Anda di halaman 1dari 13

A.

Prosedur Audit
Pengertian Prosedur Audit
Menurut Boynton, Johnson, dan Kell (2002) yang diterjemahkan Rajoe, A. A.,
Gania, G., dan Budi, I. S., prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan
auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang kompeten. (h. 236)
Menurut Mulyadi (2002), prosedur audit adalah instruksi rinci untuk
mengumpulkan bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu. (h. 82)
Jenis Prosedur Audit
Menurut Mulyadi (2002), prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor
meliputi:
1. Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik
sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap dokumen, auditor dapat
menentukan keaslian dokumen tersebut.
2. Pengamatan (observation) merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor
untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Permintaan keterangan (enquiry) merupakan prosedur audit yang dilakukan
dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari
prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.
4. Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor
memperoleh secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Prosedur yang biasa
ditempuh oleh auditor dalam konfirmasi ini adalah sebagai berikut:
a. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada
pihak luar.
b. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk
memberikan jawaban langsung kepada auditor mengenai informasi yang
ditanyakan oleh auditor tersebut.
c. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.
5. Penelusuran

(tracing).

Dalam melakukan audit ini, auditor

melakukan

penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam
dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses

akuntansi.
6. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) merupakan prosedur audit yang
meliputi:
a.

Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau


data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.

b. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.


7. Perhitungan (counting) meliputi : (1) perhitungan fisik terhadap sumber
daya berwujud seperti kas atau sediaan di tangan, dan (2) pertanggungjawaban
semua formulir bernomor urut tercetak.
8. Scanning merupakan penelaahan secara cepat terhadap dokumen, catatan dan
daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan
penyelidikan lebih dalam.
9. Pelaksanaan ulang (reperforming) merupakan pengulangan aktivitas yang
dilaksanakan

oleh

klien.

Umumnya

diterapkan

pada

perhitungan

dan

rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien.


10. Computer-assisted

audit

techniques.

Bilamana

catatan

akuntansi

diselenggarakan dalam media elektronik, auditor perlu menggunakan computerassisted audit techniques dalam menggunakan berbagai prosedur audit yang
dijelaskan di atas.

B. Kertas Kerja
Pengertian Kertas Kerja Audit
Menurut Mulyadi (2002) disadur dari SPAP ( SA seksi 339 paragraf 3 ), kertas
kerja adalah catatan catatan yang diselenggarakan oleh auditor menngenai prosedur audit
yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan
kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.
Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
a. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah
direncanakan dan disupervisi dengan baik.
b. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman
memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
c. Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah
diperoleh, prosedur audit telah diterapkan, dan pengujian telah dilaksanakan, yang
memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan.
Tujuan Kertas Kerja
Menurut Mulyadi (2002), ada empat tujuan penting pembuatan kertas kerja audit:
1. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan audit.
2. Menguatkan kesimpulan kesimpulan auditor dan kompetensi auditnya.
3. Mengkoordinasikan dan mengorganisasi semua tahap audit.
4. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya. (h.96)
Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi dalam Kertas Kerja.
SA Seksi 339 kertas kerja paragraf no 06, mengatur bahwa kertas kerja adalah milik
kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor. Namun, hak
kepemilikkan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasanpembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku,
untuk menghindarkan penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan
yang tidak semestinya.

Sebagian besar informasi yang disediakan oleh klien untuk auditor bersifat rahasia.
Oleh karena itu, klien tidak akan dengan rela melepaskan informasi yang menjadi rahasia
perusahaanya kepada auditor, jika klien tidak memperoleh jaminan dari auditor mengenai
penjagaan kerahasiaan informasi tersebut. Dan karena hampir semua informasi yang
diperoleh auditor dicatat dalam kertas kerja, maka auditor, kertas kerja merupakan hal yang
bersifat rahasia.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pembuatan kertas
kerja yang baik.
1. Lengkap
a. Berisi semua informasi yang pokok.
b. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan.
2. Teliti
3. Ringkas
4. Jelas
5. Rapi
Jenis Kertas Kerja Audit
Menurut Mulyadi (2002), kelompok kertas kerja terdiri dari berbagai macam
yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam lima tipe kertas kerja berikut ini:
1. Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur
tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan
tipe bukti audit audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit.
2. Working trial balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku
besar pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolomkolom untuk adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor,
serta saldo-saldo setelah koreksi auditor yang akan tampak dalam laporan keuangan
auditan.
3. Ringkasan jurnal adjustment
4. Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi
yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan.
5. Skedul pendukung harus dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh
auditor dalam memverifikasi dan menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan

dalam daftar tersebut, metode verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang


timbul dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut.

C. Bukti Audit
Pengertian Bukti Audit
Menurut Mulyadi (2002), bukti audit adalah segala informasi yang mendukung
angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.
(h.71)
Menurut Arrens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf
(2003), bukti audit adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor dalam
menentukan kesesuian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang
ditetapkan. (h. 2)
Tipe Bukti Audit
Menurut Mulyadi (2002), tipe bukti audit dapat digolongkan menjadi dua golongan:
1. Tipe data akuntansi:
a. Pengendalian intern
Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus
dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor. Jika pengendalian
auditor lemah, auditor harus mengumpulkan jumlah bukti audit yang lebih
banyak.
b. Catatan akuntansi
Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit tergantung pada pengendalian
intern yang diterapkan dalam penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut.
2. Tipe informasi penguat:
a. Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi
atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan
oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan dan kas.
b. Bukti dokumenter dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka
atau simbol-simbol yang lain. Bukti dokumenter dibagi menjadi tiga golongan:

Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang
dikirimkan langsung kepada auditor.

Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan
dalam arsip klien.

Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.

c. Perhitungan sebagai bukti:

Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.

Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.

Pembuktian ketelitian

perhitungan

biaya depresias

dengancara

menggunakan tarif depresiasi yang digunakan oleh klien.

Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba


per saham yang beredar, taksiran pajak perseroan dan lain-lain.

d. Bukti

lisan

adalah

jawaban

lisan

yang

diperoleh

dari

permintaan

keterangan.
Keterangan yang diminta oleh auditor akan meliputi masalah-masalah
yang sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen,
alasan

penggunaan

prinsip

akuntansi

yang

tidak

berterima

umum,

kemungkinan pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak tertagih, dan
kemungkinan adanya utang bersyarat.
e. Perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk
membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang
mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.
f. Bukti dari spesialis. Beberapa contoh tipe masalah yang kemungkinan
menurut pertimbangan auditor memerlukan pekerjaan spesialis meliputi,
namun tidak terbatas pada hal-hal berikut:
Penilaian

(misalnya

karya

seni,

obat-obatan

khusus,

dan

restricted securities).
Penentuan karakteristik fisik

yang

berhubungan dengan kualitas

yang tersedia atau kondisi (misalnya, cadangan mineral atau tumpukan


bahan baku yang ada di gudang).
Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau
metode khusus (misalnya, beberapa perhitungan actuarial).
Penafsiran

persyaratan

teknis,

peraturan

atau

persetujuan

(misalnya, pengaruh potensial suatu kontrak atau dokumen hukum


lainnya, atau hak atas property). (h.7)
3. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedsur yang membantu menjamin
bahwa arahan manajemen dilaksanakan.

4. Informasi

dan

komunikasi

adalah

pengidentifikasian,

pengungkapan

dan

pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan organisasi
melaksanakan tanggungjawabnya.
5. Pemantauan adalah proses yang menetukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. (h.319.2)

D. Sistem Pengendalian Intern

PEMAHAMAN ATAS PENGENDALIAN INTERN


Standar Pekerjaan Lapangan audit berbunyi : Pemahaman memadai atas
pengendalian intern audit dan menentukan sifat, dan lingkup pengeujian yang akan
dilakukan.
SA Seksi 319 Pertimbangan atas Pengendalian intern dalam Audit Laporan
Keuangan paragraph 06 menyebutkan Pengendalian Intern merupakan suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajmen, dan personel lain yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan organiasi berupa 3 golongan
tujuan pengendalian intern 1) keandalan laporan keuangan 2) kepatuhan terhadap hukum
dan peraturan yang berlaku dan 3) efektivitas dan efisiensi operasi.
Pengendalian intern suatu entitas memiliki keterbatasan bawaan yang melekat pada
tiap organiasi yaitu ; 1) kesalahan dalam pertimbangan, misalnya kesalahan pertimbangan
yang disebabkan oleh minimnya waktu dan data 2) adanya gangguan seperti kekeliruan
personel dalam memahami perintah 3) adanya kolusi 4) pengabaian dilakukan oleh personel
seperti pengabaian prosedur dan kebijakan serta 5) biaya yang harus lebih kecil daripada
manfaat dari pengendalian intern.
Setiap orang dalam organisasi menjadi pihak yang bertanggung jawab serta menjadi
bagian dalam pengendalian intern. Pihak-pihak tersebut antara lain manajemen, dewan
komisaris dan komite audit, auditor intern, personel lain entitas, auditor independen serta
pihak luar lain.
Manajer puncak bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengendalian intern yang
efektif ditingkat puncak, manajer keuangan bertanggung jawab atas perancangan,
implementasi, pemantauan, penilaian dan analisis kinerja pelaporan keuangan. Dewan
komisari dan audit bertugas menilai kinerja manajemen sedangkan komite audit
bertanggung jawab menujuk audit serta berkomunikasi dengan auditor mengenai lingkup
kerja, masalah yang ditemukan oleh auditor serta me-review laporan hasil audit. Auditor
intern bertanggung jawab memeriksa dan mengevaluasi pengendalian intern serta membuat
rekomendasi saran.
Unsur Pengendalian intern terdiri dari 1) lingkungan pengendalian, 2) penaksiran
resiko, 3)informasi dan komunikasi, 4) aktivitas pengendalian serta 5)pemantauan.

Tujuan Pengendalian Intern


Menurut SPAP ( SA seksi 319 paragraf 6 ), tujuan pengendalian intern antara
lain:
1. Keandalan pelaporan keuangan.
2. Efektivitas dan efisiensi operasi.
3. Kepatuhan terhaddap hukum dan peraturan yang berlaku. (h.319.2)
Pengendalian Intern Atas Penjualan

Menurut Arrens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf
(2003), pengendalian intern penjualan, yaitu:
1. Pencatatan penjualan didukung oleh dokumen pengiriman yang diotorisasi dan
order pelanggan disetujui.
2. Faktur penjualan prenumbered dan dipertanggungjawabkan dengan semestinya.
3. Rekening bulanan dikirim ke pelanggan; keluhan mendapatkan tindak lanjut yang
independen.
4. Dokumen pengiriman prenumbered dan dipertanggungjawabkan.

5. Faktur penjualan prenumbered dan dipertanggungjawabkan.


6. Penentuan

harga,

syarat

penjualan

dan

potongan

harga

mendapat

persetujuan sebagaimana mestinya.


7. Verifikasi intern atas penyiapan faktur.
8. Penggunaan bagian akun yang memadai.
9. Telaah dan verifikasi intern.
10. Prosedur yang diperlukan untuk penagihan dan pencatatan penjualan setiap
hari sedikit mungkin dari saat kejadian. (h. 363)
11.
12.
13.

Pengendalian Intern Atas Penagihan Piutang Usaha


Menurut Arrens dan Loebbecke diterjemahkan oleh Amir Abadi

Jusuf. (2003), pengendalian intern piutang usaha, yaitu:


1. Memeriksa dokumen sebelum tagihan dikirim ke pelanggan.
2. Membandingkan total dari berkas induk piutang usaha dengan akun buku besar.
3. pengujian terinci atas saldo penting untuk menetukan keberadaan piutang usaha yang
dicatat adalah konfirmasi saldo pelanggan.
4. Piutang usaha dicatat sebesar jumlah yang dapat direalisir (nilai realisasi).
5. Piutang usaha diperhitungkan dengan cepat.
6. Transaksi piutang yang terjadi dicatat dalam periode yang sesuai. (h. 439 444)
14.
15.

E. Audit Berbasis Resiko


16.
Audit Berbasis Resiko atau Risk Based Audit (RBA) merupakan pendekatan
audit yang berkembang pesat sejak tahun 2000an. Pendekatan ini saat ini mendapatkan
perhatian yang luas dan dianggap sebagai pendekatan yang paling efektif karena terbukti
paling cocok diterapkan untuk kondisi lingkungan bisnis yang selalu berubah-ubah seperti
sekarang ini. Indonesia telah meratifikasi ketentuan untuk menerapkan International
Standards on Auditing (ISA) mulai awal tahun 2013. ISA sepenuhnya mengadopsi
pendekatan Audit Berbasis Resiko, sehingga saat ini penerapan Audit Berbasis Resiko bagi
auditor di Indonesia menjadi hal wajib (mandatory)
17.
18. Mengapa memakai pendekatan berbasis resiko?
19.
Saya selalu mencontohkan Nokia dan Blackberry. Apa yang salah dari dua
perusahaan tersebut? Apakah mereka penjualaanya kecil? Apakah tata kelola mereka tidak
baik? Apakah mereka memiliki SDM yang tidak berkualitas? Jawaban terhadap semua
pertanyaan tersebut tentu saja adalah TIDAK. Tetapi mengapa mereka BANGKRUT. Karena
mereka terlambat merespon para pesaing dan perkembangan lingkungan, dan ini terjadi
sangat cepat. Pada tahun 2008 nilai pasar Blackberry adalah 84 Milyar dollar dan tahun 2013
atau lima tahun kemudian tinggal 4 Milyar dollar. Apabila anda menjadi auditor bagi Nokia
dan Blackberry, opini apa yang akan anda berikan?
20.
Artinya auditor sekarang dituntut tidak hanya memberikan keyakinan
memadai terkait kewajaran laporan keuangan, tetapi juga memberikan penilaian terhadap
keberlanjutan (going concern) perusahaan untuk paling tidak setahun kedepan. Pendekatan
lama auditor yang hanya berbasis transaksi ataupun siklus saat ini dipandang tidak cukup
untuk memberikan tingkat keyakinan memadai terhadap kewajaran laporang keuangan.
21.
Sebagai contoh, ketika persaingan semakin ketat dan situasi ekonomi sedang
krisis, disisi lain manajemen dituntut untuk terus meningkatkan performa maka dorongan
untuk terjadinya kecurangan keuangan menjadi sangat besar. Sehingga resiko yang harus
ditanggung auditor untuk terjadinya salah memberikan opini juga meningkat. Sehingga
auditor perlu melakukan modifikasi-modifikasi terkait strategi audit maupun prosedurprosedur yang dijalankan sehingga bisa meminimalisir terjadinya salah pemberian opini
tersebut.
22. Apa itu audit berbasis resiko?
23.
Audit berbasis resiko lebih berupa perubahan pola pandang dari pada
sebuah teknik. Memakai kacamata audit berbasis resiko auditor harus menilai
kemampuan manajemen dalam mengukur resiko, merespon resiko dan melaporkan

resiko. Apabila manajemen memiliki kemampuan yang cukup dalam mengukur,


merespon dan melaporkan resiko dalam suatu area atau proses, maka resiko bawaan
bisa diturunkan. Artinya auditor tidak harus meningkatkan tingkat ketelitian,
menambah prosedur atau menambahkan waktu analisa. Sebaliknya kalau manajemen
resiko klien buruk, maka auditor harus meningkatkan keteliatian, menambah prosedur
dan menambahkan waktu analisa. Sehingga bobot atau score resiko di masing-masing
area atau proses tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu dasar untuk penentuan
prioritas audit oleh auditor.
24.
Penentuan prioritas berdasarkan analisa resiko ini dianggap paling
tepat dalam upaya mengalokasikan waktu dan staff auditor yang terbatas. Audit
menggunakan sampling, dan selama ini metodologi audit mengatur bagaimana
pengambilan sampling yang paling efektif dan efisien. Efektif dalam arti sample yang
diambil tersebut haruslah mampu mewakili populasi yang akan diperiksa.
25.

Anda mungkin juga menyukai