FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
WAWANCARA DAN INTEROGASI, OPERASI
PENYAMARAN, METODE INVESTIGASI KONVERSI,
METODE PENYELIDIKAN DAN LAPORAN
KECURANGAN
WAWANCARA DAN INTEROGASI
Wawancara merupakan sesuatu yang sering dilakukan oleh Auditor dalam
menjalankan tugas audit, dan merupakan salah satu tehnik dalam pengumpulan
keterangan, memahami obyek pemeriksaan, menguji keterangan yang telah didapatkan
sebelumnya, melengkapi keterangan yang lain, dan tujuan-tujuan lainnya dari wawancara
tersebut.
Secara umum, setiap auditor harus menguasai tehnik wawancara. Namun
demikian masing-masing orang memiliki sifat, gaya dan karakter pribadi yang berbeda-
beda baik auditor itu sendiri maupun pihak yang akan diwawancarai. Hal ini akan
mempengaruhi tehnik dan metode wawancara yang dilakukan. Dalam hal waktu
pelaksanaan wawancara, dapat dilakukan di awal atau pada saat audit berlangsung
ataupun pada akhir audit sangat tergantung dari kondisi dan situasi audit serta tujuan
dilakukannnya wawancara. Demikian halnya dengan tempat pelaksanaan wawancara,
auditor akan menentukan tempat dilakukannya wawancara dengan mempertimbangkan
beberapa hal yang berkaitan dengan materi wawancara dan kondisi di lapangan. Tehnik,
waktu dan tempat pelaksanaan wawancara maupun hal-hal lain yang dilakukan terkait
dengan wawancara tidak menjadi masalah dan dapat berbeda antara satu dengan yang
lainnya, tetapi yang terpenting adalah tujuan dan hasil dari wawancara yang dilakukan
sebab antara tujuan yang satu dengan yang lain biasanya berbeda dan untuk mencapainya
tentunya membutuhkan tehnik, waktu, tempat dan hal-hal lainnya yang berbeda pula. Hal
lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan wawancara sehubungan dengan
audit yang dilakukan adalah bagaimana pendokumentasian hasil, bukti dan inti maksud
wawancara. Ini terkait dengan kertas kerja yang menjadi modal auditor sekaligus juga
menunjukkan kemampuan, kompetensi dan keterampilan auditor dalam melaksanakan
tugas audit. Dokumentasi wawancara dapat berupa tulisan, media elektronik atau media
lain yang digunakan dalam kaitan dengan pembuktian bahwa wawancara benar-benar
dilakukan untuk memperoleh informasi yang diinginkan dan tanpa adanya kesan yang
mengada-ada atau melakukan penekanan yang mengakibatkan informasi tidak sesuai
dengan adanya.
Terkait dengan interogasi, auditor internal pemerintah tidak memiliki kewenangan
untuk melakukan interogasi. Namun demikian metode, tujuan dan tehnik-tehnik
interogasi biasanya secara tidak langsung juga sering dilakukan namun dalam kondisi
yang tidak formal layaknya interogasi yang dilakukan oleh penyidik. Meskipun tidak ada
aturan yang melarang atau membolehkan untuk melakukan interogasi, auditor
menganggap hal ini dapat dilakukan sepanjang untuk mencapai tujuan memperoleh
informasi dan mencapai tujuan audit yang dilakukan.
Dalam wawancara terdapat tiga tingkat atau saluran yang digunakan untuk komunikasi
yaitu:
a. Verbal channel adalah ucapan atau perkataan yang keluar dari mulut orang yang
diwawancarai, pilihan kata dan susunan kata-kata yang dipergunakan untuk
mengirimkan pesan. Dalam metode ini dinyatakan bahwa orang yang berbohong akan
cemas, karena takut kebohongannya terungkap (Verbal Behavior).
b. Paralinguistic channel adalah ciri-ciri percakapan diluar apa yang diucapkan oleh
orang yang diwawancarai, maksudnya adalah ucapan yang makna sesungguhnya
berbeda dari apa yang keluar dari mulutnya (Paralinguistic Behavior).
c. Non verbal channel adalah merupakan sikap tubuh, gerak tangan dan mimik wajah
orang yang diwawancarai, jadi setiap ucapan selalu diperkuat dan dimodifikasi
dengan gerak tubuh/bahasa tubuh (Nonverbal Behavior).
Ketiga saluran atau metode tersebut semuanya digunakan untuk mengetahui adanya
kebohongan.
Untuk keberhasilan dalam wawancara persiapan yang harus dilakukan oleh auditor
investigatif adalah:
a. Auditor investigatif harus mempelajari berkas kasus/permasalahan dan dokumen
untuk memastikan adanya informasi penting yang belum diperoleh.
b. Menetapkan tujuan informasi yang akan digali dalam wawancara.
c. Mempelajari informasi apa yang dapat diperoleh dari calon responden yang akan
diwawancarai.
d. Mempersiapkan catatan yang berisi poin-poin yang akan ditanyakan agar informasi
yang digali tidak terlewatkan.
e. Mempersiapkan tempat untuk wawancara.
OPERASI PENYAMARAN
Operasi Penyamaran diambil dari kata aslinya yaitu covert Operations, yang
artinya yaitu tertutup, tersembunyi, terselubung, diam-diam, tidak diungkapkan secara
terbuka, tersamar, rahasia. Operasi Penyamaran membutuhkan ketrampilan yang tinggi
dan perencanaan yang matang, apabila dilaksanakan tepat waktu dengan tingkat kehati-
hatian dan kecermatan yang tinggi, maka operasi ini akan menuai hasil yang
menakjubkan yang tidak dapat dicapai melalui cara lain. Namun, jika dilaksanakan
dengan cara yang keliru atau buruk maka bisa mendatangkan bencana misal kematian,
kecelakaan, tuntutan hukum dan mempermalukan lembaganya. Operasi penyamaran
tidak boleh dilaksanakan untuk memancing, menggoda, atau mengajak orang berbuat
kejahatan. Banyak contoh mengenai operasi penyamaran yang dapat diambil dari
pemeritaan di media masa, contohnya yaitu penangkapan Jaksa Urip Tri Gunawan.
Penggunaan Operatives
Operatives adalah orang yang ikut dalam covert operations, yang perlu diperhatikan
adalah bahwa operatives ini tidak mempunyai pelatihan sama sekali untuk suatu
investigasi, oleh karena itu harus disupervisi secara ketat.
Jenis-Jenis Pertanyaan
Ada 5 jenis pertanyaan yang dapat diberikan oleh pewawancara, jika wawancara
dilakukan pada responden yang netral atau ramah maka hanya 3 pertanyaan yang biasa
ditanyakan yaitu perkenalan, informatif dan penutup. Tetapi jika anda berpendapata
responden tidak jujur dapat dilakukan pertanyaan penilaian dan jika responden dianggap
bertanggungjawab atas pelanggaran maka dapat dilakukan pertanyaan untuk mendapatkan
pengakuan.
1. Pertanyaan perkenalan
Tujuannya untuk memulai wawancara dan membuat responden menyatakan
persetujuan untuk bekerja sama.
2. Pertanyaan informatif
Tujuannya untuk mengumpulkan fakta terdiri dari pertanyaan terbuka, tertutup dan
arahan.
3. Pertanyaan penilaian
Bila pewawancara memiliki alasan logis bahwa responden melakukan penipuan maka
dapat diberikan pertanyaan hipotesis dan tidak terkesan menuduh dengan mengamati
respons verbal atau nonverbal dari responden atas pertanyaan tesebut.
4. Pertanyaan penutup
Digunakan untuk mengkonfirmasi ulang fakta, memperoleh fakta yang belum
terungkap, mencari bukti baru dan menjaga kesesuaian sikap.
5. Pertanyaan untuk memperoleh pengakuan
Pertanyaan ini ditujukan untuk individu yang sudah pasti bersalah dengan tujuan
untuk membebaskan orang yang tidak bersalah dan mendorong orang yang bersalah
untuk memberikan pengakuan.
Elemen-Elemen Percakapan
Wawancara secara esensial membentuk percakapan, adapun elemen-elemen percakapan
antara lain:
1. Ekspresi, pewawancara harus mendorong ekspresi diri untuk mencapai tujuan
pengumpulan informasi.
2. Persuasi, merupakan sebuah usaha untuk meyakinkan responden mengenai legitimasi
dari roses wawancara.
3. Terapi, membuat responden merasa nyaman dalam proses wawancara akan
menimbulkan komunikasi yang efektif.
4. Budaya, deteksi kebiasaan responden dalam menjawab untuk mencegah waktu
terbuang dalam wawancara tanpa memperoleh informasi.
5. Pertukaran informasi, dua masalah yang sering timbula dalam pertukaran informasi
adalah informasi yang dicari pewawancara tidak sama pentingnya bagi responden dan
hambatan komunikasi karena latar belakang yang berbeda.
Penghambat Komunikasi
Penghambat adalah semua hambatan sosio-psikologis yang mengganggu penyampaian
informasi yang relevan sehingga membuat responden tidak besedia atau tidak dapat
memberikan informasi. Penghambat komunikasi, antara lain:
1. Pertimbangan penggunaan waktu
Responden merasa ragu untuk memulai wawancara karena keterbatasan waktu
mereka.
2. Ego yang terancam
Tiga respons umum responden atas ancaman ego adalah penahanan informasi,
antisipasi ketidaksetujuan dari pewawancara dan takut akan kehilangan status sosial.
3. Etiket
Jika jawaban atas pertanyaan berisikan informasi yang tidak sesuai dengan etika.
4. Trauma
Perasaan tidak menyenangkan terkait pengalaman terhadap suatu krisis.
5. Lupa
Hambatan yang paling sering terjadi dalam komunikasi adalah ketidakmampuan
responden dalam mengingat kembali informasi tertentu.
6. Kekacauan kronologis
Umumnya terjadi saat wawancara bertujuan mencari informasi mengenai riwayat
suatu kasus, responden kadang mengacaukan urutan kejadian.
7. Kekacauan inferensial
Dibagi menjadi dua kategori yaitu induksi (responden diminta men-konversi
pengalaman konkret ke dalam level generalisasi yang lebih tinggi) dan deduksi
(responden diminta untuk memberikan contoh konkret dari pengalaman tertentu).
8. Perilaku tidak sadar
Dibagi menjadi tiga, yaitu adat atau kebiasaan, reaksi sirkuler (respon langsung secara
tidak disengaja terhadap isyarat seseorang yang berbentuk nonverbal) dan krisis
emosional akut (perilaku yang tidak mengikuti pola kebiasaan dan tidak disebabkan
oleh reaksi dari orang lain).
Pendukung Komunikasi
Pendukung komunikasi adalah kekuatan sosio-psikologis yang membuat percakapan,
termasuk wawancara mudah untuk dilakukan. Jenis pendukung komunikasi, antara lain:
1. Pemenuhan ekspektasi
Kemampuan untuk merespon ekspektasi dari responden merupakan kekuatan penting
dalam wawancara, berusaha menyampaikan ekspektasi umum di awal akan
memudahkan responden dalam menjawab dengan jujur.
2. Pengakuan
Setiap orang butuh pengakuan dan penghargaan dari orang lain, termasuk para
responden dalam wawancara.
3. Pertimbangan altruistis
Sikap altruistis biasanya meningkatkan harga diri, sikap ini sangat penting dalam
memotivasi para responden.
4. Pemahaman simpatis
Respon simpatis sangat dibutuhkan dalam melakukan wawancara, karena setiap orang
suka klo diperhatikan atau dipahami.
5. Pengalaman baru
Responden dapat dimotivasi dengan rasa penasaran terkait proses wawancara,
hilangkan rasa khawatir makan wawancara akan menjadi pengalaman yang menarik
bagi para responden.
6. Katarsis
Katasis adalah proses untuk melepaskan tekanan emosional yang tidak menyenangkan
dengan pembicaraan mengenai sumber tekanan tersebut.
7. Kebutuhan akan keberatian
Setiap orang memiliki kebutuhan untuk merasa berarti, pewawancara dapat
menunjukan rasa ketertarikan terhadap informasi yang dimiliki oleh responden.
8. Penghargaan ekstrinsik
Bentuk penghargaan ekstrinsik yang dapat diberikan setelah wawancara adalah uang,
promosi jabatan dan hak istimewa.
Metedologi Wawancara
1. Membuat kontak fisik, bertujuan untuk mengatasi hambatan psikologis dalam
berkomunikasi, bisa dengan cara menggunakan gerak atau gestur tubuh dan
komunikasi verbal seperti kata-kata yang lembut serta menghindari istilah-istilah
negatif.
2. Menetukan tujuan wawancara, semakin umum alasan atau tujuan dari wawancara
maka akan mudah di terima dan dijelaskan secara logis.
3. Jangan mewawancarai lebih dari satu orang dalam satu waktu, keterangan satu
responden dapat mempengaruhi keterangan responden lain.
4. Melakukan wawancara pribadi, wawancara dilakukan secara empat mata tanpa
interupsi dari orang lain.
5. Menanyakan pertanyaan yang tidak sensitif, hindari pertanyaan sensitif yang akan
menyebabkan responden defensif dan enggak memberikan informasi.
6. Memperoleh komitmen atas bantuan, kegagalan memperoleh komitmen dari
responden untuk membantu anda merupakan kesalahan umum yang sering terjadi
dalam wawancara.
7. Jangan melanggar jarak tubuh, saat wawancara sebainya tetap berjarak 4 hingga 6
kaki dari responden, jika berjarak terlalu dekat akan membuat responden merasa tidak
nyaman.
Pertanyaan Perkenalan
Yang dilakukansaat tahap ini antara lain:
1. Memulai perkenalan
2. Menciptakan hubungan
3. Menyatakan tujuan atau tema wawancara
4. Mengamati reaksi
5. Mengembangkan tema wawancara
Pertanyaan Informatif
Pertanyaan informatif dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka membutuhkan respon atau jawaban yang monolog dan panjang
serta dapat dijawab dengan berbagai cara.
2. Pertanyaan tertutup
Pertanyaan tertutup membutuhkan jawaban yang pasti seperti “ya” atau “tidak” dan
sesuatu yang spesifik seperti lokasi, tanggal, waktu.
3. Pertanyaan arahan
Pertanyaan arahan berisikan jawaban di dalam pertanyaan tersebut, biasanya
digunakan untuk mengkonfirmasi sesuatu hal yang sudah kita ketahui.
4. Pertanyaan negatif-ganda
Pertanyaan negatif ganda kadang membingungkan dan sering kali menghasilkan
jawaban yang tidak sesuai dengan jawaban sebenarnya, contoh: “apakah anda tidak
mencurigai adanya sesuatu yang tidak benar?”
5. Pertanyaan kompleks
Pertanyaan kompleks merupakan pertanyaan yang lebih dari satu objek dan
membutuhkan lebih dari jawaban.
6. Pertanyaan prilaku
Pertanyaan prilaku bertujuan untuk mencairkan suasana wawancara.
Narasi bebas adalah catatan yang berurutan dan berlanjut mengenai kejadian atau
insiden, yang diberikan dengan atau tanpa desakan. Narasi bebas digunakan untuk
meringkas apa yang diketahui mengenai suatu masalah dengan cepat.
Pencatatan
Poin-poin yang harus diperhatikan dalam proses pencatatan, yaitu:
1. Menjaga kontak mata, tetap jaga kontak mata dengan responden selama proses
pencatatan agar tetap tercipta lingkungan yang nyaman.
2. Opini, hindari penulisan opini atau kesan pribadi dalam catatan wawancara karena
akan menyebabkan masalah pada kredibilitas.
3. Menulis pertanyaan, jangan menulis daftar pertanyaan biarkan pertanyaan mengalir
secara bebas tetapi boleh meliskan poin-poin penting yang ingin didiskusikan.
4. Mendokumentasikan hasil wawancara, dokumentasikan hasil wawancara
secepatmungkin setelah proses wawancara selesai.
Menghadapi Penolakan
Beberapa contoh penolakan dan cara menghadapinya, antara lain:
1. “saya sangat sibuk”
Pewawancara dapat menekankan bahwa:
wawancara akan sangat singkat,
wawancara ini tidak sulit, atau
proyek ini sangat penting.
2. “saya tidak tahu apa pun mengenai hal itu”
Pewawancara dapat mengalihkan pertanyaan menjadi “saya mengerti, Apa saja tugas
anda saat ini?”
3. “saya tidak ingat”
Pewawancara dapat memberikan respon dengan meberikan waktu berfikir atau
memberikan pertanyaan yang lebih sempit.
Menyangkal Alibi
Ketika tersangka sudah dihadapkan kepada rasionalisasi, mereka sering kali masih
menyangkal keterlibatan mereka. Pewawancara sebaiknya berusaha untuk meyakinkan
tersangka mengenai kekuatan bukti yang mengarah kepadanya.
Secara umum alibi dapat disangkal dengan cara:
1. Menunjukkan bukti fisik
Tunjukan satu bukti fisik pada satu waktu untuk menyangkal alibi tersangka, jangan
menunjukkan semua bukti fisik yang kita punya.
2. Mendiskusikan saksi
Mendiskusikan keterangan saksi merupakan salah satu cara untuk menyangkal alibi,
cara ini bertujuan untuk memberikan informasi yang memadai tanpa memberikan
terlalu banyak informasi.
3. Alternatif saat ini
Setelah alibi tersangka terbukti salah, mereka biasanya akan diam dan menarik diri.
Pewawancara sebaiknya memberikan pertanyaan alternative kepada tersangka,
tujuannya adalah agar tersangka menyampaikan alasan dia melakukan kecurangan
atau tersangka mengakui alasan yang diberikan oleh pewawancara.
4. Tolak ukur pengakuan
Tolak ukur pengakuan adalah tersangka membuat pernyataan bersalah, pertanyaan
alternatif yang di buat menggiring tersangka untuk membuat pengakuan positif.
Uji Kejujuran
Metode penyelidikan yang paling umum atas smua teknik investigasi adalah wawancara,
namun sebenarnya ada tiga metode lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
informasi mengenai kejujuran seseorang, yaitu:
1. Pengujian secara tertulis
Pengujian secara tertulis adalah pengujian objektif untuk memperoleh informasi
mengenai kejujuran dan kode etik pribadi seseorang. Pengujian ini sering digunakan
sebagai alat perekrutan pegawai dibandingkan sebagai alat untuk menentukan
seseorang melakukan tindak kejahatan.
Salah satu keunggulan pengujian ini adalah hasilnya dapat ditabulasi oleh komputer
dalam hitungan menit, membuat pengujian ini ideal untuk perekrutan pegawai.
2. Grafologi
Grafologi merupakan ilmu tentang tulisan tangan dengan tujuan untuk menganalisis
karakter, metode ini banyak digunakan dalam beberapa tahun terakhir. Metode ini
banyak digunakan dalam bidang yang mementingkan integritas pegawai seperti
perbankan, manufaktur dan asuransi. Namun banyak investigator kecurangan bersikap
skeptis atas realibilitas grafologi.
3. Analisis tekanan suara dan poligraf
Analisis tekanan suara menentukan apakah seseorang berbohong atau berkata jujur
dengan mengunakan alat mekanis yang terhubung kepada orang tersebut.
Poligraf bekerja dengan teori bahwa orang yang berbohong akan memunculkan
perasaan bersalah sehingga akan mengakibatkan tekanan pada orang tersebut, alat ini
mengukur tingkat denyut nadi, tekanan darah, respons galvanis kulit dan pernapasan.
Poligraf dan penganalisis tekanan suara dapat berfungsi dengan baik jika digunakan
oleh ahli yang menguasainya, ditangan administrator yang kurang berpengalaman
kedua alat ini bisa jadi berbahaya.
Laporan Kecurangan
Introgasi terhadap tersangka merupakan tahap akhir dari investigasi, setelah invesigasi
selesai laporan kecurangan dipersiapkan.
Poin-poin penting dalam laporan kecurangan, antara lain:
1. Laporan ini mencakup semua temuan, kesimpulan, rekomendasi dan tindakan korektif
yang diambil.
2. Laporan ini mengungkapkan semua fakta yang terhubung, terkait siapa, apa, di mana,
kapan, bagaimana dan mengapa kecurangan terjadi.
3. Laporan ini berisi rekomendasi untuk peningkatan pengendalian yang akan
meminimalkan eksplosur untuk kejadian yang sama di masa mendatang.
4. Laporan ini tidak boleh berisi tindakan pendisiplinan atau tindakan hukum terhadap
siapa pun tersangka.
5. Laporan ini tidak boleh menuduh atau membuat kesimpulan bersalah, karena
keputusan benar atau salah merupakan wewenang pengadilan.
6. Laporan ini harus objektif, faktual, tidak bias dan terbebas dari distorsi serta mengacu
pada aktivitas perilaku.