Anda di halaman 1dari 7

Disusun oleh Kelompok 12:

1. Savina Agatha (195030400111001)


2. Ariefina Zulfani (195030401111036)
3. Sindy Alfa Rahma (195030401111037)
RESUME MATERI TAHAP-TAHAP AUDIT (2): PERENCANAAN AUDIT
Bukti Audit:
Bukti adalah Informasi yang digunakan oleh auditor dalam menarik kesimpulan sebagai basis
opini auditor. Bukti audit mencakup baik informasi yang terkandung dalam catatan akuntansi
yang mendasari laporan keuangan maupun informasi lainnya.
KEPUTUSAN BUKTI AUDIT

Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan
informasi penguat. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan
bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien.
Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh beberapa faktor:
 Relevansi → bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit.
 Sumber → bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya
merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi.
 Ketepatan waktu → berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh oleh
auditor.
 Objektivitas → bukti objektif umumnya lebih andal dibandingkan dengan bukti yang
bersifat subjektif.
SIFAT BUKTI

Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam pembuatan kesimpulan
(opini) dibuat. Bukti audit termasuk di dalamnya adalah: (1). catatan akuntansi yang
menghasilkan laporan keuangan, dan (2). Informasi lainnya yang berhubungan/terkait dengan
catatan akuntansi dan pendukung alasan logis dari auditor tentang laporan keuangan yang layak.
Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat. Sebagai contoh, catatan akuntansi termasuk di
dalamnya :
1. Cek dan catatan transfer dana elektronik.
2. Faktur
3. Kontrak/perjanjian
4. Buku besar umum dan buku besar anak perusahaan.
Jurnal entri dan penyesuaian lain untuk laporan keuangan yang tidak tercermin dalam jurnal
entri resmi.

JENIS BUKTI AUDIT


Dalam memutuskan prosedur-prosedur audit manakah yang akan digunakan, auditor dapat
memilihnya dari ketujuh kategori umum bukti audit. Kategori-kategori ini, dikenal sebagai jenis-
jenis bukti, disajikan sebagai berikut:
a. Pengujian fisik (physical examination)
Pengujian fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas aktiva yang
berwujud (tangible asset).Jenis bukti ini sering berkaitan dengan persediaan dan kas, tetapi dapat
pula diterapkan untuk berbagai verifikasi atas surat berharga, surat piutang, serta aktiva tetap
yang berwujud Pemeriksaan langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang
paling objektif dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik
merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya.
b. Konfirmasi (confirmation)
Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis mupun lisan dari pihak
ketiga yang independen yang memverifikasikan keakuratan informasi sebagaimana yang diminta
oleh auditor. Permintaan ini ditujukan bagi klien, dan klien meminta pihak ketiga yng
independen untuk memberikan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Karena
konfirmasi-konfirmasi ini datang dari berbagai sumber yang independent terhadap klien, maka
jenis bukti audit ini sangatlah dihargai dan merupakan jenis bukti yang paling sering
dipergunakan, walaupun banyak menghabiskan waktu dan biaya.
Ada tiga jenis konfirmasi yaitu:
o Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk menyatakan
persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.
o Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk mengisikan
saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang ditanyakan.
o Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan
jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang
ditanyakan.
c. Dokumentasi (documentation)
Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk
mendukung informasi yng tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Berbagai
dokumen yang di uji auditor adalah catatan-catatan yang dipergunakan oleh klien untuk
menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis yang terorganisasi. Karena pada umumnya setip
transaksi dalam organisasi klien ini minimal didukung oleh selembar dokumen,maka jenis bukti
audit ini tersedia dalam jumlah besar.
d. Prosedur analitis (analytical procedures)
Prosedur Analitis menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan-hubungan untuk menilai
apakah saldo-saldo akun atau data lainnya nampak wajar.
e. Wawancara kepada klien (inquiries of the client)
Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tertulis dari
klien sebagai tanggapannya atas berbagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang diajukan
oleh auditor. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi
dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya
utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih.
f. Hitung uji (reperformance)
Hitung uji ini melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan transfer informasi yang
dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit pada sejumlah sampel
yang diambil auditor.
g. Observasi (observation)
Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitas-aktivitas tertentu. Sepanjang
proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi auditor untuk mempergunakan indera
penglihatan, pendengaran, perasa, dan penciumannya dalam mengevaluasi berbagai item yang
sangat beraneka ragam. Merupakan kewajiban auditor untuk menindaklanjuti berbagai kesan
pertama yang didapatnya dengan berbagai bentuk bukti audit lainnya yang bersifat nyata.

DOKUMENTASI AUDIT (KERTAS KERJA AUDIT)

Kertas kerja sering juga disebut dengan neraca lajur (work sheet) yaitu suatu daftar yang terdiri
dari lajur atau kolom-kolom neraca saldo, ayat jurnal penyesuaian serta laporan keuangan yang
dibuat untuk menyajikan semua data akuntansi yang diperlukan pada akhir periode akuntansi.
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor tentang prosedur audit
yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan
yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Contoh kertas kerja adalah program audit, analisis,
memorandum, surat konfirmasi, representasi, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan
daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Kertas kerja dapat pula berupa data
yang disimpan dalam pita magnetik, film, atau media yang lain.

DEFINISI KERTAS KERJA


SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai berikut: “Kertas
kerja adalah catatan-catatn yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang
ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang
dibuatnya sehubungan dengan auditnya.” Contoh kertas kerja adalah program audit hasil
pemahaman terhadap pengndalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi
klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau
diperoleh auditor. Data kertas kerja dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang
lain. Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dukumentasi yang
memperlihatkan :
1. Pemeriksaan telah direncanakan dan di supervise dengan baik, yang menunjukan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal telah diperoleh untuk
merancangkan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakuan.
3. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah di terapkan dan pengujian
yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti yang kompeten yang cukup sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menunjukan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Menurut IBK.Bayangkara kertas kerja audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat dan
data-data yang dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas audit. Untuk
memberikan gambaran yang lengkap terhadap proses audit, KKA harus mencerminkan langkah-
langkah audit yang ditempuh :

a. rencana audit
b. pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas system control internal
c. prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh dan kesimpulan yang
dicapai.
d. penelahaan kertas kerja audit oleh penyedia
e. laporan audit
tindak lanjut dari tindakan perbaikan

KEPEMILIKAN DAN KERAHASIAAN KERTAS KERJA


Menurut SA (Standar Audit) Seksi 230 mengenai Dokumentasi Audit, dijelaskan bahwa kertas
kerja adalah milik auditor. Meskipun demikian, hak kepemilikan kertas kerja oleh auditor masih
tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik yang berlaku, untuk menghindari penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh tujuan
yang tidak semestinya.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik 301 memuat aturan yang berkaitan dengan
kerahasiaan kertas kerja “Anggota kompartemen akuntan publik tidak diperkenankan
mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan klien”. Hampir semua informasi
yang diperoleh auditor dicatat dalam kertas kerja, maka bagi auditor, kertas kerja audit
merupakan hal yang bersifat rahasia.
Kode Etik IAI memuat pasal yang mengatur kerahasiaan kertas kerja, pasal 19 Kode Etik
Akuntan Indonesia yang berbunyi sebagai berikut.
“Seorang akuntan publik harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperolehnya selama
penugasan professional, dan tidak boleh terlibat dalam pengungkapan fakta atau informasi
tersebut, bila ia tidak memperoleh ijin khusus dari klien yang bersangkutan, kecuali jika
dikehendaki oleh hukum, atau Negara, atau profesinya.”
Meskipun kertas kerja dibuat dan dikumpulkan auditor dalam daerah wewenang klien, dari
catatan-catatan klien, serta atas biaya klien, hal pemilikan atas kertas kerja tersebut sepenuhnya
tetap berada di tangan akuntan publik, bukan milik klien atau pribadi auditor. Karena kertas kerja
audit tidak hanya berisi informasi yang diperoleh auditor dari catatan klien saja, tetapi berisi pula
program audit yang akan dilakukan oleh auditor, maka tidak semua informasi yang tercantum
dalam kertas kerja dapat diketahui oleh klien.
Karena sifat kerahasiaan yang melekat pada kertas kerja audit, auditor harus menjaga kertas kerja
dengan cara mencegah terungkapnya informasi yang tercantum dalam kertas kerja kepada pihak-
pihak yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, organisasi pemeriksaan harus menetapkan
kebijakan dan prosedur yang wajar mengenai pengamanan dan penyimpanan dokumentasi
pemeriksaan selama waktu tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Sesuai dengan SA (Standar Audit), auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga
keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya dalam periode yang dapat memenuhi kebutuhan
praktiknya dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku mengenai penyimpanan dokumen.
Dengan demikian, jelas bahwa tidak semua kertas kerja dapat menjadi konsumsi publik.
Terdapat banyak aturan dan kode etik yang membatasi penggunaan kertas kerja oleh pihak-pihak
tertentu termasuk auditor yang membuat kertas kerja audit. Adanya pembatasan ini bukan berarti
membatasi ruang gerak dari para professional yang bekerja di dalamnya, tetapi lebih melindungi
tidak hanya terkait data dari klien, tetapi juga auditor itu sendiri.
TIPE KERTAS KERJA
Isi ketas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulan dan dibuat oleh auditor dalam
auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan
ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini :
1. Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan
prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus
diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur
audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan
keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukan indeks kertas
kerja yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang
bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerja audit. Program audit
dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit
beserta komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam yang
akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor yang berperan sebagai supervisor dapat
mengikuti program audit yang sedang berlangsung.
2. Working Trial Balance
Working Trial Balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar pada
akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom untuk adjustment dan
penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi auditor
yang akan tampak dalam laporan keuangan auditan (audited financial statements). Working trial
balance ini merupakan daftar permulaan yang harus dibuat oleh auditor untuk memindahkan
semua saldo akun yang tercantum dalam daftar saldo (trial balance) klien. Dalam proses audit,
working trial balance ini digunakan untuk meringkas adjustment dan penggolongan kembali
yang diusulkan oleh auditor kepada klient serta saldo akhir tiap-tiap akun buku besar setelah
adjustment atau koreksi oleh auditor. Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama
dengan lembar kerja (work sheet) yang digunakan oleh klien dalam proses penyusunan laporan
keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan, klien menempuh beberapa tahap sebagai
berikut :
a. Pengumpulan bukti transaksi
b. Pencatatan dan Penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu
c. Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar
d. Pembuatan lembar kerja.
e. Penyajian laporan keuangan
Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan
auditan. Adapun tahap-tahap penyusunan laporan keuangan auditan tersebut adalah sebagai
berikut :
1) Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan skedul pendukung
( supporting schedules).
2) Peringkasan informasi yang terdapat dalam skedul pendukung ke dalam skedul
utama ( lead schedules atau top schedules) dan ringkasan jurnal adjustment.
3) Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan
jurnal adjustment ke dalamworking trial balance
4) Penyusunan laporan keuangan auditan.
3. Ringkasan Jurnal Adjusment
Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan keuangan
dan catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor
membuat draft jurnal adjustment yang nantinya akan dibicarakan dengan klien. Disamping itu,
auditor juga membuat jurnal penggolongan kembali (reclassification entries) untuk unsur, yang
meskipun tidak salah dicatat oleh klien, namun untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan
yang wajar, harus digolongkan. Jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditor biasanya diberi
nomor urut dan untuk jurnal penggolongan kembali diberi identitas huruf. Setiap
jurnal adjustment maupun jurnal penggolongan kembali harus disertai penjelasan yang lengkap.
Jurnal adjustment berbeda dengan jurnal penggolongan kembali. Jurnal penggolongan kembali
digunakan oleh auditor hanya untuk memperoleh pengelompokkan yang benar dalam laporan
keuangan klien. Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan kembali suatu jumlah dalam kertas
kerja auditor; tidak untuk disarankan agar dibukukan ke dalam catatan akuntansi klien. Di lain
pihak, jurnal adjustment digunakan oleh auditor untuk mengoreksi catatan akuntansi klien yang
salah, sehingga jurnal ini disarankan oleh auditor kepada klien untuk dibukukan dalam catatan
akuntansi kliennya. Oleh auditor, jurnal adjustment dan penggolongan kembali ini mula-mula
dicatat dalam skedul pendukung dan ringkasan jurnal adjustment. Emudian jurnal-jurnal tersebut
diringkas dari berbagai skedul pendukung ke dalam skedul utama yang berkaitan ank e
dalam working trial balance.
4. Skedul Utama
Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat
dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk
menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan
dalam laporan keuangan dalam satu jumlah. Skedul utama memiliki kolom yang sama dengan
kolom-kolom yang terdapat dalam working trial balance. Jumlah total tiap-tiap kolom dalam
skedul utama dipindahkan ke dalam kolom yang berkaitan dengan working trial balance.
5. Skedul Pendukung
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam laporan
keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang menguatkan
informasi keuangan dan operasional yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung
harus dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor dalam memverifikasi dan
menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode verifikasi yang
digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Skedul
pendukung harus memuat juga berbagai simpulan yang dibuat oleh auditor.

PENGINDEKSAN KERTAS KERJA


Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam
bebagai daftar yang terdapat diberbagai tipe kertas kerja. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai berikut :
1. Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atu di sudut bawah.
2. Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut :
a. Indeks silang dari skedul utama.
b. Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya.
c. Indeks silang antarskedul pendukung.
d. Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjusment.
e. Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
f. Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit dengan kertas
kerja.
Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak diberi
indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.

Metode Pemberian Indeks Kertas Kerja

Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja :


1. Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan
skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul utama yang
berkaitan.
2. Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode huruf,
sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.

SUSUNAN KERTAS KERJA


Tujuan disusun secara sismatik dan dalam urutan logis adalah untuk memudahkan review
atas kertas kerja yang dihasilkan oleh asistant atau staff auditor. Urutannya sebagai berikut :
1. Draft Laporan Audit (Audit Report)
2. Laporan Keuangan Auditan
3. Ringkasan Informasi bagi reviewer
4. Program Audit
5. Laporan Keuangan/Lembar Kerja (Work sheet) yang dibuat clien
6. Ringkasan Jurnal Adjustment
7. Working Trial Balance
8. Skedul Utama
9. Skedul Pendukung

Anda mungkin juga menyukai