Anda di halaman 1dari 161

I|PERPAJAKAN

Perpajakan Rekonsiliasi Fiskal

Disusun Oleh:

Andhika Bella Prawitasari (01/XII AK 2)

SMK Negeri 6 Surakarta

II | P E R P A J A K A N
Kata Pengantar

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan


penulis kemudahan sehingga dapat menyelesaikan Modul
Perpajakan rekonsiliasi Fiskal. Modul ini juga dapat digunakan
sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan
pembaca.
Semoga Modul Perpajakan Rekonsiliasi Fiskal ini dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Namun demikian, penulis menyadari masih terdapat
keterbatasan dalam penulisan modul ini. Kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan penulisan
modul ini.

Surakarta, 20 April 2020

Penulis

III | P E R P A J A K A N
Daftar Isi

BAB I
Bagian 1 : Pendalaman Materi (Rekonsiliasi Fiskal ) ........................................ 1

Bagian 2 : Studi Kasus .................................................................................................. 34

A. Studi Kasus 1 ................................................................................................. 34


B. Studi Kasus 2 ................................................................................................. 40
C. Studi Kasus 3 ................................................................................................. 46
D. Studi Kasus 4 ................................................................................................. 56

BAB II

Bagian 1 : Pendalaman Materi (SPT 1770 ) .......................................................... 74

Bagian 2 : Studi Kasus .................................................................................................. 89

A. SPT 1770 S ...................................................................................................... 89


B. SPT 1770 SS .................................................................................................... 101
C. SPT 1770 (1) .................................................................................................. 105
D. SPT 1770 (2) .................................................................................................. 117

BAB III

Bagian 1 : Pendalaman Materi (SPT WP Badan ) ................................................ 132

Bagian 2 : Studi Kasus ..... . ........................................................................................... 147

A. Studi Kasus 1771 PPh Final 0,5% dari Peredaran Bruto .............. 147

IV | P E R P A J A K A N
BAB I
REKONSILIASI FISKAL

BAGIAN 1 : PENDALAMAN MATERI

A. Pengertian Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi Fiskal adalah suatu proses penyesuaian-penyesuaian laporan


laba/rugi fiskal berdasarkan ketentuan perundangundangan perpajakan di
indonesia sehingga diperoleh laba/rugi fiskal sebagai dasar untuk perhitungan
pajak penghasilan untuk satu tahun tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga unsur penting
dari proses rekonsialisi fiskal diantaranya adalah :

 Laporan Laba Rugi Komersial Dasar untuk membuat laporan rekonsiliasi fiskal
adalah laporan laba/rugi. Mengapa? Hal ini disebabkan karena pajak
penghasilan adalah penghasilan, sedangkan penghasilan biasanya dicatat di
dalam laporan laba/rugi. Hasil dari Laporan ini adalah laba/rugi yang menjadi
dasar dalam perhitungan besarnya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.

 Koreksi/Penyesuaian Fiskal Koreksi/Penyesuaian dilakukan jika terjadi


kesalahan atau ketidakcocokan antara peraturan/ketentuan satau dengan
lainnya. Di dalam akuntansi terdapat beberapa metode atau asumsi yang
dipakai dalam penyusunan laporan keuangan. Asusmsi atau metode ini yang
kemungkinan terjadi perbedaan dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku di indonesia. Perbedaan ini disimpulkan ada dua yaitu beda waktu dan
beda tetap. Untuk konsep ini akan dibahas pada sub bab selanjutnya.

 Laba/Rugi Fiskal Hasil dari proses koreksi/penyesuaian terhadap penghasilan


atau biaya di dalam laporan laba/rugi fiskal berdasarkan ketentuan
perundang-undangan adalah laba/rugi fiskal. Laba/rugi fiskal ini yang menjadi
dasar di dalam perhitungan besar/kecilnya pajak terutang bagi perusahaan.

B. Jenis-Jenis Rekonsiliasi Fiskal

5|PERPAJAKAN
Terdapat 2 jenis koreksi fiskal berdasarkan perbedaannya secara komersial dan
fiskal, yaitu:

1. Beda Tetap (Permanent Different)

Beda Tetap merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya


antara akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang
sifatnya permanen.

Artinya koreksi fiskal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan laba
kena pajak tahun pajak berikutnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa beda tetap
ini secara permanent,

Ketika tahun atau periode sekarang suatu penghasilan/biaya tidak dapat


diakui sebagai penghasilan/biaya menurut undang-undangan.

Maka pada tahun atau periode yang akan datang juga tidak dapat diakui
sebagai penghasilan/biaya di dalam laporan laba/rugi.

Ada beberapa kondisi yang menyebabkan penghasilan/biaya tidak boleh


diakui di dalam laporan laba/rugi.

Berdasarkan UndangUndang No 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 2 tentang


beberapa penghasilan yang tergolong final diantaranya adalah sebagai
berikut:

1) Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga


obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.

2) penghasilan berupa hadiah undian.

3) penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi


derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham
atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal ventura.

6|PERPAJAKAN
4) penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan.

5) penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan


Peraturan Pemerintah.

Ketika di dalam laporan laba/rugi terdapat penghasilan yang disebutkan di


atas maka harus dilakukan koreksi/penyesuaian.

Selain itu Pajak PPh Pasal 4 (2) di dalam undang-undang pajak penghasilan ini
termasuk juga biaya yang tidak boleh mengurangi penghasilan bruto.

Misalnya berikut ini adalah laporan laba/rugi komersial sederhana dari PT.
ABC :

7|PERPAJAKAN
Laporan L/R Komersial Jumlah
Penjualan Bruto 3.000.000
HPP (200.000)
Laba Kotor 3.200.000
Biaya Sanksi Pajak (100.000)
Penghasilan Bunga Deposito 200.000
Penghasilan Sumbangan/Donatur 300.000
Laba Bersih 3.600.000

Di dalam laporan laba /rugi di atas dilihat bahwa ada komponen penghasilan
bunga Deposito sebesar 200,000. Penghasilan bunga deposito ini merupakan
salah satu penghasilan yang tergolong final maka penghasilan bunga Deposito
ini harus dilakukan koreksi / penyesuaian fiskal.
Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut
Undang-undang PPh bukan merupakan penghasilan.

Menurut Undang-Undang No 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3 tentang beberapa


penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak diantaranya adalah sebagai
berikut :

1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan.

2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan

8|PERPAJAKAN
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
yang bersangkutan.

3) Warisan.

4) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b UndangUndang PPh sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Undang-Undang PPh.

6) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan


dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa.

7) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
 bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
dari jumlah modal yang disetor.
8) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai.

9) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana


dimaksud pada nomor 8, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan.

9|PERPAJAKAN
10) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.

11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura


berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut :
 merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
 sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
12) Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

13) sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.

14) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Misalnya: Pada laporan laba rugi PT. ABC di atas terdapat penghasilan
sumbangan/donator sebesar 300,000.

Penghasilan sumbangan / donator di atas jelas termasuk dalam


penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak maka harus dilakukan
koreksi fiskal.

10 | P E R P A J A K A N
Dalam hal pengakuan biaya / beban koreksi karena beda tetap terjadi
karena menurut akuntansi komersial merupakan biaya, sedangkan
menurut Undang-undang PPh bukan merupakan biaya yang dapat
mengurangi penghasilan bruto.

Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3 tentang


beberapa penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak diantaranya adalah
sebagai berikut:

1) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

2) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi


pemegang saham, sekutu, atau anggota.

3) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan,

4) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi


dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang


diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

6) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang


saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

7) Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali
sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai

11 | P E R P A J A K A N
dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah;

8) Pajak Penghasilan;

9) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib


Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya

10) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

11) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundangundangan di bidang perpajakan.

Misalnya : Pada laporan laba rugi PT. ABC di atas terdapat Biaya Sanksi
Pajak sebesar 100,000. penghasilan sumbangan/donator di atas jelas
termasuk dalam biaya yang tidak boleh dikurangkan dengan penghasilan
bruto maka harus dilakukan koreksi fiskal.

2. Beda Waktu (Time Different)

Selain Beda tetap ada satu beda yang disebut dengan beda waktu. Beda Waktu
merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan ketentuan.

Undang-undang PPh yang sifatnya sementara artinya koreksi fiskal yang


dilakukan akan diperhitungkan dengan laba kena pajak tahun-tahun pajak
berikutnya.

Jadi ketika suatu penghasilan atau biaya pada periode tahun/periode sekarang
tidak dapat diakui di dalam laporan laba/rugi, namun kemungkinan akan dapat
diakui pada periode tahun/periode yang akan datang.

12 | P E R P A J A K A N
Ada beberapa sebab atau kondisi dimana terjadi beda waktu. Beda waktu ini
sebagian besar disebabkan karena asumsi atau metode yang digunakan di
dalam akuntansi komersial.

Berbeda dengan akuntansi menurut peraturan perundang-undangan yang


berlaku sekarang ini di Indonesia. Metode/asumsi ini akan berdampak pada
penilaian akun-akun di dalam laporan keuangan.

Contoh: Persediaan, Piutang Dagang, Aktiva tetap, Investasi, dan lain-lain.

Selain itu dalam akuntansi komersial, pengakuan penghasilan/ biaya


berdasarkan system cash basis atau accrual basis untuk lebih dari satu tahun.

Dimana penghasilan/biaya tersebut harus dialokasi sesuai dengan masa


perolehannya sesuai dengan prinsip matching cost with revenue.

Namun sedangkan menurut Undangundang PPh, penghasilan/biaya tersebut


harus diakui sekaligus pada saat diterima atau dikeluarkan.

Dalam hal pengakuan biaya koreksi karena beda waktu terjadi karena
perbedaan metode penyusutan, dimana menurut Undangundang PPh metode
penyusutan yang diperbolehkan hanya metode garis lurus dan saldo menurun:

 Perbedaan metode penilaian persediaan, dimana menurut Undang-undang


PPh metode penilaian persediaan yang diperbolehkan hanya metode rata-
rata dan FIFO.

 Penyisihan piutang tak tertagih, dimana menurut Undangundang Penyisihan


piutang tak tertagih tidak diperkenankan kecuali untuk usaha-usaha tertentu
dan sebagainya.

C. Persediaan
Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau bahan
untk diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang yang
akan digunakan.
Di dalam akuntansi konvensional, ada dua metode pencatatan persediaan yaitu
metode fisik dan metode perpetual seperti yang telah dibahas.

13 | P E R P A J A K A N
Pada bab akuntansi PPN & PPnBM. Sedangkan metode penilaian yang biasa
digunakan oleh perusahaan dan sering dipelajari ada 3 Metode yaitu:

1) Metode First In First Out (FIFO): barang yang masuk terlebih dahulu dianggap
yang pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal dari
pembelian yang termuda/terakhir.

2) Metode Last In First Out (FIFO): barang yang terakhir masuk dianggap yang
pertama kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian yang
paling awal.

3) Metode Average (Rata-Rata): pengeluaran barang secara acak dan harga pokok
barang yang sudah digunakan maupun yang masih ada ditentukan dengan cara
dicari rata-ratanya.

Ketiga metode di atas di dalam perhitungan laba rugi akan menghasilkan laba yang
berbeda, sehingga konskuensinya terhadap pajak yang berbeda. Sebagai ilustrasi
dapat dilihat pada contoh berikut ini:

Contoh: Berikut ini adalah data persediaan pada bulan januari 2019:

Dari data di atas kita dapat menghitung laba menggunakan ketiga metode di atas
sebagai berikut :

1. FIFO

Sebelum menghitung laba, kita hitung terlebih dahulu persediaan akhir :

Persediaan akhir = Persediaan awal + Pembelian – Penjualan


= 10 unit + 35 Unit – 40 Unit
= 5 Unit

Permasalahannya harga pokok yang mana yang digunakan untuk menilai


persediaan akhir tersebut. Karena Metode yang digunakan FIFO maka harga
yang digunakan adalah harga yang terakhir dibeli. Jadi nilai persediaan akhir
menjadi = 5 Unit X Rp 1,200 = Rp 6,000,-

14 | P E R P A J A K A N
Penjualan 80.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal 10.000
Pembelian 39.500
Barang Siap dijual 49.500
Persediaan Akhir 6.000
HPP 43.500
Laba 36.500

Jadi jika menggunakan metode FIFO diperoleh laba Rp 36,500.-

15 | P E R P A J A K A N
2. LIFO

Masih menggunakan hasil persediaan pada metode FIFO sebesar 5 Unit. Karena
Metode yang digunakan LIFO maka harga yang digunakan adalah harga yang
pertama dibeli. Jadi nilai persediaan akhir menjadi = 5 Unit X Rp 1,000 = Rp
5,000,-

Penjualan 80,000
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal 10,000
Pembelian 39,500
Barang Siap dijual 49,500
Persediaan Akhir 5,000
HPP 44,500
Laba 35,500

Jadi jika menggunakan metode LIFO diperoleh laba Rp 35,500.-

3. AVERAGE
Masih menggunakan hasil persediaan pada metode FIFO sebesar 5 Unit. Karena
Metode yang digunakan Average maka harga yang digunakan adalah harga rata-
rata.
Harga rata-rata = Nilai barang siap jual/unit
= Rp 49,500/45 unit = Rp 1,100, –
Jadi nilai persediaan akhir menjadi = 5 Unit X Rp 1,100 = Rp 5,500,-
Penjualan 80,000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal 10,000
Pembelian 39,500
Barang Siap dijual 49,500
Persediaan Akhir 5,500
HPP 44,000

16 | P E R P A J A K A N
Laba 36,000

Jadi jika menggunakan metode LIFO diperoleh laba Rp 36,000.-

Dari ketiga metode di atas, diketahui bahwa laba yang tertinggi diperoleh jika
menggunakan metode FIFO dan yang terendah adalah jika menggunakan
metode LIFO.

Oleh karena itu berdasarkan undang-undang PPh metode LIFO ini tidak
diperkenankan digunakan oleh perusahaan dalam menghitung nilai persediaan.

Berdasarkan UU PPh Pasal 10 Penilaian persediaan hanya diperbolehkan


menggunakan harga perolehan, yang didasarkan atas pemakaian persediaan.

Untuk penghitungan harga pokok yang dilakukan secara ratarata ataupun yang
dilakukan dengan mendahulukan persediaan yang di dapat pertama.

Ketika awalnya perusahaan dalam menghitung nilai persediaan menggunakan


metode LIFO, maka dalam Laporan keuangan fiskal perlu dilakukan koreksi
fiscal karena harus menggunakan metode yang diperbolehkan berdasarkan
undang-undang PPh.

Misalnya dari contoh di atas Harga pokok yang diperoleh jika menggunakan
LIFO adalah sebesar Rp 44,500, namun Harga pokok yang diperoleh jika
menggunakan FIFO adalah sebesar Rp 43,500.

Maka selisih sebesar Rp 1,000 (44,500 – 43,500) ini akan dilakukan koreksi
fiscal.

D. Piutang

Piutang merupakan salah satu jenis asset perusahaan yang timbul karena transaksi
penjualan secara kredit.

17 | P E R P A J A K A N
Contohnya adalah: piutang dagang, piutang karyawan, dan piutang lain-lain).
Piutang ini akan menjadi kas jika mampu ditagih atau dibayar oleh
konsumen/pelanggan.

Ketika konsumen/ pelanggan tidak mampu membayar maka piutang ini termasuk
di dalam piutang bermasalah atau disebut piutang yang tak tertagih.

Menurut akuntansi komersial, piutang yang tak tertagih ini dapat diakui sebagai
biaya dengan pencatatan secara langsung atau tidak langsung atau pencadangan.

Jika menggunakan metode secara langsung. Menurut peraturan perpajakan tidak


semua piutang tak tertagih dapat dibiayakan, hanya piutang tak tertagih tertentu
yang memenuhi syarat yang boleh di akui sebagai biaya.

Menurut UU PPh disebutkan bahwa piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dengan syarat:

a) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

b) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan

c) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi


pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu.

Jika di dalam laporan laba rugi terdapat biaya kerugian piutang namun tidak
memenuhi syarat di atas maka harus dikoreksi fiskal.

E. Aktiva Tetap

Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2001: 154) aktiva tetap adalah
“Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan untuk beroperasi dan
memiliki masa manfaat dimasa yang akan datang lebih dari satu periode anggaran
serta tidak dimaksudkan untuk dijual.”

18 | P E R P A J A K A N
Dari definisi aktiva tetap dapat disimpulkan bahwa ada 3 unsur yang terkait
dengan aktiva tetap diantaranya adalah:

 Aktiva tetap tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode
akuntansi.
 Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan.
 Mempunyai manfaat di masa yang akan datang.

Aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan digolongkan ke dalam dua


kategori yaitu aktiva berwujud dan aktiva tidak bewujud.

Berdasarkan penggolongan tersebut, umur ekonomis aktiva tersebut disusutkan


dengan dua bentuk yaitu Metode Depresiasi (Garis Lurus,

Saldo Menurun, Angka Tahun, Unit Produksi, dan lain-lain), dan Metode Amortisasi
(Garis Lurus, Saldo Menurun).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Beban Penyusutan yaitu Harga


peolehan, Umur kegunaan, dan Nilai sisa.

Satu perusahaan dengan perusahaan lainnya kemungkinan akan menilai suatu


aktiva yang sama, namun akan menghasilkan nilai yang berbeda.

Di dalam peraturan perpajakan Keputusan Menteri Keuangan RI No.


138/KMK.03/2002 tanggal 8 April 2002 Tentang Jenis-Jenis harta yang termasuk
dalam kelompok harta berwijud bukan bangunan sebagai berikut:

19 | P E R P A J A K A N
Kelompok 1

20 | P E R P A J A K A N
Kelompok 2

21 | P E R P A J A K A N
22 | P E R P A J A K A N
Kelompok 3

23 | P E R P A J A K A N
Kelompok 4

24 | P E R P A J A K A N
Selain pengelompokan aktiva tetap di atas, di dalam undang undang no 36 tahun
2008 tentang PPh disebutkan tarif untuk masing-masing kelompok tersebut adalah:

Perbedaan antara metode dan masa manfaat dari aktiva tetap tersebut yang
menyebabkan perbedaan pembebanan penyusutan atau amortisasi suatu aktiva
tetap.

Perbedaan ini nantinya yang akan dilakukan koreksi fiscal. Perhitungan dari
penyusutan/amortisasi ini dapat mengunakan rumus sebagai berikut:

Misal: Sebuah meja yang terbuat dari logam senilai Rp 1,000,000,-. Ditaksir umur
ekonomisnya 2 tahun tanpa nilai residu. Maka penyusutan Meja per tahunnya
menjadi sebagai berikut:

25 | P E R P A J A K A N
Jadi Depresiasi meja pertahun menurut akuntansi komersial sebesar Rp 500,000.
Namun menurut pajak bahwa meja tersebut masuk dalam kelompok satu dengan
umur ekonomis 4 tahun. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:

Jadi Depresiasi meja pertahun menurut akuntansi pajak sebesar Rp 250,000. Selisih
sebesar Rp 250,000 (500,000– 250,000) ini akan dilakukan koreksi fiskal.

Di dalam rekonsiliasi fiscal ada dua koreksi yaitu koreksi positif dan koraksi negative.
Koreksi positif adalah suatu koreksi dimana koreksi ini akan menyebabkan laba fiscal
akan menjadi meningkat atau bertambah.

Sedangkan Koreksi negatif adalah suatu koreksi dimana koreksi ini akan
menyebabkan laba fiscal akan menjadi menurun atau berkurang.

Ketika penghasilan menurut akuntansi komersial lebih besar daripada penghasilan


menurut akuntansi fiskal maka perlu dilakukan koreksi negative karena penghasilan
akan dikurangi dan pengaruhnya laba akan berkurang.

Sebaliknya Ketika penghasilan menurut akuntansi komersial lebih kecil daripada


penghasilan menurut akuntansi fiskal maka perlu dilakukan koreksi positif karena
penghasilan akan bertambah dan pengaruhnya laba akan bertambah pula.

Misalnya di dalam laporan laba/rugi terdapat penghasilan bunga deposito maka


harus dikoreksi negative, karena penghasilan ini termasuk penghasilan final.

Ketika biaya menurut akuntansi komersial lebih besar daripada biaya menurut
akuntansi fiskal maka perlu dilakukan koreksi positif karena biaya akan dikurangi
dan pengaruhnya laba akan bertambah.

Sebaliknya ketika biaya menurut akuntansi komersial lebih kecil daripada biaya
menurut akuntansi fiskal maka perlu dilakukan koreksi negatif karena biaya akan
bertambah dan pengaruhnya laba akan berkurang.

26 | P E R P A J A K A N
Misalnya di dalam laporan laba/rugi terdapat Biaya sumbangan maka harus dikoreksi
positif, karena penghasilan ini tidak boleh di akui sebagai biaya yang mengurangi
penghasilan bruto.

Contoh :

Studi Kasus : PT. ABC bergerak dibidang jual beli barang elektronik. Perusahaan
menggunakan metode LIFO untuk menghitung nilai persediaan dan metode garis
lurus untuk menghitung penyusutan aktiva tetap.

Umur ekonomis semua aktiva tetap diasumsikan 15 tahun untuk mesin dan 5 tahun
untuk semua alat kantor dengan tanpa nilai residu. Berikut ini adalah laporan
laba/rugi dari PT. ABC per 31 Desember 2019 sebagai berikut:

27 | P E R P A J A K A N
Keterangan:

1. Persediaan awal jika menggunakan metode FIFO sebesar Rp 750,000,000 dan


metode LIFO sebesar Rp 741,000,000
2. Persediaan akhir jika menggunakan metode FIFO sebesar Rp 700,000,000 dan
metode LIFO sebesar Rp 650,000,000
3. Aktiva tetap terdiri dari:
 Mesin senilai Rp 100,000,000 (kelompok 2)
 Alat kantor senilai Rp 10,000,000 (kelompok 1)
4. Di dalam biaya listrik, air dan telepon 10 % digunakan untuk rumah
direkturnya
5. Di dalam biaya perjalanan dinas ada Fiskal Luar Negeri sebesar Rp 10,000,000
6. Di dalam biaya lain-lain ada biaya sumbangan kepada panti asuhan sebesar Rp
9,000,000.
7. Penghasilan Deviden adalah penghasilan bruto diperoleh dari kepemilikan
saham pada PT. BCA sebesar 20% dari modal yang disetor
8. Pajak yang telah dibayar selama tahun 2019 :
 PPh Pasal 22 Rp 5,000,000
 PPh Pasal 23 Rp 10,000,000
 PPh Pasal 25 Rp 15,000,000

Pertanyaan:

1. Buatlah laporan rekonsiliasi fiskal beserta penjelasannya untuk tahun pajak


2019 ?
2. Berapakah besarnya pajak terutang untuk tahun 2019 ?

Jawab:

a. Untuk membuat laporan Rekonsiliasi fiskal dasarnya adalah laporan laba/rugi


komersial.

28 | P E R P A J A K A N
Keterangan:

1. FIFO
Persediaan Awal 750.000.000
Pembelian bersih 402.225.000
Barang Siap dijual 1.152.225.000
Persediaan Akhir 700.000.000
HPP 452.225.000

Jadi koreksi fiskal sebesar Rp 41,000,000.


Berasal dari (HPP laporan laba rugi – HPP menurut fiskal) = (493,225,000 –
452,225,000) dan berupa koreksi positif karena menambah laba.

2. Biaya Depresiasi

Diasumsikan aktiva tetap di susutkan satu tahun penuh

a. Mesin

D = Nilai nominal / umur menurut fiskal


= 150.000.000 / 8
= 18.750.000

Jadi koreksi fiskal sebesar Rp 8.750.000


Berasal dari (penyusutan fiskal – penyusutan perusahaan) = (18.750.000 –
10.000.000)
dan berupa koreksi negatif karena mengurangi laba.

b. Alat Kantor

D = Nilai nominal / umur menurut fiskal


= 15.000.000 / 4
= 3.750.000

Jadi koreksi fiskal sebesar Rp 750.000


Berasal dari (penyusutan fiskal – penyusutan perusahaan) = (3.750.000– 2.500.000)

29 | P E R P A J A K A N
dan berupa koreksi positif karena menambah laba.

3. Biaya listrik, air dan telepon 10 % digunakan untuk rumah direkturnya, maka Rp
5,466,000 (10% x 54,660,000) harus dikoreksi Positif, karena biaya untuk
kepentingan pribadi tidak diakui sebagai biaya.

4. Fiskal Luar Negeri sebesar Rp 10,000,000 harus dikoreksi positif karena termasuk
pembayaran pajak juga, namun biaya ini nantinya dapat menjadi kredit pajak.

5. Biaya sumbangan kepada panti asuhan sebesar Rp 9,000,000 harus dikoreksi


positif.

6. Bunga pajak tidak boleh sebagai biaya sehingga akan dikoreksi positif.

7. Penghasilan Bunga Deposito harus dikoreksi negatif karena penghasilan yang kena
pajak final.

Berdasarkan keterangan di atas kita dapat membuat laporan rekonsiliasi fiskal


sebagai berikut :

30 | P E R P A J A K A N
Laporan Rekonsiliasi Fiskal

Koreksi Fiskal Laporan L/R


Laporan L/R Komersial Jumlah
Positif Negatif Fiskal

Penjualan Bersih 2.000.000.000 2.000.000.000


Harga Pokok Penjualan

Persediaan Awal 741.000.000 741.000.000

Pembelian 619.800.000 619.800.000


- -
Retur Pembelian 58.500.000 58.500.000
- -
Potongan Pembelian 159.075.000 159.075.000

Pembelian Bersih 402.225.000 402.225.000

Barang Siap Jual 1.143.225.000 1.143.225.000


- -
Persediaan Akhir 650.000.000 650.000.000

HPP 493.225.000 41.000.000 452.225.000

Laba Kotor 1.506.775.000 1.547.775.000


BAU - Gaji, Honor, &
Tunjangan 367.170.000 367.170.000

BAU - Listrik, Air, & Telepon 54.660.000 5.466.000 49.194.000


BAU - Biaya Penyusutan
Mesin 10.000.000 8.750.000 18.750.000
BAU - Biaya Penyusutan Alat
3.000.000 750.000 3.750.000
Kantor

31 | P E R P A J A K A N
BAU - Biaya Bunga Pajak 41.500.000 41.500.000 -

BAU - Biaya Lain Lain 123.000.000 9.000.000 114.000.000

Total Biaya Adm Umum 599.330.000 552.864.000


B. Penj - Biaya Perjalanan
Dinas 83.000.000 10.000.000 73.000.000
B. Penj - Biaya Iklan &
Promosi 20.000.000 20.000.000

Total Biaya Penjualan 103.000.000 93.000.000

Penghasilan Bunga Deposito 10.000.000 10.000.000 -

Penghasilan Deviden 163.800.000 163.800.000

Total Penghasilan Lainnya 173.800.000 163.800.000

Laba Bersih 978.245.000 1.065.711.000

b. Setelah dibuat laporan rekonsiliasi fiskal kita mendapatkan laba fiskal sebesar Rp
1.065.711.000. Dari laba ini kita dapat menghitung besarnya pajak terutang sebagai
berikut:
Karena peredaran bruto tahun 2010 kurang atau tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00
maka dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku.

Pajak Penghasilan yang terutang


= 50% x 25% x Rp 1.065.711.000
= 133.213.875

Pajak Terutang setahun : Rp 133.213.875


Kredit Pajak

32 | P E R P A J A K A N
– PPh Pasal 22 : 5.000.000
– PPh Pasal 23 : 10.000.000
– PPh Pasal 23 : 15.000.000

Total Kredit Pajak : Rp 30.000.000


Pajak Kurang/Lebih Bayar : Rp 103.213.875
Jadi Besarnya PPh terutang untuk tahun pajak 2019 adalah sebesar Rp 103.213.875

33 | P E R P A J A K A N
BAGIAN 2 : LATIHAN SOAL

A. STUDI KASUS I

SOAL :
PT MERDEKA bergerak dalam bisnis perdagangan kain tenun. PT Merdeka
merupakan wajib pajak badan yang berdomisili di Yogyakarta, Jawa Tengah.
Informasi dan data laporan keuangan komersial PT MERDEKA pada 2018 adalah
sebagai berikut (dalam ribuan rupiah)

Penjualan (termasuk penjualan kepada instansi


pemerintah sebesar Rp 200.000,00 harga belum
termasuk PPN) 12.500.000
Persediaan, 1 Januari 2018 2.000.000
Pembelian 10.000.000
Persediaan, 31 Desember 2018 7.200.000
Beban operasional
Gaji 550.000
Tunjangan transport karyawan 400.000
Beban makan kantor 50.000
Beban pengobatan ditanggung perusahaan 200.000
Beban training karyawan 150.000
Beban seragam satpam 100.000
Bebansanksiadministrasipajak 80.000
Beban bunga pinjaman 70.000
Cadangan penghapusan piutang 50.000
Beban jamuan tamu 100.000
Beban listrik dan telepon kantor 120.000
Pbb dan bea materai 30.000
Penyusutan asset tetap 400.000
Premi asuransi kebakaran pabrik 120.000
Sumbangan kepanitia hut RI 50.000
Sumbangan ke panti asuhan 60.000

34 | P E R P A J A K A N
Pendapatan lain-lain
Sewa kendaraan kepada CV Sejati (setelah dipotong
PPH) 98.000
Keuntungan selisih kurs 40.000
Penerimaan kembali PBB yang telah dibebankan 40.000
Jasa giro bank Semesta ( sebelum dipotong PPH) 20.000
Penghasilan bunga deposito ( sebelum dipotong
PPH) 10.000

Keterangan tambahan
Jenis aset Tahun beli Harga beli (dalam ribuan
rupiah)
Bangunan permanen 6 Juli 2016 400.000
Kelompok 1 10 Desember 2016 60.000

 Penjualan (termasuk penjualan kepada instansi pemerintah sebesar Rp


200.000,00 pada tahun 2018)
 Penyusutan fiscal menggunakan metode garis lurus. Umur ekonomis 10 tahun
Persediaan akhir dinilai dengan metode LIFO, sedangakan apabila dinilai
dengan metode FIFO sebesar Rp. 700.000.000
 Dalam gaji karyawan terdapat biaya pengobatan karyawan senilai 20.000.000
 Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk
diakui sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2018
sebesar Rp 5.000.000
 Penghasilan sewa ( dalam penghasilan luar usaha) sebesar 25.000.000 terdiri
atas sewa bangunan senilai 5.000.000, sewa peralatan pabrik 10.000.000,
sewa kendaraan 10.000.000

PEMBAHASAN
 Penjualan (termasuk penjualan kepada instansi pemerintah sebesar Rp
200.000,00 pada tahun 2018)
Termasuk ke dalam penjualan adalah penjualan kepada semua pembeli
dengan cara kredit atau tunai dan dengan dasar akrual artinya penjualan di
35 | P E R P A J A K A N
akui tidak pada saat penerimaan kas, tetapi saat penyerahan barang. Penjualan
kepada instansi pemerintah yang pembayarannya tidak dilakukan pada saat
transaksi penyerahan barang tetap diakui sebagia penjualan tahun 2018.
Dalam rekonsiliasi fiscal, penjual kepada instansi pemerintah sebesar Rp.
200.000 akan menambah penghasilan menurut akuntansi, dan selanjutnya
berpengaruh menaikkan laba kena pajak (sebagai koreksi positif).
 Persediaan akhir di nilai dengan metode LIFO, sedangakan menurut koreksi
fiscal di nilai dengan metode FIFO sebesar Rp. 700.000.000. hal ini berarti
persediaan harus berkurang sebanyak Rp 20.000.000 yang akan mengurangi
laba (koreksi negative)
 Dalam gaji karyawan terdapat biaya pengobatan karyawan senilai Rp
20.000.000. dalam perhitungan fiscal imbalan dalam bentuk natura dan
pengobatan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (non-deductible
expense) sesuai Pasal 9 ayat (1) UU PPh. Oleh karena itu, biaya pengobatan
tersebut harus dikurangkan dari biaya menurut akuntansi, yang berarti
berpengaruh menaikkan laba (koreksi positif)
 Beban sanksi administrasi pajak dikurangkan karena tidak ada hubunganya
dengan kegiatan perusahaan yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena
pajak (koreksi positif).
 Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk
diakui sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2018
sebesar Rp 5.000.000
Menurut akuntansi, perusahaan diperbolahkan yang tidak dapat ditagih pada
tahun berikutnya. Perusahaan membentuk cadangan sebesar Rp. 15.000.000
pada akhir tahun 2018, sehingga dalam laporan laba rugi tampak kerugian
piutang sebsar Rp. 15.000.000.hal tersebut berbeda dengan ketentuan fiscal
yang menyatakan bahwa kerugian piutang yang boleh diakui adalah sejumlah
piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih pada tahun 2018. Oleh karena
piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih menurut fiscal adalah Rp
5.000.000, maka biaya kerugian menurut akuntansi harus dikurangi dengan
Rp 10.000.000. penyesuaian ini akan berpengaruh menaikkan laba kena pajak
(sebagai koreksi positif).
 Beban jamuan tamu dikurangkan karena tidak adanya daftar nominative

36 | P E R P A J A K A N
Biaya atau pengeluaran yang tidak ada daftar nominatifnya (biaya jamuan
tamu tidak ada daftar nominatif), merupakan non-deductible expense.Dalam
rekonsiliasi fiscal, jumlah biaya tersebut harus dikurangkan dari biaya
menurut akuntansi, yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena pajak
(koreksi positif).
 Penyusutan menurut akuntansi kemungkinan berbeda dengan menurut fiscal
karena terdapat perbedaan dalam metode penyusutan, pengakuan nilai sisa,
umur ekonomis. Penghitungan penyusutan tahun 2018 menurut fiscal dapat
dilihat dalam table berikut.

HARGA NILAI UMUR EKONOMIS PENYUSUTAN ASET


SELISIH
BELI RESIDU KOMERSIAL FISKAL KOMERSIAL FISKAL

400.000 - 10 8 40.000 50.000 (10.000)

Dalam rekonsiliasi fiscal, biaya penyusutan menurut akuntansi harus


ditambah dengan Rp 10.000.000 (yaitu Rp 50.000.000 – Rp 40.000.000), hal
ini berarti mengurangi laba kena pajak (koreksi negatif)
 Sumbangan-sumbangan dikurangkan karena tidak ada hubunganya dengan
kegiatan perusahaan
Sumbangan untuk berbagai kepentingan kepada pihak-pihak yang tidak
mempunyai hubungan kerja, usaha, kepemilikan dan penguasaan merupakan
biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.Biaya sumbangan
sebesar Rp 5.000.000 untuk biaya kepanitiaan HUT RI dan Rp 10.000.000
untuk ke panti asuhan harus dikurangkan dari biaya menurut akuntansi, yang
berarti berpengaruh menaikkan laba kena pajak (sebagai koreksi positif).
 Penghasilan berupa sewa tanah dan / atau bangunan adalah penghasilan yang
dikenakan pajak bersifat final. Oleh karena bersifat final, maka jumlah pajak
yang telah dipotong tersebut tidak dapat dikreditkan dari total PPh yang
terutang pada akhir tahun, sehingga penghasilan tersebut juga tidak perlu
diperhitungkan dalam menentukan laba kena pajak. Penghasilan sewa ( dalam
penghasilan luar usaha) sebesar 25.000.000 terdiri atas sewa bangunan senilai
5.000.000, sewa peralatan pabrik 10.000.000, sewa kendaraan 10.000.000

37 | P E R P A J A K A N
Dalam koreksi fiscal, penghasilan berupa sewa bangunan sebesar 5.000.000
dikurangkan dari penghasilan sewa menurut akuntansi, yang berarti
menurunkan laba kena pajak (koreksi negatif)

PENYELESAIAN
Koreksi Fiskal
Keterangan Menurut Komersial Menurut Fiskal
Positif Negatif
Penjualan Rp 12.500.000 2.000.000 (+) Rp 14.500.000
Persediaan, 1 Januari 2018 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Pembelian Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
Persediaan, 31 Desember 2018 Rp 7.200.000 200.000 (-) Rp 7.000.000
HPP Rp 4.800.000 Rp 5.000.000
penghasilan bruto usaha Rp 7.700.000 Rp 9.500.000
Beban operasional
Gaji Rp 750.000 200.000 (-) Rp 550.000
Tunjangan transport karyawan Rp 400.000 Rp 450.000
Beban makan kantor Rp 50.000 Rp 50.000
Beban training karyawan Rp 150.000 Rp 150.000
Beban seragam satpam Rp 100.000 Rp 100.000
Beban sanksi administrasi pajak Rp 80.000 80.000 (-)
Beban bunga pinjaman Rp 70.000 Rp 70.000
Cadangan penghapusan piutang Rp 150.000 100.000 (-) Rp 50.000
Beban jamuan tamu tanpa daftar nominatif Rp 100.000 100.000 (-)
Beban listrik dan telepon kantor Rp 120.000 Rp 120.000
Pbb dan bea materai Rp 30.000 Rp 30.000
Penyusutan asset tetap Rp 400.000 100.000 (+) Rp 500.000
Premi asuransi kebakaran pabrik Rp 120.000 Rp 120.000
Sumbangan kepanitia hut RI Rp 50.000 50.000 (-)
Sumbangan ke panti asuhan Rp 100.000 100.000 (-)
total beban operasional Rp 2.670.000 Rp 2.190.000
penghasilan netto usaha Rp 5.030.000 Rp 7.310.000
Pendapatan lain-lain
Penghasilan Sewa Rp 250.000 50.000 (-) Rp 200.000
Keuntungan selisih kurs Rp 40.000 Rp 40.000
total penghasilan dari luar usaha Rp 290.000 Rp 240.000
Laba bersih dalam negeri Rp 5.320.000 Rp 7.790.000
Penghasilan dari luar negeri
Laba usaha dari Singapura Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Penghasilan kena pajak Rp 7.320.000 Rp 9.790.000

38 | P E R P A J A K A N
PPH TERUTANG
a. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian
peredaran bruto yang memperoleh fasilitas :
(4.800.000.000/14.500.000.000) x 9.790.000.000 3.240.827.586

b. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian


peredaran usaha yang tidak memperoleh fasilitas :
9.790.000.000 - 3.240.827.586 6.549.172.414

Pajak Penghasilan yang terutang :


(50% x 25%) x 3.240.827.586 405.103.448
25% x 6.549.172.414 1.637.293.104
2.042.396.552

Menghitung PPH kurang bayar atau lebih bayar tahun


2018
Total PPH Terutang 2.042.396.552
Kredit Pajak :
PPH Pasal 23
Perhitungan PPH Pasal 23
PPH Pasal 23 atas sewa peralatan pabrik
2% * 100.000.000 = 2.000.000
PPh Pasal 23 atas sewa kendaraan
2% * 100.000.000 = 2.000.000
Total kredit pajak tahun 2018 4.000.000
PPh kurang bayar tahun 2018 2.038.396.552

Perhitungan angsuran PPh pasal 25 bulanan tahun


pajak 2019
Penghasilan sebagai dasar perhitungan angsuran 9.790.000
Kompensasi kerugian tahun 2019 tidak terdapat sisa
rugi -
Penghasilan kena pajak 9.790.000

Jumlah penghasilan kena pajak yang memperoleh


fasilitas :
(4.800.000.000/14.500.000.000) x 9.790.000.000 3.240.827.586

Jumlah penghasilan kena pajak tidak memperoleh


fasilitas :
(9.790.000.000 - 3.240.827.586) 6.549.172.414

Pajak Penghasilan yang terutang 2018


(50% x 25%) x 3.240.827.586 405.103.448
25% x 6.549.172.414 1.637.293.104
2.042.396.552

Kredit Pajak :
PPH Pasal 23 4.000.000
Dasar perhitungan angsuran 2.038.396.552
Angsuran PPh pasal 25 sebulan tahun 2019 169.866.379

39 | P E R P A J A K A N
B. STUDI KASUS II

SOAL :

No Sumber Informasi Penjelasan


1. Gaji Imbalan dalam bentuk natura (sembako Rp 5.000.000)
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (non-
deductible expense) sesuai dengan Pasal 9 Ayat (1) UU
PPh. Oleh karena itu, dalam rekonsiliasi fiskal jumlah biaya
tersebut harus dikurangkan dari biaya menurut akuntansi,
yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena pajak
(koreksi positif)
2. PPh Pasal 25 Pajak Penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto Wajib Pajak
sesuai Pasal 9 Ayat (1) UU PPh. Total angsuran PPh Pasal
25 sebesar Rp 20.000.000 yang dibayarkan oleh Wajib
Pajak PT Galaxy dalam tahun 2019 tidak boleh dimasukkan
sebagai biaya tahun 2019. Oleh karena itu, dalam
rekonsiliasi fiskal jumlah tersebut dikurangkan dari biaya
menurut akuntansi, yang berarti menaikkan laba kena
pajak (koreksi positif)
3. Listrik dan Telepon Beban listrik dan telepon kantor didalamnya terdapat
beban listrik dan telepon direksi. Beban listrik dan telepon
direksi tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
(non- deductible) sesuai pasal 9 ayat (1) UU PPh.
4. Kerugian Piutang Menurut akuntansi, perusahaan diperbolehkan
membentuk cadangan kerugian piutang pada setiap akhir
tahun untuk menaksir besarnya piutang yang tidak dapat
ditagih pada tahun berikutnya. Perusahaan membentuk
cadangan sebesar Rp 5.000.000 pada akhir tahun 2019
sehingga dalam laporan laba rugi tampak kerugian piutang
sebesar Rp 5.000.000. Hal tersebut berbeda dengan
ketentuan fiskal yang menyatakan bahwa kerugian piutang

40 | P E R P A J A K A N
yang boleh diakui adalah sejumlah piutang yang nyata-
nyata tidak dapat ditagih menurut fiskal adalah Rp
2.000.000. Penyesuaian ini akan berpengaruh menaikkan
laba kena pajak (koreksi positif)
5. Penyusutan Penyusutan menurut akuntansi kemungkinan berbeda
dengan menurut fiskal karena terdapat perbedaan dalam
metode penyusutan, pengakuan nilai sisa, taksiran masa
manfaat/umur ekonomis. Penghitungan penyusutan tahun
2019 menurut fiskal dapat dilihat ditabel penyusutan. Hal
ini berarti mengurangi laba kena pajak (koreksi negatif)
6. Deviden Deviden yang diperoleh atau diterima Perseroan Terbatas
sebagai wajib pajak dalam negeri bukan merupakan
penghasilan kena pajak, sesuai pasal 4 ayat (3) UU PPh
apabila penyertaannya melebihi 25%. Oleh karena itu
deviden sebesar Rp 150.000.000 harus dikurangkan dari
penghasilan. (koreksi negatif)
7. Sewa Penghasilan berupa sewa tanah atau bangunan adalah
penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final. Oleh
karena bersifat final, maka jumlah pajak yang telah
dipotong tersebut tidak dapat dikreditkan dari total PPh
yang terutang pada akhir tahun, sehingga penghasilan
tersebut juga tidak perlu diperhitungkan dalam
menentukan laba kena pajak. Dalam koreksi fiskal,
penghasilan berupa sewa sebesar Rp 7.000.000
dikurangkan dari penghasilan sewa menurut akuntansi,
yang berarti menurunkan laba kena pajak (koreksi negatif)

41 | P E R P A J A K A N
PENYELESAIAN :
PT GALAXY
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2019
( DALAM RUPIAH )

Penghasilan dari usaha dalam Negeri


Penjualan Rp 10.000.000.000
Penjualan neto Rp 10.000.000.000
Harga pokok penjualan Rp 5.000.000.000
Laba bruto Rp 5.000.000.000
Biaya Usaha
Gaji Rp 450.000.000
Pajak Rp 200.000.000
Biaya perjalanan dinas Rp 220.000.000
Biaya pemasaran Rp 90.000.000
Biaya sewa gedung kantor Rp 100.000.000
Biaya reparasi dan pemeliharaan Rp 30.000.000
Biaya konsumsi Rp 100.000.000
Biaya listrik dan telp Rp 240.000.000
Biaya jasa teknik Rp 100.000.000
Biaya kerugian piutang Rp 50.000.000
Biaya penyusutan Rp 318.750.000
Biaya Lain-lain Rp 225.000.000
Total biaya usaha Rp 2.123.750.000
Laba Usaha Rp 2.876.250.000
Penghasilan diluar usaha
Deviden Rp 150.000.000
Penjualan tanah Rp 120.000.000
Sewa gedung Rp 270.000.000
Total penghasilan di luar usaha Rp 540.000.000
Laba Neto/Penghasilan neto dalam negeri Rp 3.416.250.000
Penghasilan dari luar negeri
Laba usaha dari Malaysia Rp 1.000.000.000
Bunga deposito Rp 100.000.000
Total penghasilan dari luar negeri Rp 1.100.000.000
Laba ( penghasilan neto ) Rp 4.516.250.000

Informasi yang digunakan sebagai dasar penyesuaian perhitungan laba


atau rugi fiskal :

42 | P E R P A J A K A N
1) Persediaan akhir dinilai dengan metode LIFO, sedangkan apabila dinilai
dengan metode AVERAGE sebesar Rp. 9.000.000.000
2) Pajak sebesar Rp 200.000.000 merupakan angsuran PPh bulanan selama
tahun 2019 (angsuran PPh pasal 25).
3) Dalam gaji terdapat pengeluaran untuk pembelian sembako senilai Rp
50.000.000
4) Dalam beban listrik dan telepon kantor terdapat beban listrik dan telepon
direksi sebesar Rp 40.000.000.
5) a. Bangunan permanen selesai dibangun pada tanggal 1 Januari 2011 seharga
Rp 400.000.000; taksiran umur ekonomis 20 tahun;Nilai Residu Rp
80.000.000
b. Komputer dibeli pada tanggal 1 Januari 2017 seharga Rp 150.000.000;
umur ekonomis 4 tahun.; Nilai Resiu Rp 15.000.000
c. Kendaraan dibeli pada 1 Januari 2018 seharga Rp 300.000.000; umur
ekonomis 10 tahun; Nilai Residu Rp 50.000.000
6) Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk
diakui sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2019
sebesar Rp 20.000.000
7) Deviden atas kepemilikan saham pada PT Sinar sebesar 30%
8) Penghasilan sewa sebesar Rp 270. 000.000 termasuk di dalamnya sewa atas
bangunan senilai Rp 70 .000.000

Tabel Penyusutan Aset/Harta Berwujud dan Penghitungan Nilai Residu


Tahun 2019 --> tabel in sekaligus untuk mengisi Lampiran Khusus 1A
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan

Umur Ekonomis Penyusutan Setahun


Akm. Penyusutan s.d Awal Nilai Buku s.d Awal
Jenis Aset Harga Prolehan Nilai Residu Selisih Penyusutan
Komersial Fiskal Komersial Fiskal 2019 2019
Bangunan Permanen Rp 400.000.000 Rp 80.000.000 20 20 Rp 16.000.000 Rp 20.000.000 Rp (4.000.000) Rp 180.000.000 Rp 220.000.000
Komputer Rp 150.000.000 Rp 15.000.000 4 8 Rp 33.750.000 Rp 18.750.000 Rp 15.000.000 Rp 56.250.000 Rp 93.750.000
Kendaraan Rp 300.000.000 Rp 50.000.000 10 8 Rp 25.000.000 Rp 37.500.000 Rp (12.500.000) Rp 75.000.000 Rp 225.000.000

Rp 74.750.000 Rp 76.250.000 Rp (1.500.000)

43 | P E R P A J A K A N
PT GALAXY
Rekonsiliasi Fiskal Penghitungan Laba Rugi
Tahun Pajak 2019

(dalam ribuan rupiah)


Rekonsiliasi Fiskal
Menurut Akuntansi Menurut Fiskal
Koreksi Positif Koreksi Negatif
Penghasilan dari usaha dalam negeri :
Penjualan Rp 10.000.000.000 Rp 10.000.000.000
Penjualan Neto Rp 10.000.000.000 Rp 10.000.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 5.000.000.000 Rp 5.000.000.000
Laba Bruto Rp 5.000.000.000 Rp 5.000.000.000
Biaya Usaha :
Gaji Rp 450.000.000 Rp 50.000.000 (-) Rp 400.000.000
Pajak Rp 200.000.000 Rp 200.000.000 (-) Rp -
Biaya Perjalanan Dinas Rp 220.000.000 Rp 220.000.000
Biaya Pemasaran Rp 90.000.000 Rp 90.000.000
Biaya Sewa Gedung Kantor Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Rp 30.000.000 Rp 30.000.000
Biaya Konsumsi Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Biaya Listrik dan Telepon Rp 240.000.000 Rp 40.000.000 (-) Rp 200.000.000
Biaya Jasa Teknik Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
Biaya Kerugian Piutang Rp 50.000.000 Rp 20.000.000 (-) Rp 30.000.000
Biaya Penyusutan Rp 318.750.000 Rp 1.500.000 (+) Rp 320.250.000
Biaya Lain-lain Rp 225.000.000 Rp 225.000.000
Total Biaya Usaha Rp 2.123.750.000 Rp 1.815.250.000
Laba Usaha Rp 2.876.250.000 Rp 3.184.750.000
Penghasilan di luar usaha :
Deviden Rp 150.000.000 Rp 150.000.000 (-) Rp -
Penjualan Tanah Rp 120.000.000 Rp 120.000.000
Sewa Rp 270.000.000 Rp 70.000.000 (-) Rp 200.000.000
Total Penghasilan di luar usaha Rp 540.000.000 Rp 320.000.000
Laba Neto/Penghasilan Neto dalam negeri Rp 3.416.250.000 Rp 3.504.750.000
Penghasilan dari Luar Negeri
Laba Usaha dari Malaysia Rp 1.000.000.000 Rp 1.000.000.000
Bunga Deposito Rp 100.000.000 Rp 100.000.000 (-) Rp -
Total Penghasilan dari Luar Negeri Rp 1.100.000.000 Rp 1.000.000.000
Laba ( Penghasilan Neto ) Rp 4.516.250.000 Rp 4.504.750.000

44 | P E R P A J A K A N
PERHITUNGAN :

1. PPh pasal 23 atas sewa peralatan pabrik PT ABADI

= 2% X 120.000.000 2.400.000
PPh pasal 23 atas sewa kendaraan dari PT ABADI
= 2% X 80.000.000 1.600.000
PPh atas sewa bangunan (final)
= 10% x 70.000.000 7.000.000

Total PPh pasal 23 4.000.000

2. PPh pasal 24 untuk negara Malaysia


PPh yang terutang Rp 1.126.187.500
( Penghasilan di Malaysia : Total penghasilan ) X PPh Terutang
Rp 1.000.000.000 : 4.504.750.000 x 1.126.187.500 250.000.000
PPh terutang/dibayar di malaysia
= 40% x Rp 1.000.000.000 400.000.000
Kredit pajak LN (PPh pasal 24) Malaysia 250.000.000

Menghitung PPh yang terutang tahun pajak 2019


Penghasilan neto fiskal 4.504.750.000
PPh Terutang : 25% x 4.504.750.000 1.126.187.500

Menghitung PPh Kurang atau Lebih Dibayar Tahun Pajak 2019


Total PPh Terutang 1.126.187.500
Pasal 23 4.000.000
Pasal 24 250.000.000
Total Kredit pajak Tahun 2019 254.000.000
PPh Kurang bayar tahun 2019 872.187.500

Menghitung Angsuran PPh Pasal 25 Bulanan Tahun Pajak 2019


Penghasilan kena pajak 4.504.750.000
PPh Terutang : 25% x 4.504.750.000 1.126.187.500
Kredit Pajak
PPh Pasal 23 4.000.000
PPh Pasal 24 250.000.000
254.000.000
Dasar perhitungan Angsuran 872.187.500
Angsuran PPh Pasal 25 sebulan Tahun 2019 = 872.187.500 ; 12 72.682.292

45 | P E R P A J A K A N
C. STUDI KASUS III

PT Cahaya Mulya didirikan pada tahun 2019 merupakan Wajib Pajak yang
bergerak dalam bidang usaha dagang.
1. Data Wajib Pajak

Nama Wajib Pajak : PT Cahaya Mulya


NPWP : 01.333.444.1.555.000
Alamat Kedudukan : Jalan Berdikari II Perum UNS Jati Jaten Karanganyar Jawa
Tengah
Nomor : (0271) 710919
Telepon/Faks.
KLU : 51310
Nama Pimpinan : Budi Setiawan
Alamat Rumah : Jalan Mangga Muda No. 20, Surakarta
Klasifikasi Badan : PT (Perseroan Terbatas)

2. Kegiatan Usaha
Pada tahun 2019, PT Cahaya Mulya memperoleh penghasilan dari dalam negeri
dan luar negeri.Laporan laba rugi (komersial) pada tahun 2019 sebagai berikut.

PT Cahaya Mulya
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2019
(dalam rupiah)
Penghasilan dari usaha dalam Negeri :
Penjualan 25.000.625.000
 Retur Penjualan (950.000.000)
 Potongan Penjualan (540.000.000)
Penjualan neto 23.510.625.000
Harga pokok penjualan *) (15.565.000.000)
Laba bruto 7.945.625.000
Biaya Usaha :

46 | P E R P A J A K A N
 Gaji, upah, THR, tunjangan lain 1.800.000.000
 Alat tulis dan biaya kantor 25.000.000
 Biaya administrasi 17.000.000
 Biaya listrik dan telepon 27.000.000
 Biaya makan dan minum karyawan 38.000.000
 Biaya promosi 300.000.000
 PBB dan bea materai 48.700.000
 PPh Pasal 25 62.000.000
 Biaya royalti 250.750.000
 Biaya konsumsi perjamuan 13.500.000
 Biaya sewa 200.000.000
 Biaya kerugian piutang 104.000.000
 Biaya penyusutan 180.000.000
 Biaya lain-lain 300.500.000

PT Cahaya Mulya
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2019
(dalam rupiah)
Total biaya usaha (3.366.450.000)
Laba usaha 4.597.175.000
Penghasilan di luar usaha
- Deviden 40.000.000
- Sewa 30.000.000
Total penghasilan diluar usaha 70.000.000
Laba neto dalam negeri 4.649.175.000
Penghasilan dari luar negeri
- Laba usaha dari Jepang 160.000.000
- Bunga obligasi dari Singapura 45.600.000
Total penghasilan dari luar negeri 205.600.000
Laba (penghasilan neto) 4.854.775.000

47 | P E R P A J A K A N
A. Informasi yang digunakan sebagai dasar penyesuaian perhitungan laba rugi
fiscal :
1. Dalam penjualan tidak memasukkan penjualan kepada karyawan sebesar
Rp 25.000.000 yang penagihannya melalui pemotongan gaji setiap bulan.
2. Dalam gaji, upah, tunjangan hari raya (THR), dan tunjangan lain terdapat
pengeluaran untuk pembelian beras yang dibagikan kepada karyawan
senilai Rp 28.500.000 dan biaya pengobatan karyawan senilai Rp
5.100.000.
3. Dalam biaya promosi terdapat sumbangan yang tidak ada hubungannya
dengan kegiatan utama perusahaan sebesar Rp 15.000.000.
4. Pajak sebesar Rp 62.000.000 merupakan angsuran PPh bulanan selama
tahun 2019 (angsuran PPh Pasal 25).
5. Biaya royalti sebesar Rp 250.750.000 yang ada bukti pendukungnya dari
pihak eksternal sebesar Rp 235.250.000.
6. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk
diakui sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2019
sebesar Rp 60.500.000.
7. Perusahaan mempunyai asset tetap sebagai berikut :
a. Mesin produksi dibeli pada 1 Januari 2014 seharga Rp 500.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
b. Kendaraan dibeli pada 31 Desember 2014 seharga Rp 400.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
c. Komputer dibeli pada 5 Maret 2016 seharga Rp 300.000.000; taksiran
umur ekonomis 5 tahun.
d. Inventaris dibeli pada 1 Januari 2014 seharga Rp 200.000.000; taksiran
umur ekonomis 8 tahun.
e. Bangunan permanen selesai dibangun dan siap digunakan pada 31
Desember 2013 senilai Rp 600.000.000; taksiran umur ekonomis 20
tahun.
Berdasarkan kebijakan manajemen : mesin produksi mempunyai nilai
residu 10% dari harga perolehan, sedangkan asset tetap yang lain ditaksir
mempunyai nilai residu 20% dari harga perolehan.

48 | P E R P A J A K A N
Metode perhitungan penyusutan yang digunakan adalah garis
lurus.Menurut fiscal (ketentuan perpajakan), mesin produksi, kendaraan,
komputer, dan inventaris merupakan asset berwujud kelompok
II.Perusahaan memilih metode garis lurus dalam menghitung penyusutan
fiscal.
8. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan Rp 3.000.000.
9. Penghasilan sewa (dalam penghasilan luar usaha) sebesar Rp 30.000.000
terdiri atas sewa bangunan senilai Rp 5.000.000, sewa atas peralatan
pabrik senilai Rp 15.000.000 dan sewa atas kendaraan senilai Rp
10.000.000. Penghasilan sewa ini diterima dari PT Jaya Abadi, yang
beralamat di Jl. Ahmad Yani No. 11 Yogyakarta, NPWP:
01.166.552.2.541.000. Sewa tersebut diterima setiap tahun untuk jangka
waktu beberapa tahun.
10. Deviden sebesar Rp 40.000.000 terdiri atas deviden kas dari penyertaan
saham (20%) pada PT Makmur Jaya sebesar Rp 15.000.000 yang
beralamat di Jl.Jogja-solo No.15 Klaten, NPWP:01.337.882.1.542.000 ; dan
dividen kas atas penyertaan saham (30%) pada PT Putra Abadi sebesar Rp
25.000.000.
B. Informasi lain yang digunakan sebagai dasar pengisian SPT Tahunan PPh
adalah :
1. PT Cahaya Mulya selama tahun 2019 telah menjual hasil produksinya
kepada PT Gunung Muria yang beralamat di Jl.Anggrek No.90 Sukoharjo,
NPWP: 02.118.722.1.541.000. Penjualan tersebut senilai Rp 9.900.000.000
(harga ini termasuk PPN 10%)
2. PT Cahaya Mulya (importer yang mempunyai API) selama tahun 2019
mengimpor sebagaian bahan baku untuk proses produksi dari Nagayo,
Jepang dengan harga faktur $40.000.PT Cahaya Mulya membayar biaya-
biaya sebagai berikut : biaya angkut dan biaya asuransi selama perjalanan
antar daerah pabean masing-masing sebesar $3000 dan $7000, bea masuk
sebesar 5% (dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF).
Kurs menurut keputusan menteri keuangan adalah $1=10.000.PT Cahaya
Mulya membayar bea masuk dan PPh pasal 22 impor kepada Ditjen Bea

49 | P E R P A J A K A N
dan Cukai Tanjung Priok, yang beralamat di Jl.Pelabuhan No.202 Tanjung
Priok Jakarta Utara, NPWP:00.455.232.2.021.000.
3. Tarif pajak atas laba usaha diluar negeri(Jepang) adalah 40%.
4. Tarif pajak atas bunga obligasi di Singapura adalah 20%.
5. Total angsuran PPh pasal 25dalam tahun 2019 sebesar Rp 62.000.000,
dibayarkan setiapbulan dengan angsuran yang sama dari bulan maret
sampai dengan desember tahun 2019.
6. Laba (Rugi) fiskal tiga tahun terakhir adalah :
 Rugi fiskal tahun 2010 sebesar Rp 4.000.000.000
 Laba fiskal tahun 2017 sebesar Rp 2.200.000.000
 Laba fiskal tahun 2018 sebesar Rp 800.000.000
Sisa rugi tahun 2013 akan dikompensasikan seluruhnya pada tahun 2016

3. Data Pemegang Saham


No Nama NPWP Jenis Saham Lembar Nominal
per lembar
1 PT Angkasa 01.323.444.1.531.000 Saham Biasa 100.000 Rp9.000
2 Anisa 04.222.555.2.541.000 Saham Biasa 50.000 Rp9.000
3 Marissa 04.111.333.1.261.000 Saham Biasa 50.000 Rp9.000

Pada 2016, PT Cahaya Mulya membagi deviden tunai Rp500 per lembar saham.

4. Lain-lain
PT Cahaya Mulia menyampaikan SPT tahunan PPh pada batas akhir
penyampaian SPT. Diminta :
1. Susunlah rekonsiliasi fiskal untuk menyiapkan menyusun laporan laba rugi
fiskal dan mengisi SPT Tahunan PPh.
2. Setorkan kurang bayar dengan mengisi SSP, apabila terdapat kurang bayar.
3. Isilah SPT Tahunan PPh tahun 2016.

50 | P E R P A J A K A N
Catatan :
1. Akumulasi Penyusutan Mesin (Januari 2014 s.d. Desember 2019) = 6 tahun, per
tahun Rp 62.500.000
2. Akumulasi Penyusutan Kendaraan (Desember 2014 s.d. Desember 2019) = 5
tahun, per tahun Rp 50.000.000
3. Akumulasi Penyusutan Komputer (Maret 2016 s.d. Desember 2019) = 3 tahun
10 bulan, per tahun Rp 37.500.000
4. Akumulasi Penyusutan Inventaris (Januari 2014 s.d. Desember 2019) = 6 tahun,
per tahun Rp 25.000.000
5. Akumulasi Penyusutan Bangunan (31 Desember 2013 s.d. Desember 2019) = 6
tahun, per tahun Rp 30.000.000.

51 | P E R P A J A K A N
PT Cahaya Mulya

Rekonsiliasi Fiskal Perhitungan Laba Rugi


Tahun 2019
(dalam ribuan rupiah)

Menurut Rekonsiliasi Fiskal


Menurut Fiskal
Akuntansi
Koreksi Positif Koreksi Negatif
Penghasilan dari usaha dalam Negeri :
Penjualan 25.000.625.000 25.000.000 25.025.625.000
• Retur Penjualan -950.000.000 -950.000.000
• Potongan Penjualan -540.000.000 -540.000.000
Penjualan neto 23.510.625.000 23.535.625.000
Harga pokok penjualan *) -15.565.000.000 -15.565.000.000
Laba bruto 7.945.625.000 7.970.625.000
Biaya Usaha :
• Gaji, upah, THR, tunjangan lain 1.800.000.000 (-) 33.600.000 1.766.400.000
• Alat tulis dan biaya kantor 25.000.000 25.000.000
• Biaya administrasi 17.000.000 17.000.000
• Biaya listrik dan telepon 27.000.000 27.000.000
• Biaya makan dan minum karyawan 38.000.000 38.000.000
• Biaya promosi 300.000.000 (-) 15.000.000 285.000.000
• PBB dan bea materai 48.700.000 48.700.000
• PPh Pasal 25 62.000.000 (-) 62.000.000 -
• Biaya royalti 250.750.000 (-) 15.500.000 235.250.000
• Biaya konsumsi perjamuan 13.500.000 13.500.000
• Biaya sewa 200.000.000 200.000.000
• Biaya kerugian piutang 104.000.000 (-) 43.500.000 60.500.000
• Biaya penyusutan 180.000.000 36.000.000 216.000.000
• Biaya lain-lain 300.500.000 (-) 3.000.000 297.500.000
Total biaya usaha 3.366.450.000 3.229.850.000
Laba usaha 4.579.175.000 4.740.775.000
Penghasilan di luar usaha
- Deviden 40.000.000 (-) 25000000 15.000.000
- Sewa 30.000.000 (-) 5000000 25.000.000
Total penghasilan diluar usaha 70.000.000 40.000.000
Laba neto dalam negeri 4.649.175.000 4.780.775.000
Penghasilan dari luar negeri
- Laba usaha dari Jepang 160.000.000 160.000.000
- Bunga obligasi dari Singapura 45.600.000 45.600.000
Total penghasilan dari luar negeri 205.600.000 205.600.000
Laba (penghasilan neto) 4.854.775.000 4.986.375.000

52 | P E R P A J A K A N
PT Cahaya Mulya
Rekonsiliasi Fiskal Laba Rugi
Tahun Pajak 2019
(dalam rupiah)

Penghasilan neto (laba bersih) komersial 4.854.775.000


Koreksi fiskal positif :
-Penjualan kepada karyawan 25.000.000
-Natura dalam gaji 33.600.000
-Sumbangan tidak terkait hubungan kerja pada biaya promosi 15.000.000
-Pajak penghasilan dalam pajak 62.000.000
-Biaya royalti tidak disertai bukti pendukung dari pihak luar 15.500.000
-Cadangan dalam biaya kerugian piutang 43.500.000
-Biaya rekreasi sebagai kenikmatan dalam beban lain-lain 3.000.000
Total koreksi fiskal positif 197.600.000
Koreksi fiskal negatif :
-Selisih penghitungan depresiasi akuntansi lebih besar daripada fiskal 36.000.000
-Deviden bukan objek pajak 25.000.000
-Sewa pphnya bersifat final 5.000.000
Total koreksi fiskal negatif -66.000.000
Penghasilan neto fiskal 4.986.375.000

PENJELASAN :
Sumber Penjelasan Form
informasi 1771
yang
diisi
A1) Termasuk dalam penjualan adalah penjualan kepada semua 1771-1
pembeli dengan cara kredit atau tunai dan dengan dasar 51
akrual artinya penjualan diakui tidak pada saat penerimaan
kas, tetapi pada saat penyerahan barang. Penjualan kepada
karyawan yang pembayarannya tidak dilakukan pada saat
transaksi penyerahan barang tetap diakui sebagai penjualan
tahun 2016. Dalam rekonsiliasi fiskal, penjualan kepada
karyawan sebesar Rp 25.000.000 akan menambah

53 | P E R P A J A K A N
penghasilan menurut akuntansi, dan selanjutnya
berpengaruh menaikkan laba kena pajak (sebagai koreksi
positif).
A2) Imbalan dalam bentuk natura (beras Rp 28.500.000 dan 1771-1
pengobatan Rp 5.100.000) tidak boleh dikurangkan dari 5c
penghasilan bruto (non deductible expense) sesuai Pasal 9
ayat (1) UU PPh. Oleh karena itu, dalam rekonsiliasi fiskal,
jumlah biaya tersebut harus dikurangi dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena
pajak (koreksi positif).
A3) Sumbangan untuk berbagai kepentingan kepada pihak-pihak 1771-1
yang tidak mempunyai hubungan kerja, usaha, kepemilikan 5e
dan penguasaan merupakan biaya yang tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto. Biaya sumbangan
sebesar Rp 15.000.000 dalam biaya promosi/iklan harus
dikurangkan dari menurut akuntansi, yang berarti
berpengaruh menaikkan laba kena pajak (sebagai koreksi
positif).
A4) Pajak penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak tidak 1771-1
boleh dikurangkan dari penghaasilan bruto Wajib Pajak 5f
sesuai pasal 9 ayat (1) UU PPh. Total angsuran PPh Pasal 25
sebesar Rp 65.000.000 yang dibayarkan oleh Wajib Pajak PT
Cahaya Mulia dalam tahun 2016 tidak boleh dimasukkan
sebagai biaya tahun 2016. Oleh karena itu, dalam rekonsiliasi
fiskal jumlah tersebut dikurangkan dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti menaikkan laba kena pajak (koreksi
positif).
A5) Beban royalti sebesar Rp 15.500.000 (Rp 250.750.000 – Rp 1771-1 5l
235.250.000 non-deductible expense. Penjelasan sama
dengan A6)
A6) Menurut akuntansi, perusahaan diperbolehkan membentuk 1771-1
cadangan kerugian piutang pada setiap akhir tahun untuk 5b

54 | P E R P A J A K A N
menaksir besarnya piutang yang tidak dapat ditagih pada
tahun berikutnya. Perusahaan membentuk cadangan sebesar
Rp 104.000.000 pada akhir tahun 2019, sehingga dalam
laporan laba rugi tampak kerugian piutang Rp
104.000.000 .hal tersebut berbeda dengan ketentuan fiskal
yang menyatakan bahwa kerugian piutang yang boleh diakui
adalah sejumlah piutang yang nyata, nyata tidak dapat
ditagih pada tahun 2019. Oleh karena itu, nyata-nyata yang
tidak dapat ditagih menurut fiskal adalah Rp 60.500.000,
maka biaya kerugian menurut akuntansi harus dikurangi
dengan Rp 43.500.000. Penyesuaian ini akan berpengaruh
menaikkan laba kena pajak (sebagai koreksi positif).
A7) Penyusutan menurut akuntansi kemungkinan berbeda 1171-1
dengan menurut fiskal karena terdapat perbedaan dalam 6a dan
metode penyusutan, pengakuan nilai sisa, taksiran masa Lampiran
manfaat/umur ekonomis. Perhitungan penyusutan tahun Khusus
2016 menurut fiskal dapat dilihat pada tabel penyusutan 1A
berikutnya. Tabel ini sekaligus dapat digunakan sebagai
pengisian Lampiran Khusus tentang “Penyusutan dan
amortisasi”.
Dalam rekonsiliasi fiskal, biaya penyusutan menurut
akuntansi harus ditambah dengan Rp 36.000.000 (yaitu Rp
216.000.000 – Rp 180.000.000), hal ini berarti mengurangi
laba kena pajak (sebagai koreksi negative)
A8) Imbalan dalam bentuk natura (beras Rp 28.500.000 dan 1771-1
pengobatan Rp 5.100.000) tidak boleh dikurangkan dari 5c
penghasilan bruto (non deductible expense) sesuai Pasal 9
ayat (1) UU PPh. Oleh karena itu, dalam rekonsiliasi fiskal,
jumlah biaya tersebut harus dikurangi dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena
pajak (koreksi positif).
A9) Penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan adalah 1771-I-4

55 | P E R P A J A K A N
penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final. Oleh karena
bersifat final, maka jumlah pajak yang telah dipotong
tersebut tidak dapat dikreditkan dari total PPh yang terutang
pada akhir tahun, sehingga penghasilan tersebut juga tidak
perlu diperhitungkan dalam menentukan laba kena pajak.
Dalam koreksi fiskal, penghasilan berupa sewa atas bagunan
sebesar Rp 5.000.000 dikurangkan dari penghasilan sewa
menurut akuntansi, yang berarti menurunkan laba kena
pajak (koreksi negative)
A10) Deviden yang diperoleh atau diterima perseroan terbatas 1771-I-I4
sebagai Wajib Pajak dalam negeri bukan merupakan
penghasilan kena pajak (bukan Objek Pajak), sesuai Pasal 4
ayat (3) UU PPh apabila penyertaannya melebihi 25% dari
total modal disetor. Dividen yang diterima PT Cahaya Mulya
dari PT Ananda sebesar Rp 25.000.000 harus dikurangkan
dari penghasilan deviden menurut akuntansi, yang berarti
akan menurunkan laba kena pajak (koreksi negative),
sedangkan deviden yang sebesar Rp 15.000.000 merupakan
Objek Pajak karena penyertaannya kurang dari 25%

56 | P E R P A J A K A N
D. STUDI KASUS IV

PT Angkasa didirikan pada tahun 2009 merupakan Wajib Pajak yang bergerak
dalam bidang usaha dagang.
1. Data Wajib Pajak
Nama Wajib Pajak : PT Angkasa
NPWP : 01.111.222.1.541.000
Alamat Kedudukan : Jl. Ahmad Yani No. 67, Surakarta
Nomor Telepon/Faks : (0271) 866 899/(0271) 522 511
Jenis Usaha : Dagang Peralatan Telekomunikasi
Nama Pimpinan : Drs. Angkasa Putra, M.M.
Alamat Rumah : Jl. Swakarya No. 5, Surakarta
Klasifikasi Badan : PT (Perseroan Terbatas)

2. Kegiatan Usaha
Pada tahun 2019, PT Angkasa memperoleh penghasilan dari dalam negeri dan luar
negeri. Laporan laba rugi (komersial) pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:

57 | P E R P A J A K A N
PT Angkasa
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2019

Penghasilan dari usaha dalam


Negeri
Penjualan Rp20.500.000.000
 Retur penjualan -Rp950.000.000
 Potongan penjualan -Rp550.000.000
Penjualan neto Rp19.000.000.000
Harga pokok penjualan *) -Rp15.000.000.000
Laba bruto Rp4.000.000.000
Biaya usaha:
 Gaji, upah, THR, tunjangan
Rp1.550.000.000
lain
 Alat tulis dan biaya kantor Rp24.000.000
 Biaya perjalanan divas Rp53.000.000
 Biaya listrik dan telepon Rp17.000.000
 Biaya makan karyawan Rp37.000.000
 Biaya promosi Rp295.450.000
 PBB dan bea meterai Rp53.500.000
 Pajak Rp60.000.000
 Biaya representasi Rp65.000.000
 Biaya royalty Rp235.000.000
 Biaya
Rp12.200.000
konsumsi/perjamuari
 Biaya sewa Rp195.950.000
 Biaya kerugian piutang Rp105.350.000
 Biaya penyusutan Rp165.000.000
 Biaya lain-lain Rp292.500.000
Total biaya usaha -Rp3.160.950.000

58 | P E R P A J A K A N
Laba usaha Rp839.050.000
Penghasilan di luar usaha:
- Dividen Rp55.000.000
- Sewa Rp25.850.000
Total penghasilan luar
Rp80.850.000
usaha
Laba bersih (penghasilan
Rp919.900.000
neto) dalam negeri
Penghasilan dari luar negeri:
- Laba usaha dari Canada Rp280.000.000
- Bunga obligasi dari
Rp50.100.000
Singapura
Total penghasilan dari luar
Rp330.100.000
negeri
Laba (penghasilan neto) Rp1.250.000.000

*) Rincian harga pokok penjualan


- Persediaan barang dagangan, 1 Januari 2019 Rp .2.500.000.000
- Pembelian neto tabus) 2019 Rp 15.500.000.000
- Persediaan barang dagangan, 31 Desember 2019 Rp (3.000.000.000)
Harga pokok penjualan Rp 15.000.000.000

3. Informasi yang digunakan sebagai dasar penyesuaian penghitungan laba


(rugi) fiskal:
1. Dalam penjualan tidak memasukkan penjualan kepada karyawan sebesar Rp
21.000.000 yang penagihannya melalui pemotongan gaji setiap bulan.
2. Di dalam gaji, upah, tunjangan hari raya (THR), dan tunjangan lain terdapat
pengeluaran untuk pembelian beras yang dibagikan kepada karyawan senilai Rp
20.750.000 dan biaya pengobatan karyawan senilai Rp 4.775.000.
3. Dalam biaya perjalanan dinas terdapat bukti-bukti pendukung atas nama
keluarga pemegang saham sebesar Rp 600.000.
4. Dalam biaya promosi terdapat sumbangan yang tidak ada hubungannya dengan

59 | P E R P A J A K A N
kegiatan utama perusahaan sebesar Rp 12.850.000.
5. Pajak sebesar Rp 60.000.000 merupakan angsuran PPh bulanan selama tahun
2019 (angsuran PPh Pasal 25).
6. Pengeluaran berupa biaya representasi tidak didukung dengan bukti pengeluaran
dari pihak eksternal.
7. Biaya royalti sebesar Rp 235.000.000 yang ada bukti pendukungnya dari pihak
eksternal sebesar Rp 225.355.000.
8. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk diakui
sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2019 sebesar Rp
50.000.000.
9. Perusahaan mempunyai aset tetap sebagai berikut:
 Mesin produksi dibeli pada tanggal 1 Januari 2013 seharga Rp 500.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
 Kendaraan dibeli pada tanggal 31 Desember 2013 seharga Rp 400.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
 Komputer dibeli pada tanggal 6 Maret 2015 seharga Rp 300.000.000; taksiran
umur ekonomis 5 tahun.
 Inventaris dibeli pada tanggal 1 Januari 2013 seharga Rp 200.000.000; taksiran
umur ekonomis 8 tahun.
 Bangunan permanen selesai dibangun dan siap digunakan pada tanggal 31
Desember 2012 senilai Rp 600.000.000; taksiran umur ekonomis 20 tahun.
Berdasarkan kebijakan manajemen perusahaan: mesin produksi mempunyai nilai
residu 10% dari harga perolehan, sedangkan aset tetap yang lain ditaksir
mempunyai nilai residu 20% dari harga perolehan.
Metode penghitungan penyusutan yang digunakan adalah garis lurus.
Menurut fiskal (ketentuan perpajakan), mesin produksi, kendaraan, komputer
dan inventaris merupakan aset berwujud kelompok II. Perusahaan memilih
metode Garis Lurus dalam menghitung penyusutan fiskal.
10. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan Rp 2.225.000.
11. Penghasilan sewa (dalam penghasilan luar usaha) sebesar Rp 25.850.000 terdiri
atas sewa bangunan senilai Rp 5.850.000, sewa atas peralatan pabrik senilai Rp
11.000.000 dan sewa atas kendaraan senilai Rp 9.000.000. Penghasilan sewa ini

60 | P E R P A J A K A N
diterima dari PT Putra Surya, yang beralamat di J1. Mayjen Sutoyo30 Yogyakarta,
NPWP: 01.166.552.2.541.000. Sewa tersebut diterima setiap tahun untuk jangka
waktu beberapa tahun.
12. Dividen sebesar Rp 55.000.000 terdiri atas dividen kas dari penyertaan saham
(20%) pada PT Adinda sebesar Rp 20.000.000, yang beralamat di J1. Lojajar 28
Yogyakarta, NPWP: 01.337.882.1.542.000; dan dividen kas atas penyertaan
saham (30%) pada PT Kapuas Raya sebesar Rp35.000.000.

4. Informasi lain yang digunakan sebagai dasar pengisian SPT Tahunan PPh
adalah:
1. PT Angkasa selama tahun 2019 telah menjual basil produksinya kepada PT
Telkom Surakarta, yang beralamat di J1. Hayam Wuruk No. 157 Surakarta, NPWP:
02.118.722.1.541.000. Penjualan tersebut senilai Rp 11.000.000.000 (harga ini
termasuk PPN 10%).
2. PT Angkasa (importir yang mempunyai API) selama th 2019 mengimpor sebagian
bahan baku untuk proses produksi dari Nagayo, Jepang dengan harga faktur
$40.000. PT Angkasa membayar biaya-biaya sebagai berikut: biaya angkut dan
biaya asuransi selama perjalanan antar daerah pabean masing-masing sebesar
$3.000, dan $7.000, bea masuk sebesar 5% dari CIF, dan bea masuk tambahan
sebesar 20% dari CIF. Kurs menurut Keputusan Menteri Keuangan adalah $1 = Rp
10.000. PT Angkasa membayar bea masuk dan PPh Pasal 22 impor kepada Ditj en
Bea dan Cukai Tanjung Priok, yang beralamat di J1. Pelabuhan No. 202 Tanjung
Priok Jakarta Utara, NPWP: 00.455.232.2.021.000.
3. Tarif pajak atas laba usaha di luar negeri (Kanada) adalah 40%.
4. Tarif pajak atas bunga obligasi di Singapura adalah 25%.
5. Total angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun 2009 sebesar Rp 60.000.000,
dibayarkan setiap bulan dengan angsuran yang sama dari bulan Maret sampai
dengan bulan Desember 2019.
6. Laba (rugi) fiskal tiga tahun terakhir adalah:

 Rugi fiskal tahun 2016 sebesar Rp 350.000.000


 Laba fiskal tahun 2017 sebesar Rp 150.000.000

61 | P E R P A J A K A N
 Laba fiskal tahun 2018 sebesar Rp 100.000.000
Sisa rugi tahun 2016 akan dikompensasikan seluruhnya pada tahun 2019.

5. Lain-lain
PT Angkasa menyampaikan SPT Tahunan PPh pada batas akhir penyampaian
SPT. Diminta :
Susunlah rekonsiliasi fiskal untuk menyiapkan menyusun laporan laba rugi
fiskal dan mengisi SPT Tahunan PPh.

62 | P E R P A J A K A N
PENYELESAIAN

Form
Sumber
Penjelasan 1771
lnfo
yang diisi

C1) Termasuk dalam penjualan adalah penjualan 1771-I51


kepada semua pembeli dengan cara kredit atau
tunai dan dengan dasar akrual artinya penjualan
diakui tidak pada saat penerimaan kas tetapi saat
penyerahan barang. Penjualan kepada karyawan
yang pembayarannya tidak dilakukan pada saat
transaksi penyerahan barang tetap diakui sebagai
penjualan tahun 2019. Dalam rekonsiliasi fiskal,
penjualan kepada karyawan sebesar Rp 21.000.000
akan menambah penghasilan menurut akuntansi,
dan selanjutnya berpengaruh menaikkan laba kena
pajak (sebagai koreksi positif).

C2) Imbalan dalam bentuk natura (beras Rp20.750.000 1771-I 5c


dan pengobatan Rp4.1775.000) tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto (non-deductible
expense) sesuai Pasal 9 ayat (1) UU PPh. Oleh
karena itu dalam rekonsiliasi fiskal, jumlah biaya
tersebut harus dikurangkan dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti berpengaruh menaikkan
laba kena pajak (koreksi positif).

C3) Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi 1771-I 5a


pemegang saham (perjalanan dinas anggota
keluarga pemegang saham sebesar Rp 600.000)
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan I bruto
(non-deductible expense) sesuai Pasal 9 ayat (1) UU
PPh. Oleh karena itu, dalam rekonsiliasi fiskal,
63 | P E R P A J A Kjumlah
A N biaya tersebut harus dikurangkan dari biaya

menurut akuntansi, yang berarti berpengaruh


menaikkan laba kena pajak (koreksi positif).
C4) Sumbangan untuk berbagai kepentingan kepada 1771-I 5e
pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan
kerja, usaha, kepemilikan dan penguasaan
merupakan biaya yang tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto. Biaya sumbangan sebesar
Rp 12.850.000 dalam biaya promosi/ildan harus
dikurangkan dari biaya menurut akuntansi, yang
berarti berpengaruh menaikkan laba kena pajak
(sebagai koreksi positif).

C5) Pajak Penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib 1771-I 5f


Pajak tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto Wajib Pajak sesuai Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
Total angsuran PPh Pasal 25 sebesar Rp 60.000.000
yang dibayarkan oleh Wajib Pajak PT Perdana
dalam tahun 2019 tidak boleh dimasukkan sebagai
biaya tahun 2019. Oleh karena itu, dalam
rekonsiliasi fiskal jumlah tersebut dikurangkan dari
biaya menurut akuntansi, yang berarti menaikkan
laba kena pajak (koreksi positif).

C6) Biaya atau pengeluaran yang tidak ada daftar 1771-1 51


nominatifnya (biaya representasi sebesar
Rp65.000.000 tidak ada daftar nominatif),
merupakan non-deductible expense. Dalam
rekonsiliasi fiskal, jumlah biaya tersebut harus
dikurangkan dari biaya menurut akuntansi, yang
berarti berpengaruh menaikkan laba kena pajak
(koreksi positif).

C7) Beban royalti sebesar Rp 9.645.000 (Rp 1771-1 51


235.000.000 – Rp 225.355.000) non-deductible
expense. Penjelasan sama dengan A6)

64 | P E R P A J A K A N
C8) Menurut akuntansi, perusahaan diperbolehkan 1771-I 5b
membentuk cadangankerugian piutang pada setiap
akhir tahun untukmenaksir besarnya piutang yang
tidak dapat ditagih pada tahun berikutnya.
Perusahaan membentuk cadangan sebesar
Rp105.350.000 pada akhir tahun 2019, sehingga
dalam laporan laba rugi tampak kerugian piutang
sebesar Rp105.350.000. Hal tersebut berbeda
dengan ketentuan fiskal yang menyatakan bahwa
kerugian piutang yang boleh diakui adalah sejumlah
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih pada
tahun 2019. Oleh karena piutang yang nyata-nyata
tidak dapat ditagih menurut fiskal adalah
Rp50.000.000, maka biaya kerugian menurut
akuntansi harus dikurangi dengan Rp55.350.000.
Penyesuaian ini akan berpengaruh menaikkan laba
kena pajak (sebagai koreksi positif)

C9) Penyusutan menurut akuntansi kemungkinan 1771-1 6a


berbeda dengan menurut fiskal karena terdap at dan
perbedaan dalam meto de penyusutan, pengakuan Lampiran
nilai sisa, taksiran masa manfaat/umur ekonomis. Khusus
Penghitungan penyusutan tahun 2019 menurut 1A
fiskal dapat dilihat pada tabel penyusutan
berikutnya. Tabel ini sekaligus dapat digunakan
sebagai data pengisian Lampiran Khusus tentang
"Penyusutan dan Amortisasi"
Dalam rekonsiliasi fiskal, biaya penyusutan
menurut akuntansi harus ditambah dengan
Rp36.000.000 (yaitu Rp 201.000.000 – Rp
165.000.000), hal ini berarti mengurangi laba kena
pajak (sebagai koreksi negatif).

65 | P E R P A J A K A N
C10) Penjelasan sama dengan A2). 1771-I 5c

C11) Penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan 1771-I 4


adalah penghasilan yang dikenakan pajak bersifat
final. Oleh karena bersifat final maka jumlah pajak
yang telah dipotong tersebut tidak dapat
dikreditkan dari total PPh yang terutang pada akhir
tahun, sehingga penghasilan tersebut juga tidak
perlu diperhitungkan dalam menentukan laba kena
pajak. Dalam koreksi fiskal, penghasilan berupa
sewa atas bangunan sebesar Rp5.850.000
dikurangkan dari penghasilan sewa menurut
akuntansi, yang berarti meurunkan laba kena pajak
(koreksi negatif).

Cl2) Dividen yang diperoleh atau diterima perseroan 1771-I 4


terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri bukan
merupakan penghasilan kena pajak (bukan Objek
Pajak), sesuai Pasal 4 ayat (3) UU PPh apabila
penyertaannya melebihi 25% dari total modal
disetor. Dividen yang diterima PT Perdana dari PT
Ananda sebesar Rp35.000.000 harus dikurangkan
dari penghasilan dividen menurut akuntansi, yang
berarti akan menurunkan laba kena pajak (koreksi
negatif), sedangkan dividen yang sebesar
Rp20.000.000 merupakan Objek Pajak karena
penyertaannya kurang dari 25%.

Menyusun Laporan Rekonsiliasi Fiskal Tahun Pajak 201


informasi kasus Cl s/d Cl2.

66 | P E R P A J A K A N
67 | P E R P A J A K A N
PT Angkasa
Rekonsiliasi Fiskal Penghitungan Laba Rugi
Tahun Pajak 2019

Menurut Rekonsiliasi Fiskal


Menurut Fiskal
akuntansi
Koreksi Positif Koreksi Negatif
Penghasilan dari usaha
dalam Negeri
Penjualan Rp20.500.000.000 C1) 21.000.000 (+) Rp20.521.000.000
 Retur penjualan -Rp950.000.000 -Rp950.000.000
 Potongan
-Rp550.000.000 -Rp550.000.000
penjualan
Penjualan neto Rp19.000.000.000 Rp19.021.000.000
Harga pokok penjualan
-Rp15.000.000.000 -Rp15.000.000.000
*)
Laba bruto Rp4.000.000.000 Rp4.021.000.000
Biaya usaha:
 Gaji, upah, THR,
Rp1.550.000.000 C2) 25.525.000 (-) Rp1.524.475.000
tunjangan lain
 Alat tulis dan
Rp24.000.000 Rp24.000.000
biaya kantor
 Biaya
perjalanan Rp53.000.000 C3) 600.000 (-) Rp52.400.000
divas
 Biaya listrik
Rp17.000.000 Rp17.000.000
dan telepon
 Biaya makan
Rp37.000.000 Rp37.000.000
karyawan
 Biaya promosi Rp295.450.000 C4) 12.850.000 (-) Rp282.600.000
 PBB dan bea
Rp53.500.000 Rp53.500.000
meterai
 Pajak Rp60.000.000 C5) 60.000.000 (-) -
 Biaya
Rp65.000.000 C6) 65.000.000 (-) -
representasi
 Biaya royalty Rp235.000.000 C7) 9.645.000 (-) Rp225.355.000
 Biaya
Rp12.200.000 Rp12.200.000
konsumsi/perja

68 | P E R P A J A K A N
muari

 Biaya sewa Rp195.950.000 Rp195.950.000


 Biaya kerugian
Rp105.350.000 C8) 55.350.000 (-) Rp50.000.000
piutang
 Biaya
Rp165.000.000 C9) 36.000.000 (+) Rp201.000.000
penyusutan
 Biaya lain-lain Rp292.500.000 C10) 2.225.000 (-) Rp290.275.000
Total biaya usaha -Rp3.160.950.000 -Rp2.965.755.000
Laba usaha Rp839.050.000 Rp1.055.245.000
Penghasilan di luar
usaha:
C12) 35.000.000 (-
- Dividen Rp55.000.000 Rp20.000.000
)
- Sewa Rp25.850.000 C11) 5.850.000 (-) Rp20.000.000
Total penghasilan luar
Rp80.850.000 Rp40.000.000
usaha
Laba bersih
(penghasilan neto) Rp919.900.000 Rp1.095.245.000
dalam negeri
Penghasilan dari luar
negeri:
- Laba usaha dari
Rp280.000.000 Rp280.000.000
Canada
- Bunga obligasi
Rp50.100.000 Rp50.100.000
dari Singapura
Total penghasilan
Rp330.100.000 Rp330.100.000
dari luar negeri
Laba (penghasilan
Rp1.250.000.000 Rp1.425.345.000
neto)

Rekonsiliasi fiskal dengan format 2 dapat dilihat langsung pada Lampiran I - Formulir
1771-I SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan.

Penjelasan informasi Cll s/d Cl2, dan B1 sampai dengan B4 untuk menghitung kredit pajak
dan mengisi formulir 1771-III dan 1771-IV Tahun Pajak 2009

Sumber Penjelasan Form yang


Informasi Diisi
C 11 ) PPh Pasal 23 atas sewa peralatan pabrik: 1771 – III
= 2% x Rp 11.000.000 = Rp 220.000

69 | P E R P A J A K A N
PPh Pasal 23 atas sewa kendaraan: 1771 – III
= 2% x Rp9.000.000 = Rp 180.000
Total penghasilan sewa peralatan pabrik dan kendaraan
Rp 20.000.000
Total PPh Pasal 23 = Rp 400.000
PPh atas sewa tanah dan bangunan (final): 1771-IV Bag.
= 10% x Rp5.850.000 = Rp585.000 A

C 12) PPh Pasal 23 atas dividen dari PT Adinda: 1771 – III


B 1) = 15% x Rp20.000.000 = Rp3.000.000

Dividen dari PT Kapuas Raya Rp35.000.000 bukan 1771-IV Bag.


C 11) dan Objek Pajak
Total PPh Pasal 23 = Rp220.000 + Rp180.000 + B
C 12) Rp3.000.000 = Rp3.400.000

D 1) PPh Pasal 22 atas penyerahan kepada Pemungut: Dasar 1771 – III


pengenaan pajak = 100/110 x Rp11.000.000.000
= Rp10.000.000.000
D 2) = 1,5%
PPh Pasal 22 atas x Rp10.000.000.000
impor barang: 1771 – III
Nilai impor ==CIF
Rp150.000.000
+ bea masuk & bea masuk tambahan
($40.000 + $3.000 + $7.000) + (25% x CIF)
= $50.000 + (25% x $50.000.00)
= $62.500 x Rp10.000
= Rp625.000.000
PPh
TotalPasal 22 = 2,5%
PPh Pasal 22 = xRp150.000.000
Rp625.000.000+ =Rp15.625.000
Rp15.625.000
= Rp165.625.000
Lap. L/R & PPh Pasal 24 untuk Negara Kanada: Lamp Khusus
informasi 4. PPh yang terutang Rp298.940.600 7A
D 3) 5. (Penghasilan di Kanada/total PKP) x PPh terutang
= (Rp200 juta/Rp1.067.645.000) x Rp298.940.600
= Rp56.000.000
6. PPh terutang/dibayar di Kanada
= 40% x Rp200 juta = Rp80.000.000
Kredit pajak LN (PPh Pasal 24) Kanada = Rp56.000.000

70 | P E R P A J A K A N
Lap L/R & PPh Pasal 24 untuk Negara Singapura: Lamp Khusus
kasus D 4) 1. PPh yang terutang Rp298.940.600 7A
2. (Penghasilan di Singapura/total PKP) x PPh terutang
= (Rp50 juta/Rp1.067.645.000) x Rp298.940.600
= Rp14.000.000
3. PPh terutang/dibayar di Singapura
= 25% x Rp50 juta = Rp12.500.000
Kredit pajak LN (PPh Pasal 24) Singapura=
Rp12.500.000
Total Kredit Pajak LN (PPh Pasal 24): 1771 C No. 10
= Rp56.000.000 + Rp12.500.000 = Rp68.500.000 a

D 5) Angsuran PPh Pasal 25 tidak merupakan 1771 C No. 10


biaya/pengeluaran/ pengurang penghasilan bruto a
(telah dibahas pada penjelasan C 5) tetapi sebagai
pengurang PPh yang terutang, yaitu dimasukkan
sebagai PPh dibayar sendiri.

B 6) Rugi fiskal tahun 2016 Rp 350.000.000 1771 A No. 2


Dikompensasikan pada laba fiskal tahun 2017 dan
(Rp150.000.000)+ Lamp Khusus
Sisa rugi fiskal tahun 2006 Rp 2A
200.000.000
Dikompensasikan pada laba fiskal tahun 2017
(Rp 100.000.000)+
Sisa rugi fiskal tahun 2006 Rp
100.000.000
Sisa rugi fiskal tahun 2016 seluruhnya dikompensasikan
pada laba fiskal tahun 2019

Menghitung PPh yang Terutang Tahun Pajak 2019


Penghasilan neto fiskal Rp1.425.345.000 (L/R fiskal)

Kompensasi rugi tahun sebelumnya Rp 100.000.000 info kasus B6

71 | P E R P A J A K A N
Penghasilan kena pajak Rp 1.325.345.000

PPh terutang:

25% x Rp1.325.345.000 Rp 298.940.600

Menghitung PPh Kurang atau Lebih Dibayar Tahun Pajak 2019

Total PPh terutang Rp 298.940.600

Kredit Pajak:

- PPh Pasal 22 Rp 165.625.000

- PPh Pasal 23 Rp 3.400.000 **)

- PPh Pasal 24 Rp 68.500.000 ***)

- PPh Pasal 25 (info kasus B 5.) Rp 60.000.000

Total kredit pajak tahun 2019 Rp 296.775.000 (-)

PPh kurang dibayar tahun 2019 Rp 2.165.600

Kekurangan bayar ini disetor ke bank paling lambat tanggal 20 Maret 2020 dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak.

**) PPh Pasal 23 atas sewa Rp400.000; PPh Pasal 23 atas dividen Rp2.250.000
***)PPh Pasal 24 Kanada Rp 56.000.000, Singapura Rp 12.500.000

Menghitung Angsuran PPh Pasal 25 Bulanan Tahun Pajak 2020

Dengan asumsi semua penghasilan adalah penghasilan teratur, maka angsuran PPh
Pasal 25 sebulan tahun pajak 2020 dihitung sebagai berikut:

Penghasilan sebagai dasar penghitungan angsuran Rp 1.425.345.000

Kompensasi kerugian tahun 2019 tidak terdapat sisa rugi Rp -


-

Penghasilan kena pajak Rp 1.425.345.000

PPh yang terutang:

28% x Rp1.325.345.000 Rp 371.096.600

Kredit Pajak:

72 | P E R P A J A K A N
o PPh Pasal 22 Rp 165.625.000

o PPh Pasal 23 Rp 3.400.000

o PPh Pasal 24 Rp 68.500.000+

Total kredit pajak tahun 2019 Rp 237.525.000 (-)

Dasar penghitungan angsuran Rp 133.571.600

Angsuran PPh Pasal 25 sebulan tahun 2020:

Rp 133.571.600 : 12 Rp 11.130.967

Dengan asumsi

f. PT Angkasa menyampaikan SPT Tahunan PPh pada tanggal 20 Maret 2020;

g. Angsuran PPh Pasal 25 bulan Desember 2019 adalah Rp 6.000.000 atau

Rp 60.000.000 : 12 ;

h. Pada bulan Juli 2020 diterima surat ketetapan pajak yang menyebutkan
bahwa angsuran PPh bulanan adalah Rp6.500.000

73 | P E R P A J A K A N
BAB II

SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG


PRIBADI

(SPT WPOP)

BAGIAN 1 : PENDALAMAN MATERI

A. PENGERTIAN SPT
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah laporan pajak yang disampaikan kepada
pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

SPT dibagi menjadi dua yakni SPT Masa dan SPT Tahunan.
1. SPT Tahunan
SPT Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak. Ini adalah
jenis pelaporan pajak yang wajib dilakukan oleh wajib pajak perseorangan
maupun wajib pajak badan.

Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengeluarkan


tiga jenis formulir yang digunakan untuk melakukan menyampaikan SPT
Tahunan, yaitu:
a. Formulir SPT Jenis 1770 S
Formulir SPT jenis 1770 S merupakan jenis SPT Tahunan khusus untuk
pribadi yang memiliki penghasilan tahunan lebih dari Rp60 juta. Ada pun
formulir jenis 1770 S ini digunakan untuk pegawai yang bekerja di dua atau
lebih perusahaan dalam kurun waktu satu tahun. Artinya, meski penghasilan
bruto sang pegawai di bawah Rp60 juta per tahun, pegawai yang bekerja di
lebih dari dua perusahaan tetap melapor pajak dengan menggunakan
formulir jenis ini.

74 | P E R P A J A K A N
Formulir 1770 S terdiri dari dua lampiran yang harus diisi oleh wajib pajak
dengan benar. Data-data yang harus diisikan seperti bukti potong, anggota
keluarga, harga, data penghasilan, dan lain sebagainya. Penggunaan Formulir
1770S Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang berpenghasilan:

• Dari satu atau lebih pemberi kerja


• Dalam negeri lainnya

75 | P E R P A J A K A N
76 | P E R P A J A K A N
b. Formulir SPT Jenis 1770 SS
Selanjutnya, formulir SPT jenis 1770 SS adalah jenis SPT Tahunan untuk
perseorangan atau wajib pajak dengan penghasilan tahunan kurang dari atau
sama dengan Rp60 juta. Berbeda dengan formulir 1770 S, formulir jenis ini
ditujukan untuk karyawan yang hanya bekerja pada satu perusahaan atau
instansi dan sudah bekerja minimal satu tahun. Penggunaan formulir ini juga
mencakup penghasilan tambahan diperoleh bukan dari pekerjaan
sampingan, melainkan dari bunga koperasi atau bunga bank. Pengisian
formulir ini terbilang sederhana, hanya memindahkan semua data yang
sudah tertulis pada formulir 1712 A1 atau A2.

77 | P E R P A J A K A N
78 | P E R P A J A K A N
c. Formulir SPT Jenis 1770
SPT Tahunan jenis 1770 merupakan formulir yang digunakan oleh wajib
pajak perseorangan dengan status pekerjaan sebagai pemilik bisnis atau
pekerja yang memiliki keahlian tertentu dan tidak ada ikatan kerja. Contoh
penggunaan formulir ini ketika melakukan lapor pajak adalah untuk profesi
dokter, konsultan, penulis, atau notaris.

Penggunaan formulir ini ditujukan untuk perseorangan yang bekerja di lebih


dari satu perusahaan atau instansi dengan PPh final, penghasilan dari dalam
negeri (royalti, bunga, penghasilan dari perbedaan kurs mata uang), dan
penghasilan yang diperoleh dari luar negeri. Formulir SPT 1770 juga
mencakup wajib pajak dengan penghasilan lebih dari satu jenis pekerjaan,
baik itu bersumber dari pendapatan tetap, pekerjaan sampingan, honor atau
upah. Seperti misalnya, Anda berprofesi sebagai dokter tetap di sebuah
rumah sakit sekaligus sebagai penulis buku kedokteran

79 | P E R P A J A K A N
80 | P E R P A J A K A N
2. SPT MASA
SPT Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak. SPT Masa
digunakan untuk 10 jenis pajak yang telah ditetapkan oleh peraturan
perpajakan. Terdapat tiga kategori utama dari SPT Masa, yaitu Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh), dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM).

B. DOKUMEN LAIN YANG DIBUTUHKAN SEBELUM LAPOR PAJAK PRIBADI


Ada beberapa dokumen pendukung yang dibutuhkan oleh wajib pajak sebelum
mengisi dan melaporkan pajak tahunan, di antaranya:
1. Formulir 1721 A1 dan A2
Pertama adalah formulir dengan kode 1721 A1 dan A2. Formulir dengan kode
A1 ditujukan untuk karyawan yang bekerja pada perusahaan swasta,
sementara formulir dengan kode A2 ditujukan untuk para Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Formulir ini bisa diperoleh wajib pajak dari bagian keuangan
perusahaan atau instansi tempat bekerja. Nantinya, pengisian formulir SPT
Tahunan bisa dilakukan dengan bantuan data-data dari formulir ini.

2. E-FIN
Dokumen pelengkap berikutnya yang dibutuhkan sebelum mengisi SPT adalah
e-FIN atau Electronic Filling Identification Number. Nomor ini bisa diperoleh
melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat dan menjadi akses untuk bisa
masuk dan mengisi e-filling atau pelaporan pajak secara online.
Cara mendapatkan E-FIN ini tidak sulit. Datanglah ke KPP yang terdekat
dengan lokasi Anda. Jangan lupa bawa kartu NPWP Anda. Di sana, Anda akan
diminta mengisi formulir pengajuan atau aktivasi E-FIN. Setelah mengambil
nomor antrean, petugas akan memanggil dan membantu Anda dalam
melakukan aktivasi E-FIN.

3. Informasi tentang Penghasilan, Hutang atau Harta Lainnya


Dokumen ini diperlukan apabila wajib pajak memiliki penghasilan lain selain
penghasilan tetap yang diperoleh dari pekerjaan utama, adanya kewajiban
terutang yang harus dibayarkan, atau harta lainnya.

81 | P E R P A J A K A N
C. PERBEDAAN FORMULIR 1770, 1770S, 1770SS
Berlanjut pada pembahasan mengenai tiga formulir yang disebutkan sebelumnya,
1770S, 1770SS dan 1770. Seperti telah disebutkan tadi, pembagian ketiga formulir
ini digunakan untuk membedakan banyak pekerjaan dan jumlah penghasilan yang
diterima dalam satu tahun pajak. Secara singkat, formulir 1770SS digunakan oleh
wajib pajak perorangan yang memiliki sumber penghasilan dari satu pekerjaan
saja dan besaran jumlah penghasilan tidak lebih dari Rp 60.000.000. Formulir
1770S diperuntukkan bagi wajib pajak perorangan yang memiliki sumber
penghasilan dari satu sumber atau lebih dan/atau punya penghasilan lain dari
usaha atau pekerjaan bebas. Terakhir untuk formulir 1770, digunakan untuk wajib
pajak orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari usaha dan/atau
pekerjaan bebas tanpa ada satu pemberi kerja utama.

D. 12 HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM LAPOR PAJAK


Sesuai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan UU No. 18 Tahun 2009 dan UU
No. 36 Tahun 2008, berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan wajib pajak:
1. PPh dikenakan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi atas penghasilan yang
diperoleh dalam satu Tahun Pajak
2. Penghasilan yang dikenai PPh adalah penggabungan penghasilan seluruh
anggota keluarga Wajib Pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan
wajib pajak selaku kepala keluarga.
3. Melaporkan penghasilan wajib pajak dalam satu tahun pajak dengan mengisi
dan menyampaikan SPT PPh Orang Pribadi dengan lengkap, benar, dan jelas.
4. SPT Tahunan Orang Pribadi ditandatangani oleh Wajib Pajak atau orang yang
diberi kuasa dengan lampiran surat kuasa khusus.
5. Tidak dianggap lapor SPT apabila SPT Tahunan PPh Orang Pribadi tidak
ditandatangani dan tidak disertai dokumen yang disyaratkan.
6. Formulir SPT PPh Orang Pribadi diambil langsung ke KPP atau KP2KP atau
mengunduh melalui www.pajak.go.id atau Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), e-
Filing Klikpajak. Formulir disampaikan paling lambat 3 bulan setelah Tahun
Pajak berakhir.

82 | P E R P A J A K A N
7. Khusus untuk penyampaian Formulir 1770 S dapat dilakukan secara langsung
ke KPP wajib pajak terdaftar.
8. Kekurangan bayar pajak terutang yang harus lunas sebelum SPT disampaikan.
Jika telat, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan
dihitung mulai berakhirnya batas waktu penyampaian SPT sampai dengan
tanggal pembayaran. Adapun bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
9. Wajib Pajak menyetor pajak yang terutang ke Kas Negara melalui Kantor Pos
atau Bank Persepsi resmi Kemenkeu.
10. Perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama 2 bulan sejak
batas waktu penyampaian SPT. Pemberitahuan perpanjangan SPT harus
disertai penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 tahun pajak dan
Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak
yang terutang.
11. Apabila SPT Tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan,
wajib pajak akan menerima Surat Teguran dan sanksi administrasi berupa
denda sebesar Rp100.000.
12. Setiap orang karena alpa atau sengaja tidak menyampaikan atau mengisi tidak
benar dan tidak lengkap SPT Tahunan Pajak, sehingga menimbulkan kerugian
negara, akan dikenai sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana sesuai
undang-undang perpajakan yang berlaku.

E. LAPORAN SPT PAJAK DAPAT GUNAKAN E-FORM


Selain menggunakan e-Filing dalam penyampaian SPT Tahunannya, wajib pajak
orang pribadi juga dapat menggunakan aplikasi pajak online e-Form. e-Form
merupakan formulir SPT elektronik (e-SPT) yang berbentuk file, dimana pengisian
formulir dilakukan secara offline dengan menggunakan aplikasi Form Viewer milik
Direktorat Jenderal Pajak.

Wajib pajak orang pribadi langsung dapat membuat dan mengisi SPT Tahunan
dengan aplikasi Form Viewer tersebut. Setelah pengisian SPT Tahunan dengan
aplikasi Form Viewer telah benar dan lengkap, wajib pajak langsung mengunggah
atau mengupload dokumen SPT secara online melalui aplikasi Form Viewer.

83 | P E R P A J A K A N
Sebelum dapat menggunakan e-Form, wajib pajak harus mengaktifkan e-Form
terlebih dahulu. Berikut ini adalah cara mengaktifkannya:
• Mengakses laman resmi e-Filing DJP Online dan pilih Update Profile.
• Setelah masuk ke Profile, pilihlah Sub Info Hak Akses.
• Berilah tanda centang [✓] pada kolom e-Form untuk melakukan permintaan
pengaktifan layanan perpajakan e-Form.
• Kemudian akan muncul notifikasi perubahan akses. Anda akan diminta kembali
pada halaman awal dan memasukkan NPWP dan password Anda pada laman e-
filing yang telah Anda daftarkan sebelumnya.

F. LAPORAN PAJAK TAHUNAN


Laporan Pajak Tahunan dapat disampaikan secara online melalui Penyedia Jasa
Aplikasi (ASP) mitra resmi DJP, seperti Klikpajak. Setiap wajib pajak yang
menggunakan Layanan Pajak Online, harus memiliki Kode EFIN. Electronic Filing
Identification Number ini diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak setelah wajib
pajak mengajukan permohonan EFIN. Wajib Pajak harus melakukan aktivasi EFIN
di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sebelum dapat mendaftarkan diri di layanan
perpajakan online Klikpajak. Kunjungi laman Klikpajak untuk mendapatkan
informasi lengkap terkait layanan perpajakan online.

Laporkan SPT Tahunan Pribadi Anda melalui e-Filing Klikpajak dengan mudah,
cepat, dan GRATIS selamanya. e-Filing Klikpajak resmi dari Dirjen Pajak digunakan
untuk e-Filing pajak online untuk semua jenis SPT Tahunan Pajak Pribadi, salah
satunya menggunakan Formulir 1770 S. Klikpajak mengeluarkan bukti lapor resmi
dari Dirjen Pajak (DJP Online). Rekam seluruh riwayat lapor pajak Anda melalui
Arsip Pajak. Dengan Klikpajak, urusan perpajakan Anda beres tanpa repot.

4 Syarat Lapor SPT Tahunan Pribadi melalui e-Filing


Pelaporan online SPT Tahunan Pribadi melalui e-Filing dapat dilakukan melalui
Klikpajak. Sebelum melakukan lapor SPT Online, Anda wajib memenuhi syarat
untuk laporan SPT Tahunan secara online, di antara lain:
• EFIN Pajak, sebagai syarat utama lapor SPT Pajak Online melalui e-Filing.

84 | P E R P A J A K A N
• Formulir SPT Pribadi (Klik di sini untuk melihat cara membuat e-SPT Pajak
Pribadi).
• Formulir 1721-A1 (Jika Anda bekerja di perusahaan).
• Akun aplikasi e-Filing (Klik untuk buat akun e-Filing).

G. E-FILING
e-Filing atau lapor pajak online adalah penyampaian SPT (Surat Pemberitahuan)
melalui saluran pelaporan pajak elektronik atau online yang telah ditetapkan oleh
DJP (Direktorat Jenderal Pajak) pada Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor
PER-03/PJ/2015.

1. Manfaat e-filing
• Mempermudah proses perekaman data SPT di dalam basis data DJP. Jika
sebelumnya perekaman data dilakukan secara manual dan menghabiskan
waktu yang cukup banyak, kini dengan sistem lapor pajak online tentu
menghemat lebih banyak waktu.
• Mengurangi pertemuan langsung wajib pajak dengan petugas pajak. Wajib
pajak sudah tidak harus selalu datang ke KPP, apalagi terkena macet hanya
untuk melaporkan pajak mereka.
• Mengurangi dampak antrean dan volume pekerjaan proses penerimaan SPT.
Adanya lapor SPT online bertujuan agar mengurangi jumlah wajib pajak yang
datang ke KPP sehingga tidak ada lagi antrean panjang.
• Mengurangi volume berkas fisik/kertas dokumen perpajakan. Pemanfaatan
sistem online tentu akan mengurangi pengurangan penggunaan kertas atau
dokumen yang perlu dibawa oleh wajib pajak dan juga berisiko hilang dan
rusak saat melakukan penyimpanan.

2. Cara e-filing pajak gratis di online pajak


a. Daftar eFiling pajak OnlinePajak dengan gratis, lalu masuk ke fitur “eFiling
CSV” untuk unggah CSV.

85 | P E R P A J A K A N
Atau bisa juga masuk menu hitung pajak otomatis (PPh Pasal 21 atau PPN).

b. Buat ID Billing dan setor pajak online 1 klik dengan PajakPay, fitur
pembayaran pajak online dari OnlinePajak yang telah terdaftar di Bank
Indonesia dan bekerja sama dengan Bank Persepsi terpercaya.

86 | P E R P A J A K A N
Setelah Anda berhasil melakukan penyetoran, Anda akan menerima BPN
(Bukti Penerimaan Negara) yang sah dari negara.

c. Kemudian, klik “Lapor” pada menu “eFiling CSV”.

Atau, klik “Lapor” pada menu “PPh 21” atau “PPN”.

87 | P E R P A J A K A N
Kemudian terima bukti pelaporan pajak Anda (BPE/NTTE) yang sah dari
DJP. Tanggal pada BPE Anda adalah tanggal saat Anda klik tombol “Lapor”

88 | P E R P A J A K A N
BAGIAN 2 : CONTOH SOAL

A. STUDI KASUS 1 : SPT 1770S

SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi (formulis 1770 S) digunakan oleh Wajib
Pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan selain dari usaha dan / atau
pekerjaan bebas dengan jumlah penghasilan bruto lebih dari Rp60.000.000 (enam
puluh juta rupiah) setahun. Penghasilan bruto yang dimaksud meliputi seluruh
penghasilan selain penghasilan dari usaha dan / atau pekerjaan bebas. Penghasilan
dari pekerjaan dapat bersumber dari satu atau lebih pemberi kerja. Wajib Pajak
menerima penghasilan lain di dalam negeri di luar usaha selain dari pekerjaan baik
bersifat final maupun tidak final. SPT Formulir 1770 S terdiri atas :
1. Induk SPT (1770 S)
2. Lampiran I (1770 S-1) berisi penghasilan neto dalam negeri lainnya,
penghasilan tidak termasuk objek pajak, daftar pemotongan / pemungutan PPh
oleh pihak lain, dan PPh yang ditanggung pemerintah.
3. Lampiran II (1770 S-II) berisi penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final,
daftar harga pada akhir tahun, daftar kewajiban / utang pada akhir tahun, dan
susunan keluarga pada awal tahun pajak.

Kasus :

Bambang adalah Wajib Pajak dalam negeri dengan NPWP: 48.245.356.5.521.000,


beralamat di Jl. Anggur No. 15 Surakarta. Penghasilan, harta, kewajiban, dan
informasi lain tahun 2019 sebagai berikut :

1. Penghasilan
a. Penghasilan berupa gaji (sebagai pegawai tetap pada PT Sejahtera) beserta
pajak yang dipotong terdapat pada formulir 1721-A1 (terlampir).
b. Penghasilan berupa penghargaan keikutsertaan dalam suatu kegiatan
beserta pajak yang dipotong terdapat pada bukti pemotongan (terlampir).
c. Penghasilan berupa dividen beserta pajak yang dipotong terdapat pada bukti
pemotongan pajak (terlampir).
d. Penghasilan berupa bunga simpanan di koperasi beserta pajak yang dipotong
terdapat pada bukti pemotongan pajak (terlampir).

89 | P E R P A J A K A N
e. Penghasilan berupa royalty beserta pajak yang dipotong terdapat pada bukti
pemotongan pajak (terlampir).
f. Penghasilan berupa beasiswa pendidikan dari tempat kerja disertai dengan
surat penugasan studi lanjut sebesar RP 75.000.000
2. Harta dan Kewajiban
a. Tanah tempat tinggal seluas 300 meter persegi dengan harga Rp. 400.000,-
per meter persegi diperoleh pada 2005 merupakan pembagian warisan dari
orang tua.
b. Rumah tempat tinggal dibangun pada 2017 dengan nilai bangunan Rp.
250.000.000,-
c. Tabungan di Koperasi Bank pada 2018 sebesar Rp. 80.000.000,-
d. Kendaraan roda empat (Terios) dibeli tahun 2016 senilai Rp. 225.000.000,-
e. Pinjaman di Bank BPD pada 2017 sebesar Rp. 150.000.000,-
3. Lain-lain
Bambang mempunyai istri dan 1 anak kandung.

Form 1770 S yang


Penjelasan
Diisi

Penghasilan Netto 68.875.000 1770 S Bag. A No.1

PPh yang dipotong dan dilunasi 743.750 1770 S - I Bag. C


1770 S - I Bag. A
- Penghasilan berupa hadiah penghargaan 10.000.000 No. 4

- PPh yang dipotong 500.000 1770 S - I Bag. C


1770 S - II Bag. A
- Penghasilan berupa deviden
15.000.000 No.12
1770 S - II Bag. A
- PPh yang dipotong
1.500.000 No.12
1770 S - II Bag. A
- Penghasilan berupa bunga simpanan koperasi
8.000.000 No.10
- PPh yang dipotong 1770 S - II Bag. A

90 | P E R P A J A K A N
800.000 No.10
1770 S - I Bag. A
- Penghasilan berupa royalty 30.000.000 No. 2

- PPh yang dipotong 450.000 1770 S - I Bag. C

Beasiswa (bukan objek pajak) 75.000.000 1770 S - I Bag. B

Tanah 120.000.000

Bangunan 250.000.000
1771 S - II Bag. B

Tabungan 80.000.000

Kendaraan 225.000.000

Pinjaman Bank BPD 150.000.000 1771 S - II Bag. C


Menghitung PPh kurang atau lebih bayar :
Penghasilan Neto :
1. Dari Pekerjaan 68.875.000
2. Dari dalam negeri lainnya

- Royalti 30.000.000

- Hadiah penghargaan 10.000.000

40.000.000

Total penghasilan neto 108.875.000

PTKP (K/1) 63.000.000


Penghasilan Kena Pajak

91 | P E R P A J A K A N
45.875.000
PPh yang terutang :

- 5% x Rp. 45.875.000 2.293.750


PPh yang telah dibayar melalui pemotongan pihak lain :

- PPh Pasal 21 atas gaji 743.750

- PPh Pasal 21 atas penghargaan 500.000

- PPh Pasal 21 atas royalti 450.000

1.693.750

PPh kurang bayar 600.000

Berikut lampiran bukti potong dan pengisian SPT 1770

92 | P E R P A J A K A N
DAFTAR BIAYA PAJAK PENGHASILAN
BUKTI PEMOTONGAN
PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP ATAU PENERIMA FORMULIR 1721 - A1
PENSIUN ATAU TUNJANGAN HARI TUA/JAMINAN HARI Lembar 1 : Untuk Penerima Penghasilan
Lembar 2 : Untung Pemotong
TUA BERKALA
MASA PEROLEHAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PENGHASILAN [mm - mm]
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NOMOR H.01 1 . 1 - 12 - 19 - 0012 H.02 01 - 12

NPWP
- -
PEMOTONG : H.03 01.253.246.5 521 000
NAMA
PEMOTONG : H.04 PT SEJAHTERA

A. IDENTITAS PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG

1 NPWP : 48.245.356.5 - 521 - 000 6 STATUS / JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP
A.01
2 NIK/NO : K/ TK/ A.08 HB/ A.09
1 A.07
PASPOR A.02 33.02251205750001
3 NAMA : 7 NAMA JABATAN : Manager Keuangan
A.03 BAMBANG A.10
4 ALAMAT : 8 KARYAWAN ASING YA
A.04 JL.ANGGUR NO.15 SURAKARTA : A.11

9 KODE NEGARA DOMISILI :


A.12
5 JENIS KELAMIN : A.05 x LAKI-LAKI A.06 PEREMPUAN

B. RINCIAN PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21


URAIAN JUMLAH (Rp)
KODE OBJEK PAJAK : 21-100-01 21-100-02

PENGHASILAN BRUTO

1. GAJI/PENSIUAN ATAU THT/JHT 60.000.000


2. TUNJANGAN PPh 2.000.000
3. TUNJANGAN LAINNY A. UANG LEMBUR DAN SEBAGAINY A 1.500.000
4. HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN SEJENISNY A -
5. PREMI ASURANSI Y ANG DIBAY ARKAN PEMBERI KERJA 4.000.000
6. PENERIMAAN DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN LAINNY A Y ANG DIKENAKAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 -
7. TANTIEM, BONUS, GRATIFIKASI, JASA PRODUKSI DAN THR 5.000.000
8. JUMLAH PENGHASILAN BRUTO (1 S.D. 7) 72.500.000
PENGURANGAN
9. BIAY A JABATAN/BIAY A PENSIUN 3.625.000
10. IURAN PENSIAUN ATAU IURAN THT/JHT -
11. JUMLAH PENGURANGAN ( 9 S.D. 10) 3.625.000
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21
12. JUMLAH PENGHASILAN NETTO (8 - 11) 68.875.000
13. PENGHASILAN NETO MASA PAJAK SEBELUMNY A -
14. JUMLAH PENGHASILAN NETO UNTUK PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 (SETAHUN/DISETAHUNKAN) 68.875.000
15. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) 54.000.000
16. PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN (14 - 15) 14.875.000
17. PPh PASAL 21 ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK SETAHUN/DISETAHUNKAN 743.750
18. PPh PASAL 21 Y ANG TELAH DIPOTONG MASA PAJAK SEBELUMNY A -
19. PPh PASAL 21 TERUTANG 743.750
20. PPh PASAL 21 DAN PPh PASAL 26 Y ANG TELAH DIPOTONG DAN DILUNAS 743.750

C. IDENTITAS PEMOTONG

1. NPWP : C.01 48.135.125.5 521 000 3. TANGGAL & TANDA TANGAN


- -

2. NAMA : C.02 MAEMUNAH C.03 10 - 01 - 2020


[dd - mm - yyyy]

93 | P E R P A J A K A N
DAFTAR BIAYA
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK
FORMULIR 1721 - VI
PENGHASILAN PASAL 21 (TIDAK FINAL)
Lembar 1 : Untuk Penerima Penghasilan

KEMENTERIAN KEUANGAN RI
ATAU PASAL 26 Lembar 2 : Untung Pemotong

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK NOMOR : H.01 1 . 3 - 07 - 19 - 0000023

A. IDENTITAS PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG

1. NPWP : A.01 48.245.356.5 - 521 - '000 2. NIK / NO. PASPOR : '33.02251205750001


A.02

3. NAMA : A.03 BAMBANG

4. ALAMAT : A.04 JL.ANGGUR NO.15 SURAKARTA

5. WAJIB PAJAK LUAR NEGERI : A.05 YA 6. KODE NEGARA DOMISILI : A.05

B. PPh PASAL 21 DAN/ATAU PASAL 26 YANG DIPOTONG

TARIF LEBIH
JUMLAH DASAR PENGENAAN
TINGGI 20% TARIF PPh DIPOTONG
KODE OBJEK PAJAK PENGHASILAN BRUTO PAJAK
(TIDAK BER- (%) (Rp)
(Rp) (Rp)
NPWP)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

21 - 100 - 13 10.000.000 10.000.000 5 500.000

C. IDENTITAS PEMOTONG

C.01
1. NPWP : 12.222.111.0 - 123 - 0 3. TANGGAL & TANDA TANGAN

C.02 C.03
2. NAMA : PT MAKMUR 25 - 7 - 2019
[dd - mm - yyyy]

KODE OBJEK PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (TIDAK FINAL) ATAU PASAL 26

PPh PASAL 21 TIDAK FINAL


1 21 - 100 - 03 Upah Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
2 21 - 100 - 04 Imbalan kepada Distributor Multi Level Marketing (MLM)
3 21 - 100 - 05 Imbalan kepada Petugas Dinas Luar Asuransi
4 21 - 100 - 06 Imbalan kepada Penjaja Barang Dagangan
5 21 - 100 - 07 Imbalan kepada Tenaga Ahli
6 21 - 100 - 08 Imbalan kepada Bukan Pegawai y ang Menerima Penghasilan y ang Bersif at Berkesinambungan
7 21 - 100 - 09 Imbalan kepada Bukan Pegawai y ang Menerima Penghasilan y ang Tidak Bersif at Berkesinambungan
8 21 - 100 - 10 Honorarium arau Imbalan kepada Anggota Dewan Kemisaris atau Dewan Pengawas y ang tidak Merangkap sebagai Pegawai Tetap
9 21 - 100 - 11 Jasa Produksi, Tantiem, Bonus atau Imbalan kepada Mantan Pegawai
10 21 - 100 - 12 Penarikan Dana Pensiun oleh Pegawai
11 21 - 100 - 13 Imbalan kepada Peserta Kegiatan
12 21 - 100 - 99 Objek PPh Pasal 21 Tidak Final Lainny a

PPh PASAL 26
1 27 - 100 - 99 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan, hadiah dan penghargaan, pensiun dan pembay aran berkala lainny a y ang
dipotong PPh Pasal 26

94 | P E R P A J A K A N
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK

BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)


ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM NEGERI
Nomor : 120/PPh Ps 4 (2)/10/2019

NPWP : 4 8 - 2 4 5 - 3 5 6 - 5 - 5 2 1 - 0 0 0

Nama : B A M B A N G

Alamat : J L A N G G U R N O 15 S U R A K A R T A

Jumlah Bruto Dividen Tarif PPh yang Dipotong


(Rp) (% ) (Rp)
(1) (2) (3)

15.000.000 10% 1.500.000

Terbilang : ……………………………..………………………...………………………………………………….……………………
Satu juta lima ratus ribu rupiah

Surakarta, 20 Oktober 2019


Pemotong Pajak

NPWP : 2 3 - 4 5 6 - 7 8 9 - 1 - 1 2 3 - 0 0 0

Nama : P T B A H A G I A

Perhatian : Tanda Tangan, Nama dan Cap


1. Jumlah Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari dividen yang diterima
atau diperoleh WP Orang Pribadi
Dalam
Negeri bukan merupakan kredit pajak
dalam SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi.
2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah EFENDY
apabila diisi dengan lengkap dan benar.

F.1.1.33.21

95 | P E R P A J A K A N
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK

BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)


ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI
KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI
Nomor : 120/PPh Ps 4 (2)/03/2019

NPWP : 4 8 - 2 4 5 - 3 5 2 - 5 - 5 2 1 - 0 0 0

Nama : B A M B A N G

Alamat : J L A N G G U R N O 15 S U R A K A R T A

Jumlah Bruto Bunga Simpanan Tarif PPh yang Dipotong


(Rp) (% ) (Rp)
(1) (2) (3)

8.000.000 10% 800.000


Terbilang :

Surakarta, 10 Maret 2010


Pemotong Pajak

NPWP : 8 9 - 4 5 6 - 2 3 4 - 2 - 9 9 9 - 0 0 0

Nama : K O P E R A S I S U B U R

Perhatian : Tanda Tangan, Nama dan Cap


1. Jumlah Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Bunga Simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi Orang Pribadi bukan merupakan
kredit pajak dalam SPT Tahunan PPh.
2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah ............................MAHMUD
.............................

apabila diisi dengan lengkap dan benar.

F.1.1.33.19

96 | P E R P A J A K A N
Lembar ke-1 unt uk : Wajib P ajak
Lembar ke-2 unt uk : Kant or P elayanan P ajak
Lembar ke-3 unt uk : P emot ong P ajak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
……………...……………………………………………….. (1)

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23


NOMOR : 15/PPh Ps 23/10/2019

NPWP : 4 8 - 2 4 5 - 3 5 6 - 5 - 5 2 1 - 0 0 0 (3)

Nama : B A M B A N G

Alamat : J L A N G G U R N O 1 5 S U R A K A R T A

Tarif Le bih
Jumlah Penghasilan Tinggi 100% Tarif PPh yang Dipotong
No. Uraian
Bruto (Rp) (Tdk be r- (%) (Rp)
NPWP)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Dividen 15%
2. Bunga 15%
3. Royalti 30.000.000 15% 450.000
4. Hadiah dan penghargaan 15%
5. Sewa dan Penghasilan lain
sehubungan dengan
penggunaan harta ***) 15%
6. Jasa Teknik, Jasa Manajemen,
Jasa Konsultansi dan Jasa Lain
sesuai PMK-244/PMK.03/2008:
a. Jasa Teknik 2%
b. Jasa Manajemen 2%
c. Jasa Konsultan 2%
d. Jasa lain :
1) ………………………… 2%
2) ………………………… 2%
3) ………………………… 2%
4) ………………………… 2%
5) ………………………… 2%
6) ………………………… 2%
****)
JUMLAH 450.000
Terbilang : …………………………………………………………………………………………….……………………

Perhatian :
1. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 23 Surakarta, 25 Oktober 2019
yang dipotong di atas merupakan
agsuran atas Pajak Penghasilan yang Pemotong Pajak ( 5)

terutang untuk tahun pajak yang


bersangkutan. Simpanlah bukti NPWP : 4 7 - 5 6 4 - 1 2 3 - 6 - 2 3 4 - 0 0 0
p emotongan ini baik-baik untuk
dip erhitungkan sebagai kredit p ajak Nama : P T M A J U J A Y A
2. Bukti Pemotongan ini dianggap sah

apabila diisi dengan lengkap dan


benar. Tanda Tangan, Nama dan Cap

*) Tidak term asuk dividen kepada WP Orang Pribadi dalam negeri.


**) Tidak term asuk bunga sim panan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota WP Orang Pribadi. Saipul
***) Kecuali sewa tanah dan bangunan.
****) Apabila kurang harap diisi sendiri.

F.1.1.33.06 Lampiran IV.3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 43/PJ/2009

97 | P E R P A J A K A N
SPT TAHUNAN
2 0 1 9

TAHUN PAJAK
FORMULIR 1770 S PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN :
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; SPT PEM BETULAN KE - …
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DALAM NEGERI LAINNYA; DAN/ATAU
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL.
PERHATIAN • SEBELUM MENGISI BACA DAHULU PET UNJUK PENGISIAN • ISI DENGAN HURUF CET AK /DIKET IK DENGAN T INT A HIT AM
• BERI T ANDA "X" PADA (KOT AK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 4 8 2 4 5 3 5 6 5 5 2 1 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK :


B A M B A N G

PEKERJAAN : KLU :
M A N A G E R K E U A N G A N
IDENTITAS

NO. TELEPON : - NO. FAKS : -


0 2 7 1 8 9 4 5 2 8 9 1 0 2 7 1 8 9 4 5 2 8 9 1
STATUS KEWAJIBAN : X KK HB PH MT
PERPAJAKAN SUAMI-ISTERI

NPWP ISTERI / SUAMI :

Permohonan perubahan data disampaikan terpisah dari pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ini, dengan menggunakan
Formulir Perubahan Data Wajib Pajak dan dilengkapi dokumen yang disyaratkan.
*) Pengisian kolom-kolom y ang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat petunjuk pengisian halaman 3) RUPIAH *)
1 PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN …….
……………………………………………..
1
[Diisi akumulasi jumlah penghasilan neto pada setiap Formulir 1721-A1 dan/atau 1721-A2 angka 14 yang dilampirkan atau Bukti Potong Lain] 68.875.000
A. PENGHASILAN NETO

2 PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA ………………………………………………………………………………………………………………………….


2
[Diisi sesuai dengan Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian A ] 40.000.000

3 PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI ………………………………………………………………………………………………………………………….


3
[Apabila memiliki penghasilan dari luar negeri agar diisi dari Lampiran Tersendiri, lihat petunjuk pengisian] -

4 JUMLAH PENGHASILAN NETO (1+2+3) ………………………………………………………………………………………


4
108.875.000

5 ZAKAT/SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG SIFATNYA WAJIB ……………………………………………………………………………


5
-

6 JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT /SUMBANGAN KEAGAMAAN ………………………………………………………………………………………


6
YANG SIFATNYA WAJIB (4-5) 108.875.000
B.PENGHASILAN
KENA PAJAK

7 PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TK / K/ 1 K / I/ 7


63.000.000
8 PENGHASILAN KENA PAJAK (6-7) 8
…………………………………………………………………………………………….
45.875.000

9 PPh TERUTANG (TARIF PASAL 17 UU PPh x ANGKA 8) ……………………………………………………………………


C. PPh TERUTANG

[Bagi Wajib Pajak dengan status PH atau MT diisi dari Lampiran Perhitungan PPh Terutang sebagaimana dimaksud dalam bagian 9
G: Lampiran huruf d] 2.293.750

10 PENGEMBALIAN / PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN ………………………………………


10
-

11 JUMLAH PPh TERUTANG (9+10) ……………………………………………………………………………………………


11
2.293.750

12 PPh YANG DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN/ATAU KREDIT PAJAK LUAR 12
NEGERI DAN/ATAU TERUTANG DI LUAR NEGERI [Diisi dari Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian C Kolom (7)] 1.693.750
D. KREDIT PAJAK

13 a. x PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI


(11-12) ……………………………………………………..
13
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG/DIPUNGUT 600.000

14 PPh YANG DIBAYAR SENDIRI a. PPh PASAL 25 ……………………………………………………………………


………………………………………………………………………
14a
-

b. STP PPh Pasal 25 (Hanya Pokok Pajak) ………………………………………………………


14b
-

15 JUMLAH KREDIT PAJAK (14a + 14b) …………………………………………………………………………………………


15
-
E. PPh KURANG/LEBIH BAYAR

TGL LUNAS

16 x a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh PASAL 29)


(13-15) 16
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh PASAL 28 A) TGL BLN THN
600.000

17 PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 16b mohon :


a. DIRESTITUSIKAN c. DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17C (WP dengan Kriteria Tertentu)

b. DIPERHITUNGKAN DENGAN d. DIKEMBALIKAN DENGAN SKKPP PASAL 17D (WP y ang Memenuhi Persy aratan Tertentu)
UTANG PAJAK
PAJAK BERIKUTNYA
F. ANGSURAN PPh
PASAL 25 TAHUN

18 ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA SEBESAR 18


……………………………………………………………………………………………………………………..
DIHITUNG BERDASARKAN :
a. 1/12 x JUMLAH PADA ANGKA 13
b. PENGHITUNGAN DALAM LAMPIRAN TERSENDIRI
Perhi tungan PPh T erutang bagi Waj i b Paj ak dengan status perpaj akan PH
G. LAMPIRAN

a. x Fotokopi Formul i r 1721-A1 atau 1721-A2 atau Bukti Potong PPh Pasal 21 d. atau MT
b. x Surat Setoran Paj ak Lembar Ke-3 PPh Pasal 29 e. …………………………………………………………..

c. Surat Kuasa Khusus (Bi l a di kuasakan)

PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan TANDA TANGAN
perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa yang telah beritahukan diatas beserta lampiran-
lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.

WAJIB PAJAK KUASA TANGGAL


x 3 0 0 3 2 0 1 9
TGL BLN THN

NAMA LENGKAP : B A M B A N G

NPW P : 4 8 2 4 5 3 5 6 5 5 2 1 0 0 0
F.1.1.32.18

98 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - I

TAHUN PAJAK
FORMULIR
1770 S - I •
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA 2 0 1 9
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG
PEMERINTAH

NPWP : 4 8 2 4 5 3 5 6 5 5 2 1 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : B A M B A N G

BAGIAN A : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL)

JUMLAH PENGHASILAN
NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1. BUNGA

2. ROYALTI 30.000.000

3. SEWA

4. PENGHARGAAN DAN HADIAH 10.000.000

5. KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA

6. PENGHASILAN LAINNYA

JUMLAH BAGIAN A JBA 40.000.000

Pindahkan Jumlah Bagian A ke Formulir Induk 1770 S Bagian A


angka (2)

BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

JUMLAH PENGHASILAN
NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1. BANTUAN/SUMBANGAN/HIBAH

2. WARISAN

3. BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM,


PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMA, KONGSI

4. KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA

5. BEASISWA 75.000.000

6. PENGHASILAN LAINNYA YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

JUMLAH BAGIAN B JBB 75.000.000

BAGIAN C : DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH

NAMA PEMOTONG/ NPWP PEMOTONG/ BUKTI PEMOTONGAN/ JENIS PAJAK : JUMLAH PPh YANG
NO PEMUNGUTAN PPh PASAL 21/
PEMUNGUT PAJAK PEMUNGUT PAJAK DIPOTONG / DIPUNGUT
NOMOR TANGGAL 22/23/24/26/DTP*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.
PT. SEJAHTERA 01-253-246-5-521-000 1-12-19-0012 10 Januari 2020 PPh Pasal 21 743.750

2. 15/PPh Ps
PT. MAJU JAYA 47-564-123-6-234-000 23/10/2019 25 Oktober 2019 PPh PASAL 23 450.000

3. 1.2-07-19-
PT. MAKMUR 12-222-111-0-123-000 0000023 25 Juli 2019 PPh Pasal 21 500.000

4.

5.
dst

JUMLAH BAGIAN C JBC


1.693.750
Pindahkan Jumlah Bagian C ke Formulir
Catatan : Induk 1770 S Bagian D angka 12
*) - DTP : Ditanggung Pemerintah
- Kolom (6) diisi dengan pilihan PPh Pasal 21/22/23/24/26/DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP)
- Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiri
(lihat petunjuk pengisian tentang Lampiran I Bagian C dan Induk SPT angka 3)

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-I

99 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - II

TAHUN PAJAK
FORMULIR
1770 S - II SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
2 0 1 9
• PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • HARTA PADA AKHIR TAHUN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN
• DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

NPWP : 4 8 2 4 5 3 5 6 5 5 2 1 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : B A M B A N G

BAGIAN A : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL


DASAR PENGENAAN PAJAK/
NO. SUMBER/JENIS PENGHASILAN PPh TERUTANG
PENGHASILAN BRUTO
(Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4)
BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, SURAT
1.
BERHARGA NEGARA

2. BUNGA/DISKONTO OBLIGASI

3. PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

4. HADIAH UNDIAN

PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN PENSIUN


5.
YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS

6. HONORARIUM ATAS BEBAN APBN/APBD

7. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

8. SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGGUNAN

BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUN GUNA


9.
SERAH
BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI
10.
KEPADA ANGGOTA KOPERASI 8.000.000 800.000

11. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI DERIVATIF

12. DIVIDEN
15.000.000 1.500.000

13. PENGHASILAN ISTERI DARI SATU PEMBERI KERJA

PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL


14.
DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
JUMLAH BAGIAN A JBA
2.300.000

BAGIAN B : HARTA PADA AKHIR TAHUN


KODE TAHUN HARGA PEROLEHAN
NO. NAMA HARTA KETERANGAN
HARTA PEROLEHAN (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. 061 TANAH (Luas 300 m2)


2005 120.000.000

2. 061 250.000.000
BANGUNAN / RUMAH (200 m2) 2017

3. 012 80.000.000
TABUNGAN (Di Koperasi Bank) 2018

4. 043
KENDARAAN (Terios) 2016 225.000.000
5.
dst

JUMLAH BAGIAN B JBB 675.000.000

BAGIAN C : KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN


KODE ALAMAT TAHUN
NO. NAMA PEMBERI PINJAMAN JUMLAH
UTANG PEMBERI PINJAMAN PEMINJAMAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
101 Bank BPD Jl. Semangka No.20, Surakarta
1
2017 150.000.000
2

5
dst

JUMLAH BAGIAN C JBC


150.000.000

BAGIAN D : DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

NO. NAMA NIK HUBUNGAN KELUARGA PEKERJAAN

(1) (2) (3) (4) (5)


ENDANG IBU RUMAH TANGGA
1 ISTRI
WAHYU PELAJAR
2 ANAK KANDUNG

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-II

100 | P E R P A J A K A N
B. STUDI KASUS 2 : SPT 1770SS

Bambang Sutejo adalah wajib pajak dalam negeri dengan NPWP 58.122.444.6 -
505 - 000, beralamat di Jl. Kaharipan no. 60, Surakarta. Penghasilan, harta, dan
kewajiban selama 2019 sebagai berikut.
Penghasilan:
1. Penghasilan dari pekerjaan dilihat pada formulir 1721-A1 (terlampir).
Gaji = 45.000.000
Premi JKK = 1% dari gaji =1% x 45.000.000 = 450.000
Premi JKM = 0,3% dari Gaji =0,3% x 45.000.000 =135.000
Uang lembur = 9.210.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan : 2.939.750
Iuran Pensiun/THT : 1.175.900
2. Penghasilan berupa bunga deposito Rp. 800.000, dipotong Pajak Penghasilan
dengan tarif 20%
3. Warisan berupa tanah senilai Rp. 300.000.000
Harta dan Kewajiban:
 Tanah, tempat tinggal senilai Rp. 250.000.000

 Rumah tempat tinggal senilai Rp. 130.000.000

 Tabungan di bank Rp. 15.000.000

 Kendaraan roda empat (Honda Jazz) senilai Rp. 200.000.000

 Pinjaman di Bank Mandiri sebesar Rp. 150.000.000

Penjelasan pengisian 1770 SS

Bag. A no. 1 Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan Rp.


58.795.000

Bag. A no. 2 Pengurangan (= (form 1721-A1 no. 11) Rp 4.115.650


(-)

101 | P E R P A J A K A N
Bag. A no. 3 PTKP (= form 1721-A1) Rp.
54.000.000(-)

Bag. A no. 4 Penghasilan Kena Pajak Rp. 679.350

Bag. A no. 5 PPh Terutang (= tarif 5% x PKP) Rp 33.967

Bag A. no. 6 PPh telah dipotong pihak lain :

 Dari formulir 1721-A1 Rp. 33.967


Bag. B no. 8 Penghasilan bruto yang PPh nya final :
 Bunga deposito Rp. 800.000
Bag. B. no. 9 PPh final terutang
20% x Rp. 800.000 Rp. 160.000

Bag. B. no. 10 Penghasilan dikecualikan dari objek pajak (warisan tanah)


Rp. 300.000.000

Bag. C. no. 11 Keseluruhan harta :

 Tanah tempat tinggal Rp. 250.000.000


 Rumah tempat tinggal Rp. 130.000.000
 Tabungan Rp. 15.000.000
 Kendaraan Rp. 200.000.000
Rp. 595.000.000

Bag. C. no. 11 Kewajiban :

 Pinjaman Bank Mandiri Rp. 150.000.000

102 | P E R P A J A K A N
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong/Pemungut Pajak

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
KPP Pratama Surakarta (1)

BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh FINAL PASAL 4 AYAT (2)

ATAS BUNGA DEPOSITO/TABUNGAN, DISKONTO SBI, JASA GIRO


Nomor :02/Ps4(2)/03/2019(2)

NPWP : 0 1 - 2 8 9 - 1 3 3 - 4 - 0 0 0 - 0 0 0 (3)

Nama : P T M A D I N A

Alamat :

Jumlah Bruto Tarif PPh yang Dipotong/


No. Uraian DN / LN
Bunga/Diskonto/Jasa Giro (% ) Dipungut (Rp)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Deposito Berjangka
a. Rupiah 800.000 20% 160.000
b. Valuta Asing dengan Premi Forward
c. Valuta Asing tanpa Premi Forward
2 Sertifikat Deposito
3 Tabungan
4 Sertifikat Bank Indonesia
5 Jasa Giro -
6 ……………………………………………

JUMLAH 160.000
Terbilang : Seratus Enam Puluh Ribu Rupiah

SURAKARTA, 10 MARET 2019 (4)


Pemotong/Pemungut Pajak (5)

NPWP : 5 8 - 6 0 5 - 3 2 1 - 2 - 6 1 8 0 0 0

Nama : B A M B A N G S U T E J O

Perhatian :
Jumlah Pajak Penghasilan dari
1. Tanda Tangan, Nama dan Cap
Jasa
Konstruksi yang dipotong/dipungut di
atas bukan merupakan kredit pajak
dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan PPh.
Sutejo
2. Bukti Pemotongan/Pemungutan ini
dianggap sah apabila diisi dengan Bambang Sutejo(6)
lengkap dan benar.

F.1.1.33.16

103 | P E R P A J A K A N
1770 SS
KEMENTERIAN KEUANGAN RI TAHUN PAJAK
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK H.03 2 0 1 9
PERHATIAN :
SPT TAHUNAN
PAJAK PENGHASILAN DIISI OLEH PETUGAS KPP
▪ SEBELUM MENGISI BACA DAHULU PETUNJUK PENGISIAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARCODE DIT EMPEL DISINI
▪ ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM

▪ BERI TANDA 'X' PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI H.01 SPT PEMBETULAN KE H.02 - ….
WAJIB PAJAK
IDENTITAS

NPWP I.01 : 58.605.321.2 - 618 - 000

NAMA WAJIB PAJAK I.02 : Bambang Sutejo

Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal
A. PAJAK PENGHASILAN

1 Penghasilan Bruto dalam Negeri Sehubungan dengan Pekerjaan dan Penghasilan Netto dalam Negeri Lainnya 1 A.01 58.795.000

2 Pengurangan
(Diisi jumlah pengurangan dari Formulir 1721-A1 angka 11 atau 1721-A2 angka 14)
2 A.02 4.115.650

TK/ K/ K/I/
3 Penghasilan Tidak Kena Pajak A.03 0 A.04 A.05 3 A.06 54.000.000
(Diisi jumlah PT KP dari Formulir 1721-A1 angka 15 atau 1721-A2 angka 18)

4 Penghasilan Kena Pajak ( 1 - 2 - 3 ) 4 A.07 679.350

5 Pajak Penghasilan Terutang 5 A.08 33.967

6 Pajak Penghasilan yang telah Dipotong oleh Pihak Lain 6 A.09 33.967

7 a. A.10 Pajak Penghasilan yang harus Dibayar Sendiri *


(5-6) 7 A.12 NIHIL
b. A.11 Pajak Penghasilan yang Lebih Dipotong

B PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK

8 Dasar Pengenaan Pajak/Penghasilan Bruto Pajak Penghasilan Final 8 B.01 800.000

9 Pajak Penghasilan Final Terutang 9 B.02 160.000

10 Penghasilan yang Dikecualikan dari Objek Pajak 10 B.03 300.000.000

C DAFTAR HARTA DAN KEWAJIBAN

11 Jumlah Keseluruhan Harta yang Dimiliki pada Akhir Tahun Pajak 11 C.01 595.000.000

12 Jumlah Keseluruhan Kewajiban/Utang pada Akhir Tahun Pajak 12 C.02 150.000.000

PERNYATAAN

Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas adalah benar, lengkap, jelas.

P.01 25 - 05 - 2019 Bambang Sutejo


dd mm yyyy

TANDA TANGAN

* Apabila terdapat Paj ak Penghasilan yang harus dibayar sendiri, Waj ib Paj ak harus melampirkan asli SSP lembar ke-3

104 | P E R P A J A K A N
C. STUDI KASUS 3 : 1770 (1)

Putra merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama
Surabaya dengan NPWP 77.111.444.1.222.000. Putra mempunyai usaha
perdagangan elektronik (komputer, printer, dsb) Istri Putra bernama Eva adalah
akuntan yang membuka Kantor Akuntan Publik Eva. Putra dan Eva mempunyai
dua tanggungan, yaitu Kelvin (5 tahun, sekolah taman kanak-kanak) dan Widya
(umur 13 tahun, siswa kelas 8 SMP). Eva terdaftar di KPP Pratama dengan NPWP
77.111.333.1.222.000. Penghasilan dan informasi lain berkaitan dengan
penghitungan PPh Putra dan Eva tahun 2016 sebagai berikut.
1. Penghasilan dari Usaha

Penjualan neto 7.500.000.000

Beban pokok penjualan 5.200.000.000

Laba bruto 2.300.000.000


Beban usaha :
Beban administrasi dan
umum 900.000.000

Beban pemasaran 650.000.000

Total beban usaha 1.550.000.000

Laba usaha 750.000.000


Keterangan

a. Dalam penjualan tunai termasuk Pajak Pertambahan Nilai sebesar


Rp100.000.000 dan dipungut oleh Bendaharawan Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil pada saat penyerahan Barang Kena Pajak.
b. Dalam beban administrasi umum termasuk pengeluaran atau beban untuk
keperluan Putra dan anggota keluarganya Rp20.000.000; premi asuransi

105 | P E R P A J A K A N
kesehatan, dan beasiswa Rp12.000.000; gaji dalam bentuk natura
Rp8.000.000; dan gaji pemilik (Putra) Rp70.000.000.
c. Dalam beban pemasaran termasuk pengeluaran berupa sumbangan yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Rp7.000.000
2. Penghasilan dari luar usaha Putra
a. Sewa rumah di Jalan Merpati 76 dari BMT Berkah Rp50.000.000, dipotong
PPh Rp5.000.000
b. Sewa kendaraan dari UD Cahaya Rp40.000.000, dipotong PPh Rp800.000
c. Pembagian laba dari CV Santosa Rp25.000.000
d. Deviden dari PT Sukses Rp15.000.000, dipotong PPh Rp1.500.000
e. Bunga deposito bank BNI Rp7.500.000, dipotong PPh Rp1.500.000
3. Penghasilan Eva
a. Penghasilan dari pekerjaan sebagai pegawai tetap pada universitas Pancasila
dengan penghasilanbrutonRp60.000.000, pengurangan penghasilan
Rp3.000.000, PPh dipotong oleh unversitas Pancasila Rp150.000
b. penghasilan dari KAP Eva dengan penerimaan bruto Rp400.000.000, beban
atau pengeluaran sebesar Rp180.000.000 telah memenuhi ketentuan
perpajakan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto.
c. Penghasilan lain-lain dari royalty dari PT Cipta Sentosa sebesar
Rp30.000.000, dipotong PPh Rp5.250.000
4. Lain-lain
a. PPh Pasal 22 atas penyerahan barang kepada Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil yang dipotong oleh Bendaharawan sebesar Rp15.000.000
(Putra)
b. Angsuran PPh Pasal 25 selama tahun 2016 sebesar Rp190.000.000 (Putra)
c. Harta pada akhir tahun 2016 :
 Tanah dan rumah masing-masing seharga Rp300.000.000 dan
Rp400.000.000 atas nama Putra
 Kendaraan senilai Rp190.000.000 atas nama Putra
 Deposito Bank BNI senilai Rp100.000.000 atas nama Putra
 Saham pada PT Sukses dengan nilai nominal Rp 80.000.000 atas nama
Putra
 Kendaraan senilai Rp220.000.000 atas nama Eva

106 | P E R P A J A K A N
1. Penghasilan dari usaha
Putra

Penjualan neto 7.500.000.000

Beban pokok penjualan 5.200.000.000

Laba bruto 2.300.000.000


Beban usaha :

Beban adm dan umum 900.000.000

Beban pemasaran 650.000.000

Total beban usaha 1.550.000.000

Laba usaha 750.000.000

KETERANGAN PUTRA(RP) EVA(RP) GABUNGAN


Rp Rp Rp
Peredaran Usaha 7.500.000.000 400.000.000 7.900.000.000
-Rp -Rp
Beban Pokok Penjualan 5.200.000.000 5.200.000.000
Rp Rp
Laba Bruto 2.300.000.000 400.000.000 2.700.000.000
- -Rp -Rp
Beban Usaha 1.550.000.000 180.000.000 1.730.000.000
Rp Rp Rp
Penghasilan Netto 750.000.000 220.000.000 970.000.000
Penyesuaian Fiskal Positif :
a. Biaya Keperluan pribadi Rp Rp
WP 20.000.000 20.000.000

107 | P E R P A J A K A N
Rp Rp
b.Premi Asuransi WP 12.000.000 12.000.000
Rp Rp
c. Natura 8.000.000 8.000.000
Rp Rp
d. Sumbangan 7.000.000 7.000.000
Rp Rp
e. Gaji Pemilik (WP) 70.000.000 70.000.000
Rp Rp Rp
TOTAL
117.000.000 - 117.000.000
Penyesuaian Fiskal Negatif :
-Rp -Rp
a. PPN 100.000.000 100.000.000
Rp Rp Rp
Penghasilan Netto Fiskal 767.000.000 220.000.000 987.000.000

Lampiran 1 (1770-I)
Halaman 2
Bagian C-Penghasilan Netto Dalam Negeri sehubungan dengan
pekerjaan
Keterangan Putra Eva Gabungan
Rp Rp
Penghasilan Bruto - 60.000.000 60.000.000
Pengurang Penghasilan -Rp -Rp
Bruto - 3.000.000 3.000.000
Rp Rp
Penghasilan Netto - 57.000.000 57.000.000
Penghasilan Netto Gabungan Rp. 57.000.000 dimasukkan ke 1770
bagian A No.2
Bagian D-Penghasilan Netto Dalam Negeri Lainnya (Tidak Final)
Keterangan Putra Eva Gabungan
Royalti Rp Rp Rp

108 | P E R P A J A K A N
- 35.000.000 35.000.000
Rp Rp Rp
Sewa Kendaraan 40.000.000 - 40.000.000
Rp Rp Rp
Total 40.000.000 35.000.000 75.000.000
Total Penghasilan Netto Gabungan Rp 75.000.000 dimasukkan ke 1770 Bagian A No.3

Lampiran 2(1770-II)-Daftar Pemotongan PPh oleh


pihak lain
Keterangan Putra Eva Gabungan
Rp Rp Rp
PPh Pasal 21 atas gaji - 150.000 150.000
PPh Pasal 23 atas sewa Rp Rp Rp
kendaraan 800.000 - 800.000
Rp Rp Rp
PPh Pasal 23 atas royalti - 5.250.000 5.250.000
PPh Pasal 22 atas Rp Rp
Rp -
penyerahan barang 15.000.000 15.000.000
Rp Rp Rp
Total 15.800.000 5.400.000 21.200.000
Total Penghasilan PPh dipotong pihak lain Rp 21.200.000 dimasukkan ke 1770 Bagian C
No.12

Lampiran 3(1770-III)
Bagian A-Penghasilan yang dikenakan PPh Final
Keterangan Putra Eva Gabungan
Rp Rp Rp
Sewa rumah 50.000.000 - 50.000.000
Rp Rp Rp
Deviden 15.000.000 - 15.000.000
Rp Rp Rp
Bunga deposito 7.500.000 - 7.500.000
Rp

109 | P E R P A J A K A N
-
Rp Rp Rp
PPh sewa rumah 5.000.000 - 5.000.000
Rp Rp Rp
PPh deviden 1.500.000 - 1.500.000
Rp Rp Rp
PPh bunga deposito 1.500.000 - 1.500.000
Rp Rp Rp
Total PPh Final 8.000.000 - 8.000.000

Bagian B-Penghasilan yang tidak termasuk Objek


Pajak
Keterangan Putra Eva Gabungan
Pembagian laba dari CV Rp Rp Rp
Sentosa 25.000.000 - 25.000.000
Rp Rp Rp
Total bukan objek pajak 25.000.000 - 25.000.000

Induk SPT (1770)


No. Keterangan Putra Eva Gabungan
1 Penghasilan Netto dari usaha/pekerjaan bebas Rp 767.000.000 Rp 220.000.000 Rp 987.000.000
2 Penghasilan Netto DN sehubungan pekerjaan Rp - Rp 57.000.000 Rp 57.000.000
3 Penghasilan Netto DN lainnya Rp 40.000.000 Rp 35.000.000 Rp 75.000.000
4 Jumlah penghasilan Netto Rp 807.000.000 Rp 312.000.000 Rp 1.119.000.000
5 Penghasilan Netto setelah zakat Rp 807.000.000 Rp 312.000.000 Rp 1.119.000.000
6 Jumlah Penghasilan Netto setelah kompensasi kerugian
Rp 807.000.000 Rp 312.000.000 Rp 1.119.000.000
7 PTKP (K/1/2) Rp 121.500.000
8 Penghasilan Kena Pajak Rp 997.500.000
9 PPh yang terutang Rp 244.250.000
10 Jumlah PPh yang terutang Rp 244.250.000
11 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain :
- PPh Pasal 21-Univ Pendidikan Rp - Rp 150.000 Rp 150.000
- PPh Pasal 23-UD Panji Rp 800.000 Rp 800.000
- PT Samudera Cinta Rp 5.250.000 Rp 5.250.000
- Bendahara Dinas Kesehatan Rp 15.000.000 Rp 15.000.000
Total PPh yang dipotong/ dipungut pihak lain 12A Rp 21.200.000
12 a. PPh yang harus dibayar sendiri Rp 223.050.000
13 PPh yang dibayar sendiri
a. PPh Pasal 25 Bulanan Rp 190.000.000
14 a. PPh yang kurang dibayar (Pasal 29) Rp 33.050.000
15 Angsuran PPh Pasal 25 Tahun pajak berikutnya : Rp 18.587.500

110 | P E R P A J A K A N
FORMULIR
1770 SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 1 6

TAHUN PAJAK
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN :

• 0 1 1 6 1 2 1 6
s.d
DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS;
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; BL TH BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU PEMBUKUAN PENCATATAN
• DALAM NEGERI LAINNYA/LUAR NEGERI.
SPT PEMBETULAN KE - …….
PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : P U T R A

JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS : D A G A N G KLU :


IDENTITAS

NO. TELEPON/FAKSIMILI : 0 8 1 9 0 2 0 5 7 5 1 4 /

STATUS KEWAJIBAN PERPAJAKAN : X KK HB PH MT


SUAMI-ISTERI
NPWP ISTERI/SUAMI : 7 7 1 1 1 3 3 3 1 2 2 2 0 0 0

Permohonan perubahan data disampaikan terpisah dari pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ini, dengan menggunakan
Formulir Perubahan Data Wajib Pajak dan dilengkapi dokumen yang disyaratkan.
*) Pengisian kolom-kolom y ang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat petunjuk pengisian halaman 3) RUPIAH *)
1. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
1 987.000.000
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5]
A. PENGHASILAN NETO

2. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN


2 57.000.000
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian C Kolom 5]
3. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA
3 75.000.000
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian D Kolom 3]
4 4. PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI
[Apabila memiliki penghasilan dari luar negeri agar diisi dari Lampiran Tersendiri, lihat petunjuk pengisian]
4

5. JUMLAH PENGHASILAN NETO (1 + 2 + 3 + 4)


5 1.119.000.000
…………………………………………………………………………………………………………………………..
6. ZAKAT / SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG BERSIFAT WAJIB
6

7. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT /SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG


7 1.119.000.000
SIFATNYA WAJIB ( 5- 6)

8. KOMPENSASI KERUGIAN
8
B. PENGHASILAN
KENA PAJAK

9. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH KOMPENSASI KERUGIAN (7 - 8)


9 1.119.000.000

10. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TK / K/ K / I/ 2 10 121.500.000

11. PENGHASILAN KENA PAJAK (9 -10)


11 997.500.000

12. PPh TERUTANG (TARIF PASAL 17 UU PPh X ANGKA 11)


12 244.250.000
TERUTANG

[Bagi Wajib Pajak dengan status PH / MT diisi dari Lampiran Perhitungan PPh Terutang sebagaimana dimaksud dalam bagian G: Lampiran
C. PPh

huruf i]
13. PENGEMBALIAN/PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN
13

14. JUMLAH PPh TERUTANG ( 12 + 13)


14 244.250.000

15. PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR
15 21.200.000
NEGERI DAN PPh DITANGGUNG PEMERINTAH [Diisi dari f ormulir 1770 -II Jumlah Bagian A Kolom 7]
D. KREDIT PAJAK

16. x a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI


(14-15) 16 223.050.000
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG/DIPUNGUT

17. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI a. PPh PASAL 25 BULANAN


17a 190.000.000

b. STP PPh PASAL 25 (HANYA POKOK PAJAK)


17b

18. JUMLAH KREDIT PAJAK (17a+17b)


18 190.000.000
E. PPh KURANG/ LEBIH

19. a. x PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh PASAL 29) TGL 2 0 0 3 1 5


(16-18) LUNAS 19 33.050.000
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh PASAL 28 A) tgl bl n thn
BAYAR

20. PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 19.b mohon DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17C (WP
a. DIRESTITUSIKAN c. dengan Kriteria Tertentu)
DIPERHITUNGKAN DENGAN DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17D (WP
b. UTANG PAJAK
d. yang Memenuhi Persyaratan Tertentu)
PASAL 25 TAHUN PAJAK

21. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA DIHITUNG SEBESAR


F. ANGSURAN PPh

21 18.587.500
BERIKUTNYA

DIHITUNG BERDASARKAN :

a. x 1/12 X JUMLAH PADA ANGKA 16 c. PERHITUNGAN DALAM LAMPIRAN TERSENDIRI

b. PERHITUNGAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU

SELAIN FORMULIR 1770 - I SAMPAI DENGAN 1770 - IV (BAIK Y ANG DIISI MAUPUN Y ANG TIDAK DIISI) HARUS DILAMPIRKAN PULA :

a. SURAT KUASA KHUSUS (BILA DIKUASAKAN) g. PERHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
G. LAMPIRAN

b. SSP LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29 h. ............................................................................................................................

NERACA DAN LAP. LABA RUGI / REKAPITULASI BULANAN PEREDARAN BRUTO DAN/ATAU PENGHASILAN PERHITUNGAN PPh TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK DENGAN STATUS
c. LAIN DAN BIAYA i. PERPAJAKAN PH ATAU MT
DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN DAN PEMBAYARAN PPh PASAL 25 (KHUSUS
d. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL j. UNTUK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU)
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN YANG DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN BRUTO DAN PEMBAYARAN PPh FINAL
e. DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI k. BERDASARKAN PP 46 TAHUN 2013 PER MASA PAJAK DAN PER TEMPAT USAHA

f. FOTOKOPI FORMULIR 1721-A1 DAN/ATAU 1721-A2 (............LEMBAR) l. ............................................................................................................................

PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya TANDA TANGAN
menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.

WAJIB PAJAK KUASA TANGGAL: 2 5

NAMA LENGKAP :

NPWP :

F.1.1.32.16

111 | P E R P A J A K A N
HALAMAN 1 LAMPIRAN - I
2 0 1 6
FORMULIR

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA 0 1 1 6 s.d 1 2 1 6
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN X PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN:
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : P U T R A

BAGIAN A: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN)

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN : TIDAK DIAUDIT

NAMA AKUNTAN PUBLIK :

:
NPWP AKUNTAN PUBLIK

NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

:
NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK
:
NAMA KONSULTAN PAJAK
:
NPWP KONSULTAN PAJAK

:
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK

:
NPWP KANTOR KONSULTAN PAJAK

RUPIAH
1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
a. PEREDARAN USAHA 1a 7.900.000.000

b. HARGA POKOK PENJUALAN


1b
(5.200.000.000)
c. LABA/RUGI BRUTO USAHA (1a - 1b)
1c
2.700.000.000
d. BIAYA USAHA
1d
(1.730.000.000)
e. PENGHASILAN NETO (1c - 1d)
1e
970.000.000

2. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF


a. BIAYA YANG DIBEBANKAN/DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WAJIB PAJAK ATAU
2a
ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA 20.000.000
b. PREMI ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI
2b
DWIGUNA, DAN ASURANSI BEASISWA YANG DIBAYAR OLEH WAJIB PAJAK 12.000.000
c. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG
2c
DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA ATAU KENIKMATAN 8.000.000
d. JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIMEWA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN 2d

e. HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN 2e


7.000.000
f. PAJAK PENGHASILAN
2f

g. GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA PEMILIK / ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA


2g
70.000.000
h. SANKSI ADMINISTRASI 2h

i. SELISIH PENYUSUTAN/AMORTISASI KOMERSIAL DIATAS PENYUSUTAN/ AMORTISASI


2i
FISKAL
j. BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG
2j
DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
k. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA
2k

l. JUMLAH (2a s .d. 2k)


2l 117.000.000

3. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF:


a. PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK
3a
OBJEK PAJAK TETAPI TERMASUK DALAM PEREDARAN USAHA
b. SELISIH PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN AMORTISASI
3b
FISKAL
c. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA
3c
(100.000.000)
d. JUMLAH (3a s .d. 3c)
3d
(100.000.000)

4 JUMLAH BAGIAN A (1e + 2l - 3d) 4


987.000.000
Pindahkan Jumlah Bagian A (angka 4) ke Formulir 1770 Angka 1

112 | P E R P A J A K A N
HALAMAN 2 LAMPIRAN - I

FORMULIR
2 0 1 6

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I • PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU
PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN 0 1 1 6 s.d 1 2 1 6
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • PENGHITUNGAN PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• •
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : P U T R A

BAGIAN B: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN)

PEREDARAN USAHA NORMA PENGHASILAN NETO


NO. JENIS USAHA
(Rupiah) (%) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

1 DAGANG

2 INDUSTRI

3 JASA

4 PEKERJAAN BEBAS

5 USAHA LAINNYA

JUMLAH BAGIAN B JBB

Pindahkan Jumlah Bagian B Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 1

BAGIAN C : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)
PENGURANGAN PENGHASILAN
NAMA DAN NPWP PENGHASILAN BRUTO PENGHASILAN NETO
NO. BRUTO/BIAYA
PEMBERI KERJA
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

Universitas Pancasila
1 60000000 3.000.000 57.000.000
11.333.444.5.543.000

JUMLAH BAGIAN C JBC


57.000.000
Pindahkan Jumlah Bagian C Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 2

BAGIAN D : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)

JUMLAH PENGHASILAN NETO


NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1 BUNGA

2 ROYALTI
35.000.000

3 SEWA
40.000.000

4 PENGHARGAAN DAN HADIAH

5 KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA

6 PENGHASILAN LAINNYA

JUMLAH BAGIAN D JBD 75.000.000


Pindahkan Jumlah Bagian D ke Formulir 1770 Angka 3

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran -II

113 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - II
2 0 1 6
FORMULIR

TAHUN PAJAK
1770 - II SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, 0 1 1 6 s.d 1 2 1 6

KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PPh YANG DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN BL TH BL TH
PPh DITANGGUNG PEMERINTAH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : P U T R A

BAGIAN A : DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh
DITANGGUNG PEMERINTAH

NAMA NPWP BUKTI JUMLAH PPh YANG DIPOTONG /


JENIS PAJAK : PPh PASAL
NO PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN DIPUNGUT
21/ 22/23/24/26/DTP *)
PAJAK PAJAK (Rupiah)
NOMOR TANGGAL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Universitas Pancasila 111.333.444.5.543.000 1.2.13.14.0000123 20.01.2017 PPh Pasal 21 150.000

2 UD Panji 68.555.111.4.542.000 21/23/10/2016 21.10.2016 PPh Pasal 23 800.000

3 PT Samudera Cinta 01.777.111.3.543.000 19/23/2016 19.11.2016 PPh Pasal 23 5.250.000

4 Bendahara Dinas Kesehatan 85.002.330.1.542.000 70/22/08/2016 07.08.2016 PPh Pasal 22 15.000.000

10

11

12

13

14

15
dst

JUMLAH BAGIAN A JBA 21.200.000

Pindahkan Jumlah Bagian A Kolom 7 ke Formulir 1770 Angka 15

*) - DTP = PPh Ditanggung Pem erintah


- Kolom (6) diis i dengan pilihan s ebagai berikut : 21 / 22 / 23 / 24 /26/ DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP)
- Jika terdapat kredit pajak PPh Pas al 24, m aka jum lah yang diis i adalah m aks im um yang dapat dikreditkan s es uai lam piran ters endiri
(lihat petunjuk pengis ian tentang Lam piran II Bagian A dan Induk SPT angka 4)

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran-II

114 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - III
FORMULIR 2 0 1 6
1770 - III

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

• PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL 0 1 1 6 s.d 1 2 1 6

KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


• PENGHASILAN ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : P U T R A

BAGIAN A : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

DASAR PENGENAAN
NO JENIS PENGHASILAN PPh TERUTANG (Rupiah)
PAJAK/PENGHASILAN BRUTO
(1) (2) (3) (4)

BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, SURAT BERHARGA


1.
NEGARA
7.500.000 1.500.000

2. BUNGA/DISKONTO OBLIGASI

3. PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

4. HADIAH UNDIAN

PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN


5.
PENSIUN YANG DIBAYAR SEKALIGUS

6. HONORARIUM ATAS BEBAN APBN / APBD

7. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUNAN


8.
GUNA SERAH
50.000.000 5.000.000
9. SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

10. USAHA JASA KONSTRUKSI

11. PENYALUR/DEALER/AGEN PRODUK BBM

BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI


12.
KEPADA ANGGOTA KOPERASI

13. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI DERIVATIF

14. DIVIDEN 15.000.000


1.500.000

15. PENGHASILAN ISTERI DARI SATU PEMBERI KERJA

PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL


16.
DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

17. JUMLAH (1 s.d. 16) 8.000.000

BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


PENGHASILAN BRUTO
NO SUMBER/JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1. BANTUAN / SUMBANGAN / HIBAH

2. WARISAN

BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN,


3. 25.000.000
PERKUMPULAN, FIRMA, KONGSI

4. KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA

5. BEASISWA

6. PENGHASILAN LAIN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

25.000.000
JUMLAH BAGIAN B JBB

BAGIAN C : PENGHASILAN ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH


(Rupiah)

PENGHASILAN NETO ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH

115 | P E R P A J A K A N
FORMULIR
LAMPIRAN - IV
2 0 1 6

TAHUN PAJAK
1770 - IV SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

• HARTA PADA AKHIR TAHUN 0 1 1 6 s.d 1 2 1 6


KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN BL TH BL TH

• DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : P U T R A

BAGIAN A : HARTA PADA AKHIR TAHUN

KODE HARGA PEROLEHAN


NO. NAMA HARTA TAHUN PEROLEHAN KETERANGAN
HARTA (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Deposito Bank BNI 2013 100.000.000

2 Saham PT Sukses 2012 80.000.000

3 Pick up 2014 190.000.000 BPKB:xxxxxx

4 Mobil 2013 220.000.000 BPKB:xxxxxx

5 Tanah da bangunan 2015 700.000.000 NPOP:xxxxxx

10 dst

JUMLAH BAGIAN A JBA

BAGIAN B : KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN

KODE TAHUN JUMLAH


NO. NAMA PEMBERI PINJAMAN ALAMAT PEMBERI PINJAMAN
UTANG PEMINJAMAN (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

10 dst

JUMLAH BAGIAN B JBB

BAGIAN C : DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

NO. NAMA ANGGOTA KELUARGA NIK HUBUNGAN KELUARGA PEKERJAAN

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Kelvin Anak kandung Siswa TK

2 Widya Anak kandung Siswi SMP

3 Eva Istri Pegawai swasta

4
5
dst

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-IV

116 | P E R P A J A K A N
D. STUDI KASUS 4 : SPT 1770

Restoran Mantul didirikan oleh Larasati 2012. Mantab betul bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Informasi yang
berkaitan dengan kewajiban perpajakan Larasati diuraikan sebagai berikut.
1. Indentitas Wajib Pajak
Nama wajib pajak : Larasati
NPWP : 78.238.655.1.541.000
Jenis Usaha : Dagang (Restoran)
Telp/Fax : (0271) 567890, (0271) 556677

2. Penghasilan dari Usaha


RESTORAN MANTUL
LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2018
(dalam rupiah)
Penjualan 7.000.000.000
Harga Pokok Penjualan
- Sediaan barang dagang 1 januari 2018 1.800.000.000
- Pembelian 2018 6.300.000.000
Barang tersedia dijual 8.000.000.000
- Sediaan barang dagang 31 Desember 2018 1.900.000.000
Harga Pokok Penjualan 6.200.000.000
Laba Bruto Usaha 1.800.000.000
Biaya Usaha
- Gaji, Upah, Imbalan Lainnya 135.000.000
- Pemakaian Bahan Habis Pakai 13.000.000
- Beban Listrik, Air, dan Telepon 20.000.000
- Beban Pemasaran 50.000.000
- Biaya Penyusutan Peralatan 6.500.000
- Pajak Bumi dan Bangunan 6.000.000
- Pajak Kendaraan Bermotor 7.500.000
- Premi Asuransi 5.500.000
- Beban Sewa Bangunan 5.200.000
- Biaya Adiministrasi dan Umum Lainnya 21.000.000
- Biaya Lainnya 5.000.000
Total Biaya 274.700.000
Laba Usaha 1.525.300.000

117 | P E R P A J A K A N
Informasi Tambahan Yang Berakaitan Dengan Laporan Laba Rugi

a. Pengeluaran untuk rekreasi pegawai sebesar Rp. 25.000.000 telah


dimasukkan kedalam beban gaji, upah, imbalan lain.
b. Sumbangan yang diberikan kepada pemerintah daerah setempat berkenaan
dengan peringatan hari jadi sebesar Rp. 2.500.000. sumbangan tersebut
dimasukkan kedalam beban pemasaran.
c. Setelah dilakukan perhitungan berdasar ketentuan fiskal, penyusutan tahun
2018 sebesar Rp. 6.000.000.
d. Premi asuransi menurut akuntansi sebesar Rp. 5.500.000 termasuk premi
asuransi kesehatan pemiliki sebesar Rp. 4.000.000.
3. Informasi yang berkaitan dengan penghasilan Mantap Betul pada tahun
2018
a. Penghasilan sebagai tetap dipotong PPh Pasal 21 oleh pemberi kerja dengan
bukti potong pajak formulir 1721-A2(terlampir)
b. Menerima deviden atas penyertaan 15.000 lembar saham prioritas pada PT.
Angkasa deviden tunai Rp. 3000/lembar saham. Deviden ini dipotong pajak
oleh PT. Angkasa.
c. Menerima bunga atas permintaan obligasi pada andromon Inc. (sebuah
perusahaan yang terdaftar di bursa efek di Singapura). Nilai Nominal obligasi
Rp200.000.000 bunga 20% setahun diterima setiap tanggal 31 Desember.
Tafir pajak atas bunga obligasi di Singapura adalah 10%. Pajak yang dibayar
tersebut seluruhnya dapat dikreditkan.
d. Menerima bunga deposito di bank BNI cabang Surakarta sebesar Rp
10.000.000.
e. Menerima sewa ruangan sebesar Rp 5.000.000.
f. Menerima honorarium yang sumbernya dari dana APBN sebesar Rp
10.000.000.
g. Menerima hadiah undian dari Bank BNI berupa 1 unit mobil senilai Rp
250.000.000.
h. Menerima bagian laba dari CV. Indah sebesar Rp 15.000.000. Larasati juga
merupakan salah satu sekutu pada CV. Indah.
4. Lain – Lain

118 | P E R P A J A K A N
a. Larasati membayar sendiri angsuran PPh setiap bulan selama Tahun 2016 Rp
8.000.000 (angsuran Januari sampai dengan Desember besarnya sama).
b. Larasati menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2018 pada 26 Maret
2019.
c. Larasati membayar pajak yang kurang dibayar tahun pajak 2018 pada 15
Maret 2019.
d. Larasati belum menikah, tanpa tanggungan.
e. Harta Larasati dan restoran terdiri atas :
1. Kendaraan roda empat (Avanza) yang dibeli tahun 2014 seharga Rp
250.000.000.
2. Tanah dan bangunan sebagai tempat tinggal senilai Rp 150.000.000, dibeli
pada tahun 2005.
3. Sebidang tanah senilai Rp 225.000.000 dibeli pada 2015.
4. Deposito di Bank BNI sebesar Rp 200.000.000, ditempatkan pada 2017
f. Kewajiban/Utang Larasati dan Restoran terdiri atas :
1. Utang kepada pemasok sebesar Rp. 150.000.000.
2. Utang kepada pemasok sebesar Rp. 200.000.000.
3. Utang kepada Koperasi Makmur Dinas Pendidikan Jawa Tengah Rp.
30.000.000.

119 | P E R P A J A K A N
5. Penyelesaian :
Pengisian formulir 1770

Sumber Penjelasan Form 1770


Informasi Yang Di Isi
3a Pengeluaran untuk rekreasi pegawai sebesar Rp 1770- I Bag. A
25.000.000 termasuk pemberian kenikmatan. Sesuai No.2.c
Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh, natura dan/atau
kenikmatan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto (non deductible expenses). Beban gaji, upah,
berkurang (koreksi fiskal positif sehingga menaikkan
laba kena pajak).

3b Sumbangan dalam rangka hari jadi pemerintah daerah 1770- I Bag. A.


setempat Rp 2.500.000 termasuk sumbangan yang No.2.e
diberikan kepada pihak yang tidak ada hubungan
dengan pekerjaan. Sesuai Pasal 9 ayat (1) huruf G. UU
PPh, harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan
yang bukan merupakan objek pajak bagi penerimanya
(Pasal 4 ayat 3 UU PPh atau sumbangan tertentu
sebagai pengurang penghasilan bruto). Pasal 6 ayat
(1) UU PPh tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto. Sumbangan dalam beban pemasaran berkurang
(koreksi fiskal positif) sehingga menaikkan laba kena
pajak

3c Penyusutan menurut akuntansi Rp 6.500.000 1770 – I Bag. A


sedangkan menurut fiskal Rp 6.000.000. Penyusutan No. 3.b
menurut akuntansi dimungkinkan berbeda dengan
fiskal karena perbedaaan metode penyusutan,
taksiran umur ekonomis, pengakuan nilai residu.
Penyusutan akuntansi lebih besar daripada
penyusutan fiskal, selisih Rp 500.000 penambah

120 | P E R P A J A K A N
penyusutan akuntansi sehingga menimbulkan koreksi
fiskal positif, sehingga menaikkan laba kena pajak.

Sumber
Info Form 1770
Penjelasan
Dlm yang Diisi
Kasus

3d Premi asuransi Rp 4.000.000 yang dibayar sendiri 1770 – I Bag. No.


oleh wajib pajak merupakan premi asuransi 2.b
kesehatan. Pasal 9 ayat (1) huruf D. UU PPh, premi
asuransi kesehatan yang dibayar sendiri oelh wajib
pajak orang pribadi tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto. Premi asuransi berkurang (koreksi
fiskal positif) sehingga menaikkan laba kena pajak.

121 | P E R P A J A K A N
4.a. Penghasilan bruto dari pekerjaan (1721-A2 No Rp. 1770-I Bag. C
11) 125.000.000
Pengurang penghasilan neto (1721-A2 No 14) Rp. 1770-I Bag. C
8.250.000
Penghasilan neto (1721-A2 No 15) Rp. 1770-I Bag. C
116.750.000
PPH dipotong (1721-A2 No 23) Rp. 1770-II Bag. A
4.000.000
4.b. Penghasilan bruto (Deviden) 10.000 x Rp.2.0000 Rp. 1770-III Bag.A
PPH dipotong (final pasal 17 (2.c): 10% x 45.000.000 1770-III Bag.A
Rp.45.000.000 Rp.
4.500.000
4.c. Penghasilan LN (bunga obligasi) : 20% x Rp. 1770Bag A
Rp.250.000.000 40.000.000 No.4
PPH dibayar (Pasal 24) : 10% x Rp.40.000.000 Rp. 1770-II Bag. A
4.000.000
4.d. Penghasilan bruto (bunga deposito) Rp. 1770-III Bag.A
PPH dipotong (final pasal 4 ayat 2) : 20% x Rp. 10.000.000 1770-III Bag.A
10.000.000 Rp.
2.000.000
4.e. Penghasilan bruto (sewa ruangan) Rp. 1770-III Bag.A
PPH dipotong (final pasal 4 ayat 2) : 10% x 5.000.000 1770-III Bag.A
Rp.5.000.000 Rp. 500.000
4.h. Penghasilan bruto (hadiah undian) Rp. 1770-III Bag.A
PPH dipotong (final pasal 4 ayat 2) : 25% x 250.000.000 1770-III Bag.A
Rp.275.000.000 Rp.
62.500.000
5.a. Angsuran bulanan dibayar sendiri (PPH pasal Rp. 1770-I Bag.D
25) : 12 x Rp. 8.000.000 96.000.000 No.17a
5.d. Susunan keluarga 1770-IV Bag. C
5.e. Daftar harga akhir tahun 1770-IV Bag. A
5.f. Daftar kewajiban – utang akhir tahun 1770-IV Bag. B

122 | P E R P A J A K A N
Koreksi 3.a sampai dengan 3.e tersebut dibuatkan laporan rekonsiliasi fiskal
pada halaman selanjutnya untuk mendapatkan penghasilan neto usaha. Jumlah
penghasilan neto usaha tersebut sama dengan penghasilan neto yang terdapat
pada 1770-I Bagian A nomor 4.

Restoran Mantul

Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2018

(dalam ribuan rupiah)

Menurut Koreksi Fiskal


Keterangan Menurut Fiskal
Akuntansi
Positif Negatif
Penjualan 7.000.000.000 7.000.000.000
Harga Pokok Penjualan
- Sediaan barang dagang, 1 Januari 2018 1.800.000.000 1.800.000.000
- Pembelian 2018 6.300.000.000 6.300.000.000
Barang tersedia dijual 8.100.000.000 8.100.000.000
- Sediaan barang dagang, 31 Desember 2018 1.900.000.000 1.900.000.000
Harga Pokok Penjualan 6.200.000.000 6.200.000.000
Laba bruto usaha 800.000.000 800.000.000
Biaya Usaha :
- Gaji, upah, imbalan lainnya 135.000.000 3a) 25.000.000 (-) 110.000.000
- Pemakaian bahan habis pakai 13.000.000 13.000.000
- Beban listrik,air, dan telepon 20.000.000 20.000.000
- Beban pemasaran 50.000.000 3b) 2.500.000 (-) 47.500.000
- Beban penyusutan peralatan 6.500.000 3c) 500.000 (-) 6.000.000
- Pajak Bumi dan Bangunan 6.000.000 6.000.000
- Pajak Kendaraan Bermotor 7.500.000 7.500.000
- Premi asuransi 5.500.000 3d) 4.000.000 (-) 1.500.000
- Beban sewa bangunan 5.200.000 5.200.000
- Biaya administrasi dan umum lainnya 21.000.000 21.000.000
- Biaya lainnya 5.000.000 5.000.000
Total Biaya 274.700.000 242.700.000
Laba Usaha 525.300.000 557.300.000

123 | P E R P A J A K A N
Restoran Mantul

Rekonsiliasi Fiskal Perhitungan Laba Rugi

Tahun Pajak 2018

(dalam ribuan rupiah)

Penghasilan neto (laba bersih) komersial 525.300.000


Koreksi fiskal positif :
- pengeluaran berupa kenikmatan dalam gaji,upah, imbalan lain 25.000.000
- Sumbangan tidak terkait dengan pekerjaan dalam beban pemasaran 2.500.000
- Penyusutan 500.000
- Pengeluaran premi asuransi untuk pribadi pemilik 4.000.000
Total koreksi fiskal positif 32.000.000
Penghasilan neto fiskal 557.300.000

Menghitung PPh kurang atau lebih dibayar

Penghasilan neto :

1. Dari usaha Rp 567.300.000


2. Dari pekerjaan Rp 116.750.000
3. Dari Luar negei Rp 40.000.000 +
Total penghasilan neto Rp 724.050.000
 PTKP (TK/0) Rp 54.000.000 -
Penghasilan kena pajak Rp 670.050.000
PPh terutang :
 5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000
 15% x Rp 200.000.000 Rp 30.000.000
 25% x Rp 250.000.000 Rp 62.600.000
 30% x Rp 170.050.000 Rp 51.015.000 +
Rp 146.115.000
PPh yang telah dibayar melalui pemotongan pihak lain :
 PPh Pasal 21 atas gaji Rp 3.977.500
 PPh Pasal 24 (kredit pajak luar negeri)Rp 4.000.000 +

124 | P E R P A J A K A N
Rp 8.000.000 –
PPh yang harus dibayar sendiri Rp 138.155.000
PPh dibayar sendiri melalui angsuran bulanan:
12 x Rp 8.000.000 Rp 96.000.000 –
PPh yang kurang dibayar (isikan ke 1770 Bag. E No. 19) Rp 42.155.000
Kekurangan bayar tersebut disetor ke bank pada tanggal 15 bulan ketiga masa pajak
berikutnya atau 15 Maret 2019 dengan menggunakan SSP

Menghitung angsuran bulanan PPh pasal 25

1. SPT Tahunan PPh disampaikan pada akhir Maret 2019, angsuran bulan bulan
sebelum batas akhir penyampaian SPT sebagai berikut.
Angsuran bulan Januari dan Februari 2019 sama dengan angsuran bulan terakhir
tahun pajak yang lalu yaitu Rp 8.000.000 . Penyetoran ke Bank menggunakan SSP
pada setiap tanggal 10 masa pajak berikutnya masing masing tanggal 10 Februari
untuk masa pajak Januari dan tanggal 10 Maret untuk masa pajak Februari.
2. Angsuran bualanan mulai Maret 2019 dihitung sebagai berikut.
Total PPh terutang sesuai SPT tahunan PPh tahun pajak 2018 Rp 146.115.000
Kredit Pajak :
 PPh pasal 21 Rp 4.000.000
 PPh pasal 22 -
 PPh pasal 24 Rp 4.000.000 +
Total kredit pajak Rp 8.000.000 -

Dasar penghitungan angsuran Rp 138.115.000

Angsuran bulanan PPh pasal 25 th 2019 :

Rp 138.115.000 : 12 Rp 11.509.583

Penyetoran angsuran ke bank setiap bulan setiap tanggal 10 dimulai dari masa
pajak Maret 2019 yang pembayarannya tanggal 10 April 2019.

125 | P E R P A J A K A N
FORMULIR
1770 SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 1 8

TAHUN PAJAK
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN :

• 0 1 1 8 1 2 1 8
s.d
DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS;
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; BL TH BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU PEMBUKUAN PENCATATAN
• DALAM NEGERI LAINNYA/LUAR NEGERI.
SPT PEMBETULAN KE - …….
PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : L A R A S A T I

JENIS USAHA/PEKERJAAN BEBAS : U s A H A D A G A N G KLU :


IDENTITAS

NO. TELEPON/FAKSIMILI : 0 2 7 1 5 6 7 8 9 0`` / 0 2 1 5 5 6 6 7 7


STATUS KEWAJIBAN PERPAJAKAN : X KK HB PH MT
SUAMI-ISTERI
NPWP ISTERI/SUAMI :

Permohonan perubahan data disampaikan terpisah dari pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ini, dengan menggunakan
Formulir Perubahan Data Wajib Pajak dan dilengkapi dokumen yang disyaratkan.
*) Pengisian kolom-kolom y ang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat petunjuk pengisian halaman 3) RUPIAH *)
1. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
1 557.300.000
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5]
A. PENGHASILAN NETO

2. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN


2 116.750.000
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian C Kolom 5]
3. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA
3
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian D Kolom 3]
4 4. PENGHASILAN NETO LUAR NEGERI
[Apabila memiliki penghasilan dari luar negeri agar diisi dari Lampiran Tersendiri, lihat petunjuk pengisian]
4

5. JUMLAH PENGHASILAN NETO (1 + 2 + 3 + 4)


5 674.050.000
…………………………………………………………………………………………………………………………..
6. ZAKAT / SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG BERSIFAT WAJIB
6

7. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH PENGURANGAN ZAKAT /SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG


7 674.050.000
SIFATNYA WAJIB ( 5- 6)

8. KOMPENSASI KERUGIAN
8
B. PENGHASILAN
KENA PAJAK

9. JUMLAH PENGHASILAN NETO SETELAH KOMPENSASI KERUGIAN (7 - 8)


9 674.050.000

10. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TK / K/ K / I/ 10 54.000.000

11. PENGHASILAN KENA PAJAK (9 -10)


11 620.050.000

12. PPh TERUTANG (TARIF PASAL 17 UU PPh X ANGKA 11)


12
TERUTANG

[Bagi Wajib Pajak dengan status PH / MT diisi dari Lampiran Perhitungan PPh Terutang sebagaimana dimaksud dalam bagian G: Lampiran
C. PPh

huruf i]
13. PENGEMBALIAN/PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN
13

14. JUMLAH PPh TERUTANG ( 12 + 13)


14

15. PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR
15
NEGERI DAN PPh DITANGGUNG PEMERINTAH [Diisi dari f ormulir 1770 -II Jumlah Bagian A Kolom 7]
D. KREDIT PAJAK

16. a. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI


(14-15) 16
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG/DIPUNGUT

17. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI a. PPh PASAL 25 BULANAN


17a

b. STP PPh PASAL 25 (HANYA POKOK PAJAK)


17b

18. JUMLAH KREDIT PAJAK (17a+17b)


18
E. PPh KURANG/ LEBIH

19. a. PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh PASAL 29) TGL


(16-18) LUNAS 19
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh PASAL 28 A) tgl bl n thn
BAYAR

20. PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 19.b mohon DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17C (WP
a. DIRESTITUSIKAN c. dengan Kriteria Tertentu)
DIPERHITUNGKAN DENGAN DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17D (WP
b. UTANG PAJAK
d. yang Memenuhi Persyaratan Tertentu)
PASAL 25 TAHUN PAJAK

21. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA DIHITUNG SEBESAR


F. ANGSURAN PPh

21
BERIKUTNYA

DIHITUNG BERDASARKAN :

a. X 1/12 X JUMLAH PADA ANGKA 16 c. PERHITUNGAN DALAM LAMPIRAN TERSENDIRI

b. PERHITUNGAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU

SELAIN FORMULIR 1770 - I SAMPAI DENGAN 1770 - IV (BAIK Y ANG DIISI MAUPUN Y ANG TIDAK DIISI) HARUS DILAMPIRKAN PULA :

a. SURAT KUASA KHUSUS (BILA DIKUASAKAN) g. PERHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
G. LAMPIRAN

b. X
SSP LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29 h. ............................................................................................................................

NERACA DAN LAP. LABA RUGI / REKAPITULASI BULANAN PEREDARAN BRUTO DAN/ATAU PENGHASILAN PERHITUNGAN PPh TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK DENGAN STATUS
c. X LAIN DAN BIAYA i. PERPAJAKAN PH ATAU MT
DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN DAN PEMBAYARAN PPh PASAL 25 (KHUSUS
d. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL j. UNTUK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU)
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN YANG DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN BRUTO DAN PEMBAYARAN PPh FINAL
e. X DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI k. BERDASARKAN PP 46 TAHUN 2013 PER MASA PAJAK DAN PER TEMPAT USAHA

f. X
FOTOKOPI FORMULIR 1721-A1 DAN/ATAU 1721-A2 (............LEMBAR) l. ............................................................................................................................

PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya TANDA TANGAN
menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.

X KUASA TANGGAL: 26

NAMA LENGKAP : L A R A S A T I Restoran mantul


NPWP : Larasati
7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0
F.1.1.32.16

126 | P E R P A J A K A N
HALAMAN 1 LAMPIRAN - I
2 0 1 8
FORMULIR

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA 0 1 1 8 s.d 1 2 1 8
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN:
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : L A R A S A T I

BAGIAN A: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN)

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN : TIDAK DIAUDIT

NAMA AKUNTAN PUBLIK :

:
NPWP AKUNTAN PUBLIK

NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

:
NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK
:
NAMA KONSULTAN PAJAK
:
NPWP KONSULTAN PAJAK

:
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK

:
NPWP KANTOR KONSULTAN PAJAK

RUPIAH
1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
a. PEREDARAN USAHA 1a
7.000.000.000
b. HARGA POKOK PENJUALAN
1b
6.200.000.000
c. LABA/RUGI BRUTO USAHA (1a - 1b)
1c
800.000.000
d. BIAYA USAHA
1d
274.700.000
e. PENGHASILAN NETO (1c - 1d)
1e
525.300.000

2. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF


a. BIAYA YANG DIBEBANKAN/DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WAJIB PAJAK ATAU
2a
ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA
b. PREMI ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI
2b
DWIGUNA, DAN ASURANSI BEASISWA YANG DIBAYAR OLEH WAJIB PAJAK 4.200.000
c. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG
2c
DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA ATAU KENIKMATAN 25.000.000
d. JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN ISTIMEWA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN 2d

e. HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN 2e


2.500.000
f. PAJAK PENGHASILAN
2f

g. GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA PEMILIK / ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA


2g

h. SANKSI ADMINISTRASI 2h

i. SELISIH PENYUSUTAN/AMORTISASI KOMERSIAL DIATAS PENYUSUTAN/ AMORTISASI


2i
FISKAL
j. BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG
2j
DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
k. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA
2k

l. JUMLAH (2a s .d. 2k)


2l 31.700.000

3. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF:


a. PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK
3a
OBJEK PAJAK TETAPI TERMASUK DALAM PEREDARAN USAHA
b. SELISIH PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN AMORTISASI
3b
FISKAL 500.000
c. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA
3c

d. JUMLAH (3a s .d. 3c)


3d
500.000

4 JUMLAH BAGIAN A (1e + 2l - 3d) 4


557.500.000
Pindahkan Jumlah Bagian A (angka 4) ke Formulir 1770 Angka 1

127 | P E R P A J A K A N
HALAMAN 2 LAMPIRAN - I

FORMULIR
2 0 1 8

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I • PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU
PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN 0 1 1 8 s.d 1 2 1 8
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • PENGHITUNGAN PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• •
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : L A R A S A T I

BAGIAN B: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN)

PEREDARAN USAHA NORMA PENGHASILAN NETO


NO. JENIS USAHA
(Rupiah) (%) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

1 DAGANG

2 INDUSTRI

3 JASA

4 PEKERJAAN BEBAS

5 USAHA LAINNYA

JUMLAH BAGIAN B JBB

Pindahkan Jumlah Bagian B Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 1

BAGIAN C : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)
PENGURANGAN PENGHASILAN
NAMA DAN NPWP PENGHASILAN BRUTO PENGHASILAN NETO
NO. BRUTO/BIAYA
PEMBERI KERJA
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

Dinas Pendidikan Jawa Tengah


1 125.000.000 8.250.000 116.750.000
78.999.888.2.541.000

JUMLAH BAGIAN C JBC 116.750.000


Pindahkan Jumlah Bagian C Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 2

BAGIAN D : PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA


(TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh BERSIFAT FINAL)

JUMLAH PENGHASILAN NETO


NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1 BUNGA

2 ROYALTI

3 SEWA

4 PENGHARGAAN DAN HADIAH

5 KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA

6 PENGHASILAN LAINNYA

JUMLAH BAGIAN D JBD

Pindahkan Jumlah Bagian D ke Formulir 1770 Angka 3

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran -II

128 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - II
2 0 1 8
FORMULIR

TAHUN PAJAK
1770 - II SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, 0 1 1 8 s.d 1 2 1 8

KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PPh YANG DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN BL TH BL TH
PPh DITANGGUNG PEMERINTAH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : L A R A S A T I

BAGIAN A : DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh
DITANGGUNG PEMERINTAH

NAMA NPWP BUKTI JUMLAH PPh YANG DIPOTONG /


JENIS PAJAK : PPh PASAL
NO PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONG/PEMUNGUT PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN DIPUNGUT
21/ 22/23/24/26/DTP *)
PAJAK PAJAK (Rupiah)
NOMOR TANGGAL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Dinas Pendidikan Jawa Tengah 78.999.888.2.541.000 1.2.12.14.0000101 20.01.2018 PPh Pasal 21 4.000.500

2 Andromon, Inc - - 20.07.2018 PPh Pasal 24 4.000.000

10

11

12

13

14

15
dst

JUMLAH BAGIAN A JBA 8.000.500

Pindahkan Jumlah Bagian A Kolom 7 ke Formulir 1770 Angka 15

*) - DTP = PPh Ditanggung Pem erintah


- Kolom (6) diis i dengan pilihan s ebagai berikut : 21 / 22 / 23 / 24 /26/ DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP)
- Jika terdapat kredit pajak PPh Pas al 24, m aka jum lah yang diis i adalah m aks im um yang dapat dikreditkan s es uai lam piran ters endiri
(lihat petunjuk pengis ian tentang Lam piran II Bagian A dan Induk SPT angka 4)

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran-II

129 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - III
2 0 1 7
FORMULIR
1770 - III

TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
0 1 1 7 s.d 1 2 1 7
FINAL
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK BL TH BL TH

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK



PENGHASILAN ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA
PEMBUKUAN PENCATATAN
TERPISAH

PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : L A R A S A T I

BAGIAN A : PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

DASAR PENGENAAN PPh TERUTANG


NO JENIS PENGHASILAN
PAJAK/PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)
(1) (2) (3) (4)

BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DISKONTO SBI, SURAT BERHARGA


1.
NEGARA
10.000.000 2.000.000

2. BUNGA/DISKONTO OBLIGASI

3. PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

4. HADIAH UNDIAN 250.000.000 62.500.000

PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN


5.
PENSIUN YANG DIBAYAR SEKALIGUS

6. HONORARIUM ATAS BEBAN APBN / APBD

7. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUNAN


8.
GUNA SERAH

9. SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN 5.000.000 500.000

10. USAHA JASA KONSTRUKSI

11. PENYALUR/DEALER/AGEN PRODUK BBM

BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI


12.
KEPADA ANGGOTA KOPERASI

13. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI DERIVATIF

14. DIVIDEN 45.000.000 4.500.000

15. PENGHASILAN ISTERI DARI SATU PEMBERI KERJA

PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL


16.
DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

17. JUMLAH (1 s.d. 16) 69.500.000

BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


PENGHASILAN BRUTO
NO SUMBER/JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1. BANTUAN / SUMBANGAN / HIBAH

2. WARISAN

BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN,


3.
PERKUMPULAN, FIRMA, KONGSI

4. KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA

5. BEASISWA

6. PENGHASILAN LAIN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK

JUMLAH BAGIAN B JBB

BAGIAN C : PENGHASILAN ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH


(Rupiah)

PENGHASILAN NETO ISTERI/SUAMI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH

130 | P E R P A J A K A N
FORMULIR
LAMPIRAN - IV
2 0 1 8

TAHUN PAJAK
1770 - IV SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

• HARTA PADA AKHIR TAHUN 0 1 1 8 s.d 1 2 1 8


KEMENTERIAN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN BL TH BL TH

• DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA PEMBUKUAN PENCATATAN

PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0

NAMA WAJIB PAJAK : L A R A S A T I

BAGIAN A : HARTA PADA AKHIR TAHUN

KODE HARGA PEROLEHAN


NO. NAMA HARTA TAHUN PEROLEHAN KETERANGAN
HARTA (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 043 Kendaraan (Mobil Avanza) 2014 250.000.000 Nopol :AD 7724 YU

2 061 Tanah dan Bangunan 2005 150.000.000 -

3 069 Tanah 2015 225.000.000 -

4 014 Deposito 2017 200.000.000 -

10 dst

JUMLAH BAGIAN A JBA 825.000.000

BAGIAN B : KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN

KODE TAHUN JUMLAH


NO. NAMA PEMBERI PINJAMAN ALAMAT PEMBERI PINJAMAN
UTANG PEMINJAMAN (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 109 PT. Nuti Farma Jl. Diponegoro 12 Surabaya 2015 150.000.000

2 109 PT. Kaya Farma Jl. Panembahan 124 Surakarta 200.000.000


2015
3 109 Koperasi Menuju Makmur Jl. Akasia 200 Yogyakarta 30.000.000
2015
4

10 dst

JUMLAH BAGIAN B JBB


380.000.000

BAGIAN C : DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA

NO. NAMA ANGGOTA KELUARGA NIK HUBUNGAN KELUARGA PEKERJAAN

(1) (2) (3) (4) (5)

4
5
dst

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-IV

131 | P E R P A J A K A N
BAB III

SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK WAJIB PAJAK BADAN

(SPT WP BADAN)

BAGIAN 1 : PENDALAMAN MATERI

A. PENGERTIAN SPT TAHUNAN BADAN


SPT Tahunan Badan adalah surat yang digunakan untuk melaporkan pembayaran
pajak, objek dan bukan objek pajak, harta dan kewajiban perusahaan yang sesuai
dengan peraturan perundangan perpajakan yang berlaku.
(SPT Tahunan yang digunakan untuk pelaporan oleh perusahaan hanya yang
berjenis formulir SPT 1771. Pelaporan umumnya dilakukan paling lambat akhir
bulan April setiap tahunnya.)
B. Kewajiban Perpajakan Bagi Badan Usaha
Seluruh badan usaha di Indonesia, baik yang berbentuk Perusahaan Terbatas (PT),
Perusahaan Firma (Fa), Perseroan Komanditer (CV) dan memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) memiliki kewajiban untuk membayar pajak.
C. Jenis pajak bagi WP badan yang harus dibayarkan kepada pemerintah.
Jenis pajak tersebut adalah Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Pajak Penghasilan terdiri dari PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh
Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 29, PPh Pasal 4 Ayat (2), serta PPh Pasal 15.
Sedangkan Pajak Pertambahan Nilai terdiri dari PPN dan PPnBM atau Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
D. Ketentuan Lapor SPT Badan
Menurut UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan keempat atas UU Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, SPT Tahunan
adalah Surat Pemberitahuan (SPT) untuk Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak
(sesuai Pasal 1 Ayat 11). Bagi Wajib Pajak, SPT ini berfungsi sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak terutang
untuk melaporkan hal-hal penting seperti pembayaran atau pelunasan pajak yang

132 | P E R P A J A K A N
telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan pihak lain dalam 1 Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Selain itu, SPT juga berfungsi untuk melaporkan
penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak, harta dan
kewajiban. Serta untuk melaporkan pembayaran dari pemotong tentang
pemotongan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 Masa Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
E. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Usaha
Mekanisme Penghitungan Pajak Badan
1. Penghasilan Kena Pajak
Sebelum Anda melakukan perhitungan Pajak Penghasilan Badan Usaha, Anda
harus terlebih dulu mengetahui nominal penghasilan kena pajak badan.
Bagaimana caranya? Anda bisa mengurangi penghasilan neto fiskal dengan
kompensasi kerugian fiskal. Di mana penghasilan neto fiskal merupakan
penghasilan neto yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri, baik dari
kegiatan usaha maupun bukan, setelah melewati penyesuaian fiskal yang
berdasarkan ketentuan perpajakan. Sedangkan kompensasi neto fiskal adalah
kerugian yang dialami badan. Apabila menggunakan pembukuan, kerugian
tersebut dapat dikompensasi sela+ma lima tahun secara berturut-turut.
2. Penghitungan PPh Terutang
Untuk mendapatkan nominal ini, Anda dapat mengalikan Penghasilan Kena
Pajak dengan tarif pajak yang berlaku. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) bagian b
UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, tarif pajak yang dikenakan
kepada badan adalah 25%. Besar tarif ini berlaku sejak tahun pajak 2010. Tarif
lebih rendah dapat dikenakan kepada wajib pajak badan dalam negeri dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Berbentuk perseroan terbuka.
b. Memiliki sedikitnya 40% jumlah keseluruhan saham yang disetor dan
diperdagangkan di bursa efek Indonesia.
c. Tarif yang dikenakan sebesar 5% lebih rendah daripada tarif normal.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka cara menghitung tarif PPh badan adalah
sebagai berikut:
Perusahaan Maju Bersama memiliki jumlah Penghasilan Kena Pajak senilai
Rp.2.000.000.000, maka tarif PPh badan yang harus dibayarkan adalah

133 | P E R P A J A K A N
25% x Rp2.000.000.000 = Rp500.000.000.
Dan perlu Anda ketahui, penghasilan yang dipotong dengan Pajak Penghasilan
yang bersifat final, tidak termasuk dalam ketentuan ini. Tarif pajak final diatur
dalam aturan tersendiri berdasarkan Peraturan Pemerintah.

F. Ketentuan Lain Tentang PPh Badan


Selain mekanisme di atas. ada juga hal lain yang harus Anda pahami, yaitu
peredaran bruto dan kepentingannya dalam penghitungan PPh Badan. Peredaran
bruto adalah seluruh penghasilan yang diterima, baik orang pribadi maupun
badan. Jika wajib pajak memilih untuk tidak melakukan pembukuan, PKP akan
dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Sebaliknya, jika
wajib pajak melakukan pembukuan yang benar, penghitungan PKP dilakukan
berdasarkan catatan yang tertulis di pembukuan.
Norma Penghitungan Penghasilan Neto yang dimaksud dapat Anda lihat pada
pasal 14 UU No. 36 Tahun 2008 tentang PPh. Berdasarkan ketentuan perpajakan
yang berlaku, Norma Penghitungan Penghasilan Neto dibagi dalam 2 jenis
berdasarkan jumlah peredaran bruto, yaitu:
1. Peredaran Bruto hingga Rp50 Miliar

Penghasilan Bruto Tarif Pajak


(Rp)
Kurang dari Rp4,8 50% x 25% x Penghasilan Kena Pajak
Miliar
Lebih dari Rp4.8 [(50%x25%) x Penghasilan Kena Pajak yang Memperoleh
Miliar s/d Rp50 Miliar Fasilitas] + (25% x Penghasilan Kena Pajak Tidak
Memperoleh Fasilitas
2. Peredaran Bruto di atas Rp50 miliar
PPh badan terutang dengan peredaran bruto di atas Rp50 miliar akan dihitung
berdasarkan ketentuan umum atau tanpa fasilitas pengurangan tarif. Jadi dapat
disimpulkan bahwa besar PPh badan tetap adalah 25% x penghasilan kena
pajak.

Penghasilan Kotor (Bruto) Tarif Pajak

134 | P E R P A J A K A N
1% x Penghasilan Kotor
Kurang dari Rp4.8 Miliar (Peredaran Bruto)

Lebih dari Rp4.8 Miliar s/d Rp50 {0.25 – (0.6 Miliar/Penghasilan Kotor)} x
Miliar PKP

Lebih dari Rp50 Miliar 25% x PKP

3. Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Usaha


Pada tahun 2019, PT Maju Bersama memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp2
Miliar. Maka besar pajak penghasilan PT Maju Bersama adalah:
Harapan. Maka, Pajak yang harus dibayar adalah
50% x 25% x Rp5 Miliar = Rp625 juta.
Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2018, PT Maju
Bersama telah menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar
Rp100 juta dan pajak PPh Pasal 23 sebesar Rp200 juta. Maka, pajak penghasilan
terutang PT Maju Bersama adalah
Rp625 juta – Rp100 juta – Rp200 juta = Rp325 juta.
Rp325 Juta adalah angka yang bisa dicicil oleh PT Maju Bersama ke kas negara
atas penghasilan Badan Usaha di tahun 2018.
Inilah sisa pajak yang dibayar PT Maju Bersama ke Kas Negara atas pajak
penghasilan badan usaha di tahun 2018. Pajak ini bisa dicicil dengan meminta
persetujuan dari kantor pajak setempat. Dalam bentuk tabel, berikut adalah
ringkasan dari perhitungan pajak penghasilan PT. Maju Bersama.

No Keterangan Jumlah

1 Penghasilan Kotor 2.000.000.000

2 Kredit Pajak PPh 21 100.000.000

3 Kredit Pajak PPh 23 200.000.000

4 Pajak Penghasilan Badan (50% x 25% Rp2 Miliar) 625.000.000

5 Pajak Penghasilan Terutang ((4)-(2)-(3)) 325.000.000

135 | P E R P A J A K A N
G. Denda Terlambat Lapor SPT Tahunan Badan
Perlu diketahui bahwa wajib pajak yang terlambat melaporkan SPT Pajak akan
dikenai sanksi sesuai dengan peraturan UU No 28 tahun 2007.
1. Denda keterlambatan melakukan pelaporan
Walau hanya bersifat pelaporan, namun tiap wajib pajak, baik perorangan
maupun perusahaan akan dikenai denda jika terlambat melaporkan Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT). Khususnya terkait wajib pajak perusahaan,
ketentuannya sebagai berikut.
Deskripsi Keterlambatan Besaran Denda
Lapor SPT Tahunan Badan Rp1 Juta
Lapor SPT Masa PPn Rp500 Ribu
Lapor SPT selain PPn Rp100 Ribu

Denda perusahaan kena pajak (PKP) tidak membuat faktur pajak dikenai denda
atas objek transaksi jual beli perusahaan, antara lain:
 2% atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP), atau
 2% atas Barang Kena Pajak (BKP), atau
 2% atas Jasa Kena Pajak (JKP).
Denda PKP terlambat melaporkan SPT masa PPn dikenakan denda berlipat,
antara lain:
 2% atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP), dan
 Sanksi administrasi sebesar Rp500 ribu.
Bagi perusahaan yang terlambat membayar pajak akan dikenai denda 2% per
bulan sejak periode pajak yang belum dibayar.
H. Pelaporan SPT Online
Syarat Melaporkan SPT Tahunan Badan Secara Online
1. Sudah memiliki EFIN Aktif.
2. Sudah memiliki data SPT Elektronik.
3. Menyiapkan dokumen yang dibutuhkan.

Dokumen yang harus disiapkan untuk melakukan pelaporan, antara lain:


1. Dokumen SPT Tahunan PPh Badan 1771.
2. Dokumen SPT masa PPN.

136 | P E R P A J A K A N
3. Faktur pajak dari Januari s.d. Desember.
4. SPT masa PPh Pasal 21 periode Januari s.d. Desember.
5. Bukti pemotongan pajak PPh Pasal 23 periode Januari s.d. Desember.
6. Bukti pemungutan PPh Pasal 22 periode Januari s.d. Desember.
7. Bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 periode Januari s.d. Desember.
8. Bukti pembayaran PPh Pasal 4 ayat 2 (PPh Final 1%) mengikuti ketentuan.
9. Bukti pembayaran PPh Pasal 25 periode Januari s.d. Desember.
10. Bukti pembayaran Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25 periode Januari s.d.
Desember.
11. Laporan neraca rugi dan laba.
12. laporan keuangan hasil audit akuntan publik.
13. Buku besar pembantu pendukung laporan keuangan.
14. Rekening koran atau tabungan perusahaan.
15. Bukti penerimaan dan pengeluaran (nota, kuitansi, dll).
16. Akta pendirian atau perubahan perusahaan.
17. Lampiran SPT Tahunan Badan.

Cara Mudah Melaporkan SPT Badan dengan e-Filing Pajak


E-Filing adalah cara melaporkan SPT atau Surat Pemberitahuan Tahunan secara
online, cepat, dan gratis. E-filing dibuat bertujuan untuk memberikan kemudahan
para wajib pajak dalam melaporkan kewajiban pajak mereka sehingga tidak ada
lagi alasan untuk menghindari pajak.
Laporan data yang dimasukan dalam e-Filing akan dijaga kerahasiaannya karena
telah dilindungi dengan adanya e-FIN sebagai salah satu alat autentikasi agar
setiap transaksi elektronik dapat di-enkripsi sehingga terjamin kerahasiaannya.
Anda harus mengaktifkan e-FIN terlebih dahulu untuk bisa melaporkan SPT
melalui e-Filing. Berikut penjelasan yang bisa diterapkan saat menggunakannya.

Petunjuk Registrasi Layanan e-Filing

Sebelum melakukan registrasi dan melaporkan SPT, Anda perlu memerhatikan


beberapa hal penting berikut:
137 | P E R P A J A K A N
 Registrasi terlebih dahulu untuk menggunakan layanan e-Filing.
 Kunjungi KPP/KP2KP terdekat untuk melakukan aktivasi E-FIN.
 Isi formulir permohonan aktivasi e-FIN.
 Permohonan harus dilakukan sendiri dan tidak dapat dikuasakan oleh pihak
lain.
 Permohonan hanya dilakukan sekali untuk seluruh layanan elektronik Filing.
Setelah memenuhi beberapa persyaratan di atas, Anda dapat melakukan registrasi
e-Filing. Berikut adalah tahapannya.
 Registrasi layanan e-Filing dengan mengunjungi website DJP Online.
 Isi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan nomor e-FIN yang telah Anda
dapatkan dari KPP/KP2KP. Selanjutnya klik Verifikasi.
 Nama Wajib Pajak secara otomatis akan terisi. Pastikan informasi tersebut
sudah sesuai dengan identitas Anda.
 Isi alamat email aktif Anda, nomor handphone, dan buat password. Buatlah
kombinasi antara angka dan huruf untuk memperkuat password Anda.
selanjutnya klik Simpan.
 Silahkan cek inbox pada email yang telah didaftarkan sebelumnya. Kemudian
klik link yang tersedia dalam email tersebut untuk aktivasi akun. Selanjutnya e-
Filing siap digunakan.

Petunjuk Pengisian SPT Tahunan Badan Usaha dengan e-Filing

Setelah Anda melakukan registrasi sesuai petunjuk di atas, selanjutnya Anda dapat
melakukan pengisian SPT dan melaporkannya. Untuk wajib pajak badan usaha
terdapat sedikit perbedaan dalam pelaporannya. Wajib pajak badan usaha perlu
mengisi formulir SPT 1771 beserta lampirannya. Berikut adalah tahapan yang
harus dilakukan:

 Untuk menggunakan layanan ini Anda harus Login ke halaman DJP Online.
 Klik e-Filing untuk masuk ke halaman e-Filing, selanjutnya klik Buat SPT untuk
mulai membuat SPT.
 Ikuti dan jawab pertanyaan yang diberikan untuk menentukan jenis formulir
yang sesuai dengan profil Anda. Wajib pajak badan usaha tergolong dalam SPT
1771.
138 | P E R P A J A K A N
 Isi seluruh formulir atau pertanyaan panduan yang diberikan sesuai dengan
profil Anda.
 Untuk mengirim SPT, Anda harus mengisi kode verifikasi yang dapat Anda lihat
di email.
 Proses mengisi SPT melalui e-Filing akan selesai ketika Anda klik tombol Kirim
SPT.
e-Filing adalah salah satu bentuk usaha dari pemerintah untuk membantu
memudahkan masyarakat dan badan usaha untuk membayar pajak. Bagi sebagian
orang, mungkin layanan ini terlihat cukup sulit karena harus dilakukan secara
online. Namun, sebenarnya ini lebih memudahkan, praktis, dan menghemat waktu
dibanding dengan cara manual.
Untuk mengetahui nominal pajak yang harus dibayarkan tentu Anda harus
memiliki penghitungan pajak yang benar. Oleh karena itu, Anda harus memiliki
perencanaan pembayaran pajak. Dengan membuat estimasi pajak, Anda dapat
mengelola keuangan perusahaan dengan lebih tepat dan akurat. Anda bisa
menggunakan bantuan software akuntansi yang aman dan tepercaya seperti
Jurnal.

Cara Mengisi SPT Online Anda melalui E-Filing


E-Filing Pajak adalah suatu cara penyampaian SPT secara elektronik yang
dilakukan wajib pajak orang pribadi dan badan secara online dan real
time pada website resmi DJP Online atau Penyedia Jasa Aplikasi resmi. Sebelum
Anda mengetahui dan memahami cara mengisi SPT Online, pastikan Anda
mempersiapkan 5 hal berikut terlebih dahulu untuk mempermudah pengisian SPT
Tahunan Anda,:

1. Syarat Lapor SPT Tahunan Karyawan (email aktif dan EFIN Pajak)
2. Bukti Potong PPh Pasal 21 PNS atau Karyawan
3. Penghasilan PPh Final
4. Daftar Harta dan Kewajiban
5. Penghasilan Tidak Kena Pajak

Cara Mengisi SPT Online

139 | P E R P A J A K A N
1. Langkah 1: Log In e-Filing DJP Online
Untuk login ke DJP Online silahkan akses dan masuk ke laman berikut
ini https://djponline.pajak.go.id/
2. Langkah 2: Membuat SPT Tahunan DJP Online
Setelah Anda klik logo eFiling Pajak tersebut, akan muncul halaman daftar SPT
yang pernah Anda buat, kemudian klik tombol “Buat SPT”
Setelah itu Anda akan diberikan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut:
a. Contoh 1 Isian untuk pekerjaan sebagai Karyawan Swasta atau Pegawai
Negeri di atas 60 juta menggunakan formulir SPT 1770S
b. Contoh 2 Isian untuk pekerjaan sebagai Pegawai Gaji per tahun di bawah
60 juta menggunakan formulir SPT 1770SS
c. Contoh 3 Isian untuk pekerjaan sebagai Pemilik Usaha atau Pekerjaan
Bebas menggunakan formulir SPT 1770
Keterangan:
a. Pekerjaan Bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan
yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
b. Pisah Harta adalah apabila dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri
berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.
c. Menjalankan Kewajiban Perpajakan Sendiri (MT) adalah apabila
dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri.
d. Penghasilan Bruto adalah jumlah seluruh penghasilan bruto yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak sehubungan dengan pekerjaan selama Tahun
Pajak yang bersangkutan dari setiap pemberi kerja. Penghasilan tersebut
antara lain dapat berupa Gaji/uang pensiun/Tunjangan Hari Tua (THT),
tunjangan PPh, tunjangan lainnya, uang penggantian, uang lembur dan
sebagainya. honorarium, imbalan lain sejenisnya, premi asuransi yang
dibayar pemberi kerja, penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan
lainnya yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21, bonus, gratifikasi, jasa
produksi, dan THR.

3. Langkah 3: e-Filing Pajak

140 | P E R P A J A K A N
Untuk cara e-Filing, berikut adalah untuk SPT Tahunan Orang Pribadi 1770S
(seperti pada Contoh 1 di atas). Untuk cara pengisian pada Contoh 2 dan
Contoh 3 dapat Anda ikuti penjelasan yang sudah ada di situs resmi efiling
pajak. Berikut tampilan awal SPT 1770S, isi Tahun Pajaknya kemudian klik
tombol “langkah berikutnya“.
a. Data Form DJP Online Pajak
 Tahun Pajak adalah tahun diterima atau diperolehnya penghasilan, pilih
sesuai tahun penghasilan.
 Status SPT Normal adalah jika Anda menyampaikan SPT untuk kali
pertama untuk tahun pajak tertentu. Jika Anda memilih normal, nilai
pembetulan akan terisi otomatis dengan angka nol (0) dan tidak dapat
diubah.
 Status SPT Pembetulan adalah Jika Anda menyampaikan SPT untuk
membetulkan SPT yang dilaporkan sebelumnya. Jika Anda memilih
pembetulan, Isikan nilai pembetulan ke-berapa SPT Anda pada kotak
isian pembetulan dan pastikan bahwa SPT sebelumnya telah Anda
Kirimkan ke Direktorat Jenderal Pajak.
b. Lampiran II
Selanjutnya untuk langkah ke-2, tampilannya sebagai berikut
Isi semua kolom yang disediakan, namun jika tidak ada, bisa langsung Anda
klik “Lanjut Ke….”
Keterangan:
 Bagian A : Isilah kolom sesuai dengan data pemotongan PPh yang
bersifat final yang Anda miliki
 Bagian B : Ketentuan pengisian Daftar Harta:
 Tanah (cantumkan lokasi dan luas tanah);
 Bangunan (cantumkan lokasi dan luas bangunan);
 Kendaraan bermotor, mobil, sepeda motor (cantumkan merek dan
tahun pembuatannya)
 Kapal pesiar, pesawat terbang, helikopter, jetski, peralatan olah raga
khusus, dan sejenisnya

141 | P E R P A J A K A N
 Uang Tunai Rupiah, Valuta Asing sepadan US Dollar, Simpanan
termasuk tabungan dan deposito di Bank Dalam dan Luar Negeri,
Piutang, dan sebagainya dicantumkan secara global
 Efek-efek (saham, obligasi, commercial paper, dan sebagainya)
dicantumkan secara global
 Keanggotaan perkumpulan eksklusif (keanggotaan golf, time
sharing dan sejenisnya)
 Penyertaan modal lainnya dalam perusahaan lain yang tidak atas
saham (CV, Firma) dicantumkan secara global
 Harta berharga lainnya, misalnya batu permata, logam mulia, dan
lukisan dicantumkan secara global
 Kolom Keterangan: Kolom ini diisi dengan keterangan-keterangan
lain yang dianggap perlu. Misalnya untuk rumah dan tanah diberi
keterangan Nomor Objek Pajak (NOP) sesuai yang tertera dalam SPPT
PBB.
 Bagian C : Daftar ini digunakan untuk melaporkan jumlah
kewajiban/utang pada akhir Tahun Pajak

Contoh: Bila Anda meminjam sejumlah uang kepada Bank A Jl. Gatot
Subroto No. 40 Bandung sebesar Rp100.000.000 pada Tahun 2017.
Sampai dengan akhir Tahun 2019, sisa pinjaman yang masih harus
dilunasi kepada Bank A adalah sebesar Rp20.000.000.
Maka cara pengisiannya adalah:
 Nama Pemberi Pinjaman: Bank A.
 Alamat Pemberi Pinjaman: Jl. Gatot Subroto No. 40 Bandung.
 Tahun Peminjaman: 2017.
 Jumlah : Rp. 20.000.000
 Bagian D : Bagian ini diisi dengan daftar susunan anggota keluarga yang
menjadi tanggungan sepenuhnya Wajib Pajak, sesuai kondisi awal tahun
pajak.
c. Lampiran I

142 | P E R P A J A K A N
Pada halaman ini, karena status Anda adalah pegawai/karyawan, maka
Bagian C adalah yang WAJIB Anda isi, berikut contohnya:
 Menu Lampiran I.
 Contoh isian bukti potong. Jumlah PPh yang dipotong bisa Anda lihat
pada Bukti Potong PPh 21 dari Bendahara.
 Tampilan Bukti potong berhasil di-input.
 Induk SPT Online

Pada halaman ini Anda harus memasukkan angka-angka yang ada dalam
bukti potong ke dalam formulir SPT Tahunan Online, berikut tampilannya:
Isi seluruh bagian (A hingga F) dan yang terpenting adalah pada bagian E
(PPh Kurang/Lebih Bayar). Untuk karyawan/pegawai bagian ini
seharusnya terisi NIHIL. Jika terjadi kurang/lebih bayar maka cek kembali
bukti potong pada Lampiran I. Konsekuensi jika terjadi kurang bayar
adalah, Anda diharuskan membayar pajak yang kurang dibayarkan. Namun
jika terjadi lebih bayar, maka akan dilakukan Pemeriksaan Pajak atas diri
Anda. Kedua opsi ini kurang baik, maka dari itu coba teliti kembali. Anda
juga bisa konsultasikan ke bendahara kantor jika hal ini terjadi.

4. Langkah 4: Lapor SPT Tahunan


Selesai mengisi formulir, pada langkah ke-4 Anda diminta untuk mengirimkan
SPT Tahunan Online yang sudah Anda isi, tampilannya sebagai berikut:
Silahkan Anda klik tombol “di sini” kemudian cek email yang terhubung
dengan akun eFiling pajak Anda.

Setelah Anda memasukkan Kode Verifikasi ke kolom Kirim SPT, silahkan klik
tombol “Kirim SPT“. Jika berhasil maka Anda akan diarahkan kembali ke
halaman daftar SPT.

Setelah memahami cara mengisi SPT Online melalui e-filing, segera persiapkan
dokumen-dokumen yang dipersyaratkan sekarang juga. Jangan tunda waktu

143 | P E R P A J A K A N
pelaporan Anda hingga mendekati batas pelaporan SPT. Lebih awal Anda
melapor pajak, lebih baik.

Berikut ini sejumlah kelebihan e-Filing Online Pajak:

1. Tampilan Aplikasi yang Mudah Dimengerti


Di Online Pajak, Anda dapat dengan mengerti dan menyelesaikan setiap
tahapannya dengan mudah. Tidak ada pesan-pesan error dengan angka-angka
yang rumit dan sulit dimengerti.
2. Tahapan yang Lebih Ringkas
Dengan tahapan penyelesaian e-Filing pajak yang lebih ringkas, pekerjaan
Anda jadi lebih cepat diselesaikan.
3. Aplikasi Terintegrasi
Di Online Pajak, hitung, setor, dan lapor pajak online dilakukan di satu aplikasi
secara otomatis dan dengan langkah sederhana. Sehingga pekerjaan Anda
dapat diselesaikan lebih cepat dan efisien, tanpa harus melakukan perhitungan
manual, pengisian SPT Masa PPh 21 dan PPN pun dilakukan secara otomatis,
buat ID Billing dan setor pajak online dapat diselesaikan dengan 1 klik saja,
demikian juga lapor pajak online.
4. Bukti Lapor dan Bayar Disimpan di Satu Aplikasi
Karena merupakan aplikasi terintegrasi, maka bukti lapor (Bukti Penerimaan
Elektronik/BPE) dan bukti bayar (Bukti Penerimaan Negara/BPN) Anda
disimpan di satu aplikasi berbasis web. Sehingga, jika suatu saat Anda
membutuhkannya, Anda akan mudah menemukannya dan mengaksesnya dari
mana saja, kapan saja.
5. Kepastian Tanggal Bukti Lapor
Di OnlinePajak, kami memberikan kepastian tanggal bukti lapor. Tanggal pada
BPE Anda adalah tanggal saat Anda klik tombol “Lapor”. Sehingga,
saat server DJP sedang terjadi kendala teknis, terutama di saat tenggat lapor,
Anda tetap akan menerima BPE dengan tanggal saat Anda klik tombol “Lapor”.

Cara Lapor Pajak Online/e-Filing dengan OnlinePajak

144 | P E R P A J A K A N
Di Online Pajak, Anda bisa memilih cara lapor pajak online/e-Filing yang Anda
sukai. Baik dengan mengunggah file CSV SPT apa pun yang Anda dapatkan
dari software e-SPT/e-Faktur DJP, atau dengan menggunakan fitur hitung pajak
otomatis dan file CSV SPT PPh Pasal 21 atau PPN secara langsung di aplikasi
OnlinePajak secara gratis, atau dengan metode e-Filing bulk upload yang
merupakan fitur premium alias berbayar bagi perusahaan besar yang memiliki
banyak NPWP perusahaan.

1. Cara Lapor Pajak Online/e-Filing dengan Unggah CSV


Semua SPT bisa dilaporkan dengan menggunakan fitur lapor pajak online di
OnlinePajak secara gratis, sepanjang memiliki file CSV. Pilihan ini
memungkinkan Anda untuk lapor:
a. SPT Masa Badan
b. SPT Tahunan Badan dan Pribadi
c. SPT dengan semua jenis status pembayaran (nihil, kurang bayar, dan lebih
bayar)
d. SPT dengan status pembetulan
2. Cara Mengisi dan Lapor SPT Badan (manual)
Cara mengisi dan lapor SPT Badan menggunakan formulir SPT Tahunan Badan
1771 dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
(Mengakses formulir SPT Tahunan Badan 1771 pada e-SPT dari DJP.)
a. Pertama, e-SPT harus di-install terlebih dahulu. Periksa hasil ekstrak dan
cari file “Cara Instalasi.txt”, yang di dalamnya telah dijelaskan urutan
pemasangan file. Instalasi tiap file tersebut sesuai urutan berikut ini:
 Pertama, instalasi terlebih dahulu file “1.exe”
 Selanjutnya, instalasi file “2.msi”
 Dan yang terakhir instalasi file “3.exe”.
b. Setelah aplikasi e-SPT PPh Badan sudah berhasil di-install, kemudian
carilah menggunakan jalan pintas pada menu “Start” dengan nama e-SPT
PPh Tahunan Badan Rupiah. Setelah dijalankan, maka akan ada 6 jenis
isian database, tapi hanya nomor 6 yang dapat digunakan
(db1771_2010). Jika Anda ingin membuat database untuk beberapa

145 | P E R P A J A K A N
perusahaan sekaligus, maka Anda harus menduplikat database yang
kosong. Template database kosong telah disediakan pada folder hasil
unduhan SPT Badan\Database Kosong.

Meskipun database telah Anda gandakan dan ganti namanya, tetapi


aplikasi belum mengenalinya sebagai database yang baru, maka untuk
menampilkan database ini di e-SPT Anda perlu menambahkannya di data
source Windows. Caranya adalah mengakses Control Panel\All Control
Panel Items\Administrative Tools. Kemudian klik pada “ODBC Data
Sources (32 Bit)” jika Anda belum punya programnya bisa dicari di
C:\Windows\SysWOW64 nanti cari/search odbcad32.exe. Lalu klik tab
“System DSN” dan klik “Add”. Anda harus memilih jenis “Microsoft Access
Driver (*.mdb)” dan klik “Finish”. Selanjutnya, isikan nama database yang
baru dan masukkan deskripsi (pilihan). Pilihlah direktori tempat
database yang baru disimpan, lalu pada panel bagian kiri pilih database
yang dibuat, klik “OK” untuk menutup window, lalu klik “OK” sekali lagi.
Apabila langkah-langkah tersebut sudah dilakukan dengan benar, maka
pada daftar System Data Sources akan muncul nama database yang baru.
c. Menjalankan e-SPT PPh Badan.

146 | P E R P A J A K A N
BAGIAN 2 : LATIHAN SOAL

A. KASUS 1771 PPh Final 0,5% dari Peredaran Bruto


PT.Sejahtera Mutiara Mas beralamat di Jalan Kamper Raya 22 Tanjung,
Purwokerto bergerak di bidang perdagangan Alat Tulis Kantor berdiri 2016.
Berikut data Wajib Pajak Tahun Pajak 2019 :
Identitas Wajib Pajak
Nama Wajib Pajak : PT SEJAHTERA MUTIARA MAS
NPWP : 02 025 456 9 521 000
Alamat : Jalan Kamper Raya 22 Tanjung, Purwokerto
Jenis Usaha : PERDAGANGAN
Nama Pimpinan : Agus Handoyo
Pembukuan : tidak diaudit
Tahun Pajak : Januari s/d Desember
Sistem akuntansi : Manual
Konsultan Pajak : Tidak menggunakan konsultan pajak
Metode Penilaian Persediaan : FIFO
Metode Penyusutan/Amorstisasi : Garis lurus
Telp. : 0281 643266

Susunan Pengurus
1. Presiden Komisaris :
Nama : Satya Nugraha
NPWP : 06.425.232.5-521.000
Alamat : Jl.Veteran No.50 Purwokerto
2. Komisaris :
Nama : Amirudin
NPWP : 06.265.252.5-521.000
Alamat : Jl. Puteran No.150 Purwokerto
3. Direktur :
Nama : Agus Handoyo
NPWP : 06.364.254.5-521.000
Alamat : Jl.Mawar No.50 Purwokerto

147 | P E R P A J A K A N
Telpon : 0281-643266

Penyertaan Modal :
1. Nama : Satya Nugraha
NPWP : 06.425.232.5-521.000
Alamat : Jl.Veteran No.50 Purwokerto
Nominal : 1.500.000.000
2. Nama : Amirudin
NPWP : 06.265.252.5-521.000
Alamat : Jl. Puteran No.150 Purwokerto
Nominal : 750.000.000

3. Nama : Agus Handoyo


NPWP : 06.364.254.5-521.000
Alamat : Jl.Mawar No.50 Purwokerto
Nominal : 750.000.000

Data Pembayaran Pajak


1. Data PPh Pasal 22 :
Pemungut Pajak : BENDAHARA DISHUB
NPWP : 00.111.111.1-521.000
Objek PPh Pasal 22 : 50.000.000
PPh Pasal 22 : 750.000
Tanggal Setor : 05 April 2019
2. Data PPh Pasal 25 :
Januari sd Desember : 11.100.000
Desember : 1.000.000
3. Peredaran Usaha Bruto Tahun 2018 sebesar : 4.300.000.000

148 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN KHUSUS 1A
SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
TAHUN PAJAK 2 0 1 9
DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL

NPWP : 0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0 NAMA WAJIB PAJAK : P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S

BULAN / HARGA NILAI SISA BUKU FISKAL METODE PENYUSUTAN / AMORTISASI


KELOMPOK / JENIS HARTA TAHUN PEROLEHAN AWAL TAHUN PENYUSUTAN / AMORTISASI FISKAL TAHUN INI CATATAN (Nilai sisa buku)
PEROLEHAN (RUPIAH) (RUPIAH) KOMERSIAL FISKAL (RUPIAH)
HARTA BERWUJUD
Kelompok 1 :
5 Komputer 1 Januari 2018 20.000.000 15.000.000 Garis lurus Garis lurus 5.000.000 10.000.000
4 Mesin Fotocopy 1 Januari 2018 40.000.000 30.000.000 Garis lurus Garis lurus 10.000.000 20.000.000

Kelompok 2 :

5 Etalase dari Aluminium 1 Januari 2019 40.000.000 40.000.000 Garis lurus Garis lurus 5.000.000 35.000.000
Kelompok 3 :
………………………………………………….
Kelompok 4 :
………………………………………………….
KELOMPOK BANGUNAN
Permanen

Tidak Permanen :
………………………………………………….

100.000.000 85.000.000
JUMLAH PENYUSUTAN FISKAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………………………………...……………..………………..……………………………..
Ø 20.000.000 65.000.000
JUMLAH PENYUSUTAN KOMERSIAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……..………………………...……..……………..…………………………………..
Ø 20.000.000 65.000.000
SELISIH PENYUSUTAN ( PINDAHKAN KE FORMULIR 1771-I ANGKA 5 HURUF i ATAU ANGKA 6 HURUF a) ……………..……………..……………..……………..……………….………………………..………………………….
Ø - -
HARTA TAK BERWUJUD
Kelompok 1 :
………………………………………………….
Kelompok 2 :
………………………………………………….
Kelompok 3 :
………………………………………………….
Kelompok 4 :
………………………………………………….
Kelompok Lain-lain
………………………………………………….
JUMLAH AMORTISASI FISKAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..………………...…..………………………....…………………………………………………..
Ø
JUMLAH AMORTISASI KOMERSIAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..………………………………….…..………………….…..……………..……………………………………..
Ø
SELISIH AMORTISASI ( PINDAHKAN KE FORMULIR 1771-I ANGKA 5 HURUF j ATAU ANGKA 6 HURUF b) …….………..………..……..……………..……………..………………………………………………….
Ø

Purw okerto, 3 0 0 4 1 9
WAJIB PAJAK / KUASA

Agus Handoyo

149 | P E R P A J A K A N
PT SEJAHTERA MUTIARA MAS
LAPORAN RUGI LABA
PERIODE JANUARI S/D DESESEMBER 2019
Peredaran Usaha Bruto Dari Penjualan ATK 4.500.000.000
HPP :
Persediaan awal 1.200.000.000
Pembelian barang 3.000.000.000 -
Tersedia dijual 4.200.000.000
Persediaan akhir 1.200.000.000 -
HPP : 3.000.000.000 -
Laba bruto usaha 1.500.000.000
Biaya Administrasi & Umum
- biaya gaji karyawan 300.000.000
- biaya Promosi 20.000.000
- biaya Adm kantor 50.000.000
- biaya listrik dan telepon 20.000.000
- biaya pemeliharaan rutin aktiva 10.000.000
- biaya perjalanan dinas 5.000.000
- biaya Premi asuransi 4.000.000
- biaya sewa Toko 60.000.000
- biaya sumbangan dalam rangka peringatan hari kemerdekaan 1.000.000
- biaya sanksi administrasi PPN 6.000.000
- biaya penyusutan 20.000.000
- biaya pembuatan seragam satpam 7.000.000
- biaya pembuatan seragam karyawan selain satpam 1.600.000 +
Total Biaya Adm & Umum 504.600.000
Laba Neto Usaha : 995.400.000
Penghasilan Luar Usaha :
Penghasilan jasa giro dan bunga deposito 7.000.000
Menerima sumbangan dari pemerintah 50.000.000 +
Jumlah Penghasilan Luar Usaha : 57.000.000
Biaya Luar Usaha :
Pajak atas jasa giro dan bunga deposito 1.400.000 +
Jumlah Biaya Luar Usaha : 1.400.000
Laba Neto komersial 1.051.000.000
Koreksi Fiskal Positif :
biaya sumbangan dalam rangka peringatan hari kemerdekaan 1.000.000
biaya sanksi administrasi PPN 6.000.000
biaya pembuatan seragam karyawan selain satpam 1.600.000
Pajak atas jasa giro dan bunga deposito 1.400.000 +
Total koreksi positif 10.000.000
Koreksi Fiskal Negatif :
Penghasilan jasa giro dan bunga deposito 7.000.000
Menerima sumbangan mesin cetak dari pemerintah 50.000.000 +
Total koreksi negatif 57.000.000
PPh 29 Terutang 113.650.000
Laba neto Fiskal 1.004.000.000

Direktur

Agus Handoyo

150 | P E R P A J A K A N
PERHITUNGAN PPH BADAN
1 Peredaran Usaha Bruto Tahun 2018 sebesar : 4.300.000.000
2 Perhitungan PPh Badan Tahun Terutang
Rincian Peredaran Bruto 2018
No Bulan Peredaran bruto Tarif PPh Terutang
1 Januari 235.000.000 1% 2.350.000
2 Februari 315.000.000 1% 3.150.000
3 Maret 420.000.000 1% 4.200.000
4 April 445.000.000 1% 4.450.000
5 Mei 385.000.000 1% 3.850.000
6 Juni 295.000.000 1% 2.950.000
7 Juli 325.000.000 0,5% 1.625.000
8 Agustus 440.000.000 0,5% 2.200.000
9 September 435.000.000 0,5% 2.175.000
10 Oktober 310.000.000 0,5% 1.550.000
11 November 430.000.000 0,5% 2.150.000
12 Desember 265.000.000 0,5% 1.325.000
JUMLAH 4.300.000.000 31.975.000

151 | P E R P A J A K A N
PT SEJAHTERA MUTIARA MAS
Neraca
Per 31 Desember 2018

AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar
Kas Rp. 228.975.000 Hutang Bank Rp.
Bank Rp. 931.153.550 Hutang PPh Psl 25 Des 2016 Rp. 1.000.000
Piutang Dagang Rp. 2.620.096.450 Hutang PPh Psl 29 Rp. 113.650.000 +
Persediaan Rp. 1.200.000.000 + Jumlah Hutang Rp. 114.650.000

Jumlah Aktiva Lancar Rp. 4.980.225.000

Aktiva Tetap
Aktiva tetap Rp. 100.000.000 Modal Rp. 3.000.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp. 35.000.000 - Laba Ditahan Rp. 926.575.000
Jumlah Aktiva Tetap Rp. 65.000.000 Laba Tahun Berjalan Rp. 1.004.000.000

Total Aktiva Rp. 5.045.225.000 Total Kewajiban & Ekuitas Rp. 5.045.225.000

-
PT SEJAHTERA MUTIARA MAS

Agus Handoyo
Direktur

152 | P E R P A J A K A N
PERUSAHAAN LAMPIRAN KHUSUS 8A-2
8A-2
DAGANG SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN TAHUN PAJAK
TRANSKRIP KUTIPAN ELEMEN-ELEMEN
DARI LAPORAN KEUANGAN 2 0 1 8
NPWP : 0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S

I. ELEMEN DARI NERACA

NO. URAIAN NILAI (RUPIAH) NO. URAIAN NILAI (RUPIAH)


1. KAS DAN SETARA KAS 1.160.128.550 1. HUTANG USAHA PIHAK KETIGA -
HUTANG USAHA PIHAK YANG MEMPUNYAI
2. INVESTASI SEMENTARA - 2.
HUBUNGAN ISTIMEWA -
3. PIUTANG USAHA PIHAK KETIGA 2.620.096.450 3. HUTANG BUNGA -
PIUTANG USAHA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN
4.
ISTIMEWA - 4. HUTANG PAJAK 114.650.000
5. PIUTANG LAIN-LAIN PIHAK KETIGA - 5. HUTANG DIVIDEN -
PIUTANG LAIN-LAIN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN
6.
ISTIMEWA - 6. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR -
7. PENYISIHAN PIUTANG RAGU-RAGU - 7. HUTANG BANK -
BAGIAN HUTANG JANGKA PANJANG YANG
8. PERSEDIAAN 1.200.000.000 8.
JATUH TEMPO DALAM TAHUN BERJALAN -
9. BEBAN DIBAYAR DI MUKA - 9. UANG MUKA PELANGGAN -
10. UANG MUKA PEMBELIAN - 10. KEWAJIBAN LANCAR LAINNYA -
11. AKTIVA LANCAR LAINNYA - 11. HUTANG BANK JANGKA PANJANG -
HUTANG USAHA JANGKA PANJANG PIHAK
12. PIUTANG JANGKA PANJANG - 12.
LAIN -
HUTANG USAHA JANGKA PANJANG PIHAK YANG
13. TANAH DAN BANGUNAN - 13.
MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA -
14. AKTIVA TETAP LAINNYA 100.000.000 14. KEWAJIBAN PAJAK TANGGUHAN -
15. DIKURANGI: AKUMULASI PENYUSUTAN (35.000.000) 15. KEWAJIBAN TIDAK LANCAR LAINNYA -
16. INVESTASI PADA PERUSAHAAN ASOSIASI - 16. MODAL SAHAM 3.000.000.000
17. INVESTASI JANGKA PANJANG LAINNYA - 17. AGIO SAHAM (TAMBAHAN MODAL DISETOR) -
18. HARTA TIDAK BERWUJUD - 18. LABA DITAHAN TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA 926.575.000
19. AKTIVA PAJAK TANGGUHAN - 19. LABA DITAHAN TAHUN INI 1.004.000.000
20. AKTIVA TIDAK LANCAR LAINNYA - 20. EKUITAS LAIN-LAIN
JUMLAH AKTIVA 5.045.225.000 JUMLAH KEW AJIBAN DAN EKUITAS 5.045.225.000
II. ELEMEN DARI LAPORAN LABA/RUGI

NO. URAIAN NILAI (RUPIAH)


1. PENJUALAN BERSIH 4.500.000.000
2. PEMBELIAN 3.000.000.000
3. SALDO BARANG DAGANGAN - AWAL 1.200.000.000
4. SALDO BARANG DAGANGAN - AKHIR 1.200.000.000
5. HARGA POKOK PENJUALAN (2 + 3 - 4) 3.000.000.000
6. LABA KOTOR (1 - 5) 1.500.000.000
7. BEBAN PENJUALAN -
8. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI 504.600.000
9. LABA USAHA (6 - 7 - 8) 995.400.000
10. PENGHASILAN/(BEBAN) LAIN 55.600.000
11. BAGIAN LABA (RUGI) PERUSAHAAN ASOSIASI -
12. LABA/RUGI SEBELUM PAJAK PENGHASILAN (9 + 10 + 11) 1.051.000.000
13. BEBAN (MANFAAT) PAJAK PENGHASILAN -
14. LABA (RUGI) DARI AKTIVITAS NORMAL (12 - 13) 1.051.000.000
15. POS LUAR BIASA -
16. LABA/RUGI SEBELUM HAK MINORITAS (14 + 15) 1.051.000.000
17. HAK MINORITAS ATAS LABA (RUGI) BERSIH ANAK PERUSAHAAN -
18. LABA BERSIH (16 - 17) 1.051.000.000
III. ELEMEN TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA SESUAI DENGAN PSAK NOMOR 7

NO. PIHAK-PIHAK JENIS TRANSAKSI NILAI TRANSAKSI (RUPIAH)

PERNYATAAN
Dengan meny adari sepenuhny a akan segala akibatny a termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan y ang berlaku, say a meny atakan bahwa apa
y ang telah say a beritahukan di atas adalah benar, lengkap dan jelas.

a. PURWOKERTO 3 0 0 4 2 0 1 9
(Tempat) (tgl) (bln) (thn)

b. X WAJIB PAJAK KUASA


c. NAMA LENGKAP PENGURUS/KUASA
A G U S H A N D O Y O
(d. Tanda tangan dan cap perusahaan)

153 | P E R P A J A K A N
FORMULIR
SPT TAHUNAN TAHUN PAJAK

1771 PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN


PERHATIAN : • SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN
2 0 1 8
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM SPT PEMBETULAN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) Y ANG SESUAI KE-…

NPWP : 0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S
IDENTITAS

NAMA WAJIB PAJAK :

JENIS USAHA : P E R D A G A N G A N KLU :

NO. TELEPON : 0 2 8 1 - 6 4 3 2 6 6 - - NO. FAKS : -

PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 8 s.d. 1 2 1 8


NEGARA DOMISILI KANTOR PUSAT (khusus BUT) :

PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN X TIDAK DIAUDIT

NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK :

NAMA AKUNTAN PUBLIK :

N P W P AKUNTAN PUBLIK :

NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK :

N P W P KANTOR KONSULTAN PAJAK :

NAMA KONSULTAN PAJAK :

NPWP KONSULTAN PAJAK :

*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3) RUPIAH *)
(1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NETO FISKAL
A. PENGHASILAN

1
(Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 8 Kolom 3) …………………………………………………………………. 1.004.000.000
KENA PAJAK

2. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL


2
(Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 8) ………………………………… -

3. PENGHASILAN KENA PAJAK (1-2) ……...…..…………………………………….…………………..…………


3 1.004.000.000

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT)
B. PPh TERUTANG

a. Tarif PPh Ps. 17 ayat (1) Huruf b X Angka 3 ………….


b. Tarif PPh Ps. 17 ayat (2b) X Angka 3 ……………………. 4 -
c. X Tarif PPh Ps. 31E ayat (1)
(Lihat Buku Petunjuk)

5. PENGEMBALIAN / PENGURANGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI


5
(PPh Ps. 24) YANG TELAH DIPERHITUNGKAN TAHUN LALU ………………………………………. -

6. JUMLAH PPh TERUTANG (4 + 5) …..………………………………….…………………..…………


6 -

7. PPh DITANGGUNG PEMERINTAH (Proyek Bantuan Luar Negeri) ……..………………..………………..………


7 -
8. a. KREDIT PAJAK DALAM NEGERI
8a
(Diisi dari Formulir 1771-III Jumlah Kolom 6) ……….……………..…....………………..………………..………………..…… 750.000
b. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI
8b
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Jumlah Kolom 8) ……….………………..………………..………………..………………..… -
C. KREDIT PAJAK

c. JUMLAH ( 8a + 8b ) ……...……………..….…………………………………………………………………………..………
8c 750.000

9. a. X PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI


(6 – 7 – 8c)…. 9 (750.000)
b. PPh YANG LEBIH DIPOTONG / DIPUNGUT

10. PPh YANG DIBAYAR SENDIRI


10a
a. PPh Ps. 25 BULANAN ….……..………………..…………………………………..…………………..…………
11.100.000

b. STP PPh Ps. 25 (Hanya Pokok Pajak) …….….…..……….…………………………………………………


10b -

c. JUMLAH (10a + 10b) …….……………………...………………


10c 11.100.000
D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR

11. a. x PPh YANG KURANG DIBAYAR (PPh Ps. 29)


(9 – 10c)….. 11 (11.850.000)
b. PPh YANG LEBIH DIBAYAR (PPh Ps. 28A)

12. PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISETOR TANGGAL ……… 2 8 0 4 2 0 1 9

13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b MOHON : TGL BLN THN

a. DIRESTITUSIKAN b. DIPERHITUNGKAN DENGAN UTANG PAJAK


Khusus Restitusi untuk Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu atau Wajib
Pengembalian Pendahuluan (Pasal 17C atau Pasal 17D UU KUP)
Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu:

F.1.1.32.14

154 | P E R P A J A K A N
Formulir 1771 Halaman 2
RUPIAH
(1) (2) (3)

14. a. PENGHASILAN YANG MENJADI DASAR


PENGHITUNGAN ANGSURAN ………..………………………
14a -
E. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN BERJALAN

b. KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL:


(Diisi dari Lampiran Khusus 2A Jumlah Kolom 9) .………...
14b -

c. PENGHASILAN KENA PAJAK (14a – 14b) …..………………


14c -

d. PPh YANG TERUTANG


(Tarif PPh dari Bagian B Nomor 4 X 14c)
14d -

e. KREDIT PAJAK TAHUN PAJAK YANG LALU ATAS


PENGHASILAN YANG TERMASUK DALAM ANGKA 14a
YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN …..……
14e -

f. PPh YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI (14d – 14e) ………


14f -

g. PPh PASAL 25 : (1/12 X 14f) ………..…….……………………


14g -
PENGHASILAN BUKAN
F. PPh FINAL DAN

15 a. PPh FINAL :
OBJEK PAJAK

(Diisi dari Formulir 1771-IV Jumlah Bagian A Kolom 5) …..……..…


15a 33.375.000

b. PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK :


PENGHASILAN BRUTO
(Diisi dari Formulir 1771-IV Jumlah Bagian B Kolom 3) …..……..…..
15b 50.000.000
HUBUNGAN ISTIMEWA

16 a. Ada Transaksi Dalam Hubungan Istimew a dan/atau Transaksi dengan Pihak yang Merupakan Penduduk Negara Tax Haven Country.
TRANSAKSI DALAM
G. PERNYATAAN

(Wajib melampirkan Lampiran Khusus 3A, 3A-1, dan 3A-2 Buku Petunjuk Pengisian SPT )*
b. Tidak Ada Transaksi Dalam Hubungan Istimew a dan/atau Transaksi dengan Pihak yang Merupakan Penduduk Negara Tax Haven
Country

17 SELAIN LAMPIRAN-LAMPIRAN 1771-I, 1771-II, 1771-III, 1771-IV, 1771-V, DAN 1771-VI


BERSAMA INI DILAMPIRKAN PULA :

a. x SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29

b. x LAPORAN KEUANGAN

c. x TRANSKRIP KUTIPAN ELEMEN-ELEMEN DARI LAPORAN KEUANGAN (Lampiran Khusus 8A-1 / 8A-2 / 8A-3 / 8A-4 / 8A-5 / 8A-6/ 8A-7/ 8A-8)*

d. x DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL (Lampiran Khusus 1A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*

e. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL (Lampiran Khusus 2A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*

f. DAFTAR FASILITAS PENANAMAN MODAL (Lampiran Khusus 4A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*
H. LAMPIRAN

g. DAFTAR CABANG UTAMA PERUSAHAAN (Lampiran Khusus 5A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*

h. SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus bagi BUT)

i. PERHITUNGAN PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT) (Lampiran Khusus 6A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*

j. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (Lampiran Khusus 7A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*

k. SURAT KUASA KHUSUS (Bila dikuasakan)

l. RINCIAN JUMLAH PENGHASILAN DAN PEMBAYARAN PPh FINAL PP 46/2013 PER MASA PAJAK DARI MASING-MASING TEMPAT USAHA

m.

n.
* Wajib Pajak dapat langsung mengunduh dari situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat http://w w w .pajak.go.id. atau mengambil di KPP/KP2KP
terdekat.
PERNYATAAN

Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.

a. X WAJIB PAJAK b. KUASA c. PURWOKERTO d. 3 0 0 4 2 0 1 9


(Tempat) tgl b ln thn

TANDA TANGAN DAN CAP PERUSAHAAN :

NAMA LENGKAP
PENGURUS / KUASA : e. A G U S H A N D O Y O

NPWP : f. 0 6 3 6 4 2 5 4 5 5 2 1 0 0 0

F.1.1.32.14

155 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - I

TAHUN PAJAK
FORMULIR
1771 - I SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI 2 0 1 8
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO FISKAL

0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
IDENTITAS

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK : P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S

PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 8 s.d. 1 2 1 8

NO URAIAN RUPIAH
(1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DALAM NEGERI :

a.
1a
PEREDARAN USAHA …………..……………………………...…………...…………...…………...……………...…...………………………….
Ø
4.500.000.000

b.
1b
HARGA POKOK PENJUALAN …………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…….
Ø
3.000.000.000

c.
1c
BIAYA USAHA LAINNYA .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...……
Ø
504.600.000

d.
1d
PENGHASILAN NETO DARI USAHA ( 1a - 1b - 1c ) ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...….
Ø
995.400.000

e.
1e
PENGHASILAN DARI LUAR USAHA .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...………………….
Ø
57.000.000

f.
1f
BIAYA DARI LUAR USAHA .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...……
Ø
1.400.000

g.
1g
PENGHASILAN NETO DARI LUAR USAHA ( 1e - 1f )..…….………….....…………...…...………..…….....…....…………...……….
Ø
55.600.000

h. JUMLAH ( 1d + 1g )
1h
: .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...……………….
Ø
1.051.000.000
2. PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR NEGERI
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Kolom 5) .…………...…………....…………...…………..
Ø
2 -

3.
3
JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL (1h + 2) …………………...…………………...…………………...………………….…………...………
Ø
1.051.000.000

4. PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL


4
DAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK ..…………...………….....…………...………
Ø
-

5. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF :


a. BIAYA YANG DIBEBANKAN / DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN
5a
PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ATAU ANGGOTA. ..…………...………….....………….
Ø

5b
b. PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN ..…………...………….....………….
Ø
c. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN PEKERJAAN ATAU
JASA DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN ..…………...…………..
5c 1.600.000

d. JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA


PEMEGANG SAHAM / PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
5d
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ..…………...………….....…………...…………....
Ø

e. HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN ..…………...………….....………….


Ø
5e 1.000.000

f. PAJAK PENGHASILAN ..…………...………….....…………...………….....…………...……


Ø
5f 1.400.000
g. GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA
5g
ATAU CV YANG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM ..…………...………….....…………...…
Ø

h. SANKSI ADMINISTRASI ..…………...………….....…………...………….....…………...…………....


Ø
5h 6.000.000
5i
i. SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI ATAS PENYUSUTAN FISKAL ..…………...……………
Ø

5j
j. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI ATAS AMORTISASI FISKAL ..…………...………….....…………...………….....…………...…..
Ø

5k
k. BIAYA YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA ..…………...………….....…………...………
Ø

5l
l. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA ..…………...………….....…………...…………....
Ø

m. JUMLAH 5a s.d. 5l : ..…………...………….....…………...…………............ Ø


5m 10.000.000

6. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF :


6a
a. SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN FISKAL ..………….
Ø

6b
b. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH AMORTISASI FISKAL ..……… Ø

6c
c. PENGHASILAN YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA ..……………… Ø

d. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA ..…………...………….....…………...………


Ø
6d 57.000.000

e.
6e
JUMLAH 6a s.d. 6d ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...………………..
Ø
57.000.000

7. FASILITAS PENANAMAN MODAL BERUPA PENGURANGAN PENGHASILAN NETO:


TAHUN KE - 7a (Diisi dari Lampiran Khusus 4A Angka 5b) ..………….Ø
7b -

8. PENGHASILAN NETO FISKAL (3 - 4 + 5m - 6e - 7b) ..…………...………….....… 8 1.004.000.000

CATATAN : Pindahkan jumlah Angka 8 ke Formulir 1771 Huruf A Angka 1.

D.1.1.32.31

156 | P E R P A J A K A N
TAHUN PAJAK
LAMPIRAN - II
FORMULIR
1771 - II SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI 2 0 1 8
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERINCIAN HARGA POKOK PENJUALAN, BIAYA USAHA LAINNYA DAN BIAYA DARI LUAR USAHA SECARA KOMERSIAL
IDENTITAS

0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0 P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S - -
NPW P : NAMA WAJIB PAJAK :

0 1 1 8 s.d. 1 2 1 8
PERIODE PEMBUKUAN :

HARGA POKOK PENJUALAN BIAYA USAHA LAINNYA BIAYA DARI LUAR USAHA JUMLAH
NO. PERINCIAN
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (3) + (4) + (5)

1. PEMBELIAN BAHAN/BARANG DAGANGAN 3.000.000.000 - 3.000.000.000

2. GAJI, UPAH, BONUS, GRATIFIKASI, - 300.000.000 300.000.000


HONORARIUM, THR, DSB

3. BIAYA TRANSPORTASI 5.000.000 5.000.000

4. BIAYA PENYUSUTAN DAN AMORTISASI 20.000.000 20.000.000

5. BIAYA SEWA 60.000.000 60.000.000

6. BIAYA BUNGA PINJAMAN - -

7. BIAYA SEHUBUNGAN DENGAN JASA - -

8. BIAYA PIUTANG TAK TERTAGIH - -

9. BIAYA ROYALTI - -

10. BIAYA PEMASARAN/PROMOSI 20.000.000 20.000.000

11. BIAYA LAINNYA 99.600.000 1.400.000 101.000.000

12. PERSEDIAAN AWAL 1.200.000.000 - 1.200.000.000

13. PERSEDIAAN AKHIR (-/-) 1.200.000.000 - 1.200.000.000

14 JUMLAH 1 S.D. 12 DIKURANGI 13 3.000.000.000 504.600.000 1.400.000 3.506.000.000

Catatan :
• Nomor 1 untuk Perusahaan Dagang diisi pembelian barang dagangan, untuk perusahaan industri diisi pembelian bahan baku, bahan penolong dan barang jadi.
• Nomor 7 termasuk management fee, technical assistance fee, dan jasa lainnya
• Nomor 11 diisi dengan total biaya yang tidak tertampung dalam perincian 1 s.d. 10.
• Nomor 12 dan 13 untuk perusahaan dagang diisi total persediaan awal dan akhir barang dagangan, untuk perusahaan industri diisi total persediaan
awal/akhir bahan baku/bahan penolong ditambah barang setengah jadi ditambah barang jadi.

D.1.1.32.54

LAMPIRAN - III
1771 - III

TAHUN PAJAK
FORMULIR

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN


KEMENTERIAN KEUANGAN RI 2 0 1 8
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KREDIT PAJAK DALAM NEGERI
IDENTITAS

0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0 P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S -
NPW P : NAMA WAJIB PAJAK :

0 1 1 8 s.d. 0 1 1 8
PERIODE PEMBUKUAN :

PEMOTONG/ PRMUNGUT PAJAK OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN/SSP/SSPCP
NO. JENIS PENGHASILAN / YANG DIPOTONG / DIPUNGUT
NAMA NPWP (Rupiah) NOMOR TANGGAL
TRANSAKSI (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1.
BENDAHARA DISHUB 00.111.111.1-521.000 Pengadaan Barang 50.000.000 750.000 - 05/04/2019

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

JUMLAH JML 50.000.000 750.000

Catatan :
• Diisi dengan rincian per Bukti Pemotongan / Pemungutan Pajak.
• Pindahkan hasil penjumlahan PPh Pasal 22, PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 Kolom (6) ke Formulir 1771 Huruf C Angka 8.a.

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-III

D.1.1.32.32

157 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - IV

TAHUN PAJAK
FORMULIR
1771 - IV SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
2 0 1 8
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
IDENTITAS

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK :


P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S - - - - -

PERIODE PEMBUKUAN :
0 1 1 8 s.d. 1 2 1 8

BAGIAN A : PPh FINAL


DASAR PENGENAAN PAJAK TARIF PPh TERUTANG
NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah) (%) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)

1. BUNGA DEPOSITO / TABUNGAN, 7.000.000 20% 1.400.000


DAN DISKONTO SBI / SBN

2. BUNGA / DISKONTO OBLIGASI

3. PENGHASILAN PENJUALAN SAHAM


YANG DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK

4. PENGHASILAN PENJUALAN SAHAM


MILIK PERUSAHAAN MODAL VENTURA

5. PENGHASILAN USAHA PENYALUR / DEALER /


AGEN PRODUK BBM

6. PENGHASILAN PENGALIHAN HAK ATAS


TANAH / BANGUNAN

7. PENGHASILAN PERSEWAAN ATAS


TANAH / BANGUNAN
IMBALAN JASA KONSTRUKSI :
a. PELAKSANA KONSTRUKSI

8. b. PERENCANA KONSTRUKSI

c. PENGAWAS KONSTRUKSI

9. PERWAKILAN DAGANG ASING

10. PELAYARAN / PENERBANGAN ASING

11. PELAYARAN DALAM NEGERI

12. PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP

13. TRANSAKSI DERIVATIF YANG


DIPERDAGANGKAN DI BURSA

14. Peredaran Bruto 4.300.000.000 0,5% 31.975.000

JUMLAH BAGIAN A JBA 33.375.000


Pindahkan ke Formulir 1771 huruf F angka 15 butir a

BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK


PENGHASILAN BRUTO
NO JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)

1. BANTUAN / SUMBANGAN 50.000.000

2. HIBAH

3. DIVIDEN / BAGIAN LABA DARI PENYERTAAN MODAL


PADA BADAN USAHA DI INDONESIA (Pasal 4 Ayat (3) Huruf f UU PPh)

4. IURAN DAN PENGHASILAN TERTENTU YANG DITERIMA DANA PENSIUN

BAGIAN LABA YANG DITERIMA PERUSAHAAN MODAL VENTURA


5.
DARI BADAN PASANGAN USAHA
SISA LEBIH YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH BADAN ATAU LEMBAGA
NIRLABA YANG BERGERAK DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN/ATAU
BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, YANG TELAH TERDAFTAR
6.
PADA INSTANSI YANG MEMBIDANGINYA, YANG DITANAMKAN KEMBALI
DALAM BENTUK SARANA DAN PRASARANA KEGIATAN PENDIDIKAN DAN/
ATAU PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (Pasal 4 Ayat (3) Huruf m UU PPh)

7.
…………………………………………………….…………

JUMLAH BAGIAN B JBB 50.000.000


Pindahkan ke Formulir 1771 huruf F angka 15 butir b

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-IV
D.1.1.32.34

158 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - V

TAHUN PAJAK
FORMULIR
1771 - V SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DAFTAR PEMEGANG SAHAM/PEMILIK MODAL DAN JUMLAH DIVIDEN YANG DIBAGIKAN 2 0 1 8
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISARIS

0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
IDENTITAS

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK : P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S - - - -

PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 8 s.d. 1 2 1 8

BAGIAN A : DAFTAR PEMEGANG SAHAM / PEMILIK MODAL DAN JUMLAH DIVIDEN YANG DIBAGIKAN
JUMLAH MODAL DISETOR DIVIDEN
NO NAMA ALAMAT NPWP
(Rupiah) % (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1.
Satya Nugraha Jl.Veteran No.50 Purwokerto 06.425.232.5-521.000 1.500.000.000 50%

2.
Amirudin Jl. Puteran No.150 Purwokerto 06.265.252.5-521.000 750.000.000 25%

3.
Agus Handoyo Jl.Mawar No.50 Purwokerto 06.364.254.5-521.000 750.000.000 25%

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

JUMLAH BAGIAN A JBA 3.000.000.000 100%

BAGIAN B : DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISARIS

NO NAMA ALAMAT NPWP JABATAN

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Satya Nugraha Jl.Veteran No.50 Purwokerto 06.425.232.5-521.000 Presiden Komisaris

2. Amirudin Jl. Puteran No.150 Purwokerto 06.265.252.5-521.000 Komisaris

3. Agus Handoyo Jl.Mawar No.50 Purwokerto 06.364.254.5-521.000 Direktur

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-V
D.1.1.32.35

159 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - VI
1771 - VI

TAHUN PAJAK
FORMULIR
SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DAFTAR PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN AFILIASI 2 0 1 8
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DAFTAR UTANG DARI PEMEGANG SAHAM DAN/ATAU PERUSAHAAN AFILIASI
• DAFTAR PIUTANG KEPADA PEMEGANG SAHAM DAN/ATAU PERUSAHAAN AFILIASI

0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
IDENTITAS

NPWP :

NAMA WAJIB PAJAK : P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S

PERIODE PEMBUKUAN : 0 1 1 8 s.d. 1 2 1 8

BAGIAN A : DAFTAR PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN AFILIASI


JUMLAH PENYERTAAN MODAL
NO NAMA ALAMAT NPWP
(Rupiah) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1.

2.

3.

4.

5.

JUMLAH BAGIAN A JBA

BAGIAN B : DAFTAR UTANG DARI PEMEGANG SAHAM DAN/ATAU PERUSAHAAN AFILIASI


JUMLAH PINJAMAN BUNGA/TH
NO NAMA NPW P TAHUN
(Rupiah) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

10.

11.

12.

13.

BAGIAN C : DAFTAR PIUTANG KEPADA PEMEGANG SAHAM DAN/ATAU PERUSAHAAN AFILIASI


JUMLAH PINJAMAN BUNGA/TH
NO NAMA NPW P TAHUN
(Rupiah) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

10.

11.

12.

13.

JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-VI

D.1.1.32.36

160 | P E R P A J A K A N
161 | P E R P A J A K A N

Anda mungkin juga menyukai