Anda di halaman 1dari 31

BAGIAN VII

BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA AUDIT

Pengauditan I - Sururi Halaman 1


BUKTI AUDIT
• Bukti audit adalah bukti yang dikumpulkan dan diuji
oleh auditor untuk menentukan apakah laporan
keuangan disajikan sesuai dengan standar pelaporan
keuangan yang berlaku (sesuai dengan SAK/sesuai
dengan framework pelaporan keuangan – financial
reporting framework).
• Bukti audit laporan keuangan terdiri dari:
1. Bukti pembukuan (accounting records), seperti
jurnal, buku pembantu, dan buku besar, atau file
transaksi dan file induk (master file).
2. Bukti pendukung (corroborating information),
seperti bukti transaksi dan bukti-bukti pendukung
pembukuan yang lain.

Pengauditan I - Sururi Halaman 2


BUKTI AUDIT
• Untuk menjamin pencapaian tujuan audit
secara efektif, yaitu memberikan opini auditor
dengan tepat, auditor diwajibkan
mengumpulkan bukti audit yang kompeten
(tepat/appropriate) dalam jumlah yang cukup
(sufficient), atau sufficient appropriate
evidence.
• Kompetensi atau ketepatan bukti berhubungan
dengan kualitas bukti, sedangkan kecukupan
bukti berhubungan dengan jumlah atau
kuantitas bukti.
Pengauditan I - Sururi Halaman 3
KOMPETENSI/KETEPATAN BUKTI
• Kompetensi bukti dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti:
1. Relevansi bukti
2. Sumber bukti
3. Kemutakhiran bukti
4. Objektivitas bukti
5. Sirkulasi bukti
Lihat gambar pada slide berikutnya
Lihat Aren hal: 196 s.d. 199

Pengauditan I - Sururi Halaman 4


FAKTOR-FAKTOR KOMPETENSI BUKTI
Kurang Kompeten Faktor Lebih Kompeten
Kompetensi
Relevan tak langsung Relevansi Relevan langsung
Bukti
• Dari dalam • Dari pihak luar yang
perusahaan Sumber Bukti independen.
• SPI Lemah • SPI Kuat
• Tidak memahami • Memahami langsung
langsung

Jauh dari tanggal Kemutakhiran Dekat dengan tanggal


laporan keuangan bukti laporan keuangan
Subjektif Objektifitas Objektif
Bukti

Pengauditan I - Sururi Halaman 5


FAKTOR SIRKULASI BUKTI
Lebih Kompeten
1. Bukti dari luar yang dikirim
langsung ke auditor
2. Bukti dari luar yang diarsip
oleh klien
3. Bukti interen yang dikirim
ke pihak luar (turn-arround
documents).
4.Bukti interen yang tidak
beredar di luar perusahaan.
Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar
yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.
Contoh : rekening Koran bank, faktur dari penjual,
sertifikat wesel tagih, order pembelian dari
customer, sertifikat saham dan obligas
Kurang Kompeten

Pengauditan I - Sururi Halaman 6


KECUKUPAN BUKTI
• Kecukupan jumlah bukti dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut:
1. Potensi salah saji: dipengaruhi oleh risiko
bawaan dan risiko pengendalian serta
materialitas salah saji.
2. Pertimbangan ekonomis: penambahan
sampel dipandang tidak akan mempengaruhi
kesimpulan auditor.
3. Variabilitas atau heteroginitas populasi bukti.
• Baca Aren hal 198: membahas masalah ukuran
sampel.
Pengauditan I - Sururi Halaman 7
KECUKUPAN BUKTI
• Risiko bawaan: adalah risiko salah saji yang
disebabkan oleh karakteristik objek audit, bukan karena
kelemahan sistem pengendalian, misalnya kesalahan
karena faktor kerumitan standar akuntansi, faktor
volume transaksi dst.
• Risiko pengendalian: adalah risiko salah saji yang
disebabkan oleh kegagalan sistem pengendalian dalam
mencegah dan mendeteksi salah saji dengan segera.
• Materialitas salah saji: adalah ukuran tingkat
kesalahan yang mempengaruhi kesimpulan tentang
kewajaran saldo akun. Ukuran materialitas salah saji
dipengaruhi oleh risiko bawaan dan risiko pengendalian.

Pengauditan I - Sururi Halaman 8


PROSEDUR AUDIT
• Prosedur audit adalah langkah-langkah
yang ditempuh oleh auditor untuk
mengumpulkan dan menguji bukti audit.
• Kategori prosedur audit:
1. Prosedur pemahaman SPI (Sistem
Pengendalian Internal)
2. Prosedur pengujian SPI
3. Prosedur pengujian substantif

Pengauditan I - Sururi Halaman 9


PROSEDUR AUDIT
• Prosedur pemahaman SPI dan pengujian SPI
ditujukan untuk mengukur kecukupan dan
efektifitas SPI dalam mencegah potensi salah saji.
• Hasil pemahaman dan pengujian SPI digunakan
untuk menentukan: sifat, saat, dan luas pengujian
substantif.
• Sifat audit berhubungan dengan kedalaman audit,
saat audit berhubungan dengan waktu
pelaksanaan audit, dan luas audit berhubungan
dengan jumlah bukti audit.

Pengauditan I - Sururi Halaman 10


PROSEDUR AUDIT
• Pengujian substantif adalah pengujian kewajaran
saldo akun atau asersi manajemen.
• Prosedur pengujian substantif bisa diklasifikasi
dengan urutan sebagai berikut:
1. Prosedur awal
2. Prosedur pengujian analitis
3. Prosedur pengujian detil transaksi
4. Prosedur pengujian saldo akun
5. Prosedur pengujian estimasi akuntansi
6. Prosedur pengujian penyajian dan
pengungkapan
Pengauditan I - Sururi Halaman 11
PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit dapat diklasifikasi secara detil menjadi
sebagai berikut:
1. Prosedur analitis, adalah prosedur pengujian yang
dilakukan dengan cara membandingkan angka objek
audit dengan angka pembanding, seperti: angka
periode sebelumnya, angka anggaran, dan angka
rata-rata industri.
2. Prosedur tracing, adalah prosedur pengujian
dengan cara menelusur dari bukti transaksi ke bukti
pembukuan.
3. Prosedur vouching, adalah prosedur pengujian
dengan cara menelusur dari bukti pembukuan ke
bukti transaksi.

Pengauditan I - Sururi Halaman 12


PROSEDUR AUDIT
4. Prosedur inspeksi, adalah prosedur
pengujian/pemeriksaan langsung terhadap
bukti audit, misalnya pemeriksaan fisik aset
dan pemeriksaan fisik dokumen.
5. Prosedur matematis, adalah prosedur
pengujian kebenaran perhitungan matematis,
seperti penjumlahan, perkalian, dan
pembagian.
6. Prosedur penghitungan, adalah prosedur
pengujian dengan cara melakukan penghitungan
ulang objek audit, seperti penghitungan fisik aset
tetap dan penghitungan fisik persediaan.

Pengauditan I - Sururi Halaman 13


PROSEDUR AUDIT
7. Prosedur konfirmasi, adalah prosedur pengujian
dengan cara mempertanyakan secara tertulis
kepada pihak ketiga tentang kebenaran objek audit,
misalnya konfirmasi piutang dan konfirmasi
persediaan yang disimpan di gudang umum.
8. Prosedur observasi, adalah prosedur pengujian
dengan cara menyaksikan suatu proses
pelaksanaan kegiatan untuk menghasilkan bukti
audit tertentu, misalnya proses perhitungan fisik
persediaan.
9. Prosedur pengerjaan ulang, adalah prosedur
pengujian dengan cara mengerjakan oleh suatu
proses yang biasa dilakukan untuk menghasilkan
bukti audit tertentu.
Pengauditan I - Sururi Halaman 14
PROSEDUR AUDIT
9. Prosedur wawancara, adalah prosedur
pengujian bukti audit yang dilakukan dengan
melakukan wawancara dengan
petugas/perjabat yang terkait. Untuk bisa
menjadi bukti audit, wawancara harus
dilakukan secara tertulis.
10. Prosedur audit berbantuan komputer
(computer assisted audit
techniques/CAAT), adalah prosedur
pengujian yang dilakukan dengan bantuan
komputer terhdap bukti audit yang diproses
dengan menggunakan komputer.
Pengauditan I - Sururi Halaman 15
BUKTI AUDIT
• Prosedur audit akan menghasilkan bukti audit.
• Bukti audit bisa dikelompokkan menjadi:
1. Bukti analitis, hasil dari prosedur analitis
2. Bukti dokumen, hasil dari prosedur tracing,
vouching, dan inspeksi dokumen
3. Bukti fisik, hasil dari inspeksi fisik dan
perhitungan fisik, serta prosedur observasi.
4. Bukti matematis, hasil dari pengujian
matematis, seperti perkalian, penjumlahan dst.
5. Bukti konfirmasi, hasil dari pengujian
konfirmasi.
Pengauditan I - Sururi Halaman 16
BUKTI AUDIT
6. Bukti observasi, hasil dari prosedur observasi atas
suatu proses dan prosedur. Prosedur observasi juga
bisa menghasilkan bukti fisik.
7. Bukti pernyataan tertulis, hasil dari prosedur
wawancara yang diikuti dengan permintaan bukti
tertulis.
8. Bukti pengerjaan ulang, hasil dari pengerjaan
ulang suatu prosedur atau proses yang biasa
dilakukan untuk menghasilkan bukti audit tertentu.
9. Bukti elektronik, hasil dari pengujian proses
prosedur yang dilakukan secara elektronik serta
hasil dari pengujian audit berbantuan komputer.

Pengauditan I - Sururi Halaman 17


PROSEDUR VOUCHING VS TRACING
Arah Pengujian Asersi

VOUCHING Eksistensi atau


(Menguji potensi overstatement) terjadinya

Bukti Buku
Jurnal
Transaksi Besar

TRACING
(Menguji potensi understatement) Kelengkapan

Pengauditan I - Sururi Halaman 18


KERTAS KERJA AUDIT
Kertas kerja audit adalah seluruh dokumen
pelaksanaan audit yang dikumpulkan atau dibuat
oleh auditor selama proses pelaksanaan audit,
mulai dari perencanaan audit sampai dengan
pelaporan hasil audit.

Fungsi Kertas Kerja Audit:


1. Sebagai alat perencanaan audit
2. Sebagai alat koordinasi pelaksanaan audit
3. Sebagai alat kontrol pelaksanaan audit
4. Sebagai alat pembuktian pelaksanaan audit
5. Sebagai alat pendukung kesimpulan audit
Pengauditan I - Sururi Halaman
BENTUK KETAS KERJA AUDIT

1. Program audit, berfungsi untuk


mendeskripsikan:
a. Tujuan audit
b. Cara atau prosedur yang harus ditempuh
untuk mencapai tujuan audit
c. Pedoman dalam membuat kesimpulan audit.
d. Siapa yang harus melaksanakan audit,
termasuk siapa yang harus mereviu kertas
kerja audit.
e. Target waktu pelaksanaan dan penyelesaian
audit.

Pengauditan I - Sururi Halaman


BENTUK KERJAS KERJA AUDIT

2. Memo audit, adalah catatan auditor


dalam bentuk narasi untuk
mendeskripsikan fakta, pandangan, serta
catatan-catatan penting lain.
3. Daftar pendukung (supporting
schedules), adalah tabel atau analisis
tertulis untuk mendeskripsikan secara
detil saldo akun tertentu.
4. Daftar utama (lead schedule) adalah
dokumen yang digunakan untuk
meringkas daftar pendukung.
Pengauditan I - Sururi Halaman
BENTUK KERTAS KERJA AUDIT

5. Kompilasi kertas kerja (working trial


balance/WTB), adalah tabel untuk
mengkompilasi seluruh kertas kerja
(daftar utama) yang dibuat selama proses
pelaksanaan audit. WTB berfungsi untuk
memudahkan auditor dalam melihat
pengaruh seluruh kertas kerja terhadap
laporan keuangan yang diaudit. WTB
terdiri dari WTB untuk neraca dan WTB
untuk laporan rugi-laba.

Pengauditan I - Sururi Halaman


BENTUK KERTAS KERJA AUDIT

6. Informasi pendukung, adalah


berbagai dokumen yang
dikumpulkan untuk kepentingan
audit, misalnya: copy manual
akuntansi, copy notulen rapat
manajemen atau komisaris, copy
kontrak-kontrak bisnis, serta copy
dari dokumen penting yang lain.

Pengauditan I - Sururi Halaman


ELEMEN KERTAS KERJA AUDIT

Kertas kerja audit memuat elemen sebagai berikut:


1. Nama dan alamat KAP
2. Nama kertas kerja
3. Indeks (kode) kertas kerja, untuk kepentingan
pengarsipan kertas kerja.
4. Indeks silang (cross indexing), untuk menandai
dari kertas kerja mana asal suatu data dan ke
kertas kerja mana data dipindahkan.
5. Tick marks, untuk menjelaskan prosedur audit
yang telah dilakukan auditor.
6. Tanggal, tanda tangan dan nama pembuat
kertas kerja serta pe-review kertas kerja.

Pengauditan I - Sururi Halaman


KEPEMILIKAN KERTAS KERJA AUDIT

• Kertas kerja audit adalah milik auditor


• Auditor tidak diperkenankan mengungkap
kertas kerja kepada siapapun, karena
kertas kerja memuat berbagai informasi
rahasia klien
• Auditor hanya boleh mengungkap kertas
kerja kepada pihak lain jika mendapatkan
izin klien atau karena untuk memenuhi
tuntutan hukum.

Pengauditan I - Sururi Halaman


Ilustrasi Bentuk Kertas Kerja Audit

Saldo Kas
Kas kecil 2.000.000
a
Kas di tangan 8.000.000
Kas di Bank A 55.000.000
Kas di Bank B 85.000.000
Saldo kas 150.000.000

• Berita acara perhitungan saldo dana kas


kecil dan kas di tangan. b
• Rekonsiliasi Bank A dan Bank B
a = daftar utama, b = daftar pendukung

Pengauditan I - Sururi Halaman


Ilustrasi Bentuk Kertas Kerja Audit

Saldo Kas A

Tick
Kas kecil (1) 2.000.000
Kas di tangan (2) 8.000.000

m
arks
Kas di Bank A (3) 55.000.000
Kas di Bank B (4) 85.000.000
Saldo kas (KKK-N) 150.000.000

(1) Sesuai dengan hasil perhitungan kas (A-1)


(2) Sesuai dengan hasil perhitungan kas (A-1)
(3) Sesuai dengan rekonsiliasi Bank A (A-2)
(4) Sesuai dengan rekonsiliasi Bank B (A-3)
Indeks silang: KKK-N, A-1, A-2 dan A-3

Pengauditan I - Sururi Halaman


Ilustrasi Bentuk Kertas Kerja Audit

Kompilasi Kertas Kerja - Neraca KKK-N


IKK Rekening So./ Saldo Peny. Reklas. So./Audit
Audit 31/12/X2 D (K) D (K) 31/12/X2
31/12/X1
A Kas xxx xxx xxx xxx
B Piutang xxx xxx xxx xxx
C xxx xxx - xxx xxx
IKK = Indeks Kertas Kerja
Indeks silang, menjelaskan bahwa baris tersebut
berasal dari Kertas Kerja berindek A, B, C dst.
Indek KK untuk Kompilasi Kertas Kerja - Neraca

Pengauditan I - Sururi Halaman


Perbedaan adjustmen dan reklasifikasi

Pengauditan I - Sururi Halaman 29


soal

1.Pada saat bagaimana sebuah bukti audit dikatakan


kompeten sebutkan
2. Apakah perbedaan antara vouching dan tracing
3. Dalam konsep penentuan materialitas, auditor memerlukan
kepastian yang cukup meyakinkan namun tidak absolut.
Mengapa demikian? Dan sebutkan apa saja faktor- faktor
yang mempengaruhi besarnya penentuan materialitas tiap
auditor berbeda-beda!
4. Mengapa materialitas pada tingkat Laporan Keuangan
menjadi penting untuk diperhatikan oleh auditor?

Pengauditan I - Sururi Halaman 30


Terimakasih

Pengauditan I - Sururi Halaman 31

Anda mungkin juga menyukai