang pada periode
mendatang atau jumlah pajak terpulihkan di masa mendatang. Jika aset atau
liabilitas muncul akibat pengakuan pendapatan menurut akuntansi lebih besar
dibandingkan menurut pajak, maka akan menimbulkan pajak terutang di masa
depan sehingga akan diakui liabilitas pajak tangguhan. Sebaliknya jika pengakuan
pendapatan menurut akuntansi lebih kecil dibandingkan penghasilan menurut
pajak, maka entitas akan melakukan pembayaran pajak terlebih dahulu atas
pendapatan tersebut sehingga akan diakui aset pajak tangguhan. Aset pajak

6
tangguhan juga dapat terjadi karena akumulasi kerugian pajak yang belum
dikompensasikan dan akumulasi kredit pajak yang belum dimanfaatkan. Untuk
fasilitas kredit pajak, ketentuan regulasi di Indonesia belum mengatur.
2. Perbedaan tetap / permanen
Perbedaan permanen adalah perbedaan substansi yang tidak akan terpulihkan
di masa mendatang. Contohnya biaya pegawai yang diberikan dalam bentuk
natura, sumbangan dengan kriteria tertentu tidak dapat menjadi pengurang
penghasilan, biaya yang tidak terkait dengan mendapatkan, menagih dan
memelihara pendapatan. Perbedaan permanen dapat juga terjadi karena
penghasilan yang dikenakan pajak final seperti pendapatan bunga, sewa tanah,
sewa bangunan, pengalihan tanah / bangunan, transaksi di pasar modal.
Penghasilan yang dikecualikan misalnya iuran pensiun yang diterima oleh entitas
program purna karya. Atas perbedaan permanen ini menurut standar tidak
diperhitungkan konsekuensi pajak yang terutang di masa depan sehingga tidak
memunculkan kewajiban atau aset pajak tangguhan. Walaupun untuk pajak final
ada konsekuensi pajak yang harus ditanggung, yaitu sebesar tarif pajak finalnya,
yang berbeda dengan tarif pajak umum. Dalam perhitungan pajak terutang,
perbedaan permanen ini tidak dimasukkan dalam menghitung pajak terutang.
Pajak final dilaporkan dalam laporan pajak terpisah dari penghasilan yang
dihitung dengan menggunakan tarif pajak umum.

C. Peraturan PSAK tentang Pajak Penghasilan


Untuk menentukan laba atau pajak kena penghasilan dalam pelaporan akuntansi,
wajib pajak sering mengalami permasalahan akibat perbedaan peraturan perpajakan
dengan pernyataan standar keuangan akuntansi. Oleh karena itu PSAK 46 mengatur
perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam :
1. Mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode
mendatang untuk hal-hal sebagai berikut :
a) Pemulihan nilai tercatat aktiva dan pelunasan nilai tercatat kewajiban yang
disajikan di dalam neraca.
b) Transaksi atau kejadian lain dalam periode berjalan yang diakui dan
disajikan didalam laporan komersial perusahaan.
2. Pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa kerugian yang belum
dikompesasikan, penyajian pajak penghasilan di dalam laporan keuangan
komersial dan pengungkapan informasi yang berhubungan dengan pajak
penghasilan Prinsip Dasar Akunansi Pajak Penghasilan.

D. Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan


Akuntansi pajak penghasilan seperti diatur dalam PSAK 46 menggunakan dasar akrual,
yang mengharuskan untuk diakuinya pajak penghasilan yang kurang dibayar atau terutang
dan pajak yang lebih bayar dalam tahun berjalan.
Berikut ini adalah prinsip dasar akuntansi pajak penghasilan :

7
1. Tujuan PSAK 46 adalah untuk mengatur akuntansi pajak penghasilan. Dalam
mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan
mendatang yaitu pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa
depan yang diakui pada laporan posisi keuangan entitas. Transaksi-transaksi lain
pada periode kini yang diakui pada laporan keuangan entitas. Pernyataan ini juga
mengatur aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi yang dapat dikompensasi ke
tahun berikut.
2. Ruang Lingkup PSAK 46 yaitu, PSAK ini diterapkan untuk akuntansi pajak
penghasilan termasuk semua pajak luar negeri yang didasarkan pada laba kena
pajak. Pajak penghasilan termasuk pemotongan pajak yang terutang oleh entitas
anak, entitas asosiasi atau ventura bersama atas distribusi kepada entitas pelapor.
Pajak penghasilan tidak berlaku pada hibah pemerintah, tetapi berlaku atas
perbedaan temporer yang dapat ditimbulkan dari hibah tersebut atau kredit pajak
investasi.
3. Dalam PSAK 46 dikenal istilah-istilah mengenai beban pajak (penghasilan pajak),
laba akuntansi, laba kena pajak, pajak penghasilan, pajak penghasilan final, pajak
kini, perbedaan temporer.
4. Dasar pengenaan pajak aset adalah jumlah yang dapat dikurangkan. Dasar
pengenaan pajak liabilitas adalah jumlah tercatat liabilitas dikurangi dengan
setiap jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan pajak berkenaan
denganliabilitas tersebut pada periode masa depan.
5. Dalam laporan keuangan konsolidasi, perbedaan temporer ditentukan dengan
membandingkan nilai tercatat aset liabilitas pada laporan keuangan konsolidasi.
6. Entitas menentukan dasar pengenaan pajak merujuk pada SPT masing-masing
entitas, jika entitas tidak diizinkan oleh peraturan yang berlaku untuk membuat
SPT konsolidasi. Jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode sebelumnya
melebihi jumlah pajak yang terutang, maka selisihnya diakui sebagai aset.
7. Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak tanggugan,
kecuali jika timbul perbedaan temporer kena pajak berasal dari pengakuan
awal goodwill atau pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu
transaksi yang bukan transaksi kombinasi bisnis dan tidak mempengaruhi laba
akuntansi dan laba kena pajak. Pajak kini dan pajak tangguhan diakui sebagai
penghasilan atau beban pada laporan laba rugi, kecuali bila penghasilan berasal
dari kombinasi bisnis dan transaski yang diakui periode yang sama atau berbeda di
luar laporan laba rugi.
8. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dengan Surat Ketetapan
Pajak (SKP) harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada
Laporan Laba Rugi periode berjalan, kecuali apabila diajukan keberatan dan atau
banding. Jumlah tambahan pokok pajak dan denda yang ditetapkan dengan SKP
ditangguhkan pembebanannya sepanjang memenuhi kriteria pengakuan aset.
Apabila terdapat kesalahan maka perlakuan akuntansinya mengacu pada PSAK
25. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dengan Surat
Ketetapan Pajak (SKP) harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain

8
pada Laporan Laba Rugi periode berjalan, kecuali apabila diajukan keberatan dan
atau banding.
9. Atas perbedaan antara nilai tercatat menurut akuntansi dan DPP menurut pajak
atas aset dan liabilitas yang dikenai pajak final, tidak dilakukan pengakuan aset
atau liabilitas pajak tangguhan. Selisih antara jumlah PPh final yang terutang
dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PSAK No. 46 merupakan standar yang mengatur perlakuan akuntansi pajak
penghasilan dengan menerapkan pendekatan neraca. Pendekatan neraca mengakui adanya
kewajiban dan aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan sebagai akibat
adanya perbedaan waktu dan sisa kerugian yang belum dikompensasikan.
Apabila ada perusahaan belum menerapkan PSAK No. 46 sehingga perubahan
penerapan kebijakan yang baru menyebabkan laporan keuangan harus disajikan kembali.
Dari hasil penyajian kembali tersebut diketahui bahwa penerapan PSAK No. 46
mengakibatkan munculnya akun baru yaitu aktiva pajak tangguhan yang menambah jumlah
aktiva perusahaan sebagai akibat dari adanya manfaat pajak tangguhan yang mengurangi
beban pajak perusahaan. Adanya manfaat pajak tangguhan juga mengakibatkan
bertambahnya laba perusahaan sehingga meningkatkan ekuitas perusahaan.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan demi perbaikan makalah ini,
silahkan sampaikan kepada kami agar menjadi evaluasi bagi kami kedepannya.
Apabila ada terdapat kesalahan, mohon dapat dimaafkan dan memakluminya karena
kami adalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan kekhilafan.

10
DAFTAR PUSAKA

http://keuanganlsm.com/mengenai-psak-46-tentang-pajak-penangguhan/
http://www.astomoservices.com/akuntansi-pajak-penghasilan/

11

Anda mungkin juga menyukai