Anda di halaman 1dari 9

Overview PPh Pasal 22,

23/26, PPh Final

OLEH : KELVIN ENRICO IGNASIUS (A031181344)


PPh Pasal 22 2

Definisi PPh Pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dikenakan kepada badan-badan usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun
swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor.
Objek PPh Pasal 22
Obyek pajak dalam PPh Pasal 22 antara lain barang impor, pembelian barang yang dilakukan oleh pemerintah, semen, kertas, baja dan
produk otomotif, serta pembelian barang mewah seperti pesawat pribadi.
Subjek yang dikenakan PPh Pasal 22
Jenis PPh 22 ini dikenakan pada wajib pajak badan-badan usaha tertentu, baik milik pemerintah maupun swasta yang melakukan
kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor.
Subjek pemotong PPh Pasal 22
Subjek yang memotong PPh Pasal 22 ini terbagi menjadi dua kategori utama, yakni:
Pemungut atau yang memotong PPh Pasal 22
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh Pasal 22 impor barang
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang
persediaan (UP)
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung (LS)
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan
industrinya atau ekspornya.
7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari
badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan.
3

Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh 22 saat penjualan
1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja,
industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam
negeri
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum
kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan
bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan industri hulu,
termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan ndustry antara dan industri hilir
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya:
Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan;
Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor
kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
6. Sesuai dengan PMK No. 90/PMK.03/2015, pemerintah menambahkan pemungut PPh Pasal 22
dengan wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
4

PPh Pasal 23

Definisi PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Objek PPh Pasal 23
Objek pajak penghasilan pasal 23 ini di antaranya:
• Dividen
• Bunga
• Royalti
• Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain kepada Orang Pribadi
• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan/atau bangunan
• Imbalan sehubungan dengan jasa industri, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa
yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Subjek yang dikenakan PPh Pasal 23
Jenis PPh Pasal 23 ini dikenakan pada:
• Wajib pajak dalam negeri
• BUT
Subjek pemotong PPh Pasal 23
Pihak atau subjek yang memungut atau memotong jenis PPh Pasal 23 terbagi menjadi dua kategori, yakni:
5

Pemotong PPh Pasal 23 Bentuk Badan


• Badan pemerintah
• Subjek pajak badan dalam negeri
• Penyelenggara kegiatan
• Bentuk usaha tetap
• Atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
Pemotong PPh Pasal 23 oleh Orang Pribadi
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri (hanya memotong PPh Pasal 23 atas sewa saja) yang
ditunjuk sebagai pemotong PPh 23. Harus ada Surat Keputusan Penunjukan (SKP) yang diterbitkan
oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP), namun tidak ada format baku yang tersedia, yaitu:
• Akuntan
• Arsitek
• Dokter
• Notaris
• Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah camat, pengacara, dan
konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas
• Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.
6

PPh Pasal 26

Definisi pajak penghasilan pasal 26 adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima wajib pajak luar negeri dari Indonesia selain BUT dari pemerintah, subjek pajak dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, dan perwakilan perusahaan luar negeri.
Objek PPh Pasal 26
Objek atau penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 26 di antaranya:
• Dividen
• Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
• Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
• Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
• Imbalan dan penghargaan
• Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
• Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
• Keuntungan karena pembebasan utang
7

Subjek yang dikenakan PPh Pasal 26


Jenis PPh 26 ini dikenakan pada dua kategori wajib pajak yakni seorang individu atau perusahaan
sebagai wajib pajak luar negeri yakni:
• Pengoperasian Usaha di Indonesia
Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam setahun/12 bulan, dan perusahaan yang tidak didirikan atau berada di
Indonesia, yang mengoperasikan usahanya melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
• Memperoleh Penghasilan dari Indonesia
Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam setahun/12 bulan, dan perusahaan yang tidak didirikan atau berada di
Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak melalui
menjalankan usaha melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia.
Subjek pemotong PPh Pasal 26
Semua badan usaha yang melakukan transaksi pembayaran, seperti gaji, bunga, dividen, royalti dan
sejenisnya kepada wajib pajak Luar Negeri, wajib memotong pajak penghasilan pasal 26 atas
transaksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam PPh 26 ini.
8

PPh Final atau PPh Pasal 4 Ayat (2)


Merupakan pajak atas penghasilan yang bersifat final serta tidak dapat dikreditkan dengan pajak penghasilan terutang.

Objek dari pajak penghasilan pasal 4 ayat (2) merupakan investasi atau simpanan yang meliputi bunga deposito, bunga
obligasi dan surat utang negara, bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi, hadiah undian, transaksi saham dan
sekuritas lainnya, serta berbagai transaksi lainnya yang menguntungkan seperti yang diatur di dalam Undang-Undang.

Pemotongan PPh Final Pasal 4 Ayat (2) pada umumnya dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan sehubungan dengan
pembayaran untuk objek tertentu seperti sewa tanah dan/atau bangunan, jasa konstruksi, pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dan lainnya. Yang dimaksud dengan Final adalah pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak
pemberi penghasilan atau dibayar sendiri oleh penerima penghasilan, perhitungan pajaknya sudah selesai dan tidak
dapat dikreditkan lagi dalam perhitungan PPh pada SPT Tahunan.

Intinya, PPh Pasal 4 Ayat (2) dikenakan atas beberapa jenis penghasilan dengan pemotongan yang bersifat final serta
tarif yang dikenakan pun bisa berbeda-beda untuk setiap jenis pajaknya. Oleh karena itu, PPh Pasal 4 Ayat (2) disebut
sebagai PPh Final. Selain itu, Salah satu objek dari pemotongan PPh Pasal 4 Ayat (2) adalah omzet penjualan usaha (di
bawah Rp4,8 miliar dalam 1 tahun) baik yang dimiliki wajib pajak badan maupun orang pribadi. Sedangkan untuk tarif
yang dikenakan adalah 0,5% dari total omzet penjualan per bulan
9

THANKS!

Anda mungkin juga menyukai