Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP REKONSILIASI PAJAK ATAS LAPORAN


KEUANGAN DENGAN PENYAJIAN SESUAI PSAK 46
(Dosen Pengampuh : Prof. Dr. H. Abdul Rahman Mus, SE., M.M)

OLEH :
Fitriani
(0007.0434.2022)

PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah yang maha Kuasa atas segala
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah mengenai “Konsep Rekonsiliasi Pajak atas
Laporan Keuangan dengan Penyajian Sesuai PSAK 46” ini dengan tepat
waktu. Meskipun saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan
didalamnya. Tidak lupa pula saya ucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman Mus, SE., M.M yang telah
membimbing dan memberikan tugas ini.

Saya sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat


memberikan manfaat dan pengajaran mengenai “Konsep Rekonsiliasi
Pajak atas Laporan Keuangan dengan Penyajian Sesuai PSAK 46” yang
tentunya dapat memberikan suatu gambaran yang dapat dipahami.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumya bagi pembaca.
Sekian dan Terima kasih.

Makassar, 11 Desember 202

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................1

C. Tujuan Masalah.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3

A. Akuntansi dan Pajak Penghasilan.....................................................3

B. Perbedaan Sementara dan Perbedaan Tetap...................................5

C. Peraturan PSAK tentang Pajak Penghasilan....................................7

D. Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan.....................................8

BAB III PENUTUP...................................................................................11

A. Kesimpulan......................................................................................11

B. Saran...............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan keuangan di gunakan sebagai sumber informasi
dalam pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh
investor, karyawan, pemerintah, kreditur, maupun masyarakat.
Dalam praktiknya, seorang akuntan harus menyusun dua laporan
keuangan yang berbeda, yakni laporan keuangan kepada investor
sesuai dengan PSAK dan laporan keuangan yang sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang telah ditetapkan pemerintah.
Perbedaan inilah yang menyebabkan permasalahan dalam
penyusunan laporan keuangan.

Perbedaan tersebut terdiri dari perbedaan sementara


(temporary different) dan perbedaan tetap (permanent different).
Perbedaan tetap tidak boleh dimasukkan ke dalam laporan laba
rugi karena berdasarkan aturan perpajakan bukan merupakan
penghasilan. Sedangkan perbedaan sementara boleh diakui,
sehingga harus dilakukan rekonsiliasi fiscal untuk mengetahui laba
fiskal perusahan. Perbedaan pengakuan Pajak Penghasilan
menurut standar akuntansi keuangan dan ketentuan perpajakan di
atas itulah yang menjadi focus diterapkannya PSAK 46 tentang
Akuntansi Pajak Penghasilan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara akuntansi dan pajak penghasilan
dalam PSAK 46?
2. Bagaimana peraturan yang diterapkan PSAK 46 tentang
akuntansi pajak penghasilan?
3. Perbedaan apa yang membuat laporan keuangan sesuai PSAK
dan ketentuan
4. perpajakan berbeda?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui hubungan antara akuntansi dan pajak penghasilan
dalam PSAK 46.
2. Mengetahui aturan yang terdapat dalam PSAK 46 tentang
akuntansi pajak penghasilan
3. Mengetahui perbedaan sementara dan perbedaan tetap yang
membuat laporan keuangan sesuai PSAK dan ketentuan
perpajakan menjadi berbeda.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akuntansi dan Pajak Penghasilan

Pajak sebagai iuran wajib kepada kas negara merupakan hal


yang harus dijunjung tinggi keberlangsungannya, baik ketaatan
masyarakat dalam menyetor pajak ataupun keakuratan perhitungan
pajak itu sendiri. Pembayaran pajak di Indonesia masuk dalam kas
negara sekitar 75% dari jumlah kas yang ada. Sehingga pajak
dominan berpengaruh terhadap penyusunan anggaran belanja
negara. Setiap entitas bisnis baik dalam bentuk badan atau bentuk
usaha tetap dan individu memiliki kewajiban pajak sesuai ketentuan
Undang-Undang Pajak Penghasilan yang berlaku. Kewajiban
tersebut adalah membayar dan melaporkan pajak atas laba yang
diperoleh entitas. PSAK 46 (revisi 2010) : Pajak Penghasilan
mengatur bagaimana entitas menyajikan dan mengungkapkan
kewajiban pajak penghasilan entitas.
Undang-Undang Pajak menyebutkan atas penghasilan yang
diterima individu atau entitas (badan) akan dikenakan pajak sesuai
dengan tarif yang berlaku. Penghasilan menurut regulasi pajak
adalah setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau
diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia atau dari
luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah
kekayaan. Untuk entitas, penghasilan yang diterima atau diperoleh
dikenakan pajak setelah dikurangkan beban yang diperbolehkan.
Pajak akan dihitung atas laba entitas bukan nilai total penghasilan.
Namun untuk pendapatan pada industri tertentu (konstruksi), usaha
kecil yang menghitung pajak dengan norma, pajak dihitung dari
nilai penghasilan bukan laba.
PSAK 46: Pajak Penghasilan mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan pajak penghasilan
entitas. Sebagai salah satu beban entitas, pajak penghasilan
dikenakan dan dihitung berdasarkan penghasilan yang telah diakui
entitas. Konsep matching principles, tetap dipertahankan dalam
pengakuan ini, sehigga jika penghasilan tersebut diterima pada
suatu periode maka konsekuensi pajaknya harus diperhitungkan
pada periode tersebut. Walaupun menurut peraturan, pajaknya
akan dibayarkan pada periode yang lain.
PSAK 46 (revisi 2010) : Pajak Penghasilan merupakan revisi
atas PSAK 46 : Akuntansi Pajak Penghasilan tahun 1998. Revisi
dilakukan dengan menyesuaikan PSAK dengan IAS 21 : Income
taxes. Ada beberapa ketentuan pajak dalam regulasi Indonesia
seperti pajak finak dan surat ketetapan pajak masih dipertahankan,
sehinga masih terdapat perbedaan antara IAS 12 dan PSAK revisi
(2010). Ketentuan dalam PSAK 46 secara umum mengikuti praktik
umum yang berlaku secara internasional. Beban pajak dalam
laporan keuangan tidak dihitung berdasarkan jumlah pajak
terhutang menurut fiscal namun juga tidak dihitung berdasarkan
laba sebelum pajak sebelum tarif yang berlaku.
Beban pajak merupakan penjumlahan dari beban pajak kini
dan beban (manfaat) pajak tangguhan. Praktik sebelum PSAK 46
revisi 1998, beban pajak penghasilan dalam laporan laba rugi
adalah beban pajak kini saja, tanpa memperhitungkan pajak
tangguhan. Untuk SAK ETAP, beban pajak dalam laporan
keuangan adalah pajak terutang menurut perhitungan fiskal. Beban
(manfaat) pajak tangguhan merupakan dampak dari perbedaan
temporer yang menyebabkan jumlah pajak terpulihkan atau pajak
penghasilan terutang pada periode masa depan.
Ketentuan dalam UU PPh dan PSAK terkait pengakuan
pendapatan dan beban tidak sama, karena memiliki tujuan yang
berbeda. Perbedaan tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia
namun hampir di seluruh Negara cenderung terdapat perbedaan
antara pajak dan akuntansi. Perbedaan antara pajak dan akuntansi
dapat dibedakan menjadi dua, perbedaan permanen dan
perbedaan temporer. Setiap akhir pelaporan entitas melakukan
rekonsiliasi fiskal atau koreksi fiskal atas laba sebelum pajak untuk
menghitung jumlah penghasilan kena pajak. Informasi dalam
rekonsiliasi fiskal disajikan dalam catatan atas laporan keuangan,
sebagai informasi pendukung untuk menghitung jumlah beban
pajak kini, beban pajak tangguhan dan aset / liabilitas pajak
tangguhan yang terkait.
B. Perbedaan Sementara dan Perbedaan Tetap
Laporan keuangan sesuai dengan PSAK dan laporan keuangan
sesuai aturan perpajakan itu berbeda. Perbedaan tersebut
disebabkan karena dua hal, yaitu perbedaan sementara atau
temporer dan perbedaan tetap atau permanen. Berikut penjelasan
tentang kedua perbedaan tersebut :
1. Perbedaan Sementara/ temporer
Perbedaan sementara atau sering di sebur temporer
adalah perbedaan yang terjadi karena wkatu pengakuan
sehingga secara total nilai beban atau pendapatan sama
namun waktu pengakuannya berbeda. Perbedaan temporer
akan menyebabkan jumlah tercatat aset atau liablitas dalam
laporan posisi keuangan berbeda dengan dasar pengenaan
pajaknya. Misalnya perbedaan masa manfaat aset tetap
antara ketentuan perpajakan dan kebijakan entitas dalam
melakukan penyusutan. Akibat perbedaan masa manfaat,
nilai penyusutan berbeda, sehingga akan menyebabkan
perbedaan nilai buku aset dalam laporan posisi keuangan
dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer
juga dapat muncul karena perbedaan waktu pengakuan
maupun cara penilaian.
Akuntansi mengakui penurunan piutang saat terdapat
bukti obyektif sesuai dengan PSAK 55, sedangkan pajak
mengakui penghapusan piutang jika telah memenuhi
ketentuan spesifik yang lebih ketat untuk entitas di luar jasa
keuangan. Untuk entitas dalam industri keuangan ada
peraturan khusus untuk menghitung nilai Cadangan
penurunan nilai piutang. Akuntansi mengakui penurunan nilai
(impairment) asset tetap, investasi dan cadangan penurunan
persediaan, sedangkan pajak tidak memperkenankan
kerugian penurunan nilai sebagai pengurang penghasilan.
Perbedaan temporer ini akan menimbulkan jumlah pajak
terutang pada periode mendatang atau jumlah pajak
terpulihkan di masa mendatang. Jika aset atau liabilitas
muncul akibat pengakuan pendapatan menurut akuntansi
lebih besar dibandingkan menurut pajak, maka akan
menimbulkan pajak terutang di masa depan sehingga akan
diakui liabilitas pajak tangguhan. Sebaliknya jika pengakuan
pendapatan menurut akuntansi lebih kecil dibandingkan
penghasilan menurut pajak, maka entitas akan melakukan
pembayaran pajak terlebih dahulu atas pendapatan tersebut
sehingga akan diakui aset pajak tangguhan.

Aset pajak tangguhan juga dapat terjadi karena


akumulasi kerugian pajak yang belum dikompensasikan dan
akumulasi kredit pajak yang belum dimanfaatkan. Untuk
fasilitas kredit pajak, ketentuan regulasi di Indonesia belum
mengatur.

2. Perbedaan tetap/ permanen


Perbedaan permanen adalah perbedaan substansi
yang tidak akan terpulihkan di masa mendatang. Contohnya
biaya pegawai yang diberikan dalam bentuk natura,
sumbangan dengan kriteria tertentu tidak dapat menjadi
pengurang penghasilan, biaya yang tidak terkait dengan
mendapatkan, menagih dan memelihara pendapatan.
Perbedaan permanen dapat juga terjadi karena penghasilan
yang dikenakan pajak final seperti pendapatan bunga, sewa
tanah, sewa bangunan, pengalihan tanah / bangunan,
transaksi di pasar modal.
Penghasilan yang dikecualikan misalnya iuran
pensiun yang diterima oleh entitas program purna karya.
Atas perbedaan permanen ini menurut standar tidak
diperhitungkan konsekuensi pajak yang terutang di masa
depan sehingga tidak memunculkan kewajiban atau aset
pajak tangguhan. Walaupun untuk pajak final ada
konsekuensi pajak yang harus ditanggung, yaitu sebesar
tarif pajak finalnya, yang berbeda dengan tarif pajak umum.
Dalam perhitungan pajak terutang, perbedaan permanen ini
tidak dimasukkan dalam menghitung pajak terutang.

C. Peraturan PSAK tentang Pajak Penghasilan


Untuk menentukan laba atau pajak kena penghasilan dalam
pelaporan akuntansi, wajib pajak sering mengalami permasalahan
akibat perbedaan peraturan perpajakan dengan pernyataan standar
keuangan akuntansi. Oleh karena itu PSAK 46 mengatur perlakuan
akuntansi untuk pajak penghasilan dalam :
1. Mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode
berjalan dan periode mendatang untuk hal-hal sebagai
berikut :
 Pemulihan nilai tercatat aktiva dan pelunasan nilai
tercatat kewajiban yang disajikan di dalam neraca.
 Transaksi atau kejadian lain dalam periode berjalan
yang diakui dan disajikan didalam laporan komersial
perusahaan.
2. Pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa
kerugian yang belum dikompesasikan, penyajian pajak
penghasilan di dalam laporan keuangan komersial dan
pengungkapan informasi yang berhubungan dengan pajak
penghasilan Prinsip Dasar Akunansi Pajak Penghasilan.
D. Prinsip Dasar Akuntansi Pajak Penghasilan
Akuntansi pajak penghasilan seperti diatur dalam PSAK 46
menggunakan dasar akrual, yang mengharuskan untuk diakuinya
pajak penghasilan yang kurang dibayar atau terutang dan pajak
yang lebih bayar dalam tahun berjalan. Berikut ini adalah prinsip
dasar akuntansi pajak penghasilan :
1. Tujuan PSAK 46 adalah untuk mengatur akuntansi pajak
penghasilan. Dalam mempertanggungjawabkan konsekuensi
pajak pada periode berjalan dan mendatang yaitu pemulihan
(penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan
yang diakui pada laporan posisi keuangan entitas.
Transaksi-transaksi lain pada periode kini yang diakui pada
laporan keuangan entitas. Pernyataan ini juga mengatur aset
pajak tangguhan yang berasal dari rugi yang dapat
dikompensasi ke tahun berikut.
2. Ruang Lingkup PSAK 46 yaitu, PSAK ini diterapkan untuk
akuntansi pajak penghasilan termasuk semua pajak luar
negeri yang didasarkan pada laba kena pajak. Pajak
penghasilan termasuk pemotongan pajak yang terutang oleh
entitas anak, entitas asosiasi atau ventura bersama atas
distribusi kepada entitas pelapor. Pajak penghasilan tidak
berlaku pada hibah pemerintah, tetapi berlaku atas
perbedaan temporer yang dapat ditimbulkan dari hibah
tersebut atau kredit pajak investasi.
3. Dalam PSAK 46 dikenal istilah-istilah mengenai beban pajak
(penghasilan pajak), laba akuntansi, laba kena pajak, pajak
penghasilan, pajak penghasilan final, pajak kini, perbedaan
temporer.
4. Dalam laporan keuangan konsolidasi, perbedaan temporer
ditentukan dengan membandingkan nilai tercatat aset
liabilitas pada laporan keuangan konsolidasi.
5. Entitas menentukan dasar pengenaan pajak merujuk pada
SPT masing-masing entitas, jika entitas tidak diizinkan oleh
peraturan yang berlaku untuk membuat SPT konsolidasi.
Jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode sebelumnya
melebihi jumlah pajak yang terutang, maka selisihnya diakui
sebagai aset.
6. Semua perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai
liabilitas pajak tanggugan, kecuali jika timbul perbedaan
temporer kena pajak berasal dari pengakuan awal goodwill
atau pada saat pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu
transaksi yang bukan kombinasi bisnis dan tidak
mempengaruhi laba akuntansi dan laba kena pajak. Pajak
kini dan pajak tangguhan diakui sebagai penghasilan atau
beban pada laporan laba rugi, kecuali bila penghasilan
berasal dari kombinasi bisnis dan transaski yang diakui
periode yang sama atau berbeda di luar laporan laba rugi
7. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan
dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) harus dibebankan
sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada Laporan Laba
Rugi periode berjalan, kecuali apabila diajukan keberatan
dan atau banding. Jumlah tambahan pokok pajak dan denda
yang ditetapkan dengan SKP ditangguhkan pembebanannya
sepanjang memenuhi kriteria pengakuan aset. Apabila
terdapat kesalahan maka perlakuan akuntansinya mengacu
pada PSAK 25. Jumlah tambahan pokok dan denda pajak
yang ditetapkan dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) harus
dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada
Laporan Laba Rugi periode berjalan, kecuali apabila
diajukan keberatan dan atau banding.
8. Atas perbedaan antara nilai tercatat menurut akuntansi dan
DPP menurut pajak atas aset dan liabilitas yang dikenai
pajak final, tidak dilakukan pengakuan asset atau liabilitas
pajak tangguhan. Selisih antara jumlah PPh final yang
terutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini
pada perhitungan laba.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PSAK No. 46 merupakan standar yang mengatur perlakuan
akuntansi pajak penghasilan dengan menerapkan pendekatan
neraca. Pendekatan neraca mengakui adanya kewajiban dan aktiva
pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa depan sebagai
akibat adanya perbedaan waktu dan sisa kerugian yang belum
dikompensasikan.
Apabila ada perusahaan belum menerapkan PSAK No. 46
sehingga perubahan penerapan kebijakan yang baru menyebabkan
laporan keuangan harus disajikan kembali. Dari hasil penyajian
kembali tersebut diketahui bahwa penerapan PSAK No. 46
mengakibatkan munculnya akun baru yaitu aktiva pajak tangguhan
yang menambah jumlah aktiva perusahaan sebagai akibat dari
adanya manfaat pajak tangguhan yang mengurangi beban pajak
perusahaan. Adanya manfaat pajak tangguhan juga mengakibatkan
bertambahnya laba perusahaan sehingga meningkatkan ekuitas
perusahaan.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang
ingin disampaikan demi perbaikan makalah ini, silahkan sampaikan
kepada kami agar menjadi evaluasi bagi kami kedepannya. Apabila
ada terdapat kesalahan, mohon dapat dimaafkan dan
memakluminya karena kami adalah manusia biasa yang tak luput
dari salah dan kekhilafan.

Anda mungkin juga menyukai