Anda di halaman 1dari 33

RESUME

MATA KULIAH AUDIT DAN ASSURANCE


PENERIMAAN PERIKATAN

Sebagai salah satu tugas mata kuliah Audit dan Assurance dengan dosen
Dr. Apriwandi., SE., M.Sc., Ak., CA
Program Studi Pascasarjana Akuntansi Universitas Widyatama

Disusun oleh :

ASEP SUNARYA
NPM. 51622120050

PROGRAM PASCASARJANA STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2022
PENERIMAAN PERIKATAN

Kantor Akuntan Publik (KAP) harus menetapkan kebijakan dan prosedur dalam
penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan tertentu, yang
dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bahwa KAP hanya akan menerima
atau melanjutkan hubungan dengan klien dan perikatannya jika:
(a) KAP memiliki kompetensi untuk melaksanakan perikatan dan memiliki
kemampuan, termasuk waktu dan sumber daya, untuk melaksanakannya;
(b) KAP dapat mematuhi ketentuan etika profesi yang berlaku; dan
(c) KAP telah mempertimbangkan integritas klien, dan tidak memiliki informasi
yang dapat mengarahkan KAP untuk menyimpulkan tidak memadainya
integritas klien tersebut.

Kebijakan dan prosedur tersebut harus mengatur:


(a) KAP harus memperoleh informasi yang dianggap perlu sebelum menerima
perikatan dari suatu klien baru, ketika mempertimbangkan keberlanjutan
perikatan yang ada, dan ketika mempertimbangkan penerimaan suatu jenis
perikatan baru dari klien yang ada;
(b) Jika KAP mengidentifikasi adanya potensi benturan kepentingan dalam
penerimaan perikatan dari suatu klien baru atau klien yang ada, maka KAP harus
menentukan tepat tidaknya menerima perikatan tersebut,
(c) Jika isu yang terkait dengan penerimaan klien atau perikatan telah
teridentifikasi, dan KAP telah memutuskan untuk menerima dan melanjutkan
hubungan dengan klien atau suatu perikatan tertentu, maka KAP harus
mendokumentasikan bagaimana isu tersebut diselesaikan

Perikatan Asurans adalah suatu perikatan yang didalamnya seorang praktisi


bertujuan untuk memeroleh bukti yang cukup dan tepat untuk menyatakan suatu
kesimpulan yang dirancang untuk meningkatkan derajat kepercayaan pengguna yang
dituju (selain pihak yang bertanggungjawab) terhadap hasil pengevaluasian atau
pengukuran atas hal pokok dibandingkan dengan kriteria.

Hasil pengukuran atau pengevaluasian atas suatu hal pokok yang mendasari
adalah informasi yang dihasilkan dari penerapan kriteria terhadap hal pokok yang
mendasari. Sebagai contoh:
 Laporan keuangan (hasil) yang dihasilkan dari pengukuran posisi keuangan
entitas, kinerja keuangan, dan arus kas (hal pokok yang mendasari) dengan
menerapkan suatu kerangka pelaporan keuangan (kriteria).
 Laporan tentang efektivitas pengendalian internal (hasil) yang dihasilkan dari
pengevaluasian efektivitas atas suatu proses pengendalian internal entitas (hal
pokok yang mendasari) dengan menerapkan kriteria yang relevan.
 Ukuran kinerja entitas spesifik (hasil) yang dihasilkan dari pengukuran berbagai
aspek kinerja (hal pokok yang mendasarinya) dengan menerapkan metodologi
pengukuran yang relevan (kriteria).
 Laporan gas rumah kaca (hasil) yang dihasilkan dari pengukuran emisi rumah
kaca suatu entitas (hal pokok yang mendasarinya) dengan menerapkan protokol
pengakuan, pengukuran dan presentasi (kriteria).
 Laporan tentang kepatuhan (hasil) yang dihasilkan dari pengevaluasian
kepatuhan suatu entitas (hal pokok yang mendasari) dengan, sebagai contoh,
peraturan perundang-undangan (kriteria).

Tujuan Auditor dalam menerima atau melanjutkan perikatan adalah hanya jika
dasar untuk melaksanakan penugasan sudah disetujui dengan:
(a) Memastikan bahwa prasyarat untuk suatu audit memang ada
(b) Menegaskan adanya pemahaman yang sama antara auditor, manajemen, dan jika
perlu dengan TCWG (Those Charged With Governance).
Perikatan Atestasi dan Perikatan Langsung
Dalam suatu perikatan atestasi, pihak selain praktisi mengukur atau
mengevaluasi hal pokok yang mendasari terhadap kriteria. Pihak selain praktisi juga
sering menyajikan informasi hal pokok yang dihasilkan dalam suatu laporan. Namun
dalam beberapa kondisi, informasi hal pokok dapat disajikan oleh praktisi dalam
laporan asurans. Kesimpulan praktisi membahas apakah informasi hal pokok bebas dari
kesalahan penyajian material.
Dalam suatu perikatan langsung, praktisi mengukur atau mengevaluasi hal
pokok yang mendasari terhadap kriteria. Selain itu, praktisi menerapkan keterampilan
dan teknik asurans untuk memeroleh bukti yang cukup dan tepat tentang hasil
pengukuran atau evaluasi hal pokok yang mendasari terhadap kriteria. Praktisi dapat
memeroleh bukti tersebut secara bersamaan dengan pengukuran atau evaluasi hal pokok
yang mendasari, namun juga dapat memerolehnya sebelum atau setelah pengukuran
atau evaluasi tersebut. Dalam suatu perikatan langsung, kesimpulan praktisi membahas
hasil yang dilaporkan dari pengukuran atau pengukuran hal pokok yang mendasari
terhadap kriteria dan menggunakan frasa hal pokok yang mendasari dan kriteria. Dalam
beberapa perikatan langsung, kesimpulan praktisi adalah, atau merupakan bagian dari,
informasi hal pokok.

Perikatan Keyakinan Memadai dan Perikatan Keyakinan Terbatas


Dalam suatu perikatan keyakinan memadai, praktisi mengurangi risiko perikatan
tingkat rendah yang dapat diterima dalam kondisi perikatan sebagai dasar untuk
kesimpulan praktisi. Kesimpulan praktisi dinyatakan dalam bentuk penyampaian opini
praktisi atas hasil pengukuran atau pengukuran hal pokok yang mendasari terhadap
kriteria.
Dalam suatu perikatan keyakinan terbatas, praktisi menurunkan risiko perikatan
ke level yang dapat diterima sesuai kondisi perikatan tetapi risiko tersebut lebih besar
daripada suatu perikatan keyakinan memadai sebagai basis untuk menyatakan suatu
kesimpulan dalam bentuk penyampaian apakah, berdasarkan prosedur yang
dilaksanakan dan bukti yang diperoleh, suatu hal telah menarik perhatian praktisi yang
menyebabkan praktisi percaya bahwa informasi hal pokok mengandung kesalahan
penyajian material. Sifat, saat, dan luas prosedur yang dilaksanakan dalam suatu
perikatan keyakinan terbatas adalah lebih terbatas dibandingkan dengan yang
diperlukan dalam suatu perikatan keyakinan memadai tetapi direncanakan untuk
memeroleh tingkat keyakinan yang, menurut pertimbangan profesional praktisi,
bermakna. Agar bermakna, tingkat keyakinan yang diperoleh oleh praktisi kemungkinan
akan meningkatkan kepercayaan pengguna yang dituju tentang informasi hal pokok ke
suatu tingkat yang secara jelas di atas dari tidak penting.
Untuk setiap perikatan keyakinan terbatas, tingkat keyakinan yang bermakna
dapat bervariasi dari asurans yang cenderung meningkatkan kepercayaan pengguna
yang dituju tentang informasi hal pokok ke tingkat yang jelas lebih dari tidak penting
hingga tepat di bawah tingkat keyakinan yang memadai. Apa yang bermakna dalam
perikatan tertentu merepresentasikan penilaian dalam rentang yang bergantung pada
kondisi perikatan, termasuk kebutuhan informasi pengguna yang dituju sebagai suatu
kelompok, kriteria, dan hal pokok yang mendasari perikatan tersebut. Dalam beberapa
kondisi, konsekuensi bagi pengguna yang dituju untuk menerima kesimpulan yang tidak
tepat mungkin sangat besar sehingga diperlukan perikatan asurans yang memadai bagi
praktisi untuk memeroleh keyakinan yang bermakna sesuai kondisinya.

Ruang Lingkup Kerangka


Tidak semua perikatan yang dilaksanakan oleh praktisi merupakan perikatan
asurans. Perikatan lain yang sering dilaksanakan dan tidak memenuhi definisi di atas
(serta tidak dicakup dalam Kerangka ini) mencakup:
 Perikatan yang dicakup dalam Standar Jasa Terkait (SJT), seperti perikatan
prosedur yang disepakati dan perikatan kompilasi.
 Penyusunan surat pemberitahuan pajak yang tidak menyatakan kesimpulan
asurans.
 Perikatan jasa konsultansi (atau jasa advisory), seperti jasa konsultansi
manajemen dan jasa konsultansi perpajakan.
Laporan atas Perikatan Selain Asurans
Suatu pelaporan praktisi yang tidak melakukan perikatan asurans sesuai dengan
ruang lingkup Kerangka ini, harus secara jelas dibedakan dengan laporan yang
dihasilkan dari laporan asurans. Agar tidak membuat pengguna laporan bingung, maka
laporan tersebut harus menghindari, sebagai contoh:
 Secara implisit menyatakan bahwa praktisi mematuhi Kerangka ini, atau Standar
Asurans.
 Menggunakan frasa “asurans”, “audit”, atau “reviu” secara tidak tepat.
 Mencantumkan suatu pernyataan yang dapat ditafsirkan keliru dalam membuat
suatu kesimpulan berdasarkan bukti yang cukup dan tepat yang didesain untuk
meningkatkan tingkat kepercayaan pengguna yang dituju tentang hasil
(outcome) pengevaluasian atau pengukuran hal pokok yang mendasari terhadap
kriteria.

Praktisi dan pihak yang bertanggung jawab mungkin setuju untuk menerapkan
prinsip-prinsip Kerangka ini dalam suatu perikatan, yang di dalamnya tidak ada
pengguna yang dituju lainnya selain pihak yang bertanggung jawab, jika seluruh
ketentuan Standar Asurans dipenuhi. Dalam kondisi ini, laporan praktisi harus
menyatakan pembatasan penggunaan laporan tersebut hanya kepada pihak yang
bertanggung jawab.

Prakondisi Perikatan Asurans


Prakondisi untuk perikatan asurans berikut adalah relevan ketika
mempertimbangkan apakah suatu perikatan asurans diterima atau dilanjutkan:
(a) Peran dan tanggung jawab dari pihak yang tepat (yaitu, pihak yang bertanggung
jawab, pengukur atau pengevaluasi, dan pihak yang melakukan perikatan, secara
tepat); dan
(b) Perikatan tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:
(i) Hal pokok yang mendasari adalah tepat;
(ii) Kriteria yang dieskpektasikan oleh praktisi untuk diterapkan dalam
penyusunan informasi hal pokok sesuai dengan kondisi perikatan,
termasuk bahwa hal tersebut menunjukkan karakteristik;
(iii) Kriteria yang diekspektasikan oleh praktisi untuk diterapkan dalam
penyusunan informasi hal pokok akan tersedia bagi pengguna yang
dituju;
(iv) Praktisi berekspektasi memiliki kemampuan untuk memeroleh bukti
yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan praktisi;
(v) Kesimpulan praktisi, dalam perikatan yang memberikan keyakinan
memadai atau perikatan yang memberikan keyakinan terbatas, harus
dimasukkan dalam laporan tertulis; dan
(vi) Tujuan rasional termasuk, dalam kondisi perikatan keyakinan terbatas,
yang diekspektasikan oleh praktisi memiliki kemampuan untuk
memeroleh tingkat keyakinan yang bermakna.

Hal-hal pokok yang mendasari atas suatu perikatan asurans yang berbeda dapat
sangat bervariasi. Beberapa hal pokok yang mendasari dapat mengharuskan keahlian
dan pengetahuan khusus melampaui yang biasa dimiliki oleh seorang praktisi secara
individual. Namun, penting bagi praktisi untuk meyakini bahwa pihak-pihak yang
melaksanakan perikatan secara kolektif memiliki kompetensi dan kapabilitas yang tepat.

Ketika suatu perikatan potensial tidak dapat diterima sebagai suatu perikatan
asurans, pihak yang melakukan perikatan dengan praktisi mungkin dapat membuat
suatu perikatan lain yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna laporan yang dituju.
Sebagai contoh:
(a) Jika kriteria yang diekspektasikan oleh praktisi untuk diterapkan tidak sesuai,
suatu perikatan asurans yang memenuhi prakondisi lain masih dapat
dilaksanakan jika:
(i) Praktisi dan pihak yang melakukan perikatan dapat mengidentifikasi
suatu aspek hal pokok awal yang sesuai dengan kriteria perikatan
asurans, dan praktisi dapat melakukan perikatan asurans sehubungan
dengan aspek tersebut sebagai suatu hal pokok tersendiri. Dalam kondisi
ini, laporan asurans mencantumkan secara jelas bahwa laporan tersebut
tidak terkait dengan hal pokok awal secara keseluruhan; atau
(ii) Kriteria alternatif yang tepat untuk hal pokok awal dapat dipilih atau
dikembangkan.
(b) Pihak yang melakukan perikatan dapat meminta suatu perikatan yang bukan
perikatan asurans, seperti perikatan jasa konsultansi atau prosedur yang
disepakati.

Jika perikatan asurans telah diterima, praktisi mungkin tidak dapat mengubah
perikatan tersebut menjadi perikatan selain asurans, atau dari perikatan yang
memberikan keyakinan memadai menjadi perikatan yang memberikan keyakinan
terbatas tanpa alasan yang masuk akal. Suatu perubahan dalam kondisi yang berdampak
terhadap ketentuan pengguna yang dituju, atau kesalahpahaman tentang sifat perikatan,
biasanya akan menjadi alasan permintaan suatu perubahan dalam perikatan. Jika
perubahan tersebut dibuat, praktisi tidak mengabaikan bukti yang telah diperoleh
sebelum terjadinya perubahan tersebut. Ketidakmampuan untuk memeroleh bukti yang
cukup dan tepat untuk merumuskan kesimpulan perikatan keyakinan memadai bukanlah
alasan yang dapat diterima untuk berubah dari perikatan keyakinan memadai menjadi
perikatan keyakinan terbatas.
Unsur-Unsur Perikatan Asurans
Berikut ini disajikan unsur-unsur suatu perikatan asurans yang dibahas dalam
seksi ini:
(a) Hubungan tiga pihak yang melibatkan praktisi, pihak yang bertanggung jawab,
dan pengguna yang dituju;
(b) Suatu hal pokok yang mendasari yang tepat;
(c) Kriteria yang sesuai;
(d) Bukti yang cukup dan tepat; dan
(e) Suatu laporan asurans dalam bentuk yang tepat terhadap suatu perikatan
keyakinan memadai atau suatu perikatan keyakinan terbatas.

 Hubungan Tiga Pihak


Perikatan asurans melibatkan tiga pihak yang terpisah, yaitu praktisi, pihak
yang bertanggung jawab, dan pengguna yang dituju. Bergantung pada kondisi
perikatan, mungkin juga ada peran yang terpisah dari pengukur atau pengevaluasi,
atau pihak yang terlibat.
 Praktisi
Praktisi adalah individu yang melaksanakan perikatan (biasanya rekan
perikatan atau anggota lain dari tim perikatan, atau, sebagaimana berlaku,
KAP) dengan menerapkan keterampilan dan teknik asurans untuk
memeroleh keyakinan memadai maupun keyakinan terbatas, jika relevan,
tentang apakah informasi hal pokok bebas dari kesalahan penyajian material.
Dalam perikatan langsung, praktisi mengukur atau mengevaluasi hal pokok
yang mendasari kriteria dan menerapkan keterampilan dan teknik asurans
untuk memeroleh keyakinan memadai maupun keyakinan terbatas, jika
relevan, tentang apakah hasil pengukuran atau evaluasi tersebut bebas dari
kesalahan penyajian material.
Praktisi adalah pihak yang bertanggung jawab untuk kesimpulan asurans
yang dinyatakan, dan bahwa tanggung jawab tidak berkurang oleh
penggunaan pakar atas pekerjaan seorang pakar atau pakar asurans lainnya.
Meskipun demikian, jika praktisi menggunakan hasil kerja pakar, setelah
mengikuti Standar Asurans yang relevan, menyimpulkan bahwa pekerjaan
pakar tersebut memadai untuk tujuan praktisi, praktisi dapat menerima
temuan atau kesimpulan pakar sebagai bukti yang tepat.
 Pihak yang Bertanggung Jawab
Pihak yang bertanggung jawab adalah pihak yang bertanggung jawab atas
hal pokok yang mendasarinya. Dalam perikatan atestasi, pihak yang
bertanggung jawab sering juga merupakan pengukur atau evaluator. Pihak
yang bertanggung jawab mungkin atau mungkin bukan pihak yang
melaksanakan perikatan dengan praktisi untuk melakukan perikatan asurans
(pihak yang terlibat).
 Pengguna yang Dituju
Pengguna yang dituju adalah individu atau kelompok individu yang dituju
dalam laporan asurans yang diterbitkan oleh praktisi. Pihak yang
bertanggung jawab dapat merupakan satu dari para pengguna laporan yang
dituju, namun bukan hanya satu-satunya pengguna yang dituju.
Pengguna yang dituju atau perwakilannya dilibatkan dengan praktisi dan
pihak yang bertanggung jawab (dan jika berbeda, pihak yang melakukan
perikatan dengan praktisi) dalam menentukan ketentuan perikatan. Namun,
tanpa memerhatikan perikatan pihak lain, dan tidak seperti perikatan
prosedur yang disepakati (yang merupakan suatu pelaporan atas temuan
berdasarkan prosedur yang dilaksanakan, daripada merupakan suatu
kesimpulan):
a) Praktisi bertanggung jawab untuk menentukan sifat, saat, dan luasnya
prosedur; dan
b) Praktisi menganggap perlu untuk melaksanakan prosedur tambahan jika
informasi yang menjadi perhatian praktisi berbeda secara signifikan dari
yang menjadi dasar penentuan prosedur yang telah direncanakan.
 Hal Pokok yang Mendasarinya
Hal pokok memiliki beberapa karakteristik yang berbeda, yang mencakup
seberapa kualitatif atau kuantitatif, objektif atau subjektif, dan historis atau
prospektif informasi tentang hal pokok tersebut, serta apakah informasi tentang hal
pokok tersebut terkait dengan suatu titik waktu atau suatu periode. Karakteristik
tersebut memengaruhi:
(a) Tingkat ketepatan atas pengevaluasian dan pengukuran hal pokok terhadap
kriteria; dan
(b) Tingkat kepersuasifan dari bukti yang tersedia.

Ketepatan hal pokok yang mendasari tidak dipengaruhi oleh tingkat


keyakinan, yaitu, jika hal pokok yang mendasarinya tidak sesuai untuk perikatan
keyakinan yang memadai, hal tersebut juga tidak sesuai untuk perikatan keyakinan
terbatas, dan sebaliknya. Hal pokok mendasar yang tepat dapat diidentifikasi dan
mampu untuk diukur atau dievaluasi secara konsisten terhadap kriteria yang
diidentifikasi sehingga prosedur untuk memeroleh bukti yang cukup dan tepat dapat
diterapkan pada informasi hal pokok untuk mendukung kesimpulan keyakinan yang
memadai atau kesimpulan keyakinan terbatas, secara tepat.

 Kriteria
Kriteria adalah pembanding yang digunakan untuk mengevaluasi atau
mengukur hal pokok, termasuk jika relevan, pembanding untuk penyajian dan
pengungkapan.
1. Kriteria dapat bersifat formal, sebagai contoh dalam penyusunan laporan
keuangan, kriteria yang dapat digunakan adalah Standar Akuntansi
Keuangan; dalam pelaporan pengendalian intern, kriteria yang dapat
digunakan adalah kerangka pengendalian internal atau tujuan setiap
pengendalian yang ditetapkan yang didesain secara khusus untuk perikatan
tersebut; dan dalam pelaporan kepatuhan, kriteria yang dapat digunakan
adalah peraturan perundang-undangan atau kontrak yang berlaku.
2. Kriteria yang tidak terlalu formal. Contoh kode etik yang dikembangkan
secara internal atau tingkat kinerja yang disepakati (seperti jumlah
pertemuan suatu komite yang diekspektasikan dalam setahun).

Kriteria yang sesuai - Menggambarkan karakteristik sebagai berikut:


(a) Relevan: kriteria yang relevan memberikan kontribusi terhadap kesimpulan
yang membantu pengambilan keputusan oleh pengguna yang dituju.
(b) Kelengkapan: kriteria dikatakan cukup lengkap bila faktor-faktor relevan
yang dapat berdampak terhadap kesimpulan dalam konteks kondisi perikatan
tidak dihilangkan yang mungkin memengaruhi keputusan pengguna yang
dituju. Kriteria lengkap mencakup, jika relevan, standar untuk penyajian dan
pengungkapan.
(c) Keandalan: kriteria yang andal memungkinkan pengevaluasian dan
pengukuran yang konsisten dan masuk akal terhadap hal pokok termasuk,
jika relevan, penyajian dan pengungkapan, bila digunakan dalam kondisi
yang sama oleh praktisi yang sama.
(d) Kenetralan: kriteria yang netral memberikan kontribusi kepada kesimpulan
yang bebas dari keberpihakan.
(e) Dapat dipahami: kriteria yang dapat dipahami memberikan kontribusi
kepada kesimpulan yang jelas, komprehensif, dan tidak rentan terhadap
penafsiran yang berbeda secara signifikan.

Kriteria perlu tersedia bagi pengguna yang dituju untuk memungkinkan


mereka memahami bagaimana hal pokok telah dievaluasi atau diukur. Kriteria
tersedia bagi pengguna yang dituju melalui satu atau lebih cara berikut ini:
(a) Publikasi.
(b) Pencantuman yang jelas dalam penyajian informasi hal pokok.
(c) Pencantuman yang dengan jelas dalam laporan asurans.
(d) Merupakan pemahaman umum, sebagai contoh jam dan menit digunakan
sebagai kriteria untuk pengukuran waktu.
 Bukti
Perikatan asurans direncanakan dan dilaksanakan dengan suatu sikap
skeptisisme profesional untuk memeroleh bukti yang cukup dan tepat tentang
apakah informasi hal pokok bebas dari kesalahan penyajian material. Praktisi
mempertimbangkan materialitas, risiko perikatan asurans, serta kuantitas dan
kualitas bukti yang tersedia ketika melakukan perencanaan dan pelaksanaan
perikatan, khususnya ketika menentukan sifat, saat, dan luas prosedur pengumpulan
bukti.

Skeptisisme Profesional
Skeptisisme profesional adalah sikap yang waspada terhadap hal berikut:
(a) Bukti yang tidak konsisten dengan bukti lain yang diperoleh;
(b) Informasi yang mempertanyakan keandalan dokumen dan respons terhadap
pertanyaan yang akan digunakan sebagai bukti;
(c) Kondisi yang mengharuskan perlunya prosedur selain yang ditentukan oleh
Standar Asurans yang relevan; dan
(d) Kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian.

Skeptisisme profesional diperlukan untuk penilaian kritis terhadap bukti. Ini


termasuk mempertanyakan bukti yang tidak konsisten dan keandalan dokumen dan
respons terhadap permintaan keterangan. Ini juga mencakup pertimbangan
kecukupan dan ketepatan bukti yang diperoleh dengan mempertimbangkan kondisi.
Kecuali perikatan mencakup keyakinan tentang apakah dokumen itu asli, catatan
dan dokumen dapat diterima sebagai asli kecuali jika praktisi memiliki alasan untuk
percaya sebaliknya. Namun demikian, praktisi menganggap keandalan informasi
untuk digunakan sebagai bukti.
Pertimbangan Profesional
Pertimbangan profesional sangat penting untuk pelaksanaan perikatan
asurans yang tepat. Hal tersebut disebabkan karena interpretasi dari ketentuan etika
dan Standar Asurans yang relevan dan keputusan berdasarkan informasi yang
diperlukan selama perikatan tidak dapat dilakukan tanpa penerapan pelatihan,
pengetahuan, dan pengalaman yang relevan dengan fakta dan keadaan.
Pertimbangan profesional diperlukan khususnya terkait keputusan tentang:
 Materialitas dan risiko perikatan.
 Sifat, saat, dan luas prosedur yang digunakan untuk memenuhi ketentuan
Standar Asurans yang relevan dan memeroleh bukti.
 Mengevaluasi apakah bukti yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan
apakah lebih banyak yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan Standar
Asurans yang relevan. Khususnya, dalam kondisi perikatan keyakinan
terbatas. Pertimbangan profesional diperlukan dalam mengevaluasi apakah
tingkat asurans yang berarti telah diperoleh.
 Dalam kondisi perikatan langsung, kriteria diterapkan pada hal pokok yang
mendasari, dan jika praktisi memilih atau mengembangkan kriteria, maka
pilih atau kembangkan kriteria tersebut. Dalam kondisi perikatan atestasi,
evaluasi penilaian tersebut dibuat oleh pihak lain.
 Kesimpulan yang tepat untuk diambil berdasarkan bukti yang diperoleh.

Pelaksaan pertimbangan profesional dalam kondisi tertentu didasarkan pada


fakta dan keadaan yang diketahui oleh praktisi. Konsultasi mengenai hal-hal yang
sulit atau kontroversial selama perikatan, baik di dalam tim perikatan dan antara tim
perikatan dan yang lainnya pada tingkat yang sesuai baik di dalam atau di luar KAP
dapat membantu praktisi untuk diberitahu dalam membuat pertimbangan yang
memadai.
Pertimbangan profesional dapat dievaluasi berdasarkan apakah penilaian
yang dicapai mencerminkan penerapan kompetensi yang memadai atas prinsip-
prinsip asurans dan pengukuran atau evaluasi dan sesuai dengan, dan konsisten
dengan, fakta dan keadaan yang diketahui oleh praktisi sampai dengan tanggal
laporan praktisi.

Kecukupan dan Ketepatan Bukti


Kecukupan dan ketepatan bukti adalah saling terkait. Kecukupan adalah
ukuran kuantitas bukti. Ketepatan adalah ukuran kualitas bukti tersebut; yaitu
relevansi dan keandalan bukti tersebut. Kuantitas bukti yang diperlukan dipengaruhi
oleh risiko kesalahan penyajian material suatu informasi hal pokok (makin besar
risiko, kemungkinan besar makin banyak bukti yang dibutuhkan) dan juga oleh
kualitas bukti tersebut (makin berkualitas suatu bukti, kemungkinan makin sedikit
bukti yang dibutuhkan). Oleh karena itu, kecukupan dan ketepatan bukti terkait satu
sama lain. Namun, kuantitas bukti yang lebih banyak belum tentu dapat
mengkompensasi kualitas bukti yang buruk

Materialitas
Materialitas adalah relevan ketika praktisi menentukan sifat, saat, dan luas
prosedur pengumpulan bukti, dan ketika menilai apakah informasi hal pokok bebas
dari kesalahan penyajian material. Pertimbangan profesional terkait materialitas
dibentuk berdasarkan kondisi perikatan tetapi tidak dipengaruhi oleh tingkat
asurans, yang berdasarkan tujuan dan pengguna yang sama, materialitas untuk
perikatan keyakinan memadai sama dengan perikatan keyakinan terbatas karena
materialitas didasarkan pada kebutuhan informasi pengguna yang dituju.
Materialitas dipertimbangkan dalam konteks faktor kualitatif dan, jika
relevan, faktor kuantitatif. Kepentingan relatif dari faktor kualitatif dan kuantitatif
ketika mempertimbangkan materialitas dalam perikatan tertentu terkait dengan
pertimbangan profesional.
Materialitas berkaitan dengan informasi yang dicakup oleh laporan asurans
praktisi. Oleh karena itu, ketika perikatan mencakup beberapa, tetapi tidak semua
aspek informasi hal pokok, materialitas dipertimbangkan dalam kaitannya dengan
hanya sebagian dari informasi hal pokok yang dicakup oleh perikatan.
Risiko Perikatan Asurans
Risiko perikatan asurans adalah risiko yang muncul sebagai akibat praktisi
menyatakan kesimpulan yang tidak tepat ketika terjadi kesalahan penyajian material
atas informasi hal pokok. Risiko perikatan tidak merujuk atau mencakup risiko
bisnis praktisi, seperti kerugian akibat litigasi, publisitas yang merugikan, atau
peristiwa lain yang muncul sehubungan dengan informasi hal pokok tertentu.
Menurunkan risiko perikatan menjadi nol sangat jarang dapat dicapai atau
tidak menguntungkan dalam segi biaya dan, oleh karena itu, tingkat “keyakinan
memadai” lebih rendah dari keyakinan absolut, sebagai akibat dari faktor-faktor
seperti berikut:
 Penggunaan pengujian selektif.
 Keterbatasan inheren dari pengendalian internal.
 Fakta bahwa banyak bukti yang tersedia bagi praktisi lebih bersifat persuasif
daripada konklusif.
 Penggunaan pertimbangan profesional dalam mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti dan merumuskan kesimpulan berdasarkan bukti tersebut.
 Dalam beberapa kondisi, karakteristik dari hal pokok yang mendasarinya
ketika diukur atau dievaluasi terhadap kriteria.

Secara umum, risiko perikatan asurans dapat diwakili oleh unsur-unsur


berikut ini, meskipun tidak semua unsur tersebut akan secara otomatis ada atau
signifikan untuk semua perikatan asurans:
(a) Risiko yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh praktisi, yang terdiri
dari:
(i) Risiko inheren: kerentanan informasi hal pokok terhadap suatu
kesalahan penyajian material, dengan asumsi tidak ada
pengendalian yang terkait; dan
(ii) Risiko pengendalian: risiko bahwa kesalahan penyajian material
yang dapat terjadi tidak dapat dicegah, atau dideteksi dan
dikoreksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal terkait.
(b) Risiko yang dipengaruhi secara langsung oleh praktisi, yang terdiri dari:
(i) Risiko deteksi: risiko bahwa praktisi tidak akan mendeteksi suatu
kesalahan penyajian material yang ada; dan
(ii) Dalam kondisi perikatan langsung, risiko yang terkait dengan
pengukuran atau evaluasi praktisi terhadap hal pokok yang
mendasarinya terhadap kriteria (risiko pengukuran atau evaluasi).

Tingkat relevansi setiap komponen terhadap perikatan dipengaruhi oleh


kondisi perikatan, khususnya:
 Sifat hal pokok yang mendasari dan informasi hal pokok. Sebagai contoh,
konsep risiko pengendalian mungkin lebih berguna ketika hal pokok yang
mendasarinya berkaitan dengan penyusunan informasi tentang kinerja suatu
entitas daripada berkaitan dengan informasi tentang efektivitas pengendalian
atau keberadaan kondisi fisik.
 Apakah perikatan keyakinan yang memadai atau perikatan asurans terbatas
sedang dilakukan. Sebagai contoh, dalam perikatan asurans terbatas, praktisi
mungkin sering memutuskan untuk memeroleh bukti dengan cara lain selain
pengujian pengendalian, dalam hal pertimbangan risiko pengendalian
mungkin kurang relevan daripada dalam perikatan keyakinan memadai pada
informasi hal pokok yang sama.
 Apakah itu perikatan langsung atau perikatan atestasi. Sementara konsep
risiko pengendalian relevan dengan perikatan atestasi, konsep risiko
pengukuran atau evaluasi yang lebih luas lebih relevan untuk perikatan
langsung.
 Pertimbangan risiko terkait dengan pertimbangan profesional, dan bukan
masalah yang mampu mengukur secara tepat.
Sifat, Saat dan Luas Prosedur
Kombinasi prosedur biasanya digunakan untuk memeroleh keyakinan yang
memadai atau keyakinan terbatas. Prosedur dapat meliputi:
 Inspeksi
 Observasi
 Konfirmasi
 Penghitungan ulang
 Pelaksanaan ulang
 Prosedur analitis
 Permintaan keterangan

Sifat, saat, dan luas yang eksak dari prosedur pengumpulan bukti akan
berbeda dari satu perikatan ke perikatan yang lain. Secara teori, keberagamaan yang
tidak terbatas dalam prosedur pengumpulan bukti dimungkinkan. Namun dalam
praktik, hal ini sulit untuk dikomunikasikan secara jelas dan tidak meragukan.
Perikatan keyakinan memadai dan perikatan keyakinan terbatas memerlukan
penerapan teknik dan kemampuan asurans dan pengumpulan bukti yang cukup dan
tepat sebagai bagian dari proses perikatan yang sistematis dan berulang, termasuk
pemerolehan pemahaman atas hal pokok dan kondisi perikatan lainnya.
Suatu perikatan keyakinan memadai, meliputi:
(a) Berdasarkan pemahaman hal pokok yang mendasari dan kondisi perikatan
lainnya, mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material
dalam informasi hal pokok;
(b) Pendesainan dan pelaksanaan prosedur untuk merespons risiko yang dinilai
untuk memeroleh keyakinan memadai yang mendukung kesimpulan praktisi.
(c) Mengevaluasi kecukupan dan ketepatan bukti yang diperoleh dalam konteks
perikatan dan, jika perlu dalam kondisi tersebut, berupaya untuk memeroleh
bukti lanjutan.

Sifat, saat, dan luas prosedur untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan
tepat dalam perikatan keyakinan terbatas relatif lebih sempit dibandingkan perikatan
keyakinan memadai. Standar Asurans spesifik yang mendasari hal pokok dapat
menetapkan bahwa, sebagai contoh, bukti yang cukup dan tepat untuk jenis
perikatan keyakinan terbatas tertentu diperoleh terutama melalui prosedur analitik
dan permintaan keterangan. Akan tetapi, dengan tidak adanya Standar Asurans
khusus pokok permasalahan untuk jenis-jenis perikatan keyakinan terbatas lainnya,
prosedur untuk mengumpulkan bukti yang memadai yang memadai mungkin atau
mungkin bukan prosedur dan penyelidikan analitis dan akan bervariasi sesuai
dengan kondisi perikatan, khususnya, hal pokok yang mendasarinya, dan kebutuhan
informasi dari pengguna yang dituju dan pihak yang terlibat, termasuk kendala
waktu dan biaya yang relevan. Penentuan sifat, saat, dan luas prosedur terkait
dengan pertimbangan profesional dan akan bervariasi dari satu perikatan ke
perikatan lainnya.
Suatu perikatan keyakinan terbatas, meliputi:
(a) Berdasarkan pada pemahaman tentang hal pokok yang mendasarinya dan
kondisi perikatan lainnya, mengidentifikasi area di mana kesalahan
penyajian material dari informasi hal pokok cenderung muncul;
(b) Pendesainan dan pelaksanaan prosedur untuk merespons area tersebut untuk
memeroleh keyakinan terbatas yang mendukung kesimpulan praktisi; dan
(c) Jika praktisi menyadari suatu hal yang menyebabkan praktisi percaya bahwa
informasi hal pokok mungkin kesalahan penyajian secara material, maka
praktisi mendesain dan melaksanakan prosedur tambahan untuk memeroleh
bukti lebih lanjut.

Kuantitas dan Kualitas Bukti yang Tersedia


Kuantitas atau kualitas bukti yang tersedia dipengaruhi oleh:
(a) Karakteristik hal pokok dan informasi hal pokok. Sebagai contoh,
karakteristik bukti dari informasi tentang hal pokok yang berorientasi ke
masa depan cenderung bersifat kurang objektif daripada informasi tentang
hal pokok yang berorientasi historis; dan
(b) Kondisi perikatan selain karakteristik hal pokok, seperti ketika bukti yang
diekspektasikan tersedia ternyata tidak tersedia yang disebabkan oleh,
sebagai contoh, saat penunjukan praktisi, kebijakan entitas tentang
penyimpanan dokumen, atau pembatasan yang dilakukan oleh pihak yang
bertanggung jawab.

Suatu kesimpulan wajar tanpa pengecualian tidak tepat diberikan untuk


kedua jenis perikatan asurans ketika terdapat pembatasan material atas ruang
lingkup pekerjaan praktisi, yaitu ketika:
(a) Kondisi yang menghalangi praktisi dalam memeroleh bukti yang diperlukan
untuk menurunkan risiko perikatan asurans ke tingkat yang tepat; atau
(b) Pihak yang bertanggung jawab atau pihak yang melakukan perikatan
mengenakan suatu pembatasan yang menghalangi praktisi dalam memeroleh
bukti yang diperlukan untuk menurunkan risiko perikatan asurans ke tingkat
yang tepat.

 Laporan Asurans
Praktisi membentuk kesimpulan berdasarkan bukti yang diperoleh, dan
memberikan laporan tertulis yang berisi pernyataan yang jelas terkait kesimpulan
asurans tentang informasi hal pokok. Standar Asurans menetapkan unsur-unsur
dasar untuk laporan asurans.
Dalam perikatan asurans yang memadai, kesimpulan praktisi dinyatakan
dalam bentuk positif yang menyampaikan pendapat praktisi tentang hasil
pengukuran atau evaluasi hal pokok yang mendasarinya.
Dalam perikatan berbasis asersi, kesimpulan praktisi dapat dinyatakan
melalui salah satu dari cara-cara berikut ini:
 Ketika dinyatakan atas informasi hal pokok yang mendasari dan kriteria
yang berlaku, “Menurut opini kami, entitas telah patuh, dalam semua hal
yang material, terhadap peraturan perundang-undangan XYZ”.
 Ketika dinyakan atas hal informasi hal pokok dan kriteria yang berlaku,
“Menurut opini kami, laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan entitas pada [tanggal] dan kinerja
keuangan serta arus kasnya untuk tahun yang berakhir pada [tanggal] sesuai
dengan kerangka XYZ"; atau
 Ketika dinyatakan atas pernyataan yang dibuat oleh pihak yang sesuai,
“Menurut pendapat kami, pernyataan [pihak yang sesuai] bahwa entitas telah
mematuhi peraturan perundang-undangan XYZ, dalam semua hal yang
material, secara wajar,” atau “Menurut opini kami, pernyataan [pihak yang
sesuai] bahwa indikator kinerja utama disajikan sesuai dengan kriteria XYZ,
dalam semua hal yang material, dinyatakan secara wajar".

Dalam perikatan langsung, kesimpulan praktisi dinyatakan secara langsung


atas hal pokok dan kriterianya.
Dalam perikatan yang memberikan keyakinan terbatas, praktisi menyatakan
kesimpulannya dalam bentuk negatif, sebagai contoh: “Berdasarkan hasil pekerjaan
kami seperti yang dijelaskan dalam laporan ini, tidak ada hal yang menjadi perhatian
kami yang menyebabkan kami yakin bahwa pengendalian internal PT ABC tidak
efektif, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kriteria XYZ”.
Praktisi dapat memilih tipe pelaporan "bentuk pendek" atau "bentuk
panjang" untuk memfasilitasi komunikasi yang efektif dengan pengguna yang
dituju. Laporan "bentuk pendek" biasanya hanya memasukkan unsur-unsur dasar.
Laporan "bentuk panjang" termasuk informasi dan penjelasan lain yang tidak
dimaksudkan untuk memengaruhi kesimpulan praktisi. Selain unsur-unsur dasar,
laporan bentuk panjang dapat menjelaskan secara terperinci ketentuan perikatan,
kriteria yang digunakan, temuan yang berkaitan dengan aspek tertentu perikatan,
rincian kualifikasi dan pengalaman praktisi dan pihak lainnya yang terlibat dengan
perikatan, pengungkapan tingkat materialitas, dan, dalam beberapa kondisi,
rekomendasi. Apakah akan memasukkan informasi tersebut tergantung pada
signifikansinya terhadap kebutuhan informasi dari pengguna yang dituju.
Kesimpulan praktisi jelas terpisah dari informasi atau penjelasan yang tidak
dimaksudkan untuk memengaruhi kesimpulan praktisi, termasuk Penekanan Suatu
Hal, Hal Lain, temuan terkait dengan aspek tertentu dari perikatan, rekomendasi
atau informasi tambahan yang termasuk dalam laporan asurans. Frasa yang
digunakan memperjelas bahwa Penekanan Suatu Hal, Hal Lain, temuan,
rekomendasi atau informasi tambahan tidak dimaksudkan untuk mengurangi
kesimpulan praktisi.

Praktisi tidak menyatakan kesimpulan wajar tanpa pengecualian untuk


kedua jenis perikatan asurans ketika kondisi-kondisi berikut ini ada dan, menurut
pertimbangan praktisi, dampak kondisi tersebut material atau mungkin material:
(a) Terdapat pembatasan atas ruang lingkup pekerjaan praktisi. Praktisi
menyatakan kesimpulan wajar dengan pengecualian atau tidak memberikan
pendapat tergantung pada seberapa material atau pervasif pembatasan
tersebut. Dalam beberapa kondisi, praktisi mempertimbangkan untuk
menarik diri dari perikatan.
(b) Ketika, menurut pertimbangan profesional praktisi, terdapat kesalahan
penyajian material pada informasi hal pokok. Dalam kondisi tersebut,
praktisi mengungkapkan kesimpulan dengan pengecualian atau tidak wajar.
Dalam perikatan langsung di mana informasi hal pokok adalah kesimpulan
praktisi, dan praktisi menyimpulkan bahwa beberapa atau semua hal pokok
yang mendasarinya, dalam semua hal yang material, tidak sesuai dengan
kriteria, kesimpulan seperti dengan pengecualian dianggap memenuhi syarat
(atau tidak wajar jika relevan).
Suatu opini dengan pengecualian dinyatakan ketika dampak atau potensi
dampak atas hal pokok tidak terlalu material dan pervasif untuk sehingga tidak
mengharuskan kesimpulan tidak wajar atau tidak menyatakan pendapat.
Jika ditemukan setelah perikatan diterima bahwa satu atau lebih prakondisi
untuk perikatan asurans tidak ada, praktisi membahas masalah tersebut dengan
pihak yang tepat, dan menentukan:
(a) Apakah hal tersebut dapat diselesaikan untuk memenuhi keinginan praktisi;
(b) Apakah tepat untuk melanjutkan perikatan, dan
(c) Apakah dan, jika demikian, bagaimana mengomunikasikan hal tersebut
dalam laporan asurans.

Jika ditemukan setelah perikatan diterima bahwa kriteria ternyata tidak


cocok atau hal pokok tidak tepat bagi perikatan Asurans, praktisi
mempertimbangkan untuk menarik diri dari perikatan, jika dimungkinkan oleh
peraturan perundang-undangan. Jika praktiksi melanjutkan perikatan, praktisi
menyatakan:
(a) Kesimpulan wajar dengan pengecualian atau tidak wajar tergantung dari
seberapa material atau pervasif hal tersebut, bila kriteria yang tidak cocok
atau hal pokok yang tidak tepat tersebut kemungkinan besar menyesatkan
pengguna yang dituju; atau
(b) Kesimpulan wajar dengan pengecualian atau tidak memberikan kesimpulan
trergantung dari seberapa material atau pervasif hal tersebut.

Hal Lain
Tanggung Jawab Komunikasi Lainnya
Praktisi mempertimbangkan apakah, sesuai dengan ketentuan perikatan dan
kondisi perikatan lainnya, ada hal yang menarik perhatian praktisi untuk
dikomunikasikan dengan pihak yang bertanggung jawab, pengukur atau evaluator,
pihak perikatan, dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Dokumentasi
Dokumentasi perikatan mencakup bagaimana praktisi mengatasi
ketidakkonsistensian antara informasi yang diidentifikasi oleh praktisi dan
kesimpulan akhir praktisi mengenai hal yang signifikan.
Independensi Dalam Perikatan Audit Dan Perikatan Reviu (KEPAP 2021)

Standar Pengendalian Mutu (SPM) 1 mensyaratkan Kantor untuk menetapkan


kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bahwa
Kantor, personel dan, jika dapat diterapkan, pihak lain untuk tunduk pada persyaratan
independensi (termasuk personel dari Jaringan Kantor), mempertahankan independensi
jika diharuskan oleh persyaratan etika yang relevan. Standar audit dan standar perikatan
reviu menetapkan tanggung jawab rekan perikatan dan tim perikatan pada level
perikatan audit dan perikatan reviu. Alokasi tanggung jawab dalam suatu Kantor
bergantung pada ukuran, struktur, dan organisasinya. Banyak ketentuan dalam bagian
ini tidak mengatur tanggung jawab spesifik dari individu dalam Kantor untuk
melakukan tindakan yang berkaitan dengan independensi, melainkan mengacu kepada
“Kantor” untuk kemudahan referensi. Kantor menetapkan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan tertentu bagi individu atau sekelompok individu (seperti tim audit),
berdasarkan SPM 1. Selain itu, seorang Anggota tetap bertanggung jawab atas
kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku atas aktivitas, kepentingan, atau hubungan
dari Anggota.
Independensi terkait dengan prinsip objektivitas dan integritas. Independensi
terdiri atas:
(a) Independensi dalam pemikiran - sikap mental pemikiran yang memungkinkan
untuk menyatakan suatu kesimpulan dengan tidak terpengaruh oleh tekanan
yang dapat mengompromikan pertimbangan profesional, sehingga
memungkinkan individu bertindak secara berintegritas serta menerapkan
objektivitas dan skeptisisme profesional.
(b) Independensi dalam penampilan - penghindaran fakta dan keadaan yang sangat
signifikan sehingga pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang
cukup, kemungkinan akan menyimpulkan bahwa integritas, objektivitas, atau
skeptisisme profesional dari Kantor, atau seorang anggota tim audit telah
dikompromikan.
Dalam bagian ini, individu atau Kantor yang “independen” berarti bahwa individu atau
Kantor tersebut telah memenuhi ketentuan pada bagian ini.
Jika suatu entitas menjadi klien audit selama atau setelah periode yang dicakup
oleh laporan keuangan yang akan diberikan opini oleh Kantor, harus ditentukan oleh
Kantor apakah ancaman terhadap independensi muncul karena:
(a) Hubungan keuangan atau hubungan bisnis dengan klien audit selama atau
setelah periode yang dicakup oleh laporan keuangan tetapi sebelum menerima
perikatan audit; atau
(b) Jasa sebelumnya yang diberikan kepada klien audit oleh Kantor tersebut atau
Jaringan Kantornya.

Ancaman terhadap independensi muncul ketika jasa nonasurans diberikan


kepada klien audit selama atau setelah periode yang dicakup oleh laporan keuangan,
tetapi sebelum tim audit mulai melakukan audit, dan jasa nonasurans tidak diizinkan
selama periode perikatan.

Kantor harus mendokumentasikan kesimpulan mengenai kepatuhan pada bagian


ini, dan substansi dari setiap diskusi yang relevan yang mendukung kesimpulan
tersebut. Khususnya:
(a) Ketika pengamanan diterapkan untuk mengatasi suatu ancaman, Kantor harus
mendokumentasikan sifat ancaman dan pengamanan yang tersedia atau
diterapkan; dan
(b) Ketika suatu ancaman memerlukan analisis signifikan, dan Kantor
menyimpulkan bahwa ancaman tersebut berada pada suatu level yang dapat
diterima, maka Kantor tersebut harus mendokumentasikan sifat ancaman dan
alasan kesimpulan.

Dokumentasi menyediakan bukti atas pertimbangan Kantor dalam menyusun


kesimpulan mengenai kepatuhan terhadap bagian ini. Namun kurangnya dokumentasi
tidak menentukan apakah suatu Kantor telah mempertimbangkan permasalahan tertentu
atau apakah Kantor tersebut independen.

Jika Kantor menyimpulkan bahwa pelanggaran atas persyaratan dalam bagian


ini terjadi, maka Kantor harus:
(a) Mengakhiri, menangguhkan, atau menghilangkan kepentingan atau hubungan
yang memunculkan pelanggaran dan mengatasi konsekuensi dari pelanggaran
tersebut;
(b) Mempertimbangkan apakah terdapat persyaratan peraturan perundang-undangan
lain yang berlaku untuk pelanggaran tersebut dan, jika demikian maka:
(i) Mematuhi persyaratan tersebut; dan
(ii) Mempertimbangkan untuk melaporkan pelanggaran tersebut kepada
asosiasi profesi, regulator, atau otoritas pengawas jika pelaporan
tersebut merupakan praktik yang lazim atau diharapkan dilakukan
sesuai ketentuan yang relevan;
(c) Mengomunikasikan segera pelanggaran tersebut sesuai dengan kebijakan dan
prosedur kepada:
(i) Rekan perikatan;
(ii) Pihak yang bertanggung jawab atas kebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan independensi;
(iii) Personel relevan lainnya di Kantor dan, jika relevan, jaringan Kantor;
dan
(iv) Pihak yang tunduk pada persyaratan independensi yang perlu
melakukan tindakan yang tepat;
(d) Mengevaluasi signifikansi pelanggaran dan dampaknya terhadap objektivitas
Kantor dan kemampuan untuk menerbitkan laporan audit; dan
(e) Bergantung pada signifikansi pelanggaran, menentukan:
(i) Apakah mengakhiri perikatan audit tersebut; atau
(ii) Apakah mungkin untuk melakukan tindakan yang memuaskan untuk
mengatasi konsekuensi pelanggaran tersebut dan apakah tindakan
tersebut dapat dilakukan dan tepat untuk keadaan tersebut.
Sumber Daya Manusia

KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk


memberikan keyakinan memadai bahwa KAP memiliki jumlah personel yang cukup
dengan kompetensi, kemampuan, dan komitmen terhadap prinsip etika profesi yang
diperlukan untuk:
(a) Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku; dan
(b) Memungkinkan KAP atau rekan perikatan untuk menerbitkan laporan yang tepat
dengan kondisinya

Isu-isu personel yang relevan dengan kebijakan dan prosedur KAP yang
berhubungan dengan sumber daya manusia mencakup:
 Rekrutmen.
 Evaluasi kinerja.
 Kemampuan, termasuk waktu pelaksanaan penugasan.
 Kompetensi.
 Pengembangan karier.
 Promosi.
 Kompensasi.
 Estimasi kebutuhan personel.

Proses dan prosedur rekrutmen yang efektif membantu KAP memilih individu
yang memiliki kapasitas untuk mengembangkan kompetensi dan kemampuan yang
diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan dan memiliki karakteristik yang tepat untuk
dapat bekerja secara kompeten.
Kompetensi dapat dikembangkan melalui berbagai metode, yang mencakup:
 Pendidikan profesional.
 Pengembangan profesional berkelanjutan, termasuk pelatihan.
 Pengalaman kerja.
 Bimbingan oleh staf yang lebih berpengalaman, sebagai contoh, anggota tim
perikatan lainnya.
 Pendidikan mengenai independensi bagi personel yang disyaratkan untuk
independen.

Kompetensi dari personel KAP bergantung pada luasnya pengembangan


profesional yang berkelanjutan pada tingkat yang tepat sehingga personel tersebut dapat
memelihara pengetahuan dan kemampuannya. Kebijakan dan prosedur yang efektif
menekankan perlunya diadakan pelatihan yang berkelanjutan untuk seluruh tingkatan
personel KAP, dan menyediakan sumber daya dan bantuan pelatihan yang diperlukan
yang memungkinkan personel tersebut untuk mengembangkan dan memelihara
kompetensi dan kemampuan yang dipersyaratkan.
KAP dapat menggunakan individu dari luar KAP yang memenuhi kualifikasi,
ketika sumber daya teknis dan pelatihan dari dalam KAP tidak tersedia.
Prosedur penilaian kinerja, kompensasi dan promosi menunjukkan pengakuan
dan penghargaan atas pengembangan dan pemeliharaan kompetensi dan komitmen
terhadap prinsip etika profesi. Langkah-langkah yang dapat diambil oleh KAP dalam
mengembangkan dan memelihara kompetensi dan komitmen terhadap prinsip etika
profesi mencakup:
 Memberikan pemahaman kepada personel KAP mengenai harapan KAP atas
kinerja dan prinsip etika profesi;
 Memberikan penilaian dan konseling kepada personel KAP atas kinerja,
peningkatan kompetensi, dan pengembangan karier; dan
 Membantu personel KAP dalam memahami bahwa kenaikan jabatan dengan
tanggung jawab yang lebih besar bergantung pada, antara lain, kualitas kinerja
dan kepatuhan terhadap prinsip etika profesi. Kegagalan dalam mematuhi
kebijakan dan prosedur KAP tersebut dapat mengakibatkan sanksi indisipliner
Isu Hukum

Kebijakan dan prosedur tersebut harus mengatur:


(a) KAP harus memperoleh informasi yang dianggap perlu sebelum menerima
perikatan dari suatu klien baru, ketika mempertimbangkan keberlanjutan
perikatan yang ada, dan ketika mempertimbangkan penerimaan suatu jenis
perikatan baru dari klien yang ada;
(b) Jika KAP mengidentifikasi adanya potensi benturan kepentingan dalam
penerimaan perikatan dari suatu klien baru atau klien yang ada, maka KAP harus
menentukan tepat tidaknya menerima perikatan tersebut,
(c) Jika isu yang terkait dengan penerimaan klien atau perikatan telah
teridentifikasi, dan KAP telah memutuskan untuk menerima dan melanjutkan
hubungan dengan klien atau suatu perikatan tertentu, maka KAP harus
mendokumentasikan bagaimana isu tersebut diselesaikan.

KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur atas keberlanjutan suatu


perikatan dan hubungan dengan klien untuk menangani suatu kondisi yang dapat
menyebabkan KAP untuk menolak perikatan seandainya informasi terkait tersedia lebih
awal. Kebijakan dan prosedur tersebut harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
(a) Tanggung jawab profesional dan tanggung jawab hukum yang diterapkan sesuai
dengan kondisinya, termasuk ada tidaknya ketentuan bagi KAP untuk
memberitahukan pihak yang menugasi KAP, atau dalam kondisi tertentu, kepada
badan pengatur; dan
(b) Kemungkinan untuk mengundurkan diri dari perikatan atau memutuskan
hubungan dengan klien atau keduanya.

Seorang akuntan publik bertanggungjawab jawab atas pekerjaannya termasuk


auditing, perpajakan, konsultasi manajemen dan jasa akuntansi, sehingga jika terdapat
kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian akuntan publik maka akuntan publik dapat
diminta pertanggungjawaban secara hukum.
Selama melakukan audit, auditor juga bertanggungjawab atas hal-hal sebagai
berikut antara lain:
1. Mendeteksi kecurangan
Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan
yang tidak disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit
untuk mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan ataupun
kecurangan.
Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan jika terdapat bukti adanya
kecurangan. Laporan ini dilaporkan oleh auditor kepada pihak manajemen,
komite audit, dewandireksi.
2. Tindakan pelanggaran hukum oleh klien
Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
klien. Auditor bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan
melanggar hukum yang memiliki pengaruh langsung dan material pada
penentuan jumlah laporan keuangan. Untuk itu auditor harus merencanakan
suatu audit untuk mendeteksi adanya tindakan melanggar hukum serta
mengimplementasikan rencana tersebut dengan kemahiran yang cermat dan
seksama.
Tanggung jawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum. Apabila suatu
tindakan melanggar hukum berpengaruh material terhadap laporan keuangan,
auditor harus mendesak manajemen untuk melakukan revisi atas laporan
keuangan tersebut. Apabila revisi atas laporan keuangan tersebut kurang tepat,
auditor bertanggung jawab untuk menginformasikannya kepada para pengguna
laporan keuangan melalui suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar bahwa laporan keuangan disajikan tidak sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
3. Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan.
Tanggung jawab ini hanya sebatas opini yang diberikan, sedangkan laporan
keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Hal ini disebabkan
pengetahuan auditor terbatas pada apa yang diperolehnya melalui audit. Oleh
karena itu penyajian yang wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum, menyiratkan bagian terpadu
tanggung jawab manajemen.
4. Tanggung jawab terhadap profesi.
Tanggung jawab ini mengenai mematuhi standar/ketentuan yang telah disepakati
IAI, termasuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku, standar auditing dan
kode etik akuntan Indonesia.
5. Tanggung jawab terhadap klien.
Auditor berkewajiban melaksanakan pekerjaan dengan seksama dan
menggunakan kemahiran profesionalnya, jika tidak dia akan dianggap lalai dan
bisa dikenakan sanksi.
6. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga
Tanggung jawab ini seperti investor, pemberi kredit dan sebagainya. Contoh dari
tanggung jawab ini adalah tanggung jawab atas kelalaiannya yang bisa
menimbulkan kerugian yang cukup besar, seperti pendapat yang tidak didasari
dengan dasar yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai