Anda di halaman 1dari 24

TOPOGRAFI PAJAK

Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal


PT BPR Cipta Cemerlang Indonesia

PAPER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Pemeriksaan Pajak
di bawah bimbingan Prof. Drs. Hadri Kusuma, MBA., Ph.D

Disusun oleh:
Atrisia Inayati Mamahit 16919038
Yola Andesta Valenty 16919044
Dwitiya Farah Diba 16919049

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI


PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak merupakan iuran wajib yang dipungut pemerintah dari masyarakat, untuk

menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat

ditunjuk secara langsung. Menurut UU No.28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sumber penerimaan negara dari sektor pajak ada banyak macam. Salah satunya

adalah pajak penghasilan badan (PPh badan), yaitu pajak penghasilan yang dikenakan

kepada sebuah badan usaha atas penghasilan atau laba usahanya baik dari dalam negeri

maupun pendapatan di luar negeri. Salah satu kewajiban Wajib Pajak khususnya Wajib

Pajak Badan adalah membuat pembukuan sebagai suatu proses yang dilakukan secara

teratur untuk menyusun suatu laporan keuangan (financial statement). Dalam penyusunan

laporan keuangannya, perusahaan mengikuti suatu prinsip akuntansi yang berlaku umum

yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Laporan keuangan yang disusun berdasarkan

SAK dikenal dengan istilah laporan keuangan komersial. Untuk memenuhi kebutuhan

pelaporan pajak maka perusahaan melakukan koreksi fiskal. Hal ini disebabkan laporan

keuangan komersial mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK), sedangkan

laporan keuangan fiskal mengacu pada Peraturan Perpajakan.

1
Sistem pemungutan yang dianut Indonesia saat ini ialah sistem self-assessment,

yaitu ketetapan pajak yang ditetapkan oleh wajib pajak sendiri yang dilakukannya dalam

Surat Pemberitahuan (SPT). Pemerintah memberikan wewenang dan tanggung jawab

kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri jumlah

pajak terhutangnya. Oleh karena itu, Wajib Pajak setelah menyusun laporan keuangan

berdasarkan standar akuntansi, selanjutnya Wajib Pajak harus pula menyusun laporan

keuangan sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku yang disebut dengan laporan

keuangan fiskal.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur laba rugi fiskal PT Bank Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang

Indonesia?

2. Bagaimana perbandingan rekonsiliasi fiskal menurut PT Bank Perkreditan Rakyat

Cipta Cemerlang Indonesia dengan fiskus?

3. Bagaimana perbandingan PPh terutang antara PT Bank Perkreditan Rakyat Cipta

Cemerlang Indonesia dengan fiskus?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui struktur laba rugi fiskal PT Bank Perkreditan Rakyat Cipta

Cemerlang Indonesia.

2. Untuk mengetahui perbandingan rekonsiliasi fiskal menurut PT Bank Perkreditan

Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia dengan fiskus.

2
3. Untuk mengetahui perbandingan PPh terutang antara PT Bank Perkreditan Rakyat

Cipta Cemerlang Indonesia dengan fiskus.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Laporan Keuangan Komersial

Laporan keuangan komersial adalah laporan yang disusun dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum sifatnya netral dan tidak memihak (Languju, Tinangon, & Elim,

2014). Sedangkan menurut Sihombing (2012), laporan keuangan komersial adalah

laporan yang disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, yang bertujuan

untuk menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai dalam rangka

pengambilan keputusan.

Dalam kerangka dasar standar akuntansi keuangan disebutkan bahwa tujuan

laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan,

kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

orang yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan di dalam suatu perusahaan.

Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin

dibutuhkan dalam pengambilan keputusan karena secara umum menggambarkan

pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan

informasi non-keuangan pihak manajemen bebas memilih standar, metode atau praktek

akuntansi yang dianggap paling sesuai dengan kebutuhan manajemen dalam penyusunan

laporan keuangan (Languju, Tinangon, & Elim, 2014).

2.2. Pengertian Laporan Keuangan Fiskal

Laporan keuangan fiskal adalah laporan yang disusun sesuai peraturan perpajakan

dan digunakan untuk keperluan penghitungan pajak. Undang-undang tidak mengatur


4
secara khusus bentuk dari laporan keuangan fiskal, hanya memberikan pembatasan untuk

hal-hal tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya (Suandy, 2011).

Sedangkan menurut Natalia (2012), laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan dalam

perpajakan disebut sebagai laporan keuangan diskal. Laporan keuangan fiskal biasanya

disusun berdasarkan rekonsiliasi terhadap laporan keuangan komersial.

2.3. Pengertian Koreksi Fiskal

Koreksi Fiskal (atau bisa disebut juga sebagai rekonsiliasi fiskal) merupakan

penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk

menghasilkan penghasilan netto/laba yang sesuai dengan ketentuan perpajakan (Agoes &

Estralita, 2010). Proses koreksi fiskal dilakukan dengan menyesuaikan catatan fiskal

laporan keuangan komersial dengan aturan pajak (Sondakh, 2015).

Jenis koreksi fiskal dibedakan menjadi dua yaitu koreksi fiskal positif dan koreksi

fiskal negatif.

a. Koreksi Positif

Menurut Wahono (2012), koreksi fiskal positif bersifat menambah atau

memperbesar penghasilan berdasarkan laporan keuangan komersial atau

mengurangi biaya-biaya komersial yang akibatnya akan menambah jumlah pajak

yang terutang.

Koreksi fiskal positif terjadi apabila laba menurut fiskal bertambah. Koreksi

positif terjadi apabila laba menurut fiskal bertambah (Agoes & Estralita, 2010).

Koreksi positif biasanya dilakukan akibat adanya:

- Beban yang tidak diakui oleh pajak.

- Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal.

5
- Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal.

- Penyesuaian fiskal positif lainnya.

b. Koreksi Negatif

Koreksi negatif terjadi apabila pendapatan menurut fiskal berkurang dan berakibat

adanya penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi komersial

sehingga biaya menjadi semakin besar, atau berakibat dengan adanya

pengurangan penghasilan (Setiadi, 2012).

Koreksi negatif terjadi apabila laba menurut fiskal berkurang (Agoes & Estralita,

2010). Koreksi negatif biasanya dilakukan akibat adanya:

- Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak.

- Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final.

- Penyusutan komersial lebih kecil daripada penyusutan fiskal.

- Amortisasi komersial lebih kecil daripada amortisasi fiskal.

- Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya.

- Penyesuaian fiskal negatif lainnya.

2.4. Pengertian Pajak Penghasilan

Menurut Resmi (2011), pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan

terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu

tahun pajak. Peraturan perundangan yang mengatur Pajak Penghasilan di Indonesia

adalah Undang-undang No. 7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan Undang-

undang No. 7 Tahun 1991, Undang-undang No. 10 Tahun 1994, Undang-undang No. 17

Tahun 2000, Undang-undang No. 36 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah, Keputusan

6
Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jenderal Pajak maupun

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak.

2.5. Penghasilan Menurut Akuntansi dan Undang-Undang Pajak Penghasilan

Suandy (2011) menyatakan penghasilan merupakan penambahan asset atau

penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari

kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan (revenue) dan

keuntungan (gains). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan

yang biasa dikenal dengan berbagai sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan

jasa, bunga, dividen, royalty, dan sewa.

Pada UU No. 7 Tahun 1983 tentang PPh sebagaimana yang telah beberapa kali

diubah terakhir dengan UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (1), penghasilan adalah

setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik

yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama

dan dalam bentuk apapun.

2.6. Biaya Menurut Akuntansi dan Undang-Undang Pajak Penghasilan

Definisi biaya mencakup baik kerugian maupun biaya yang timbul dalam

pe;aksanaan aktivitas perusahaan (Pontoh, 2013). Berdasarkan U PPh Pasal 6 ayat (1),

biaya yang merupakan pengurang penghasilan kena pajak adalah biaya untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

7
BAB III

PEMBAHASAN

1. LAPORAN LABA RUGI FISKAL MENURUT PT BANK PERKREDITAN

RAKYAT CIPTA CEMERLANG INDONESIA

PT Bank Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia adalah perusahaan yang

bergerak di bidang perbankan. Dalam memenuhi kewajiban perpajakannya PT Bank

Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia ini telah membuat Laporan Laba

Rugi dan telah melakukan rekonsiliasi fiskal yang dapat dilihat melalui tabel berikut

ini :

8
KOREKSI FISKAL SALDO
SALDO
KETERANGAN FISKAL
KOMERSIAL
POSITF NEGATIF MENURUT WP
Pendapatan bunga kontraktual 8.366.616.174 356.121.831 8.010.494.343
Pendapatan provsi 605.923.608 605.923.608
Biaya transaksi - 21.715.498 - 21.715.498
Biaya bunga:
Bunga tabungan 27.787.500 27.787.500
Bunga deposito 21.905.262 21.905.262
Bunga kredit Bukopin Linkage 121.641.496 121.641.496
Bunga kredit Andara Linkage 219.052.081 219.052.081
Bunga kredit CIMB Niaga Linkage 58.568.344 58.568.344
Bunga back to back BTN 10.083.333 10.083.333
Kepada pihak ketiga bukan bank
- Bunga deposito 3.730.810.928 3.730.810.928
- Bunga tabungan 147.551.605 147.551.605
Provisi 15.402.252 15.402.252
Biaya transaksi 4.502.128 4.502.128
Premi LPS 88.460.794 88.460.794
JUMLAH 4.505.058.561 4.148.936.730

Pendapatan operasional lainnya


Pendapatan administrasi simpanan 11.314.733 11.314.733
Pendapatan administrasi kredit 292.280.637 292.280.637
Pendapatan administrasi lainnya 35.718.315 35.718.315
Pendapatan pengembalian biaya asuransi 385.491.518 385.491.518
Pendapatan denda/penalty 274.563.165 274.563.165

9
Pendapatan lainnya 1.151.775 1.151.775
JUMLAH 1.000.520.143 1.000.520.143

Biaya operasional
Biaya penyisihan kerugian/penyusutan
- Biaya penyisihan kerugian penempatan pada bank lain 34.468.149 34.468.149
- Biaya penyisihan kerugian kredit yang diberikan 213.289.493 213.289.493
- Biaya penyusutan 113.561.759 113.561.759
Biaya pemasaran
- Discount pembayaran 27.639.015 27.639.015
- Iklan/promosi marketing 105.666.697 105.666.697
- Business agent funding 69.574.304 69.574.304
- Souvenir nasabah 9.202.081 9.202.081
- Promosi marketing deposito 50.394.583 50.394.583
Biaya administrasi dan umum
- Biaya pendidikan dan pelatihan 106.476.825 106.476.825
- Tenaga kerja 1.493.735.006 1.493.735.006
- Biaya asuransi 19.813.557 19.813.557
- Sewa 134.916.666 134.916.666
- Pajak-pajak 561.320 561.320
- Pemeliharaan dan perbaikan 94.543.470 94.543.470
- Barang dan jasa pihak ketiga 1.390.943.001 1.390.943.001
- Amortisasi 23.374.001 23.374.001
JUMLAH 3.888.159.927 3.888.159.927
LABA RUGI OPERASIONAL 1.617.418.777 1.261.296.946

Pendapatan (Biaya) non Operasional


Pendapatan non operasional
- Laba penjualan aset tetap dan inventaris agunan 11.075.583 11.075.583
- Lain-lain 2.171.088 2.171.088
Biaya non operasional
- Denda-denda 40.000 40.000 80.000
- Transfer payment 24.533.700 24.533.700
- Koran/majalah/karangan bunga, olahraga 12.559.250 12.559.250
- Lain-lain 2.939.000 2.939.000
JUMLAH - 26.825.279 - 26.785.279
Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan 1.590.593.498 1.234.511.667
Taksiran pajak penghasilan 301.746.147 231.432.522
LABA (RUGI) NETO 1.288.847.351 1.000.316.917

2. PERBANDINGAN REKONSILIASI FISKAL MENURUT PT BANK

PERKREDITAN RAKYAT CIPTA CEMERLANG INDONESIA DAN FISKUS

10
Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Fiskus terhadap Laporan Laba Rugi PT

Bank Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia terdapat perbedaan atas

rekonsiliasi fiskal dimana perbedaan tersebut terdapat pada biaya-biaya yang oleh

fiskus dilakukan koreksi fiskal positif. Adapun perbandingan laporan keuangan fiskal

dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

KOREKSI FISKAL SALDO SALDO FISKAL


SALDO
KETERANGAN FISKAL MENURUT
KOMERSIAL
POSITF NEGATIF MENURUT WP PEMERIKSA
Pendapatan bunga kontraktual 8.366.616.174 356.121.831 8.010.494.343 8.010.494.343
Pendapatan provsi 605.923.608 605.923.608 605.923.608
Biaya transaksi - 21.715.498 - 21.715.498 - 21.715.498
Biaya bunga:
Bunga tabungan 27.787.500 27.787.500 27.787.500
Bunga deposito 21.905.262 21.905.262 21.905.262
Bunga kredit Bukopin Linkage 121.641.496 121.641.496 121.641.496
Bunga kredit Andara Linkage 219.052.081 219.052.081 219.052.081
Bunga kredit CIMB Niaga Linkage 58.568.344 58.568.344 58.568.344
Bunga back to back BTN 10.083.333 10.083.333 10.083.333
Kepada pihak ketiga bukan bank
- Bunga deposito 3.730.810.928 3.730.810.928 3.730.810.928
- Bunga tabungan 147.551.605 147.551.605 147.551.605
Provisi 15.402.252 15.402.252 15.402.252
Biaya transaksi 4.502.128 4.502.128 4.502.128
Premi LPS 88.460.794 88.460.794 88.460.794
JUMLAH 4.505.058.561 4.148.936.730 4.148.936.730

Pendapatan operasional lainnya


Pendapatan administrasi simpanan 11.314.733 11.314.733 11.314.733
Pendapatan administrasi kredit 292.280.637 292.280.637 292.280.637
Pendapatan administrasi lainnya 35.718.315 35.718.315 35.718.315
Pendapatan pengembalian biaya asuransi 385.491.518 385.491.518 385.491.518
Pendapatan denda/penalty 274.563.165 274.563.165 274.563.165
Pendapatan lainnya 1.151.775 1.151.775 1.151.775
JUMLAH 1.000.520.143 1.000.520.143 1.000.520.143

Biaya operasional
Biaya penyisihan kerugian/penyusutan
- Biaya penyisihan kerugian penempatan pada bank34.468.149
lain 34.468.149 34.468.149
- Biaya penyisihan kerugian kredit yang diberikan213.289.493 213.289.493 213.289.493

11
- Biaya penyusutan 113.561.759 113.561.759 113.561.759
Biaya pemasaran
- Discount pembayaran 27.639.015 27.639.015 27.639.015
- Iklan/promosi marketing 105.666.697 105.666.697 105.666.697 -
- Business agent funding 69.574.304 69.574.304 69.574.304
- Souvenir nasabah 9.202.081 9.202.081 9.202.081
- Promosi marketing deposito 50.394.583 50.394.583 50.394.583 -
Biaya administrasi dan umum
- Biaya pendidikan dan pelatihan 106.476.825 106.476.825 106.476.825
- Tenaga kerja 1.493.735.006 1.493.735.006 1.493.735.006
- Biaya asuransi 19.813.557 19.813.557 19.813.557
- Sewa 134.916.666 134.916.666 134.916.666
- Pajak-pajak 561.320 561.320 561.320
- Pemeliharaan dan perbaikan 94.543.470 94.543.470 94.543.470
- Barang dan jasa pihak ketiga 1.390.943.001 1.390.943.001 1.390.943.001
- Amortisasi 23.374.001 23.374.001 23.374.001
JUMLAH 3.888.159.927 3.888.159.927 3.732.098.647
LABA RUGI OPERASIONAL 1.617.418.777 1.261.296.946 1.417.358.226

Pendapatan (Biaya) non Operasional


Pendapatan non operasional
- Laba penjualan aset tetap dan inventaris agunan 11.075.583 11.075.583 11.075.583
- Lain-lain 2.171.088 2.171.088 2.171.088
Biaya non operasional
- Denda-denda 40.000 40.000 80.000 -
- Transfer payment 24.533.700 24.533.700 24.533.700
- Koran/majalah/karangan bunga, olahraga 12.559.250 12.559.250 12.559.250 -
- Lain-lain 2.939.000 2.939.000 2.939.000
JUMLAH - 26.825.279 - 26.785.279 - 14.226.029
Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan 1.590.593.498 1.234.511.667 1.403.132.197
Taksiran pajak penghasilan 301.746.147 231.432.522 263.043.624
LABA (RUGI) NETO 1.288.847.351 1.000.316.917 1.136.948.704

3. ANALISIS TERHADAP KOREKSI FISKAL PT PERKREDITAN RAKYAT

CIPTA CEMERLANG INDONESIA

3.1.Pendapatan Bunga

Akun Pendapatan Bunga meliputi pendapatan bunga kontraktual, pendapatan

provisi, dan biaya transaksi. Adapun uraian pendapatan bunga PT Bank

Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia sebagai berikut :

12
Pendapatan Jasa Giro
- Pendapatan jasa giro bank lain Rp 7.024.563
- Pendapatan bunga tabungan dari bank lain Rp 149.017.358
- Pendapatan bunga deposito dari bank lain Rp 200.079.910
} Koreksi
Fiskal
- Pendapatan bunga kredit yang diberikan Rp 7.755.279.047
- Akrual pendapatan bunga kredit Rp 169.659.300
- Akrual pendapatan bunga deposito Rp 85.555.996
Jumlah Rp 8.366.616.174
Pendapatan Provisi Rp 605.923.608
Biaya Transaksi -Rp 21.715.498
JUMLAH Rp 8.950.824.284

Dalam akun-akun pendapatan bunga, yang dikoreksi hanya pendapatan bunga

tabungan dan deposito serta pendapatan jasa giro dari bank lain karena

pendapatan tersebut telah dikenakan pajak penghasilan final sebagaimana yang

dimaksud dalam UU PPh Pasal 4 ayat 2.

3.2.Biaya Bunga

Pada laporan Laba Rugi PT Bank Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia

akun biaya bunga merupakan deductible expense karena biaya ini berhubungan

langsung dalam menghasilkan pendapatan. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 ayat 1

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Adapun analisa biaya tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Biaya bunga kepada bank lain merupakan biaya bunga yang dibayarkan

kepada bank lain atas tabungan, deposito dan kredit yang dapat diakui sebagai

beban oleh ketentuan perpajakan.

b. Biaya Bunga kepada pihak ketiga bukan bank yang terdiri atas bunga

tabungan dan deposito menurut ketentuan perpajakan dapat dibebankan

karena biaya tersebut berhubungan dengan aktivitas perusahaan dalam

13
menghasilkan pendapatan. Hal ini sesuai dengan pasal 6 ayat 1 UU No 36

tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

c. Provisi kredit dapat diakui sebagai biaya karena berhubungan dengan

aktivitas perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dimana provisi kredit

ini merupakan biaya yang harus dibayar debitur saat kredit disetujui.

d. Premi LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) merupakan premi yang

dibayarkan perusahaan kepada lembaga penjamin simpanan sehingga biaya

ini tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. Dalam kegiatan pengumpulan dana

masyarakat, BPR menjual produk simpanannya kepada nasabah berupa

tabungan, deposito, atau bentuk lainnya dimana simpanan masyarakat

tersebut dijaminkan BPR kepada lembaga penjamin simpanan.

3.3.Pendapatan Operasional Lainnya

Pendapatan operasional lainnya merupakan pendapatan yang timbul dari aktivitas

yang mendukung kegiatan operasional BPR. Pendapatan ini tidak dilakukan

koreksi fiskal.

3.4.Biaya Operasional

3.4.1. Biaya Penyisihan Kerugian/ Penyusutan

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No 81/PMK 03/2009 tentang

pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan Yang Boleh Dikurangkan

Seagai Biaya yaitu cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan

badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak

14
opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang,

yang meliputi bank perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional

3.4.2. Biaya Penyusutan

Menurut UU PPh Pasl 6 ayat 1b, penyusutan atau pengeluaran untuk

memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1

(satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A merupakan objek pajak

yang dapat mengurangi penghasilan bruto. Dalam hal ini PT Bank

Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia telah menghitung biaya

penyusutan dengan menggunakan metode, masa manfaat, serta tarif

berdasarkan penjelasan Pasal 11 dan Pasal 11A UU No 36 Tahun 2008

tentang pajak penghasilan.

3.4.3. Biaya Pemasaran

a. Discount Pembayaran

Discount pembayaran merupakan salah satu pemasaran yang dilakukan

oleh BPR untuk pemotongan pembayaran apabila pembayaran tersebut

dibayar tepat pada waktunya oleh konsumen. Karena hal tersebut

berhubungan dengan aktivitas dalam mendapatkan penghasilan maka

tidak perlu dilakukan koreksi fiskal

b. Iklan / promosi marketing

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No 02/PMK 03/2010 tentang

biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu

apabila wajib pajak membuat daftar nominatif yang formatnya tertulis

15
dalam aturan. Dalam hal ini PT Bank Perkreditan Rakyat Cipta

Cemerlang Indonesia tidak memiliki daftar nominatif sehingga biaya

iklan/ promosi marketing tidak dapat diakui oleh fiskus sehingga

dilakukan koreksi fiskal positif.

c. Business agent Funding

Biaya ini berupa fee yang diberikan kepada business agent funding yang

bertugas mencari nasabah untuk BPR. Business agent funding dapat

diakui sebagai biaya dalam ketentuan perpajakan sehingga tidak perlu

dilakukan koreksi fiskal.

d. Souvenir Nasabah

Biaya ini dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan kegiatan dalam

mendapatkan penghasilan, sehingga tidak pelu dilakukan koreksi fiskal

e. Promosi Marketing deposito

Biaya ini dikoreksi fiskal positif oleh fiskus karena PT Bank Perkreditan

Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia tidak membuat daftar nominatif

sebagaimana yang tertulis dalam Peraturan Menteri Keuangan No

02/PMK 03/2010 tentang Biaya Promosi yang Dikurangkan Dari

Penghasilan Bruto.

3.5.Pendapatan Non Operasional

Laba penjualan aset tetap dan inventaris, merupakan keuntungan atas penjualan

aset tetap dan inventaris. Menurut UU PPh keuntungan atas penjualan harta

16
merupakan objek pajak yang dapat mengurangi penghasilan bruto sebagaimana

yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (1)

3.6.Biaya Non Operasional

a. Denda dalam beban non operasional ini merupakan denda Bank Indonesia

yang merupakan biaya bank yang oleh fiskus tidak dianggap sebagai biaya

sehingga perlu dilakukan koreksi fiskal positif.

b. Transfer Payment menurut ketentuan pajak dapat dijadikan sebagai

pengurang penghasilan bruto.

c. Koran/ majalah/ karangan bunga/ olahraga merupakan biaya yang tidak

berhubungan dengan aktivitas atau kegiatan perusahaan dalam mendapatkan

penghasilan sehingga pelu dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp

12.559.250

d. Lain-lain merupakan biaya terkait selisih kurang atau lebih dari akun lainnya

saat tercatatnya atau merupakan penyesuaian dari transaksi transaksi yang

kurang atau lebih di catat. Biaya ini dapat dibiayakan sebagai pengurang

bruto yang dalam hal ini PT Bank Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang

Indonesia

4. ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PT

BANK PERKREDITAN RAKYAT CIPTA CEMERLANG INDONESIA

4.1.Perhitungan Pajak Penghasilan berdasarkan Wajib Pajak

17
a. Laba bersih sebelum pajak menurut akuntansi Rp 1.590.593.498
b. Koreksi Fiskal
Koreksi negatif : Penghasilan yang dikenakan pph final Rp 356.121.831
Denda - denda Rp 40.000
Jumlah Koreksi Fiskal -Rp 356.081.831
LABA SEBELUM PAJAK MENURUT FISKAL Rp 1.234.511.667

Peredaran Usaha Bruto


- Pendapatan bunga Rp 8.594.702.453
- Pendapatan operasional lainnya Rp 1.000.520.143
JUMLAH Rp 9.595.222.596

Perhitungan PPh terutang menggunakan tarif PPh Pasal 31E Undang – Undang

No 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dengan menggunakan tarif

berdasarkan peredaran usaha bruto yang memperoleh fasilitas dan yang tidak

memperoleh fasilitas. Hal ini disebabkan jumlah peredaran bruto melebihi 4,8

milyar s/d 50 milyar.

Dari peredaran usaha bruto yang memperoleh fasilitas


- 4.800.000.000 / 9.595.222.596 x 1.234.511.667 Rp 617.563.161
Dari peredaran usaha bruto yang tidak ada fasilitas
- 1.234.511.667 - 617.543.152 Rp 616.948.506

PERHITUNGAN PPH :
- 50% x 25% x 617.543.152 Rp 77.195.395
- 25% x 616.928.515 Rp 154.237.126
PAJAK PENGHASILAN Rp 231.432.522

4.2.Perhitungan Pajak Penghasilan berdasarkan Fiskus

18
a. Laba bersih sebelum pajak menurut akuntansi Rp 1.590.593.498
b. Koreksi Fiskal
Koreksi negatif : Iklan / promosi marketing Rp 105.666.697
Promosi marketing deposito Rp 50.394.583
Denda - denda Rp 40.000
Koran/ majalah/ karangan bunga/ olahraga Rp 12.559.250
Koreksi negatif : Penghasilan yang dikenakan pph final Rp 356.121.831
Jumlah Koreksi Fiskal -Rp 187.461.301
LABA SEBELUM PAJAK MENURUT FISKAL Rp 1.403.132.197

Peredaran Usaha Bruto


- Pendapatan bunga Rp 8.594.702.453
- Pendapatan operasional lainnya Rp 1.000.520.143
JUMLAH Rp 9.595.222.596

Perhitungan PPh terutang menggunakan tarif PPh Pasal 31E Undang – Undang

No 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dengan menggunakan tarif

berdasarkan peredaran usaha bruto yang memperoleh fasilitas dan yang tidak

memperoleh fasilitas. Hal ini disebabkan jumlah peredaran bruto melebihi 4,8

milyar s/d 50 milyar.

Dari peredaran usaha bruto yang memperoleh fasilitas


- 4.800.000.000 / 9.595.222.596 x 1.403.132.197 Rp 701.915.404
Dari peredaran usaha bruto yang tidak ada fasilitas
- 1.403.132.197 - 701.915.404 Rp 701.216.793

PERHITUNGAN PPH :
- 50% x 25% x 617.543.152 Rp 87.739.426
- 25% x 616.928.515 Rp 175.304.198
PAJAK PENGHASILAN Rp 263.043.624

4.3.Perbandingan PPH terutang antara Wajib Pajak dan Fiskus

19
PPH MENURUT
PPH MENURUT
FISKUS
WP SETELAH
SETELAH SELISIH
REKONSILIASI
REKONSILIASI
FISKAL
FISKAL
Laba (Rugi) Sebelum Pajak 1.234.511.667 1.403.132.197 168.620.530
Penghasilan
Peredaran Usaha Bruto 9.595.222.596 9.595.222.596 -
- Dari peredaran usaha bruto yang 617.563.161 701.915.404 84.352.243
memperoleh fasilitas
- Dari peredaran usaha bruto yang 616.948.506 701.216.793 84.268.287
tidak ada fasilitas
Perhitungan Pajak -
- 50% x 25% 77.195.395 87.739.426 10.544.030
- 25% 154.237.126 175.304.198 21.067.072
PAJAK PENGHASILAN 231.432.522 263.043.624 31.611.102

Berdasarkan tabel diatas terdapat perbedaan rekonsiliasi fiskal yang dilakukan

oleh PT Bank Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia dan rekonsiliasi

fiskal yang dilakukan oleh pemeriksa/ fiskus. Menurut wajib pajak PPH terutang

sebesar Rp 231.432.522 sedangkan menurut Fiskus PPH terutang yang

seharusnya sebesar Rp 263.043.624. Hal ini menyebabkan adanya selisih sebesar

Rp 31.611.102 yang mengakibatkan perusahaan mengalami kurang bayar.

20
BAB IV

KESIMPULAN

1. PT Bank Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia melakukan koreksi fiskal

negatif pada pendapatan bunga kontraktual sebesar Rp 356.121.831 sehingga saldo

fiskal menurut WP yaitu Rp 8.010.494.343. Kemudian melakukan koreksi fiskal

positif pada biaya non operasional yaitu denda-denda sebesar Rp 40.000 sehingga

saldo fiskal menurut WP menjadi Rp 80.000.

2. Pada pos pendapatan bunga kontraktual, tidak ada perbedaan saldo fiskal menurut

WP maupun pemeriksa. Perbedaan terlihat pada pos iklan/promosi marketing. Saldo

fiskal menurut WP Rp 105.666.697 sedangkan menurut fiskus seharusnya dilakukan

koreksi fiskal positif sehingga saldo fiskal iklan/promosi marketing menjadi Rp 0.

Selain itu, pada pos promosi marketing deposito, saldo fiskal menurut WP yaitu Rp

50.394.583, sedangkan menurut fiskus seharusnya dilakukan koreksi fiskal positif

sehingga saldo fiskal promosi marketing deposito menjadi Rp 0. Kemudian pada pos

denda-denda, WP melakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp 40.000 dan saldo fiskal

menjadi Rp 80.000. Menurut fiskus seharusnya saldo denda-denda menjadi Rp 0.

Kemudian pada pos koran/majalah/karangan bunga, olahraga, saldo fiskal menurut

WP yaitu Rp 12.559.250, menurut fiskus seharusnya dilakukan koreksi positif

sehingga saldo fiskal koran/majalah/karangan bunga, olahraga menjadi Rp 0.

3. Menurut wajib pajak PPh terutang adalah sebesar Rp 231.432.522 sedangkan

menurut fiskus PPh terutang yang seharusnya sebesar Rp 263.043.624 sehingga

menyebabkan adanya selisih sebesar Rp 31.611.102 yang mengakibatkan perusahaan

mengalami kurang bayar.


21
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, S., & Estralita, T. (2010). Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Languju, R. C., Tinangon, J. J., & Elim, I. (2014). Analisis terhadap Koreksi Fiskal Pajak
Penghasilan pada PT. Bitung Mina Utama di Kota Bitung. Jurnal EMBA Vol. 2
No. 3.
Natalia, J. (2012). Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial untuk
Menghitung PPh Badan pada Perusahaan CV Tamba Palembang. Jurnal MDP.
Pontoh, W. (2013). Akuntansi Konsep dan Aplikasi. Jakarta Barat: Halaman Moeka.
Resmi, S. (2011). Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Setiadi, P. (2012). Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Berdasarkan Laba
Komersil dan Laba Fiskal pada PT BPR Dinar Pusaka Sidoarjo. Jurnal Media
Mahardika.
Sihombing, S. (2015). Analisis Penerapan Koreksi Fiskal PPh Badan dalam
Meminimalisisr Pajak Terutang PT. Anugerah Mega Lestari. Jurnal MDP.
Sondakh, S. G. (2015). Analisis Koreksi Fiskal atas Laporan Keuangan Komersial pada
PT Bank Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia. Jurnal EMBA Vol. 3 No.
4.
Suandy, E. (2011). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

22
23

Anda mungkin juga menyukai