Anda di halaman 1dari 12

http://www.free-powerpoint-templates-design.

com

Teknik Audit
Investigasi
Disusun Oleh Kelompok 2
 Nudrul Adya Arifin (A031171001)
 Muhammad Ade Rizky Nur (A031181301)
 Muhammad Fadhil (A031181501)
 Muhammad Risaldi (A031181307)
 Cassyano Natafusadha (A031181343)
 Kelvin Enrico Ignasius (A031181344)
A. Pengantar
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian laporan keuangan. Ada tujuh teknik, yang dirinci
dalam bentuk kata kerja bahasa Indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa inggris), yakni:

Memeriksa fisik (physical Memeriksa dokumen Meminta informasi lisan atau tertulis
examination); (documentation); dari auditee (inquiries of the auditee);

Mengamati
(observation).

Meminta konfirmasi Review analitikal (analytic Menghitung kembali


(confirmation); review atau analytical (reperformance);
review);
B. Kunci 01
Mengerti dengan baik persoalan yang akan
dipecahkan, apa yang akan diaudit investigatif.

Keberhasilan
02
Kuasai dengan baik teknik-teknik audit
investigatif. Penguasaan yang baik
memungkinkan investigator menerapkan teknik
yang tepat untuk menyelesaikan persoalan yang
kita identifikasi.

03
Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih.
Biarpun tekniknya tepat, apabila pelaksanaannya
tidak cermat, hasilnya tidak seperti diharapkan.
Itulah sebabnya mengapa due professional care
merupakan standar audit yang penting.

04
Cermat dalam menarik kesimpulan dari hasil
penerapan teknik yang kita pilih. Temuan yang
kelihatannya “sepele”, di tangan penyelidik yang
mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang
luas, merupakan bukti yang kuat dalam proses
pengadilan. Kecermatan dalam menafsirkan
temuan jelas terlihat dalam computer forensics.
Your
YourPicture
Picture Here
HereAnd
And Send
SendTo
To Back
Back

Teknik audit dalam berbagai audit investigatif, seperti teknik-


teknik yang diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan
kejahatan terorganisasi (organized crime), Follow the Money
dalam fraud dan tindak pidana pencucian uang, teknik
pembuktian hukum, computer forensics, dan lain sebagainya.

Kalau teknik-teknik audit itu diterapkan dalam audit umum,


maka bukti audit yang berhasil dihimpun akan mendukung
pendapat auditor independen. Dalam audit investigatif, teknik-
teknik audit tersebut bersifat eksploratif, mecari “wilayah
garapan” atau probing (misalnya dalam review analitikal) maupun
pendalaman (misalnya dalam confirmation dan documentation).

C. Teknik-Teknik Audit
D. Memeriksa Fisik dan Mengamati
Memeriksa fisik atau physical examination lazimnya diartikan sebagai penghitungan uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing),
kertas berharga, persediaan barang, aset tetap, dan barang berwujud (tangible assets) lainnya. Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera
kita untuk mengetahui sesuatu. Dari beberapa contoh di bawah, kita melihat berbagai tingkat pemahaman bisa diperoleh dari pengamatan dan
pemeriksaan fisik.

Dari kunjungan ke lokasi terkena dampak semburan


lumpur panas di Porong, Sidoarjo tahun 2006,
investigator menyaksikan sendiri apa yang terjadi dan
luasnya musibah. Ini salah satu bentuk pemahaman.
Investigator mempunyai “bayangan". Pemahaman ini
penting ketika nantinya ia membaca laporan para ahli
secara rinci tentang luasnya kerusakan dan besarnya 1
kerugian.

Pengamatan juga dapat memberi petunjuk


Dari kunjungan ke wilayah yang terkena adanya fraud. Kalau saja investigator
gempa, para relawan dan petugas dari Dinas
Sosial dapat menentukan jumlah kilometer 2 4 mengamati jalan, SD Inpres, dan bangunan
lain sebelum mereka roboh, mereka
mempunyai petunjuk penting tentang
jalan, rumah, sekolah, rumah ibadah, kantor,
pabrik, dan lain-lain yang rusak. Pemahaman kemungkinan korupsi dalam pembangunan
ini lebih dalam dari "bayangan" mengenai infrastruktur.
intensitas kerugian akibat semburan lumpur
panas tadi. Di sini ada data kuantitatif.
3 Pengamatan tenaga ahli dari maskapai
asuransi akan memberikan kepadanya
pemahaman lebih mendalam lagi, yakni
siapa yang bertanggung jawab dan siapa
yang layak yang menerima klaim ganti rugi.
Ini pertanyaan yang senantiasa dihadapi
maskapai asurans, dan mereka harus dapat
membuktikan jawabannya. Investigator
sering kali menghadapi situasi yang sama.
E. Meminta Informasi dan Konfirmasi

Meminta informasi baik lisan maupun tertulis


Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain
kepada auditee, merupakan prosedur yang biasa
(dari yang diaudit investigatif) untuk menegaskan
dilakukan auditor. Pertanyaannya, apakah dalam audit
kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi.
investigatif hal itu perlu dilakukan? Apakah sebaiknya
Dalam audit, teknik ini umumnya diterapkan untuk
kita tidak meminta informasi, supaya yang diperiksa
mendapat kepastian mengenai saldo utang-piutang.
.
tidak mengetahui apa yang kita cari? Yang
Akan tetapi sebenarnya ia dapat diterapkan untuk
bersangkutan juga mempunyai kepentingan dan
berbagai informasi, keuangan maupun nonkeuangan.
peluang untuk berbohong.
Dalam audit investigatif kita harus
Seperti dalam audit, juga dalam audit investigatif
memperhatikan apakah pihak ketiga mempunyai
permintaan informasi harus dibarengi, diperkuat, atau
kepentingan dalam audit investigatif.Dalam kasus
dikolaborasi dengan informasi dari sumber lain atau
tender pengadaan barang, permintaan konfirmasi dari
diperkuat (substantiated) dengan cara lain.
penyuplai yang cenderung melindungi pejabat, perlu
Permintaan informasi sangat penting, dan juga
diperkuat. Misalnya dengan konfirmasi dari Direktorat
merupakan prosedur yang normal dalam suatu audit
Jenderal Bea & Cukai, kalau barang tersebut dimpor
investigatif.
F. Memeriksa Dokumen

Teknik ini tidak memerlukan pembahasan khusus. Tak ada audit investigatif
tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi,
definisi dokumen menjadi lebih luas, termasuk informasi yang diolah,
disimpan, dan dipindahkan secara elektronis (digital).
G. Review Analitikal
Review analitikal sebagai a form of deductive reasoning, sebagai suatu bentuk penalaran deduktif. Tekanannya adalah pada penalaran,
proses berpikirnya. Penalaran yang membawa seorang auditor atau investigator pada gambaran mengenai wajar, layak, atau pantasnya
suatu data individual disimpulkan dan gambaran yang diperoleh secara global, menyeluruh atau gregat.

A. Membandingkan Anggaran dengan Realisasi B. Analisis Vertikal dan Horizontal

Membandingkan data anggaran dan realisasi dapat Analisis vertikal dan horizontal merupakan analisis rasio laporan

mengindikasikan adanya fraud. Hal yana perlu dipahami keuangan. Analisis vertikal menunjukkan rasio antara suatu akun

di sini adalah mekanisme pelaksanaan anggaran, dengan akun lainnya dalam laporan keuangan untuk tahun yang sama.

evaluasi atas pelaksanaan anggaran, dan insentif Contoh analisis vertikal dalam laporan laba rugi: rasio antara harga

(keuangan maupun nonkeuangan) yang terkandung


Review pokok penjualan dengan penjualan, rasio antara laba kotor dengan

95
dalam sistem anggarannya. Dalam entitas yang penjualan, rasio antara biaya penjualan dengan penjualan, rasio antara

merupakan profit center atau revenue center, pejabat Analitikal biaya administrasi dengan penjualan, dan seterusnya. Analisis ini
disebut analisis vertikal karena angka-angka yang dibandingkan terletak
tertentu menerima insentif (bonus) sesuai dengan
"keberhasilan yang diukur dengan pelampauan anggaran. secara vertikal dalam laporan keuangan.

Investigator perlu mengantisipasi kecenderungan Analisis horizontal menunjukkan perubahan (kenaikan atau penurunan)

realisasi penjualannya dibuat tinggi (overstated). suatu akun untuk suatu tahun (periode) dibandingkan tahun (periode)

Penjualan kredit dan pengiriman barang secara besar- sebelumnya atau tahun (periode) berikutnya. Analisis ini tidak lain dari

besaran pada akhir tahun merupakan indikasi mengenai Zeitvergleich yang dibahas di atas. Angka-angka untuk akun yang sama

hal itu. Pengembalian barang sesudah akhir tahun dari tahun (periode) sebelumnya atau tahun (periode) berikutnya, dalam

memperkuat indikasi adanya fraud. penyajian laporan keuangan, disajikan berdampingan. Oleh karena itu,
analisis ini disebut analisis horizontal.
C. Hubungan antara Satu Data Keuangan dengan
data Keuangan Lain
Beberapa akun, baik dalam suatu maupun beberapa laporan
keuangan, bisa mempunyai keterkaitan yang dapat

Review Analitikal dimanfatkan untuk review analitikal. Contoh: angka penjualan


dengan piutang dan persediaan rata-rata, angka penjualan
dengan bonus bagian penjualan, Penghasilan bunga dengan
saldo rata-rata tabungan, dan seterusnya
D. Menggunakan Data Non Keuangan

Review analitikal adalah mengenal pola hubungan, relationship


pattern. Pola hubungan ini tidak mesti hanya satu data
keuangan dengan data keuangan lain. Pola hubungan
nonkeuangan pun bermacam-macam bentuknya. Dalam bisnis
perkebunan ada hubungan antara jumlah pupuk yang
dipergunakan dengan hasil produksi atau panen; angka
masukan maupun keluaran dinyatakan dalam satuan
nonkeuangan, seperti jumlah ton untuk pupuk dan sawit.
E. Regresi atau Analisis Trend

Dengan data historikal yang memadai (makin banyak makin


baik, ceteris paribus), review analitikal dapat mengungkapkan
trend. Berbagai perangkat lunak mempermudah hitungan dan
grafiknya, misalnya STAR, perangkat lunak Deloitte yang
disebut di atas
F. Menggunakan Indikator Ekonomi Makro

Ada hubungan antara besarnya pajak penghasilan yang


diperoleh dalam suatu tahun dengan indikator-indikator
ekonomi seperti inflasi, tingkat penggangguran, cadangan
devisa, indikator ekonomi negara-negara yang menjadi partner
perdagangan Indonesia, harga minyak mentah dan komoditi
lain, dan lain-lain. Ini merupakan bidang studi yang ditekuni
para ahli ekonomi makro dan ekonometri.
H. Menghitung Kembali
Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari mengecek kebenaran perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang
sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada seseorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor; seorang junior auditor di kantor
akuntan.
Dalam audit investigatit, perhitungan yang dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan atas kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin
sudah terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-kali dengan pejabat (atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau disupervisi oleh
investigator yang berpengalaman.

Beberapa contoh penghitungan kembali semacam itu yang berpotensi triliunan rupiah:
1.Dalam kasus penyelesaian kewajiban pemegang saham,
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 151/KMK.01/2006 Tanggal
16 Maret 2006 (lihat Kotak 28.6 di Bab 28) mensyaratkan
penetapan jumlah kewajiban berdasarkan data terakhir. Inilah
peluang untuk melakukan reperformance. Tidak jelas apakah
perhitungan ini sudah selesai, dan apakah ada lembaga negara
yang melakukan reperformance.

2.Perhitungan cost recovery oleh kontraktor bagi hasil (production


sharing contractor). Cost recovery ini sangat besar jumlahnya.
Kalau tidak dihitung kembali oleh counterpart PSC atau lembaga
pemeriksa independen, cost recovery rawan penyalahgunaan.

3.Biaya yang dikeluarkan BUMN di mana mempunyai kewajiban


memberikan pelayanan umum (public service obligation).
Keterlambatan pembayaran PSO mempunyai dampak yang besar
terhadap likuiditas BUMN yang bersangkutan
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai