Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN AKUNTANSI I

Modul 5

Bukti Audit

Salza Adzri Arismutia S.E, M.M

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat


sesuai dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat.

Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dari laporan auditor.


Bukti auditini memiliki sifat kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur
audit yang dilaksanakan selama proses audit bukti audit mengandung baik
informasi yang mendukung dan menguatkan asersi manajemen maupun
informasi yang bertentangan dengan asersi tersebut.

Prosedur audit untuk memperoleh bukti audit dapat mencakup


inspeksi, observasi, konfirmasi, penghitungan kembali, pelaksanaan ulang
(reperformance) dan prosedur analitis, dan sering kali memadukan
beberapa prosedur permintaan keterangan dari manajemen.

Kecukupan dan ketepatan bukti audit saling berkaitan satu dengan


yang lainnya. Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas
bukti audit yang dibutuhkan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko
kesalahan penyajian material (makin tinggi risiko, makin banyak bukti audit
yang dibutuhkan), namun, pemerolehan bukti audit yang makin banyak
tidak dapat mengompensasi buruknya kualitas bukti audit tersebut.

Ketepatan merupakan ukuran kualitas bukti audit; yang mencakup,


relevansi dan keandalan bukti audit yang mendukung auditor untuk
merumuskan opininya. Keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber
dan sifatnya, serta bergantung pada masing-masing kondisi bukti audit
yang diperoleh.

SA 330 mewajibkan auditor untuk menyimpulkan apakah bukti audit


yang cukup dan tepat telah diperoleh. Kecukupan dan ketepatan bukti
audit yang telah diperoleh untuk menurunkan risiko audit sampai pada
tingkat yang dapat diterima, dan dengan demikian memungkinkan auditor
untuk mengambil kesimpulan yang memadai sebagai basis bagi opini
auditor, merupakan suatu petimbangan profesional. SA 200 berisi

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

pembahasan tentang hal tersebut, seperti sifat prosedur audit, ketepatan


waktu pelaporan keuangan, dan pertimbangan antara manfaat dan biaya
yang merupakan faktor relevan bagi auditor untuk menggunakan pertim
bangan profesionalnya berkaitan dengan kecukupan dan ketepatan bukti
audit yang telah diperoleh.

Prosedur untuk Memperoleh Bukti Audit

Seperti yang disyaratkan dan dijelaskan lebih lanjut dalam SA 315


dan SA 330, bukti audit untuk menarik kesimpulan memadai sebagai basis
opini auditor dapat diperoleh dengan melaksanakan:

1. Prosedur penilaian risiko; dan


2. Prosedur audit lanjutan, yang terdiri atas:
1. Pengujian pengendalian, ketika disyaratkan oleh SA atau ketika
auditor telah memilih untuk melakukan hal tersebut; dan
2. Prosedur substantif, termasuk pengujian rinci dan prosedur
analitis substantif.

Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka


memberilkan pendapat atas laporan keuangan terdiri atas usaha untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity)
bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor
independen. Dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda dengan
bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan
yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap
kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka
memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Relevansi,
objektivitas, ketepatan waktu dan keberadaan bukti audit lain yang
menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi
bukti.

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

Untuk membuktikan efektif tidaknya pengendalian intern di suatu


perusahaan, akuntan publik harus melakukan compliance test atau test of
recorded transaction.

Untuk membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan posisi


keuangan (neraca) dan laba rugi, akuntan publik harus melakukan
substantive test dan analytical review.

Di samping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan dalam


standar tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya
untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Prosedur audit lain
tersebut meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung,
penghitungan, dan scanning. Dengan demikian, prosedur audit yang biasa
dilakukan oleh auditor meliputi:

1. Inspeksi.
2. Pengamatan (olservation).
3. Permintaan keterangan (enquiry).
4. Konfrmasi
5. Penelusuran (tracing)
6. Pemeriksaan bukti pendukung (vouching).
7. Penghitungan (couting)
8. Scanning.
9. Pelaksanaan ulang (reperforming).
10. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit
techniques)

Inspeksi. Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap


dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan
oleh auditor. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen,
auditor akan dapat menentukan keaslian dokumen tersebut. Dengan
melakukan inspeksi terhadap kondis fisk suatu akiva tetap misalnya,
auditor akan dapat memperoleh informasi mengenai eksistensi dan
keadaan fisik aktiva tersebut.

Pengamatan. Pengamatan atau observasi merupakan prosedur


audit yang digunakan oleh auditor untuk meliha atau menyaksikan
pelaksanaan suatu kegiatan. Contoh kegiatan yang biasa diamati oleh
auditor dalam auditnya adalah: penghitungan fisik sediaan yang ada di
gudang klien, pembuatan dan persetujuan voucher, cara penyimpanan

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

kas yang ada di tangan klien. Dengan pengamatan ini auditor akan dapat
memperoleh bukti visual mengenai pelaksanaan suatu kegiatan. Objek
yang diamati auditor adalah karyawan, prosedur, dan proses.

Konfrmasi. Seperti telah diuraikan di atas, konfirmasi merupakan


bentuk penyelidikan yangmemungkinkan auditor memperolch informasi
secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Prosedur yang biasa
ditempuh oleh auditor dalam konfirmasi ini adalah sebagai berikut:

1) Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu


kepada pihak luar.
2) Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk
memberikan jawaban langsung kepada auditor mengenai informasi
yang ditanyakan oleh auditor tersebut.
3) Auditor meierima jawaban langsung dari pihak ketiga tcrsebut.

Permintaan keterangan. Permintaan keterangan merupakan prosedur


audit yang dilakukandengan meminta ketcrangan secara lisan. Bukti audit
yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.
Contoh prosedur audit ini adalah; permintaan keterangan auditor
mengenai tingkat keuasangan sediaan yang ada di gudang, permintaan
keterangan yang diajukan kepada penasihat hukum klien mengenai
kemungkinan keputusan perkara pengadilan yang sedang ditangani oleh
penasihan hukum tersebut.

Penelusuran. dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor


melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut di rekam
pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan
data tersebut dalam proses akuntansi. Prosedur audit ini terutama
diterapkan terhadap bukti documenter.

Pemeriksaan dokumen pendukung, Pemeriksaan dokumen


pendukung (vouching) merupakan prosedur audit yang meliputi:

1. inspeksi trhadap dokunen-dokumen yang mendukung suatu


transaksi atau dara keuangan untuk menentukan kewajaran. dan
kebenarannya.
2. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang
berkaitan.

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

Prosedur audit ini berlawanan aahnya dengan prosedur penclusuran.


Dalam penelusuran, auditor bertolak dari dokumen kemudian mengusut
pencatatannya ke dalam catatan-catatan akuntansi yang berkaitan,
sedangkan dalam vouching, auditor bertolak dari catatan akuntansi,
kembali memeriksa dokumen-dokumen yang mendukung informasi yang
dicatat dalam catatan tersebut. Prosedur ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi
terhadap transaksi yang terjadi.

Penghitungan (counting).
Prosedur audit ini meliputi:

1. penghitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau


sediaan di tangan, dan
2. pertanggungjawaban semua formulirbernomor urut tercetak.
Penghitungan fisik digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik
kuantitas yang ada di tangan, sedangkan pertanggungjawaban
formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi
bukti dokumenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.

Scaning Scaning merupakan review secara cepat terhadap dokumen,


catatan dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa
yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.

Pelaksanaan ulang (reperforming). Prosedur audit ini merupakan


pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. Umumnya
pelaksanaan ulang diterapkan pada penghitungan dan rekonsiliasi yang
telah dilakukan oleh klien. Contohnya adalah penghitungan ulang jumlah
total dalam jurnal, perhitungan ulang biaya depresiasi, biaya bunga
terutang, perkalian antara kuantitas dengan harga satuan dalam inventory
summary sheets, dan penghitungan ulang penjumlahan dalam rekonsiliasi
bank.

Teknik audit berbantuan komputer (computer-asisted audit


teclniques). Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam
media elcktronik, auditor perlu menggunakan computer- asisted audit
techmiques dalarn menggunakan berbagai prosedur audit yang dijelaskan
di atas.
Sebagai contoh, auditor menggunakan suatu computer audit softuave
tertentu dalam melaksanakan penghitungan jumlah saldo piutang usaha
menurut buku pembantu piutang usaha, pemilihan nama debitur yang

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

akan dikirini surat konfirmasi, penghitungan berbagai ratio dalam prosedur


analitik, perbandingan unsur data yang terdapat dalam berbagai files. SA
Seksi 327 Teleilk Audir Berbaruan Komputer memberikan panduan bagi
auditor tentang penggunaan komputer dalam audit di lingkungan sistem
imformasi komputer.

SIFAT BUKTI AUDIT (AUDIT EVIDENCE)

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data


akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor.

Jurnal, buku besar dan buku pembantu, dan buku pedoman


akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work
sheet) dan spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan
rekonsiliasi keseluruhannya merupakan bukti yang mendukung laporan
keuangan. Data akuntansi ini seringkali dalam bentuk elektronik. Data
akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup bagi
suatu laporan keuangan; di pihak lain, tanpa cukup perhatian atas
kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang melandasinya, pendapat
auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.

Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik,


seperti cek; catatan electronic fund system; faktur; surat kontrak; notulen
rapat; konfirmasi dan representasi tertulis dari pihak yang mengetahui;
informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan,
pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik; serta informasi lain yang
dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya
menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan.
Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan
pemerolehan bukti tersebut. Bukti ekstern yang diperoleh dari pihak
independen di luar perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti dapat lebih
diandalkan/dipercaya keabsahannya daripada bukti yang diperoleh dari

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

dalam perusahaan itu sendiri (bukti intern). Semakin efektif pengendalian


intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data
akuntansi dan laporan keuangan. Pengetahuan auditor secara pribadi dan
langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan,
dan inspeksi, lebih bersifat menyim pulkan (persuasive evidence) daripada
buktiyang bersifat meyakinkan (convincing evidence).

Berikut ini memperlihatkan hubungan antara tipe audit dan prosedur audit
yang biasa digunakan oleh auditor untuk mendapatkan bukti audit
tersebut.

Contoh Penerapan
Tipe Bukti Prosedur Audit
Prosedur Audit

Inpeksi Inspeksi mesin pabrik


Bukti Fisik
Penghitungan Penghitungan kas

Konfirmasi Konfirmasi saldo bank

Inspeksi Inspeksi faktur penjualan

Penelusuran Menelusuri faktur penjualan


ke dalam kartu piutang

Bukti documenter usaha


Wawancara
Wawancara dengan
penasihat hukum klien yang
menghasilkan surat
pernyataan dari penasihat
hukum tersebut

Perhitungan Footing terhadap jurnal


Bukti perhitungan
kembali penjualan

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

Cross-footing terhadap
jurnal pembelian

Wawancara Meminta keterangan


Bukti lisan tentang tingkat keusangan
sediaan di gudang

Prosedur analitik Membandingkan realisasi


Bukti perbandingan penjualan dengan
anggarannya

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

COMPLIANCE TEST DAN SUBSTANTIVE TEST

Tes Ketaatan (Compliance Test) atau test of recorded transactions


adalah tes terhadap butki-bukti pembukuan yang mendukung transaksi
yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang
terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur
yang ditetapkan manajemen. jika terjadi penyimpangan dalam
pemrosesan dan pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah)-nya tidak
material, auditor harus memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan
tersebut terhadap efektivitas pengendalian intern.

Juga harus dipertim bangkan apakah kelemahan dalam salah satu


aspek pengendalian intern bisa di atasi dengan suatu "compensating
control": Misalnya:

Kesalahan yang
Kelemahan I/c Compensating Control
Ditemukan
1. Bukti Timbul kemungkinan 1. Subledger utang selalu
pengeluaran bukti pendukung di update dan setiap
kas dan bukti- digunakan untuk akhir bulan direconcile
bukti pembayaran yang dengan saldo utang di
pendukung kedua kalinya. buku besar
tidak di cap 2. Perusahaan memiliki
lunas bagian internal audit
yang cukup kuat dan
setiap bulan
memeriksa
kelengkapan bukti-bukti
pengeluaran kas.

2. Bukti Timbul kemungkinan Perusahaan menggunakan


pengeluaran penyalahgunaan imprest fund system untuk
kas tidak bukti tersebut untuk pengeluaran < Rp750.000
bernomor urut keuntungan pribadi untuk jumlah tercetak. >
Rp750.000 dibayar dengan
giro, yang urutan nomornya
selalu diawasi.

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

Compliance test biasanya dilakukan untuk transaksi berikut ini:

Jenis Transaksi Jenis Comliance Test Sampel yang


Digunakan

Sales Test
Faktur Penjualan
 Penjualan
Cash Receipts Test
 Penerimaan Kas Kuitasi
 Pengeluaran Kas Cash Disbursements
Nomor Check / Giro
 Pembelian Test
 Pembayaran Gaji dan Purchase Order
Purchase Test
Upah
Daftar Gaji
 Journal Koreksi / Payrol Test
Penyesuaian Jurnal Voucher
Journal Voucher Test

Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan hal-


hal berikut:

a. Kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)


b. Kebenaran perhitungan matematis (footing, cross footing,
extension)
c. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit
e. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar

Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam substantive test antara lin.

 inventarisasi aset tetap


 observasi atas stock opname
 konfirmasi piutang, utang dan bank
 subsequent collection dan subsequent payment
 kas opname
 pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan


kesalahan. kesalahan, harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut
jumlahnya material atau tidak. Jika kesalahannya material, auditor harus
mengusulkan audit adjustment secara tertulis (dalam bentuk daftar audit
adjustment) Jika usulan adjustment tidak disetujui kien, dan auditor yakin
usulan adjustment tersebut benar, maka auditor tidak boleh memberikan
unqualified opinion.

Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor


tetap perlu mengajukan usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan
karena tidak akan mempengaruhi opini akuntan publik. Dalam melakukan
substantive test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam bentuk
Working Balance Sheet, Working Profit and Loss Top Schedule dan
Supporting Schedule.

CARA PEMILIHAN SAMPEL

Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan publik biasanya tidak


memeriksa keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam
perusahaan. Karena kalau seluruhnya diperiksa, tentunya akan
memerlukan waktu yang lama dan memakan biaya yang besar.

Karena itu transaksi-transaksi dan bukti-bukti diperiksa secara "test


basis"'atau secara sampling. cara pemilihan sampel tidak boleh
seenaknya, karena sampel tersebut haruslah mewakili keseluruhan secara
tepat, karena jika sampel yang dipilih tidak tepat, akan sangat
mempengaruhi kesimpulan yang ditarik.

Metode sampling apa pun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk


terlebih dahulu menyusun "sampling plan". Beberapa cara pemilihan
sampling yang sering digunakan adalah:

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

a. Random/Judgement Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan
judgement si akuntan publik.
Salah satu cara, misalnya: dalam melakukan tes transaksi atas
pengeluaran kas auditor menentukan bahwa semua pengeluaran kas
yang lebih besar atau sama dengan Rp5.0oo.ooo harus di-vouching,
ditambah dua setiap bulan yang berjumlah di bawah Rp5.000.000.
Cara lainnya auditor bisa menggunakan random sampling table
dalam memilih sampel. Pemilihan sampel bisa juga dilakukan
dengan menggunakan computer

b. Block Sampling
Dalam hal ini auditor memilih transaksi di bulan-bulan tertentu
sebagai sampel, misalnya bulan Januari, Juni, dan Desember.
Keberhasilan kedua cara di atas walaupun paling mudah, tetapi
sangat tergantung pada judgement si auditor, semakin banyak
pengalaman auditor, semakin baik hasilnya, dalam arti sampel yang
dipilih betul-betul representative. Tetapi jika auditor kurang
pengalaman, sampel yang dipilih akan kurang representative.

c. Statistical Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih
sulit namun sampel yang terpilih betul- betul representative. Karena
memakan waktu yang lebih banyak, statistical sampling lebih banyak
digunakan dalam audit di perusahaan yang sangat besar dan
mempunyai internal control yang cukup baik.

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

SITUASI AUDIT YANG MENGANDUNG RISIKO BESAR

Dalam situasi tertentu, risiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang


salah dalam akun dan di dalam laporan keuangan jauh lebih besar
dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh karena itu, auditor harus
waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar
seperti contoh berikut ini.

a. Pengendalian Intern yang Lemah


Pengendalian intern menentukan jumlah dan kualitas bukti yang
harus dikumpulkan oleh auditor. Dalam situasi yang pengendalian
intern dalam suatu bidang lemah, auditor harus waspada dan
mengumpulkan bentuk bukti audit rinci yang lain yang dapat
menggant bukti- bukti yang dihasilkan oleh pengendalian intern
yang lemah tersebut.

b. Kondisi Keuangan yang tidak Sehat


Suatu perusahaan yang mengalami kerugian atau dalam posisi
yang sulit untuk melunasi utangnya akan mempunyai
kecenderungan untuk menunda penghapusan piutangnya yang
sudah sulit untuk ditagih atau sediaan barang dagangannya yang
sudah tidak laku dijual, atau lupa memcatat utangnya. Hal ini tidak
mungkin terjadi dalam perusahaan yang keadaannya baik.

c. Manajemen yang tidak dapat Dipercaya


Sebelum menerima suatu perusahaan sebagai klien, auditor public
harus memperoleh informasi mengenai latar belakang atau riwayat
direktur dan para manajernya. Auditor harus waspada terhadap
manajer yang pernyataan-pernyataan lisannya ternyata sebagian
atau seluruhnya tidak benar.

d. Penggantian Auditor

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

Klien yang telah mengganti auditornya merupakan klien yang


berisiko besar bagi auditor penggantinya.
e. Perubahan Tarif atau Peraturan Pajak atas Laba
Jika tarif pajak penghasilan tiba-tiba sangat besar, maka reaksi
wajar perusahaan yang terkena adalah mencari cara
meminimumkan penghasilan atau laba kena pajak. Seringkali
beban pajak ini menyebabkan pergantian prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam perusahaan dan penafsiran transaksi perusahaan
yang tidak konsisten dengan yang telah diikuti dalam tahun-tahun
sebelumnya. Perubahan tarif pajak yang drastis akan mendorong
perusahaan-perusahaan untuk menggeser pen gakuan pendapatan
dalam periode yang pajaknya masih relatif rendah.

f. Usaha yang Bersifat Spekulatif


Auditor yang melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang
kegiatannya dalam usaha yang silatya spekulatif, akan menghadapi
risiko yang lebih besar bila dibandingkan dengan auditor yang
melakukan audit terhadap perusahaan yang kegiatan usahanya
relatif stabil dalam jangka panjang.

g. Transaksi Perusahaan yang Kompleks


Klien yang kegiatannya menghasilkan transaksi yang sangat rumit
merupakan klien yang mengandung risiko besar bagi auditor bila
dibandingkan dengan klien yang kegiatannya bersifat konvensional.

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

Arens, Alvin A, Rendal J. Elder dan Mark S.Beasley. 2011. Jasa Audit
danAssurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia), Buku 1,
Alih Bahasa: Amir Abadi Jusup, Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. 2011. Auditing, Buku 1. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat

Tunakota Theodorus. 2011. Berpikir Kritis Dalam Auditing. Jakarta:


Salemba Empat

Tunggal, Amin Widjaja. 2013. Pokok-pokok Auditing dan Jasa Asuransi.


Jakarta: Harvindo

Sumber lain :

Institut Akuntansi Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan


Publik.Jakarta: Salemba Empat.

Internet :

http://www.iapi.or.id/iapi/directory.php

inaba.ac.id
PEMERIKSAAN AKUNTANSI I
Modul 4

inaba.ac.id

Anda mungkin juga menyukai