Pada umumnya, perusahaan dalam kegiatan usahanya melakukan pemotongan pajak yang disebabkan karena
adanya pengeluaran kas. Salah satunya adalah jasa yang digunakan dalam kegiatan operasional yang harus dibeli
terlebih dahulu seperti gedung, mesin dan tanah. Pengeluaran kas untuk pengeluaran tersebut memberikan
manfaat lebih dari satu periode. Untuk kepentingan pajak, perlakuan terhdap pengeluaran semacam ini dapat
menimbulkan masalah dalam penentuan pajak penghasilan.
PENGERTIAN PENYUSUTAN
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi.
Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dari aset tersebut semakin berkurang. Pengurangan
nilai aset dibebankan secara bertahap. Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu
keadilan pajak, kebijakan ekonomi dan administrasi.
Undang-undang pajak penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan saat dimulainya penyusutan fiskal
adalah pada bulan perolehan.
Untuk harta/aset tetap dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya pekerjaan
tersebut.
Penyusutan terhadap harta dalam usaha sewa guna usaha khususnya sewa guna usaha tanpa hak opsi dimulai
pada bulan harta tersebut disewagunausahakan.
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak, apabila tidak mengikuti prinsip umum
penyusutan. Misalnya penyusutan baru dilakukan pada tahun harta/aset tersebut menghasilkan.
Kelompok 2 8 tahun
Kelompok 3 16 tahun
Kelompok 4 20 tahun
REPORT THIS AD
Mulai tahun 1995, wajib pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan fiskal untuk aset tetap berwujud
bukan bangunan, yaitu metode saldo menurun ganda atau metode garis lurus.
Tarif Penyusutan
Bangunan permanen 5%
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi.
Jumlah yang dapat disusutkan adalah jumlah perolehan suatu aset atau jumlah lain yang disubtitusikan untuk biaya
perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya. Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang
diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa manfaat suatu aset setelah dikurangu taksiran biaya pelepasan.
Jumlah tercatat adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi dengan akumulasi
penyusutan.
Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan
untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk digunakan. Biaya perolehan aset tetap terdiri atas harga beli termasuk biaya impor dan
PPN masukan tidak boleh direstitusikan dan biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam aset tersebut.
Misalnya :
1. Berdasarkan Waktu
1. Metode garis lurus
2. Metode pembebanan yang menurun
1) Metode jumlah angka tahun
2. Berdasarkan Penggunaan
1. Metode jam jasa
2. Metode jumlah unit produksi
3. Metode berdasarkan jenis dan kelompok
4. Metode anuitas
5. Sistem persediaan
3. Berdasarkan Kriteria Lainnya
PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENYUSUTAN
PT. Abadi membeli aset tetap berupa mesin, dengan harga perolehan Rp 1.000.000.000,00. Mesin tersebut dalam
aset tetap kelompok 1. Besarnya beban penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut :
Metode Penyusutan
1 250.000.000 500.000.000
2 250.000.000 250.000.000
3 250.000.000 125.000.000
4 250.000.000 125.000.000
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan per tahun berbeda-beda tetapi pada akhir masa
manfaat (tahun ke-4) jumlah akumulasi penyusutan adalah sama. Sehingga dalam perpajakan perbedaan besarnya
beban penyusutan ini dikenal dengan istilah beda waktu/beda sementara (timing difference/temporary difference).
Walaupun berdasarkan nilai nominal pada akhir masa manfaat besarnya akumulasi beban penyusutan sama,
namun jika ditinjau dari nilai tunai (present value) jumlahnya akan menjadi berbeda.
Dalam contoh ini, untuk mengetahui nilai tunai (present value) tingkat diskon yang digunakan adalah 20%. (Lihat
tabel).
Metode Penyusutan
Tingkat
Tahun Nominal PV PV Nominal PV PV Diskon (20%)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan pada
akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor 20% jumlah nilai tunai (present value) dari akumulasi
beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode garis lurus sebesar Rp 647.183.642,00 dan menggunakan
metode saldo menurun sebesar Rp 722.897.76,50
Tabel (Perbandingan besar penghematan pajak antara metode garis lurus dan metode saldo menurun dengan
tingkat diskonto 20%).
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat dilakukan jika perusahaan
memilih metode saldo menurun dalam menghitung besarnya beban peyusutan. Tarif pajak yang digunakan adalah
tarif pajak tertinggi yaitu 30% karena diasumsikan bahwa perusahaan telah mencapai laba di atas Rp 100.000.000.
Dengan tingkat diskon 20% besar penghematan pajak adalah Rp 216.869.212,96 – Rp 194.115.092,59 = Rp
22.714.120,37.