Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian auditing ialah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti
guna mendapatkan kesesuaian dengan kriteria standar audit. Dan akhirnya melahirkan
suatu pendapat atas kewajaran dari laporan keuangan yang diaudit. Oleh karena itu,
pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti oleh auditor harus dilakukan dengan
efisien, cukup, dan dapat diandalkan keabsahannya, sehingga tidak menghasilkan
pendapat atas kewajaran yang menyesatkan dan malah merugikan pihak-pihak yang
berkepentingan nantinya.

Walaupun dalam catatan akuntansi klien sudah tertera berbagai bukti audit yang
dapat dipakai, namun hal tersebut tidaklah cukup dalam audit. Seorang auditor dituntut
untuk bersikap objektif, teliti, dan kritis. Untuk menguatkan pendapat kewajaran, auditor
mencari bukti dari berbagai sumber, mulai dari perhitungan fisik persediaan yang,
meminta pendapat ahli, wawancara langsung pada pihak-pihak terkait, hingga pencarian
bukti dari luar perusahaan klien.

Mengacu pada paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bukti audit adalah
komponen penting dalam proses pengauditan suatu entitas. Auditor tidak dapat
menyatakan pendapat atas kewajaran bila tidak memiliki bukti, hal itu membuat
kredibilitas pendapat kewajaran suatu laporan keuangan dipertanyakan. Oleh karena itu,
pada makalah ini kami mencoba memaparkan lebih dalam mengenai bukti audit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bukti audit?
2. Apa saja jenis-jenis bukti audit?
3. Bagaimana auditor memberikan keputusan tentang bukti audit?
4. Karakteristik apa saja yang menjadi dasar bukti audit?
5. Bagaimana prosedur untuk mendapatkan bukti audit?
6. Apakah ada biaya terkait dengan usaha mendapatkan bukti audit?

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari bukti audit.
2. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis bukti audit.
3. Untuk mengetahui dan memahami keputusan auditor tentang bukti audit.
4. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik bukti audit.
5. Untuk mengetahui dan memahami prosedur untuk mendapatkan bukti audit.
6. Untuk mengetahui dan memahami biaya terkait dengan usaha mendapatkan bukti
audit.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bukti Audit


Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai
kesimpulan yang menjadi dasar opini audit. Sebagian besar pekerjaan auditor independen
dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut
untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen, dalam hal ini
bbukti audit (audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur
secara tegas oleh peraturan yang ketat. Buktiaudit sangat bervariasi pengaruhnya
terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan
opini atas laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan
keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh
terhadap kompetensi bukti.
Bukti audit penting untuk mendukung opini dan laopran auditor. Bukti tersebut
bersifat kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang digunakan selama
pelaksanaan audit. Namun demikian, bukti audit mencakup pula informasi yang
diperoleh dari sumber lain seperti misalnya dari audit periode yang lalu, atau prosedur
kualitas pengendalian klien dalam rangka memutuskan diterima atau diteruskannya
penugasan. Selain dari sumber-sumber dalam dan luar entitas, catatan akuntansi entitas
yang diaudit merupakan sumber bukti audit yang penting. Selain itu, informasi yang bisa
digunakan sebagai bukti audit bisa pula berupa informasi yang diberikan oleh seorang
ahli yang disewa atau diberi penugasan oleh entitas. Bukti audit terdiri dari berbagai
informasi yang mendukung asersi manajemen maupun yang berlawanan asersi tersebut.
Dalam hal-hal tertentu, ketiadaan informasi (misalnya, karena manajemen menolak
untuk memberikan informasi yang diminta auditor) digunakan oleh auditor, dan oleh
karenanya juga merupakan bukti audit. Sebagian besar pekerjaan auditor dalam rangka
merumuskan opini auditor terdiri dari pekerjaan mendapatkan dan mengevaluasi bukti
audit.
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
 Meliputi informasi yang dihasilkan baik secara internal maupun eksternal.

3
 Meliputi informasi yang mendukung maupun yang bertentangan dengan asersi
manajemen.
 Dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manajemen, misalnya: tidak membuat dokumen
yang diperlukan, atau tidak membuat dokumen secara tepat waktu.
 Dapat dikembangkan dengan menggunakan ahli dari luar
 Dapat diperoleh melalui prosedur lain yang biasa digunakan auditor (analisis risiko
untuk menentukan apakah akan menerima atau melanjutkan seorang klien, data dari
audit tahun lalu, dan kualitas pengendalian internal perusahaan yang mencerminkan
ketelitian proses internal).

B. Jenis-Jenis Bukti Audit


Mengingat jenis bukti audit bisa membantu dalam berbagai kegiatan auditing.
Adapun beberapa jenis-jenis yang termasuk kedalam bukti audit dan dinyatakan sangat
penting, diantaranya :
1. Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan bukti yang akan diperoleh oleh auditor secara langsung
dengan melalui pemeriksaan fisik di dalam proses audit itu sendiri. Misalnya,
pemeriksaan fisik persediaan secara langsung oleh auditor. Bukti ini merupakan
salah satu bukti yang mungkin paling akurat di dalam auditing. Sehingga jika anda
memiliki bukti fisik. Maka tidak heran jika anda tidak perlu khawatir apabila
memiliki bukti fisik.
2. Bukti Matematis
Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui perhitungan
langsung, contohnya saja footing untuk penjumlahan vertikal dan cross footing
untuk penjumlahan baik secara horizontal ataupun sebaliknya. Bukti matematis ini
mungkin perlu proses untuk mendapatkannya. Bukti ini bersifat kuantitatif dan juga
sesuai namanya yaitu matematis. Adanya bukti ini memperjelas apakah pekerjaan
klien anda teliti atau tidak dalam pembuatan jurnal. (Baca: Manfaat Jurnal Khusus)
3. Bukti Perbandingan
Bukti perbandingan biasa disebut dengan bukti rasio, dimana bukti ini
digunakan oleh auditor untuk menghitung rasio likuiditas, profitbilitas solvabilitas,
quick ratio dan hal lainnya.

4
4. Bukti Dokumenter
Di jaman yang serba canggih seperti ini rasanya agak aneh jika tidak memiliki
bukti dokumenter. Terlepas dari kegiatan yang tidak terlalu penting layaknya
auditing saja memiliki bukti dokumenter. Apalagi mereka yang masuk ke dalam
lingkup audit, selain pencatatan manual.
Dalam bukti dokumenter sendiri terbagi menjadi beberapa bagian diantarnya,
bukti yang dibuat oleh pihak luar dan dikirimkan langsung kepada tim auditor.
Selain itu bukti yang sudah dibuat pihak luar namun dikirim kepada auditor melalui
kliennya. Terakir yakni bukti yang dibuat dan disimpan oleh klien saja. Bukti yang
pertama memiliki kredibilitas sangat tinggi dibanding bukti dokumenter lainnya.
5. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi adalah sumber data yang bisa digunakan oleh auditor
sebagai bukti audit. Dimana, catatan ini merupakan hasil kerja yang telah dibuat oleh
para akuntan. Sumber data yang dimaksud merupakan dasar pembuatan laporan
keuangan layaknya jurnal, dan sejenisnya.
Karena itulah catatan akuntansi dipergunakan untuk bukti yang bisa
mendukung kegiatan auditing. Terutama karena catatan merupakan sistem yang
sudah pasti dilakukan semua akuntan dimanapun.
6. Bukti Pengendalian Internal
Bukti pengendalian internal adalah bukti yang paling kuat ketika
melaksanakan audit. Mengapa kuat ? karena kuat atau lemahnya pengendalian
internalah seorang auditor bisa mendapatkan banyak bukti yang bisa dikumpulkan
olehnya. Contohnya, bila resiko pengendalian internal cukup tinggi hal ni berarti
resiko audit yang direncanakan harusnya rendah. Dengan judul pengendalian cukup
menjelaskan bahwa kegiatan dan bukti ini cukup sulit.
7. Bukti Surat
Bukti surat atau biasa disebut surat pernyataan tertulis merupakan surat yang
telah ditandatangani seorang individu yang bisa bertanggungjawab dan
berpengetahuan mengenai kondisi atau kejadian tertentu, dimana bukti tertulis bisa
didapat dari manajemen ataupun sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis dan
juga jurnal akuntan.
Bukti tertulis merupakan bukti yang sampai saat ini masih akurat dan
diperhitungkan kebutuhannya. Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik
yang berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti

5
yang berasal dari pihak ketiga. Bukti tertulis juga dibuat oleh manajemen bisa
berasal dari organisasi klien tersebut.
8. Bukti Lisan atau Wawancara
Bukti lisan atau wawancara merupakan bukti selanjutnya adalah hal audit.
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak sekali berhubungan dengan manusia,
sehingga ia memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan secara lisan dan
dalam bentuk wawancara. Masalah dapat ditanyakan langsung pada pihak terkait
meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen serta adanya pelaksanaan yang tidak
wajar terjadi. Hal ini akan lebih valid jika auditor tetap melangsungkan wawancara
demi mendapat jawaban dan bukti lisan.
9. Bukti Konfirmasi
Bukti konfirmasi merupakan salah satu proses untuk memperoleh dan menilai
suati komunikasi langsung dari pihak ketiga atas jawaban permintaan informasi
tentang unsur tertentu. Hal ini mungkin sangat tinggi reliabilitasnya karena berisikan
informasi dari pihak ketiga langsung baik tulis maupun lisan.
Dalam konfirmasi sendiri ada yang memiliki nilai positif seperti halnya
persetujuan, konfirmasi negatif atau mereka yang menyatakan ketidaksetujuannya
terhadap informasi yang telah ditanyakan. Lalu terakhir adalah blank confirmation,
dimana konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan informasi lain atau
jawaban atas suatu hal yang sedang ditanyakan.
10. Bukti Analitik
Bukti analitik hampir serupa dengan bukti perandingan, karena bukti analitik
meliputi juga perbandingan atas pos tertentu antara laporan keuangan tahun berjalan
dengan tahun yang sudah lewat.
Dalam perusahaan terutama, tahun sebelumnyapun masih menjadi dasar dan
acuan untuk pertimbangan. Bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk
menentukan objek pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan mendalam.
11. Bukti Keterangan
Permintaan keterangan dalam sebuah prosedur audit merupakan hal yang
wajar, dimana hal ini dilakukan oleh auditor terhadap objek yang sudah dianggap
memiliki informasi. Selain itu bukti keterangan ini didasarkan pada adanya auditor
yang memastikan buktinya pada para klien.

6
12. Bukti Penelusuran
Penelusuran dibutuhkan oleh para auditor mengingat terkadang pengumpulan
bukti dilakukan oleh auditor baik menggunakan dokumen ke catatan akuntansi
ataupun sebaliknya. Bukti penelusuran ini memudahkan para auditor dalam
menemukan jenis bukti audit lain.
13. Bukti Observasi
Bukti pengamatan merupakan salah satu bukti yang juga termasuk kedalam
prosedur audit. Dimana auditor memiliki kesempatan untuk melihat dan
menyaksikan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan bukti.
14. Bukti Perhitungan
Prosedur dan bukti perhitungan merupakan salah satu bukti fisik yang
terpecah, yang dilakukan dalam auditing. Auditor akan mendapatkan bukti setelah
melakukan counting, tak jarang mereka bahkan melakukannya sendiri untuk
memastikan apakah hasil pekerjaan benar-benar real atau adanya manipulasi yang
tidak diinginkan.
Perhitungan ini sejenis dengan pengujian detail transaksi, hal ini berguna
untuk mendapatkan kebenaran transaksi, ketepatan otoritas transaksi akuntansi klien
dan kebenaran. Jika auditor memiliki keyakinan bahwa transaksi tersebut telah
dicatat dengan tepat maka auditor dapat meyakini bahwa saldo total buku besar
tentulah benar.
15. Bukti Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci, terhadap sebuah dokumen dan
kondisi fisik yang memiliki kaitan serta menghasilakn bukti untuk mendukung
laporan keuangan.Bukti ini dimasukan kedalam bukti dan prosedur dalam audit.
Bukti audit memiliki variasi yang cukup banyak pengaruhnya, sehingga
auditor independen dalam rangka memberikan pendapat mengenai laporan keuangan
auditan. Relevansi, ketepatan waktu serta real atau objektif merupakan bukti audit
yang dibutuhkan dan juga diharapkan.

Adanya cukup banyak jenis bukti audit ini menunjukan bahwa keuangan dan
laporannya merupakan hal yang harus memiliki perhatian ekstra, agar tidak terjadi
kesalahan dan berujung pada salah paham atau berimbasnya baik klien, karyawan atau
auditor itu sendiri. Agar tidak terjadi hal yang tidak diharapkan ketika dilakukan
auditing.

7
C. Keputusan Auditor tentang Bukti Audit
Keputusan penting auditor adalah ketika menentukan jenis dan jumlah bukti yang
tepat untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan klien dapat ditetapkan
secara wajar. Ada 4 keputusan tentang bukti apa yang harus diperoleh dan banyaknya :
 Prosedur audit apa yang harus digunakan
 Besar ukuran sampel yang harus digunakan
 Unsur-unsur yang harus dipilih dari populasi
 Kapan prosedur diterapkan

1. Prosedur Audit
Prosedur audit adalah rincian instruksi yang menjelaskan bukti audit yang
harus diperoleh selama audit berrjalan. Prosedur audit sering dinyatakan dengan
intruksi yang spesifik. Contoh :prosedur audit untuk melakukan verifikasi atas
pengeluaran kas (periksalah jurnal pengeluaran kas dalam sistem akuntansi dan
bandingkan dengan nama penerima, jumlah rupiah, dan tanggal dengan informasi
online yang disediakan bank tentang cek-cek yang diproses untuk akun kas yang
bersangkutan).
2. Ukuran Sampel
Setelah prosedur,harus ditentukan ukuran sampul yang dipilih dari populasi.
Ukuran sampel yang dipilih bisa berbeda-beda antara audit satu dengan audit lainya.
3. Unsur yang Dipilih
Berikutnya ialah penentuan unsur-unsur mana saja dalam populasi yang diuji.
Contoh, apabila auditor memilih 50 cek yang sudah dibayar ank dari populasi 6.000
cek, auditor masih harus menentukan metode apa saja yang akan digunakan untuk
secara spesifik memilih cek yang akan diuji. Alternatif pemilihan 50 cek adalah :
memilih suatu minggu tertentu dan memeriksa 50 cek pertama dari minggu tersebut ;
memilih 50 cek dengan nilai rupiah tertinggi ; memilih 50 cek secara acak ; atau
memilih cek-cek yang diduga mengandung kekeliruan. Bisa juga kombinasi dari
berbagai metode tersebut.
4. Saat Pelaksanaan Prosedur
Audit atas laporan keuangan biasanya mencakup satu periode akuntansi
tertentu, misal satu tahun buku. Audit umumnya baru dapat diselesaikan beberapa
minggu atau bulan setelah akhir periode akuntansi. Dengan demikian, penerapan

8
prosedur-prsedur audit bisa dilakukan mulai awal sampai akhir periode akuntansi.
Terkadang penentuan saat pelaksanaan prosedur audit dipengaruhi kapan laporan
audit dibutuhkan. Dalam audit atas laporan keuangan entitas publik, biasanya ingin
audit dapat selesai 1-3 bulan setelah akhir tahun buku. Saat ini, Bapepam
mengharuskan entitas publik merilis laporan keuangan setelah diaudit dalam 60-90
hari tergantung besar kecilnya entitas. Saat pelaksanaan prosedur juga dipengaruhi
oleh pertimbangan auditor tetang waktu yang paling efektif atau kapan staf audit
tersedia. Contoh: auditor umumnya diharapkan melakukan prosedur perhitungan
fisik sedekat mungkin dengan tanggal tutup buku.
Prosedur audit seringkali menggabungkan prosedur audit,unsur yang dipilih,
dan saat pelaksanaan prosedur. Misal, Dapatkan jurnal pengeluaran kas bulan
Oktober dan bandingkan nama penerima, jumlah rupiah, dan tanggal yang tercantum
pada cek dengan jurnal pengeluaran kas tersebut untuk 50 lembar cek yang dipilih
secara acak.
5. Program Audit
Program audit adalah daftar prosedur audit untuk suatukeseluruhan audit.
Program audit selalu berisi daftar prosedur audit,ukuran sampel,unsur yang dipilih,
dan saat pelaksanaan pengujian. Umumnya auditor membuat program audit untuk
setiap koponen audit. Misalnya, program audit piutang usaha, program audit
penjualan, dsb.

D. Karakteristik Bukti Audit


Standar audit (SA 500, Para 6) berbunyi:
Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai
dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.

Auditor diwajibkan untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat sebagai
dasar opini. Namun penentuan “tepat” dan “cukup” agak sukar sebab sifat audit dan
biaya untuk audit, sehingga umumnya auditor tdak sepenuhnya yakin pendapatnya benar,
namun auditor harus berkeyakinan tinggi bahwa pendapatnya benar dan terjamin.
Dengan pemaduan semua bukti audit, auditor akan mampu menentukan kapan ia yakin
menerbitkan laporan audit.

9
1. Ketepatan Bukti
Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabilitasnya
dalam memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi,saldo-saldo akun, dan
pengungkapan yang bersangkutan.bila bukti audit dipandang sangat tepat, ha itu
membuat auditor memndapat keyakinan bahwa laporan keuangan disajikan dengan
wajar. Ketepatan bukti tiidak dipengaruhi oleh pemilihan sampel atau unsur populasi
yang berbeda. Ketepatan bukti hanya dapat diperbaiki dengan pemilihan prosedur
audit yang relevan dan reliable.
a. Relevansi bukti
Bukti harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang harus diuji
dahulu oleh auditor sebelum bisa disebut sebagai bukti yang tepat. Contoh,
auditor bermaksud membbuktikan bahwa semua barang yang dikirim telah dibuat
fakturnya. Seandainya auditor memilih suatu sampel berupa duplikat faktur
penjualan dan menelusur masing-masing faktur ke bukti pengiriman yang
bersangkutan, maka bukti yang diperoleh akan dikatakan tidak relevan untuk
tujuan kelengkapan, dengan demikian disebut sebagai bukti yang tidak tepat.
Prosedur yang relevan adalah menelusur sampel bukti pengiriman barang
duplikat ke duplikat faktur penjualan yang bersangkutan untuk memastikan
semua barang yang dikirim telah dibuat fakturnya. Prosedur ini diseut relevan
karena pengiriman barang merupakan kriteria normal untuk menentukan
penjualan telah terjadi dan telah dibuat fakturnya. Dengan menelusur bukti
pengiriman barang ke duplikat faktur penjualan, auditor dapat menetukan apakan
pengiriman barang telah difaktur ke konsumen. di prosedur yang pertama, bila
auditor menelusur dari duplikat faktur penjualan ke bukti pengiriman barang,
tidak mungkin menemukan adanya pengiriman barang yang tidak difaktur.
Relevansi terkadang menjadi masalah dalam tujuan audit, karena bisa
relevan untuk satu tujuan audit namun tidak untuk tujuan audit lain. Misal contoh
bukti pengiriman barang di atas, apabila auditor menelusuri dari dupikat faktur
penjualan ke bukti pengiriman barang yang bersangkutan, bukti akan relevan
dengan tujuan keberadaan transaksi. Banyak bukti yang relevan untuk lebih dari
satu tujuan audit, namun tidak semua tujuan audit.
b. Reliabilitas bukti
Reliabilitas bukti berkaitan dengan seberapa jauh bbukti bisa dipercaya atau
tingkat kepercayaan atas suatu bukti. Misalnya, perhitungan fisik persediaan yang

10
dilakukan oleh auditor lebih dapat dipercaya dibanding dilakukan oleh
manajemen dan menyerahkan laporanya ke auditor. Berikut karakteristik agar
memenuhi reliabilitas bukti :
1) Independensi pembuat bukti : bukti yang diperoleh dari sumber di luar entitas
lebih bisa dipercaya daripada bukti dari dalam entitas yang diaudit. Informasi
dari bank, penasehat hukum, polis asuransi, pelanggan, dsb lebih bisa
dipercaya dibbanding jawaban dari klien.
2) Efektivitas pengendalian internal klien: apabila pengendalian internal yang
berlaku pada perusahaan klien berjalan efektif, maka bukti yang diperoleh
akan lebih bisa dipercaya daripada bila pengendalian internal klien tidak
efektif. Contoh, bila pengendalian internal atas penjualan dan pembuatan
faktur berjalan efektif, maka ukti lebih dapat dipercaya daripada
pengendalianya tidak efektif.
3) Pengetahuan langsung auditor: bukti yang diperoleh langsung oleh auditor
mellui pemeriksaan fisik, observasi,rekalkulasi, dan inspeksi adalah lebih bsa
dipercaya, daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung. Contoh,
auditor menghitung sendiri laba kotor tahun ini lebih bisa dipercaya daripada
dihitung oleh kontroler perusahaan klien.
4) Kualifikasi individu pemberi informasi: meski sumber pemberi informasi
independen, namun dilihat juga kualifikasi orang tersebut. Informasi yang
diperoleh dari bank atau penasehat hukum lebih dapat
dipertanggungjawabkan dibandingkan informasi dari debitur klien yang tidak
memahami dunia usaha. Demikian pula bukti yang diperoleh langsung oleh
auditor, bisa kurang dipercaya bila auditor tidak memnuhi kualifikasi untuk
menilai bukti. Misalnya, pemeriksaan persediaan permata yang dilakukan
auditor yang tidak terlatih dalam membedakan permata asli dan imitasi
membbuat bukti tidak dapat dipercaya.
5) Tingkat objektivitas: bukti yang objektif lebih dipercaya dibandingkan bukti
yang ambigu dalam penentuan kebenaranya. Contoh bukti objektif adalah
konfirmasi saldo piutang yang diterima debitur, atau konfirmasi saldo
rekening yang diterima dari bank, hasil perhitungan kas dan fisik oleh
auditor. Contoh bukti subjektif adalah surat yang diterima penasehat klien
mengenai kemungkinan keputusan pengadilan klien, hasil wawancara dengan
manajer kredit tentang kredibilitas piutang, dsb. Apabila bukti subjektif

11
tersebut dipakai,maka auditor harus mempertimbangkan kualifikasi
narasumbernya.
6) Ketepatan waktu: ketepatan waktu suatu bukti audit, berhubungan dengan
kapan bukti diperoleh atau dengan periode yang diaudit. Bukti lebih
dipercaya untuk saldo-saldo neraca bila bukti diperoleh sedekat mungkin
dengan tanggal neraca. Contoh, hasil perhitungan fisik atas surat bberharga
yang dilakukan auditor pada tanggal neraca, lebih dipercaya dibandingkan
perhitungan fisik 2 bulan sebbelumnya. Untuk akun rugi-laba(nominal), bukti
lebih dipercaya bila merupakan sampel dari satu periode akuntansi, misal
sampel pemeriksaan acak atas transaksi penjualan selama satu tahun buku,
bukan sampel yang hanya merupakan sebagian dari periode, misal hanya 6
bulan pertama.

2. Kecukupan Bukti
Kecukupan berkaitan dengan “berapa banyak” bukti audit yang harus
diperoleh. Kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti
audit yang diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang resiko kesalahan
penyajian material dan juga kualitas bukti audit itu sendiri. Kecukupan bukti diukur
dengan ukuran sampel yang dipilih auditor.
Faktor penentu ketepatan ukuran sampel adalah ekspektasi auditor tentang
kesalahan penyajian dan efektivitas pengendalian internal dalam organisasi klien.
Contoh, auditor menduga kemungkinan besar ada persediaan yang usang karena
sifat dari bidang usaha klien. Auditor akan menarik sampel lebih besar untuk
membuktikan adanya persediaan usang, dibandingkan dengan apabila kecil
kemungkinan persediaan usang. Demikian juga bila auditor menyimpulkan
pengendalian internal klien atas aset tetap efektif, maka auditor akan menetapkan
sampel yang lebih kecil dalam mengaudit pengadaan aset tetap, dibanding dengan
pengendalian internal tidak efektif.

3. Hubungan Antara Resiko, Ketepatan, dan Kecukupan Bukti Audit


Tugas auditor adalah mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat dan
cukup. Sebagaimana telah dibahas, ketepatan dipengaruhi oleh relevansi dan
reliabilitas bukti. Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan “berapa banyak”bukti
yang harus dikumpulkan. Ketepatan dan kecukupan dipengaruhi oleh resiko yang

12
ada pada klien (yaitu profil resiko inheren dan resiko pengendalian). Dalam berbagai
keadaan, auditor harus mengumpulakn bukti yang tepat berkualitas tinggi. Namun,
mendapat bukti yang tepat beresiko menjadi sulit, misal sistem keuangan klien yang
menghasilakn bukti yang kurang relevan dan reliable. Auditor jadi dituntut mencari
bukti pendukung berkualitas tinggi dari luar klien. Dalam hal kecukupan, klien
beresiko menuntut auditor untuk mengumpulkan bukti dalam jumlah yang lebih
banyak.

4. Sumber Bukti Audit


Sumber bukti audit yang dikumpulkan berkaitan dengan (a) pengetahuan
tentang klien (perusahaannya maupun bidang usahanya) yang bisa diperoleh dari
audit tahun lalu, analisis risiko klien, dan analisis penerimaan menjadi klien; (b)
informasi dari luar klien yang bisa diperoleh oleh tim audit sendiri dengan
menggunakan data pasar atau melalui analisis independen oleh spesialis; (c) sistem
akuntansi diperoleh melalui pengujian langsung atas saldo-saldo akun dan transaksi-
transaksi; dan (d) kualitas pengendalian internal yang dapat diperoleh melalui
evaluasi atas rancangan dan pengoperasian pengendalian internal.
Berikut adalah skema yang menggambarkan sumber-sumber bukti audit yang
diperlukan auditor dalam memberikan jasa audit kepada klien.

13
E. Prosedur untuk Memperoleh Bukti Audit
Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat
memilih dari tujuh kategori bukti yang disebut tipe bukti. Setiap prosedur audit bisa
mendapatkan satu atau lebih tipe bukti berikut:
 Inspeksi
 Observasi
 Konfirmasi Eksternal
 Penghitungan Ulang
 Pelaksanaan Kembali
 Prosedur Analitis
 Permintaan Keterangan

1. Inspeksi
Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen baik internal
maupun eksternal dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau pemeriksaan
fisik atas suatu aset. Inspeksi atas catatan dan dokumen memberikan bukti audit
dengan beragam tingkat keandalan, tergantung pada sifat dan sumbernya, serta

14
efektivitas pengendalian atas penyusunan catatan dan dokumen tersebut. Contoh
inspeksi yang digunakan sebagai pengujian dan pengendalian adalah inspeksi atas
catatan bukti otorisasi.
Tipe bukti yang diperoleh dari prosedur ini paling sering diterapkan dalam
audit atas persediaan dan kas, tetapi sering juga digunakan dalam pemeriksaan atas
sekuritas, piutang wesel, dan aset tetap berwujud. Ada perbedaan dalam pengauditan
antara pemeriksaan fisik atas aset, seperti misalnya sekuritas dan kas, dengan
pemeriksaan atas dokumen seperti misalnya faktur penjualan dan cek yang telah
dibayar. Apabila objek pemeriksaan atas faktur penjualan bukan pada nilai
rupiahnya, maka bukti yang diperoleh disebut dokumentasi (bukti dokumen).
Sebagai contoh, sebelum cek ditandatangani, ia merupakan dokumen; setelah
ditandatangani, ia merupakan aset; dan setelah cek itu dibayar oleh bank; ia menjadi
dokumen lagi. Untuk terminologi auditing yang benar, pemeriksaan fisik atas cek
dapat terjadi hanya apabila cek merupakan aset.
Dokumentasi adalah inspeksi yang dilakukan auditor atas dokumen-dokumen
dan catatan-catatn klien yang berisi informasi yang dituangkan (atau seharusnya
dituangkan) ke dalam laporan keuangan. Dokumen-dokumen yang diperiksa auditor
adalah catatan-catatan yang digunakan klien untuk menghasilkan informasi dalam
melaksanakan bisnisnya dengan cara terorganisasi, yang bisa berbentuk kertas,
elektronik, atau media lainnya. Karena setiap transaksi dalam organisasi klien
biasanya didukung oleh sedikitnya satu dokumen, maka akan dijumpai banyak sekali
dokumen yang tersedia untuk diperiksa. Sebagai contoh, untuk setiap transaksi
penjualan, klien akan mengarsipkan selembar pesanan dari pelanggan, selembat
order penjualan, selembar dokumen pengiriman barang, dan selembar duplikat
faktur penjualan. Dokumen-dokumen tersebut adalah bukti yang berguna bagi
auditor untuk memeriksa ketelitian catatan klien tentang transaksi penjualan.
Dokumentasi sangat sering digunakan sebagai bukti dalam audit karena dokumen
biasanya sudah tersedia dengan biaya yang relatif murah. Kadang-kadang, dokumen
merupakan satu-satunya tipe bukti yang tersedia.
Dokumen dapat dikelompokkan menjadi dokumen internal dan dokumen
eksternal. Dokumen internal dibuat dan digunakan dalam organisasi klien dan
selanjutnya diarsipkan tanpa pernah pergi ke pihak lain. Contoh dokumen internal
adalah duplikat faktur penjualan, catatan waktu kerja pegawai, dan laporan
penerimaan barang. Dokumen eksternal dibuat oleh pihak di luar organisasi klien

15
yang merupakan salah satu pihak dalam transaksi yang didokumentasi, tetapi
sekarang berada di tangan klien atau tersedia untuk diakses. Contoh dokumen
eksternal adalah faktur pembelian (dibuat oleh pihak penjual), wesel yang telah
diuangkan, dan polis asuransi. Dokumen tertentu, seperti misalnya dokumen
pengiriman barang, dibuat oleh klien, dibawa ke luar organisasi klien (dikirim ke
pembeli), setelah ditandatangani pembeli kemudian dikirim kembali kepada klien.
2. Observasi
Observasi terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang
dilakukan oleh orang lain, sebagai contoh, observasi oleh auditor atas penghitungan
persediaan yan dilakukan oleh personel entitas, atau melihat langsung pelaksanaan
aktivitas pengendalian. Sepanjang pelaksanaan pengauditan atas suatu entitas,
auditor sering menggunakan salah satu dari indera yang dimilikinya seperti
misalnya, mata, telinga, atau hidung, untuk memeriksa sesuatu hal. Auditor biasanya
melakukan peninjauan keliling fasilitas klien, atau mengamati pegawai klien dalam
melakukan tugas akuntansi untuk memastikan bahwa pegawai yang diberi tanggung
jawab telah melakukan tugasnya dengan baik.
Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksanaan suatu proses atau
prosedur, namun hanya terbatas pada titik waktu tertentu pada saat observasi
dilaksanakan. Observasi jarang dipandang memadai hanya dengan melakukannya
karena adanya risiko bahwa si pegawai melakukan tugas dengan baik ketika diamati
auditor, dan berubah ketika tidak diamati auditor. Oleh karena itu, hasil observasi
biasanya diikuti dengan mencari bukti pendukung yang lain. Namun demikian,
observasi dipandang bermanfaat dalam banyak hal dalam pengauditan.
3. Konfirmasi Eksternal
Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh auditor sebagai
respon langsung tertulis dari pihak ketiga (pihak yang mengonfirmasi) dalam bentuk
kertas, atau secara elektronik, atau media lain. Konfirmasi diminta kepada klien, dan
selanjutnya klien minta kepada pihak ketiga untuk menjawabnya langsung kepada
auditor. Karena informasi berasal dari sumber yang independen terhadap klien, maka
konfirmasi dipandang sebagai tipe bukti berkualitas tinggi dan sering digunakan
dalam audit. Namun demikian, penggunaan konfimasi biasanya relatif mahal dan
bisa menimbulkan ketidaksenangan pihak yang diminta untuk menjawabnya. Oleh
sebab itu, konfirmasi tidak selalu digunakan dalam setiap keadaan walaupun
memungkinkan untuk dilaksanakan.

16
Digunakan tidaknya konfirmasi diputuskan oleh auditor dan tergantung pada
reliabilitas yang diperlukan sesuai dengan keadaan, serta bukti alternatif lain yang
tersedia. Pada umumnya, konfirmasi jarang digunakan dalam audit atas tambahan
aset tetap, karena hal ini dapat diverifikasi dengan cukup memadai melalui
pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan fisik. Demikian pula, konfirmasi tidak lazim
digunakan dalam pemeriksaan atas transaksi individual dalam organisasi, seperti
misalnya transaksi penjualan, karena auditor dapat menggunakan dokumen untuk
tujuan itu. Namun bisa saja terjadi pengecualian. Misalnya dalam situasi di mana
auditor menemukan adanya dua buah transaksi dengan jumlah rupiah yang sangat
besar (tidak lazim) yang terjadi hanya tiga hari sebelum akhir tutup buku.
Konfirmasi atas dua transaksi seperti ini bisa dipandang tepat.
4. Penghitungan Ulang
Penghitungan ulang meliputi pengecekan ulang atas suatu hasil perhitungan
yang telah dilakukan klien. Pengecekan ulang atas perhitungan klien meliputi
pengujian atas ketelitian perhitungan dan mencakup prosedur-prosedur seperti
memeriksa hasil perkalian dalam faktur penjualan atau persediaan, penjumlahan
dalam jurnal dan buku pembantu, dan pengecekan perhitungan beban depresiasi atau
beban dibayar dimuka. Sebagian besar rekalkulasi dilakukan auditor dengan bantuan
perangkat lunak komputer untuk pengauditan (computer assisted audit software).
5. Pelaksanaan Kembali (Reperformance)
Pelaksanaan kembali adalah pengujian auditor secara independen atas
prosebur atau pengendalian akuntansi klien yang sebelumnya telah dilakukan
sebagai bagian dari akuntansi klien dan sistem pengendalian internal. Berbeda
dengan penghitungan ulang yang dilakukan dengan cara mengecek ulang suatu
perhitungan, pelaksanaan kembali dilakukan dengan mengecek prosedur lain.
Sebagai contoh, auditor membandingkan harga yang tercantum dalam faktur dengan
daftar harga yang telah ditetapkan perusahaan, atau auditor mengerjakan ulang
pembuatan daftar umur piutang. Contoh lain prosedur pelaksanaan kembali yang
dilakukan auditor adalah mengecek ulang transfer informasi dengan cara menelusur
informasi yang dicantumkan dalam lebih dari satu tempat untuk memastikan bahwa
transaksi dicatat dengan jumlah yang sama setiap saat. Sebagai contoh, auditor
biasanya melakukan sejumlah pengujian terbatas untuk memastikan bahwa
informasi dalam jurnal penjualan telah dimasukkan ke dalam buku pembantu

17
piutang usaha dengan nama pelanggan yang sama dan jumlah rupiah yang benar,
dan diringkas dengan benar dalam buku besar.
6. Prosedur Analitis
Prosedur Analitis terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang
dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan
dengan data non keuangan. Prosedur Analistis juga meliputi investigasi atas
fluktuasi yang telah diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara suatu
informasi dengan informasi lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara
signifikan dari jumlah yang telah diprediksi sebelumnya. Prosedur Analistis
menggunakan perbandingan atau hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau
data lain nampak wajar dibandingkan dengan ekspetasi auditor. Sebagai contoh,
auditor membandingkan persentase laba kotor tahun ini dengan persentase laba kotor
tahun lalu. Prosedur analistis sangat luas digunakan dalam praktik, dan wajib
dilakukan auditor dalam tahap perencanaan dan tahap penyelesaian semua audit.
Adapun prosedur-prosedur yang perlu dilakukan auditor dalam menganalisis
bukti audit dari klien adalah sebagai berikut:
a. Memahami Bidang Usaha dan Bisnis Klien
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bidang usaha dan bisnis
klien sebagai bagian dari perencanaan suatu audit. Dengan melakukan prosedur
analistis dimana informasi yang belum diaudit dari tahun ini dibandingkan
dengan informasi dari tahun lalu atau data industri, maka perubahan yang terjadi
akan disoroti.
b. Menilai Kelangsungan Usaha Bisnis Klien
Prosedur analistis sering memberikan petunjuk yang berguna untuk
menentukan apakah perusahaan klien mempunyai masalah keuangan. Prosedur
analistis tertentu dapat membantu auditor dalam menilai kemungkinan
terjadinya kegagalan usaha
c. Menunjukkan Kemungkinan Adanya Kesalahan Penyajian dalam Laporan
Keuangan
Perbedaan signifikan yang tak diharapkan antara data keuangan tahun ini
dan data lainnya yang digunakan sebagai pembanding disebut fluktuasi tidak
biasa. Hal ini terjadi apabila perbedaan signifikan itu tidak diharapkan tetapi
sungguh terjadi, atau apabila perbedaan signifikan itu diharapkan tetapi tidak
terjadi. Salah satu penyebab terjadinya fluktuasi tidak biasa adalah kesalahan

18
penyajian akuntansi. Apabila fluktuasi tidak biasa besar jumlahnya, auditor
harus menentukan penyebabnya dan memastikan bahwa penyebabnya adalah
peristiwa ekonomi, bukan kesalahan penyajian.
d. Mengurangi Pengujian Audit yang Rinci
Apabila prosedur analistis tidak menunjukkan fluktuasi tidak biasa, maka
bisa diasumsikan bahawa kemungkinan adanya kesalahan penyajian material
menjadi minimal. Dalam situasi semacam itu, prosedur analistis mencerminkan
bukti substantif yang mendukung penyajian yang wajar dari akun-akun yang
berkaitan, dan dengan demikian memungkinkan untuk melakukan pengujian
detil yang lebih sedikit atas akun-akun tersebut. Dalam situasi yang lain,
prosedur audit tertentu bisa ditiadakan, ukuran sampel bisa diperkecil, atau saat
pelaksanaan prosedur bisa dilakukan sebelum akhir tahun buku.

7. Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan terdiri dari pencarian informasi atas orang yang
memiliki pengetahuan, baik keuangan maupun non-keuangan, di dalam atau di luar
entitas. Permintaan keterangan digunakan secara luas sepanjang audit sebagai
tambahan untuk prosedur audit lainnya. Permintaan keterangan dapat berupa
permintaan keterangan resmi secara tertulis maupunpermintaan keterangan secara
lisan. Pengevaluasian respon atas permintaan keterangan ini merupakan bagian
terpadu proses permintaan keterangan.
Respon atas permintaan keterangan dapat memberikan informasi yang
sebelumnya tidak dimiliki oleh auditor atau menguatkan bukti audit. Di sisi lain,
respon dapat memberikan informasi yang secara signifikan berbeda dari informasi
yang telah diperoleh auditor, misalnya informasi yang berkaitan dengan
kemungkinan manajemen mengabaikan pengendalian. Dalam beberapa kasus,
respon atas permintaan keterangan merupakan suatu basis bagi auditor untuk
memodifikasi atau melaksanakan prosedur audit tambahan.
Walaupun proses pemerolehan bukti pendukung melalui permintaan
keterangan seringkali begitu penting, dalam kasus permintaan keterangan tentang
maksud manajemen, informasi yang tersedia untuk mendukung maksud manajemen
tersebut mungkin terbatas. Dalam kasus ini, pemahaman tentang riwayat masa lalu
manajemen dalam melaksanakan maksud yang telah dinyatakan oleh manajemen
untuk memilih suatu rangkaian tindakan tertentu, dan kemampuan manajemen untuk

19
mencari suatu tindakan spesifik dapat memberikan informasi relevan yang dapat
menguatkan bukti yang diperoleh melalui permintaan keterangan.

F. Biaya untuk Mendapatkan Bukti


Dua tipe bukti yang paling mahal untuk mendapakannya adalah ‘Pemeriksaan
Fisik’ dan ‘Konfirmasi’. Pemeriksaan fisik menjadi mahal karena biasanya
membutuhkan kehadiran auditor pada saat klien melakukan penghitungan aset yang
seringkali dilakukan pada akhir tahun buku. Sebagai contoh, pemeriksaan fisik
persediaan kadang-kadang mengharuskan auditor untuk bepergian ke berbagai kota atau
tempat, apalagi jika klien beroperasi di hampir seluruh wilayah negara. Konfirmasi
menjadi mahal karena auditor harus mengikuti prosedur dengan teliti sejak dari
penyiapan konfirmasi, pengiriman melalui surat atau secara elektronik, penerimaan
jawaban, dan melakukan tindaklanjut atas konfirmasi yang tidak memberi jawaban, atau
jawaban yang menunjukan selisih.
Inspeksi, prosedur analistis, dan pelaksanaan ulang tidak begitu mahal. Apabila
personil klien menyiapkan dokumen dan data elektronik untuk kepentingan auditor
dengan rapi dan teratur, inspeksi biasanya sangat murah. Namun, apabila auditor harus
mencari sendiri dokumen yang diperlukan, biayanya bisa cukup mahal. Bahkan dalam
situasi yang ideal sekalipun, informasi dan data dalam dokumen kadang-kadang sangat
kompleks, dan membutuhkan inter pretasi serta analisis. Biasanya auditor membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk membaca dan mengevaluasi kontrak-kontrak yang dibuat
klien, perjanjian beli-sewa, serta notulen rapat-rapat Dewan Komisaris. Mengingat
bahwa prosedur analitis tidak begitu mahal dibandingkan dengan konfirmasi dan
pemeriksaan fisik, banyak auditor cenderung mengganti pengujian detil dengan prosedur
analitis, sepanjang dimungkinkan. Sebagai contoh, akan jauh lebih murah menghitung
rasio antara penjualan dengan piutang usaha dibandingkan dengan melakukan konfirmasi
atas piutang usaha. Apabila dimungkinkan untuk mengganti konfirmasi dengan prosedur
analistis, maka auditor bisa menghemat biaya audit dalam jumlah yang cukup signifikan.
Namun penggunaan prosedur analitis menuntut auditor untuk menentukan prosedur
analitis macam apa yang akan digunakan, membuat perhitungan, dan mengevaluasi
hasilnya. Melakukan hal-hal tersebut seringkali memakan waktu. Biaya untuk melakukan
pengujian dengan mengerjakan ulang tergantung pada prosedur apa yang akan diuji.
Pengujian perbandingan sederhana seperti mengerjakan ulang perbandingan antara faktur

20
dengan daftar harga biasanya hanya memakan waktu tidak lama. Namun, mengerjakan
ulang prosedur seperti rekonsiliasi bank akan memakan waktu yang cukup lama.
Tipe bukti yang murah biasanya adalah observasi, mengajukan pertanyaan kepada
klien, dan rekalkulasi. Observasi biasanya dilakukan secara bersamaan dengan prosedur
lain. Auditor akan dengan mudah mengobservasi apakah pegawai klien menaati prosedur
perhitungan persediaan dan pada saat yang sama melakukan perhitungan atas suatu
sampel persediaan (pemeriksaan fisik). Pengajuan pertanyaan kepada klien dilakukan
sangat sering sepanjang audit berlangsung dan biasanya murah biayanya, walauoununtuk
pengajuan pertanyaan tertentu bisa juga mahal, seperti misalnya minta pernyataan tertulis
dari klien. Rekalkulasi biasanya murah karena hanya menyangkut perhitungan-
perhitungan sederhana dan penelusurannya dapat dilakukan dengan mudah pula.
Seringkali auditor menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan pengujian-
pengujian tersebut.

G. Istilah yang Digunakan dalam Prosedur Audit


Seperti yang telah disebutkan, prosedur audit adalah langkah-langkah detil,
biasanya berbentuk intruksi tertulis, untuk mengumpulkan kedelapan tipe bukti audit.
Prosedur harus jelas agar semua anggota tim audit memahami apa yang harus dilakukan.
Beberapa istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan prosedur audit dirumuskan
pada tabel dibawah ini. Tabel ini juga menggambarkan istilah yang digunakan, contoh
prosedur audit, dan tipe bukti.

Istilah dan Definisi Contoh Prosedur Audit Tipe Bukti


Periksa (Examine) – Suatu Periksa suatu sampel faktur dari Inspeksi
studi detil atas dokumen pemasok untuk memastikan apakah
atau catatan untuk menen- barang atau jasa yang diterima
tukan fakta tertentu. beralasan dan merupakan jenis
yang biasa di-gunakan perusahaan.
Scan – Pemeriksaan tidak Scan jurnal penjualan, untuk Prosedur Analitis
terlalu detil atas dokumen menemukan adanya transaksi ber-
atau catatan untuk memas- jumlah besar dan tidak biasa
tikan ada tidaknya sesuatu
yang tidak biasa dan mem-
butuhkan penyelidikan lebih

21
lanjut.
Baca – Pemeriksaan atas Bacalah notulen rapat Dewan Inspeksi
informasi tertulis untuk me- Komisaris dan buatlah ringkasan
mastikan fakta-fakta yang semua informasi yang berkaitan
berhubungan dengan audit. dengan laporan keuangan dalam
file audit.
Hitung (Compute) – Suatu Hitunglah rasio perputaran Prosedur Analitis
perhitungan yang dilakukan persediaan dan bandingkan dengan
auditor – independen dari rasio yang sama dari tahun lalu
klien. untuk menguji persediaan usang.
Hitung Ulang (Recompute) Hitung ulang harga jual per unit Penghitungan
– Suatu perhitungan yang dikalikan jumlah unti dari suatu Ulang
dilakukan auditor untuk sampel duplikat faktur penjualan
memastikan kebenaran hasil dan bandingkan jumlahnya dengan
perhitungan yang dilakukan hasil perhitungan.
klien.
Jumlahkan Menurun Jumlahnya menurun jurnal Penghitungan
(Foot) – Penjumlahan suatu penjualan untuk periode 1 bulan Ulang
kolom untuk memastikan dan bandingkan totalnya dengan
apakah hasilnya sama buku besar.
dengan hasil penjumlahan
oleh klien.
Telusur (Trace) – Suatu Telusur suatu sampel transaksi Inspeksi
instruksi yang biasanya penjualan dari faktur penjualan ke
berhubungan dengan doku- jurnal penjualan, dan
mentasi dan mengerjakan bandingkanlah nama pembeli,
ulang. Instruksi harus tanggal, dan jumlah rupiah nilai
menyebutkan apa yang di- penjualan.
telusur auditor dan ditelusur
dari mana ke mana.
Seringkali prosedur audit Telusur posting dari jurnal pen- Pelaksanaan
yang berupa penelusuran jualan ke rekening buku besar. Kembali
juga berisi instruksi kedua,
seperti misalnya bandingkan
atau rekalkulasi.

22
Bandingkan (Compare) – Pilih satu sampel faktur penjualan Inspeksi
Pembandingan informasi dan bandingkan harga jual per unit
dalam dua lokasi berbeda. yang tercantum di dalam faktur
Instruksi harus menyebut- dengan harga per unit dalam daftar
kan informasi mana yang harga yang telah ditetapkan
harus dibandingkan sedetil manajemen.
mungkin.
Hitung (Count) – Pilih suatu sampel yang terdiri dari Bukti Fisik
Menentukan berapa banyak 100 unit persediaan dan hitunglah
(unit) aset yang ada pada jumlah unitnya kemudian
suatu saat tertentu. Istilah bandingkan dengan jumlah dan
ini hanya berkaitan dengan deskripsi menurut perhitungan
tipe bukti fisik. klien.
Observasi – Tindakan Lakukan observasi apakah kedua Observasi
mengobservasi atau melaku- tim perhitungan fisik persediaan
kan pengamatan langsung melakukan perhitungan dan
atas suatu aktivitas. mencatat hasil perhitungan secara
independen.
Meminta Keterangan – Ajukan pertanyaan kepada Pengajuan
Tindakan mengajukan per- manajemen apakah pada tanggal Pertanyaan
tanyaan kepada klien atau neraca terdapat persediaan yang
pihak lain, baik secara lisan telah usang.
maupun tertulis.
Mencocokan ke Dokumen Periksalah suatu sampel catatan Inspeksi
(Vouch) – Penggunaan transaksi pembelian dan cocokkan
dokumen untuk memeriksa dengan faktur dari pemasok dan
kebenaran pencatatan tran- laporan pene-rimaan barang.
saksi atau jumlah rupiahnya.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

24
DAFTAR PUSTAKA

25

Anda mungkin juga menyukai