Anda di halaman 1dari 11

Ringkasan Materi Kuliah Manajemen Pajak

Tax Planning dalam Pemanfaatan Tax Incentives

Disusun Oleh :

M. IDHAM FARHAN SYAIFUDDIN

A031181016

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
Tax Planning dalam Pemanfaatan Tax Incentives

Tax Incentives adalah pengurangan, pengecualian, atau pembebasan dari


kewajiban pajak, yang ditawarkan pemerintah sebagai daya tarik untuk terlibat
dalam kegiatan tertentu (seperti investasi barang modal) untuk jangka waktu
tertentu. Jenis insentif pajak secara umum sebagai berikut ini.

1) Tax Holiday dan Tax Allowance

  Tax Holiday dapat diartikan sebagai periode pembebasan pajak penghasilan


untuk industri-industri baru, yang diberikan oleh negara-negara berkembang dalam
rangka untuk mengembangkan atau diversifikasi industri. Sedangkan Tax
allowance diterjemahkan sebagai keringanan/pengurangan pajak.

Keuntungan insentif pajak berupa tax holiday antara lain adalah keuntungan dari


segi kesederhanaan, karena dengan tidak adanya pajak yang harus dibayar pada
masaholiday maka baik bagi kantor pajak maupun wajib pajak tidak perlu
melakukan filing dan audit pajak serta tidak ada biaya administrasi. Kelemahan dari
tax holiday, yaitu:

 The cost of tax holiday, dalam arti penerimaan pajak yang hilang bagi host
country yang tidak dapat diperkirakan didepan dengan tingkat akurasi yang
cukup.

 Tax holiday sering dimanfaatkan oleh investor yang


cenderung mobile dengan memindahkan usahanya ke negara lain untuk
mendapatkan  tax holiday yang baru jika masa manfaat tax holiday di suatu
negara sudah habis. Dengan praktek tersebut, negara host
country kehilangan benefit dari adanya investor tersebut.

 Tax holiday menciptakan kesempatan untuk penghindaran pajak atau


manipulasi pajak.

2) Tax Sparing Credit

Tax sparing credit merupakan suatu kredit pajak semu yang disepakati oleh
negara asal investor dimana negara asal investor memperbolehkan investor
mengakui adanya kredit pajak di luar negeri dalam penghitungan pajak global di
negara asal investor (the country of resident) walaupun dalam kenyataannya tidak
ada pajak yang dibayar di negara sumber karena negara sumber memberikan
insentif pajak (tax holiday). Insentif pajak berupa tax holiday yang diberikan oleh
negara sumber tidak akan efektif jika di negara asalnya, investor harus membayar
pajak atas keseluruhan penghasilan yang diterima dari seluruh dunia (world wide
income). Hal ini pernah terjadi di Indonesia pada periode pemberlakuan tax
holiday pada periode waktu tahun 1967 sampai dengan 1983.

3) Investment Allowances dan Tax Credits

Investment allowances and tax credits pada umumnya diterapkan pada


investasi baru yang dibuat. Investment allowances and tax credits adalah bentuk
insentif pajak yang didasarkan pada besarnya investasi. Tax allowance berarti
mengurangi penghasilan kena pajak perusahaan. Sedangkan tax credit secara
langsung mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam mendesain investment allowance adalah:

 Investasi yang memenuhi syarat (eligible investment), yaitu bahwa


invsetment allowance diterapkan atas semua bentuk investasi modal atau
dapat pula atas kategori khusus saja, seperti mesin atau peralatan
berteknologi canggih.

 Jumlah allowance, yang pada umumnya dalam bentuk persentase dari


investasi tertentu. Di Indonesia,  besarnya allowance adalah 30% dari
investasi yang memenuhi syarat.

 Jangka waktu (duration) dan batasan lainnya, yaitu batas waktu dimana
investment allowance dapat diklaim. Untuk Indonesia jangka waktunya adalah
6 tahun.

Permasalahan utama berkenaan dengan insentif jenis ini adalah dalam


mendefinisikan pengeluaran yang memenuhi syarat, pilihan tarif dari allowance atau
kredit pajak, dan perlakuan dari jumlah insentif yang tidak dapat dipergunakan dalam
tahun tersebut dalam hal penghasilan kena pajak tidak mencukupi. Sedangkan
kelebihan jenis insentif ini dibandingkan dengan tax holiday dilihat dalam perspektif
host country adalah biaya maksimal yang muncul dapat ditentukan dengan mudah;
biaya tersebut berhubungan secara langsung dengan jumlah investasi yang
diberikan allowance; serta insentif tersebut tidak membatasi khusus kepada investor
baru tapi juga kepada investor lama yang meningkatkan investasinya.

4) Accelerated Depreciation (Timing Difference)

Perbedaan waktu dapat terjadi dalam hal pembebanan biaya yang dipercepat
atau penangguhan pengakuan penghasilan. Bentuk umum dari pembebanan biaya
yang dipercepat adalah penyusutan, yaitu penyusutan dibebankan dalam periode
waktu yang lebih pendek dari umur ekonomis aktiva tersebut atau melalui
pembebanan khusus di periode tahun pertama. Maksud dari insentif tipe ini adalah
untuk membantu perusahaan memperoleh pengembalian modalnya (return on
investment) lebih cepat. Namun, insentif ini secara keseluruhan tidak mempengaruhi
jumlah pajak yang seharusnya dibayar ke negara, tetapi hanya menggeser beban
pajak ke belakang.

5) Tax Rate Reductions

Pengurangan tarif pajak secara umum diterapkan atas penghasilan dari


sumber tertentu atau kepada perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu. Misalnya,
kepada perusahaan kecil di bidang manufaktur atau pertanian. Pengurangan tarif ini
berbeda dengan tax holiday sebab kewajiban pajak dari perusahaan tidak
dibebaskan secara keseluruhan, dan insentif ini dapat diperluas pada perusahaan
baru termasuk penghasilan dari kegiatan yang telah ada serta tidak dibatasi pada
periode waktu tertentu. Persoalan utama dalam menerapkan insentif tipe ini adalah
dalam mengidentifikasi penghasilan yang memenuhi syarat dan kriteria perusahaan
tertentu. Seringkali dalam membuat definisi atas penghasilan dan perusahaan
tertentu yang berhak mendapatkan insentif menimbulkan peluang untuk
dimanipulasi. Untuk mencegah dimanipulasi, biasanya dibuat aturan hukum yang
ketat sehingga justru mengurangi efektifitas dari insentif tersebut.

Fasilitas PPh atas Industri Tertentu dan Wilayah Tertentu

Pemerintah memberikan fasilitas pembebasan/pengurangan pajak (Tax


Holiday) dengan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
130/PMK.011/2011 tanggal 15 Agustus 2011 tentang Pemberian Fasilitas
Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan. Pengakuan pemberian
fasilitas tax holiday dari Indonesia dalam penghitungan PPh di negara domisili
sebesar fasilitas yang diberikan disebut dengan tax sparing.

Wajib Pajak yang Dapat Menggunakan Fasilitas Tax Holiday

Fasilitas tax holiday ini diberikan kepada Wajib Pajak badan baru yang memenuhi
kriteria:

a) Merupakan Industri Pionir;


b) Mempunyai rencana penanaman modal baru yang telah mendapatkan
pengesahan dari instansi yang berwenang paling sedikit sebesar
Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);
c) Menempatkan dana di perbankan di Indonesia minimal 10% dari total rencana
penanaman modal sebagaimana dimaksud pada huruf angka 2 di atas, dan
tidak boleh ditarik sebelum saat dimulainya pelaksanaan realisasi penanaman
modal; dan
d) Harus berstatus sebagai badan hukum Indonesia yang pengesahannya
ditetapkan maksimal 12 bulan sebelum Peraturan Menteri Keuangan ini mulai
berlaku atau pengesahannya ditetapkan sejak atau setelah berlakunya
Peraturan Menteri Keuangan ini. Untuk diketahui bahwa Peraturan Menteri
Keuangan ini berlaku mulai 15 Agustus 2011.

Industri Pionir yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan ini mencakup:

a) Industri Logam Dasar;


b) Industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organic yang
bersumber dari minyak bumi dan gas alam;
c) Industri permesinan;
d) Industri di bidang suberdaya terbarukan; dan/atau
e) Industri peralatan komunikasi.

Syarat bagi Wajib Pajak yang Memenuhi Kriteria Untuk Memanfaatkan


Fasilitas Tax Holiday

Fasilitas Tax Holiday ini dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak yang memenuhi


kriteria sepanjang memenuhi persyaratan:

a) Telah merealisasikan seluruh penanaman modalnya; dan


b) Telah berproduksi secara komersial. Saat dimulainya berproduksi secara
komersial ini akan diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Tata Cara Untuk Memperoleh Fasilitas Tax Holiday

 Wajib Pajak harus menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian


atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
 Dalam rangka pemberian fasilitas Tax Holiday, Menteri Perindustrian atau
Kepala BKPM setelah berkoordinasi dengan menteri terkain, menyampaikan
usulan kepada Menteri Keuangan, dengan melampirkan fotokopi:
 Penyampaian usulan ini harus disertai dengan uraian penelitian mengenai:
i. kartu NPWP;
ii. surat persetujuan penanaman modal baru dari Kepala BKPM beserta
rinciannya; dan
iii. Bukti penempatann dana di perbankan di Indonesia.
iv. ketersediaan infrastruktur di lokasi investasi;
v. penyerapan tenaga kerja domestic;
vi. kajian mengenai pemenuhan kriteria sebagai industry pionir;
vii. rencana tahapan alih teknologi secara rinci; dan
viii. adanya ketentuan mengenai tax sparing di negara domisili.

Persetujuan Menteri Keuangan

 Atas usulan pemberian tax holiday oleh Menteri Perindustrian atau Kepala


BKPM, Menteri Keuangan menugaskan komite verifikasi pemberian
fasilitas tax holiday (yang dibentuk oleh Menteri Keuangan) untuk membantu
melakukan penelitian dan verifikasi dengan mempertimbangkan dampak
strategis Wajib Pajak bagi perekonomian nasional.
 Dalam melaksanakan tugasnya komite verifikasi pemberian fasilitas tax
holiday berkonsultasi dengan Menteri Koordinator Perekonomian.
 Atas hasil penelitian dan verifikasi, komite verifikasi menyampaikan kepada
Menteri Keuangan yang disertai dengan pertimbangan dan rekomendasi,
serta rekomendasi jangka waktu pemberian fasilitas.
 Berdasarkan hasil rekomendasi ini, Menteri Keuangan memutuskan
pemberian fasilitas setelah berkonsultasi dengan Presiden Republik
Indonesia. Apabila Menteri Keuangan menyetujui pemberian fasilitas tax
holiday ini, maka diterbitkan Surat Keputusan. Namun apabila Menteri
Keuangan menolak, maka penolakan disampaikan melalui pemberitahuan
secara tertulis kepada Wajib Pajak dengan tembusan kepada Menteri
Perindustrian atau Kepala BKPM.

Kewajiban Bagi Wajib Pajak yang Telah Memperoleh Fasilitas Tax Holiday

Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas Tax Holiday harus menyampaikan


laporan secara berkala kepada Direktur Jenderal Pajak dan komite verifikasi
mengenai:

a) laporan penggunaan dana yang ditempatkan di perbankan di Indonesia; dan


b) laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit.

Sanksi Pencabutan Fasilitas Tax Holiday

Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas tax holiday ini dapat dicabut, apabila:

a) tidak memenuhi ketentuan kriteria sebagai Wajib Pajak yang dapat diberikan
fasilitas dan persyaratan telah merealisasikan seluruh penanaman modal
yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang; dan/atau
b) tidak memenuhi ketentuan penyampaian laporan.

Fasilitas Pembebasan Pajak yang Diperoleh oleh Wajib Pajak

Jangka waktu pemberian fasilitas tax holiday sebagaimana disebutkan di atas dapat


melebihi jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan tersebut berdasarkan
pertimbangan dari Menteri Keuangan. Wajib Pajak yang mendapatkan persetujuan
untuk memperoleh fasilitas tax holiday, mendapatkan fasilitas pembebasan pajak
berupa:

a) pembebasan atau pengurangan PPh badan dalam jangka waktu maksimal 10


tahun dan minimal 5 tahun, terhitung sejak Tahun Pajak dimulainya produksi
komersial.
b) setelah berakhirnya pemberian fasilitas tax holiday, Wajib Pajak diberikan
pengurangan PPh badan sebesar 50% dari PPh terutang selama 2 Tahun
Pajak.
c) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari kegiatan
usaha yang memperoleh fasilitas tax holiday, tidak dilakukan pemotongan
dan pemungutan pajak selama periode pemberian fasilitas tax holiday.

Kewajiban Perpajakan yang Masih Tetap Berlaku Bagi Wajib Pajak yang Dapat
Fasilitas Tax Holiday

Bagi Wajib Pajak yang memperoleh fasilitas tax holiday masih berlaku ketentuan:

a) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak di luar kegiatan
usaha yang memperoleh fasilitas tax holiday, tetap dilakukan pemotongan
dan pemungutan pajak sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.
b) tetap melaksanakan kewajiban pemotongan dan pemungutan pajak kepada
pihak lain sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

Ketentuan Memperoleh Fasilitas PPh 

a) Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas PPh sesuai Pasal 31A UU PPh,
tidak dapat memperoleh fasilitas tax holiday berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan ini.
b) Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas PPh sesuai Peraturan Menteri
Keuangan ini, tidak dapat memperoleh fasilitas tax holiday berdasarkan Pasal
31A UU PPh.

Saat Pengajuan Usulan Pemberian Fasilitas Tax Holiday

Usulan untuk memberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh badan


berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini, harus diajukan oleh Menteri
Perindustrian atau Kepala BKPM dalam jangka waktu selama 3 tahun terhitung
sejak diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan ini.

Fasilitas PPh Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu


dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu

Pada tanggal 6 April Tahun 2015, pemerintah menerbitkan revisi regulasi fasilitas
PPh melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di
Daerah-Daerah Tertentu yang secara efektif akan berlaku mulai tanggal 6 Mei 2015.
Tujuannya adalah untuk mendorong peningkatan investasi langsung guna
mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka pemerataan pembangunan.

Peraturan Pemerintah ini mencabut dan menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor


52 Tahun 2011 yang mengatur tentang fasilitas Pajak Penghasilan di bidang-bidang
usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu. Kebijakan umum dalam
fasilitas Tax Allowance (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015), yaitu:

a) Menciptakan efek pengganda yang besar dalam upaya mendorong


pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki neraca pembayaran;
b) Memenuhi kebutuhan dalam negeri sejalan dengan peningkatan 
pertumbuhan ekonomi;
c) Mengisi pohon industri yang kosong guna mendorong kemandirian nasional;
d) Tidak mengganggu pertumbuhan industri yang ada dalam rangka menjaga
iklim usaha yang kondusif;
e) Tidak saling menghapuskan dengan kebijakan lain sejalan dengan
konsistensi kebijakan pemerintah;
f) Lebih ramah terhadap investor, seperti penyederhanan proses pengurusan
fasilitas;
g) Lebih terbuka dari peraturan sebelumnya dengan persyaratan yang tidak
bersifat kumulatif.

Wajib Pajak yang dapat diberikan fasilitas Tax Allowance adalah Wajib Pajak badan
dalam negeri yang melakukan penanaman modal baru maupun perluasan dari
usaha yang telah ada. Bentuk fasilitas Tax Allowance yang diberikan meliputi:

a) Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) yang


dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima
persen),
b) Penyusutan dan amortisasi dipercepat,
c) Pengenaan  PPh sebesar 10% (sepuluh persen) atas dividen yang
dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri atau tarif yang lebih rendah
apabila terdapat Tax Treaty, dan
d) Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih
dari 10 (sepuluh) tahun.
e) Khusus untuk tambahan kompensasi kerugian, Pemerintah akan
memberikan reward berupa tambahan kompensasi kerugian selama 2 (dua)
tahun kepada Wajib Pajak yang melakukan perluasan dari usaha yang telah
ada yang sebagian sumber pembiayaannya berasal dari laba setelah pajak
(earning after tax) dan tambahan 2 (dua) tahun lagi kepada Wajib Pajak
dalam negeri di bidang usaha tertentu di luar kawasan berikat yang
melakukan ekspor paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari nilai total
penjualan.

 Bentuk relaksasi dalam PP ini meliputi:

a) Persyaratan umum Wajib Pajak yang dapat mengajukan fasilitas Tax


Allowance:
 Wajib Pajak badan dalam negeri dengan tidak dibatasi hanya pada
Perseroan Terbatas dan Koperasi
 Tidak lagi mensyaratkan jangka waktu penerbitan Izin Prinsip, sepanjang
belum berproduksi secara komersial
b) Lebih memberikan relaksasi pada kriteria dan persyaratan pengajuan
fasilitas Tax Allowance (besaran investasi, ekspor, tenaga kerja, dan TKDN
tidak bersifat kumulatif)
c) Wajib Pajak dapat bersamaan mengajukan permohonan Tax Holiday dan Tax
Allowance. Dalam hal permohonan Tax Holidaynya ditolak, akan diberikan
fasilitas Tax Allowance.
d) Jangka waktu penyelesaian yang lebih cepat dan proses pengajuan yang
lebih mudah:
 Penguatan fungsi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di BKPM,
 Simplifikasi dokumen persyaratan dengan tujuan tidak memberatkan
Wajib Pajak,
 Lebih memberikan kepastian jangka waktu penyelesaian pemberian
fasilitas, yaitu paling lama 28 hari kerja.

Beragam Fasilitas PPN dan Bea Masuk

Fasilitas PPN
Pajak Pertmbahan Nilai (PPN) dikenakan atas pertambahan nilai yang terjadiatas
suatu barang atau jasa. Untuk tujuan tujuan tertentu, PPN ini tidak dikenakan
terhadap sector-sektor usaha tertentu. Inilah yang disebut dengan fasilitas.

Ada 4 (empat) jenis fasilitas PPN di Indonesia yaitu: Fasilitas PPN Tidak Dikenakan,
PPN Dibebaskan, PPN Tidak Dipungut dan PPN 0% (Nol Persen). Pengertian
keempat fasilitas tersebut adalah sama-sama tidak dibebani PPN. Tetapi, ada
beberapa perbedaan mendasar di antara keempat fasilitas tersebut.

PPN Tidak PPN Dibebaskan PPN Tidak Dipungut PPN 0% (Nol


Dikenakan Persen)
BKP/JKP Ada Objek PPN. Ada Objek PPN. Ada Objek PPN.
dikecualikan dari Wajib Pajak harus Wajib Pajak harus Wajib Pajak
objek PPN. minta dikukuhkan minta dikukuhkan harus minta
Apabila tidak ada sebagai PKP dan sebagai PKP dan dikukuhkan
usaha lain, maka wajib membuat wajib membuat sebagai PKP.
wajib pajak tidak Faktur Pajak kecuali Faktur Pajak kecuali Pajak Masukan
wajib untuk ada peraturan yang ada peraturan yang atas perolehan
dikukuhkan sebagai menyatakan tidak menyatakan tidak BKP dapat
PKP. diperlukan. diperlukan. dikreditkan.
Pajak Masukan atas Pajak Masukan atas Pajak Masukan atas
perolehan Barang perolehan Barang perolehan Barang
dan/atau Jasa Kena dan/atau Jasa Kena Kena Pajak dapat
Pajak tidak dapat Pajak tidak dapat dikreditkan.
dikreditkan. dikreditkan.

Anda mungkin juga menyukai