PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan umum dari penugasan audit terhadap laporan keuangan adalah memberikan
pendapat apakah laporan keuangan, dalam segala aspek yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan,
auditor mengumpulkan bukti audit. Auditor harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan
yang memadai untuk mengumpulkan bukti audit yang meyakinkan dalam setiap pengauditan
untuk memenuhi standar profesi.
Meskipun catatan akuntansi meyediakan bukti audit yang cukup untuk mendukung
pendapat auditor, namun catatan tersebut
dikumpulkan auditor. Auditor juga mengumpulkan bukti audit dengan melaksanakan pengamatan
langsung terhadap perhitungan fisik persediaan, mengajukan permintaan keterangan, dan
mendapatkan bukti dari berbagai sumber dari luar perusahaan klien.
Dalam makalah ini akan diuraikan berbagai jenis bukti audit yang dikumpulkan oleh
auditor selama audit, berbagai faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengambilan
bukti audit, keputusan jenis bukti audit yang dibuat oleh auditor dan pendokumentasian hasil
pengauditan.
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis Jenis Bukti Audit
Dasar untuk setiap pengauditan adalah bahan bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi
oleh auditor. Bukti audit digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang
sedang di audit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Bukti audit merupakan segala informasi yang mendukung angka - angka atau informasi
lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar
untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data
akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan auditor bahwa
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Bukti audit mencakup informasi yang sangat persuasif, misalnya perhitungan auditor atas
sekuritas yang diperjualbelikan dan informasi yang kurang persuasif, misalnya respons atas
pertanyaan pertanyaan dari para karyawan klien.
Buku harian, buku besar dan buku pembantu, memo, dan catatan tidak resmi seperti
daftar lembaran kerja (work sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi
secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Informasi pendukung
lainnya meliputi semua dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan
pernyataan tertulis dari pihak yang kompeten, informasi yang diperoleh auditor melalui tanya
jawab, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang dihasilkan atau
tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan dengan alasan kuat.
Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit, dan hal itu
dinyatakan dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Ikatan Akuntan Indonesia (2001 : 326 pr. 1)
menyatakan bahwa : Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi : Bukti audit kompeten yang
2
cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pernyataan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Keputusan yang Harus Diambil oleh Auditor Berkaitan dengan Bukti Audit
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan
keputusan yang saling berkaitan, yaitu:
1. Penentuan prosedur audit yang digunakan.
2. Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu.
3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi.
4. Penentuan waktu yang cocok untuk prosedur audit tersebut.
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus
memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa. Sebagai
contoh, auditor telah menentukan bahwa 400 faktur penjualan dari populasi sebesar 1500 akan
diperiksa mengenai otorisasi dan ketelitian yang tercantum di dalamnya. Auditor dapat
menggunakan beberapa metode yang berbeda untuk memilih 400 faktur penjualan dari populasi
tersebut. Tiga metode yang mungkin digunakan auditor adalah: (1) memilih minggu tertentu
sebagai periode pengujian (test period) dan memeriksa 400 faktur penjualan pertama yang dibuat
dalam minggu tersebut, (2) memilih 400 faktur penjualan yang berisi total rupiah di atas Rp.
40.000,- (3) memilih 400 faktur penjualan tersebut secara acak.
Dalam menentukan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilih
dari delapan kategori umum bukti audit, yang disebut jenis-jenis bukti audit. Setiap prosedur
membutuhkan satu atau lebih jenis prosedur tersebut. Jenis-jenis bukti audit, yaitu :
1
Pemeriksaan Fisik
Merupakan pemeriksaan atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas asset
berwujud. Jenis bukti ini sering kali dikaitkan dengan persediaan kas, namun dapat pula
diterapkan untuk memverifikasi surat-surat berharga, piutang dagang, dan asset tetap. Jika objek
yang diuji, misalnya sebuah faktur penjualan, tidak memiliki nilai instrinsik, bukti ini disebut
dengan dokumentasi. Misalnya, sebelum cek ditandatangani, bilyet ini dinamakan sebuah
dokumen, setelah cek ditandatangani bilyet ini menjadi asset.
Pemeriksaan fisik merupakan sarana langsung untuk memverifikasi apakah suatu asset
benar-benar ada (tujuan keberadaan), dank e tingkat yang lebih kecil adalah apakah asset-aset
yang ada telah dicatat (tujuan kelengkapan). Umumnya pemeriksaan fisik merupakan alat yang
objektif untuk menentukan kuantitas maupun gambaran asset tersebut. Pemeriksaan fisik bukan
merupakan bukti yang memadai untuk memverifikasi bahwa ase-aset yang ada benar-benar
dimiliki oleh klien dan dalam banyak kasus auditor tidak memiliki kompetensi untuk menilai
factor kualitatif seperti, keusangan atau keaslian.
Konfirmasi
Konfirmasi merupakan jawaban lisan atau tertulis yang diterima dari pihak ketiga yang
independen untuk melakukan verifikasi atas keakuratan informasi yang diminta oleh auditor.
Permintaan tersebut diberikan kepada klien dan klien meminta pihak ketiga yang independen
untuk menjawab langsung kepada auditor tersebut. Karena konfirmasi berasal dari sumber
independen klien, maka bukti ini sangat dihargai dan sering kali digunakan. Namun, konfirmasi
ini relatif mahal untuk didapatkan dan dapat menimbulkan ketidakyamanan bagi mereka yang
diminta untuk menjawabnya. Sehingga konfirmasi tidak dapat digunakan dalam segala kondisi
yang tidak memungkinkan. Karena keandalan yang tinggi, auditor biasanya mendapatkan
jawaban tertulis daripada jawaban lisan ketika konfirmasi ini dilakukan.
Standar audit menentukan dua jenis permintaan konfirmasi, yaitu konfirmasi positif dan
konfirmasi negatif. Sebuah konfirmasi positif meminta penerima untuk menjawab pertanyaan
dalam semua kondisi. Ketika auditor tidak menerima jawaban atas konfirmasi positif, biasanya
auditor akan mengirim permintaan konfirmasi kedua atau ketiga dan dalam beberapa kasus
bahkan meminta klien untuk untuk menghubungi pihak ketiga yang independen dan memintanya
untuk menjawab pertanyaan auditor. Jika semua usaha telah gagal atau dianggap terlalu mahal,
auditor dapat melakukan prosedur alternatif untuk menguji saldo piutang ketika tidak ada respon
yang diterima. Dengan konfirmasi negatif, penerima hanya diminta untuk merespon bilamana
5
informasi yang diberikan adalah salah, dan tidak ada pengujian tambahan yang dilakukan untuk
permintaan yang tidak direspon. Akibatnya, konfirmasi negatif menghasilkan bukti yang kurang
andal dibandingkan dengan konfirmasi positif.
Agar menjadi bukti yang andal, konfirrmasi harus dikendalikan oleh auditor dan sejak
formulir konfirmasi disiapkan sampai dengan dikembalikan dari responden.
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pemeriksaan auditor atas dokumen-dokumen dan catatan klien
untuk membuktikan informasi yang harus, atau sebaiknya, dimasukkan dalam laporan keuangan.
Dokumen yang diuji oleh klien untuk memberikan informasi untuk menjalankan usahanya
dengan cara yang terstruktur, dan dapat tersaji secara tertulis diatas kertas, dalam bentuk
elektronik atau media lainnya. Karena setiap transaksi diorganisasi klien biasanya didukung oleh
setidaknya stu dokumen, sejumlah besar bahan bukti ini biasanya tersedia.
Dokumen dapat dibagi dalam dokuen internal dan eksternal. Sebuah dokumen internal
telah disiapkan dan digunakan didalam organisasi klien dan faktur penjualan, catatan kerja waktu
karyawan, dan laporan penerimaan persediaan. Sebuah dokumen eksternal telah ditangani oleh
seseorang diluar organisasi klien dan berakhir ditangan klien.
Factor penentu utama atas kesediaan auditor untuk menerima suatu dokumen sebagai
bukti yang andal adalah apakah dokumen ini merupakan dokumen internal atau eksternal. Jika
internal, apakah dokumen ini dihasilkan dan diproses dalam kondisi pengendalian internal yang
baik. Dokumen internal yang dihasilkan dalam kondisi pengendalian internal yang lemah tidak
dapat dianggap sebagai bukti yang andal. Meskipun auditor harus mempertimbangkan keandalan
dokumen, auditor jarang melakukan verifikasi atas keabsahan dokumen tersebut. Auditor tidak
diharapkan untuk menjadi terlatih atau ahli dalam menguji keabsahan dokumen.
Karena dokumen eksternal telah berada ditangan klien maupun pihak lain yang terlibat
dalam transaksi tersebut, terdapat beberapa indikasi bahwa kedua pihak tersebut telah menyetujui
informasi dan persyaratan yang tercatat dalam dokumen tersebut. Sehingga, dokumen eksternal
6
dianggap sebagai bukti yang lebih andal dibandingkan dokumen internal. Beberapa dokumen
eksternal, seperti hak kepemilikan atas tanah, polis asuransi, persetujuan pinjaman dan kontrakkontrak lainnya memiliki keandalan yang sangat tinggi.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai apakah
saldo-saldo akun atau data lain yang muncul telah disajikan secara wajar dibandingkan dengan
perkiraan auditor. Dewan standar audit menyimpulkan bahwa prosedur analitis sangat penting
sehingga prosedur ini diharuskan selama fase perencanaan dan penyelesaian atas semua audit.
Memahami industri klien dan usaha klien
Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai industry dan bisnis klien sebagai bagian
dari perencanaa audit. Dengan melakukan prosedur analitis dimana informasi tahun
sebelumnya yang sudah diaudit atau data industri, perubahan-perubahan yang terjadi
dapat diamati. Perubahan-perubahan tersebut dapat menggambarkan tren penting atau
kejadian khusus, yang akan berpengaruh pada perencanaan audit.
Menilai kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha sebagai sesuatu yang berjalan baik
Prosedur analitis sering kali menjadi indicator yang berguna untuk menentukan apakah
perusahaan klien memiliki masalah-masalah keungan. Beberapa prosedur analitis dapat
membantu auditor dalam menilai kemungkinan kegagalan usaha.
Mengindikasikan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
adanya perdebaan yang signfikan dalam data keuangan tahun berjalan yang belum
diaudit dengan data lain yang digunakan sebagai perbandingan biasanya dinamakan
fluktuasi yang tidak biasa. Fluktuasi yang tidak biasa tersebut terjadi ketika perbedaan
yang signifikan yang tidak diperkirakan ternyata terjadi, atau ketika perbedaan
signifikan yang telah diperkirakan ternyata tidak terjadi. Adanya salah saji pembukuan
merupakan suatu penyebab yang mungkin atas adanya fluktuasi luar biasa tersebut. Jika
7
fluktuasi yang tidak biasa ini besar, auditor harus menentukan alasannya dan yakin
bahwa penyebab fluktuasi tersebut merupakan akibat dari kejadian ekonomi yang
sebenarnya dan bukan merupakan salah saji.
Mengurangi pengujian audit terperinci
Ketika suatu prosedur analitis tidak mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa,
hal ini menandakan adanya kemungkinan salah saji material dapat diminimalkan.
Dalam kasus demikian prosedur analitis menghasilkan bukti penting yang mendukung
pelaporan secara wajar atas saldo akun yang terkait, sehingga memungkinkan untuk
melakukan lebih sadikit pengujian yang terperinci terkait dengan akun-akun tersebut.
jawaban atas pertanyaan yang diberikan auditor. Meskipun bukti yang cukup andal diperoleh dari
klien melalui Tanya jawab, namun biasanya bukti ini tidak cukup andal diperoleh dari klien
melalui tanya jawab, namun biasanya bukti ini tidak cukup untuk menarik kesimpulan karena
tidak berasal dari sumber yang independen dan dapat bias sesuai dengan keinginan klien. Oleh
karena itu, ketika auditor mendapatkan bukti dari tanya jawab, biasanya juga penting untuk
mendapatkan bukti-bukti pendukung lainnya melalui prosedur lain. Bukti-bukti pendukung
merupakan bukti tambahan untuk mendukung bukti awal.
Penghitungan Ulang
Penghitungan ulang mencakup pengecekkan ulang atas contoh-contoh perhitungan yang
dilakukan oleh klien. Pengecekkan ulang atas perhitungan klien terdiri dari pengujian atas
keakuratan mematis klien dan mencakup prosedur-prosedur seperti peningkatan faktur-faktur
penjualan dan persediaan, penambahan jurnal-jurnal dan catatan pendukung, dan pengecekkan
atas perhitungan beban depresiasi dan beban-beban dibayar dimuka. Sebagian besar
penghitungan ulang yang dilakukan auditor saat ini dilakukan dengan program computer audit.
Pengerjaan Ulang
Pengerjaan ulang merupakan pengujian yang dilakukan oleh seorang auditor
independen terhadap prosedur pembukuan atau pengendalian yang awalnya dilakukan sebagai
bagian dari pembukuan entitas dan system pengendalian internal. Penghitungan ulang mencakup
pengecekan ulang atas perhitungan matematis, sedangkan pengerjaan ulang mencakup
pengecekk system pengendalian internal. Penghitungan ulang mencakup pengecekan ulang atas
perhitungan matematis, sedangkan pengerjaan ulang mencakup pengecekkan atas prosedur lain.
Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan panca indera untuk menilai aktivitas-aktivitas klien.
1. Ketepatan
Merupakan pengukuran terhadap kualitas bahan bukti, yang berarti bahan tersebut
relevan dan andal dalam memenuhi tujuan audit untuk kelompok-kelompok transaksi,
saldo-saldo akun dan pengungkapan yang terkait.
Ketepatan bahan bukti hanya menyangkut prosedur audit yang dipilih. Ketepatan tidak
dapat ditingkatkan dengan memilih sampel dengan ukuran yang lebih besar atau unsur
populasi yang berbeda. Ketepatan bahan bukti dapat ditingkatkan hanya dengan cara
memilih prosedur audit yang paling relevan atau memberikan bahan bukti yang paling
andal.
Relevansi bukti, bahan baku harus terkait dengan atau relevan terhadap tujuan audit
yang telah diuji sebelumnya oleh auditor sebelum bahan bukti tersebut dapat dikatakan
tepat. Relevansi hanya terkait dengan tujuan audi khusus, karena bahan bukti dapat
menjadi relevan untuk satu tujaun audit namun tidak untuk tujuan yang lain.
Keandalan bukti, keandalan bukti mengacu pada tingkat dimana bahan bukti dapat
dipercaya atau layak dipercaya. Seperti relevansi, jika bukti dianggap meyakinkan akan
sangat membantu auditor untuk yakin bahwa laporan keuangan telah disajikan secara
wajar. Ada enam karakteristik keandalan bahan bukti:
1) Independensi pemberi informasi
Bahan bukti yang didapatkan dari pihak luar entitas klien lebih andal dibandingkan
dengan bahan bukti yang didapatkan dari dalam.
2) Efektivitas pengendalian internal klien
10
Jika pengendalian internal efektif, bahan bukti yang menjadi lebih andal
dibandingkan dengan jika pengendalian internal klien lemah.
3) Pengetahuan langsung auditor
Bahan bukti yang didapatkan langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik,
pengamatan, perhitungan ulang dan pemeriksaan lebih andal daripada informasi yang
diperoleh secara tidak langsung.
4) Kualifikasi individu yang memberikan informasi
Meskipun sumber informasinya independen, bahan bukti tidak akan andal kecuali
individu yang memberikan informasi tersebut merupakan orang yang kompeten di
bidangnya.
5) Tingkat objektivitas
Bahan bukti objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bahan bukti yang
memerlukan penilaian untuk menentukan apakah bahan bukti tersebut benar adanya.
6) Ketepatan waktu
Ketepatan waktu dalam bukti audit mengacu pada kapan bahan bukti tersebut
dikumpulkan atau periode yang dicakup dalam audit tersebut. Bahan bukti biasanya
lebih andal untuk akun-akun neraca ketika bahan bukti tersebut didapatkan saat
mendekati tanggal neraca.
2. Kecukupan
Kuantitas bahan bukti yang didapatkan mencerminkan kecukupan. Kecukupan bahan
bukti umumnya diukur berdasarkan ukuran sampel yang dipilih oleh auditor. Untuk suatu
prosedur audit yang dipilih, bahan bukti yang didapatkan dari sampel yang berjumlah 100
biasanya dianggap lebih memadai daripada sampel yang berjumlah 50.
11
Beberapa faktor menentukan kecukupan ukuran sampel dalam pengauditan. Dua faktor
terpenting adalah ekspektasi auditor terhadap salah saji dan efektivitas pengendalian
internal klien.
Selain ukuran sampel, setiap unsur yang diuji akan memengaruhi kecukupan bahan bukti.
Sampel yang berisi unsur-unsur populasi dengan nilai nominal (rupiah) yang tinggi,
unsur-unsur yang memiliki kemungkinan salah saji yang tinggi, dan unsur-unsur yang
mewakili populasi biasanya dianggap memadai. Sebaliknya, kebanyakan auditor
menganggap sampel tidak memadai jika hanya berisi satu unsur yang memiliki nilai
nominal tertinggi dari populasi, kecuali jika unsur tersebut merupakan porsi terbesar dari
jumlah total populasi.
2.3 Dokumentasi Audit
Dokumen audit merupakan catatan utama atas prosedur audit yang diterapkan, bukti
yang didapatkan dan kesimpulan yang dicapai oleh auditor dalam suatu kontrak kerja.
Dokumentasi audit memasukkan informasi penting oleh auditor untuk melakukan audit dan
untuk mendukung laporan audit yang diberikan. Dokumen adit mengacu kepada kertas kerja,
meskipun dokumentasii audit yang disimpan dalam dokumen elektronik yang terkumputerisasi.
A Tujuan Dokumentasi Audit
Tujuan akhir dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam memberikan opini
yang beralasan bahwa pengauditan telah dilakukan dengan memadai sesuai dengan
standar audit. Dokumentasi audit terkait dengan periode berjalan, memberikan hal
berikut:
1
Data Untuk Menentukan Jenis Laporan Audit yang tepat, dokumentasi audit
memberikan informasi penting untuk membantu auditor dalam menentukan
apakah bahan bukti yang tepat dan memadai telah dikumpulkan untuk mendukung
laporan audit yang diterbitkan.
Sebuah Dasar Untuk Penelaahan Oleh Supervisor dan Partner, arsip audit
merupakan kerangaka utama dari referensi yang digunakan oleh supervisor untuk
penelaahan atas . pekerjaan yang dilakukan oleh asistennya. Penelaahan yang
seksama oleh supervisor juga memberikan bukti bahwa audit dilakukan dengan
pengawasan yang memadai. Arsip juga berguna untuk penyusunan laporan pajak,
laporan untuk BAPEPAM dan laporan lainnya.
13
Kertas kerja atau dokumen lain yang membentuk dasar pengauditan atas laporan
keuangan tahunan perusahaan atau penelaahaan atas laporan kuartalan perusahaan.
Dokumen tersebut berisi kesimpulan, opini, analisis atau data keuangan terkait
dengan pengauditan dan penelaahan.
Dokumen tersebut secara signifikan meningkatkan dokumen audit yang harus dsimpan
untuk pengauditan pada perusahaan publik.
D Materi dan Susunan
Materi dan susunan arsip-arsip audit yang umum adalah :
1
Arsip Permanen
Arsip permanen berisi data historis atau data yang sifatnya terus menerus terkait
dengan pengauditan periode berjalan. Dokumen ini memberikan informasi mengenai
pengauditan yang berlangsung terus menerus dari tahun ke tahun. Arsip permanen
biasanya mencakup hal- hal berikut :
Intisari atau salinan dokumen perusahaan yang terus menerus penting bagi perusahaan.
14
Informasi Umum Beberapa arsip audit memasukan informasi periode berjalan yang
bersifat umum daripada bukti yang dirancang untuk mendukung jumlah laporan
keuangan yang khusus.
Neraca Saldo Kertas Kerja karena dasar penyiapan laporan keuangan adalah buku
besar, jumlah yang dimasukkan dalam pencatatan merupakan inti dalam pengauditan.
seawal mungkin setelah tanggal neraca, auditor menyiapkan sebuah daftar dari akunakun buku besar dan saldo-saldo akhir tahun. Daftar itu adalah neraca saldo kertas
kerja. Teknik yang banyak digunakan oleh mayoritas KAP adalah auditor membuat
neraca saldo kertas kerja dengan format yang sama dengan laporan keuangan. Setiap
unsur pada kertas kerja didukung oleh daftar utama, yang terdiri dari akun-akun
terperinci dari buku besar.
Penyesuaian dan Reklasifikasi Ayat Jurnal Ketika auditor menemukan salah saji
yang material dalam pencatatan akuntansi, maka laporan keuangan harus di perbaiki.
Penyesuaian dan reklasifikasi ayat jurnal, yang secara signifikan mempengaruhi
kewajaran penyajian dalam laporan keuangan yang harus dicatat. Para auditor
memutuskan kapan salah saji harus disesuaikan berdasarkan faktor materialitas.
15
Daftar Pendukung
Bagian Paling besar dari dokumentasi audit termasuk perincian daftar pendukung yang
disiapkan klien atau auditor untuk mendukung jumlah yang khusus pada laporan
keuangan. Jenis-jenis utama dari daftar pendukung :
Analisis, suatu analisis darancang untuk menunjukkan aktivitas dalam akun buku besar
selama keseluruhan periode dalam proses audit, mengikat awal dan akhir dari saldo.
Neraca saldo atau daftar percobaan. Jenis daftar ini terdiri dari perincian yang
menyusun saldo akhir tahun dari akun buku besar.
Uji kewajaran. Sebuah jadwal uji kewajaran, seperti tercantum dalam namanya,
mengandung informasi yang memungkinkan auditor untuk mengevaluasi apakah saldo
klien mengandung salah saji dengan mempertimbangkan kondisi yang ada dalam
kontrak kerja.
Ringkasan prosedur. Jenis daftar lainnya dalah meringkas hasil-hasil dari proses audit
khusus. Sebuah ringkasan jadwal mendokumentasikan perluasan uji, penemuan salah
saji, dan kesimpulan audtor berdasarkan pengujian.
Informasi. Jenis daftar ini berisi informasi yang merupakan kebalikan dari bukti audit.
Dokumentasi pihak luar. Banyak dari isi data audit mengandung dokumentasi pihak
luar yang dikumpulkan oleh para auditor, seperti balasan konfirmasi, dan salinan
persetujuan klien.
16
Data audit harus diidentifikasi secara benar dengan informasi seperti nama klien,
periode waktu yang dikerjakan, penjelasan dari data audit, inisial nama pembuat
audit, tanggal persiapan dan tanggal indeks.
Dokumentasi audit dibuatkan indeks dan informasi silang untuk membantu dalam
penyusunan dan pengarsipan.
Dokumentasi audit yang lengkap harus secara jelas menandakan kerja audit yang
dilakukan.
Kesimpulan yang dicapai tentang segmen audit yang menjadi pertimbangan, harus
disebutkan dengan jelas.
Program-program ini biasanya berbasis Windows dan bisa dijalankan dengan mudah di computer
auditor. Paket perangkat lunak pengauditan ini cukup mudah untuk digunakan, bahkan oleh
auditor dengan sedikit pelatihan teknologi informasi, dan diaplikasikan untuk berbagai macam
klien dengan penyesuaian minimal. Para auditor juga bisa menggunakan software spreadsheet
untuk melakukan tes audit.
Auditor juga menggunakan teknologi untuk mengalihkan dokumentasi berbasis kertas
menjadi data elektronik untuk mengatur dan menganalisis dokumentasi audit.
bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit
yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak
terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Sanksi dan Denda
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995,
Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif berupa
denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:
1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara,
karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31
Desember 2001.
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT
Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus
juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil
mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma
(Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan.
Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal
menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 Tanggung
Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana
disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah
orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.
Pembahasan
19
Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan dihentikannya
jasa audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu
melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan, tetapi lebih karena
kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan penggelembungan
nilai persediaan. Kecurangan ini terkait dengan salah satu bukti audit yaitu data akuntansi yang
dimanipulasi dengan melakukan pencatatan ganda atas penjualan serta penggelembungan
terhadap nilai persediaan.
Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu tugas
audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan ada risiko
manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, dengan mengumpulkan bukti yang tepat
dan memadai untuk memberikan opini audit terkait penyajian laporan keuangan yang wajar.
Dalam kasus ini KAP HTM gagal mendeteksi adanya pencatatan ganda atas penjualan karena
pencatatan tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan. Hal ini berarti
salah satu dari keputusan bukti audit yang diambil oleh akuntan yakni ukuran sampel dan unsur
yang dipilih belum efektif.
Dari kasus yang menimpa KAP HTM di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
suatu pengauditan penting bagi seorang auditor untuk menentukan jenis dan jumlah yang tepat
dari bukti audit yang dikumpulkan serta keandalan dari bukti tersebut. Sebab, bukti yang yang
cukup dan memadai akan sangat membantu seorang auditor untuk yakin bahwa laporan
keuangan telah disajikan secara wajar. Mutu dari simpulan dan rekomendasi audit sangat
bergantung pada bukti audit.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu bagian penting dari pengauditan adalah menentukan jenis dan jumlah yang
tepat dari bukti audit yang dikumpulkan. Para auditor menggunakan delapan jenis bukti dalam
sebuah audit. Tingkat pendekatan bukti ini bergantung pada faktor kesesuaian maupun
kecukupan. Kesesuaian bukti audit ditentukan dengan relevansi antara tujuan audit dan
reliabiltasnya.
Dokumentasi audit adalah bagian penting dari setiap audit untuk secara efektif
merencanakan audit, untuk menyediakan catatan dari bukti yang diakumulasikan dan hasil dari
tes, untuk memutuskan jenis yang sesuai dari laporan audit, dan mengkaji kerja dari para asisten.
KAP membuat kebijakan dan pendekatan mereka sendiri untuk dokumentasi audit untuk
memastikan bahwa tujuan-tujuan ini dapat dipertemukan.KAP berkualitas memastikan
dokumentasi audit dipersiapkan dengan benar dan cukup untuk berbagai suasana dan kondisi
dalam audit.
21
DAFTAR PUSTAKA
22