Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

REKONSILIASI FISKAL

Dosen pengampu : Wulan oktaviani SE,M.AK

Kelompok :

MHD.INDRA SAPUTRA

M.HAFIS WIRANANDA

OKI FIRDAUS

KAFIN

RANTI AULIA CAHYANI

AKUNTANSI IV A

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANGKINANG

TP.2022/202

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A.    Latar Belakang...............................................................................................................3
B.     Tujuan...........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4
A.    Pengertian Rekonsiliasi Fiskal........................................................................................4
B.     Koreksi Fiskal................................................................................................................4
C.     Jenis – jenis koreksi fiskal.............................................................................................5
D.    Teknik Rekonsiliasi Fiskal...............................................................................................9
E.     Format Rekonsiliasi Fiskal.............................................................................................9
BAB III PENUTUP....................................................................................................................11
A.  Kesimpulan....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................12

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada

junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di

akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-

Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk

menyelesaikan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Manajemen

Perpajakan”Teknik Rekonsiliasi Fiskal”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan

masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami

mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini

nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami

mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bangkinang, 15 Mei 2023

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam membuat laporan keuangan ada beberapa perbedaaan pengakuan
pendapatan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan
perpajakan menghasilkan jumlah angka yang berbeda antara laba komersial dan laba
fiskal. Perbedaan inilah yang menyebabkan perlunya dilakuan Rekonsiliasi Fiskal,
yaitu suatu mekanisme untuk menyesuaikan laporan keuangan komersial perusahaan
menjadi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Rekonsiliasi fiskal yang tujuannya adalah agar laporan keuangan komersial sebelum
datanya dimasukkan dalam SPT Tahunan PPh terlebih dahulu disesuaikan dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku. Rekonsiliasi fiskal perlu dilakukan karena
terdapat beberapa perbedaan perlakuan baik itu mengenai pengakuan penghasilan
maupun mengenai biaya atau beban.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diantanya:
1.      Memberi penjelasan mengenai Rekonsiliasi Fiskal
2.      Untuk menjelaskan mengenai Koreksi Fiskal
3.      Untuk menjelaskan Jenis – jenis koreksi fiskal
4.      Menjelaskan teknik koreksi fiskal
5.      Memberikan contoh format dari rekonsiliasi fiskal

4
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Rekonsiliasi Fiskal


Rekonsiliasi fiskal pada hakikatnya adalah merupakan proses untuk
mendapatkan angka laba fiskal atau laba kena pajak dengan melakukan penyesuaian-
penyesuaian terhadap laba komersial atau laporan laba rugi. Proses rekonsiliasi fiskal
ini umumnya dilakukan oleh Wajib Pajak yang berbentuk perusahaan. Rekonsiliasi
yang dilakukan akan menghasilan koreksi fiskal yang akan mempengaruhi besarnya
laba kena pajak serta Pajak Penghasilan (PPh) terutang. Rekonsiliasi dilakukan
terhadap pos-pos biaya dan pos-pos penghasilan dalam Laporan keuangan Komersial,
antara lain :
1.    Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang dikenakan PPh Final.
2.    Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
3.    Wajib Pajak mengeluarkan biaya-biaya yang sebenarnya tidak boleh menjadi
pengurang penghasilan bruto
4.    Wajib pajak menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan ketentuan
pajak
5.    WP mengeluarkan biaya-biaya yang dikeluarkan bersama-sama untuk
mendapatkan pendapatan yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang
bukan Objek Pajak serta pendapatan yang dikenakan PPh non Final

B.     Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal adalah koreksi perhitungan pajak yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan pengakuan metode, manfaat, dan umur, dalam menghitung laba secara

5
komersial atau dengan secara fiskal. Koreksi fiskal dilakukan karena adanya
perbedaan antara laba atau rugi menurut perhitungan akuntansi komersial dengan
akuntansi fiskal ( berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2000 ), maka sebelum menghitung Pajak Penghasilan yang
terutang, terlebih dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan koreksi-koreksi
fiskal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.
Dengan demikian, untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu
membuat pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh
terlebih dahulu harus dilakukan koreksi-koreksi fiskal. Koreksi fiskal tersebut
dilakukan baik terhadap penghasilan maupun terhadap biaya-biaya (pengurang
penghasilan bruto).

C.     Jenis – jenis koreksi fiskal


Jenis koreksi fiskal di sini merupakan jenis – jenis  perbedaan antara
akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal (UU Nomor 10 TAHUN 1994 dan UU
Nomor 17 Tahun 2000). 
Secara umum terdapat dua perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya
antara akuntansi komersial dengan perpajakan (fiskal) yang menyebabkan terjadinya
koreksi fiskal, yaitu:
1.      Beda Tetap
Beda tetap merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya
antara akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya
permanen artinya koreksi fiskal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan
laba kena pajak tahun pajak berikutnya.
            Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda tetap terjadi karena :
a)   Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-
undang PPh bukan merupakan penghasilan, contohnya dividen atau bagian laba yang
diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,

6
koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan serta
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (Pasal 4
ayat 3 UU PPh).
b)  Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-
undang PPh telah dikenakan PPh Final, contohnya:
1)      Bunga Deposito dan Tabungan lainnya
2)       Penghasilan berupa hadiah undian
3)      Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan,
4)       Penghasilan dari usaha jasa konstruksi dan
5)      Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan
6)      dan sebagainya (Pasal 4 ayat 2 UU PPh)
Dalam hal pengakuan biaya/beban koreksi karena beda tetap terjadi karena
menurut akuntansi komersial merupakan biaya, sedangkan menurut Undang-undang
PPh bukan merupakan biaya yang dapat mengurangi penghasilan bruto, misalnya:
a)    Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan ;
1)   yang bukan objek pajak
2)    yang pengenaan pajaknya bersifat final
3)   yang dikenakan pajak berdasarkan norma penghitungan penghasilan
b)   Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan
c)    Pajak Penghasilan
d)   sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
e)    biaya-biaya lainnya yang menurut Undang-undang PPh tidak dapat dibebankan
(Pasal 9 ayat 1 UU PPh)

7
Koreksi atas beda tetap penghasilan akan menyebabkan koreksi negatif atau
koreksi positif. Koreksi negatif artinya penghasilan yang diakui oleh akuntansi
komersial namun secara fiskal harus dikoreksi baik itu karena bukan merupakan
objek pajak maupun karena telah dikenakan PPh final, menyebabkan laba kena
pajak berkurang yang akhirnya akan menyebabkan PPh terutang lebih kecil.
Sedangkan koreksi atas beda tetap biaya akan menyebabkan koreksi positif artinya
biaya yang diakui oleh akuntansi komersial namun secara fiskal harus dikoreksi, akan
menyebabkan laba kena pajak bertambah yang akhirnya akan menyebabkan PPh
terutang menjadi lebih besar.
2.      Beda Waktu
Beda Waktu merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun
biaya antara akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang
sifatnya sementara artinya koreksi fiskal yang dilakukan akan diperhitungkan dengan
laba kena pajak tahun-tahun pajak berikutnya.
            Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda waktu terjadi karena :
Penerimaan penghasilan cash basis untuk lebih dari satu tahun. Secara
akuntansi komersial penghasilan tersebut harus dialokasi sesuai dengan masa
perolehannya sesuai dengan prinsip matching cost with revenue. Sedangkan menurut
Undang-undang PPh, penghasilan tersebut harus diakui sekaligus pada saat diterima.
Dalam hal pengakuan biaya koreksi karena beda waktu terjadi karena :
a.    Perbedaan metode penyusutan, dimana menurut Undang-undang PPh metode
penyusutan yang diperbolehkan hanya metode garis lurus dan saldo menurun
b.    Perbedaan metode penilaian persediaan, dimana menurut Undang-undang PPh
metode penilaian persediaan yang diperbolehkan hanya metode rata-rata dan FIFO
c.    Penyisihan piutang tak tertagih, dimana menurut Undang-undang Penyisihan
piutang tak tertagih tidak diperkenankan kecuali untuk usaha-usaha tertentu dan
sebagainya
Koreksi atas beda waktu penghasilan akan menyebabkan koreksi positif pada
saat penghasilan diterima dan akan menyebabkan koreksi negatif pada tahun-tahun

8
berikutnya. Koreksi positif ini akan menyebabkan laba kena pajak akan bertambah,
sedangkan koreksi negatif tahun-tahun berikutnya akan menyebabkan laba kena pajak
akan berkurang.
Koreksi atas beda waktu biaya dapat menyebabkan koreksi positif maupun koreksi
negatif tergantung dari metode yang digunakan.
1)        Koreksi Positif
Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya
pengurangan biaya yang telah diakuai dalam laporan laba rugi secara komersial
menjadi semakin kecil apabila dilihat secara fiskal, atau yang akan mengakibatkan
adanya penambahan Penghasilan Kena Pajak. koreksi fiskal positif diantaranya:
a)      Biaya yg dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham
b)      Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
c)      Pengeluaran dalam bentuk natura
d)     Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kpd pemegang saham
e)      Sumbangan atau bantuan
f)       Pajak Penghasilan
g)      Sanksi administrasi (Pajak)
h)      Penyusutan/amortisasi
i)        Dan lain - lain

2)   Koreksi Negatif
Koreksi negatif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan adanya
penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi secara komersial
sehingga semakin besar apabila dilihat secara fiskal, atau yang akan mengakibatkan
adanya pengurangan Penghasilan Kena Pajak. Koreksi fiskal negatif diantaranya:
a.       Penyusutan/amortisasi
b.      Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
c.       Dan lain - lain

9
Penyustan bisa menimbulkan koreksi negatif atau positif tergantung hasil
perhitungan apa lebih besar atau malah lebih kecil.
Untuk lebih mendalami koreksi fiskal kita dapat juga membaca laporan audit akuntan
publik atas laporan keuangan suatu perusahaan. Setiap perusahaan akan mempunyai
pos yang berbeda atas koreksi fiskalnya.

D.    Teknik Rekonsiliasi Fiskal


Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.    Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal,
rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut  dari
penghasilan menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
b.    Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut
fiskal,  rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut
pada penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.
c.    Jika suatu biaya atau pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui
sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan
mengurangkan sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.
d.   Jika suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui
sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan
menambahkan sejumlah biaya atau pengeluaran teersebut pada biaya menurut
akuntansi yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.

E.     Format Rekonsiliasi Fiskal


Contoh format Rekonsiliasi Fiskal.
Laba menurut Laporan Keuangan komersial ……………..                    Rp xxx
Koreksi Positif (Ditambah)
Pengeluaran yg tidak dapat dikurangkan………………..        Rp xxx
Pengeluaran berkaitan penghasilan yang bukan objek pajak   Rp xxx

10
Pengel. berkaitan pengh. yg telah dikenakan pjk brsfat final   Rp xxx.
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh ………….               Rp xxx.
Total koreksi positif                                                                                 Rp xxx
Koreksi Negatif (Dikurangi)
Penghasilan yang bukan objek pajak ……………………      Rp xxx
Penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final….       Rp xxx
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh………...………     Rp xxx
Total koreksi negatif                                                                               Rp. xxx

Penghasilan Kena Pajak menurut fiskal……………………….              Rp xxx


PPh terutang……………………………………………………             Rp xxx
Laba setelah PPh……………………………………….…….            Rp. xxx

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi positif apabila:


a.       Pendapatan menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi atau suatu
penghasilan diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
b.       Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi atau
suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut
akuntansi
Perbedaan diakui sebagai koreksi negatif apabila:
a.        Pendapatan menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi atau suatu
penghasilan tidak diakui menurut fiskal (bukan objek pajak) tetapi diakui menurut
akuntansi.
b.       Biaya atau pengeluaran menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi
atau suatu biaya atau pengeluaran diakui menuruttt fiskal tetapi tidak diakui menurut
akuntansi.
c.       Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final.

11
BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Rekonsiliasi Fiskal, yaitu suatu mekanisme untuk menyesuaikan laporan


keuangan komersial perusahaan menjadi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku. Rekonsiliasi yang dilakukan akan menghasilan koreksi fiskal yang akan
mempengaruhi besarnya laba kena pajak serta Pajak Penghasilan (PPh)
terutang. Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan antara laba atau rugi
menurut perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiscal (berdasarkan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2000).
Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara; Jika suatu penghasilan
diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal, maka kurangkan
sejumlah penghasilan tersebut  dari penghasilan menurut akuntansi, begitupun
sebaliknya, dan Jika suatu biaya atau pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi
tidak diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal rekonsiliasi
dilakukan dengan mengurangkan sejumlah biaya atau pengeluaran tersebut dari biaya

12
menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi, begitupun
sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Mardiasmo, M. A. (2011). Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta.

Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.


www. Google.com

13

Anda mungkin juga menyukai