Anda di halaman 1dari 40

PENENTUAN BESARNYA BIAYA PER UNIT

MAKALAH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Akuntansi Manajemen Lanjutan I Program Magister Akuntansi

Disusun Oleh:
Fauziyah Latiefa Salsabila 51622120022
Leva Hadiyanti 51622120024
Nadia Qurrota Aini 51622120031

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkaan rahmat dan juga karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam mudah-mudahan tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta seluruh keluarganya,
sahabatnya, dan sampai lagi kepada umatnya sampai yaumul akhir. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang diberi judul “Penentuan Besarnya
Biaya Per Unit” tepat pada waktunya. Tujuan dari penulisan makalah ini salah
satunya adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Akuntansi
Manajemen Lanjutan I Program Magister Akuntansi Universitas Widyatama.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari doa, saran, motivasi,
dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas terselesaikannya makalah
ini. Sungguh hanyalah Allah SWT yang dapat membalas semua kebaikan yang
telah diberikan. Penulis juga banyak mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Andry Arifian Rachman, S.E., Msi., Ak. selaku dosen pengampu mata
kuliah Akuntansi Manajemen Lanjutan I.
2. Teman-Teman Kelas Karyawan (B2) Program Magister Akuntansi Universitas
Widyatama.
Semoga segala amal dan kebaikan yang telah diberikan senantiasa
mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca. Kritik dan
sarana dari semua pihak sangat diperlukan sebagai masukan untuk penulis.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, 21 September 2022


Penulis

Fauziyah, Leva, dan Nadia

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………… 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………... 4
2.1 Penentuan Tarif Tunggal dan Tarif Departemen…………………… 4
2.1.1 Penentuan Tarif Tunggal…………………………………….. 4
2.1.2 Penentuan Tarif Departemen………………………………… 5
2.2 Metode Alokasi Biaya Overhead…………………………………… 7
2.2.1 Metode Alokasi Langsung (Direct Allocation
Method)……………………………………………………………. 7
2.2.2 Metode Alokasi Bertahap/Beruntun (Step Allocation
Method)……………………………………………………………. 8
2.2.3 Metode Alokasi Timbal Balik (Reciprocal Allocation
Method)……………………………………………………………. 9
2.3 Karakteristik Joint Product…………………………………………. 10
2.4 Akuntansi untuk Joint Product dan By-Product……………………. 11
2.3.1 Akuntansi untuk Joint Product………………………………... 11
2.3.2 Akuntansi untuk By-Product………………………………….. 12
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………. 14
3.1 Penentuan Tarif Tunggal dan Tarif Departemen……………………. 14
3.1.1 Penentuan Tarif Tunggal……………………………………… 14
3.1.2 Penentuan Tarif Departemen………………………………….. 20
3.2 Metode Alokasi Biaya Overhead……………………………………. 26
3.3 Akuntansi untuk Joint Product dan By-Product…………………….. 30
2.3.1 Akuntansi untuk Joint Product………………………………... 30
2.3.2 Akuntansi untuk By-Product…………………………………. 32

ii
BAB IV PENUTUP……………………………………………………... 34
4.1 Kesimpulan……………...…………………………………………... 34
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Setiap perusahaan harus memperhatikan laba dan rugi dalam
memproduksi suatu barang atau produk. Perusahaan harus memiliki
kebijaksanaan dalam memperhitungkan fakto-faktor yang mempengaruhi
tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuannya, perusahaan haruslah
memperhitungkan dengan baik dan benar mengenai biaya-biaya yang
nantinya akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang atau produk
guna menentukan harga jual barang atau produk tersebut.
Biaya adalah salah satu unsur penting yang harus diketahui pasti oleh
perusahaan, karena ketepatan penentuan biaya akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan yang akan diambil oleh perusahaan. Biaya per unit
suatu barang atau produk merupakan suatu informasi yang penting bagi
perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap
dijual. Sehingga biaya produk, pengukuran biaya dan pembebanan biaya
diperlukan untuk mendapatkan informasi biaya per unit.
Biaya yang dikorbankan untuk pengolahan produk tersebut lazimnya
disebut dengan biaya produksi. Biaya produksi merupakan biaya yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan proses produksi.
Menurut (Widjajana & Widyaningsih, 2007) biaya produksi merupakan
sebagian keseluruhan faktor produksi yang dikorbankan dalam proses
produksi untuk menghasilkan produk. Dalam kegiatan perusahaan, biaya
produksi dihitung berdasarkan jumlah produk yang siap dijual. Biaya
produksi sering disebut ongkos produksi. Berdasarkan definisi tersebut,
pengertian biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan
untuk menghasilkan produk hingga produk itu sampai di pasar, atau sampai
ke tangan konsumen.

1
Menurut (Arni, 2018), komponen biaya produksi terdiri dari biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik. Yang termasuk dalam biaya produksi langsung yaitu bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya produksi tidak
langsung adalah biaya overhead pabrik atau yang sering disebut sebagai
biaya fabrikasi (factory overheadcost). Biaya overhead pabrik yaitu biaya
produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Komponen biaya overhead pabrik yaitu biaya bahan baku tidak langsung
dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam suatu proses produksi juga,
terdapat jenis biaya di dalamnya, yakni joint cost yang didalamnya terdapat
joint product dan by-product. Joint product dan by product merupakan
produk-produk berbeda yang dihasilkan secara simultan melalui joint cost
dari serangkaian proses produksi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membahas lebih dalam
mengenai biaya per unit suatu produk pada makalah ini. Adapun judul dari
makalah ini adalah “Besarnya Biaya Per Unit Produk”.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penentuan tarif tunggal dan tarif departemen?
2. Bagaimana metode alokasi biaya overhead?
3. Bagaimana karakteristik umum joint product?
4. Bagaimana akuntansi untuk joint product dan by-product?
1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas,
maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mengenai penentuan tarif tunggal dan tarif
departemen.
2. Untuk mengetahui mengenai metode-metode yang digunakan dalam
alokasi biaya overhead.

2
3. Untuk mengetahui karakteristik-karakteristik umum dari joint product
atau produk bersama.
4. Untuk mengetahui akuntansi untuk joint product dan by-product.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Penentuan Tarif Tunggal dan Tarif Departemen


2.1.1 Penentuan Tarif Tunggal
Tarif tunggal (plant wide rate) dalam biaya overhead pabrik
menunjukkan bahwa dalam proses produksi pembuatan produk,
walaupun melalui beberapa tahap (departemen) namun tarifnya hanya
satu, sehingga biaya overhead pabrik dibebankan ke harga pokok
produk hanya satu kali. Tahapan atau langkah-langkah dalam
menentukan tarif tunggal biaya overhead pabrik adalah sebagai
berikut:
1. Menyusun biaya overhead pabrik yang diperkirakan timbul dalam
jangka waktu tertentu (satu tahun) sebagai anggaran biaya
overhead pabrik.
2. Menentukan dasar pembebanan bisa berupa: biaya tenaga kerja
(direct labor cost), biaya bahan baku (material cost), jam tenaga
kerja langsung (direct laborhours), jam mesin (machine hours),
physical output, atau dasar lain yang ditentukan oleh pihak
manajemen.
3. Dalam menentukan dasar pembebanan yang berupa jam atau
kapasitas lain, harus dipertimbangkan kapasitas mana yang akan
digunakan. Terdapat beberapa level kapasitas yaitu:
a. Kapasitas teoritis (theoretical capacity), yaitu kemampuan
fasilitas apabila digunakan dalam kondisi penuh tanpa henti
atau istirahat. Kapasitas ini hamper tidak mungkin terwujud
karena kapasitas ini adalah setara 100%.
b. Kapasitas praktis (practical capacity), yaitu kemampuan
suatu fasilitas dengan memperhatikan hambatan internal,
misalnya untuk perbaikan, adanya lembur, pegawai yang

4
malas, peralihan, dan lainnya yang mengakibatkan suatu
fasilitas berhenti bekerja. Hambatan ini antara 15%-25% dari
kapasitas teoritis, sehingga kapasitas praktis akan terjadi
antara 75%-85% dari kapasitas teoritis.
c. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual
capacity), yaitu kemampuan suatu fasilitas dalam suatu
periode tertentu dalam jangka pendek (misalnya satu periode
akuntansi). Kapasitas ini memperhatikan hambatan internal
maupun eksternal (stuasi ekonomi, keadaan pasar, pasokan
bahan baku, dl) untuk satu periode.
d. Kapasitas normal (normal capacity), yaitu kemampuan suatu
fasilitas dalam jangka Panjang (umur ekonomis) dengan
memperhatikan hambatan-hambatan lebih stabil dari satu
period eke periode lain.
4. Menentukan atau menghitung tarif biaya overhead pabrik dengan
formula dasar sebagai berikut.
Anggaran / Aktual BOP
Tarif BOP =
Dasar Pembebanan

2.1.2 Penentuan Tarif BOP Departemen dan Metode Alokasi Biaya


Departemen Jasa
Karakteristik departemen menyebabkan pemicu biaya yang
berbeda, yang digunakan sebagai dasar pembebanan biaya, sehingga
berpengaruh pada perhitungan tarif setiap departemen. Contoh
departemen produksi yang banyak menggunakan mesin, maka tarif
BOP lebih tepat menggunakan jam mesin. BOP departemen produksi
terdiri atas BOP departemen produksi dan alokasi biaya dari
departemen jasa yang digunakan. Oleh karena itu, perlu
mengalokasikan biaya departemen jasa pada departemen produksi
terlebih dahulu sebelum menghitung tarif BOP departemen.

5
Langkah-langkah penentuan tarif BOP departemen:
1. Menyusun anggaran BOP departemen produksi dan anggaran
biaya departemen jasa
Anggaran BOP departemen produksi dan biaya departemen
jasa terdiri atas anggaran biaya langsung dan biaya tidak langsung,
baik yang bersifat variabel maupun tetap. Contoh biaya langsung
adalah supervisor, bahan penolong, pemeliharaan, bahan bakar
dan telepon, karena pemakaiannya dapat ditelusuri langsung
melalui alat pengukur. Contoh biaya tidak langsung adalah
depresiasi gedung yang dipakai bersama-sama oleh beberapa
departemen. Depresiasi gedung tersebut dialokasikan pada setiap
departemen berdasarkan luas lantai.
2. Menetapkan dasar alokasi biaya departemen jasa
Dasar alokasi biaya departemen jasa tergantung pada pemicu
biayanya. Contoh: departemen listrik menggunakan dasar alokasi
konsumsi kwh departemen pengguna, departemen kafetaria yang
banyak menggunakan tenaga karyawan dasar alokasi yang sesuai
adalah jumlah karyawan atau jam kerja karyawan.
3. Mengalokasikan biaya departemen jasa pada departemen produksi
Biaya departemen produksi yang digunakan untuk
menghitung tarif meliputi biaya yang terjadi di departemen
tersebut ditambah dengan biaya alokasi dari departemen jasa.
Biaya departemen jasa dapat dialokasikan dengan menggunakan
metode langsung, bertahap dan aljabar.
a. Metode Langsung
Pada metode ini biaya departemen jasa hanya dialokasikan
ke departemen produksi. Metode ini dapat diterapkan jika
selisih hasil perhitungan biaya produk dibandingkan dengan
metode lain tidak material atau suatu departemen jasa tidak
menggunakan jasa departemen jasa lainnya.

6
b. Metode Bertahap/Bertingkat/Sekuensial
Pada metode ini biaya departemen jasa dialokasikan secara
bertahap ke departemen jasa lainnya dan departemen produksi
yang telah menerima jasa, dimulai dari biaya departemen jasa
yang terbesar. Setelah alokasi biaya departemen jasa pertama
dilakukan, departemen tersebut tidak akan mendapatkan alokasi
dari departemen jasa lain.
c. Metode Aljabar/Resiprokal/Matriks/Simultan
Metode ini dapat diterapkan jika antar departemen jasa
saling memberikan jasa. Pada metode ini biaya departemen jasa
dialokasikan secara simultan dengan menggunakan teknik
aljabar. Metode ini mengalokasikan biaya ke departemen
produksi dan antar departemen jasa.
2.3 Metode Alokasi Biaya Overhead
Dalam pengalokasian biaya overhead pabrik dari departemen
pendukung kedepartemen produksi dapat dilakukan dengan beberapa
metode alokasi. Menurut Horngren, Datar dan Foster (2011) terdapat tiga
macam alokasi biaya, yaitu sebagai berikut:
2.2.1 Metode Alokasi Langsung (Direct Allocation Method)
Metode alokasi langsung adalah metode yang paling sederhana
dan yang paling banyak digunakan dalam mengalokasikan biaya
departemen pendukung ke departemen produksi (departemen utama).
Dalam metode alokasi langsung, biyabiaya yang terjadi di departemen
pendukung dialokasikan secara langsung ke departemen produksi
tanpa memperhatikan jasa yang diberikan ke departemen jasa lainnya.
Dengan demikian, tidak ada interaksi antara departemen pendukung
yang diakui. Kelebihan dari penggunaan metode ini adalah
kemudahan dalam penggunaanya karena tidak perlu memprediksi
seberapa besar penggunaan sumber daya dari departemen pendukung
yang satu dengan yang lainnya. Namun, kelemahan dari metode ini,

7
adalah tidak diperhitungkannya hubungan timbal balik antar
departemen pendukung.
Direct Allocation Method

Departemen
Departemen Jasa 1
Produksi 1

Departemen
Departemen Jasa 2
Produksi 2

Sumber: Horngren, Datar, Foster (2011)


Dari gambar diatas, biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa
1 dan departemen jasa 2 langsung dialokasikan ke departemen
produksi 1 dan departemen produksi 2.
2.2.2 Metode Alokasi Bertahap/Beruntun (Step Allocation Method)
Metode alokasi bertahap mengakui adanya interaksi antar
departemen pendukung. Akan tetapi metode ini tidak sepenuhnya
mengakui interaksi antar departemen pendukung. Maksudnya adalah
salah satu departemen jasa akan dipilih untuk dialokasikan seluruh
biayanya ke departemen jasa yang lain dan ke departemen operasi.
Pemilihan departemen jasa yang pertama kali dipilih untuk
dialokasikan didasarkan pada departemen jasa mana yang
memberikan jasa lebih besar ke departemen jasa lainnya.

8
Direct Allocation Method

Departemen
Departemen Jasa 1
Produksi 1

Departemen
Departemen Jasa 2
Produksi 2

Sumber: Horngren, Datar, Foster (2011)


Dari gambar diatas, departemen jasa 1 dialokasikan pertama kali
biayanya ke departemen jasa 2 dan ke departemen produksi 1 dan
departemen produksi 2, kemudian dedepartemen jasa 2
mengalokasikan seluruh biayanya ke departemen produksi 1 dan
departemen produski 2.
2.2.3 Metode Alokasi Timbal Balik (Reciprocal Allocation Method)
Metode timbal balik ini mempertimbangkan hubungan timbal
balik jasa yang diberikan antara satu departemen jasa dengan
departemen jasa lainnya. Dalam metode ini, semua departemen jasa
akan saling menerima biaya dari departemen jasa lainnya tergantung
dari jasa yang diterimanya.

9
Reciprocal Allocation Method

Departemen
Departemen Jasa 1
Produksi 1

Departemen
Departemen Jasa 2
Produksi 2

Sumber: Horngren, Datar, Foster (2011)


Dalam gambar diatas, departemen jasa 1 menerima biaya dari
departemen jasa 2, begitu juga departemen jasa 2 maneriman biaya
departemen jasa 1.
Untuk menentukan biaya total departemen pendukung agar
mencerminkan adanya interaksi dengan departemen pendukung
lainnya, suatu sistem persamaan linier yang simultan harus
dipecahkan. Masing-masing persamaan biaya bagi sebuah departemen
pendukung didefinisikan sebagai jumlah biaya langsung departemen
ditambah proporsi jasa yang diterima dari departemen pendukung
lainnya.

2.3 Karakteristik Umum Joint Product


Karakteristik produk bersama menurut Abdul Halim (2012: 232) dalam
Farahdiba, et al (2013) adalah sebagai berikut:
1. Produk bersama mempunyai hubungan fisik yang sangat erat satu sama
lain dalam proses produksinya. Bila ada tambahan kuantitas untuk
menambah unit produk yang lain maka kuantitas produk yang lain akan
bertambah secara proporsional.

10
2. Tidak ada satu produk pun dari produk bersama yang secara signifikan
nilainya lebih tinggi dari produk lain.
3. Dalam proses produk bersama dikenal istilah “titik pisah” yakni saat
terpisahnya (split-off) masing-masing jenis produk yang dihasilkan dari
bahan baku, tenaga kerja dan overhead yang telah dinikmati produk
secara bersama-sama.
4. Setelah terpisah (split-off) produk berdiri sendiri-sendiri yang mungkin
langsung dijual atau mungkin pula harus diproses lebih lanjut untuk
mendapatkan produk yang lebih menguntungkan.

2.4 Akuntansi Untuk Joint Product dan By-Product


2.4.1 Akuntansi Untuk Joint Product
Produk bersama atau joint product adalah beberapa produk yang
dihasilkan dari suatu rangkaian atau seri proses produksi secara
serempak dengan menggunakan bahan baku, tenaga kerja dan overhead
pabrik yang sama, yang tidak dapat dibebankan/dipisahkan pada setiap
produk dan mempunyai nilai jual atau kuantitas produk relatif sama
(Wandira, dkk, 2019).
Terdapat beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama,
yaitu sebagai berikut:
1. Metode Nilai Pasar/ Nilai Jual Relatif
Metode ini digunakan oleh perusahaan untuk
mengalokasikan biaya bersama kepada produk bersama karena
harga jual produk merupakan perwujudan dari biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut.
2. Metode Rata-rata Biaya per Satuan
Metode ini digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan
beberapa macam produk dari satu proses bersama.
3. Metode Rata-rata Tertimbang
Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa masing-masing
produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama memiliki

11
faktor penimbang yang berbeda, antara lain disesbabkan oleh
tingkat kesulitan pembuatan produk waktu yang dikonsumsi,
keahlian tenaga kerja, kualitas produk yang dihasilkan, dan faktor
penimbang lain yang relevan.
4. Metode Unit Kuantitatif/Satuan Fisik
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa masing-masing
produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama
menggunakan sejumlah bahan baku sesuai dengan tingkat
koefisien pemanfaatan bahan baku yang terdapat pada masing-
masing produk yang dihasilkan.
2.4.2 Akuntansi Untuk By-Product
By-product (produk sertaan/sampingan) adalah suatu produk yang
nilainya relatif kecil yang dihasilkan bersamaan dengan produk lain yang
nilainya lebih besar. Produk yang bernilai besar disebut main product
(produk utama). Contoh, pada penggilingan padi produk utamanya
adalah beras, sedangkan produk sampingannya berupa dedak dan
merang. Contoh lain, pada industri kayu produk utamanya berupa balok
kayu dan produk sampingannya berupa serbuk kayu yang berasal dari
proses penggergajian kayu. By-product yang dihasilkan pada suatu
proses produksi ada yang memiliki nilai jual dan ada pula yang tidak
memiliki nilai jual.
Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat produk sampingan
(Riwyadi, 2006):
1. Nilai pasar bersih (net market value) diperlakukan sebagai biaya
produk sampingan
Metode ini membebankan taksiran biaya produk sampingan
sebesar nilai pasar bersih (NPB). Besarnya biaya produksi bersama
yang dibebankan ke produk utama adalah setelah dikurangi nilai
pasar bersih produk sampingan. Jurnal untuk mencatat pembebanan
nilai pasar bersih produk sampingan adalah sebagai berikut:

12
Persediaan produk sampingan xxx
Persediaan barang dalam proses xxx

Adapun nilai pasar bersih produk sampingan dihitung sebagai


berikut:
Nilai pasar bruto produk sampingan xxx
Separrable cost:
Biaya produksi (proses) lebih lanjut (xxx)
Biaya pemasaran dan administrasi (xxx)
Total separable cost (xxx)
Nilai pasar bersih produk sampingan xxx

2. Nilai pasar bersih diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain


Metode ini memeprlakukan nilai pasar besih produk sampingan
sebagai pendapatan lain-lain (other income). Oleh karena itu, tidak
ada jurnal untuk mencatat produk sampingan pada saat dihasilkan.
Seluruh biaya produksi bersama dibebankan ke produk utama. Pada
saat produk sampingan dijual, semua nilai pasar bersih produk
sampingan (by product) dicatat sebagai pendapatan lain-lain dengan
jurnal:
Kas/piutang dagang xxx
Pendapatan lain-lain (penjualan by product) xxx
Metode ini diterapkan apabila nilai bersih produk sampingan
tidak signifikan. Nilai pasar bersih diperlakukan sebagai pendapatan
lain-lain karena tujuan perusahaan adalah menghasilkan produk utama
bukan produk sampigan.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tarif Tunggal dan Tarif Departemen


3.1.1 Tarif Tunggal
1. Dasar Biaya Bahan Baku
Dasar biaya bahan baku pembebanan biaya overhead pabrik tepat
dipergunakan apabila jenis bahan dan nilai relatif homogen dan
mempunyai hubungan yang signifikan antara biaya bahan dan biaya
obverhead pabrik pada masa lalu. Misalnya biaya overhead pabrik
didominasi oleh biaya bahan tidak langsung.
Contoh perhitungan tarif biaya overhead pabrik atas dasar biaya
bahan langsung adalah sebagai berikut:
a. Pada tahun 2012 diproduksi 200.000 unit sepatu diperlukan biaya
sebagai berikut:
Biaya bahan Rp 350.000.000
Biaya tenaga kerja Rp 200.000.000
(100.000 jam tenaga kerja)
Biaya overhead pabrik Rp 300.000
b. Pada Januari 2013 diproduksi 15.000 unt sepatu dengan biaya
sebagai berikut:
Biaya bahan Rp 18.000.000
Tenaga kerja 12000 jam @ 2.000 Rp 24.000.000

Diminta:
Hitunglah harga pokok produksi jika biaya overhead pabrik
dibebankan berdasarkan biaya bahan baku.
Penyelesaian:
Pertama terlebih dahulu menghitung tarif tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, yaitu:
1) Tarif biaya tenaga kerja langsung adalah Rp 200.000.000 :
100.000 jam = Rp 2.000/jam

14
2) Tarif biaya overhead pabrik = 300.000.000 : 350.000 x 100% =
116,67%
Kedua: menghitung harga pokok untuk 15.000 unit sepatu yang
diproduksi ada januari 2005, yaitu:
Biaya bahan Rp 18.000.000
Biaya tenaga kerja 12.000 jam @ 2.000 Rp 24.000.000
Biaya overhead 116,67% x Rp Rp 21.000.000
18.000.000
Total biaya produksi untuk 12.000 unit Rp 63.000.000
2. Dasar Biaya tenaga kerja atau jam tenaga kerja langsung
Pada umumnya perusahaan menggunakan dasar jam tenaga kerja
langsung untuk pembebanan biaya overhead pabrik, karena suatu
produk dkerjakan oleh tenaga kerja dan ini tepat digunakan pada
perusahaan yang bersifat padat karya.
Perhitungan tarif biaya overhead pabrik atas dasar biaya tenaga
kerja atau jam tenaga kerja langsung tampak dalam contoh berikut:
a. Pada tahun 2013 diproduksi 200.000 unit sepatu diperlukan biaya
sebagai berikut:
Biaya bahan Rp 350.000.000
Biaya tenaga kerja Rp 200.000.000
(100.000 jam
tenaga kerja)
Biaya overhead pabrik Rp 300.000.000
b. Pada tahun 2014 diproduksi 15.000 unit sepatu dengan biaya
sebagai berikut:
Biaya bahan Rp 18.000.000
Tenaga kerja 12.000 @ 2.000 Rp 24.000.000

Diminta:
Hitung harga pokok produksi jika biaya overhead pabrik dibebakan
berdasarkan biaya tenaga kerja langsung dan jam tenaga kerja
langsung

15
Penyelesaian:
Pertama terlebih dahulu menghitung tarif tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, yaitu:
1) tarif biaya tenaga kerja langsung adalah Rp 200.000.000 : 100.000
jam = Rp 3.000/jam
2) Tarif biaya overhead pabrik adalah Ro 300.000.000 : 100.000 jam
tenaga kerja langsung = Rp 3.000/jam tenaga kerja langsung.
Kedua menghitung harga pook untuk 15.000 unit sepatu yang
diproduksi pada januari 2014, yaitu:
Biaya bahan baku Rp 18.000.000
Biaya tenaga kerja 12.000 jam @ Rp Rp 24.000.000
2.000
Biaya Overhead 12.000 jam @ Rp Rp 36.000.000
3.000
Total biaya produksi untuk 12.000 unit Rp 78.000.000
Jika digunakan dasar biaya tenaga kerja dalam pembebanan biaya
overhead maka tarifnya adalah:
𝟑𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
Tarif biaya overhead = 𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 + 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟓𝟎%

Maka harga pokok produksi adalah sebagai berikut:


Biaya bahan baku Rp 18.000.000
Biaya tenaga kerja 12.000 jam @ Rp Rp 24.000.000
2.000
Biaya Overhead 150% x Rp 24.000.000 Rp 36.000.000
Total biaya produksi untuk 12.000 unit Rp 78.000.000
3. Dasar Jam Mesin
Jam mesin dijadikan dasar pembebanan biaya overhead pabrik
apabila biaya mesin (depresiasi, pemeliharaan, dan perbaikan)
mendominasi biaya overhead pabrik, artinya komponen biaya yang
berhubungan dengan mesin mempunyai persentase yang lebih besar
dibandingkan dengan gabungan dari biaya lainnya. Ini tepat
dipergunakan pada perusahaan yang padat modal, dan menghasilkan
produk yang sejenis.

16
Perhitungan tarif biaya overhead pabrik atas dasar jam mesin
tampak dalam contoh berikut:
a. Pada tahun 2013 diproduksi 200.000 unit sepatu diperlukan biaya
sebagai berikut:
Biaya Bahan Rp. 350.000.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 200.000.000
(100.000 jam tenaga kerja)
Biaya Overhead Pabrik Rp. 300.000.000
Jam mesin sebanyak 50.000 jam
b. Pada januari 2014 diproduksi 15.000 unit sepatu dengan biaya
sebagai berikut:
Biaya bahan Rp. 18.000.000
Biaya tenaga kerja 12.000 jam Rp. 24.000.000
@ Rp.2000
Jam mesin 7000 jam
Diminta:
Hitung harga pokok produksi jika biaya overhead pabrik dibebankan
berdasarkan jam mesin.
Penyelesaian:
Pertama, terlebih dahulu menghitung tarif tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, yaitu:
a. Tarif biaya tenaga kerja langsung adalah Rp 200.000.000 dibagi
100.000 jam sama dengan Rp. 2000 per jam.
b. Tarif biaya overhead pabrik adalah Rp. 300.000.000 dibagi
50.000 jam mesin sama dengan Rp. 6000 per jam mesin.
Kedua, menghitung harga pokok untik 15.000 unit sepatu yang
diproduksi pada Januari 2005, yaitu:
Biaya bahan baku Rp. 18.000.000
Biaya tenaga kerja 10.000 jam Rp. 24.000.000
@Rp. 2.000
Biaya overhead 7.000 jam Rp. 42.000.000
@ Rp. 6.000
Total biaya produksi unit 12.000 unit Rp. 84.000.000

17
4. Dasar Unit Produk
Unit produk sebagai dasar pembebanan merupakan cara yang
paling tepat sederhana, namun paling tepat dipergunakan pada unit
produk yang bersifat homogen baik dari segi harga, ukuran, dan
jenisnya. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi akan mengakibatkan
perhitngan yang tidak teliti. Untuk ini ada cara lain sebagai
pengembangannya, yaitu menggunakan unit produk yang dikonversi
dengan bobot yang dihasilkan dari penelitian, pengalaman lapangan,
atau hasil penelitian laboratorium.
Perhitungan tarif biaya overhead pabrik atas dasar jam mesin
tampak dalam contoh berikut:
a. PT Industri Gula Pasir pada tahun 2013 memproduksi gula
sebanyak 200.000 kg dengan biaya:
Biaya bahan Rp. 350.000.000
Biaya tenaga kerja Rp. 200.000.000
(100.000 jam tenaga kerja)
Biaya overhead pabrik Rp. 300.000.000
b. Pada Januari 2014 diproduksi 15.000 kg gula dengan biaya sebagai
berikut:
Biaya bahan Rp. 18.000.000
Tenaga kerja 12.000 jam Rp. 24.000.000
@ Rp. 2.000

Diminta:
Hitung harga pokok produksi jika biaya overhead pabrik dibebankan
berdasarkan jam mesin.
Penyelesaian:
Pertama, terlebih dahulu menghitung tarif tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, yaitu:
a. Tarif biaya tenaga kerja langsung adalah Rp. 200.000.000 dibagi
100.000 jam sama dengan Rp. 2.000 per jam.
b. Tarif biaya overhead pabrik adalah Rp. 300.000.000 dibagi
200.000 kg sama dengan Rp. 1.500 per kg.

18
Kedua, menghitung harga pokok untuk 15.000 kg gula yang diproduksi
pada Januari 2005, yaitu:
Biaya bahan baku Rp. 18.000.000
Biaya tenaga kerja 12.000 jam Rp. 24.000.000
@ Rp. 2.000
Biaya overhead 15.000 jam Rp. 22.500.000
@ Rp. 1.500
Total biaya produksi untuk 12.000 Rp. 64.500.000
unit
Berikut ini contoh perhitungan tarif tunggal biaya overhead pabrik.
Taksiran total biaya overhead pabrik untuk 2004 sebesar Rp.
250.000.000 dan taksiran dasar pembebanan adalah:
a. Taksiran biaya tenaga kerja = Rp. 200.000.000 (400.000 jam)
b. Taksiran biaya bahan baku = Rp. 125.000.000
c. Taksiran jam mesin = 100.000 jam
Maka tarif tunggal biaya overhead pabrik dihitung sebagai berikut:
a. Atas dasar biaya tenaga kerja
𝟐𝟓𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
x 100% = 125%
𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎

b. Atas dasar biaya bahan baku


𝟐𝟓𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
x 100% = 200%
𝟒𝟎.𝟎𝟎𝟎

c. Atas dasar jam tenaga kerja


𝟐𝟓𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
= Rp. 6.250,00 per jam tenaga kerja
𝟒𝟎.𝟎𝟎𝟎

d. Atas dasar jam mesin


𝟐𝟓𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
= Rp. 2.500,00 per jam mesin
𝟏𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎

Apabila pada Januari 2014 dalam proses produksi telah diperhitungkan:


a. Biaya tenaga kerja senilai Rp. 15.000.000
(3.000 jam)
b. Biaya bahan baku Rp. 12.000.000
c. Jam mesin 8.000 jam
d. Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. 21.300.000

19
Maka biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk adalah:
a. Jika diatas dasar biaya tenaga kerja, maka biaya overhead pabrik
sebesar 125% x Rp. 15.000.000 = Rp. 18.750.000
b. Jika atas dasar biaya bahan, maka iaya overhead oabriknya
sebesar 200% x Rp. 12.000.000 = Rp. 24.000.000
c. Jika atas dasar jam tenaga kerja, maka biaya overhad pabrik
sebesar 3.000 x Rp. 6.250 = Rp. 18.750.000
d. Jika atas dasar jam mesin, maka biaya overhead pabrik sebesar
8.000 x Rp. 2.500 = Rp. 20.000
3.1.2 Tarif Departemen
1. Menyusun anggaran BOP departemen produksi dan anggaran biaya
departemen jasa.
Contoh:
Biaya depresiasi gedung Rp70.600. Data luas lantai masing-masing
departemen sebagai berikut:
Departemen Luas Lantai (m2)
Departemen A 150
Departemen B 100
Departemen 1 63
Departemen 2 40
Jumlah 353
Alokasi biaya depresiasi gedung untuk setiap departemen
sebagai berikut:
Departemen A = (150 / 353) x Rp70.600 = Rp30.000
Departemen B = (100 / 353) x Rp70.600 = Rp20.000
Departemen 1 = (63 / 353) x Rp70.600 = Rp12.600
Departemen 2 = (40 / 353) x Rp70.600 = Rp8.000
2. Menetapkan dasar alokasi biaya departemen jasa
Dasar alokasi biaya departemen jasa tergantung pada pemicu
biayanya. Contoh: departemen listrik menggunakan dasar alokasi
konsumsi kwh departemen pengguna, departemen kafetaria yang

20
banyak menggunakan tenaga karyawan dasar alokasi yang sesuai
adalah jumlah karyawan atau jam kerja karyawan.
3. Mengalokasikan biaya departemen jasa pada departemen produksi
Biaya departemen produksi yang digunakan untuk menghitung
tarif meliputi biaya yang terjadi di departemen tersebut ditambah
dengan biaya alokasi dari departemen jasa. Biaya departemen jasa
dapat dialokasikan dengan menggunakan metode langsung, bertahap
dan aljabar.
a. Metode Langsung
Pada metode ini biaya departemen jasa hanya dialokasikan ke
departemen produksi. Metode ini dapat diterapkan jika selisih
hasil perhitungan biaya produk dibandingkan dengan metode lain
tidak material atau suatu departemen jasa tidak menggunakan jasa
departemen jasa lainnya. Contoh:

Keterangan Departemen Produksi Departemen Jasa

A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Jasa Rp72.600 Rp40.000
Dasar alokasi:
Departemen 1 40 40 20
(jumlah karyawan)
Departemen 2 200 500 300
(jumlah kwh)

21
Keterangan Total Departemen Produksi Departemen Jasa

A B 1 2

BOP sebelum Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000


alokasi Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Biaya Rp392.600
Departemen
Jasa

Alokasi
departemen
jasa:
Departemen Rp36.300 Rp36.300 *(Rp72.600
1 )
Departemen 11.429 28.571 **(Rp40.000)
2

BOP setelah Rp392.600 Rp167.729 Rp224.871 0 0


alokasi

*(40/80)xRp72.600 ke Dept A dan B


**(200/700)xRp40.000 ke Dept A, (500/700)xRp40.000 ke Dept B

b. Metode bertahap/bertingkat/sekuensial
Pada metode ini biaya departemen jasa dialokasikan secara
bertahap ke departemen jasa lainnya dan departemen produksi
yang telah menerima jasa, dimulai dari biaya departemen jasa
yang terbesar. Setelah alokasi biaya departemen jasa pertama
dilakukan, departemen tersebut tidak akan mendapatkan alokasi
dari departemen jasa lain. Contoh:

22
Keterangan Total Departemen Produksi Departemen Jasa

A B 1 2

BOP sebelum Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000


alokasi Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Biaya Rp392.600
Departemen
Jasa

Alokasi
departemen Rp29.040 Rp29.040 *(Rp72.600) Rp14.520
jasa: 15.577 38.943 **(Rp54.520)
Departemen 1
Departemen 2

BOP setelah Rp392.600 Rp164.617 Rp227.983 0 0


alokasi

*(40/100)xRp72.600 ke Dept A dan B, (20/100)xRp72.600 ke Dept 2


**(200/700)xRp54.520 ke Dept A, (500/700)xRp54.520 ke Dept B
c. Metode aljabar/resiprokal/matriks/simultan
Metode ini dapat diterapkan jika antar departemen jasa saling
memberikan jasa. Pada metode ini biaya departemen jasa
dialokasikan secara simultan dengan menggunakan teknik aljabar.
Metode ini mengalokasikan biaya ke departemen produksi dan
antar departemen jasa. Contoh:
Misalkan biaya departemen 1 setelah alokasi adalah Y dan biaya
departemen 2 setelah alokasi adalah Z, maka persamaan aljabar
dirumuskan sebagai berikut:
Y = 72.600 + 0,30Z
Z = 40.000 + 0,20Y

23
penyelesaian persamaan diatas:
Y = 72.600 + 0,30(40.000 + 0,20Y)
= 72.600 + 12.000 + 0,06Y
0,94Y = 84.600
Y = 90.000

Z = 40.000 + (0,20x90.000)
Z = 58.000

Keterangan Total Departemen Produksi Departemen Jasa

A B 1/Y 2/Z

BOP sebelum Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000


alokasi
Biaya Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Departemen Rp392.600
Jasa

Alokasi
departemen
jasa:
Departemen 1 Rp36.000 Rp36.000 *(Rp90.000) Rp18.000
Departemen 2 11.600 29.000 Rp17.400 **(Rp58.000)

BOP setelah Rp392.600 Rp167.600 Rp225.000 0 0


alokasi

*(40/100)xRp90.000 ke Dept A dan Dept B, (20/100)xRp90.000 ke Dept


2
**(200/1000)xRp58.000 ke Dep A, (500/1000)xRp58.000 ke Dept B,
(300/1000)xRp58.000 ke Dept 1
4. Menghitung tarif BOP departemen produksi dengan cara membagi
BOP departemen setelah alokasi dengan dasar pembebanan setiap
departemen.

24
Contoh:
Perhitungan tarif BOP menggunakan metode langsung dalam
mengalokasikan biaya departemen jasa, jika diketahui estimasi
jumlah jam mesin pada departemen produksi A adalah 1000 jam dan
estimasi jumlah jam kerja langsung pada departemen produksi B
adalah 1500 jam.
Keterangan Total Departemen Departemen Jasa
Produksi

A B 1 2

BOP sebelum
alokasi Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Departemen Rp392.600
Jasa

Alokasi
departemen
jasa:
Departemen Rp36.300 Rp36.300 *(Rp72.600)
1
Departemen Rp 11.429 Rp 28.571 **(Rp40.000)
2

BOP setelah Rp392.600 Rp167.729 Rp224.871 0 0


alokasi

Dasar 1000 JM 1500 JKL


pembebanan

Tarif Rp167,73 Rp224,88

JM (jam mesin), JKL (jam kerja langsung)

25
3.2 Alokasi Biaya Overhead
3.2.1 Metode Alokasi Langsung (Direct Alocation Method)
Dalam metode ini, BOP departemen jasa dialokasikan ke tiap-tiap
departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung
digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen jasa hanya
dinikmati/dimanfaatkan oleh departemen produksi,dan tidak ada
departemen jasa lain yang memakai jasa tersebut (Departemen Jasa tidak
memakai jasanya).
Contoh:
CV HAM mengolah produknya melalui dua departemen produksi yakni
departemen proses 1 dan proses 2, dan ditunjang oleh duadepartemen
jasa yaitu departemen jasa listrik (X) dan departemen jasa pemeliharaan
mesin (Y). Seluruh tenaga listrik danpemeliharaan mesin sepenuhnya
digunakan oleh departemen produksi dengan proporsi:
Departemen Produksi Departemen Jasa X Departemen Jasa Y
Proses 1 30% 25%
Proses 2 35% 40%
Proses 3 35% 35%

Perkiraan besarnya BOP untuk masing-masing departemen adalah:


Departemen Produksi Jumlah BOP (Rp)
Proses 1 180jt
Proses 2 200jt
Proses 3 150jt
Jasa X 30jt
Jasa Y 60jt

Diminta: Tentukan BOP Dianggarkan setelah alokasi dengan


menggunakan metode alokasi langsung!
Jawab
Menghitung BOP dianggarkan Alokasi BOP dari masing-masing
departemen adalah:

26
1. Jasa X
BOP departemen jasa X sebanyak Rp 30.000.000 seluruhnya
dialokasikan ke masing-masing departemen produksi dengan
proporsi masing-masing
Departemen Proses 1 = 30% x Rp 30.000.000 = Rp 9.000.000,-
Departemen Proses 2 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
Departemen Proses 3 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
Total = Rp 30.000.000
2. Jasa Y
BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 60.000.000 seluruhnya
dialokasikan ke masing-masing departemen produksi
denganproporsi masing-masing:
Departemen 1 = 25% x Rp 60.000.000 = Rp 15.000.000,-
Departemen 2 = 40% x Rp 60.000.000 = Rp 24.000.000,-
Departemen 3 = 35% x Rp 60.000.000 = Rp 21.000.000,-
Total = Rp 60.000.000,-
3.2.2 Metode Alokasi Bertahap (Step Method)
Contoh:
PT RAS mempunyai dua departemen produksi dan dua departemen jasa.
Perusahaan merencanakan Biaya Overhead Pabrik untuk kapasitas
normal produksi sebesar 50.000 unit, selama Tahun 2006 sebesar:
Departemen Kegiatan Jumlah BOP
Proses 1 Setting Rp 22.800.000
Proses 2 Finishing Rp 12.200.000
Jasa X Listrik Rp 28.000.000
Jasa Y Pemeliharaan Rp 2.000.000
Rencana penggunaan jasa dari departemen jasa adalah jasa bagian jasa
selain digunakan oleh bagian produksi (departemen proses 1 & 2), juga
dipakai oleh bagian jasa sendiri. Dalam hal ini terjadi tukar menukar jasa
antara bagian jasa listrik dan bagian jasa pemeliharaan. Proporsi
pemakaian jasanya adalah:

27
Departemen Departemen Pemakai Jasa
Pemberi
Proses I Proses II Jasa X Jasa Y
Jasa
Jasa X 30% 50% - 20%
Jasa Y 40% 35% 25% -

Berdasarkan data tersebut, diminta:


1. Menghitung BOP Neto masing-masing departemen jasa
2. Menghitung BOP Neto yang dianggarkan untuk masing-masing
departemen produksi
Jawab:
1. Menghitung BOP Neto bagian Jasa setelah alokasi
Dengan menggunakan Metode Aljabar, maka biaya tiap bagian jasa
dinyatakan dalam persamaan-persamaan berikut:
X = a1 + b1 Y .................................. persamaan 1
Y = a2 + b2 X .................................. persamaan 2

X = 28.000.000 + 25% Y
Y = 2.000.000 + 20% X

Jadi
X = 28.000.000 + 0,25 (2.000.000 + 0,2 X)
X = 28.500.000 + 500.000 + 0,05 X
X – 0,05 X = 28.500.000X = 30.000.000

Y = 2.000.000 + 20% X
Y = 2.000.000 + 0,2 (X)
Y = 2.000.000 + 0,2 (30.000.000)
Y = 8.000.000
Jadi BOP bagian jasa listrik setelah mendapat alokasi BOP dari bagian
jasa pemeliharaan adalah sebesar Rp 30.000.000

28
BOP bagian jasa pemeliharaan setelah mendapatkan alokasi BOP dari
bagian jasa listrik adalah sebesar Rp 8.000.000. Dengan demikian maka
jumlah BOP Neto untuk masing-masing departemen jasa adalah:
Kedua BOP Neto dari bagian jasa listrik dan pemeliharaan ini, kemudian
dibebankan kepala masing-masing departemen produksisesuai proporsi
masing-masing:
Keterangan Mula-mula Tambahan Kurangi BOP Neto
Bagian Listrik (X) 28.000.000 2.000.000 6.000.000 24.000.000
Bagian 2.000.000 6.000.000 2.000.000 6.000.000
Pemeliharaan (Y)
Jumlah 30.000.000 30.000.000

2. Menghitung BOP Neto masing-masing Departemen Produksi setelah


alokasi
Alokasi BOP dari masing-masing departemen adalah:
a. Jasa X (departemen listrik)
BOP departemen jasa X sebanyak Rp 24.000.000 seluruhnya
dialokasikan ke masing-masing departemen produksi dengan proporsi
masing-masing:
Departemen Proses 1 = 30/80 x Rp 24.000.000 = Rp 9.000.000
Departemen Proses 2 = 50/80 x Rp 24.000.000 = Rp 15.000.000
Total = Rp 24.000.000
b. Jasa Y (departemen pemeliharaan)
BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 6.000.000 seluruhnya
dialokasikan ke masing-masing departemen produksi dengan
proporsimasing-masing:
Departemen Proses 1 = 40/75 x Rp 6.000.000 = Rp 3.200.000
Departemen Proses 2 = 35/75 x Rp 6.000.000 = Rp 2.800.000
Total = Rp 6.000.000

29
3.3 Akuntansi Joint Product dan By-Product
3.3.1 Akuntansi untuk Joint Product
1. Metode Nilai Pasar
PT Abadi Buana Citra adalah sebuah perushaan pengilangan minyak.
Biaya bersama yang diperlukan untuk proses pengilangan minyak
tersebut adalah sebesar Rp. 1.000.000. Proses produksi bersama yang
dilaksanakan secara bersamaan adalah bensin sebanyak 40.000 liter,
minyak pelumas 35.000 liter, dan minyak tanah 25.000 liter. Harga
jual masing-masing produk per liter setelah titik terpisah adalah
bensin Rp.1.000, minyak pelumas Rp.750, dan minyak tanah Rp.500.
Diminta:
Buatlah alokasi biaya bersama terhadap produk tersebut.
Penyelesaian:
Produk Jumlah Harga Nilai Jual Nilai Alokasi Biaya
Bersama Produk Jual/Unit Jual Biaya /unit
Relati Bersama
(1) (2) (3)=(1)x(2) f (5)=(4)x1jt
(4) (6)=(5)/(1)
Bensin 40.000 Rp 1.000 40.000.000 50,8% Rp 508.000 Rp 12,70
Pelumas 35.000 Rp 750 26.250.000 33,33 Rp 333.300 Rp 9,25
%
Minyak 25.000 Rp 500 12.500.000 15,87 Rp 158.700 Rp 6,35
Tanah %
Total 100.000 100% Rp 1.000.000

2. Metode Rata-rata Biaya per Satuan


PT Abadi Buana Citra adalah sebuah perushaan pengilangan minyak.
Biaya bersama yang diperlukan untuk proses pengilangan minyak
tersebut adalah sebesar Rp. 1.000.000. Proses produksi bersama yang
dilaksanakan secara bersamaan adalah bensin sebanyak 40.000 liter,
minyak pelumas 35.000 liter, dan minyak tanah 25.000 liter. Total
biaya produksi secara keseluruhan sebanyak 100.000 liter.
Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung biaya produksi rata-rata per
liter sebesar Rp.10 (Rp.1.000.000/100.000 liter).
Diminta:
Buatlah alokasi biaya bersama terhadap produk tersebut.

30
Penyelesaian:
Produk Kuantitas Rata-rata Alokasi Biaya
biaya per Bersama
Satuan
Bensin 40.000 liter Rp 10 Rp 400.000
Pelumas 35.000 liter Rp 10 Rp 350.000
Minyak Tanah 25.000 liter Rp 10 Rp 250.000
Total 100.000 liter Rp 1.000.000

3. Metode Rata-rata Tertimbang


PT Abadi Buana Citra adalah sebuah perushaan pengilangan minyak.
Biaya bersama yang diperlukan untuk proses pengilangan minyak
tersebut adalah sebesar Rp. 1.000.000. Proses produksi bersama yang
dilaksanakan secara bersamaan adalah bensin sebanyak 40.000 liter,
minyak pelumas 35.000 liter, dan minyak tanah 25.000 liter. Angka
penimbang untuk masing-masing produk, yaitu: bensin 3, minyak
pelumas 2, dan minyak tanah 1.
Diminta:
Buatlah alokasi biaya bersama.
Penyelesaian:
Produk Jumlah Angka Jumlah Alokasi Biaya
Produk Penimbang Produk x A Bersama
Penimbang (4) – (3)/215.000
(1) (2) (3) = (1) x (2) liter x 1 Jt
Bensin 40.000 liter 3 120.000 liter Rp 558.140
Pelumas 35.000 liter 2 70.000 liter Rp 325.518
Minyak 25.000 liter 1 25.000 liter Rp 116.279
Tanah
Total 100.000 liter 215.000 liter Rp 1.000.000

4. Metode Unit Kuantitatif


PT Abadi Buana Citra adalah sebuah perushaan pengilangan minyak.
Biaya bersama yang diperlukan untuk proses pengilangan minyak
tersebut adalah sebesar Rp. 1.000.000. Dalam Proses produksinya,
perusahaan menggunakan bahan minyak mentah sebanyak 100.000
liter untuk diolah menjadi bensin, minyak pelumas, dan minyak tanah.

31
Bensin menggunakan minyak mentah sebanyak 40.000 liter, minyak
pelumas 35.000 liter, dan minyak tanah 25.000 liter.
Diminta:
Berdasarkan data tersebut, buatlah alokasi biaya bersama.
Penyelesaian:
Produk Kuantitas Persentase Alokasi Biaya
Pemakaian Bersama
Bahan Baku
(1) (2) (3) = (2) x 1 Jt
Bensin 40.000 liter 40% Rp 400.000
Pelumas 35.000 liter 35% Rp 350.000
Minyak Tanah 25.000 liter 25% Rp 250.000
Total 100.000 liter 100% Rp 1.000.000

3.3.2 Akuntansi untuk By-Product


Taksiran nilai pasar kulit setelah diproses lebih lanjut sebesar Rp
1.000.000. biaya untuk memproses lebih lanjut Rp 300.000. Taksiran
biaya pemasaran dan administrasi kulit Rp 100.000. Nilai pasar bersih
pokok sampingan dihitung sebagai berikut:
Nilai pasar bruto produk sampingan Rp 1000.000
Separrable cost:
Biaya produksi (proses) lebih lanjut (Rp 300.000)
Biaya pemasaran dan administrasi (Rp 100.000)
Total separable cost (Rp 400.000)
Nilai pasar bersih produk sampingan Rp 600.000

Jurnal untuk mencatat taksiran nilai pasar bersih produk sampingan:


Persediaan produk sampingan Rp 600.000
Persediaan barang dalam proses Rp 600.000

Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya proses lebih lanjut:


Persediaan produk sampingan Rp 300.000
Persediaan barang dalam proses Rp 300.000

32
Jurnal untuk mencatat pembebanan taksiran biaya pemasaran &
administrasi ke produk sampingan:
Persediaan produk sampingan Rp 100.000
Persediaan barang dalam proses Rp 100.000
Apabila produk sampingan dijual Rp 1.200.000 maka jurnalnya adalah:
Kas/ Piutang dagang Rp 1.000.000
Persediaan produk sampingan Rp 1.000.000

Apabila harga jual produk sampingan sesungguhnya Rp 1.200.000, maka


jurnalnya adalah:
Kas/ Piutang dagang Rp 1.200.000
Persediaan produk sampingan Rp 1.000.000
Laba penjualan produk sampingan Rp 200.000

Alokasi biaya bersama ke produk bersama dihitung sebagai berikut:


Biaya produksi bersama (joint production cost) xxx
Nilai pasar bersih produk sampingan (xxx)
Alokasi biaya bersama ke produk bersama xxx

Metode ini diterapkan apabila nilai pasar bersih produk sampingan


signifikan sehingga dapat mempengaruhi persediaan atau laba. Metode ini
mengidentifikasi produk sampingan pada saat selesai produksi bukan pada
saat dijual. Dengan dialokasikannya biaya bersama ke produk sampingan,
maka harga pokok produk bersama akan lebih rendah.

33
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
terdapat beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Pada penentuan tarif tunggal dan tarif departemen terdapat beberapa
perbedaan tahapan. Penentuan tarif tunggal dimulai dengan menyusun
biaya overhead pabrik, menentukan dasar pembebanan, kemudian
menentukan atau menghitung tarif biaya overhead pabrik. Sedangkan
penentuan tarif departemen dimulai dengan menyusun anggaran BOP
departemen produksi dan anggaran biaya departemen jasa, menetapkan
dasar alokasi biaya departemen jasa, dan mengalokasikan biaya
departemen jasa pada departemen produksi.
2. Penentuan alokasi biaya overhead pabrik dapt menggunakan beberapa
metode yaitu metode langsung, metode bertahap/bertingkat, dan
metode timbal balik.
3. Terdapat beberapa karakteristik umum joint product yaitu: Produk
bersama mempunyai hubungan fisik yang sangat erat satu sama lain
dalam proses produksinya, tidak ada satu produk pun dari produk
bersama yang secara signifikan nilainya lebih tinggi dari produk lain.,
dalam proses produk bersama dikenal istilah “titik pisah” yakni saat
terpisahnya (split-off) masing-masing jenis produk yang dihasilkan dari
bahan baku, tenaga kerja dan overhead yang telah dinikmati produk
secara bersama-sama, setelah terpisah (split-off) produk berdiri sendiri-
sendiri yang mungkin langsung dijual atau mungkin pula harus diproses
lebih lanjut untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan.
4. Terdapat beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama, yaitu
metode nilai pasar/ nilai jual relatif, metode rata-rata biaya per satuan,
metode rata-rata tertimbang, dan metode unit kuantitatif/satuan fisik.

34
Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat produk sampingan (by-
product) yaitu nilai pasar bersih (net market value) diperlakukan
sebagai biaya produk sampingan dan nilai bersih pasar diperlakukan
sebagai pendapatan lain-lain.

35
DAFTAR PUSTAKA

Arni, Y. (2018). Persentase Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, Biaya
Overhead Pabrik Terhadap Harga Pokok Produksi pada PT Maju Tambak
Sumur. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Ekonomi Akuntansi, 44.
Br. Sitio, T. M. (2012). Alokasi Biaya Overhead Departemen Pendukung dan
Departemen Produksi untuk Menghitung Harga Pokok Produksi pada PT
ARBE Chemindo. Journal Indonesia Banking School. Retrieved from
http://repository.ibs.ac.id/id/eprint/1303
Farahdiba, Mogi, G. B., & Walandow, S. K. (2013). ANALISIS ALOKASI BIAYA
BERSAMA UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK. Manado.
doi:https://doi.org/10.32400/gc.9.1.25223.2014
Riwyadi. (2006). Akuntansi Biaya. Padang: Andalas University Press
Wandira, Ayu, dkk. (2019). Analisis Alokasi Biaya Bersama dalam Menentukan
Harga Pokok Produksi, Joint-Product dan By-Product pada PT. Pabrik Gula
Takalar. Economics Bosowa Journal, Vol 5 (No. 004), 157
Widjajana, B., & Widyaningsih, A. (2007). Mengasah Kemampuan Ekonomi.
Bandung: Penerbit Citra Praya.

36

Anda mungkin juga menyukai