Disusun Oleh:
II | P E R P A J A K A N
Kata Pengantar
Penulis
III | P E R P A J A K A N
Daftar Isi
BAB I
Bagian 1 : Pendalaman Materi (Rekonsiliasi Fiskal ) ........................................ 1
BAB II
BAB III
A. Studi Kasus 1771 PPh Final 0,5% dari Peredaran Bruto .............. 147
IV | P E R P A J A K A N
BAB I
REKONSILIASI FISKAL
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga unsur penting
dari proses rekonsialisi fiskal diantaranya adalah :
Laporan Laba Rugi Komersial Dasar untuk membuat laporan rekonsiliasi fiskal
adalah laporan laba/rugi. Mengapa? Hal ini disebabkan karena pajak
penghasilan adalah penghasilan, sedangkan penghasilan biasanya dicatat di
dalam laporan laba/rugi. Hasil dari Laporan ini adalah laba/rugi yang menjadi
dasar dalam perhitungan besarnya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.
5|PERPAJAKAN
Terdapat 2 jenis koreksi fiskal berdasarkan perbedaannya secara komersial dan
fiskal, yaitu:
Artinya koreksi fiskal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan laba
kena pajak tahun pajak berikutnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa beda tetap
ini secara permanent,
Maka pada tahun atau periode yang akan datang juga tidak dapat diakui
sebagai penghasilan/biaya di dalam laporan laba/rugi.
6|PERPAJAKAN
4) penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan.
Selain itu Pajak PPh Pasal 4 (2) di dalam undang-undang pajak penghasilan ini
termasuk juga biaya yang tidak boleh mengurangi penghasilan bruto.
Misalnya berikut ini adalah laporan laba/rugi komersial sederhana dari PT.
ABC :
7|PERPAJAKAN
Laporan L/R Komersial Jumlah
Penjualan Bruto 3.000.000
HPP (200.000)
Laba Kotor 3.200.000
Biaya Sanksi Pajak (100.000)
Penghasilan Bunga Deposito 200.000
Penghasilan Sumbangan/Donatur 300.000
Laba Bersih 3.600.000
Di dalam laporan laba /rugi di atas dilihat bahwa ada komponen penghasilan
bunga Deposito sebesar 200,000. Penghasilan bunga deposito ini merupakan
salah satu penghasilan yang tergolong final maka penghasilan bunga Deposito
ini harus dilakukan koreksi / penyesuaian fiskal.
Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut
Undang-undang PPh bukan merupakan penghasilan.
1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan.
2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha
mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan
8|PERPAJAKAN
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
yang bersangkutan.
3) Warisan.
7) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
dari jumlah modal yang disetor.
8) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai.
9|PERPAJAKAN
10) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.
13) sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
Misalnya: Pada laporan laba rugi PT. ABC di atas terdapat penghasilan
sumbangan/donator sebesar 300,000.
10 | P E R P A J A K A N
Dalam hal pengakuan biaya / beban koreksi karena beda tetap terjadi
karena menurut akuntansi komersial merupakan biaya, sedangkan
menurut Undang-undang PPh bukan merupakan biaya yang dapat
mengurangi penghasilan bruto.
1) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
11 | P E R P A J A K A N
dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah;
8) Pajak Penghasilan;
10) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
11) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundangundangan di bidang perpajakan.
Misalnya : Pada laporan laba rugi PT. ABC di atas terdapat Biaya Sanksi
Pajak sebesar 100,000. penghasilan sumbangan/donator di atas jelas
termasuk dalam biaya yang tidak boleh dikurangkan dengan penghasilan
bruto maka harus dilakukan koreksi fiskal.
Selain Beda tetap ada satu beda yang disebut dengan beda waktu. Beda Waktu
merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan ketentuan.
Jadi ketika suatu penghasilan atau biaya pada periode tahun/periode sekarang
tidak dapat diakui di dalam laporan laba/rugi, namun kemungkinan akan dapat
diakui pada periode tahun/periode yang akan datang.
12 | P E R P A J A K A N
Ada beberapa sebab atau kondisi dimana terjadi beda waktu. Beda waktu ini
sebagian besar disebabkan karena asumsi atau metode yang digunakan di
dalam akuntansi komersial.
Dalam hal pengakuan biaya koreksi karena beda waktu terjadi karena
perbedaan metode penyusutan, dimana menurut Undangundang PPh metode
penyusutan yang diperbolehkan hanya metode garis lurus dan saldo menurun:
C. Persediaan
Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau bahan
untk diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang yang
akan digunakan.
Di dalam akuntansi konvensional, ada dua metode pencatatan persediaan yaitu
metode fisik dan metode perpetual seperti yang telah dibahas.
13 | P E R P A J A K A N
Pada bab akuntansi PPN & PPnBM. Sedangkan metode penilaian yang biasa
digunakan oleh perusahaan dan sering dipelajari ada 3 Metode yaitu:
1) Metode First In First Out (FIFO): barang yang masuk terlebih dahulu dianggap
yang pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal dari
pembelian yang termuda/terakhir.
2) Metode Last In First Out (FIFO): barang yang terakhir masuk dianggap yang
pertama kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian yang
paling awal.
3) Metode Average (Rata-Rata): pengeluaran barang secara acak dan harga pokok
barang yang sudah digunakan maupun yang masih ada ditentukan dengan cara
dicari rata-ratanya.
Ketiga metode di atas di dalam perhitungan laba rugi akan menghasilkan laba yang
berbeda, sehingga konskuensinya terhadap pajak yang berbeda. Sebagai ilustrasi
dapat dilihat pada contoh berikut ini:
Contoh: Berikut ini adalah data persediaan pada bulan januari 2019:
Dari data di atas kita dapat menghitung laba menggunakan ketiga metode di atas
sebagai berikut :
1. FIFO
14 | P E R P A J A K A N
Penjualan 80.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal 10.000
Pembelian 39.500
Barang Siap dijual 49.500
Persediaan Akhir 6.000
HPP 43.500
Laba 36.500
15 | P E R P A J A K A N
2. LIFO
Masih menggunakan hasil persediaan pada metode FIFO sebesar 5 Unit. Karena
Metode yang digunakan LIFO maka harga yang digunakan adalah harga yang
pertama dibeli. Jadi nilai persediaan akhir menjadi = 5 Unit X Rp 1,000 = Rp
5,000,-
Penjualan 80,000
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal 10,000
Pembelian 39,500
Barang Siap dijual 49,500
Persediaan Akhir 5,000
HPP 44,500
Laba 35,500
3. AVERAGE
Masih menggunakan hasil persediaan pada metode FIFO sebesar 5 Unit. Karena
Metode yang digunakan Average maka harga yang digunakan adalah harga rata-
rata.
Harga rata-rata = Nilai barang siap jual/unit
= Rp 49,500/45 unit = Rp 1,100, –
Jadi nilai persediaan akhir menjadi = 5 Unit X Rp 1,100 = Rp 5,500,-
Penjualan 80,000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal 10,000
Pembelian 39,500
Barang Siap dijual 49,500
Persediaan Akhir 5,500
HPP 44,000
16 | P E R P A J A K A N
Laba 36,000
Dari ketiga metode di atas, diketahui bahwa laba yang tertinggi diperoleh jika
menggunakan metode FIFO dan yang terendah adalah jika menggunakan
metode LIFO.
Oleh karena itu berdasarkan undang-undang PPh metode LIFO ini tidak
diperkenankan digunakan oleh perusahaan dalam menghitung nilai persediaan.
Untuk penghitungan harga pokok yang dilakukan secara ratarata ataupun yang
dilakukan dengan mendahulukan persediaan yang di dapat pertama.
Misalnya dari contoh di atas Harga pokok yang diperoleh jika menggunakan
LIFO adalah sebesar Rp 44,500, namun Harga pokok yang diperoleh jika
menggunakan FIFO adalah sebesar Rp 43,500.
Maka selisih sebesar Rp 1,000 (44,500 – 43,500) ini akan dilakukan koreksi
fiscal.
D. Piutang
Piutang merupakan salah satu jenis asset perusahaan yang timbul karena transaksi
penjualan secara kredit.
17 | P E R P A J A K A N
Contohnya adalah: piutang dagang, piutang karyawan, dan piutang lain-lain).
Piutang ini akan menjadi kas jika mampu ditagih atau dibayar oleh
konsumen/pelanggan.
Ketika konsumen/ pelanggan tidak mampu membayar maka piutang ini termasuk
di dalam piutang bermasalah atau disebut piutang yang tak tertagih.
Menurut akuntansi komersial, piutang yang tak tertagih ini dapat diakui sebagai
biaya dengan pencatatan secara langsung atau tidak langsung atau pencadangan.
Menurut UU PPh disebutkan bahwa piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dengan syarat:
b) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
Jika di dalam laporan laba rugi terdapat biaya kerugian piutang namun tidak
memenuhi syarat di atas maka harus dikoreksi fiskal.
E. Aktiva Tetap
Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2001: 154) aktiva tetap adalah
“Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan untuk beroperasi dan
memiliki masa manfaat dimasa yang akan datang lebih dari satu periode anggaran
serta tidak dimaksudkan untuk dijual.”
18 | P E R P A J A K A N
Dari definisi aktiva tetap dapat disimpulkan bahwa ada 3 unsur yang terkait
dengan aktiva tetap diantaranya adalah:
Aktiva tetap tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode
akuntansi.
Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan.
Mempunyai manfaat di masa yang akan datang.
Saldo Menurun, Angka Tahun, Unit Produksi, dan lain-lain), dan Metode Amortisasi
(Garis Lurus, Saldo Menurun).
19 | P E R P A J A K A N
Kelompok 1
20 | P E R P A J A K A N
Kelompok 2
21 | P E R P A J A K A N
22 | P E R P A J A K A N
Kelompok 3
23 | P E R P A J A K A N
Kelompok 4
24 | P E R P A J A K A N
Selain pengelompokan aktiva tetap di atas, di dalam undang undang no 36 tahun
2008 tentang PPh disebutkan tarif untuk masing-masing kelompok tersebut adalah:
Perbedaan antara metode dan masa manfaat dari aktiva tetap tersebut yang
menyebabkan perbedaan pembebanan penyusutan atau amortisasi suatu aktiva
tetap.
Perbedaan ini nantinya yang akan dilakukan koreksi fiscal. Perhitungan dari
penyusutan/amortisasi ini dapat mengunakan rumus sebagai berikut:
Misal: Sebuah meja yang terbuat dari logam senilai Rp 1,000,000,-. Ditaksir umur
ekonomisnya 2 tahun tanpa nilai residu. Maka penyusutan Meja per tahunnya
menjadi sebagai berikut:
25 | P E R P A J A K A N
Jadi Depresiasi meja pertahun menurut akuntansi komersial sebesar Rp 500,000.
Namun menurut pajak bahwa meja tersebut masuk dalam kelompok satu dengan
umur ekonomis 4 tahun. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jadi Depresiasi meja pertahun menurut akuntansi pajak sebesar Rp 250,000. Selisih
sebesar Rp 250,000 (500,000– 250,000) ini akan dilakukan koreksi fiskal.
Di dalam rekonsiliasi fiscal ada dua koreksi yaitu koreksi positif dan koraksi negative.
Koreksi positif adalah suatu koreksi dimana koreksi ini akan menyebabkan laba fiscal
akan menjadi meningkat atau bertambah.
Sedangkan Koreksi negatif adalah suatu koreksi dimana koreksi ini akan
menyebabkan laba fiscal akan menjadi menurun atau berkurang.
Ketika biaya menurut akuntansi komersial lebih besar daripada biaya menurut
akuntansi fiskal maka perlu dilakukan koreksi positif karena biaya akan dikurangi
dan pengaruhnya laba akan bertambah.
Sebaliknya ketika biaya menurut akuntansi komersial lebih kecil daripada biaya
menurut akuntansi fiskal maka perlu dilakukan koreksi negatif karena biaya akan
bertambah dan pengaruhnya laba akan berkurang.
26 | P E R P A J A K A N
Misalnya di dalam laporan laba/rugi terdapat Biaya sumbangan maka harus dikoreksi
positif, karena penghasilan ini tidak boleh di akui sebagai biaya yang mengurangi
penghasilan bruto.
Contoh :
Studi Kasus : PT. ABC bergerak dibidang jual beli barang elektronik. Perusahaan
menggunakan metode LIFO untuk menghitung nilai persediaan dan metode garis
lurus untuk menghitung penyusutan aktiva tetap.
Umur ekonomis semua aktiva tetap diasumsikan 15 tahun untuk mesin dan 5 tahun
untuk semua alat kantor dengan tanpa nilai residu. Berikut ini adalah laporan
laba/rugi dari PT. ABC per 31 Desember 2019 sebagai berikut:
27 | P E R P A J A K A N
Keterangan:
Pertanyaan:
Jawab:
28 | P E R P A J A K A N
Keterangan:
1. FIFO
Persediaan Awal 750.000.000
Pembelian bersih 402.225.000
Barang Siap dijual 1.152.225.000
Persediaan Akhir 700.000.000
HPP 452.225.000
2. Biaya Depresiasi
a. Mesin
b. Alat Kantor
29 | P E R P A J A K A N
dan berupa koreksi positif karena menambah laba.
3. Biaya listrik, air dan telepon 10 % digunakan untuk rumah direkturnya, maka Rp
5,466,000 (10% x 54,660,000) harus dikoreksi Positif, karena biaya untuk
kepentingan pribadi tidak diakui sebagai biaya.
4. Fiskal Luar Negeri sebesar Rp 10,000,000 harus dikoreksi positif karena termasuk
pembayaran pajak juga, namun biaya ini nantinya dapat menjadi kredit pajak.
6. Bunga pajak tidak boleh sebagai biaya sehingga akan dikoreksi positif.
7. Penghasilan Bunga Deposito harus dikoreksi negatif karena penghasilan yang kena
pajak final.
30 | P E R P A J A K A N
Laporan Rekonsiliasi Fiskal
31 | P E R P A J A K A N
BAU - Biaya Bunga Pajak 41.500.000 41.500.000 -
b. Setelah dibuat laporan rekonsiliasi fiskal kita mendapatkan laba fiskal sebesar Rp
1.065.711.000. Dari laba ini kita dapat menghitung besarnya pajak terutang sebagai
berikut:
Karena peredaran bruto tahun 2010 kurang atau tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00
maka dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku.
32 | P E R P A J A K A N
– PPh Pasal 22 : 5.000.000
– PPh Pasal 23 : 10.000.000
– PPh Pasal 23 : 15.000.000
33 | P E R P A J A K A N
BAGIAN 2 : LATIHAN SOAL
A. STUDI KASUS I
SOAL :
PT MERDEKA bergerak dalam bisnis perdagangan kain tenun. PT Merdeka
merupakan wajib pajak badan yang berdomisili di Yogyakarta, Jawa Tengah.
Informasi dan data laporan keuangan komersial PT MERDEKA pada 2018 adalah
sebagai berikut (dalam ribuan rupiah)
34 | P E R P A J A K A N
Pendapatan lain-lain
Sewa kendaraan kepada CV Sejati (setelah dipotong
PPH) 98.000
Keuntungan selisih kurs 40.000
Penerimaan kembali PBB yang telah dibebankan 40.000
Jasa giro bank Semesta ( sebelum dipotong PPH) 20.000
Penghasilan bunga deposito ( sebelum dipotong
PPH) 10.000
Keterangan tambahan
Jenis aset Tahun beli Harga beli (dalam ribuan
rupiah)
Bangunan permanen 6 Juli 2016 400.000
Kelompok 1 10 Desember 2016 60.000
PEMBAHASAN
Penjualan (termasuk penjualan kepada instansi pemerintah sebesar Rp
200.000,00 pada tahun 2018)
Termasuk ke dalam penjualan adalah penjualan kepada semua pembeli
dengan cara kredit atau tunai dan dengan dasar akrual artinya penjualan di
35 | P E R P A J A K A N
akui tidak pada saat penerimaan kas, tetapi saat penyerahan barang. Penjualan
kepada instansi pemerintah yang pembayarannya tidak dilakukan pada saat
transaksi penyerahan barang tetap diakui sebagia penjualan tahun 2018.
Dalam rekonsiliasi fiscal, penjual kepada instansi pemerintah sebesar Rp.
200.000 akan menambah penghasilan menurut akuntansi, dan selanjutnya
berpengaruh menaikkan laba kena pajak (sebagai koreksi positif).
Persediaan akhir di nilai dengan metode LIFO, sedangakan menurut koreksi
fiscal di nilai dengan metode FIFO sebesar Rp. 700.000.000. hal ini berarti
persediaan harus berkurang sebanyak Rp 20.000.000 yang akan mengurangi
laba (koreksi negative)
Dalam gaji karyawan terdapat biaya pengobatan karyawan senilai Rp
20.000.000. dalam perhitungan fiscal imbalan dalam bentuk natura dan
pengobatan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (non-deductible
expense) sesuai Pasal 9 ayat (1) UU PPh. Oleh karena itu, biaya pengobatan
tersebut harus dikurangkan dari biaya menurut akuntansi, yang berarti
berpengaruh menaikkan laba (koreksi positif)
Beban sanksi administrasi pajak dikurangkan karena tidak ada hubunganya
dengan kegiatan perusahaan yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena
pajak (koreksi positif).
Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk
diakui sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2018
sebesar Rp 5.000.000
Menurut akuntansi, perusahaan diperbolahkan yang tidak dapat ditagih pada
tahun berikutnya. Perusahaan membentuk cadangan sebesar Rp. 15.000.000
pada akhir tahun 2018, sehingga dalam laporan laba rugi tampak kerugian
piutang sebsar Rp. 15.000.000.hal tersebut berbeda dengan ketentuan fiscal
yang menyatakan bahwa kerugian piutang yang boleh diakui adalah sejumlah
piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih pada tahun 2018. Oleh karena
piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih menurut fiscal adalah Rp
5.000.000, maka biaya kerugian menurut akuntansi harus dikurangi dengan
Rp 10.000.000. penyesuaian ini akan berpengaruh menaikkan laba kena pajak
(sebagai koreksi positif).
Beban jamuan tamu dikurangkan karena tidak adanya daftar nominative
36 | P E R P A J A K A N
Biaya atau pengeluaran yang tidak ada daftar nominatifnya (biaya jamuan
tamu tidak ada daftar nominatif), merupakan non-deductible expense.Dalam
rekonsiliasi fiscal, jumlah biaya tersebut harus dikurangkan dari biaya
menurut akuntansi, yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena pajak
(koreksi positif).
Penyusutan menurut akuntansi kemungkinan berbeda dengan menurut fiscal
karena terdapat perbedaan dalam metode penyusutan, pengakuan nilai sisa,
umur ekonomis. Penghitungan penyusutan tahun 2018 menurut fiscal dapat
dilihat dalam table berikut.
37 | P E R P A J A K A N
Dalam koreksi fiscal, penghasilan berupa sewa bangunan sebesar 5.000.000
dikurangkan dari penghasilan sewa menurut akuntansi, yang berarti
menurunkan laba kena pajak (koreksi negatif)
PENYELESAIAN
Koreksi Fiskal
Keterangan Menurut Komersial Menurut Fiskal
Positif Negatif
Penjualan Rp 12.500.000 2.000.000 (+) Rp 14.500.000
Persediaan, 1 Januari 2018 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Pembelian Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
Persediaan, 31 Desember 2018 Rp 7.200.000 200.000 (-) Rp 7.000.000
HPP Rp 4.800.000 Rp 5.000.000
penghasilan bruto usaha Rp 7.700.000 Rp 9.500.000
Beban operasional
Gaji Rp 750.000 200.000 (-) Rp 550.000
Tunjangan transport karyawan Rp 400.000 Rp 450.000
Beban makan kantor Rp 50.000 Rp 50.000
Beban training karyawan Rp 150.000 Rp 150.000
Beban seragam satpam Rp 100.000 Rp 100.000
Beban sanksi administrasi pajak Rp 80.000 80.000 (-)
Beban bunga pinjaman Rp 70.000 Rp 70.000
Cadangan penghapusan piutang Rp 150.000 100.000 (-) Rp 50.000
Beban jamuan tamu tanpa daftar nominatif Rp 100.000 100.000 (-)
Beban listrik dan telepon kantor Rp 120.000 Rp 120.000
Pbb dan bea materai Rp 30.000 Rp 30.000
Penyusutan asset tetap Rp 400.000 100.000 (+) Rp 500.000
Premi asuransi kebakaran pabrik Rp 120.000 Rp 120.000
Sumbangan kepanitia hut RI Rp 50.000 50.000 (-)
Sumbangan ke panti asuhan Rp 100.000 100.000 (-)
total beban operasional Rp 2.670.000 Rp 2.190.000
penghasilan netto usaha Rp 5.030.000 Rp 7.310.000
Pendapatan lain-lain
Penghasilan Sewa Rp 250.000 50.000 (-) Rp 200.000
Keuntungan selisih kurs Rp 40.000 Rp 40.000
total penghasilan dari luar usaha Rp 290.000 Rp 240.000
Laba bersih dalam negeri Rp 5.320.000 Rp 7.790.000
Penghasilan dari luar negeri
Laba usaha dari Singapura Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Penghasilan kena pajak Rp 7.320.000 Rp 9.790.000
38 | P E R P A J A K A N
PPH TERUTANG
a. Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian
peredaran bruto yang memperoleh fasilitas :
(4.800.000.000/14.500.000.000) x 9.790.000.000 3.240.827.586
Kredit Pajak :
PPH Pasal 23 4.000.000
Dasar perhitungan angsuran 2.038.396.552
Angsuran PPh pasal 25 sebulan tahun 2019 169.866.379
39 | P E R P A J A K A N
B. STUDI KASUS II
SOAL :
40 | P E R P A J A K A N
yang boleh diakui adalah sejumlah piutang yang nyata-
nyata tidak dapat ditagih menurut fiskal adalah Rp
2.000.000. Penyesuaian ini akan berpengaruh menaikkan
laba kena pajak (koreksi positif)
5. Penyusutan Penyusutan menurut akuntansi kemungkinan berbeda
dengan menurut fiskal karena terdapat perbedaan dalam
metode penyusutan, pengakuan nilai sisa, taksiran masa
manfaat/umur ekonomis. Penghitungan penyusutan tahun
2019 menurut fiskal dapat dilihat ditabel penyusutan. Hal
ini berarti mengurangi laba kena pajak (koreksi negatif)
6. Deviden Deviden yang diperoleh atau diterima Perseroan Terbatas
sebagai wajib pajak dalam negeri bukan merupakan
penghasilan kena pajak, sesuai pasal 4 ayat (3) UU PPh
apabila penyertaannya melebihi 25%. Oleh karena itu
deviden sebesar Rp 150.000.000 harus dikurangkan dari
penghasilan. (koreksi negatif)
7. Sewa Penghasilan berupa sewa tanah atau bangunan adalah
penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final. Oleh
karena bersifat final, maka jumlah pajak yang telah
dipotong tersebut tidak dapat dikreditkan dari total PPh
yang terutang pada akhir tahun, sehingga penghasilan
tersebut juga tidak perlu diperhitungkan dalam
menentukan laba kena pajak. Dalam koreksi fiskal,
penghasilan berupa sewa sebesar Rp 7.000.000
dikurangkan dari penghasilan sewa menurut akuntansi,
yang berarti menurunkan laba kena pajak (koreksi negatif)
41 | P E R P A J A K A N
PENYELESAIAN :
PT GALAXY
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2019
( DALAM RUPIAH )
42 | P E R P A J A K A N
1) Persediaan akhir dinilai dengan metode LIFO, sedangkan apabila dinilai
dengan metode AVERAGE sebesar Rp. 9.000.000.000
2) Pajak sebesar Rp 200.000.000 merupakan angsuran PPh bulanan selama
tahun 2019 (angsuran PPh pasal 25).
3) Dalam gaji terdapat pengeluaran untuk pembelian sembako senilai Rp
50.000.000
4) Dalam beban listrik dan telepon kantor terdapat beban listrik dan telepon
direksi sebesar Rp 40.000.000.
5) a. Bangunan permanen selesai dibangun pada tanggal 1 Januari 2011 seharga
Rp 400.000.000; taksiran umur ekonomis 20 tahun;Nilai Residu Rp
80.000.000
b. Komputer dibeli pada tanggal 1 Januari 2017 seharga Rp 150.000.000;
umur ekonomis 4 tahun.; Nilai Resiu Rp 15.000.000
c. Kendaraan dibeli pada 1 Januari 2018 seharga Rp 300.000.000; umur
ekonomis 10 tahun; Nilai Residu Rp 50.000.000
6) Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk
diakui sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2019
sebesar Rp 20.000.000
7) Deviden atas kepemilikan saham pada PT Sinar sebesar 30%
8) Penghasilan sewa sebesar Rp 270. 000.000 termasuk di dalamnya sewa atas
bangunan senilai Rp 70 .000.000
43 | P E R P A J A K A N
PT GALAXY
Rekonsiliasi Fiskal Penghitungan Laba Rugi
Tahun Pajak 2019
44 | P E R P A J A K A N
PERHITUNGAN :
= 2% X 120.000.000 2.400.000
PPh pasal 23 atas sewa kendaraan dari PT ABADI
= 2% X 80.000.000 1.600.000
PPh atas sewa bangunan (final)
= 10% x 70.000.000 7.000.000
45 | P E R P A J A K A N
C. STUDI KASUS III
PT Cahaya Mulya didirikan pada tahun 2019 merupakan Wajib Pajak yang
bergerak dalam bidang usaha dagang.
1. Data Wajib Pajak
2. Kegiatan Usaha
Pada tahun 2019, PT Cahaya Mulya memperoleh penghasilan dari dalam negeri
dan luar negeri.Laporan laba rugi (komersial) pada tahun 2019 sebagai berikut.
PT Cahaya Mulya
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2019
(dalam rupiah)
Penghasilan dari usaha dalam Negeri :
Penjualan 25.000.625.000
Retur Penjualan (950.000.000)
Potongan Penjualan (540.000.000)
Penjualan neto 23.510.625.000
Harga pokok penjualan *) (15.565.000.000)
Laba bruto 7.945.625.000
Biaya Usaha :
46 | P E R P A J A K A N
Gaji, upah, THR, tunjangan lain 1.800.000.000
Alat tulis dan biaya kantor 25.000.000
Biaya administrasi 17.000.000
Biaya listrik dan telepon 27.000.000
Biaya makan dan minum karyawan 38.000.000
Biaya promosi 300.000.000
PBB dan bea materai 48.700.000
PPh Pasal 25 62.000.000
Biaya royalti 250.750.000
Biaya konsumsi perjamuan 13.500.000
Biaya sewa 200.000.000
Biaya kerugian piutang 104.000.000
Biaya penyusutan 180.000.000
Biaya lain-lain 300.500.000
PT Cahaya Mulya
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2019
(dalam rupiah)
Total biaya usaha (3.366.450.000)
Laba usaha 4.597.175.000
Penghasilan di luar usaha
- Deviden 40.000.000
- Sewa 30.000.000
Total penghasilan diluar usaha 70.000.000
Laba neto dalam negeri 4.649.175.000
Penghasilan dari luar negeri
- Laba usaha dari Jepang 160.000.000
- Bunga obligasi dari Singapura 45.600.000
Total penghasilan dari luar negeri 205.600.000
Laba (penghasilan neto) 4.854.775.000
47 | P E R P A J A K A N
A. Informasi yang digunakan sebagai dasar penyesuaian perhitungan laba rugi
fiscal :
1. Dalam penjualan tidak memasukkan penjualan kepada karyawan sebesar
Rp 25.000.000 yang penagihannya melalui pemotongan gaji setiap bulan.
2. Dalam gaji, upah, tunjangan hari raya (THR), dan tunjangan lain terdapat
pengeluaran untuk pembelian beras yang dibagikan kepada karyawan
senilai Rp 28.500.000 dan biaya pengobatan karyawan senilai Rp
5.100.000.
3. Dalam biaya promosi terdapat sumbangan yang tidak ada hubungannya
dengan kegiatan utama perusahaan sebesar Rp 15.000.000.
4. Pajak sebesar Rp 62.000.000 merupakan angsuran PPh bulanan selama
tahun 2019 (angsuran PPh Pasal 25).
5. Biaya royalti sebesar Rp 250.750.000 yang ada bukti pendukungnya dari
pihak eksternal sebesar Rp 235.250.000.
6. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk
diakui sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2019
sebesar Rp 60.500.000.
7. Perusahaan mempunyai asset tetap sebagai berikut :
a. Mesin produksi dibeli pada 1 Januari 2014 seharga Rp 500.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
b. Kendaraan dibeli pada 31 Desember 2014 seharga Rp 400.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
c. Komputer dibeli pada 5 Maret 2016 seharga Rp 300.000.000; taksiran
umur ekonomis 5 tahun.
d. Inventaris dibeli pada 1 Januari 2014 seharga Rp 200.000.000; taksiran
umur ekonomis 8 tahun.
e. Bangunan permanen selesai dibangun dan siap digunakan pada 31
Desember 2013 senilai Rp 600.000.000; taksiran umur ekonomis 20
tahun.
Berdasarkan kebijakan manajemen : mesin produksi mempunyai nilai
residu 10% dari harga perolehan, sedangkan asset tetap yang lain ditaksir
mempunyai nilai residu 20% dari harga perolehan.
48 | P E R P A J A K A N
Metode perhitungan penyusutan yang digunakan adalah garis
lurus.Menurut fiscal (ketentuan perpajakan), mesin produksi, kendaraan,
komputer, dan inventaris merupakan asset berwujud kelompok
II.Perusahaan memilih metode garis lurus dalam menghitung penyusutan
fiscal.
8. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan Rp 3.000.000.
9. Penghasilan sewa (dalam penghasilan luar usaha) sebesar Rp 30.000.000
terdiri atas sewa bangunan senilai Rp 5.000.000, sewa atas peralatan
pabrik senilai Rp 15.000.000 dan sewa atas kendaraan senilai Rp
10.000.000. Penghasilan sewa ini diterima dari PT Jaya Abadi, yang
beralamat di Jl. Ahmad Yani No. 11 Yogyakarta, NPWP:
01.166.552.2.541.000. Sewa tersebut diterima setiap tahun untuk jangka
waktu beberapa tahun.
10. Deviden sebesar Rp 40.000.000 terdiri atas deviden kas dari penyertaan
saham (20%) pada PT Makmur Jaya sebesar Rp 15.000.000 yang
beralamat di Jl.Jogja-solo No.15 Klaten, NPWP:01.337.882.1.542.000 ; dan
dividen kas atas penyertaan saham (30%) pada PT Putra Abadi sebesar Rp
25.000.000.
B. Informasi lain yang digunakan sebagai dasar pengisian SPT Tahunan PPh
adalah :
1. PT Cahaya Mulya selama tahun 2019 telah menjual hasil produksinya
kepada PT Gunung Muria yang beralamat di Jl.Anggrek No.90 Sukoharjo,
NPWP: 02.118.722.1.541.000. Penjualan tersebut senilai Rp 9.900.000.000
(harga ini termasuk PPN 10%)
2. PT Cahaya Mulya (importer yang mempunyai API) selama tahun 2019
mengimpor sebagaian bahan baku untuk proses produksi dari Nagayo,
Jepang dengan harga faktur $40.000.PT Cahaya Mulya membayar biaya-
biaya sebagai berikut : biaya angkut dan biaya asuransi selama perjalanan
antar daerah pabean masing-masing sebesar $3000 dan $7000, bea masuk
sebesar 5% (dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF).
Kurs menurut keputusan menteri keuangan adalah $1=10.000.PT Cahaya
Mulya membayar bea masuk dan PPh pasal 22 impor kepada Ditjen Bea
49 | P E R P A J A K A N
dan Cukai Tanjung Priok, yang beralamat di Jl.Pelabuhan No.202 Tanjung
Priok Jakarta Utara, NPWP:00.455.232.2.021.000.
3. Tarif pajak atas laba usaha diluar negeri(Jepang) adalah 40%.
4. Tarif pajak atas bunga obligasi di Singapura adalah 20%.
5. Total angsuran PPh pasal 25dalam tahun 2019 sebesar Rp 62.000.000,
dibayarkan setiapbulan dengan angsuran yang sama dari bulan maret
sampai dengan desember tahun 2019.
6. Laba (Rugi) fiskal tiga tahun terakhir adalah :
Rugi fiskal tahun 2010 sebesar Rp 4.000.000.000
Laba fiskal tahun 2017 sebesar Rp 2.200.000.000
Laba fiskal tahun 2018 sebesar Rp 800.000.000
Sisa rugi tahun 2013 akan dikompensasikan seluruhnya pada tahun 2016
Pada 2016, PT Cahaya Mulya membagi deviden tunai Rp500 per lembar saham.
4. Lain-lain
PT Cahaya Mulia menyampaikan SPT tahunan PPh pada batas akhir
penyampaian SPT. Diminta :
1. Susunlah rekonsiliasi fiskal untuk menyiapkan menyusun laporan laba rugi
fiskal dan mengisi SPT Tahunan PPh.
2. Setorkan kurang bayar dengan mengisi SSP, apabila terdapat kurang bayar.
3. Isilah SPT Tahunan PPh tahun 2016.
50 | P E R P A J A K A N
Catatan :
1. Akumulasi Penyusutan Mesin (Januari 2014 s.d. Desember 2019) = 6 tahun, per
tahun Rp 62.500.000
2. Akumulasi Penyusutan Kendaraan (Desember 2014 s.d. Desember 2019) = 5
tahun, per tahun Rp 50.000.000
3. Akumulasi Penyusutan Komputer (Maret 2016 s.d. Desember 2019) = 3 tahun
10 bulan, per tahun Rp 37.500.000
4. Akumulasi Penyusutan Inventaris (Januari 2014 s.d. Desember 2019) = 6 tahun,
per tahun Rp 25.000.000
5. Akumulasi Penyusutan Bangunan (31 Desember 2013 s.d. Desember 2019) = 6
tahun, per tahun Rp 30.000.000.
51 | P E R P A J A K A N
PT Cahaya Mulya
52 | P E R P A J A K A N
PT Cahaya Mulya
Rekonsiliasi Fiskal Laba Rugi
Tahun Pajak 2019
(dalam rupiah)
PENJELASAN :
Sumber Penjelasan Form
informasi 1771
yang
diisi
A1) Termasuk dalam penjualan adalah penjualan kepada semua 1771-1
pembeli dengan cara kredit atau tunai dan dengan dasar 51
akrual artinya penjualan diakui tidak pada saat penerimaan
kas, tetapi pada saat penyerahan barang. Penjualan kepada
karyawan yang pembayarannya tidak dilakukan pada saat
transaksi penyerahan barang tetap diakui sebagai penjualan
tahun 2016. Dalam rekonsiliasi fiskal, penjualan kepada
karyawan sebesar Rp 25.000.000 akan menambah
53 | P E R P A J A K A N
penghasilan menurut akuntansi, dan selanjutnya
berpengaruh menaikkan laba kena pajak (sebagai koreksi
positif).
A2) Imbalan dalam bentuk natura (beras Rp 28.500.000 dan 1771-1
pengobatan Rp 5.100.000) tidak boleh dikurangkan dari 5c
penghasilan bruto (non deductible expense) sesuai Pasal 9
ayat (1) UU PPh. Oleh karena itu, dalam rekonsiliasi fiskal,
jumlah biaya tersebut harus dikurangi dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena
pajak (koreksi positif).
A3) Sumbangan untuk berbagai kepentingan kepada pihak-pihak 1771-1
yang tidak mempunyai hubungan kerja, usaha, kepemilikan 5e
dan penguasaan merupakan biaya yang tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto. Biaya sumbangan
sebesar Rp 15.000.000 dalam biaya promosi/iklan harus
dikurangkan dari menurut akuntansi, yang berarti
berpengaruh menaikkan laba kena pajak (sebagai koreksi
positif).
A4) Pajak penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak tidak 1771-1
boleh dikurangkan dari penghaasilan bruto Wajib Pajak 5f
sesuai pasal 9 ayat (1) UU PPh. Total angsuran PPh Pasal 25
sebesar Rp 65.000.000 yang dibayarkan oleh Wajib Pajak PT
Cahaya Mulia dalam tahun 2016 tidak boleh dimasukkan
sebagai biaya tahun 2016. Oleh karena itu, dalam rekonsiliasi
fiskal jumlah tersebut dikurangkan dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti menaikkan laba kena pajak (koreksi
positif).
A5) Beban royalti sebesar Rp 15.500.000 (Rp 250.750.000 – Rp 1771-1 5l
235.250.000 non-deductible expense. Penjelasan sama
dengan A6)
A6) Menurut akuntansi, perusahaan diperbolehkan membentuk 1771-1
cadangan kerugian piutang pada setiap akhir tahun untuk 5b
54 | P E R P A J A K A N
menaksir besarnya piutang yang tidak dapat ditagih pada
tahun berikutnya. Perusahaan membentuk cadangan sebesar
Rp 104.000.000 pada akhir tahun 2019, sehingga dalam
laporan laba rugi tampak kerugian piutang Rp
104.000.000 .hal tersebut berbeda dengan ketentuan fiskal
yang menyatakan bahwa kerugian piutang yang boleh diakui
adalah sejumlah piutang yang nyata, nyata tidak dapat
ditagih pada tahun 2019. Oleh karena itu, nyata-nyata yang
tidak dapat ditagih menurut fiskal adalah Rp 60.500.000,
maka biaya kerugian menurut akuntansi harus dikurangi
dengan Rp 43.500.000. Penyesuaian ini akan berpengaruh
menaikkan laba kena pajak (sebagai koreksi positif).
A7) Penyusutan menurut akuntansi kemungkinan berbeda 1171-1
dengan menurut fiskal karena terdapat perbedaan dalam 6a dan
metode penyusutan, pengakuan nilai sisa, taksiran masa Lampiran
manfaat/umur ekonomis. Perhitungan penyusutan tahun Khusus
2016 menurut fiskal dapat dilihat pada tabel penyusutan 1A
berikutnya. Tabel ini sekaligus dapat digunakan sebagai
pengisian Lampiran Khusus tentang “Penyusutan dan
amortisasi”.
Dalam rekonsiliasi fiskal, biaya penyusutan menurut
akuntansi harus ditambah dengan Rp 36.000.000 (yaitu Rp
216.000.000 – Rp 180.000.000), hal ini berarti mengurangi
laba kena pajak (sebagai koreksi negative)
A8) Imbalan dalam bentuk natura (beras Rp 28.500.000 dan 1771-1
pengobatan Rp 5.100.000) tidak boleh dikurangkan dari 5c
penghasilan bruto (non deductible expense) sesuai Pasal 9
ayat (1) UU PPh. Oleh karena itu, dalam rekonsiliasi fiskal,
jumlah biaya tersebut harus dikurangi dari biaya menurut
akuntansi, yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena
pajak (koreksi positif).
A9) Penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan adalah 1771-I-4
55 | P E R P A J A K A N
penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final. Oleh karena
bersifat final, maka jumlah pajak yang telah dipotong
tersebut tidak dapat dikreditkan dari total PPh yang terutang
pada akhir tahun, sehingga penghasilan tersebut juga tidak
perlu diperhitungkan dalam menentukan laba kena pajak.
Dalam koreksi fiskal, penghasilan berupa sewa atas bagunan
sebesar Rp 5.000.000 dikurangkan dari penghasilan sewa
menurut akuntansi, yang berarti menurunkan laba kena
pajak (koreksi negative)
A10) Deviden yang diperoleh atau diterima perseroan terbatas 1771-I-I4
sebagai Wajib Pajak dalam negeri bukan merupakan
penghasilan kena pajak (bukan Objek Pajak), sesuai Pasal 4
ayat (3) UU PPh apabila penyertaannya melebihi 25% dari
total modal disetor. Dividen yang diterima PT Cahaya Mulya
dari PT Ananda sebesar Rp 25.000.000 harus dikurangkan
dari penghasilan deviden menurut akuntansi, yang berarti
akan menurunkan laba kena pajak (koreksi negative),
sedangkan deviden yang sebesar Rp 15.000.000 merupakan
Objek Pajak karena penyertaannya kurang dari 25%
56 | P E R P A J A K A N
D. STUDI KASUS IV
PT Angkasa didirikan pada tahun 2009 merupakan Wajib Pajak yang bergerak
dalam bidang usaha dagang.
1. Data Wajib Pajak
Nama Wajib Pajak : PT Angkasa
NPWP : 01.111.222.1.541.000
Alamat Kedudukan : Jl. Ahmad Yani No. 67, Surakarta
Nomor Telepon/Faks : (0271) 866 899/(0271) 522 511
Jenis Usaha : Dagang Peralatan Telekomunikasi
Nama Pimpinan : Drs. Angkasa Putra, M.M.
Alamat Rumah : Jl. Swakarya No. 5, Surakarta
Klasifikasi Badan : PT (Perseroan Terbatas)
2. Kegiatan Usaha
Pada tahun 2019, PT Angkasa memperoleh penghasilan dari dalam negeri dan luar
negeri. Laporan laba rugi (komersial) pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:
57 | P E R P A J A K A N
PT Angkasa
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2019
58 | P E R P A J A K A N
Laba usaha Rp839.050.000
Penghasilan di luar usaha:
- Dividen Rp55.000.000
- Sewa Rp25.850.000
Total penghasilan luar
Rp80.850.000
usaha
Laba bersih (penghasilan
Rp919.900.000
neto) dalam negeri
Penghasilan dari luar negeri:
- Laba usaha dari Canada Rp280.000.000
- Bunga obligasi dari
Rp50.100.000
Singapura
Total penghasilan dari luar
Rp330.100.000
negeri
Laba (penghasilan neto) Rp1.250.000.000
59 | P E R P A J A K A N
kegiatan utama perusahaan sebesar Rp 12.850.000.
5. Pajak sebesar Rp 60.000.000 merupakan angsuran PPh bulanan selama tahun
2019 (angsuran PPh Pasal 25).
6. Pengeluaran berupa biaya representasi tidak didukung dengan bukti pengeluaran
dari pihak eksternal.
7. Biaya royalti sebesar Rp 235.000.000 yang ada bukti pendukungnya dari pihak
eksternal sebesar Rp 225.355.000.
8. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk diakui
sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2019 sebesar Rp
50.000.000.
9. Perusahaan mempunyai aset tetap sebagai berikut:
Mesin produksi dibeli pada tanggal 1 Januari 2013 seharga Rp 500.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
Kendaraan dibeli pada tanggal 31 Desember 2013 seharga Rp 400.000.000;
taksiran umur ekonomis 10 tahun.
Komputer dibeli pada tanggal 6 Maret 2015 seharga Rp 300.000.000; taksiran
umur ekonomis 5 tahun.
Inventaris dibeli pada tanggal 1 Januari 2013 seharga Rp 200.000.000; taksiran
umur ekonomis 8 tahun.
Bangunan permanen selesai dibangun dan siap digunakan pada tanggal 31
Desember 2012 senilai Rp 600.000.000; taksiran umur ekonomis 20 tahun.
Berdasarkan kebijakan manajemen perusahaan: mesin produksi mempunyai nilai
residu 10% dari harga perolehan, sedangkan aset tetap yang lain ditaksir
mempunyai nilai residu 20% dari harga perolehan.
Metode penghitungan penyusutan yang digunakan adalah garis lurus.
Menurut fiskal (ketentuan perpajakan), mesin produksi, kendaraan, komputer
dan inventaris merupakan aset berwujud kelompok II. Perusahaan memilih
metode Garis Lurus dalam menghitung penyusutan fiskal.
10. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan Rp 2.225.000.
11. Penghasilan sewa (dalam penghasilan luar usaha) sebesar Rp 25.850.000 terdiri
atas sewa bangunan senilai Rp 5.850.000, sewa atas peralatan pabrik senilai Rp
11.000.000 dan sewa atas kendaraan senilai Rp 9.000.000. Penghasilan sewa ini
60 | P E R P A J A K A N
diterima dari PT Putra Surya, yang beralamat di J1. Mayjen Sutoyo30 Yogyakarta,
NPWP: 01.166.552.2.541.000. Sewa tersebut diterima setiap tahun untuk jangka
waktu beberapa tahun.
12. Dividen sebesar Rp 55.000.000 terdiri atas dividen kas dari penyertaan saham
(20%) pada PT Adinda sebesar Rp 20.000.000, yang beralamat di J1. Lojajar 28
Yogyakarta, NPWP: 01.337.882.1.542.000; dan dividen kas atas penyertaan
saham (30%) pada PT Kapuas Raya sebesar Rp35.000.000.
4. Informasi lain yang digunakan sebagai dasar pengisian SPT Tahunan PPh
adalah:
1. PT Angkasa selama tahun 2019 telah menjual basil produksinya kepada PT
Telkom Surakarta, yang beralamat di J1. Hayam Wuruk No. 157 Surakarta, NPWP:
02.118.722.1.541.000. Penjualan tersebut senilai Rp 11.000.000.000 (harga ini
termasuk PPN 10%).
2. PT Angkasa (importir yang mempunyai API) selama th 2019 mengimpor sebagian
bahan baku untuk proses produksi dari Nagayo, Jepang dengan harga faktur
$40.000. PT Angkasa membayar biaya-biaya sebagai berikut: biaya angkut dan
biaya asuransi selama perjalanan antar daerah pabean masing-masing sebesar
$3.000, dan $7.000, bea masuk sebesar 5% dari CIF, dan bea masuk tambahan
sebesar 20% dari CIF. Kurs menurut Keputusan Menteri Keuangan adalah $1 = Rp
10.000. PT Angkasa membayar bea masuk dan PPh Pasal 22 impor kepada Ditj en
Bea dan Cukai Tanjung Priok, yang beralamat di J1. Pelabuhan No. 202 Tanjung
Priok Jakarta Utara, NPWP: 00.455.232.2.021.000.
3. Tarif pajak atas laba usaha di luar negeri (Kanada) adalah 40%.
4. Tarif pajak atas bunga obligasi di Singapura adalah 25%.
5. Total angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun 2009 sebesar Rp 60.000.000,
dibayarkan setiap bulan dengan angsuran yang sama dari bulan Maret sampai
dengan bulan Desember 2019.
6. Laba (rugi) fiskal tiga tahun terakhir adalah:
61 | P E R P A J A K A N
Laba fiskal tahun 2018 sebesar Rp 100.000.000
Sisa rugi tahun 2016 akan dikompensasikan seluruhnya pada tahun 2019.
5. Lain-lain
PT Angkasa menyampaikan SPT Tahunan PPh pada batas akhir penyampaian
SPT. Diminta :
Susunlah rekonsiliasi fiskal untuk menyiapkan menyusun laporan laba rugi
fiskal dan mengisi SPT Tahunan PPh.
62 | P E R P A J A K A N
PENYELESAIAN
Form
Sumber
Penjelasan 1771
lnfo
yang diisi
64 | P E R P A J A K A N
C8) Menurut akuntansi, perusahaan diperbolehkan 1771-I 5b
membentuk cadangankerugian piutang pada setiap
akhir tahun untukmenaksir besarnya piutang yang
tidak dapat ditagih pada tahun berikutnya.
Perusahaan membentuk cadangan sebesar
Rp105.350.000 pada akhir tahun 2019, sehingga
dalam laporan laba rugi tampak kerugian piutang
sebesar Rp105.350.000. Hal tersebut berbeda
dengan ketentuan fiskal yang menyatakan bahwa
kerugian piutang yang boleh diakui adalah sejumlah
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih pada
tahun 2019. Oleh karena piutang yang nyata-nyata
tidak dapat ditagih menurut fiskal adalah
Rp50.000.000, maka biaya kerugian menurut
akuntansi harus dikurangi dengan Rp55.350.000.
Penyesuaian ini akan berpengaruh menaikkan laba
kena pajak (sebagai koreksi positif)
65 | P E R P A J A K A N
C10) Penjelasan sama dengan A2). 1771-I 5c
66 | P E R P A J A K A N
67 | P E R P A J A K A N
PT Angkasa
Rekonsiliasi Fiskal Penghitungan Laba Rugi
Tahun Pajak 2019
68 | P E R P A J A K A N
muari
Rekonsiliasi fiskal dengan format 2 dapat dilihat langsung pada Lampiran I - Formulir
1771-I SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan.
Penjelasan informasi Cll s/d Cl2, dan B1 sampai dengan B4 untuk menghitung kredit pajak
dan mengisi formulir 1771-III dan 1771-IV Tahun Pajak 2009
69 | P E R P A J A K A N
PPh Pasal 23 atas sewa kendaraan: 1771 – III
= 2% x Rp9.000.000 = Rp 180.000
Total penghasilan sewa peralatan pabrik dan kendaraan
Rp 20.000.000
Total PPh Pasal 23 = Rp 400.000
PPh atas sewa tanah dan bangunan (final): 1771-IV Bag.
= 10% x Rp5.850.000 = Rp585.000 A
70 | P E R P A J A K A N
Lap L/R & PPh Pasal 24 untuk Negara Singapura: Lamp Khusus
kasus D 4) 1. PPh yang terutang Rp298.940.600 7A
2. (Penghasilan di Singapura/total PKP) x PPh terutang
= (Rp50 juta/Rp1.067.645.000) x Rp298.940.600
= Rp14.000.000
3. PPh terutang/dibayar di Singapura
= 25% x Rp50 juta = Rp12.500.000
Kredit pajak LN (PPh Pasal 24) Singapura=
Rp12.500.000
Total Kredit Pajak LN (PPh Pasal 24): 1771 C No. 10
= Rp56.000.000 + Rp12.500.000 = Rp68.500.000 a
71 | P E R P A J A K A N
Penghasilan kena pajak Rp 1.325.345.000
PPh terutang:
Kredit Pajak:
Kekurangan bayar ini disetor ke bank paling lambat tanggal 20 Maret 2020 dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak.
**) PPh Pasal 23 atas sewa Rp400.000; PPh Pasal 23 atas dividen Rp2.250.000
***)PPh Pasal 24 Kanada Rp 56.000.000, Singapura Rp 12.500.000
Dengan asumsi semua penghasilan adalah penghasilan teratur, maka angsuran PPh
Pasal 25 sebulan tahun pajak 2020 dihitung sebagai berikut:
Kredit Pajak:
72 | P E R P A J A K A N
o PPh Pasal 22 Rp 165.625.000
Rp 133.571.600 : 12 Rp 11.130.967
Dengan asumsi
Rp 60.000.000 : 12 ;
h. Pada bulan Juli 2020 diterima surat ketetapan pajak yang menyebutkan
bahwa angsuran PPh bulanan adalah Rp6.500.000
73 | P E R P A J A K A N
BAB II
(SPT WPOP)
A. PENGERTIAN SPT
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah laporan pajak yang disampaikan kepada
pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
SPT dibagi menjadi dua yakni SPT Masa dan SPT Tahunan.
1. SPT Tahunan
SPT Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak. Ini adalah
jenis pelaporan pajak yang wajib dilakukan oleh wajib pajak perseorangan
maupun wajib pajak badan.
74 | P E R P A J A K A N
Formulir 1770 S terdiri dari dua lampiran yang harus diisi oleh wajib pajak
dengan benar. Data-data yang harus diisikan seperti bukti potong, anggota
keluarga, harga, data penghasilan, dan lain sebagainya. Penggunaan Formulir
1770S Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang berpenghasilan:
75 | P E R P A J A K A N
76 | P E R P A J A K A N
b. Formulir SPT Jenis 1770 SS
Selanjutnya, formulir SPT jenis 1770 SS adalah jenis SPT Tahunan untuk
perseorangan atau wajib pajak dengan penghasilan tahunan kurang dari atau
sama dengan Rp60 juta. Berbeda dengan formulir 1770 S, formulir jenis ini
ditujukan untuk karyawan yang hanya bekerja pada satu perusahaan atau
instansi dan sudah bekerja minimal satu tahun. Penggunaan formulir ini juga
mencakup penghasilan tambahan diperoleh bukan dari pekerjaan
sampingan, melainkan dari bunga koperasi atau bunga bank. Pengisian
formulir ini terbilang sederhana, hanya memindahkan semua data yang
sudah tertulis pada formulir 1712 A1 atau A2.
77 | P E R P A J A K A N
78 | P E R P A J A K A N
c. Formulir SPT Jenis 1770
SPT Tahunan jenis 1770 merupakan formulir yang digunakan oleh wajib
pajak perseorangan dengan status pekerjaan sebagai pemilik bisnis atau
pekerja yang memiliki keahlian tertentu dan tidak ada ikatan kerja. Contoh
penggunaan formulir ini ketika melakukan lapor pajak adalah untuk profesi
dokter, konsultan, penulis, atau notaris.
79 | P E R P A J A K A N
80 | P E R P A J A K A N
2. SPT MASA
SPT Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak. SPT Masa
digunakan untuk 10 jenis pajak yang telah ditetapkan oleh peraturan
perpajakan. Terdapat tiga kategori utama dari SPT Masa, yaitu Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PPh), dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM).
2. E-FIN
Dokumen pelengkap berikutnya yang dibutuhkan sebelum mengisi SPT adalah
e-FIN atau Electronic Filling Identification Number. Nomor ini bisa diperoleh
melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat dan menjadi akses untuk bisa
masuk dan mengisi e-filling atau pelaporan pajak secara online.
Cara mendapatkan E-FIN ini tidak sulit. Datanglah ke KPP yang terdekat
dengan lokasi Anda. Jangan lupa bawa kartu NPWP Anda. Di sana, Anda akan
diminta mengisi formulir pengajuan atau aktivasi E-FIN. Setelah mengambil
nomor antrean, petugas akan memanggil dan membantu Anda dalam
melakukan aktivasi E-FIN.
81 | P E R P A J A K A N
C. PERBEDAAN FORMULIR 1770, 1770S, 1770SS
Berlanjut pada pembahasan mengenai tiga formulir yang disebutkan sebelumnya,
1770S, 1770SS dan 1770. Seperti telah disebutkan tadi, pembagian ketiga formulir
ini digunakan untuk membedakan banyak pekerjaan dan jumlah penghasilan yang
diterima dalam satu tahun pajak. Secara singkat, formulir 1770SS digunakan oleh
wajib pajak perorangan yang memiliki sumber penghasilan dari satu pekerjaan
saja dan besaran jumlah penghasilan tidak lebih dari Rp 60.000.000. Formulir
1770S diperuntukkan bagi wajib pajak perorangan yang memiliki sumber
penghasilan dari satu sumber atau lebih dan/atau punya penghasilan lain dari
usaha atau pekerjaan bebas. Terakhir untuk formulir 1770, digunakan untuk wajib
pajak orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari usaha dan/atau
pekerjaan bebas tanpa ada satu pemberi kerja utama.
82 | P E R P A J A K A N
7. Khusus untuk penyampaian Formulir 1770 S dapat dilakukan secara langsung
ke KPP wajib pajak terdaftar.
8. Kekurangan bayar pajak terutang yang harus lunas sebelum SPT disampaikan.
Jika telat, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan
dihitung mulai berakhirnya batas waktu penyampaian SPT sampai dengan
tanggal pembayaran. Adapun bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
9. Wajib Pajak menyetor pajak yang terutang ke Kas Negara melalui Kantor Pos
atau Bank Persepsi resmi Kemenkeu.
10. Perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama 2 bulan sejak
batas waktu penyampaian SPT. Pemberitahuan perpanjangan SPT harus
disertai penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 tahun pajak dan
Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak
yang terutang.
11. Apabila SPT Tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan,
wajib pajak akan menerima Surat Teguran dan sanksi administrasi berupa
denda sebesar Rp100.000.
12. Setiap orang karena alpa atau sengaja tidak menyampaikan atau mengisi tidak
benar dan tidak lengkap SPT Tahunan Pajak, sehingga menimbulkan kerugian
negara, akan dikenai sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana sesuai
undang-undang perpajakan yang berlaku.
Wajib pajak orang pribadi langsung dapat membuat dan mengisi SPT Tahunan
dengan aplikasi Form Viewer tersebut. Setelah pengisian SPT Tahunan dengan
aplikasi Form Viewer telah benar dan lengkap, wajib pajak langsung mengunggah
atau mengupload dokumen SPT secara online melalui aplikasi Form Viewer.
83 | P E R P A J A K A N
Sebelum dapat menggunakan e-Form, wajib pajak harus mengaktifkan e-Form
terlebih dahulu. Berikut ini adalah cara mengaktifkannya:
• Mengakses laman resmi e-Filing DJP Online dan pilih Update Profile.
• Setelah masuk ke Profile, pilihlah Sub Info Hak Akses.
• Berilah tanda centang [✓] pada kolom e-Form untuk melakukan permintaan
pengaktifan layanan perpajakan e-Form.
• Kemudian akan muncul notifikasi perubahan akses. Anda akan diminta kembali
pada halaman awal dan memasukkan NPWP dan password Anda pada laman e-
filing yang telah Anda daftarkan sebelumnya.
Laporkan SPT Tahunan Pribadi Anda melalui e-Filing Klikpajak dengan mudah,
cepat, dan GRATIS selamanya. e-Filing Klikpajak resmi dari Dirjen Pajak digunakan
untuk e-Filing pajak online untuk semua jenis SPT Tahunan Pajak Pribadi, salah
satunya menggunakan Formulir 1770 S. Klikpajak mengeluarkan bukti lapor resmi
dari Dirjen Pajak (DJP Online). Rekam seluruh riwayat lapor pajak Anda melalui
Arsip Pajak. Dengan Klikpajak, urusan perpajakan Anda beres tanpa repot.
84 | P E R P A J A K A N
• Formulir SPT Pribadi (Klik di sini untuk melihat cara membuat e-SPT Pajak
Pribadi).
• Formulir 1721-A1 (Jika Anda bekerja di perusahaan).
• Akun aplikasi e-Filing (Klik untuk buat akun e-Filing).
G. E-FILING
e-Filing atau lapor pajak online adalah penyampaian SPT (Surat Pemberitahuan)
melalui saluran pelaporan pajak elektronik atau online yang telah ditetapkan oleh
DJP (Direktorat Jenderal Pajak) pada Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor
PER-03/PJ/2015.
1. Manfaat e-filing
• Mempermudah proses perekaman data SPT di dalam basis data DJP. Jika
sebelumnya perekaman data dilakukan secara manual dan menghabiskan
waktu yang cukup banyak, kini dengan sistem lapor pajak online tentu
menghemat lebih banyak waktu.
• Mengurangi pertemuan langsung wajib pajak dengan petugas pajak. Wajib
pajak sudah tidak harus selalu datang ke KPP, apalagi terkena macet hanya
untuk melaporkan pajak mereka.
• Mengurangi dampak antrean dan volume pekerjaan proses penerimaan SPT.
Adanya lapor SPT online bertujuan agar mengurangi jumlah wajib pajak yang
datang ke KPP sehingga tidak ada lagi antrean panjang.
• Mengurangi volume berkas fisik/kertas dokumen perpajakan. Pemanfaatan
sistem online tentu akan mengurangi pengurangan penggunaan kertas atau
dokumen yang perlu dibawa oleh wajib pajak dan juga berisiko hilang dan
rusak saat melakukan penyimpanan.
85 | P E R P A J A K A N
Atau bisa juga masuk menu hitung pajak otomatis (PPh Pasal 21 atau PPN).
b. Buat ID Billing dan setor pajak online 1 klik dengan PajakPay, fitur
pembayaran pajak online dari OnlinePajak yang telah terdaftar di Bank
Indonesia dan bekerja sama dengan Bank Persepsi terpercaya.
86 | P E R P A J A K A N
Setelah Anda berhasil melakukan penyetoran, Anda akan menerima BPN
(Bukti Penerimaan Negara) yang sah dari negara.
87 | P E R P A J A K A N
Kemudian terima bukti pelaporan pajak Anda (BPE/NTTE) yang sah dari
DJP. Tanggal pada BPE Anda adalah tanggal saat Anda klik tombol “Lapor”
88 | P E R P A J A K A N
BAGIAN 2 : CONTOH SOAL
SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi (formulis 1770 S) digunakan oleh Wajib
Pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan selain dari usaha dan / atau
pekerjaan bebas dengan jumlah penghasilan bruto lebih dari Rp60.000.000 (enam
puluh juta rupiah) setahun. Penghasilan bruto yang dimaksud meliputi seluruh
penghasilan selain penghasilan dari usaha dan / atau pekerjaan bebas. Penghasilan
dari pekerjaan dapat bersumber dari satu atau lebih pemberi kerja. Wajib Pajak
menerima penghasilan lain di dalam negeri di luar usaha selain dari pekerjaan baik
bersifat final maupun tidak final. SPT Formulir 1770 S terdiri atas :
1. Induk SPT (1770 S)
2. Lampiran I (1770 S-1) berisi penghasilan neto dalam negeri lainnya,
penghasilan tidak termasuk objek pajak, daftar pemotongan / pemungutan PPh
oleh pihak lain, dan PPh yang ditanggung pemerintah.
3. Lampiran II (1770 S-II) berisi penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final,
daftar harga pada akhir tahun, daftar kewajiban / utang pada akhir tahun, dan
susunan keluarga pada awal tahun pajak.
Kasus :
1. Penghasilan
a. Penghasilan berupa gaji (sebagai pegawai tetap pada PT Sejahtera) beserta
pajak yang dipotong terdapat pada formulir 1721-A1 (terlampir).
b. Penghasilan berupa penghargaan keikutsertaan dalam suatu kegiatan
beserta pajak yang dipotong terdapat pada bukti pemotongan (terlampir).
c. Penghasilan berupa dividen beserta pajak yang dipotong terdapat pada bukti
pemotongan pajak (terlampir).
d. Penghasilan berupa bunga simpanan di koperasi beserta pajak yang dipotong
terdapat pada bukti pemotongan pajak (terlampir).
89 | P E R P A J A K A N
e. Penghasilan berupa royalty beserta pajak yang dipotong terdapat pada bukti
pemotongan pajak (terlampir).
f. Penghasilan berupa beasiswa pendidikan dari tempat kerja disertai dengan
surat penugasan studi lanjut sebesar RP 75.000.000
2. Harta dan Kewajiban
a. Tanah tempat tinggal seluas 300 meter persegi dengan harga Rp. 400.000,-
per meter persegi diperoleh pada 2005 merupakan pembagian warisan dari
orang tua.
b. Rumah tempat tinggal dibangun pada 2017 dengan nilai bangunan Rp.
250.000.000,-
c. Tabungan di Koperasi Bank pada 2018 sebesar Rp. 80.000.000,-
d. Kendaraan roda empat (Terios) dibeli tahun 2016 senilai Rp. 225.000.000,-
e. Pinjaman di Bank BPD pada 2017 sebesar Rp. 150.000.000,-
3. Lain-lain
Bambang mempunyai istri dan 1 anak kandung.
90 | P E R P A J A K A N
800.000 No.10
1770 S - I Bag. A
- Penghasilan berupa royalty 30.000.000 No. 2
Tanah 120.000.000
Bangunan 250.000.000
1771 S - II Bag. B
Tabungan 80.000.000
Kendaraan 225.000.000
- Royalti 30.000.000
40.000.000
91 | P E R P A J A K A N
45.875.000
PPh yang terutang :
1.693.750
92 | P E R P A J A K A N
DAFTAR BIAYA PAJAK PENGHASILAN
BUKTI PEMOTONGAN
PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP ATAU PENERIMA FORMULIR 1721 - A1
PENSIUN ATAU TUNJANGAN HARI TUA/JAMINAN HARI Lembar 1 : Untuk Penerima Penghasilan
Lembar 2 : Untung Pemotong
TUA BERKALA
MASA PEROLEHAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PENGHASILAN [mm - mm]
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
NOMOR H.01 1 . 1 - 12 - 19 - 0012 H.02 01 - 12
NPWP
- -
PEMOTONG : H.03 01.253.246.5 521 000
NAMA
PEMOTONG : H.04 PT SEJAHTERA
1 NPWP : 48.245.356.5 - 521 - 000 6 STATUS / JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP
A.01
2 NIK/NO : K/ TK/ A.08 HB/ A.09
1 A.07
PASPOR A.02 33.02251205750001
3 NAMA : 7 NAMA JABATAN : Manager Keuangan
A.03 BAMBANG A.10
4 ALAMAT : 8 KARYAWAN ASING YA
A.04 JL.ANGGUR NO.15 SURAKARTA : A.11
PENGHASILAN BRUTO
C. IDENTITAS PEMOTONG
93 | P E R P A J A K A N
DAFTAR BIAYA
BUKTI PEMOTONGAN PAJAK
FORMULIR 1721 - VI
PENGHASILAN PASAL 21 (TIDAK FINAL)
Lembar 1 : Untuk Penerima Penghasilan
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
ATAU PASAL 26 Lembar 2 : Untung Pemotong
TARIF LEBIH
JUMLAH DASAR PENGENAAN
TINGGI 20% TARIF PPh DIPOTONG
KODE OBJEK PAJAK PENGHASILAN BRUTO PAJAK
(TIDAK BER- (%) (Rp)
(Rp) (Rp)
NPWP)
C. IDENTITAS PEMOTONG
C.01
1. NPWP : 12.222.111.0 - 123 - 0 3. TANGGAL & TANDA TANGAN
C.02 C.03
2. NAMA : PT MAKMUR 25 - 7 - 2019
[dd - mm - yyyy]
PPh PASAL 26
1 27 - 100 - 99 Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan dan kegiatan, hadiah dan penghargaan, pensiun dan pembay aran berkala lainny a y ang
dipotong PPh Pasal 26
94 | P E R P A J A K A N
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak
NPWP : 4 8 - 2 4 5 - 3 5 6 - 5 - 5 2 1 - 0 0 0
Nama : B A M B A N G
Alamat : J L A N G G U R N O 15 S U R A K A R T A
Terbilang : ……………………………..………………………...………………………………………………….……………………
Satu juta lima ratus ribu rupiah
NPWP : 2 3 - 4 5 6 - 7 8 9 - 1 - 1 2 3 - 0 0 0
Nama : P T B A H A G I A
F.1.1.33.21
95 | P E R P A J A K A N
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong Pajak
NPWP : 4 8 - 2 4 5 - 3 5 2 - 5 - 5 2 1 - 0 0 0
Nama : B A M B A N G
Alamat : J L A N G G U R N O 15 S U R A K A R T A
NPWP : 8 9 - 4 5 6 - 2 3 4 - 2 - 9 9 9 - 0 0 0
Nama : K O P E R A S I S U B U R
F.1.1.33.19
96 | P E R P A J A K A N
Lembar ke-1 unt uk : Wajib P ajak
Lembar ke-2 unt uk : Kant or P elayanan P ajak
Lembar ke-3 unt uk : P emot ong P ajak
NPWP : 4 8 - 2 4 5 - 3 5 6 - 5 - 5 2 1 - 0 0 0 (3)
Nama : B A M B A N G
Alamat : J L A N G G U R N O 1 5 S U R A K A R T A
Tarif Le bih
Jumlah Penghasilan Tinggi 100% Tarif PPh yang Dipotong
No. Uraian
Bruto (Rp) (Tdk be r- (%) (Rp)
NPWP)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Dividen 15%
2. Bunga 15%
3. Royalti 30.000.000 15% 450.000
4. Hadiah dan penghargaan 15%
5. Sewa dan Penghasilan lain
sehubungan dengan
penggunaan harta ***) 15%
6. Jasa Teknik, Jasa Manajemen,
Jasa Konsultansi dan Jasa Lain
sesuai PMK-244/PMK.03/2008:
a. Jasa Teknik 2%
b. Jasa Manajemen 2%
c. Jasa Konsultan 2%
d. Jasa lain :
1) ………………………… 2%
2) ………………………… 2%
3) ………………………… 2%
4) ………………………… 2%
5) ………………………… 2%
6) ………………………… 2%
****)
JUMLAH 450.000
Terbilang : …………………………………………………………………………………………….……………………
Perhatian :
1. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 23 Surakarta, 25 Oktober 2019
yang dipotong di atas merupakan
agsuran atas Pajak Penghasilan yang Pemotong Pajak ( 5)
F.1.1.33.06 Lampiran IV.3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 43/PJ/2009
97 | P E R P A J A K A N
SPT TAHUNAN
2 0 1 9
TAHUN PAJAK
FORMULIR 1770 S PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN :
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; SPT PEM BETULAN KE - …
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DALAM NEGERI LAINNYA; DAN/ATAU
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL.
PERHATIAN • SEBELUM MENGISI BACA DAHULU PET UNJUK PENGISIAN • ISI DENGAN HURUF CET AK /DIKET IK DENGAN T INT A HIT AM
• BERI T ANDA "X" PADA (KOT AK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 4 8 2 4 5 3 5 6 5 5 2 1 0 0 0
PEKERJAAN : KLU :
M A N A G E R K E U A N G A N
IDENTITAS
Permohonan perubahan data disampaikan terpisah dari pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ini, dengan menggunakan
Formulir Perubahan Data Wajib Pajak dan dilengkapi dokumen yang disyaratkan.
*) Pengisian kolom-kolom y ang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat petunjuk pengisian halaman 3) RUPIAH *)
1 PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN …….
……………………………………………..
1
[Diisi akumulasi jumlah penghasilan neto pada setiap Formulir 1721-A1 dan/atau 1721-A2 angka 14 yang dilampirkan atau Bukti Potong Lain] 68.875.000
A. PENGHASILAN NETO
[Bagi Wajib Pajak dengan status PH atau MT diisi dari Lampiran Perhitungan PPh Terutang sebagaimana dimaksud dalam bagian 9
G: Lampiran huruf d] 2.293.750
12 PPh YANG DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN/ATAU KREDIT PAJAK LUAR 12
NEGERI DAN/ATAU TERUTANG DI LUAR NEGERI [Diisi dari Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian C Kolom (7)] 1.693.750
D. KREDIT PAJAK
TGL LUNAS
b. DIPERHITUNGKAN DENGAN d. DIKEMBALIKAN DENGAN SKKPP PASAL 17D (WP y ang Memenuhi Persy aratan Tertentu)
UTANG PAJAK
PAJAK BERIKUTNYA
F. ANGSURAN PPh
PASAL 25 TAHUN
a. x Fotokopi Formul i r 1721-A1 atau 1721-A2 atau Bukti Potong PPh Pasal 21 d. atau MT
b. x Surat Setoran Paj ak Lembar Ke-3 PPh Pasal 29 e. …………………………………………………………..
PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan TANDA TANGAN
perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa yang telah beritahukan diatas beserta lampiran-
lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.
NAMA LENGKAP : B A M B A N G
NPW P : 4 8 2 4 5 3 5 6 5 5 2 1 0 0 0
F.1.1.32.18
98 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - I
TAHUN PAJAK
FORMULIR
1770 S - I •
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA 2 0 1 9
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
•
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG
PEMERINTAH
NPWP : 4 8 2 4 5 3 5 6 5 5 2 1 0 0 0
JUMLAH PENGHASILAN
NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)
1. BUNGA
2. ROYALTI 30.000.000
3. SEWA
6. PENGHASILAN LAINNYA
JUMLAH PENGHASILAN
NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)
1. BANTUAN/SUMBANGAN/HIBAH
2. WARISAN
5. BEASISWA 75.000.000
BAGIAN C : DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH
NAMA PEMOTONG/ NPWP PEMOTONG/ BUKTI PEMOTONGAN/ JENIS PAJAK : JUMLAH PPh YANG
NO PEMUNGUTAN PPh PASAL 21/
PEMUNGUT PAJAK PEMUNGUT PAJAK DIPOTONG / DIPUNGUT
NOMOR TANGGAL 22/23/24/26/DTP*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1.
PT. SEJAHTERA 01-253-246-5-521-000 1-12-19-0012 10 Januari 2020 PPh Pasal 21 743.750
2. 15/PPh Ps
PT. MAJU JAYA 47-564-123-6-234-000 23/10/2019 25 Oktober 2019 PPh PASAL 23 450.000
3. 1.2-07-19-
PT. MAKMUR 12-222-111-0-123-000 0000023 25 Juli 2019 PPh Pasal 21 500.000
4.
5.
dst
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-I
99 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - II
TAHUN PAJAK
FORMULIR
1770 S - II SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
2 0 1 9
• PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • HARTA PADA AKHIR TAHUN
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN
• DAFTAR SUSUNAN ANGGOTA KELUARGA
NPWP : 4 8 2 4 5 3 5 6 5 5 2 1 0 0 0
2. BUNGA/DISKONTO OBLIGASI
4. HADIAH UNDIAN
12. DIVIDEN
15.000.000 1.500.000
2. 061 250.000.000
BANGUNAN / RUMAH (200 m2) 2017
3. 012 80.000.000
TABUNGAN (Di Koperasi Bank) 2018
4. 043
KENDARAAN (Terios) 2016 225.000.000
5.
dst
5
dst
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-II
100 | P E R P A J A K A N
B. STUDI KASUS 2 : SPT 1770SS
Bambang Sutejo adalah wajib pajak dalam negeri dengan NPWP 58.122.444.6 -
505 - 000, beralamat di Jl. Kaharipan no. 60, Surakarta. Penghasilan, harta, dan
kewajiban selama 2019 sebagai berikut.
Penghasilan:
1. Penghasilan dari pekerjaan dilihat pada formulir 1721-A1 (terlampir).
Gaji = 45.000.000
Premi JKK = 1% dari gaji =1% x 45.000.000 = 450.000
Premi JKM = 0,3% dari Gaji =0,3% x 45.000.000 =135.000
Uang lembur = 9.210.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan : 2.939.750
Iuran Pensiun/THT : 1.175.900
2. Penghasilan berupa bunga deposito Rp. 800.000, dipotong Pajak Penghasilan
dengan tarif 20%
3. Warisan berupa tanah senilai Rp. 300.000.000
Harta dan Kewajiban:
Tanah, tempat tinggal senilai Rp. 250.000.000
101 | P E R P A J A K A N
Bag. A no. 3 PTKP (= form 1721-A1) Rp.
54.000.000(-)
102 | P E R P A J A K A N
Lembar ke-1 untuk : Wajib Pajak
Lembar ke-2 untuk : Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-3 untuk : Pemotong/Pemungut Pajak
NPWP : 0 1 - 2 8 9 - 1 3 3 - 4 - 0 0 0 - 0 0 0 (3)
Nama : P T M A D I N A
Alamat :
JUMLAH 160.000
Terbilang : Seratus Enam Puluh Ribu Rupiah
NPWP : 5 8 - 6 0 5 - 3 2 1 - 2 - 6 1 8 0 0 0
Nama : B A M B A N G S U T E J O
Perhatian :
Jumlah Pajak Penghasilan dari
1. Tanda Tangan, Nama dan Cap
Jasa
Konstruksi yang dipotong/dipungut di
atas bukan merupakan kredit pajak
dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan PPh.
Sutejo
2. Bukti Pemotongan/Pemungutan ini
dianggap sah apabila diisi dengan Bambang Sutejo(6)
lengkap dan benar.
F.1.1.33.16
103 | P E R P A J A K A N
1770 SS
KEMENTERIAN KEUANGAN RI TAHUN PAJAK
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK H.03 2 0 1 9
PERHATIAN :
SPT TAHUNAN
PAJAK PENGHASILAN DIISI OLEH PETUGAS KPP
▪ SEBELUM MENGISI BACA DAHULU PETUNJUK PENGISIAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARCODE DIT EMPEL DISINI
▪ ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
▪ BERI TANDA 'X' PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI H.01 SPT PEMBETULAN KE H.02 - ….
WAJIB PAJAK
IDENTITAS
Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal
A. PAJAK PENGHASILAN
1 Penghasilan Bruto dalam Negeri Sehubungan dengan Pekerjaan dan Penghasilan Netto dalam Negeri Lainnya 1 A.01 58.795.000
2 Pengurangan
(Diisi jumlah pengurangan dari Formulir 1721-A1 angka 11 atau 1721-A2 angka 14)
2 A.02 4.115.650
TK/ K/ K/I/
3 Penghasilan Tidak Kena Pajak A.03 0 A.04 A.05 3 A.06 54.000.000
(Diisi jumlah PT KP dari Formulir 1721-A1 angka 15 atau 1721-A2 angka 18)
6 Pajak Penghasilan yang telah Dipotong oleh Pihak Lain 6 A.09 33.967
B PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK
11 Jumlah Keseluruhan Harta yang Dimiliki pada Akhir Tahun Pajak 11 C.01 595.000.000
PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas adalah benar, lengkap, jelas.
TANDA TANGAN
* Apabila terdapat Paj ak Penghasilan yang harus dibayar sendiri, Waj ib Paj ak harus melampirkan asli SSP lembar ke-3
104 | P E R P A J A K A N
C. STUDI KASUS 3 : 1770 (1)
Putra merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama
Surabaya dengan NPWP 77.111.444.1.222.000. Putra mempunyai usaha
perdagangan elektronik (komputer, printer, dsb) Istri Putra bernama Eva adalah
akuntan yang membuka Kantor Akuntan Publik Eva. Putra dan Eva mempunyai
dua tanggungan, yaitu Kelvin (5 tahun, sekolah taman kanak-kanak) dan Widya
(umur 13 tahun, siswa kelas 8 SMP). Eva terdaftar di KPP Pratama dengan NPWP
77.111.333.1.222.000. Penghasilan dan informasi lain berkaitan dengan
penghitungan PPh Putra dan Eva tahun 2016 sebagai berikut.
1. Penghasilan dari Usaha
105 | P E R P A J A K A N
kesehatan, dan beasiswa Rp12.000.000; gaji dalam bentuk natura
Rp8.000.000; dan gaji pemilik (Putra) Rp70.000.000.
c. Dalam beban pemasaran termasuk pengeluaran berupa sumbangan yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Rp7.000.000
2. Penghasilan dari luar usaha Putra
a. Sewa rumah di Jalan Merpati 76 dari BMT Berkah Rp50.000.000, dipotong
PPh Rp5.000.000
b. Sewa kendaraan dari UD Cahaya Rp40.000.000, dipotong PPh Rp800.000
c. Pembagian laba dari CV Santosa Rp25.000.000
d. Deviden dari PT Sukses Rp15.000.000, dipotong PPh Rp1.500.000
e. Bunga deposito bank BNI Rp7.500.000, dipotong PPh Rp1.500.000
3. Penghasilan Eva
a. Penghasilan dari pekerjaan sebagai pegawai tetap pada universitas Pancasila
dengan penghasilanbrutonRp60.000.000, pengurangan penghasilan
Rp3.000.000, PPh dipotong oleh unversitas Pancasila Rp150.000
b. penghasilan dari KAP Eva dengan penerimaan bruto Rp400.000.000, beban
atau pengeluaran sebesar Rp180.000.000 telah memenuhi ketentuan
perpajakan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto.
c. Penghasilan lain-lain dari royalty dari PT Cipta Sentosa sebesar
Rp30.000.000, dipotong PPh Rp5.250.000
4. Lain-lain
a. PPh Pasal 22 atas penyerahan barang kepada Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil yang dipotong oleh Bendaharawan sebesar Rp15.000.000
(Putra)
b. Angsuran PPh Pasal 25 selama tahun 2016 sebesar Rp190.000.000 (Putra)
c. Harta pada akhir tahun 2016 :
Tanah dan rumah masing-masing seharga Rp300.000.000 dan
Rp400.000.000 atas nama Putra
Kendaraan senilai Rp190.000.000 atas nama Putra
Deposito Bank BNI senilai Rp100.000.000 atas nama Putra
Saham pada PT Sukses dengan nilai nominal Rp 80.000.000 atas nama
Putra
Kendaraan senilai Rp220.000.000 atas nama Eva
106 | P E R P A J A K A N
1. Penghasilan dari usaha
Putra
107 | P E R P A J A K A N
Rp Rp
b.Premi Asuransi WP 12.000.000 12.000.000
Rp Rp
c. Natura 8.000.000 8.000.000
Rp Rp
d. Sumbangan 7.000.000 7.000.000
Rp Rp
e. Gaji Pemilik (WP) 70.000.000 70.000.000
Rp Rp Rp
TOTAL
117.000.000 - 117.000.000
Penyesuaian Fiskal Negatif :
-Rp -Rp
a. PPN 100.000.000 100.000.000
Rp Rp Rp
Penghasilan Netto Fiskal 767.000.000 220.000.000 987.000.000
Lampiran 1 (1770-I)
Halaman 2
Bagian C-Penghasilan Netto Dalam Negeri sehubungan dengan
pekerjaan
Keterangan Putra Eva Gabungan
Rp Rp
Penghasilan Bruto - 60.000.000 60.000.000
Pengurang Penghasilan -Rp -Rp
Bruto - 3.000.000 3.000.000
Rp Rp
Penghasilan Netto - 57.000.000 57.000.000
Penghasilan Netto Gabungan Rp. 57.000.000 dimasukkan ke 1770
bagian A No.2
Bagian D-Penghasilan Netto Dalam Negeri Lainnya (Tidak Final)
Keterangan Putra Eva Gabungan
Royalti Rp Rp Rp
108 | P E R P A J A K A N
- 35.000.000 35.000.000
Rp Rp Rp
Sewa Kendaraan 40.000.000 - 40.000.000
Rp Rp Rp
Total 40.000.000 35.000.000 75.000.000
Total Penghasilan Netto Gabungan Rp 75.000.000 dimasukkan ke 1770 Bagian A No.3
Lampiran 3(1770-III)
Bagian A-Penghasilan yang dikenakan PPh Final
Keterangan Putra Eva Gabungan
Rp Rp Rp
Sewa rumah 50.000.000 - 50.000.000
Rp Rp Rp
Deviden 15.000.000 - 15.000.000
Rp Rp Rp
Bunga deposito 7.500.000 - 7.500.000
Rp
109 | P E R P A J A K A N
-
Rp Rp Rp
PPh sewa rumah 5.000.000 - 5.000.000
Rp Rp Rp
PPh deviden 1.500.000 - 1.500.000
Rp Rp Rp
PPh bunga deposito 1.500.000 - 1.500.000
Rp Rp Rp
Total PPh Final 8.000.000 - 8.000.000
110 | P E R P A J A K A N
FORMULIR
1770 SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 1 6
TAHUN PAJAK
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN :
• 0 1 1 6 1 2 1 6
s.d
DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS;
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; BL TH BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU PEMBUKUAN PENCATATAN
• DALAM NEGERI LAINNYA/LUAR NEGERI.
SPT PEMBETULAN KE - …….
PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0
NO. TELEPON/FAKSIMILI : 0 8 1 9 0 2 0 5 7 5 1 4 /
Permohonan perubahan data disampaikan terpisah dari pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ini, dengan menggunakan
Formulir Perubahan Data Wajib Pajak dan dilengkapi dokumen yang disyaratkan.
*) Pengisian kolom-kolom y ang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat petunjuk pengisian halaman 3) RUPIAH *)
1. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
1 987.000.000
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5]
A. PENGHASILAN NETO
8. KOMPENSASI KERUGIAN
8
B. PENGHASILAN
KENA PAJAK
[Bagi Wajib Pajak dengan status PH / MT diisi dari Lampiran Perhitungan PPh Terutang sebagaimana dimaksud dalam bagian G: Lampiran
C. PPh
huruf i]
13. PENGEMBALIAN/PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN
13
15. PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR
15 21.200.000
NEGERI DAN PPh DITANGGUNG PEMERINTAH [Diisi dari f ormulir 1770 -II Jumlah Bagian A Kolom 7]
D. KREDIT PAJAK
20. PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 19.b mohon DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17C (WP
a. DIRESTITUSIKAN c. dengan Kriteria Tertentu)
DIPERHITUNGKAN DENGAN DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17D (WP
b. UTANG PAJAK
d. yang Memenuhi Persyaratan Tertentu)
PASAL 25 TAHUN PAJAK
21 18.587.500
BERIKUTNYA
DIHITUNG BERDASARKAN :
SELAIN FORMULIR 1770 - I SAMPAI DENGAN 1770 - IV (BAIK Y ANG DIISI MAUPUN Y ANG TIDAK DIISI) HARUS DILAMPIRKAN PULA :
a. SURAT KUASA KHUSUS (BILA DIKUASAKAN) g. PERHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
G. LAMPIRAN
NERACA DAN LAP. LABA RUGI / REKAPITULASI BULANAN PEREDARAN BRUTO DAN/ATAU PENGHASILAN PERHITUNGAN PPh TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK DENGAN STATUS
c. LAIN DAN BIAYA i. PERPAJAKAN PH ATAU MT
DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN DAN PEMBAYARAN PPh PASAL 25 (KHUSUS
d. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL j. UNTUK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU)
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN YANG DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN BRUTO DAN PEMBAYARAN PPh FINAL
e. DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI k. BERDASARKAN PP 46 TAHUN 2013 PER MASA PAJAK DAN PER TEMPAT USAHA
PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya TANDA TANGAN
menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.
NAMA LENGKAP :
NPWP :
F.1.1.32.16
111 | P E R P A J A K A N
HALAMAN 1 LAMPIRAN - I
2 0 1 6
FORMULIR
TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA 0 1 1 6 s.d 1 2 1 6
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG BL TH BL TH
PERHATIAN:
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0
BAGIAN A: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN)
:
NPWP AKUNTAN PUBLIK
:
NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK
:
NAMA KONSULTAN PAJAK
:
NPWP KONSULTAN PAJAK
:
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK
:
NPWP KANTOR KONSULTAN PAJAK
RUPIAH
1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
a. PEREDARAN USAHA 1a 7.900.000.000
112 | P E R P A J A K A N
HALAMAN 2 LAMPIRAN - I
FORMULIR
2 0 1 6
TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I • PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU
PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN 0 1 1 6 s.d 1 2 1 6
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN BL TH BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • PENGHITUNGAN PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA PEMBUKUAN PENCATATAN
PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• •
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0
BAGIAN B: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN)
1 DAGANG
2 INDUSTRI
3 JASA
4 PEKERJAAN BEBAS
5 USAHA LAINNYA
Universitas Pancasila
1 60000000 3.000.000 57.000.000
11.333.444.5.543.000
1 BUNGA
2 ROYALTI
35.000.000
3 SEWA
40.000.000
6 PENGHASILAN LAINNYA
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran -II
113 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - II
2 0 1 6
FORMULIR
TAHUN PAJAK
1770 - II SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, 0 1 1 6 s.d 1 2 1 6
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PPh YANG DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN BL TH BL TH
PPh DITANGGUNG PEMERINTAH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PEMBUKUAN PENCATATAN
PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0
BAGIAN A : DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh
DITANGGUNG PEMERINTAH
10
11
12
13
14
15
dst
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran-II
114 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - III
FORMULIR 2 0 1 6
1770 - III
TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0
DASAR PENGENAAN
NO JENIS PENGHASILAN PPh TERUTANG (Rupiah)
PAJAK/PENGHASILAN BRUTO
(1) (2) (3) (4)
2. BUNGA/DISKONTO OBLIGASI
4. HADIAH UNDIAN
2. WARISAN
5. BEASISWA
25.000.000
JUMLAH BAGIAN B JBB
115 | P E R P A J A K A N
FORMULIR
LAMPIRAN - IV
2 0 1 6
TAHUN PAJAK
1770 - IV SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 7 1 1 1 4 4 4 1 2 2 2 0 0 0
10 dst
10 dst
4
5
dst
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-IV
116 | P E R P A J A K A N
D. STUDI KASUS 4 : SPT 1770
Restoran Mantul didirikan oleh Larasati 2012. Mantab betul bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Informasi yang
berkaitan dengan kewajiban perpajakan Larasati diuraikan sebagai berikut.
1. Indentitas Wajib Pajak
Nama wajib pajak : Larasati
NPWP : 78.238.655.1.541.000
Jenis Usaha : Dagang (Restoran)
Telp/Fax : (0271) 567890, (0271) 556677
117 | P E R P A J A K A N
Informasi Tambahan Yang Berakaitan Dengan Laporan Laba Rugi
118 | P E R P A J A K A N
a. Larasati membayar sendiri angsuran PPh setiap bulan selama Tahun 2016 Rp
8.000.000 (angsuran Januari sampai dengan Desember besarnya sama).
b. Larasati menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2018 pada 26 Maret
2019.
c. Larasati membayar pajak yang kurang dibayar tahun pajak 2018 pada 15
Maret 2019.
d. Larasati belum menikah, tanpa tanggungan.
e. Harta Larasati dan restoran terdiri atas :
1. Kendaraan roda empat (Avanza) yang dibeli tahun 2014 seharga Rp
250.000.000.
2. Tanah dan bangunan sebagai tempat tinggal senilai Rp 150.000.000, dibeli
pada tahun 2005.
3. Sebidang tanah senilai Rp 225.000.000 dibeli pada 2015.
4. Deposito di Bank BNI sebesar Rp 200.000.000, ditempatkan pada 2017
f. Kewajiban/Utang Larasati dan Restoran terdiri atas :
1. Utang kepada pemasok sebesar Rp. 150.000.000.
2. Utang kepada pemasok sebesar Rp. 200.000.000.
3. Utang kepada Koperasi Makmur Dinas Pendidikan Jawa Tengah Rp.
30.000.000.
119 | P E R P A J A K A N
5. Penyelesaian :
Pengisian formulir 1770
120 | P E R P A J A K A N
penyusutan akuntansi sehingga menimbulkan koreksi
fiskal positif, sehingga menaikkan laba kena pajak.
Sumber
Info Form 1770
Penjelasan
Dlm yang Diisi
Kasus
121 | P E R P A J A K A N
4.a. Penghasilan bruto dari pekerjaan (1721-A2 No Rp. 1770-I Bag. C
11) 125.000.000
Pengurang penghasilan neto (1721-A2 No 14) Rp. 1770-I Bag. C
8.250.000
Penghasilan neto (1721-A2 No 15) Rp. 1770-I Bag. C
116.750.000
PPH dipotong (1721-A2 No 23) Rp. 1770-II Bag. A
4.000.000
4.b. Penghasilan bruto (Deviden) 10.000 x Rp.2.0000 Rp. 1770-III Bag.A
PPH dipotong (final pasal 17 (2.c): 10% x 45.000.000 1770-III Bag.A
Rp.45.000.000 Rp.
4.500.000
4.c. Penghasilan LN (bunga obligasi) : 20% x Rp. 1770Bag A
Rp.250.000.000 40.000.000 No.4
PPH dibayar (Pasal 24) : 10% x Rp.40.000.000 Rp. 1770-II Bag. A
4.000.000
4.d. Penghasilan bruto (bunga deposito) Rp. 1770-III Bag.A
PPH dipotong (final pasal 4 ayat 2) : 20% x Rp. 10.000.000 1770-III Bag.A
10.000.000 Rp.
2.000.000
4.e. Penghasilan bruto (sewa ruangan) Rp. 1770-III Bag.A
PPH dipotong (final pasal 4 ayat 2) : 10% x 5.000.000 1770-III Bag.A
Rp.5.000.000 Rp. 500.000
4.h. Penghasilan bruto (hadiah undian) Rp. 1770-III Bag.A
PPH dipotong (final pasal 4 ayat 2) : 25% x 250.000.000 1770-III Bag.A
Rp.275.000.000 Rp.
62.500.000
5.a. Angsuran bulanan dibayar sendiri (PPH pasal Rp. 1770-I Bag.D
25) : 12 x Rp. 8.000.000 96.000.000 No.17a
5.d. Susunan keluarga 1770-IV Bag. C
5.e. Daftar harga akhir tahun 1770-IV Bag. A
5.f. Daftar kewajiban – utang akhir tahun 1770-IV Bag. B
122 | P E R P A J A K A N
Koreksi 3.a sampai dengan 3.e tersebut dibuatkan laporan rekonsiliasi fiskal
pada halaman selanjutnya untuk mendapatkan penghasilan neto usaha. Jumlah
penghasilan neto usaha tersebut sama dengan penghasilan neto yang terdapat
pada 1770-I Bagian A nomor 4.
Restoran Mantul
123 | P E R P A J A K A N
Restoran Mantul
Penghasilan neto :
124 | P E R P A J A K A N
Rp 8.000.000 –
PPh yang harus dibayar sendiri Rp 138.155.000
PPh dibayar sendiri melalui angsuran bulanan:
12 x Rp 8.000.000 Rp 96.000.000 –
PPh yang kurang dibayar (isikan ke 1770 Bag. E No. 19) Rp 42.155.000
Kekurangan bayar tersebut disetor ke bank pada tanggal 15 bulan ketiga masa pajak
berikutnya atau 15 Maret 2019 dengan menggunakan SSP
1. SPT Tahunan PPh disampaikan pada akhir Maret 2019, angsuran bulan bulan
sebelum batas akhir penyampaian SPT sebagai berikut.
Angsuran bulan Januari dan Februari 2019 sama dengan angsuran bulan terakhir
tahun pajak yang lalu yaitu Rp 8.000.000 . Penyetoran ke Bank menggunakan SSP
pada setiap tanggal 10 masa pajak berikutnya masing masing tanggal 10 Februari
untuk masa pajak Januari dan tanggal 10 Maret untuk masa pajak Februari.
2. Angsuran bualanan mulai Maret 2019 dihitung sebagai berikut.
Total PPh terutang sesuai SPT tahunan PPh tahun pajak 2018 Rp 146.115.000
Kredit Pajak :
PPh pasal 21 Rp 4.000.000
PPh pasal 22 -
PPh pasal 24 Rp 4.000.000 +
Total kredit pajak Rp 8.000.000 -
Rp 138.115.000 : 12 Rp 11.509.583
Penyetoran angsuran ke bank setiap bulan setiap tanggal 10 dimulai dari masa
pajak Maret 2019 yang pembayarannya tanggal 10 April 2019.
125 | P E R P A J A K A N
FORMULIR
1770 SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 1 8
TAHUN PAJAK
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN :
• 0 1 1 8 1 2 1 8
s.d
DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS;
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; BL TH BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU PEMBUKUAN PENCATATAN
• DALAM NEGERI LAINNYA/LUAR NEGERI.
SPT PEMBETULAN KE - …….
PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0
Permohonan perubahan data disampaikan terpisah dari pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ini, dengan menggunakan
Formulir Perubahan Data Wajib Pajak dan dilengkapi dokumen yang disyaratkan.
*) Pengisian kolom-kolom y ang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat petunjuk pengisian halaman 3) RUPIAH *)
1. PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
1 557.300.000
[Diisi dari Formulir 1770 - I Halaman 1 Jumlah Bagian A atau Formulir 1770 - I Halaman 2 Jumlah Bagian B Kolom 5]
A. PENGHASILAN NETO
8. KOMPENSASI KERUGIAN
8
B. PENGHASILAN
KENA PAJAK
[Bagi Wajib Pajak dengan status PH / MT diisi dari Lampiran Perhitungan PPh Terutang sebagaimana dimaksud dalam bagian G: Lampiran
C. PPh
huruf i]
13. PENGEMBALIAN/PENGURANGAN PPh PASAL 24 YANG TELAH DIKREDITKAN
13
15. PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR
15
NEGERI DAN PPh DITANGGUNG PEMERINTAH [Diisi dari f ormulir 1770 -II Jumlah Bagian A Kolom 7]
D. KREDIT PAJAK
20. PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 19.b mohon DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17C (WP
a. DIRESTITUSIKAN c. dengan Kriteria Tertentu)
DIPERHITUNGKAN DENGAN DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17D (WP
b. UTANG PAJAK
d. yang Memenuhi Persyaratan Tertentu)
PASAL 25 TAHUN PAJAK
21
BERIKUTNYA
DIHITUNG BERDASARKAN :
SELAIN FORMULIR 1770 - I SAMPAI DENGAN 1770 - IV (BAIK Y ANG DIISI MAUPUN Y ANG TIDAK DIISI) HARUS DILAMPIRKAN PULA :
a. SURAT KUASA KHUSUS (BILA DIKUASAKAN) g. PERHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
G. LAMPIRAN
b. X
SSP LEMBAR KE-3 PPh PASAL 29 h. ............................................................................................................................
NERACA DAN LAP. LABA RUGI / REKAPITULASI BULANAN PEREDARAN BRUTO DAN/ATAU PENGHASILAN PERHITUNGAN PPh TERUTANG BAGI WAJIB PAJAK DENGAN STATUS
c. X LAIN DAN BIAYA i. PERPAJAKAN PH ATAU MT
DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN DAN PEMBAYARAN PPh PASAL 25 (KHUSUS
d. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL j. UNTUK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU)
BUKTI PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN OLEH PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN YANG DAFTAR JUMLAH PENGHASILAN BRUTO DAN PEMBAYARAN PPh FINAL
e. X DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI k. BERDASARKAN PP 46 TAHUN 2013 PER MASA PAJAK DAN PER TEMPAT USAHA
f. X
FOTOKOPI FORMULIR 1721-A1 DAN/ATAU 1721-A2 (............LEMBAR) l. ............................................................................................................................
PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya TANDA TANGAN
menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.
X KUASA TANGGAL: 26
126 | P E R P A J A K A N
HALAMAN 1 LAMPIRAN - I
2 0 1 8
FORMULIR
TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA 0 1 1 8 s.d 1 2 1 8
KEMENTERIAN KEUANGAN RI DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG BL TH BL TH
PERHATIAN:
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0
BAGIAN A: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN)
:
NPWP AKUNTAN PUBLIK
:
NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK
:
NAMA KONSULTAN PAJAK
:
NPWP KONSULTAN PAJAK
:
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK
:
NPWP KANTOR KONSULTAN PAJAK
RUPIAH
1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN
LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
a. PEREDARAN USAHA 1a
7.000.000.000
b. HARGA POKOK PENJUALAN
1b
6.200.000.000
c. LABA/RUGI BRUTO USAHA (1a - 1b)
1c
800.000.000
d. BIAYA USAHA
1d
274.700.000
e. PENGHASILAN NETO (1c - 1d)
1e
525.300.000
h. SANKSI ADMINISTRASI 2h
127 | P E R P A J A K A N
HALAMAN 2 LAMPIRAN - I
FORMULIR
2 0 1 8
TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
1770 - I • PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU
PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN 0 1 1 8 s.d 1 2 1 8
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN BL TH BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • PENGHITUNGAN PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA PEMBUKUAN PENCATATAN
PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• •
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0
BAGIAN B: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENYELENGGARAKAN PENCATATAN)
1 DAGANG
2 INDUSTRI
3 JASA
4 PEKERJAAN BEBAS
5 USAHA LAINNYA
1 BUNGA
2 ROYALTI
3 SEWA
6 PENGHASILAN LAINNYA
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran -II
128 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - II
2 0 1 8
FORMULIR
TAHUN PAJAK
1770 - II SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, 0 1 1 8 s.d 1 2 1 8
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PPh YANG DIBAYAR/DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN BL TH BL TH
PPh DITANGGUNG PEMERINTAH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PEMBUKUAN PENCATATAN
PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0
BAGIAN A : DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh
DITANGGUNG PEMERINTAH
1 Dinas Pendidikan Jawa Tengah 78.999.888.2.541.000 1.2.12.14.0000101 20.01.2018 PPh Pasal 21 4.000.500
10
11
12
13
14
15
dst
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke - dari halaman Lampiran-II
129 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - III
2 0 1 7
FORMULIR
1770 - III
TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
•
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
0 1 1 7 s.d 1 2 1 7
FINAL
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK BL TH BL TH
PERHATIAN :
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0
2. BUNGA/DISKONTO OBLIGASI
2. WARISAN
5. BEASISWA
130 | P E R P A J A K A N
FORMULIR
LAMPIRAN - IV
2 0 1 8
TAHUN PAJAK
1770 - IV SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PERHATIAN
• SEBELUM MENGISI BACALAH PETUNJUK PENGISIAN
• ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM
• BERI TANDA " X " DALAM (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP : 7 8 2 3 8 6 5 5 1 5 4 1 0 0 0
10 dst
10 dst
4
5
dst
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-IV
131 | P E R P A J A K A N
BAB III
(SPT WP BADAN)
132 | P E R P A J A K A N
telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan pihak lain dalam 1 Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Selain itu, SPT juga berfungsi untuk melaporkan
penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak, harta dan
kewajiban. Serta untuk melaporkan pembayaran dari pemotong tentang
pemotongan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 Masa Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
E. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Usaha
Mekanisme Penghitungan Pajak Badan
1. Penghasilan Kena Pajak
Sebelum Anda melakukan perhitungan Pajak Penghasilan Badan Usaha, Anda
harus terlebih dulu mengetahui nominal penghasilan kena pajak badan.
Bagaimana caranya? Anda bisa mengurangi penghasilan neto fiskal dengan
kompensasi kerugian fiskal. Di mana penghasilan neto fiskal merupakan
penghasilan neto yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri, baik dari
kegiatan usaha maupun bukan, setelah melewati penyesuaian fiskal yang
berdasarkan ketentuan perpajakan. Sedangkan kompensasi neto fiskal adalah
kerugian yang dialami badan. Apabila menggunakan pembukuan, kerugian
tersebut dapat dikompensasi sela+ma lima tahun secara berturut-turut.
2. Penghitungan PPh Terutang
Untuk mendapatkan nominal ini, Anda dapat mengalikan Penghasilan Kena
Pajak dengan tarif pajak yang berlaku. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) bagian b
UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, tarif pajak yang dikenakan
kepada badan adalah 25%. Besar tarif ini berlaku sejak tahun pajak 2010. Tarif
lebih rendah dapat dikenakan kepada wajib pajak badan dalam negeri dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Berbentuk perseroan terbuka.
b. Memiliki sedikitnya 40% jumlah keseluruhan saham yang disetor dan
diperdagangkan di bursa efek Indonesia.
c. Tarif yang dikenakan sebesar 5% lebih rendah daripada tarif normal.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka cara menghitung tarif PPh badan adalah
sebagai berikut:
Perusahaan Maju Bersama memiliki jumlah Penghasilan Kena Pajak senilai
Rp.2.000.000.000, maka tarif PPh badan yang harus dibayarkan adalah
133 | P E R P A J A K A N
25% x Rp2.000.000.000 = Rp500.000.000.
Dan perlu Anda ketahui, penghasilan yang dipotong dengan Pajak Penghasilan
yang bersifat final, tidak termasuk dalam ketentuan ini. Tarif pajak final diatur
dalam aturan tersendiri berdasarkan Peraturan Pemerintah.
134 | P E R P A J A K A N
1% x Penghasilan Kotor
Kurang dari Rp4.8 Miliar (Peredaran Bruto)
Lebih dari Rp4.8 Miliar s/d Rp50 {0.25 – (0.6 Miliar/Penghasilan Kotor)} x
Miliar PKP
No Keterangan Jumlah
135 | P E R P A J A K A N
G. Denda Terlambat Lapor SPT Tahunan Badan
Perlu diketahui bahwa wajib pajak yang terlambat melaporkan SPT Pajak akan
dikenai sanksi sesuai dengan peraturan UU No 28 tahun 2007.
1. Denda keterlambatan melakukan pelaporan
Walau hanya bersifat pelaporan, namun tiap wajib pajak, baik perorangan
maupun perusahaan akan dikenai denda jika terlambat melaporkan Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT). Khususnya terkait wajib pajak perusahaan,
ketentuannya sebagai berikut.
Deskripsi Keterlambatan Besaran Denda
Lapor SPT Tahunan Badan Rp1 Juta
Lapor SPT Masa PPn Rp500 Ribu
Lapor SPT selain PPn Rp100 Ribu
Denda perusahaan kena pajak (PKP) tidak membuat faktur pajak dikenai denda
atas objek transaksi jual beli perusahaan, antara lain:
2% atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP), atau
2% atas Barang Kena Pajak (BKP), atau
2% atas Jasa Kena Pajak (JKP).
Denda PKP terlambat melaporkan SPT masa PPn dikenakan denda berlipat,
antara lain:
2% atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP), dan
Sanksi administrasi sebesar Rp500 ribu.
Bagi perusahaan yang terlambat membayar pajak akan dikenai denda 2% per
bulan sejak periode pajak yang belum dibayar.
H. Pelaporan SPT Online
Syarat Melaporkan SPT Tahunan Badan Secara Online
1. Sudah memiliki EFIN Aktif.
2. Sudah memiliki data SPT Elektronik.
3. Menyiapkan dokumen yang dibutuhkan.
136 | P E R P A J A K A N
3. Faktur pajak dari Januari s.d. Desember.
4. SPT masa PPh Pasal 21 periode Januari s.d. Desember.
5. Bukti pemotongan pajak PPh Pasal 23 periode Januari s.d. Desember.
6. Bukti pemungutan PPh Pasal 22 periode Januari s.d. Desember.
7. Bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 periode Januari s.d. Desember.
8. Bukti pembayaran PPh Pasal 4 ayat 2 (PPh Final 1%) mengikuti ketentuan.
9. Bukti pembayaran PPh Pasal 25 periode Januari s.d. Desember.
10. Bukti pembayaran Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25 periode Januari s.d.
Desember.
11. Laporan neraca rugi dan laba.
12. laporan keuangan hasil audit akuntan publik.
13. Buku besar pembantu pendukung laporan keuangan.
14. Rekening koran atau tabungan perusahaan.
15. Bukti penerimaan dan pengeluaran (nota, kuitansi, dll).
16. Akta pendirian atau perubahan perusahaan.
17. Lampiran SPT Tahunan Badan.
Setelah Anda melakukan registrasi sesuai petunjuk di atas, selanjutnya Anda dapat
melakukan pengisian SPT dan melaporkannya. Untuk wajib pajak badan usaha
terdapat sedikit perbedaan dalam pelaporannya. Wajib pajak badan usaha perlu
mengisi formulir SPT 1771 beserta lampirannya. Berikut adalah tahapan yang
harus dilakukan:
Untuk menggunakan layanan ini Anda harus Login ke halaman DJP Online.
Klik e-Filing untuk masuk ke halaman e-Filing, selanjutnya klik Buat SPT untuk
mulai membuat SPT.
Ikuti dan jawab pertanyaan yang diberikan untuk menentukan jenis formulir
yang sesuai dengan profil Anda. Wajib pajak badan usaha tergolong dalam SPT
1771.
138 | P E R P A J A K A N
Isi seluruh formulir atau pertanyaan panduan yang diberikan sesuai dengan
profil Anda.
Untuk mengirim SPT, Anda harus mengisi kode verifikasi yang dapat Anda lihat
di email.
Proses mengisi SPT melalui e-Filing akan selesai ketika Anda klik tombol Kirim
SPT.
e-Filing adalah salah satu bentuk usaha dari pemerintah untuk membantu
memudahkan masyarakat dan badan usaha untuk membayar pajak. Bagi sebagian
orang, mungkin layanan ini terlihat cukup sulit karena harus dilakukan secara
online. Namun, sebenarnya ini lebih memudahkan, praktis, dan menghemat waktu
dibanding dengan cara manual.
Untuk mengetahui nominal pajak yang harus dibayarkan tentu Anda harus
memiliki penghitungan pajak yang benar. Oleh karena itu, Anda harus memiliki
perencanaan pembayaran pajak. Dengan membuat estimasi pajak, Anda dapat
mengelola keuangan perusahaan dengan lebih tepat dan akurat. Anda bisa
menggunakan bantuan software akuntansi yang aman dan tepercaya seperti
Jurnal.
1. Syarat Lapor SPT Tahunan Karyawan (email aktif dan EFIN Pajak)
2. Bukti Potong PPh Pasal 21 PNS atau Karyawan
3. Penghasilan PPh Final
4. Daftar Harta dan Kewajiban
5. Penghasilan Tidak Kena Pajak
139 | P E R P A J A K A N
1. Langkah 1: Log In e-Filing DJP Online
Untuk login ke DJP Online silahkan akses dan masuk ke laman berikut
ini https://djponline.pajak.go.id/
2. Langkah 2: Membuat SPT Tahunan DJP Online
Setelah Anda klik logo eFiling Pajak tersebut, akan muncul halaman daftar SPT
yang pernah Anda buat, kemudian klik tombol “Buat SPT”
Setelah itu Anda akan diberikan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut:
a. Contoh 1 Isian untuk pekerjaan sebagai Karyawan Swasta atau Pegawai
Negeri di atas 60 juta menggunakan formulir SPT 1770S
b. Contoh 2 Isian untuk pekerjaan sebagai Pegawai Gaji per tahun di bawah
60 juta menggunakan formulir SPT 1770SS
c. Contoh 3 Isian untuk pekerjaan sebagai Pemilik Usaha atau Pekerjaan
Bebas menggunakan formulir SPT 1770
Keterangan:
a. Pekerjaan Bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan
yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
b. Pisah Harta adalah apabila dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri
berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.
c. Menjalankan Kewajiban Perpajakan Sendiri (MT) adalah apabila
dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri.
d. Penghasilan Bruto adalah jumlah seluruh penghasilan bruto yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak sehubungan dengan pekerjaan selama Tahun
Pajak yang bersangkutan dari setiap pemberi kerja. Penghasilan tersebut
antara lain dapat berupa Gaji/uang pensiun/Tunjangan Hari Tua (THT),
tunjangan PPh, tunjangan lainnya, uang penggantian, uang lembur dan
sebagainya. honorarium, imbalan lain sejenisnya, premi asuransi yang
dibayar pemberi kerja, penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan
lainnya yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21, bonus, gratifikasi, jasa
produksi, dan THR.
140 | P E R P A J A K A N
Untuk cara e-Filing, berikut adalah untuk SPT Tahunan Orang Pribadi 1770S
(seperti pada Contoh 1 di atas). Untuk cara pengisian pada Contoh 2 dan
Contoh 3 dapat Anda ikuti penjelasan yang sudah ada di situs resmi efiling
pajak. Berikut tampilan awal SPT 1770S, isi Tahun Pajaknya kemudian klik
tombol “langkah berikutnya“.
a. Data Form DJP Online Pajak
Tahun Pajak adalah tahun diterima atau diperolehnya penghasilan, pilih
sesuai tahun penghasilan.
Status SPT Normal adalah jika Anda menyampaikan SPT untuk kali
pertama untuk tahun pajak tertentu. Jika Anda memilih normal, nilai
pembetulan akan terisi otomatis dengan angka nol (0) dan tidak dapat
diubah.
Status SPT Pembetulan adalah Jika Anda menyampaikan SPT untuk
membetulkan SPT yang dilaporkan sebelumnya. Jika Anda memilih
pembetulan, Isikan nilai pembetulan ke-berapa SPT Anda pada kotak
isian pembetulan dan pastikan bahwa SPT sebelumnya telah Anda
Kirimkan ke Direktorat Jenderal Pajak.
b. Lampiran II
Selanjutnya untuk langkah ke-2, tampilannya sebagai berikut
Isi semua kolom yang disediakan, namun jika tidak ada, bisa langsung Anda
klik “Lanjut Ke….”
Keterangan:
Bagian A : Isilah kolom sesuai dengan data pemotongan PPh yang
bersifat final yang Anda miliki
Bagian B : Ketentuan pengisian Daftar Harta:
Tanah (cantumkan lokasi dan luas tanah);
Bangunan (cantumkan lokasi dan luas bangunan);
Kendaraan bermotor, mobil, sepeda motor (cantumkan merek dan
tahun pembuatannya)
Kapal pesiar, pesawat terbang, helikopter, jetski, peralatan olah raga
khusus, dan sejenisnya
141 | P E R P A J A K A N
Uang Tunai Rupiah, Valuta Asing sepadan US Dollar, Simpanan
termasuk tabungan dan deposito di Bank Dalam dan Luar Negeri,
Piutang, dan sebagainya dicantumkan secara global
Efek-efek (saham, obligasi, commercial paper, dan sebagainya)
dicantumkan secara global
Keanggotaan perkumpulan eksklusif (keanggotaan golf, time
sharing dan sejenisnya)
Penyertaan modal lainnya dalam perusahaan lain yang tidak atas
saham (CV, Firma) dicantumkan secara global
Harta berharga lainnya, misalnya batu permata, logam mulia, dan
lukisan dicantumkan secara global
Kolom Keterangan: Kolom ini diisi dengan keterangan-keterangan
lain yang dianggap perlu. Misalnya untuk rumah dan tanah diberi
keterangan Nomor Objek Pajak (NOP) sesuai yang tertera dalam SPPT
PBB.
Bagian C : Daftar ini digunakan untuk melaporkan jumlah
kewajiban/utang pada akhir Tahun Pajak
Contoh: Bila Anda meminjam sejumlah uang kepada Bank A Jl. Gatot
Subroto No. 40 Bandung sebesar Rp100.000.000 pada Tahun 2017.
Sampai dengan akhir Tahun 2019, sisa pinjaman yang masih harus
dilunasi kepada Bank A adalah sebesar Rp20.000.000.
Maka cara pengisiannya adalah:
Nama Pemberi Pinjaman: Bank A.
Alamat Pemberi Pinjaman: Jl. Gatot Subroto No. 40 Bandung.
Tahun Peminjaman: 2017.
Jumlah : Rp. 20.000.000
Bagian D : Bagian ini diisi dengan daftar susunan anggota keluarga yang
menjadi tanggungan sepenuhnya Wajib Pajak, sesuai kondisi awal tahun
pajak.
c. Lampiran I
142 | P E R P A J A K A N
Pada halaman ini, karena status Anda adalah pegawai/karyawan, maka
Bagian C adalah yang WAJIB Anda isi, berikut contohnya:
Menu Lampiran I.
Contoh isian bukti potong. Jumlah PPh yang dipotong bisa Anda lihat
pada Bukti Potong PPh 21 dari Bendahara.
Tampilan Bukti potong berhasil di-input.
Induk SPT Online
Pada halaman ini Anda harus memasukkan angka-angka yang ada dalam
bukti potong ke dalam formulir SPT Tahunan Online, berikut tampilannya:
Isi seluruh bagian (A hingga F) dan yang terpenting adalah pada bagian E
(PPh Kurang/Lebih Bayar). Untuk karyawan/pegawai bagian ini
seharusnya terisi NIHIL. Jika terjadi kurang/lebih bayar maka cek kembali
bukti potong pada Lampiran I. Konsekuensi jika terjadi kurang bayar
adalah, Anda diharuskan membayar pajak yang kurang dibayarkan. Namun
jika terjadi lebih bayar, maka akan dilakukan Pemeriksaan Pajak atas diri
Anda. Kedua opsi ini kurang baik, maka dari itu coba teliti kembali. Anda
juga bisa konsultasikan ke bendahara kantor jika hal ini terjadi.
Setelah Anda memasukkan Kode Verifikasi ke kolom Kirim SPT, silahkan klik
tombol “Kirim SPT“. Jika berhasil maka Anda akan diarahkan kembali ke
halaman daftar SPT.
Setelah memahami cara mengisi SPT Online melalui e-filing, segera persiapkan
dokumen-dokumen yang dipersyaratkan sekarang juga. Jangan tunda waktu
143 | P E R P A J A K A N
pelaporan Anda hingga mendekati batas pelaporan SPT. Lebih awal Anda
melapor pajak, lebih baik.
144 | P E R P A J A K A N
Di Online Pajak, Anda bisa memilih cara lapor pajak online/e-Filing yang Anda
sukai. Baik dengan mengunggah file CSV SPT apa pun yang Anda dapatkan
dari software e-SPT/e-Faktur DJP, atau dengan menggunakan fitur hitung pajak
otomatis dan file CSV SPT PPh Pasal 21 atau PPN secara langsung di aplikasi
OnlinePajak secara gratis, atau dengan metode e-Filing bulk upload yang
merupakan fitur premium alias berbayar bagi perusahaan besar yang memiliki
banyak NPWP perusahaan.
145 | P E R P A J A K A N
perusahaan sekaligus, maka Anda harus menduplikat database yang
kosong. Template database kosong telah disediakan pada folder hasil
unduhan SPT Badan\Database Kosong.
146 | P E R P A J A K A N
BAGIAN 2 : LATIHAN SOAL
Susunan Pengurus
1. Presiden Komisaris :
Nama : Satya Nugraha
NPWP : 06.425.232.5-521.000
Alamat : Jl.Veteran No.50 Purwokerto
2. Komisaris :
Nama : Amirudin
NPWP : 06.265.252.5-521.000
Alamat : Jl. Puteran No.150 Purwokerto
3. Direktur :
Nama : Agus Handoyo
NPWP : 06.364.254.5-521.000
Alamat : Jl.Mawar No.50 Purwokerto
147 | P E R P A J A K A N
Telpon : 0281-643266
Penyertaan Modal :
1. Nama : Satya Nugraha
NPWP : 06.425.232.5-521.000
Alamat : Jl.Veteran No.50 Purwokerto
Nominal : 1.500.000.000
2. Nama : Amirudin
NPWP : 06.265.252.5-521.000
Alamat : Jl. Puteran No.150 Purwokerto
Nominal : 750.000.000
148 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN KHUSUS 1A
SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
TAHUN PAJAK 2 0 1 9
DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL
Kelompok 2 :
5 Etalase dari Aluminium 1 Januari 2019 40.000.000 40.000.000 Garis lurus Garis lurus 5.000.000 35.000.000
Kelompok 3 :
………………………………………………….
Kelompok 4 :
………………………………………………….
KELOMPOK BANGUNAN
Permanen
Tidak Permanen :
………………………………………………….
100.000.000 85.000.000
JUMLAH PENYUSUTAN FISKAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………………………………...……………..………………..……………………………..
Ø 20.000.000 65.000.000
JUMLAH PENYUSUTAN KOMERSIAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……..………………………...……..……………..…………………………………..
Ø 20.000.000 65.000.000
SELISIH PENYUSUTAN ( PINDAHKAN KE FORMULIR 1771-I ANGKA 5 HURUF i ATAU ANGKA 6 HURUF a) ……………..……………..……………..……………..……………….………………………..………………………….
Ø - -
HARTA TAK BERWUJUD
Kelompok 1 :
………………………………………………….
Kelompok 2 :
………………………………………………….
Kelompok 3 :
………………………………………………….
Kelompok 4 :
………………………………………………….
Kelompok Lain-lain
………………………………………………….
JUMLAH AMORTISASI FISKAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..………………...…..………………………....…………………………………………………..
Ø
JUMLAH AMORTISASI KOMERSIAL ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..………………………………….…..………………….…..……………..……………………………………..
Ø
SELISIH AMORTISASI ( PINDAHKAN KE FORMULIR 1771-I ANGKA 5 HURUF j ATAU ANGKA 6 HURUF b) …….………..………..……..……………..……………..………………………………………………….
Ø
Purw okerto, 3 0 0 4 1 9
WAJIB PAJAK / KUASA
Agus Handoyo
149 | P E R P A J A K A N
PT SEJAHTERA MUTIARA MAS
LAPORAN RUGI LABA
PERIODE JANUARI S/D DESESEMBER 2019
Peredaran Usaha Bruto Dari Penjualan ATK 4.500.000.000
HPP :
Persediaan awal 1.200.000.000
Pembelian barang 3.000.000.000 -
Tersedia dijual 4.200.000.000
Persediaan akhir 1.200.000.000 -
HPP : 3.000.000.000 -
Laba bruto usaha 1.500.000.000
Biaya Administrasi & Umum
- biaya gaji karyawan 300.000.000
- biaya Promosi 20.000.000
- biaya Adm kantor 50.000.000
- biaya listrik dan telepon 20.000.000
- biaya pemeliharaan rutin aktiva 10.000.000
- biaya perjalanan dinas 5.000.000
- biaya Premi asuransi 4.000.000
- biaya sewa Toko 60.000.000
- biaya sumbangan dalam rangka peringatan hari kemerdekaan 1.000.000
- biaya sanksi administrasi PPN 6.000.000
- biaya penyusutan 20.000.000
- biaya pembuatan seragam satpam 7.000.000
- biaya pembuatan seragam karyawan selain satpam 1.600.000 +
Total Biaya Adm & Umum 504.600.000
Laba Neto Usaha : 995.400.000
Penghasilan Luar Usaha :
Penghasilan jasa giro dan bunga deposito 7.000.000
Menerima sumbangan dari pemerintah 50.000.000 +
Jumlah Penghasilan Luar Usaha : 57.000.000
Biaya Luar Usaha :
Pajak atas jasa giro dan bunga deposito 1.400.000 +
Jumlah Biaya Luar Usaha : 1.400.000
Laba Neto komersial 1.051.000.000
Koreksi Fiskal Positif :
biaya sumbangan dalam rangka peringatan hari kemerdekaan 1.000.000
biaya sanksi administrasi PPN 6.000.000
biaya pembuatan seragam karyawan selain satpam 1.600.000
Pajak atas jasa giro dan bunga deposito 1.400.000 +
Total koreksi positif 10.000.000
Koreksi Fiskal Negatif :
Penghasilan jasa giro dan bunga deposito 7.000.000
Menerima sumbangan mesin cetak dari pemerintah 50.000.000 +
Total koreksi negatif 57.000.000
PPh 29 Terutang 113.650.000
Laba neto Fiskal 1.004.000.000
Direktur
Agus Handoyo
150 | P E R P A J A K A N
PERHITUNGAN PPH BADAN
1 Peredaran Usaha Bruto Tahun 2018 sebesar : 4.300.000.000
2 Perhitungan PPh Badan Tahun Terutang
Rincian Peredaran Bruto 2018
No Bulan Peredaran bruto Tarif PPh Terutang
1 Januari 235.000.000 1% 2.350.000
2 Februari 315.000.000 1% 3.150.000
3 Maret 420.000.000 1% 4.200.000
4 April 445.000.000 1% 4.450.000
5 Mei 385.000.000 1% 3.850.000
6 Juni 295.000.000 1% 2.950.000
7 Juli 325.000.000 0,5% 1.625.000
8 Agustus 440.000.000 0,5% 2.200.000
9 September 435.000.000 0,5% 2.175.000
10 Oktober 310.000.000 0,5% 1.550.000
11 November 430.000.000 0,5% 2.150.000
12 Desember 265.000.000 0,5% 1.325.000
JUMLAH 4.300.000.000 31.975.000
151 | P E R P A J A K A N
PT SEJAHTERA MUTIARA MAS
Neraca
Per 31 Desember 2018
AKTIVA PASIVA
Aktiva Lancar
Kas Rp. 228.975.000 Hutang Bank Rp.
Bank Rp. 931.153.550 Hutang PPh Psl 25 Des 2016 Rp. 1.000.000
Piutang Dagang Rp. 2.620.096.450 Hutang PPh Psl 29 Rp. 113.650.000 +
Persediaan Rp. 1.200.000.000 + Jumlah Hutang Rp. 114.650.000
Aktiva Tetap
Aktiva tetap Rp. 100.000.000 Modal Rp. 3.000.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp. 35.000.000 - Laba Ditahan Rp. 926.575.000
Jumlah Aktiva Tetap Rp. 65.000.000 Laba Tahun Berjalan Rp. 1.004.000.000
Total Aktiva Rp. 5.045.225.000 Total Kewajiban & Ekuitas Rp. 5.045.225.000
-
PT SEJAHTERA MUTIARA MAS
Agus Handoyo
Direktur
152 | P E R P A J A K A N
PERUSAHAAN LAMPIRAN KHUSUS 8A-2
8A-2
DAGANG SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN TAHUN PAJAK
TRANSKRIP KUTIPAN ELEMEN-ELEMEN
DARI LAPORAN KEUANGAN 2 0 1 8
NPWP : 0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
NAMA WAJIB PAJAK : P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S
PERNYATAAN
Dengan meny adari sepenuhny a akan segala akibatny a termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan y ang berlaku, say a meny atakan bahwa apa
y ang telah say a beritahukan di atas adalah benar, lengkap dan jelas.
a. PURWOKERTO 3 0 0 4 2 0 1 9
(Tempat) (tgl) (bln) (thn)
153 | P E R P A J A K A N
FORMULIR
SPT TAHUNAN TAHUN PAJAK
NPWP : 0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S
IDENTITAS
N P W P AKUNTAN PUBLIK :
*) Pengisian kolom-kolom yang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3) RUPIAH *)
(1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NETO FISKAL
A. PENGHASILAN
1
(Diisi dari Formulir 1771-I Nomor 8 Kolom 3) …………………………………………………………………. 1.004.000.000
KENA PAJAK
4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT)
B. PPh TERUTANG
c. JUMLAH ( 8a + 8b ) ……...……………..….…………………………………………………………………………..………
8c 750.000
12. PPh YANG KURANG DIBAYAR PADA ANGKA 11.a DISETOR TANGGAL ……… 2 8 0 4 2 0 1 9
13. PPh YANG LEBIH DIBAYAR PADA ANGKA 11.b MOHON : TGL BLN THN
F.1.1.32.14
154 | P E R P A J A K A N
Formulir 1771 Halaman 2
RUPIAH
(1) (2) (3)
15 a. PPh FINAL :
OBJEK PAJAK
16 a. Ada Transaksi Dalam Hubungan Istimew a dan/atau Transaksi dengan Pihak yang Merupakan Penduduk Negara Tax Haven Country.
TRANSAKSI DALAM
G. PERNYATAAN
(Wajib melampirkan Lampiran Khusus 3A, 3A-1, dan 3A-2 Buku Petunjuk Pengisian SPT )*
b. Tidak Ada Transaksi Dalam Hubungan Istimew a dan/atau Transaksi dengan Pihak yang Merupakan Penduduk Negara Tax Haven
Country
b. x LAPORAN KEUANGAN
c. x TRANSKRIP KUTIPAN ELEMEN-ELEMEN DARI LAPORAN KEUANGAN (Lampiran Khusus 8A-1 / 8A-2 / 8A-3 / 8A-4 / 8A-5 / 8A-6/ 8A-7/ 8A-8)*
d. x DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL (Lampiran Khusus 1A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*
e. PERHITUNGAN KOMPENSASI KERUGIAN FISKAL (Lampiran Khusus 2A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*
f. DAFTAR FASILITAS PENANAMAN MODAL (Lampiran Khusus 4A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*
H. LAMPIRAN
g. DAFTAR CABANG UTAMA PERUSAHAAN (Lampiran Khusus 5A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*
h. SURAT SETORAN PAJAK LEMBAR KE-3 PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus bagi BUT)
i. PERHITUNGAN PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT) (Lampiran Khusus 6A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*
j. KREDIT PAJAK LUAR NEGERI (Lampiran Khusus 7A Buku Petunjuk Pengisian SPT)*
l. RINCIAN JUMLAH PENGHASILAN DAN PEMBAYARAN PPh FINAL PP 46/2013 PER MASA PAJAK DARI MASING-MASING TEMPAT USAHA
m.
n.
* Wajib Pajak dapat langsung mengunduh dari situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat http://w w w .pajak.go.id. atau mengambil di KPP/KP2KP
terdekat.
PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.
NAMA LENGKAP
PENGURUS / KUASA : e. A G U S H A N D O Y O
NPWP : f. 0 6 3 6 4 2 5 4 5 5 2 1 0 0 0
F.1.1.32.14
155 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - I
TAHUN PAJAK
FORMULIR
1771 - I SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI 2 0 1 8
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO FISKAL
0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
IDENTITAS
NPWP :
NO URAIAN RUPIAH
(1) (2) (3)
1. PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DALAM NEGERI :
a.
1a
PEREDARAN USAHA …………..……………………………...…………...…………...…………...……………...…...………………………….
Ø
4.500.000.000
b.
1b
HARGA POKOK PENJUALAN …………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…………...…….
Ø
3.000.000.000
c.
1c
BIAYA USAHA LAINNYA .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...……
Ø
504.600.000
d.
1d
PENGHASILAN NETO DARI USAHA ( 1a - 1b - 1c ) ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...….
Ø
995.400.000
e.
1e
PENGHASILAN DARI LUAR USAHA .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...………………….
Ø
57.000.000
f.
1f
BIAYA DARI LUAR USAHA .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...……
Ø
1.400.000
g.
1g
PENGHASILAN NETO DARI LUAR USAHA ( 1e - 1f )..…….………….....…………...…...………..…….....…....…………...……….
Ø
55.600.000
h. JUMLAH ( 1d + 1g )
1h
: .…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...…………....…………...……………….
Ø
1.051.000.000
2. PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR NEGERI
(Diisi dari Lampiran Khusus 7A Kolom 5) .…………...…………....…………...…………..
Ø
2 -
3.
3
JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL (1h + 2) …………………...…………………...…………………...………………….…………...………
Ø
1.051.000.000
5b
b. PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN ..…………...………….....………….
Ø
c. PENGGANTIAN ATAU IMBALAN PEKERJAAN ATAU
JASA DALAM BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN ..…………...…………..
5c 1.600.000
5j
j. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI ATAS AMORTISASI FISKAL ..…………...………….....…………...………….....…………...…..
Ø
5k
k. BIAYA YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA ..…………...………….....…………...………
Ø
5l
l. PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA ..…………...………….....…………...…………....
Ø
6b
b. SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH AMORTISASI FISKAL ..……… Ø
6c
c. PENGHASILAN YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA ..……………… Ø
e.
6e
JUMLAH 6a s.d. 6d ..…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...………….....…………...………………..
Ø
57.000.000
D.1.1.32.31
156 | P E R P A J A K A N
TAHUN PAJAK
LAMPIRAN - II
FORMULIR
1771 - II SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI 2 0 1 8
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERINCIAN HARGA POKOK PENJUALAN, BIAYA USAHA LAINNYA DAN BIAYA DARI LUAR USAHA SECARA KOMERSIAL
IDENTITAS
0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0 P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S - -
NPW P : NAMA WAJIB PAJAK :
0 1 1 8 s.d. 1 2 1 8
PERIODE PEMBUKUAN :
HARGA POKOK PENJUALAN BIAYA USAHA LAINNYA BIAYA DARI LUAR USAHA JUMLAH
NO. PERINCIAN
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (3) + (4) + (5)
9. BIAYA ROYALTI - -
Catatan :
• Nomor 1 untuk Perusahaan Dagang diisi pembelian barang dagangan, untuk perusahaan industri diisi pembelian bahan baku, bahan penolong dan barang jadi.
• Nomor 7 termasuk management fee, technical assistance fee, dan jasa lainnya
• Nomor 11 diisi dengan total biaya yang tidak tertampung dalam perincian 1 s.d. 10.
• Nomor 12 dan 13 untuk perusahaan dagang diisi total persediaan awal dan akhir barang dagangan, untuk perusahaan industri diisi total persediaan
awal/akhir bahan baku/bahan penolong ditambah barang setengah jadi ditambah barang jadi.
D.1.1.32.54
LAMPIRAN - III
1771 - III
TAHUN PAJAK
FORMULIR
0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0 P T S E J A H T E R A M U T I A R A M A S -
NPW P : NAMA WAJIB PAJAK :
0 1 1 8 s.d. 0 1 1 8
PERIODE PEMBUKUAN :
PEMOTONG/ PRMUNGUT PAJAK OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN/SSP/SSPCP
NO. JENIS PENGHASILAN / YANG DIPOTONG / DIPUNGUT
NAMA NPWP (Rupiah) NOMOR TANGGAL
TRANSAKSI (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1.
BENDAHARA DISHUB 00.111.111.1-521.000 Pengadaan Barang 50.000.000 750.000 - 05/04/2019
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Catatan :
• Diisi dengan rincian per Bukti Pemotongan / Pemungutan Pajak.
• Pindahkan hasil penjumlahan PPh Pasal 22, PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 Kolom (6) ke Formulir 1771 Huruf C Angka 8.a.
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-III
D.1.1.32.32
157 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - IV
TAHUN PAJAK
FORMULIR
1771 - IV SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
2 0 1 8
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
IDENTITAS
NPWP :
PERIODE PEMBUKUAN :
0 1 1 8 s.d. 1 2 1 8
8. b. PERENCANA KONSTRUKSI
c. PENGAWAS KONSTRUKSI
2. HIBAH
7.
…………………………………………………….…………
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-IV
D.1.1.32.34
158 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - V
TAHUN PAJAK
FORMULIR
1771 - V SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DAFTAR PEMEGANG SAHAM/PEMILIK MODAL DAN JUMLAH DIVIDEN YANG DIBAGIKAN 2 0 1 8
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DAFTAR SUSUNAN PENGURUS DAN KOMISARIS
0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
IDENTITAS
NPWP :
BAGIAN A : DAFTAR PEMEGANG SAHAM / PEMILIK MODAL DAN JUMLAH DIVIDEN YANG DIBAGIKAN
JUMLAH MODAL DISETOR DIVIDEN
NO NAMA ALAMAT NPWP
(Rupiah) % (Rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1.
Satya Nugraha Jl.Veteran No.50 Purwokerto 06.425.232.5-521.000 1.500.000.000 50%
2.
Amirudin Jl. Puteran No.150 Purwokerto 06.265.252.5-521.000 750.000.000 25%
3.
Agus Handoyo Jl.Mawar No.50 Purwokerto 06.364.254.5-521.000 750.000.000 25%
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-V
D.1.1.32.35
159 | P E R P A J A K A N
LAMPIRAN - VI
1771 - VI
TAHUN PAJAK
FORMULIR
SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
KEMENTERIAN KEUANGAN RI • DAFTAR PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN AFILIASI 2 0 1 8
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DAFTAR UTANG DARI PEMEGANG SAHAM DAN/ATAU PERUSAHAAN AFILIASI
• DAFTAR PIUTANG KEPADA PEMEGANG SAHAM DAN/ATAU PERUSAHAAN AFILIASI
0 2 0 2 5 4 5 6 9 5 2 1 0 0 0
IDENTITAS
NPWP :
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10.
11.
12.
13.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
10.
11.
12.
13.
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halaman ke- dari halaman Lampiran-VI
D.1.1.32.36
160 | P E R P A J A K A N
161 | P E R P A J A K A N