Anda di halaman 1dari 9

Nama : Muhammad Ade Rizky Nur

NIM : A031181301

Ringkasan Mata Kuliah Manajemen Pajak

Materi Pembelajaran : Tax Planning dalam Pemanfaatan Tax Incentives

Tax Incentives adalah pengurangan, pengecualian, atau pembebasan dari kewajiban pajak, yang
ditawarkan pemerintah sebagai daya tarik untuk terlibat dalam kegiatan tertentu (seperti investasi barang
modal) untuk jangka waktu tertentu. Jenis insentif pajak secara umum sebagai berikut ini.

1) Tax Holiday dan Tax Allowance

  Tax Holiday dapat diartikan sebagai periode pembebasan pajak penghasilan untuk industri-industri
baru, yang diberikan oleh negara-negara berkembang dalam rangka untuk mengembangkan atau
diversifikasi industri. Sedangkan Tax allowance diterjemahkan sebagai keringanan/pengurangan pajak.

Keuntungan insentif pajak berupa tax holiday antara lain adalah keuntungan dari segi kesederhanaan,
karena dengan tidak adanya pajak yang harus dibayar pada masa holiday maka baik bagi kantor pajak
maupun wajib pajak tidak perlu melakukan filing dan audit pajak serta tidak ada biaya administrasi.
Kelemahan dari tax holiday, yaitu:

 The cost of tax holiday, dalam arti penerimaan pajak yang hilang bagi host country yang tidak
dapat diperkirakan didepan dengan tingkat akurasi yang cukup.

 Tax holiday  sering dimanfaatkan oleh investor yang cenderung mobile dengan memindahkan


usahanya ke negara lain untuk mendapatkan  tax holiday yang baru jika masa manfaat tax
holiday di suatu negara sudah habis. Dengan praktek tersebut, negara host
country kehilangan benefit dari adanya investor tersebut.

 Tax holiday  menciptakan kesempatan untuk penghindaran pajak atau manipulasi pajak.

2) Tax Sparing Credit

Tax sparing credit merupakan suatu kredit pajak semu yang disepakati oleh negara asal investor
dimana negara asal investor memperbolehkan investor mengakui adanya kredit pajak di luar negeri dalam
penghitungan pajak global di negara asal investor ( the country of resident) walaupun dalam kenyataannya
tidak ada pajak yang dibayar di negara sumber karena negara sumber memberikan insentif pajak ( tax
holiday). Insentif pajak berupa tax holiday yang diberikan oleh negara sumber tidak akan efektif jika di
negara asalnya, investor harus membayar pajak atas keseluruhan penghasilan yang diterima dari seluruh
dunia (world wide income). Hal ini pernah terjadi di Indonesia pada periode pemberlakuan tax holiday pada
periode waktu tahun 1967 sampai dengan 1983.

3) Investment Allowances dan Tax Credits

Investment allowances and tax credits pada umumnya diterapkan pada investasi baru yang
dibuat. Investment allowances and tax  credits adalah bentuk insentif pajak yang didasarkan pada besarnya
investasi. Tax allowance berarti mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan. Sedangkan tax
credit secara langsung mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam mendesain investment allowance adalah:

 Investasi yang memenuhi syarat ( eligible investment), yaitu bahwa invsetment


allowance diterapkan atas semua bentuk investasi modal atau dapat pula atas kategori khusus
saja, seperti mesin atau peralatan berteknologi canggih.

 Jumlah allowance,  yang pada umumnya dalam bentuk persentase dari investasi tertentu. Di
Indonesia,  besarnya allowance adalah 30% dari investasi yang memenuhi syarat.

 Jangka waktu (duration) dan batasan lainnya, yaitu batas waktu dimana investment
allowance dapat diklaim. Untuk Indonesia jangka waktunya adalah 6 tahun.

Permasalahan utama berkenaan dengan insentif jenis ini adalah dalam mendefinisikan
pengeluaran yang memenuhi syarat, pilihan tarif dari allowance atau kredit pajak, dan perlakuan dari
jumlah insentif yang tidak dapat dipergunakan dalam tahun tersebut dalam hal penghasilan kena pajak
tidak mencukupi. Sedangkan kelebihan jenis insentif ini dibandingkan dengan tax holiday dilihat
dalam perspektif host country adalah biaya maksimal yang muncul dapat ditentukan dengan mudah; biaya
tersebut berhubungan secara langsung dengan jumlah investasi yang diberikan allowance;  serta insentif
tersebut tidak membatasi khusus kepada investor baru tapi juga kepada investor lama yang meningkatkan
investasinya.

4) Accelerated Depreciation (Timing Difference)


Perbedaan waktu dapat terjadi dalam hal pembebanan biaya yang dipercepat atau penangguhan
pengakuan penghasilan. Bentuk umum dari pembebanan biaya yang dipercepat adalah penyusutan, yaitu
penyusutan dibebankan dalam periode waktu yang lebih pendek dari umur ekonomis aktiva tersebut atau
melalui pembebanan khusus di periode tahun pertama. Maksud dari insentif tipe ini adalah untuk
membantu perusahaan memperoleh pengembalian modalnya ( return on investment) lebih cepat. Namun,
insentif ini secara keseluruhan tidak mempengaruhi jumlah pajak yang seharusnya dibayar ke negara,
tetapi hanya menggeser beban pajak ke belakang.

5) Tax Rate Reductions

Pengurangan tarif pajak secara umum diterapkan atas penghasilan dari sumber tertentu atau
kepada perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu. Misalnya, kepada perusahaan kecil di bidang
manufaktur atau pertanian. Pengurangan tarif ini berbeda dengan tax holiday sebab kewajiban pajak dari
perusahaan tidak dibebaskan secara keseluruhan, dan insentif ini dapat diperluas pada perusahaan baru
termasuk penghasilan dari kegiatan yang telah ada serta tidak dibatasi pada periode waktu tertentu.
Persoalan utama dalam menerapkan insentif tipe ini adalah dalam mengidentifikasi penghasilan yang
memenuhi syarat dan kriteria perusahaan tertentu. Seringkali dalam membuat definisi atas penghasilan
dan perusahaan tertentu yang berhak mendapatkan insentif menimbulkan peluang untuk dimanipulasi.
Untuk mencegah dimanipulasi, biasanya dibuat aturan hukum yang ketat sehingga justru mengurangi
efektifitas dari insentif tersebut.

Fasilitas PPh atas Industri Tertentu dan Wilayah Tertentu

Pemerintah memberikan fasilitas pembebasan/pengurangan pajak ( Tax Holiday) dengan


menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011 tanggal 15 Agustus 2011 tentang
Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan. Pengakuan pemberian
fasilitas tax holiday dari Indonesia dalam penghitungan PPh di negara domisili sebesar fasilitas yang
diberikan disebut dengan tax sparing.

Wajib Pajak yang Dapat Menggunakan Fasilitas Tax Holiday

Fasilitas tax holiday ini diberikan kepada Wajib Pajak badan baru yang memenuhi kriteria:

a) Merupakan Industri Pionir;


b) Mempunyai rencana penanaman modal baru yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi
yang berwenang paling sedikit sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);
c) Menempatkan dana di perbankan di Indonesia minimal 10% dari total rencana penanaman modal
sebagaimana dimaksud pada huruf angka 2 di atas, dan tidak boleh ditarik sebelum saat
dimulainya pelaksanaan realisasi penanaman modal; dan
d) Harus berstatus sebagai badan hukum Indonesia yang pengesahannya ditetapkan maksimal 12
bulan sebelum Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku atau pengesahannya ditetapkan
sejak atau setelah berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini. Untuk diketahui bahwa Peraturan
Menteri Keuangan ini berlaku mulai 15 Agustus 2011.

Industri Pionir yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan ini mencakup:

a) Industri Logam Dasar;


b) Industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organic yang bersumber dari minyak bumi
dan gas alam;
c) Industri permesinan;
d) Industri di bidang suberdaya terbarukan; dan/atau
e) Industri peralatan komunikasi.

Syarat bagi Wajib Pajak yang Memenuhi Kriteria Untuk Memanfaatkan Fasilitas Tax Holiday

Fasilitas Tax Holiday ini dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sepanjang
memenuhi persyaratan:

a) Telah merealisasikan seluruh penanaman modalnya; dan


b) Telah berproduksi secara komersial. Saat dimulainya berproduksi secara komersial ini akan diatur
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Tata Cara Untuk Memperoleh Fasilitas Tax Holiday

 Wajib Pajak harus menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian atau Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
 Dalam rangka pemberian fasilitas Tax Holiday, Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM setelah
berkoordinasi dengan menteri terkain, menyampaikan usulan kepada Menteri Keuangan, dengan
melampirkan fotokopi:
 Penyampaian usulan ini harus disertai dengan uraian penelitian mengenai:
i. kartu NPWP;
ii. surat persetujuan penanaman modal baru dari Kepala BKPM beserta rinciannya; dan
iii. Bukti penempatann dana di perbankan di Indonesia.
iv. ketersediaan infrastruktur di lokasi investasi;
v. penyerapan tenaga kerja domestic;
vi. kajian mengenai pemenuhan kriteria sebagai industry pionir;
vii. rencana tahapan alih teknologi secara rinci; dan
viii. adanya ketentuan mengenai tax sparing di negara domisili.

Persetujuan Menteri Keuangan

 Atas usulan pemberian tax holiday oleh Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM, Menteri
Keuangan menugaskan komite verifikasi pemberian fasilitas tax holiday (yang dibentuk oleh
Menteri Keuangan) untuk membantu melakukan penelitian dan verifikasi dengan
mempertimbangkan dampak strategis Wajib Pajak bagi perekonomian nasional.
 Dalam melaksanakan tugasnya komite verifikasi pemberian fasilitas tax holiday berkonsultasi
dengan Menteri Koordinator Perekonomian.
 Atas hasil penelitian dan verifikasi, komite verifikasi menyampaikan kepada Menteri Keuangan
yang disertai dengan pertimbangan dan rekomendasi, serta rekomendasi jangka waktu pemberian
fasilitas.
 Berdasarkan hasil rekomendasi ini, Menteri Keuangan memutuskan pemberian fasilitas setelah
berkonsultasi dengan Presiden Republik Indonesia. Apabila Menteri Keuangan menyetujui
pemberian fasilitas tax holiday ini, maka diterbitkan Surat Keputusan. Namun apabila Menteri
Keuangan menolak, maka penolakan disampaikan melalui pemberitahuan secara tertulis kepada
Wajib Pajak dengan tembusan kepada Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM.

Kewajiban Bagi Wajib Pajak yang Telah Memperoleh Fasilitas Tax Holiday

Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas Tax Holiday harus menyampaikan laporan secara berkala
kepada Direktur Jenderal Pajak dan komite verifikasi mengenai:

a) laporan penggunaan dana yang ditempatkan di perbankan di Indonesia; dan


b) laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit.
Sanksi Pencabutan Fasilitas Tax Holiday

Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas tax holiday ini dapat dicabut, apabila:

a) tidak memenuhi ketentuan kriteria sebagai Wajib Pajak yang dapat diberikan fasilitas dan
persyaratan telah merealisasikan seluruh penanaman modal yang telah disahkan oleh instansi
yang berwenang; dan/atau
b) tidak memenuhi ketentuan penyampaian laporan.

Fasilitas Pembebasan Pajak yang Diperoleh oleh Wajib Pajak

Jangka waktu pemberian fasilitas tax holiday sebagaimana disebutkan di atas dapat melebihi jangka waktu
sebagaimana yang telah ditetapkan tersebut berdasarkan pertimbangan dari Menteri Keuangan. Wajib
Pajak yang mendapatkan persetujuan untuk memperoleh fasilitas tax holiday, mendapatkan fasilitas
pembebasan pajak berupa:

a) pembebasan atau pengurangan PPh badan dalam jangka waktu maksimal 10 tahun dan minimal 5
tahun, terhitung sejak Tahun Pajak dimulainya produksi komersial.
b) setelah berakhirnya pemberian fasilitas tax holiday, Wajib Pajak diberikan pengurangan PPh
badan sebesar 50% dari PPh terutang selama 2 Tahun Pajak.
c) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari kegiatan usaha yang memperoleh
fasilitas tax holiday, tidak dilakukan pemotongan dan pemungutan pajak selama periode
pemberian fasilitas tax holiday.

Kewajiban Perpajakan yang Masih Tetap Berlaku Bagi Wajib Pajak yang Dapat Fasilitas Tax Holiday

Bagi Wajib Pajak yang memperoleh fasilitas tax holiday masih berlaku ketentuan:

a) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak di luar kegiatan usaha yang
memperoleh fasilitas tax holiday, tetap dilakukan pemotongan dan pemungutan pajak sesuai
ketentuan perpajakan yang berlaku.
b) tetap melaksanakan kewajiban pemotongan dan pemungutan pajak kepada pihak lain sesuai
ketentuan perpajakan yang berlaku.

Ketentuan Memperoleh Fasilitas PPh 


a) Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas PPh sesuai Pasal 31A UU PPh, tidak dapat
memperoleh fasilitas tax holiday berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini.
b) Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas PPh sesuai Peraturan Menteri Keuangan ini, tidak
dapat memperoleh fasilitas tax holiday berdasarkan Pasal 31A UU PPh.

Saat Pengajuan Usulan Pemberian Fasilitas Tax Holiday

Usulan untuk memberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh badan berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan ini, harus diajukan oleh Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM dalam jangka waktu
selama 3 tahun terhitung sejak diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan ini.

Fasilitas PPh Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah
Tertentu

Pada tanggal 6 April Tahun 2015, pemerintah menerbitkan revisi regulasi fasilitas PPh melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di
Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu yang secara efektif akan berlaku mulai
tanggal 6 Mei 2015. Tujuannya adalah untuk mendorong peningkatan investasi langsung guna mendorong
pertumbuhan ekonomi dalam rangka pemerataan pembangunan.

Peraturan Pemerintah ini mencabut dan menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2011 yang
mengatur tentang fasilitas Pajak Penghasilan di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah
tertentu. Kebijakan umum dalam fasilitas Tax Allowance (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015),
yaitu:

a) Menciptakan efek pengganda yang besar dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan
memperbaiki neraca pembayaran;
b) Memenuhi kebutuhan dalam negeri sejalan dengan peningkatan  pertumbuhan ekonomi;
c) Mengisi pohon industri yang kosong guna mendorong kemandirian nasional;
d) Tidak mengganggu pertumbuhan industri yang ada dalam rangka menjaga iklim usaha yang
kondusif;
e) Tidak saling menghapuskan dengan kebijakan lain sejalan dengan konsistensi kebijakan
pemerintah;
f) Lebih ramah terhadap investor, seperti penyederhanan proses pengurusan fasilitas;
g) Lebih terbuka dari peraturan sebelumnya dengan persyaratan yang tidak bersifat kumulatif.

Wajib Pajak yang dapat diberikan fasilitas Tax Allowance adalah Wajib Pajak badan dalam negeri yang
melakukan penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada. Bentuk fasilitas Tax
Allowance yang diberikan meliputi:

a) Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) yang dibebankan selama 6
(enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen),
b) Penyusutan dan amortisasi dipercepat,
c) Pengenaan  PPh sebesar 10% (sepuluh persen) atas dividen yang dibayarkan kepada Wajib Pajak
luar negeri atau tarif yang lebih rendah apabila terdapat Tax Treaty, dan
d) Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun.
e) Khusus untuk tambahan kompensasi kerugian, Pemerintah akan memberikan reward berupa
tambahan kompensasi kerugian selama 2 (dua) tahun kepada Wajib Pajak yang melakukan
perluasan dari usaha yang telah ada yang sebagian sumber pembiayaannya berasal dari laba
setelah pajak (earning after tax) dan tambahan 2 (dua) tahun lagi kepada Wajib Pajak dalam
negeri di bidang usaha tertentu di luar kawasan berikat yang melakukan ekspor paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari nilai total penjualan.

 Bentuk relaksasi dalam PP ini meliputi:

a) Persyaratan umum Wajib Pajak yang dapat mengajukan fasilitas Tax Allowance:


 Wajib Pajak badan dalam negeri dengan tidak dibatasi hanya pada Perseroan Terbatas dan
Koperasi
 Tidak lagi mensyaratkan jangka waktu penerbitan Izin Prinsip, sepanjang belum berproduksi
secara komersial
b) Lebih memberikan relaksasi pada kriteria dan persyaratan pengajuan fasilitas Tax Allowance
(besaran investasi, ekspor, tenaga kerja, dan TKDN tidak bersifat kumulatif)
c) Wajib Pajak dapat bersamaan mengajukan permohonan Tax Holiday dan Tax Allowance. Dalam
hal permohonan Tax Holidaynya ditolak, akan diberikan fasilitas Tax Allowance.
d) Jangka waktu penyelesaian yang lebih cepat dan proses pengajuan yang lebih mudah:
 Penguatan fungsi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di BKPM,
 Simplifikasi dokumen persyaratan dengan tujuan tidak memberatkan Wajib Pajak,
 Lebih memberikan kepastian jangka waktu penyelesaian pemberian fasilitas, yaitu paling lama
28 hari kerja.

Beragam Fasilitas PPN dan Bea Masuk

Fasilitas PPN

Pajak Pertmbahan Nilai (PPN) dikenakan atas pertambahan nilai yang terjadiatas suatu barang atau jasa.
Untuk tujuan tujuan tertentu, PPN ini tidak dikenakan terhadap sector-sektor usaha tertentu. Inilah yang
disebut dengan fasilitas.

Ada 4 (empat) jenis fasilitas PPN di Indonesia yaitu: Fasilitas PPN Tidak Dikenakan, PPN Dibebaskan,
PPN Tidak Dipungut dan PPN 0% (Nol Persen). Pengertian keempat fasilitas tersebut adalah sama-sama
tidak dibebani PPN. Tetapi, ada beberapa perbedaan mendasar di antara keempat fasilitas tersebut.

PPN Tidak Dikenakan PPN Dibebaskan PPN Tidak Dipungut PPN 0% (Nol Persen)
BKP/JKP dikecualikan Ada Objek PPN. Ada Objek PPN. Ada Objek PPN.
dari objek PPN.
Wajib Pajak harus minta Wajib Pajak harus minta Wajib Pajak harus
Apabila tidak ada usaha dikukuhkan sebagai PKP dikukuhkan sebagai minta dikukuhkan
lain, maka wajib pajak dan wajib membuat PKP dan wajib membuat sebagai PKP.
tidak wajib untuk Faktur Pajak kecuali ada Faktur Pajak kecuali ada
Pajak Masukan atas
dikukuhkan sebagai peraturan yang peraturan yang
perolehan BKP dapat
PKP. menyatakan tidak menyatakan tidak
dikreditkan.
diperlukan. diperlukan.
Pajak Masukan atas
perolehan Barang Pajak Masukan atas Pajak Masukan atas
dan/atau Jasa Kena perolehan Barang perolehan Barang Kena
Pajak tidak dapat dan/atau Jasa Kena Pajak Pajak dapat dikreditkan.
dikreditkan. tidak dapat dikreditkan.

Anda mungkin juga menyukai