Anda di halaman 1dari 69

Tax planning on Outbound Investment

Kelompok 3
Hanifah Dina Zain (1806278794)
Yohanes Whimpi H J (1806279046)
Outbound Multinational Company
Investment (MNC) atau Multinational
merupakan suatu strategi bisnis dimana
Enterprise (MNE)
perusahaan lokal memperluas usahanya perusahaan yang beroperasi di berbagai negara
ke luar negeri, baik melalui green field dengan membuka cabang, mengorganisasikan
anak peusahaan, atau melakukan kontak
investment, merger/ akuisisi, dan/atau keagenan, dan sebagainya
perluasan fasilitas asing yang sudah ada
TUJUAN OUTBOUND INVESTMENT
1. Globalisasi
Globalisasi menuntut perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya tidak hanya sebatas
pasar domestik, tetapi juga ke seluruh pasar dunia guna mendapatkan jaringan ke pasar
yang berbeda.
2. Tren perpindahan modal dan tenaga kerja yang lebih mudah
Hal ini menyebabkan perusahaan global ingin mengoptimalkan biaya produksi,
menurunkan biaya produksi, dan meningkatkan laba.
3. Adanya persaingan global
Perusahaan berusaha memaksimalkan laba dengan mengembangkan inovasi,
meningkatkan kualitas, fokus pada efisiensi operasi, menurunkan biaya, dan memanage
risiko. Cara yang ditempuh perusahaan agar bisa bertumbuh dan berkembang adalah
melalui ekspansi produk/servis dan mengembangkan bisnis ke pasar internasional.
PT Indofood Sukses Makmur
Tbk (INDF)
Singapura Drayton Pte. Ltd. (Drayton)
PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk (ICBP)
Indofood (M) Food
Malaysia
Industries Sdn.Bhd. (IMFI)

Outbound
Investment
Transfer Pricing
Pengertian Transfer Pricing

Transfer pricing (TP) adalah suatu kebijakan perusahaan dalam


menentukan harga transfer atas suatu transaksi baik berupa barang,
jasa, harta tak berwujud, atau transaksi finansial lainnya yang
dilakukan oleh perusahaan (www.kemenkeu.go.id).

Intra-
Company TP
Transfer
Domestic
Pricing
Inter-
Company TP
International
Tujuan Transfer Pricing

Menurut Darussalam et.al (2013) secara konsep TP dapat digunakan untuk tiga tujuan

Sisi hukum perseroan Sisi akuntansi manajerial Sisi perpajakan

• TP dapat digunakan • TP dapat digunakan untuk • TP adalah suatu kebijakan


sebagai alat untuk memaksimalkan harga dalam transaksi
meningkatkan efisiensi laba/margin perusahaan yang dilakukan oleh pihak-
dan sinergi antara melalui penentuan harga pihak yang mempunyai
perusahaan dengan barang atau jasa oleh hubungan istimewa
pemegang sahamnya suatu unit organisasi dari
suatu perusahaan kepada
unit organisasi lainnya
dalam satu perusahaan
yang sama
Dasar Hukum Transfer Pricing di Indonesia

Pasal 18 ayat (3) UU PPh bahwa Dirjen Pajak berwenang untuk


menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai
modal untuk menghitung besarnya PhKP bagi WP yang mempunyai hubungan istimewa
dengan WP lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh
hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang
independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya‐plus, atau metode lainnya.

PMK-213/PMK.03/2016 tentang Jenis Dokumen dan/ atau


Informasi Tambahan yang Wajib Disimpan oleh Wajib Pajak yang
Melakukan Transaksi dengan Para Pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa, dan Tata Cara Pengelolaannya

PER-32/PJ/2011 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran


dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi Antara Wajib Pajak
dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Controlled Foreign
Company (CFC) Rules
PMK Nomor 107/PMK.03/2017 s.t.d.d PMK Nomor 93/PMK.03/2019

Disclaimer: Materi CFC rules dan KPLN merupakan


PMK Nomor 93/PMK.03/2019
tentang Perubahan atas PMK 107/PMK.03/2017 tentang
Penetapan Saat Diperolehnya Dividen dan Dasar
Penghitungannya oleh Wajib Pajak Dalam Negeri atas
Penyertaan Modal pada Badan Usaha di Luar Negeri
selain Badan Usaha yang Menjual Sahamnya di Bursa Efek
(Controlled Foreign Company / CFC)

Direktorat Perpajakan Internasional


DASAR HUKUM

Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan

2) Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen oleh Wajib Pajak dalam negeri
atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di
bursa efek, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut paling rendah 50% (lima puluh
persen) dari jumlah saham disetor; atau
b. Secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan modal paling
rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor.
Latar Belakang Perubahan PMK 107/PMK.03/2017

Dalam perkembangannya, pengaturan dalam PMK 107/PMK.03/2017


1 dinilai dapat menghambat investasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak
dalam negeri di luar negeri

Agar dapat mendukung Wajib Pajak dalam negeri yang menanamkan


investasi di luar negeri, diperlukan perubahan pada ketentuan dalam PMK
2 107/PMK.03/2017 dengan cara mengubah cakupan dasar penghitungan
Deemed Dividend yang semula merupakan laba setelah pajak Badan
Usaha Luar Negeri (BULN) Nonbursa terkendali menjadi hanya jumlah
neto setelah pajak atas penghasilan tertentu yang diperoleh BULN
Nonbursa terkendali
HISTORI PENGATURAN
KMK PMK
650/KMK.04/ PMK PMK
256/PMK.03/
1994 107/PMK.03/2017 93/PMK.03/2019
2008
1. Ada black list negara 1. Tidak ada black list 1. Tidak ada black list
1. Tidak ada black list
(32 negara); negara; negara;
negara; 2. Klarifikasi penerapan
2. Hanya diterapkan 2. Klarifikasi penerapan
2. Hanya diterapkan ketentuan CFC pada
pada CFC langsung; ketentuan CFC pada
pada CFC langsung; CFC tidak langsung; CFC tidak langsung;
3. Penerapan deemed
3. Penerapan deemed 3. comprehensive anti- 3. comprehensive anti-
dividend yang tidak
konsisten; dividend yang tidak fragmentation; fragmentation;
4. Kredit pajak luar konsisten; 4. Penerapan deemed 4. Penerapan deemed
negeri tidak diatur 4. Kredit pajak luar dividend secara dividend secara
secara jelas. negeri tidak diatur konsisten; konsisten;
secara jelas. 5. Deemed dividend 5. Deemed dividend
dihitung berdasarkan dihitung berdasarkan
laba setelah pajak jumlah neto setelah
CFC; pajak atas
penghasilan tertentu
CFC;
6. Mengatur kredit pajak 6. Mengatur kredit pajak
luar negeri untuk luar negeri untuk
dividen dari CFC. dividen dari CFC.
Pokok Perubahan

Mengatur cakupan penghasilan tertentu:


1. Dividen
1 Mengubah DPP Deemed Dividend dari laba
setelah pajak, menjadi jumlah neto setelah
pajak atas penghasilan tertentu BULN
2 2. Bunga
3. Sewa
4. Royalti
Nonbursa terkendali
5. Keuntungan karena penjualan atau karena
pengalihan harta

Mengubah beberapa contoh pada lampiran


3 PMK 107/PMK.03/2017 untuk menjelaskan
perhitungan besarnya Deemed Dividend yang
dihitung berdasarkan penghasilan tertentu
BULN Nonbursa terkendali
Matriks PMK
Pasal 6 7
Pasal 1 Pasal
Penghitungan Deemed
Penghitungan Kredit Pajak
Ketentuan Umum Dividend yang dapat
Luar Negeri
diperhitungkan

Pasal 2
Pasal 5 Pasal 8
Penentuan BULN Nonbursa
terkendali langsung dan Klasifikasi atas jumlah Pelaporan Kredit Pajak Luar
perolehan Deemed saham yang disetor Negeri
Dividend

Pasal 3 Pasal 4
Penghitungan besarnya
Pasal 9 – 11
Penentuan saat
Deemed Dividend dan
diperolehnya Deemed Penutup
penentuan BULN Nonbursa
Dividend
terkendali tidak langsung

Direktorat Perpajakan Internasional


Ketentuan Umum
Undang–Undang Tahun Pajak P3B SPT Tahunan PPh
PPh jangka waktu 1 (satu) tahun perjanjian antara Pemerintah
Surat Pemberitahuan Pajak
kalender kecuali bila Wajib Indonesia dengan
Undang-Undang Nomor 7 Penghasilan untuk suatu
Pajak menggunakan tahun Pemerintah negara mitra
Tahun 1983 tentang Pajak Tahun Pajak atau Bagian
buku yang tidak sama atau yurisdiksi mitra untuk
Penghasilan sebagaimana Tahun Pajak
dengan tahun kalender mencegah terjadinya
telah beberapa kali diubah,
pengenaan pajak berganda
terakhir dengan Undang-
dan pengelakan pajak
Undang Nomor 36 Tahun
2008

Deemed Dividend
BULN Nonbursa
dividen yang ditetapkan diperoleh WP
badan usaha di luar negeri selain badan
dalam negeri atas penyertaan modal
usaha yang sahamnya diperdagangkan
pada BULN Nonbursa terkendali
di bursa efek
langsung

Direktorat Perpajakan Internasional


Penentuan BULN Nonbursa terkendali langsung
WP dalam negeri
yang:
secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam
memiliki penyertaan modal langsung paling rendah
negeri lainnya memiliki penyertaan modal langsung
50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang atau
paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah
disetor pada BULN Nonbursa
saham yang disetor pada BULN Nonbursa

Pengendalian langsung
BULN Nonbursa Deemed Dividend

BULN Nonbursa yang dikendalikan secara


ditetapkan memiliki ditetapkan memperoleh
pengendalian langsung
langsung oleh WP dalam negeri merupakan Deemed Dividend dari
pada BULN Nonbursa BULN Nonbursa terkendali langsung BULN Nonbursa

*Penentuan besarnya penyertaan modal langsung


ditentukan pada akhir Tahun Pajak WP dalam negeri
Direktorat Perpajakan Internasional
BULN NONBURSA TERKENDALI LANGSUNG (CASE 1)

PT ABC

Indonesia

60% Negara X

BULN Nonbursa terkendali langsung


bagi PT ABC
XYZ Ltd.

karena sahamnya dimiliki ≥50% oleh WPDN

Pasal 2 ayat (1) huruf a


BULN NONBURSA TERKENDALI LANGSUNG (CASE 2)

PT ABC Tn. Andi Baso

Indonesia

40% 20% Negara X

BULN Nonbursa terkendali langsung


bagi PT ABC dan Tn. Andi Baso

karena sahamnya dimiliki ≥50%,


XYZ Ltd.
secara bersama-sama oleh WPDN
dan WPDN lainnya.

Pasal 2 ayat (1) huruf b


Penentuan saat diperolehnya Deemed Dividend
Saat Perolehan Deemed Dividend
WP dalam BULN
oleh WP dalam negeri
negeri Nonbursa
terkendali
yang ditetapkan:
• memiliki pengendalian langsung
langsung Ditetapkan pada akhir bulan
• memperoleh Deemed Dividend keempat setelah berakhirnya
YA kewajiban penyampaian surat
pemberitahuan pajak
penghasilan
Apakah BULN Nonbursa
terkendali langsung
memiliki kewajiban
menyampaikan surat
pemberitahuan tahunan
pajak penghasilan? Ditetapkan pada akhir bulan
TIDAK ketujuh setelah tahun pajak
*termasuk jika:
yang bersangkutan berakhir
ada kewajiban penyampaian
tetapi tidak ada ketentuan
batas waktu penyampaian
*Tujuan menentukan saat diperolehnya Deemed
Dividend, antara lain:
• Untuk menentukan pada Tahun Pajak mana WP
dalam negeri melaporkan Deemed Dividend
• Untuk menentukan kurs yang digunakan dalam
menghitung besarnya
Direktorat Deemed
Perpajakan Dividend
Internasional
SAAT PEROLEHAN DEEMED DIVIDEND: CASE STUDY 1
80%
PT ABC PQR Ltd.
2016 2017 2018

Jan Dec Jan Apr Aug Dec Jan Apr Dec

Tahun Pajak WPDN:


Tahun Pajak 1 Jan-31 Des
BULN Nonbursa 2017
terkendali
langsung:
Batas waktu Saat Perolehan Batas waktu SPT
1 Jan – 31 Des
penyampaian SPT Deemed WPDN:
2016
BULN Nonbursa Dividend: 30 Apr 2018
terkendali langsung: 31 Ags 2017
30 Apr 2017
Pasal 3 ayat (1)
SAAT PEROLEHAN DEEMED DIVIDEND: CASE STUDY 2
80%
Tn. Andi Baso PQR Ltd.
2016 2017 2018

Jan Dec Jan Jul Dec Jan Mar Dec

Tahun Pajak WPDN:


Tahun Pajak 1 Jan-31 Des
BULN Nonbursa 2017
terkendali
langsung:
Batas waktu Saat Perolehan Batas waktu SPT
1 Jan – 31 Des
penyampaian SPT BULN Deemed WPDN:
2016
Nonbursa terkendali Dividend: 31 Maret 2018
langsung: Tidak ada 31 Juli 2017

Pasal 3 ayat (2)


Penentuan BULN Nonbursa terkendali tidak langsung
BULN Nonbursa terkendali tidak langsung

Pasal 4 ayat (4)


BULN Nonbursa yang dikendalikan secara tidak langsung oleh WPDN melalui:
a. BULN Nonbursa terkendali langsung; atau
b. BULN Nonbursa terkendali langsung dan BULN Nonbursa terkendali tidak langsung pada tingkat penyertaan modal sebelumnya,
dengan penyertaan modal ≥ 50% dari jumlah saham yang disetor pada setiap tingkat penyertaan modal

Wajib Pajak dalam negeri dan:


Pasal 4 ayat (5) 1. BULN Non bursa terkendali langsung; dan/atau
2. BULN Nonbursa terkendali tidak langsung;

BULN Nonbursa yang Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak dalam negeri lainnya melalui BULN Nonbursa terkendali
≥ 50% jumlah saham langsung dan/atau BULN Nonbursa terkendali tidak langsung
yang disetornya,
dimiliki secara
bersama-sama oleh: BULN Non bursa terkendali langsung dan/ atau
BULN Nonbursa terkendali tidak langsung

Direktorat Perpajakan Internasional


BULN NONBURSA TERKENDALI TIDAK LANGSUNG (1)
Indonesia

PT GHI
60% Negara D
BULN Nonbursa terkendali langsung
bagi PT GHI
PQR Ltd.
90%
Negara E

BULN Nonbursa terkendali tidak langsung


STU Co. bagi PT GHI melalui PQR Ltd.

40%
Negara F

Bukan BULN Nonbursa terkendali tidak langsung


VWX Co. bagi PT GHI

Pasal 4 ayat (4)


BULN NONBURSA TERKENDALI TIDAK LANGSUNG (2)
15% 5%

PT ABC PT JKL

15% 5%

PT DEF PT MNO
15% 5%

Indonesia
PT GHI PT PQR

Negara X
BULN Nonbursa terkendali langsung
bagi seluruh WPDN
Forco Ltd.
BULN Nonbursa terkendali Bukan BULN Nonbursa terkendali
tidak langsung 60% 45% tidak langsung
bagi seluruh WPDN bagi seluruh WPDN
Forsubco 1 Ltd. Forsubco 2 Ltd.
BULN NONBURSA TERKENDALI TIDAK LANGSUNG (3)

PT GHI
10% 80% Indonesia

Negara X

40%
PQR Ltd. XYZ Ltd.

BULN Nonbursa terkendali tidak langsung BULN Nonbursa terkendali


bagi PT GHI langsung
karena dimiliki secara bersama-sama dengan bagi PT GHI
BULN Nonbursa terkendali langsung, XYZ Ltd.

Pasal 4 ayat (5)


BULN NONBURSA TERKENDALI TIDAK LANGSUNG (4)
PT ABC PT DEF Indonesia

Negara Y
60% 50%

BULN Nonbursa terkendali BULN Nonbursa terkendali


langsungbagi PT ABC langsung bagi PT DEF
XYZ Ltd. PQR Ltd.

70% 20% Negara X

MNO Pte. Ltd.

BULN Nonbursa terkendali tidak langsung


bagi PT ABC dan PT DEF

Pasal 4 ayat (5)


ILUSTRASI

Laporan Laba Rugi XYZ Ltd.


SKEMA KEPEMILIKAN Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 20X1
Penjualan dan pendapatan usaha 20.000.000
Beban (harga) pokok penjualan dan pendapatan (15.300.000)

PT ABC Jumlah laba bruto 4.700.000


Beban penjualan (800.000)
Beban umum dan administrasi (900.000)

Indonesia Pendapatan lainnya:


90% • Dividen 330.000
• Bunga 110.000
Negara X • Sewa 220.000
• Royalti 440.000
Beban lainnya
XYZ Ltd. • Beban terkait dividen (30.000)
• Beban terkait bunga (10.000)
• Beban terkait sewa (20.000)
• Beban terkait royalti (40.000)
Keuntungan (kerugian) lainnya:
• Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta 500.000
Jumlah laba (rugi) sebelum pajak penghasilan 4.500.000
Pendapatan (beban) pajak (900.000)
Jumlah laba (rugi) setelah pajak 3.600.000
Laporan Laba Rugi XYZ Ltd.
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 20X1
Penjualan dan pendapatan usaha 20.000.000
Beban (harga) pokok penjualan dan pendapatan (15.300.000)
Jumlah laba bruto 4.700.000
Beban penjualan (800.000)
Beban umum dan administrasi (900.000)
Pendapatan lainnya: Berdasarkan PMK 107/PMK.03/2017, berapa Deemed
• Dividen 330.000 Dividend yang harus dilaporkan PT ABC di Tahun Pajak 20X2?
• Bunga 110.000
• Sewa 220.000
• Royalti 440.000 Deemed
= % penyertaan X Laba setelah pajak
Beban lainnya Dividend
• Beban terkait dividen (30.000)
• Beban terkait bunga (10.000)
= 90% X 3.600.000
• Beban terkait sewa (20.000) = 3.240.000
• Beban terkait royalti (40.000)
Keuntungan (kerugian) lainnya:
• Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta 500.000
Jumlah laba (rugi) sebelum pajak penghasilan 4.500.000
Pendapatan (beban) pajak (900.000)
Jumlah laba (rugi) setelah pajak 3.600.000
Berdasarkan PMK 93/PMK.03/2019, berapa Deemed Dividend
Laporan Laba Rugi XYZ Ltd. yang harus dilaporkan PT ABC di Tahun Pajak 20X2?
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 20X1
Penjualan dan pendapatan usaha 20.000.000
Deemed Jumlah neto setelah pajak atas
= % penyertaan X
Dividend penghasilan tertentu
Beban (harga) pokok penjualan dan pendapatan (15.300.000)
Jumlah laba bruto 4.700.000 Jumlah neto biaya untuk bagian pajak
jumlah
setelah pajak mendapatkan, penghasilan
Beban penjualan (800.000) bruto
atas = - menagih, dan - atas
penghasilan
Beban umum dan administrasi (900.000) penghasilan memelihara penghasilan
tertentu
Pendapatan lainnya: tertentu penghasilan tertentu tertentu
• Dividen 330.000 Jumlah neto setelah
• Bunga 110.000 = 330.000 - 30.000 - 60.000 = 240.000
pajak atas dividen
• Sewa 220.000
• Royalti 440.000 Jumlah neto setelah
= 110.000 - 10.000 - 20.000 = 80.000
pajak atas bunga
Beban lainnya
• Beban terkait dividen (30.000) Jumlah neto setelah
= 220.000 - 20.000 - 40.000 = 160.000
• Beban terkait bunga (10.000) pajak atas sewa
• Beban terkait sewa (20.000)
• Beban terkait royalti (40.000)
Jumlah neto setelah
= 440.000 - 40.000 - 80.000 = 320.000
pajak atas royalti
Keuntungan (kerugian) lainnya:
• Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta 500.000 Jumlah neto setelah
pajak atas keuntungan
Jumlah laba (rugi) sebelum pajak penghasilan 4.500.000 = 500.000 - 0 - 100.000 = 400.000
penjualan/pengalihan
Pendapatan (beban) pajak (900.000) harta
Jumlah laba (rugi) setelah pajak 3.600.000 Total 1.200.000

Deemed Dividend = 90% X 1.200.000


= 1.080.000
Penghitungan Deemed Dividend berdasarkan penghasilan tertentu,
dalam hal terdapat pengendalian pada BULN Nonbursa tidak langsung

PT GHI

Indonesia

Deemed Dividend 60%


= 60% x [(1000.000)+(450.000)]
= 870.000
PQR Ltd. Negara D
Jumlah neto setelah
pajak atas
penghasilan tertentu
90%
Deemed Dividend PQR Ltd. = 1.000.000
= 90% x 500.000
= 450.000
STU Co. Negara E
Jumlah neto setelah
pajak atas
penghasilan tertentu
STU Co. = 500.000
DIVIDEN yang termasuk ke dalam
cakupan penghasilan tertentu
Indonesia
PT ABC

Semua 90%
penghasilan dividen,
Negara X Bukan merupakan
penghasilan tertentu
bagi PQR Ltd.
Kecuali Merupakan
penghasilan tertentu
PQR Ltd.

dividen yang diterima dan/atau bagi PQR Ltd.

Distribusi
diperoleh dari Distribusi
Dividen Dividen
1.000.000 2.000.000
BULN Nonbursa terkendali Negara Y
45% 80%

STU Co. VWX Co.


BUNGA yang termasuk ke dalam
cakupan penghasilan tertentu
Indonesia
PT ABC 75%
Semua (mempunyai izin sebagai PT DEF
Bank di Indonesia)
penghasilan bunga,
Pembayaran
Bunga
Kecuali 90% 2.000.000
80%
bunga yang diterima dan/atau diperoleh BULN Merupakan
penghasilan tertentu
Nonbursa terkendali yang dimiliki oleh WP Negara X bagi PQR Ltd.
dalam negeri yang mempunyai izin usaha Bank
PQR Ltd. STU Ltd.
Pembayaran
Namun tidak termasuk yang dikecualikan, Bunga
3.500.000
Pembayaran
bunga yang diterima dan/atau diperoleh Bunga
3.500.000
BULN Nonbursa terkendali yang berasal dari
Merupakan
transaksi langsung maupun tidak langsung Pembayaran
penghasilan tertentu
Bunga
dengan WP dalam negeri yang memiliki Negara Y
1.000.000
bagi PQR Ltd.

hubungan istimewa dengan


BULN Nonbursa terkendali tersebut Bukan merupakan Independent Co.
penghasilan tertentu
bagi PQR Ltd.
SEWA yang termasuk ke dalam
cakupan penghasilan tertentu
Indonesia PT ABC
Penghasilan sewa sehubungan dengan
penggunaan tanah dan/atau bangunan
Merupakan
90%
penghasilan tertentu
& Negara X Pembayaran
bagi PQR Ltd.
sewa mesin
1.000.000
Penghasilan sewa lain yang diterima
dan/atau diperoleh BULN Nonbursa 80%
STU Ltd. PQR Ltd.
terkendali, sepanjang berasal dari
transaksi dengan pihak yang memiliki Pembayaran
hubungan istimewa dengan BULN Negara Y
sewa kapal
2.000.000
Merupakan
penghasilan tertentu
Pembayaran
Nonbursa terkendali Bukan merupakan sewa tanah
bagi PQR Ltd.
penghasilan tertentu & bangunan
bagi PQR Ltd. 3.000.000

Independent 1 Co. Independent 2 Co.


ROYALTI dan KEUNTUNGAN KARENA PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA
yang termasuk ke dalam cakupan penghasilan tertentu

Semua
keuntungan karena
Semua
& penjualan atau
penghasilan royalti
karena pengalihan
harta
Ketentuan PMK 93/PMK.03/2019 berlaku
untuk Deemed Dividend yang saat
perolehannya ditetapkan
mulai pada Tahun Pajak 2019 !

S
Klasifikasi atas jumlah saham yang disetor

yang dimaksud jumlah saham yang disetor dalam


Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (4), merupakan:

a. Jumlah nilai saham yang diterbitkan oleh BULN Nonbursa; atau

b. Jumlah nilai saham yang mempunyai hak suara (voting rights) yang
diterbitkan oleh BULN Nonbursa

Direktorat Perpajakan Internasional


JUMLAH SAHAM DISETOR: CASE STUDY
PT ABC memiliki penyertaan modal pada ABC Pte. Ltd yang berdomisili di negara
X. Struktur modal pada ABC Pte. Ltd. berdasarkan company’s bylaws atau
charter sebagai berikut (all issued and outstanding):
▪ 100.000 lembar saham biasa (common stock dengan 1 hak suara per lembar)
@ USD1,- dan
▪ 5.000 saham tanpa voting rights (VR) @ USD10,-,
Hitung besarnya penyertaan modal PT ABC pada ABC Pte. Ltd. dan tentukan
apakah ABC Pte. Ltd. mrp BULN Non Bursa terkendali, jika PT ABC memiliki:
A. 50.000 lembar saham biasa?
B. 45.000 lembar saham biasa dan 5.000 lembar saham tanpa VR?

Pasal 5
JUMLAH SAHAM DISETOR: ANSWER (2)

Pasal 5
Penghitungan Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan

Deemed Dividend dapat diperhitungkan dengan dividen yang diterima dari


BULN Nonbursa terkendali langsung

Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan adalah Deemed Dividend


selama jangka waktu 5 (lima) tahun ke belakang secara berturut-turut
terhitung sejak tahun diterimanya dividen

Dalam hal dividen yang lebih besar dari Deemed Dividend yang dapat
diperhitungkan, atas selisih tersebut dikenai Pajak Penghasilan dan
dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh pada Tahun Pajak diterimanya dividen

Direktorat Perpajakan Internasional


KOMPENSASI DEEMED DIVIDEND ATAS DIVIDEN
DITERIMA: CASE STUDY 5 (1)
Deemed
Dividend
Tahun
reported
Pajak
(dalam ribuan
rupiah)
2017 600.000
Tentukan besarnya deemed dividend yang dapat
2018 200.000
diperhitungkan, dalam hal:
2019 700.000
a. 2021 menerima dividen Rp200.000,00?
2020 500.000
b. 2022 menerima dividen Rp2.000.000,00?
2021 400.000
2022 100.000
Pasal 6
KOMPENSASI DEEMED DIVIDEND ATAS DIVIDEN
DITERIMA: CASE STUDY 5 (2)
Deemed Dividend Dividen
Tahun
reported Kompensasi Diterima
Pajak
(dalam ribuan (dalam ribuan
rupiah) rupiah)
2017 600.000 2021 5
2018 200.000 2021, 2022 4 5
2019 700.000 2021, 2022 3 4
2020 500.000 2021, 2022 2 3
Ket:
2021 400.000 2021, 2022 200.000 1 2
Tahun Pajak paling akhir
2022 100.000 2021, 2022 2.000.000 1 yang dapat diperhitungkan

Pasal 6
KOMPENSASI DEEMED DIVIDEND ATAS DIVIDEN
DITERIMA: CASE STUDY 5 (3)
1. Dividen diterima sebesar USD200.000,- pada Tahun Pajak 2021 seluruhnya tidak dikenai PPh
lagi karena dapat diperhitungkan dengan DD tahun 2017. Sisa DD USD400.000,-
(USD600.000-USD200.000) tidak dapat diperhitungkan lagi di tahun berikutnya karena sudah
melewati jangka waktu 5 tahun.

2. Dividen diterima sebesar USD2.000.000,- pada Tahun Pajak 2022 dapat dikompensasikan
dengan sisa DD pada tahun 2022 – 2018 (5 tahun dihitung ke belakang). Sisa DD yang dapat
dikompensasikan sebesar USD1.900.000,-
(USD100.000+USD400.000+USD500.000+USD700.000+USD200.000). Selisih dividen yang
diterima dengan DD yang dapat dikompensasikan USD100.000,- (USD2.000.000-
USD1.900.000) merupakan objek PPh yang harus dilaporkan pada tahun diterimanya.

Pasal 6
KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
PMK Nomor 192/PMK.03/2018
Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)
Indonesia menerapkan pemajakan atas semua penghasilan, baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri (world wide income). Karena atas penghasilan luar neger wajib dilaporkan, maka atas
pajak-pajak yang sudah dibayar di luar negeri dapat diperhitungkan

sumber penghasilan luar negeri yaitu:


1. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah
negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;
2. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak adalah negara tempat
pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada;
3. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat harta tersebut
terletak;
4. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang
membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada;
5. penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan;
6. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau
permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada;
7. keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada; dan
8. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap adalah negara tempat
bentuk usaha tetap berada.
Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)
Pasal 4 ayat (2) mengatur:
Besarnya penghasilan yang diterima atau diperoleh dari sumber penghasilan di luar negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan sebagai berikut:
a. penghasilan usaha termasuk penghasilan dari cabang atau perwakilan WPDN di luar negeri
adalah sebesar penghasilan neto;
b. penghasilan yang berasal dari Trust di luar negeri adalah sebesar penghasilan neto atau
bagian penghasilan neto yang diterima atau diperoleh WPDN; dan
c. penghasilan lainnya adalah sebesar penghasilan neto.

Pasal 4 ayat (3) bahwa WPDN tidak dapat memperhitungkan:


a. kerugian usaha dari cabang atau perwakilan di luar negeri, termasuk kerugian usaha dari
cabang atau perwakilan di luar negeri yang diperoleh setelah memperhitungkan kerugian
yang diperoleh dari harta atau kegiatan yang memiliki hubungan efektif dengan cabang atau
perwakilan WPDN di luar negeri; dan
b. kerugian lain yang diderita di luar negeri.
Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)

Tahun Pajak diterimanya atau diperolehnya penghasilan dari sumber penghasilan di luar negeri
ditentukan sebagai berikut:
1. untuk penghasilan usaha merupakan Tahun Pajak diperolehnya penghasilan tersebut;
2. dalam hal Trust di luar negeri dikenai pajak penghasilan di tingkat Trust merupakan Tahun
Pajak diperolehnya penghasilan tersebut;
3. dalam hal Trust di luar negeri tidak dikenai pajak penghasilan di tingkat Trust merupakan
Tahun Pajak diperolehnya atau diterimanya penghasilan tersebut, tergantung peristiwa yang
terjadi terlebih dahulu;
4. untuk penghasilan lainnya merupakan Tahun Pajak diterimanya penghasilan tersebut.
Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)

Ketentuan Limitasi Per Negara (per country limitation)

Besarnya PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan ditentukan berdasarkan jumlah yang paling
sedikit di antara:
1. jumlah pajak penghasilan yang seharusnya terutang, dibayar, atau dipotong di luar negeri
dengan memperhatikan ketentuan dalam P3B, dalam hal terdapat P3B yang telah berlaku
efektif;
2. jumlah PPh Luar Negeri; dan
3. jumlah tertentu yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari sumber penghasilan di luar negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan
dengan Pajak Penghasilan yang terutang atas Penghasilan Kena Pajak, paling tinggi sebesar
Pajak Penghasilan yang terutang tersebut.
Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)

Bukti pemenuhan pembayaran PPh Luar Negeri bagi WPDN yang mengkreditkan PPh Luar Negeri
dapat berupa:
1. salinan bukti pembayaran atau bukti pemotongan PPh Luar Negeri; atau
2. salinan bukti lainnya yang dapat menunjukkan adanya pembayaran atau pemotongan PPh
Luar Negeri.

Bukti pemenuhan pembayaran PPh Luar Negeri ini sekurang-kurangnya memuat data atau
informasi sebagai berikut:
1. nama WPDN; dan
2. jumlah PPh Luar Negeri.
KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
dalam CFC Rules
PMK Nomor 107/PMK.03/2017 s.t.d.d PMK Nomor 93/PMK.03/2019
Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)
Ketentuan: o WPDN dapat mengkreditkan pajak penghasilan yang telah dibayar atau dipotong atas dividen yang diterima dari BULN Nonbursa
terkendali langsung pada Tahun Pajak dibayarnya atau dipotongnya pajak penghasilan tersebut

Kondisi 1,
dalam hal dividen yang diterima ≤ Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan
o Besarnya KPLN, ditentukan jumlah paling sedikit diantara:
a) pajak penghasilan yang seharusnya terutang atau dibayar di LN atas dividen yang diterima dari BULN Nonbursa terkendali langsung,
dengan memperhatikan ketentuan P3B;
b) pajak penghasilan yang terutang atau dibayar di LN atas dividen yang diterima dari BULN Nonbursa terkendali langsung; atau
c) jumlah tertentu, dihitung sbb:

*Pajak Penghasilan atas Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan, dihitung sbb:
dihitung pada setiap Tahun
Pajak dilaporkannya
Deemed Dividend

(paling tinggi sebesar Pajak Penghasilan yang terutang pada Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak yang bersangkutan)
Direktorat Perpajakan Internasional
Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) (2)
Kondisi 2,
dalam hal dividen yang diterima ˃ Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan

untuk bagian dividen yang diterima sampai dengan sebesar Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan, besarnya KPLN, dihitung sesuai
dengan penghitungan pada kondisi 1

untuk bagian dividen yang melebihi Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan, besarnya KPLN, ditentukan dari jumlah paling sedikit
diantara:
a) pajak penghasilan yang seharusnya terutang atau dibayar di LN atas bagian dividen yang melebihi Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan,
dengan memperhatikan ketentuan P3B;
b) pajak penghasilan yang terutang atau dibayar di LN atas bagian dividen yang melebihi Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan; atau
c) jumlah tertentu, dihitung sbb:

Direktorat Perpajakan Internasional


Contoh Penghitungan Kredit Pajak luar negeri (KPLN) (1)

Diketahui: SKEMA KEPEMILIKAN Ket. tambahan:


1. Tarif PPh Badan di Indonesia
PT ABC Indonesia adalah 25%
2. Tarif pajak penghasilan atas
100% dividen di negara X adalah
20%
3. Tidak terdapat P3B yang
berlaku antara Pemerintah
Forco Ltd. Negara X Indonesia dengan Pemerintah
Negara X

Direktorat Perpajakan Internasional


Contoh Penghitungan Kredit Pajak luar negeri (KPLN) (2)
Dividen yang
Bagian Pajak
Deemed Penghasilan Neto Penghasilan Kena PPh Badan diterima dari
Tahun Penghasilan atas
Dividend Dalam Negeri Pajak Terutang BULNN terkendali
Pajak Deemed Dividend
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) langsung
(Rp)
(Rp)
(1) (2) (3) (4)=(2)+(3) (5)=(4)*(25%) (6)=((2)/(4))*(5)
2018 200.000.000 (200.000.000) 0 0 0 0
2019 700.000.000 600.000.000 1.300.000.000 325.000.000 175.000.000 0
2020 500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000 375.000.000 125.000.000 0
2021 400.000.000 (100.000.000) 300.000.000 75.000.000 75.000.000 0
2022 100.000.000 500.000.000 600.000.000 150.000.000 25.000.000 2.000.000.000
Total 1.900.000.000 1.800.000.000 3.700.000.000 925.000.000 400.000.000 2.000.000.000

• Pada tahun 2022 PT ABC menerima pembagian dividen dari Forco Ltd. sebesar Rp2.000.000.000,00
• Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan pada tahun 2022 adalah sebesar Rp1.900.000.000,00
(Total 2018 s.d.2022)
• Dengan demikian terdapat selisih antara dividen yang diterima dengan Deemed Dividend yang dapat
diperhitungkan pada Tahun Pajak 2022, sebesar Rp100.000.000,00 yang dikenai Pajak Penghasilan dan
dilaporkan pada SPT Tahunan PPh

Direktorat Perpajakan Internasional


Contoh Penghitungan Kredit Pajak luar negeri (KPLN) (3)
untuk bagian dividen yang diterima sebesar Rp1.900.000.000,00,
KPLN dihitung sebagai berikut:

a) Tidak terdapat P3B yang berlaku antara Indonesia dengan Negara X, sehingga tidak terdapat pajak penghasilan yang
seharusnya dipotong sesuai P3B
b) Pajak penghasilan yang dipotong di LN atas dividen sebesar Rp1.900.000.000,00 adalah sebesar Rp380.000.000,00
(dividen x 20%)
c) Jumlah tertentu dihitung sbb:

Besarnya KPLN ditentukan berdasarkan jumlah yang paling sedikit diantara a), b) dan c) , sehingga KPLN pada tahun 2022, untuk
bagian dividen yang diterima sebesar Rp1.900.000.000,00 adalah sebesar Rp380.000.000,00

Direktorat Perpajakan Internasional


Contoh Penghitungan Kredit Pajak luar negeri (KPLN) (3)
untuk bagian dividen yang diterima sebesar Rp100.000.000,00,
KPLN dihitung sebagai berikut:

a) Tidak terdapat P3B yang berlaku antara Indonesia dengan Negara X, sehingga tidak terdapat pajak penghasilan yang
seharusnya dipotong sesuai P3B
b) Pajak penghasilan yang dipotong di LN atas dividen sebesar Rp100.000.000,00 adalah sebesar Rp20.000.000,00
(dividen x 20%)
c) Jumlah tertentu dihitung sbb:

Besarnya KPLN ditentukan berdasarkan jumlah yang paling sedikit diantara a), b) dan c) , sehingga KPLN pada tahun 2022, untuk
bagian dividen yang diterima sebesar Rp100.000.000,00 adalah sebesar Rp20.000.000,00

Sehingga total KPLN pada Tahun 2022 adalah sebesar


Direktorat Perpajakan Internasional Rp400.000.000,00 (Rp380.000.000,00+Rp20.000.000,00)
Pelaporan Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)
WP dalam negeri yang
mengkreditkan pajak penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1)

harus
Laporan keuangan;
dengan
Menyampaikan penghitungan melampirkan Fotokopi surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan, dalam hal
pengkreditan pajak penghasilan terdapat kewajiban untuk menyampaikan surat pemberitahuan tahunan pajak
yang telah dibayar atau dipotong penghasilan;
atas dividen yang diterima dari
BULN Nonbursa terkendali langsung Perhitungan atau rincian laba setelah pajak dalam 5 tahun terakhir
(format terlampir); dan
saat
pelaporan?
Bukti pembayaran pajak penghasilan atau bukti pemotongan pajak
penghasilan atas dividen yang diterima,
Dilakukan bersamaan dengan
penyampaian SPT Tahunan PPh dari BULN Nonbursa terkendali langsung
*Pada Tahun Pajak dibayarnya atau
dipotongnya pajak penghasilan tersebut
(Pasal 7 ayat (1))

Direktorat Perpajakan Internasional


Pelaporan Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) (2)

Direktorat Perpajakan Internasional


CASE: Outbound
Investment
PT BUANA INTERNASIONAL

PT Buana Internasional adalah sebuah perusahaan manufaktur yang didirikan dan


bertempat kedudukan di Indonesia. Perusahaan menghasilkan produk makanan ringan
yang sebagian besar diekspor ke Negara Timbuktu, sebuah Negara yang bukan mitra Tax
Treaty Indonesia.

Perusahaan bermaksud melakukan perubahan model bisnis dengan membuka pabrik


makanan dan pusat distribusi di Negara Timbuktu dan mempertimbangkan dua pilihan,
yaitu: (1) mendirikan cabang di Timbuktu, atau (2) mendirikan anak perusahaan baru
sesuai ketentuan hokum di Timbuktu dan bertempat kedudukan hukum di Timbuktu
dengan kepemilikan saham 100%.

Berikut ini adalah perkiraan bisnis rata-rata per tahun yang telah dibuat oleh [erusahaan
sebagai bahan analisisi pengelolaan pajak untuk mencapai tujuan optimasi beban pajak.
PT BUANA INTERNASIONAL

Penjualan dalam Miliar Rp Informasi tambahan:


1 Lokal 450.00 1. Apapun bentuk usahanya, PT Buana Internasional masih tetap akan
2 Ekspor ke kantor pusat (Indonesia) 380.00 mengekspor produk yang dihasilkan di Indonesia kepada pelanggan
3 Ekspor lainnya 160.00 tertentu (non afiliasi) di Negara Timbuktu dengan nilai penjualan
Total Penjualan 990.00 Rp240M dan HPP terkait Rp100M.
2. Modal disetor oleh PT Buana Internasional untuk opsi pendirian
HPP subsidiary sebesar Rp300M (kepemilikan 100%) dan tidak membagi
1 HPP lokal 210.00 dividen.
2 HPP ekspor ke kantor pusat (Indonesia) 150.00 3. Subsidiary memperoleh pinjaman yang benar-benar dipakai untuk
3 HPP ekspor lainnya 60.00 kegiatan usaha:
Total HPP 420.00 • Rp600M dari Citibank cabang Timbuktu dengan bunga 8%; dan
• Rp 3.000M dari PT Buana Internasional dengan bunga 10%.
Laba Kotor 570.00 4. Timbuktu menerapkan Thin Capitalization Rules dengan perbandingan
utang dan modal 3:1. Jika rasio terpenuhi biaya bunga dapat
Biaya Non Operasi dibebankan dengan menerapkan suku bunga rata-rata dari pinjaman
1 Biaya jasa manajemen ke kantor pusat (Indonesia) 29.70 non afiliasi. Debt adalah seluruh utang dan Equity adalah seluruh
2 Biaya royalti ke kantor pusat (Indonesia) 39.60 ekuitas menurut akuntansi.
3 Biaya royalti ke Machine Co. USA (non afiliasi) 44.55 5. Atas penghasilan dari LN yang diterima atau diperoleh PT Buana
Internasional terutang PPh sesuai dengan ketentuan perpajakan di
4 Biaya bunga bank ke Citibank Timbuktu 48.00
Indonesia dengan tarif 25% dari PhKP dengan memperhitungkan pajak
yang terutang atau dibayar di LN. Diasumsikan pajak yang dibayar di
5 Biaya bunga pinjaman ke kantor pusat (Indonesia) 300.00
LN dapat dikreditkan seluruhnya.
6 Biaya lain-lain (sesuai ket fiskal Timbuktu) 20.00
6. Ketentuan perpajakan terbaru di Indonesia mengenai CFC
Total Biaya Non Operasi 481.85
diberlakukan oleh WP.
Laba Rugi sebelum PPh 88.15
Pertanyaan 1
Dasar Hukum di
No Keterangan Timbuktu Indonesia
Indonesia
1 WPLN Badan badan yang tidak didirikan dan tidak badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan Pasal 2 ayat (4) dan Pasal
berkedudukan di Timbuktu yang memperoleh kegiatan melalui BUT di Indonesia; dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang 2A UU PPh
penghasilan dari menjalankan kegiatan atau dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
usaha melalui BUT (BUT) di Timbuktu atau yang melalui BUT di Indonesia
dapat memperoleh penghasilan dengan tidak
menjalankan suatu BUT di Timbuktu.
2 Objek Pajak BUT 1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari 1. penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai; Pasal 5 ayat (1) UU PPh
kegiatan BUT atau harta yang dimiliki/dikuasai 2. penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis
BUT; dan dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh BUT di Indonesia;
2. Penghasilan kantor pusat dari penjualan atas 3. penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat
barang yang sejenis dengan barang yang dijual hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.
oleh BUT yang berada di Timbuktu.
3 Pengurang seluruh biaya terkait dengan penghasilan (2) Biaya‐biaya yang berkenaan dengan penghasilan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c Pasal 5 ayat (2) dan (3)
Penghasilan Bruto terutang PPh BUT, kecuali biaya bunga, royalti, UU PPh boleh dikurangkan dari penghasilan BUT. UU PPh
BUT dan jasa-jasa yang dibayarkan ke kantor pusat. (3) Dalam menentukan besarnya laba suatu bentuk usaha tetap:
Alokasi biaya umum dan administrasi kantor a. biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan untuk dibebankan adalah biaya yang berkaitan dengan usaha
pusat tidak dapat dibebankan. atau kegiatan bentuk usaha tetap, yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;
b. pembayaran kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan dibebankan sebagai biaya adalah:
1. royalti atau imbalan lainnya sehubungan dengan penggunaan harta, paten, atau hak-hak lainnya;
2. imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya;
3. bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan;
c. pembayaran sebagaimana tersebut pada huruf b yang diterima atau diperoleh dari kantor pusat tidak dianggap
sebagai Objek Pajak, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.
4 Sisa kerugian BUT Rugi suatu tahun pajak dapat diperhitungkan kerugian dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut‐turut sampai dengan 5 Pasal 6 ayat (2) UU PPh
dengan laba tahun sesudahnya, paling lama 5 tahun
tahun
5 Tarif BUT CIT 25% dan BPT 20% CIT 25% 25% dan BPT 20% Pasal 17 ayat (1) dan (2a)
dan Pasal 26 ayat (4) UU
PPh
6 WHT dibayarkan bunga, royalti, dan dividen yang benar-benar bunga, royalti, dan dividen yang benar-benar dibayarkan oleh WPDN atau BUT kepada WPLN terutang PPh pasal 26 Pasal 26 ayat (1) dan
oleh WPDN atau BUT dibayarkan oleh WPDN atau BUT kepada WPLN sebesar 20%. Bunga yang dibayarkan kepada Bank tidak dipotong PPh pasal 23. Pasal 23 ayat (1) dan (4)
kepada WPLN sebesar 15%. Namun atas bunga yang dibayarkan UU PPh
kepada Bank LN yang membuka cabang di
Timbuktu dipotong 0%.
Pertanyaan 2

Informasi terkait: Berdasarkan informasi tersebut maka maksimal


1. Modal disetor oleh PT Buana Internasional untuk opsi utang yang diperbolehkan secara fiskal adalah
pendirian subsidiary sebesar Rp300M (kepemilikan sebesar Rp900M dari total utang keseluruhan yaitu
100%) dan tidak membagi dividen.
Rp3.600M dan biaya utang adalah dengan
2. Subsidiary memperoleh pinjaman yang benar-benar
menerapkan suku bunga rata-rata pinjaman dari
dipakai untuk kegiatan usaha:
• Rp600M dari Citibank cabang Timbuktu dengan pihak non afiliasi dari utang maksimal yang
bunga 8%; dan diperbolehkan.
• Rp 3.000M dari PT Buana Internasional dengan
bunga 10%. Maka biaya utang yang boleh dibebankan adalah
3. Timbuktu menerapkan Thin Capitalization Rules Rp900M x 8% yaitu Rp72M. Dengan asumsi proporsi
dengan perbandingan utang dan modal 3:1. Jika rasio biaya bunga yang dapat dibebankan adalah sama
terpenuhi biaya bunga dapat dibebankan dengan dengan keseluruhan bunga maka Rp72M tersebut
menerapkan suku bunga rata-rata dari pinjaman non
sebesar Rp12M (1/5 X Rp72M) adalah biaya utang
afiliasi. Debt adalah seluruh utang dan Equity adalah
Citibank dan sebesar Rp60M (4/5 x Rp72M) adalah
seluruh ekuitas menurut akuntansi.
biaya utang yang dibayarkan ke Kantor Pusat di
Indonesia.
Pertanyaan 3

Penjualan Komersial Koreksi + Koreksi - Fiskal Penjualan Komersial Koreksi + Koreksi - Fiskal
1 Lokal 450.00 240.00 690.00 1 Lokal 450.00 450.00
2 Ekspor ke kantor pusat (Indonesia) 380.00 380.00 2 Ekspor ke kantor pusat (Indonesia) 380.00 380.00
3 Ekspor lainnya 160.00 160.00 3 Ekspor lainnya 160.00 160.00
Total Penjualan 990.00 1230.00 Total Penjualan 990.00 990.00

HPP HPP
1 HPP lokal 210.00 100.00 310.00 1 HPP lokal 210.00 210.00
2 HPP ekspor ke kantor pusat (Indonesia) 150.00 150.00 2 HPP ekspor ke kantor pusat (Indonesia) 150.00 150.00
3 HPP ekspor lainnya 60.00 60.00 3 HPP ekspor lainnya 60.00 60.00
Total HPP 420.00 520.00 Total HPP 420.00 420.00

Laba Kotor 570.00 710.00 Laba Kotor 570.00 570.00

Biaya Non Operasi Biaya Non Operasi


Biaya jasa manajemen ke kantor pusat Biaya jasa manajemen ke kantor pusat
1 29.70 29.70 0.00 1 29.70 29.70
(Indonesia) (Indonesia)
2 Biaya royalti ke kantor pusat (Indonesia) 39.60 39.60 0.00 2 Biaya royalti ke kantor pusat (Indonesia) 39.60 39.60
Biaya royalti ke Machine Co. USA (non Biaya royalti ke Machine Co. USA (non
3 44.55 44.55 3 44.55 44.55
afiliasi) afiliasi)
4 Biaya bunga bank ke Citibank Timbuktu 48.00 48.00 4 Biaya bunga bank ke Citibank Timbuktu 48.00 36.00 12.00
Biaya bunga pinjaman ke kantor pusat Biaya bunga pinjaman ke kantor pusat
5 300.00 300.00 0.00 5 300.00 240.00 60.00
(Indonesia) (Indonesia)
Biaya lain-lain (sesuai ketentuan fiskal Biaya lain-lain (sesuai ketentuan fiskal
6 20.00 20.00 6 20.00 20.00
Timbuktu) Timbuktu)
Total Biaya Non Operasi 481.85 112.55 Total Biaya Non Operasi 481.85 205.85
Laba Rugi sebelum PPh 88.15 597.45 Laba Rugi sebelum PPh 88.15 364.15
Pertanyaan 4

Uraian BUT Subsidiary


Laba(Rugi) sebelum PPh 597.45 364.15
tarif PPh 25% 25%
PPh badan 149.36 91.04
Laba(Rugi) setelah PPh 448.09 273.11
BPT (20%) 89.62 0.00
Laba(Rugi) setelah BPT 358.47 273.11
Pertanyaan 5

BUT Subsidiary
Uraian
DPP Tarif PPh DPP Tarif PPh
PPh badan 597,45 25% 149,36 364,15 25% 91,04
BPT 448,09 20% 89,62 - - -
PPh Dividen (WHT) - - - - - -
PPh royalti ke Kantor Pusat
- - - 39,60 15%
(WHT) 5,94
PPh bunga ke Kantor Pusat
- - - 60,00 15%
(WHT) 9,00
Total beban pajak 1045,54 238,98 463,75 105,98

Keterangan:
Untuk bunga utang ke kantor pusat yang diperkenankan untuk dibiayakan
sesuai ketentuan Thin Capitalization Rules adalah sebesar Rp60M, sehingga
PPh dikenakan terhadap bunga atas pinjaman tersebut
Pertanyaan 6

Uraian BUT Subsidiary


Branch Profit 448,09
Deemed Dividend dari Subsidiary* 273,11
Royalti 39,60
Bunga pinjaman 300,00
Jasa Management 29,70
Total Penghasilan dari Outbound Investment 448,09 642,41
PPh Badan 112,02 160,60
KPLN
BPT 89,62
Royalti 5,94
Bunga 9,00
Total KPLN 89,62 14,94
PPh KB 22,40 145,66
Kebijakan Subsidiary di Timbuktu tidak membagikan dividen akan tetapi sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 107/PMK.03/2017 s.t.d.d. PMK Nomor 93/PMK.03/2019 maka PT Buana Internasional
ditetapkan memperoleh Deemed Dividend dari BULN Nonbursa sebesar jumlah neto setelah pajak atas
penghasilan tertentu BULN Nonbursa terkendali.
Pertanyaan 7

Uraian BUT Subsidiary


Pajak terutang di Timbuktu 238,98 105,98
Pajak terutang di Indonesia 22,40 145,66
Total Pajak 261,38 251,64
Total Penjualan 990,00 990,00
Tarif efektif 26,40% 25,42%
Tidak terdapat perbedaan signifikan antara total keseluruhan Pajak yang ditanggung oleh grup PT Buana
Internasional, sehingga dalam outbound investment ada faktor lain yang harus dipertimbangkan selain Pajak.
Direktorat Perpajakan Internasional

Anda mungkin juga menyukai