MAKALAH
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Akuntansi Manajemen Lanjutan I Program Magister Akuntansi
Disusun Oleh:
Fauziyah Latiefa Salsabila 51622120022
Leva Hadiyanti 51622120024
Nadia Qurrota Aini 51622120031
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah………………………………………………… 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………... 4
2.1 Penentuan Tarif Tunggal dan Tarif Departemen…………………… 4
2.1.1 Penentuan Tarif Tunggal…………………………………….. 4
2.1.2 Penentuan Tarif Departemen………………………………… 5
2.2 Metode Alokasi Biaya Overhead…………………………………… 7
2.2.1 Metode Alokasi Langsung (Direct Allocation
Method)……………………………………………………………. 7
2.2.2 Metode Alokasi Bertahap/Beruntun (Step Allocation
Method)……………………………………………………………. 8
2.2.3 Metode Alokasi Timbal Balik (Reciprocal Allocation
Method)……………………………………………………………. 9
2.3 Karakteristik Joint Product…………………………………………. 10
2.4 Akuntansi untuk Joint Product dan By-Product……………………. 11
2.3.1 Akuntansi untuk Joint Product………………………………... 11
2.3.2 Akuntansi untuk By-Product………………………………….. 12
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………. 14
3.1 Penentuan Tarif Tunggal dan Tarif Departemen……………………. 14
3.1.1 Penentuan Tarif Tunggal……………………………………… 14
3.1.2 Penentuan Tarif Departemen………………………………….. 20
3.2 Metode Alokasi Biaya Overhead……………………………………. 26
3.3 Akuntansi untuk Joint Product dan By-Product…………………….. 30
2.3.1 Akuntansi untuk Joint Product………………………………... 30
2.3.2 Akuntansi untuk By-Product…………………………………. 32
ii
BAB IV PENUTUP……………………………………………………... 34
4.1 Kesimpulan……………...…………………………………………... 34
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut (Arni, 2018), komponen biaya produksi terdiri dari biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik. Yang termasuk dalam biaya produksi langsung yaitu bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya produksi tidak
langsung adalah biaya overhead pabrik atau yang sering disebut sebagai
biaya fabrikasi (factory overheadcost). Biaya overhead pabrik yaitu biaya
produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Komponen biaya overhead pabrik yaitu biaya bahan baku tidak langsung
dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam suatu proses produksi juga,
terdapat jenis biaya di dalamnya, yakni joint cost yang didalamnya terdapat
joint product dan by-product. Joint product dan by product merupakan
produk-produk berbeda yang dihasilkan secara simultan melalui joint cost
dari serangkaian proses produksi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membahas lebih dalam
mengenai biaya per unit suatu produk pada makalah ini. Adapun judul dari
makalah ini adalah “Besarnya Biaya Per Unit Produk”.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penentuan tarif tunggal dan tarif departemen?
2. Bagaimana metode alokasi biaya overhead?
3. Bagaimana karakteristik umum joint product?
4. Bagaimana akuntansi untuk joint product dan by-product?
1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas,
maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui mengenai penentuan tarif tunggal dan tarif
departemen.
2. Untuk mengetahui mengenai metode-metode yang digunakan dalam
alokasi biaya overhead.
2
3. Untuk mengetahui karakteristik-karakteristik umum dari joint product
atau produk bersama.
4. Untuk mengetahui akuntansi untuk joint product dan by-product.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
malas, peralihan, dan lainnya yang mengakibatkan suatu
fasilitas berhenti bekerja. Hambatan ini antara 15%-25% dari
kapasitas teoritis, sehingga kapasitas praktis akan terjadi
antara 75%-85% dari kapasitas teoritis.
c. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual
capacity), yaitu kemampuan suatu fasilitas dalam suatu
periode tertentu dalam jangka pendek (misalnya satu periode
akuntansi). Kapasitas ini memperhatikan hambatan internal
maupun eksternal (stuasi ekonomi, keadaan pasar, pasokan
bahan baku, dl) untuk satu periode.
d. Kapasitas normal (normal capacity), yaitu kemampuan suatu
fasilitas dalam jangka Panjang (umur ekonomis) dengan
memperhatikan hambatan-hambatan lebih stabil dari satu
period eke periode lain.
4. Menentukan atau menghitung tarif biaya overhead pabrik dengan
formula dasar sebagai berikut.
Anggaran / Aktual BOP
Tarif BOP =
Dasar Pembebanan
5
Langkah-langkah penentuan tarif BOP departemen:
1. Menyusun anggaran BOP departemen produksi dan anggaran
biaya departemen jasa
Anggaran BOP departemen produksi dan biaya departemen
jasa terdiri atas anggaran biaya langsung dan biaya tidak langsung,
baik yang bersifat variabel maupun tetap. Contoh biaya langsung
adalah supervisor, bahan penolong, pemeliharaan, bahan bakar
dan telepon, karena pemakaiannya dapat ditelusuri langsung
melalui alat pengukur. Contoh biaya tidak langsung adalah
depresiasi gedung yang dipakai bersama-sama oleh beberapa
departemen. Depresiasi gedung tersebut dialokasikan pada setiap
departemen berdasarkan luas lantai.
2. Menetapkan dasar alokasi biaya departemen jasa
Dasar alokasi biaya departemen jasa tergantung pada pemicu
biayanya. Contoh: departemen listrik menggunakan dasar alokasi
konsumsi kwh departemen pengguna, departemen kafetaria yang
banyak menggunakan tenaga karyawan dasar alokasi yang sesuai
adalah jumlah karyawan atau jam kerja karyawan.
3. Mengalokasikan biaya departemen jasa pada departemen produksi
Biaya departemen produksi yang digunakan untuk
menghitung tarif meliputi biaya yang terjadi di departemen
tersebut ditambah dengan biaya alokasi dari departemen jasa.
Biaya departemen jasa dapat dialokasikan dengan menggunakan
metode langsung, bertahap dan aljabar.
a. Metode Langsung
Pada metode ini biaya departemen jasa hanya dialokasikan
ke departemen produksi. Metode ini dapat diterapkan jika
selisih hasil perhitungan biaya produk dibandingkan dengan
metode lain tidak material atau suatu departemen jasa tidak
menggunakan jasa departemen jasa lainnya.
6
b. Metode Bertahap/Bertingkat/Sekuensial
Pada metode ini biaya departemen jasa dialokasikan secara
bertahap ke departemen jasa lainnya dan departemen produksi
yang telah menerima jasa, dimulai dari biaya departemen jasa
yang terbesar. Setelah alokasi biaya departemen jasa pertama
dilakukan, departemen tersebut tidak akan mendapatkan alokasi
dari departemen jasa lain.
c. Metode Aljabar/Resiprokal/Matriks/Simultan
Metode ini dapat diterapkan jika antar departemen jasa
saling memberikan jasa. Pada metode ini biaya departemen jasa
dialokasikan secara simultan dengan menggunakan teknik
aljabar. Metode ini mengalokasikan biaya ke departemen
produksi dan antar departemen jasa.
2.3 Metode Alokasi Biaya Overhead
Dalam pengalokasian biaya overhead pabrik dari departemen
pendukung kedepartemen produksi dapat dilakukan dengan beberapa
metode alokasi. Menurut Horngren, Datar dan Foster (2011) terdapat tiga
macam alokasi biaya, yaitu sebagai berikut:
2.2.1 Metode Alokasi Langsung (Direct Allocation Method)
Metode alokasi langsung adalah metode yang paling sederhana
dan yang paling banyak digunakan dalam mengalokasikan biaya
departemen pendukung ke departemen produksi (departemen utama).
Dalam metode alokasi langsung, biyabiaya yang terjadi di departemen
pendukung dialokasikan secara langsung ke departemen produksi
tanpa memperhatikan jasa yang diberikan ke departemen jasa lainnya.
Dengan demikian, tidak ada interaksi antara departemen pendukung
yang diakui. Kelebihan dari penggunaan metode ini adalah
kemudahan dalam penggunaanya karena tidak perlu memprediksi
seberapa besar penggunaan sumber daya dari departemen pendukung
yang satu dengan yang lainnya. Namun, kelemahan dari metode ini,
7
adalah tidak diperhitungkannya hubungan timbal balik antar
departemen pendukung.
Direct Allocation Method
Departemen
Departemen Jasa 1
Produksi 1
Departemen
Departemen Jasa 2
Produksi 2
8
Direct Allocation Method
Departemen
Departemen Jasa 1
Produksi 1
Departemen
Departemen Jasa 2
Produksi 2
9
Reciprocal Allocation Method
Departemen
Departemen Jasa 1
Produksi 1
Departemen
Departemen Jasa 2
Produksi 2
10
2. Tidak ada satu produk pun dari produk bersama yang secara signifikan
nilainya lebih tinggi dari produk lain.
3. Dalam proses produk bersama dikenal istilah “titik pisah” yakni saat
terpisahnya (split-off) masing-masing jenis produk yang dihasilkan dari
bahan baku, tenaga kerja dan overhead yang telah dinikmati produk
secara bersama-sama.
4. Setelah terpisah (split-off) produk berdiri sendiri-sendiri yang mungkin
langsung dijual atau mungkin pula harus diproses lebih lanjut untuk
mendapatkan produk yang lebih menguntungkan.
11
faktor penimbang yang berbeda, antara lain disesbabkan oleh
tingkat kesulitan pembuatan produk waktu yang dikonsumsi,
keahlian tenaga kerja, kualitas produk yang dihasilkan, dan faktor
penimbang lain yang relevan.
4. Metode Unit Kuantitatif/Satuan Fisik
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa masing-masing
produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama
menggunakan sejumlah bahan baku sesuai dengan tingkat
koefisien pemanfaatan bahan baku yang terdapat pada masing-
masing produk yang dihasilkan.
2.4.2 Akuntansi Untuk By-Product
By-product (produk sertaan/sampingan) adalah suatu produk yang
nilainya relatif kecil yang dihasilkan bersamaan dengan produk lain yang
nilainya lebih besar. Produk yang bernilai besar disebut main product
(produk utama). Contoh, pada penggilingan padi produk utamanya
adalah beras, sedangkan produk sampingannya berupa dedak dan
merang. Contoh lain, pada industri kayu produk utamanya berupa balok
kayu dan produk sampingannya berupa serbuk kayu yang berasal dari
proses penggergajian kayu. By-product yang dihasilkan pada suatu
proses produksi ada yang memiliki nilai jual dan ada pula yang tidak
memiliki nilai jual.
Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat produk sampingan
(Riwyadi, 2006):
1. Nilai pasar bersih (net market value) diperlakukan sebagai biaya
produk sampingan
Metode ini membebankan taksiran biaya produk sampingan
sebesar nilai pasar bersih (NPB). Besarnya biaya produksi bersama
yang dibebankan ke produk utama adalah setelah dikurangi nilai
pasar bersih produk sampingan. Jurnal untuk mencatat pembebanan
nilai pasar bersih produk sampingan adalah sebagai berikut:
12
Persediaan produk sampingan xxx
Persediaan barang dalam proses xxx
13
BAB III
PEMBAHASAN
Diminta:
Hitunglah harga pokok produksi jika biaya overhead pabrik
dibebankan berdasarkan biaya bahan baku.
Penyelesaian:
Pertama terlebih dahulu menghitung tarif tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, yaitu:
1) Tarif biaya tenaga kerja langsung adalah Rp 200.000.000 :
100.000 jam = Rp 2.000/jam
14
2) Tarif biaya overhead pabrik = 300.000.000 : 350.000 x 100% =
116,67%
Kedua: menghitung harga pokok untuk 15.000 unit sepatu yang
diproduksi ada januari 2005, yaitu:
Biaya bahan Rp 18.000.000
Biaya tenaga kerja 12.000 jam @ 2.000 Rp 24.000.000
Biaya overhead 116,67% x Rp Rp 21.000.000
18.000.000
Total biaya produksi untuk 12.000 unit Rp 63.000.000
2. Dasar Biaya tenaga kerja atau jam tenaga kerja langsung
Pada umumnya perusahaan menggunakan dasar jam tenaga kerja
langsung untuk pembebanan biaya overhead pabrik, karena suatu
produk dkerjakan oleh tenaga kerja dan ini tepat digunakan pada
perusahaan yang bersifat padat karya.
Perhitungan tarif biaya overhead pabrik atas dasar biaya tenaga
kerja atau jam tenaga kerja langsung tampak dalam contoh berikut:
a. Pada tahun 2013 diproduksi 200.000 unit sepatu diperlukan biaya
sebagai berikut:
Biaya bahan Rp 350.000.000
Biaya tenaga kerja Rp 200.000.000
(100.000 jam
tenaga kerja)
Biaya overhead pabrik Rp 300.000.000
b. Pada tahun 2014 diproduksi 15.000 unit sepatu dengan biaya
sebagai berikut:
Biaya bahan Rp 18.000.000
Tenaga kerja 12.000 @ 2.000 Rp 24.000.000
Diminta:
Hitung harga pokok produksi jika biaya overhead pabrik dibebakan
berdasarkan biaya tenaga kerja langsung dan jam tenaga kerja
langsung
15
Penyelesaian:
Pertama terlebih dahulu menghitung tarif tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, yaitu:
1) tarif biaya tenaga kerja langsung adalah Rp 200.000.000 : 100.000
jam = Rp 3.000/jam
2) Tarif biaya overhead pabrik adalah Ro 300.000.000 : 100.000 jam
tenaga kerja langsung = Rp 3.000/jam tenaga kerja langsung.
Kedua menghitung harga pook untuk 15.000 unit sepatu yang
diproduksi pada januari 2014, yaitu:
Biaya bahan baku Rp 18.000.000
Biaya tenaga kerja 12.000 jam @ Rp Rp 24.000.000
2.000
Biaya Overhead 12.000 jam @ Rp Rp 36.000.000
3.000
Total biaya produksi untuk 12.000 unit Rp 78.000.000
Jika digunakan dasar biaya tenaga kerja dalam pembebanan biaya
overhead maka tarifnya adalah:
𝟑𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
Tarif biaya overhead = 𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎 + 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟓𝟎%
16
Perhitungan tarif biaya overhead pabrik atas dasar jam mesin
tampak dalam contoh berikut:
a. Pada tahun 2013 diproduksi 200.000 unit sepatu diperlukan biaya
sebagai berikut:
Biaya Bahan Rp. 350.000.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 200.000.000
(100.000 jam tenaga kerja)
Biaya Overhead Pabrik Rp. 300.000.000
Jam mesin sebanyak 50.000 jam
b. Pada januari 2014 diproduksi 15.000 unit sepatu dengan biaya
sebagai berikut:
Biaya bahan Rp. 18.000.000
Biaya tenaga kerja 12.000 jam Rp. 24.000.000
@ Rp.2000
Jam mesin 7000 jam
Diminta:
Hitung harga pokok produksi jika biaya overhead pabrik dibebankan
berdasarkan jam mesin.
Penyelesaian:
Pertama, terlebih dahulu menghitung tarif tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, yaitu:
a. Tarif biaya tenaga kerja langsung adalah Rp 200.000.000 dibagi
100.000 jam sama dengan Rp. 2000 per jam.
b. Tarif biaya overhead pabrik adalah Rp. 300.000.000 dibagi
50.000 jam mesin sama dengan Rp. 6000 per jam mesin.
Kedua, menghitung harga pokok untik 15.000 unit sepatu yang
diproduksi pada Januari 2005, yaitu:
Biaya bahan baku Rp. 18.000.000
Biaya tenaga kerja 10.000 jam Rp. 24.000.000
@Rp. 2.000
Biaya overhead 7.000 jam Rp. 42.000.000
@ Rp. 6.000
Total biaya produksi unit 12.000 unit Rp. 84.000.000
17
4. Dasar Unit Produk
Unit produk sebagai dasar pembebanan merupakan cara yang
paling tepat sederhana, namun paling tepat dipergunakan pada unit
produk yang bersifat homogen baik dari segi harga, ukuran, dan
jenisnya. Jika syarat tersebut tidak dipenuhi akan mengakibatkan
perhitngan yang tidak teliti. Untuk ini ada cara lain sebagai
pengembangannya, yaitu menggunakan unit produk yang dikonversi
dengan bobot yang dihasilkan dari penelitian, pengalaman lapangan,
atau hasil penelitian laboratorium.
Perhitungan tarif biaya overhead pabrik atas dasar jam mesin
tampak dalam contoh berikut:
a. PT Industri Gula Pasir pada tahun 2013 memproduksi gula
sebanyak 200.000 kg dengan biaya:
Biaya bahan Rp. 350.000.000
Biaya tenaga kerja Rp. 200.000.000
(100.000 jam tenaga kerja)
Biaya overhead pabrik Rp. 300.000.000
b. Pada Januari 2014 diproduksi 15.000 kg gula dengan biaya sebagai
berikut:
Biaya bahan Rp. 18.000.000
Tenaga kerja 12.000 jam Rp. 24.000.000
@ Rp. 2.000
Diminta:
Hitung harga pokok produksi jika biaya overhead pabrik dibebankan
berdasarkan jam mesin.
Penyelesaian:
Pertama, terlebih dahulu menghitung tarif tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, yaitu:
a. Tarif biaya tenaga kerja langsung adalah Rp. 200.000.000 dibagi
100.000 jam sama dengan Rp. 2.000 per jam.
b. Tarif biaya overhead pabrik adalah Rp. 300.000.000 dibagi
200.000 kg sama dengan Rp. 1.500 per kg.
18
Kedua, menghitung harga pokok untuk 15.000 kg gula yang diproduksi
pada Januari 2005, yaitu:
Biaya bahan baku Rp. 18.000.000
Biaya tenaga kerja 12.000 jam Rp. 24.000.000
@ Rp. 2.000
Biaya overhead 15.000 jam Rp. 22.500.000
@ Rp. 1.500
Total biaya produksi untuk 12.000 Rp. 64.500.000
unit
Berikut ini contoh perhitungan tarif tunggal biaya overhead pabrik.
Taksiran total biaya overhead pabrik untuk 2004 sebesar Rp.
250.000.000 dan taksiran dasar pembebanan adalah:
a. Taksiran biaya tenaga kerja = Rp. 200.000.000 (400.000 jam)
b. Taksiran biaya bahan baku = Rp. 125.000.000
c. Taksiran jam mesin = 100.000 jam
Maka tarif tunggal biaya overhead pabrik dihitung sebagai berikut:
a. Atas dasar biaya tenaga kerja
𝟐𝟓𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
x 100% = 125%
𝟐𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎.𝟎𝟎𝟎
19
Maka biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk adalah:
a. Jika diatas dasar biaya tenaga kerja, maka biaya overhead pabrik
sebesar 125% x Rp. 15.000.000 = Rp. 18.750.000
b. Jika atas dasar biaya bahan, maka iaya overhead oabriknya
sebesar 200% x Rp. 12.000.000 = Rp. 24.000.000
c. Jika atas dasar jam tenaga kerja, maka biaya overhad pabrik
sebesar 3.000 x Rp. 6.250 = Rp. 18.750.000
d. Jika atas dasar jam mesin, maka biaya overhead pabrik sebesar
8.000 x Rp. 2.500 = Rp. 20.000
3.1.2 Tarif Departemen
1. Menyusun anggaran BOP departemen produksi dan anggaran biaya
departemen jasa.
Contoh:
Biaya depresiasi gedung Rp70.600. Data luas lantai masing-masing
departemen sebagai berikut:
Departemen Luas Lantai (m2)
Departemen A 150
Departemen B 100
Departemen 1 63
Departemen 2 40
Jumlah 353
Alokasi biaya depresiasi gedung untuk setiap departemen
sebagai berikut:
Departemen A = (150 / 353) x Rp70.600 = Rp30.000
Departemen B = (100 / 353) x Rp70.600 = Rp20.000
Departemen 1 = (63 / 353) x Rp70.600 = Rp12.600
Departemen 2 = (40 / 353) x Rp70.600 = Rp8.000
2. Menetapkan dasar alokasi biaya departemen jasa
Dasar alokasi biaya departemen jasa tergantung pada pemicu
biayanya. Contoh: departemen listrik menggunakan dasar alokasi
konsumsi kwh departemen pengguna, departemen kafetaria yang
20
banyak menggunakan tenaga karyawan dasar alokasi yang sesuai
adalah jumlah karyawan atau jam kerja karyawan.
3. Mengalokasikan biaya departemen jasa pada departemen produksi
Biaya departemen produksi yang digunakan untuk menghitung
tarif meliputi biaya yang terjadi di departemen tersebut ditambah
dengan biaya alokasi dari departemen jasa. Biaya departemen jasa
dapat dialokasikan dengan menggunakan metode langsung, bertahap
dan aljabar.
a. Metode Langsung
Pada metode ini biaya departemen jasa hanya dialokasikan ke
departemen produksi. Metode ini dapat diterapkan jika selisih
hasil perhitungan biaya produk dibandingkan dengan metode lain
tidak material atau suatu departemen jasa tidak menggunakan jasa
departemen jasa lainnya. Contoh:
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Jasa Rp72.600 Rp40.000
Dasar alokasi:
Departemen 1 40 40 20
(jumlah karyawan)
Departemen 2 200 500 300
(jumlah kwh)
21
Keterangan Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
Alokasi
departemen
jasa:
Departemen Rp36.300 Rp36.300 *(Rp72.600
1 )
Departemen 11.429 28.571 **(Rp40.000)
2
b. Metode bertahap/bertingkat/sekuensial
Pada metode ini biaya departemen jasa dialokasikan secara
bertahap ke departemen jasa lainnya dan departemen produksi
yang telah menerima jasa, dimulai dari biaya departemen jasa
yang terbesar. Setelah alokasi biaya departemen jasa pertama
dilakukan, departemen tersebut tidak akan mendapatkan alokasi
dari departemen jasa lain. Contoh:
22
Keterangan Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
Alokasi
departemen Rp29.040 Rp29.040 *(Rp72.600) Rp14.520
jasa: 15.577 38.943 **(Rp54.520)
Departemen 1
Departemen 2
23
penyelesaian persamaan diatas:
Y = 72.600 + 0,30(40.000 + 0,20Y)
= 72.600 + 12.000 + 0,06Y
0,94Y = 84.600
Y = 90.000
Z = 40.000 + (0,20x90.000)
Z = 58.000
A B 1/Y 2/Z
Alokasi
departemen
jasa:
Departemen 1 Rp36.000 Rp36.000 *(Rp90.000) Rp18.000
Departemen 2 11.600 29.000 Rp17.400 **(Rp58.000)
24
Contoh:
Perhitungan tarif BOP menggunakan metode langsung dalam
mengalokasikan biaya departemen jasa, jika diketahui estimasi
jumlah jam mesin pada departemen produksi A adalah 1000 jam dan
estimasi jumlah jam kerja langsung pada departemen produksi B
adalah 1500 jam.
Keterangan Total Departemen Departemen Jasa
Produksi
A B 1 2
BOP sebelum
alokasi Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Departemen Rp392.600
Jasa
Alokasi
departemen
jasa:
Departemen Rp36.300 Rp36.300 *(Rp72.600)
1
Departemen Rp 11.429 Rp 28.571 **(Rp40.000)
2
25
3.2 Alokasi Biaya Overhead
3.2.1 Metode Alokasi Langsung (Direct Alocation Method)
Dalam metode ini, BOP departemen jasa dialokasikan ke tiap-tiap
departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung
digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen jasa hanya
dinikmati/dimanfaatkan oleh departemen produksi,dan tidak ada
departemen jasa lain yang memakai jasa tersebut (Departemen Jasa tidak
memakai jasanya).
Contoh:
CV HAM mengolah produknya melalui dua departemen produksi yakni
departemen proses 1 dan proses 2, dan ditunjang oleh duadepartemen
jasa yaitu departemen jasa listrik (X) dan departemen jasa pemeliharaan
mesin (Y). Seluruh tenaga listrik danpemeliharaan mesin sepenuhnya
digunakan oleh departemen produksi dengan proporsi:
Departemen Produksi Departemen Jasa X Departemen Jasa Y
Proses 1 30% 25%
Proses 2 35% 40%
Proses 3 35% 35%
26
1. Jasa X
BOP departemen jasa X sebanyak Rp 30.000.000 seluruhnya
dialokasikan ke masing-masing departemen produksi dengan
proporsi masing-masing
Departemen Proses 1 = 30% x Rp 30.000.000 = Rp 9.000.000,-
Departemen Proses 2 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
Departemen Proses 3 = 35% x Rp 30.000.000 = Rp 10.500.000,-
Total = Rp 30.000.000
2. Jasa Y
BOP departemen jasa Y sebanyak Rp 60.000.000 seluruhnya
dialokasikan ke masing-masing departemen produksi
denganproporsi masing-masing:
Departemen 1 = 25% x Rp 60.000.000 = Rp 15.000.000,-
Departemen 2 = 40% x Rp 60.000.000 = Rp 24.000.000,-
Departemen 3 = 35% x Rp 60.000.000 = Rp 21.000.000,-
Total = Rp 60.000.000,-
3.2.2 Metode Alokasi Bertahap (Step Method)
Contoh:
PT RAS mempunyai dua departemen produksi dan dua departemen jasa.
Perusahaan merencanakan Biaya Overhead Pabrik untuk kapasitas
normal produksi sebesar 50.000 unit, selama Tahun 2006 sebesar:
Departemen Kegiatan Jumlah BOP
Proses 1 Setting Rp 22.800.000
Proses 2 Finishing Rp 12.200.000
Jasa X Listrik Rp 28.000.000
Jasa Y Pemeliharaan Rp 2.000.000
Rencana penggunaan jasa dari departemen jasa adalah jasa bagian jasa
selain digunakan oleh bagian produksi (departemen proses 1 & 2), juga
dipakai oleh bagian jasa sendiri. Dalam hal ini terjadi tukar menukar jasa
antara bagian jasa listrik dan bagian jasa pemeliharaan. Proporsi
pemakaian jasanya adalah:
27
Departemen Departemen Pemakai Jasa
Pemberi
Proses I Proses II Jasa X Jasa Y
Jasa
Jasa X 30% 50% - 20%
Jasa Y 40% 35% 25% -
X = 28.000.000 + 25% Y
Y = 2.000.000 + 20% X
Jadi
X = 28.000.000 + 0,25 (2.000.000 + 0,2 X)
X = 28.500.000 + 500.000 + 0,05 X
X – 0,05 X = 28.500.000X = 30.000.000
Y = 2.000.000 + 20% X
Y = 2.000.000 + 0,2 (X)
Y = 2.000.000 + 0,2 (30.000.000)
Y = 8.000.000
Jadi BOP bagian jasa listrik setelah mendapat alokasi BOP dari bagian
jasa pemeliharaan adalah sebesar Rp 30.000.000
28
BOP bagian jasa pemeliharaan setelah mendapatkan alokasi BOP dari
bagian jasa listrik adalah sebesar Rp 8.000.000. Dengan demikian maka
jumlah BOP Neto untuk masing-masing departemen jasa adalah:
Kedua BOP Neto dari bagian jasa listrik dan pemeliharaan ini, kemudian
dibebankan kepala masing-masing departemen produksisesuai proporsi
masing-masing:
Keterangan Mula-mula Tambahan Kurangi BOP Neto
Bagian Listrik (X) 28.000.000 2.000.000 6.000.000 24.000.000
Bagian 2.000.000 6.000.000 2.000.000 6.000.000
Pemeliharaan (Y)
Jumlah 30.000.000 30.000.000
29
3.3 Akuntansi Joint Product dan By-Product
3.3.1 Akuntansi untuk Joint Product
1. Metode Nilai Pasar
PT Abadi Buana Citra adalah sebuah perushaan pengilangan minyak.
Biaya bersama yang diperlukan untuk proses pengilangan minyak
tersebut adalah sebesar Rp. 1.000.000. Proses produksi bersama yang
dilaksanakan secara bersamaan adalah bensin sebanyak 40.000 liter,
minyak pelumas 35.000 liter, dan minyak tanah 25.000 liter. Harga
jual masing-masing produk per liter setelah titik terpisah adalah
bensin Rp.1.000, minyak pelumas Rp.750, dan minyak tanah Rp.500.
Diminta:
Buatlah alokasi biaya bersama terhadap produk tersebut.
Penyelesaian:
Produk Jumlah Harga Nilai Jual Nilai Alokasi Biaya
Bersama Produk Jual/Unit Jual Biaya /unit
Relati Bersama
(1) (2) (3)=(1)x(2) f (5)=(4)x1jt
(4) (6)=(5)/(1)
Bensin 40.000 Rp 1.000 40.000.000 50,8% Rp 508.000 Rp 12,70
Pelumas 35.000 Rp 750 26.250.000 33,33 Rp 333.300 Rp 9,25
%
Minyak 25.000 Rp 500 12.500.000 15,87 Rp 158.700 Rp 6,35
Tanah %
Total 100.000 100% Rp 1.000.000
30
Penyelesaian:
Produk Kuantitas Rata-rata Alokasi Biaya
biaya per Bersama
Satuan
Bensin 40.000 liter Rp 10 Rp 400.000
Pelumas 35.000 liter Rp 10 Rp 350.000
Minyak Tanah 25.000 liter Rp 10 Rp 250.000
Total 100.000 liter Rp 1.000.000
31
Bensin menggunakan minyak mentah sebanyak 40.000 liter, minyak
pelumas 35.000 liter, dan minyak tanah 25.000 liter.
Diminta:
Berdasarkan data tersebut, buatlah alokasi biaya bersama.
Penyelesaian:
Produk Kuantitas Persentase Alokasi Biaya
Pemakaian Bersama
Bahan Baku
(1) (2) (3) = (2) x 1 Jt
Bensin 40.000 liter 40% Rp 400.000
Pelumas 35.000 liter 35% Rp 350.000
Minyak Tanah 25.000 liter 25% Rp 250.000
Total 100.000 liter 100% Rp 1.000.000
32
Jurnal untuk mencatat pembebanan taksiran biaya pemasaran &
administrasi ke produk sampingan:
Persediaan produk sampingan Rp 100.000
Persediaan barang dalam proses Rp 100.000
Apabila produk sampingan dijual Rp 1.200.000 maka jurnalnya adalah:
Kas/ Piutang dagang Rp 1.000.000
Persediaan produk sampingan Rp 1.000.000
33
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
terdapat beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Pada penentuan tarif tunggal dan tarif departemen terdapat beberapa
perbedaan tahapan. Penentuan tarif tunggal dimulai dengan menyusun
biaya overhead pabrik, menentukan dasar pembebanan, kemudian
menentukan atau menghitung tarif biaya overhead pabrik. Sedangkan
penentuan tarif departemen dimulai dengan menyusun anggaran BOP
departemen produksi dan anggaran biaya departemen jasa, menetapkan
dasar alokasi biaya departemen jasa, dan mengalokasikan biaya
departemen jasa pada departemen produksi.
2. Penentuan alokasi biaya overhead pabrik dapt menggunakan beberapa
metode yaitu metode langsung, metode bertahap/bertingkat, dan
metode timbal balik.
3. Terdapat beberapa karakteristik umum joint product yaitu: Produk
bersama mempunyai hubungan fisik yang sangat erat satu sama lain
dalam proses produksinya, tidak ada satu produk pun dari produk
bersama yang secara signifikan nilainya lebih tinggi dari produk lain.,
dalam proses produk bersama dikenal istilah “titik pisah” yakni saat
terpisahnya (split-off) masing-masing jenis produk yang dihasilkan dari
bahan baku, tenaga kerja dan overhead yang telah dinikmati produk
secara bersama-sama, setelah terpisah (split-off) produk berdiri sendiri-
sendiri yang mungkin langsung dijual atau mungkin pula harus diproses
lebih lanjut untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan.
4. Terdapat beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama, yaitu
metode nilai pasar/ nilai jual relatif, metode rata-rata biaya per satuan,
metode rata-rata tertimbang, dan metode unit kuantitatif/satuan fisik.
34
Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat produk sampingan (by-
product) yaitu nilai pasar bersih (net market value) diperlakukan
sebagai biaya produk sampingan dan nilai bersih pasar diperlakukan
sebagai pendapatan lain-lain.
35
DAFTAR PUSTAKA
Arni, Y. (2018). Persentase Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, Biaya
Overhead Pabrik Terhadap Harga Pokok Produksi pada PT Maju Tambak
Sumur. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Ekonomi Akuntansi, 44.
Br. Sitio, T. M. (2012). Alokasi Biaya Overhead Departemen Pendukung dan
Departemen Produksi untuk Menghitung Harga Pokok Produksi pada PT
ARBE Chemindo. Journal Indonesia Banking School. Retrieved from
http://repository.ibs.ac.id/id/eprint/1303
Farahdiba, Mogi, G. B., & Walandow, S. K. (2013). ANALISIS ALOKASI BIAYA
BERSAMA UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK. Manado.
doi:https://doi.org/10.32400/gc.9.1.25223.2014
Riwyadi. (2006). Akuntansi Biaya. Padang: Andalas University Press
Wandira, Ayu, dkk. (2019). Analisis Alokasi Biaya Bersama dalam Menentukan
Harga Pokok Produksi, Joint-Product dan By-Product pada PT. Pabrik Gula
Takalar. Economics Bosowa Journal, Vol 5 (No. 004), 157
Widjajana, B., & Widyaningsih, A. (2007). Mengasah Kemampuan Ekonomi.
Bandung: Penerbit Citra Praya.
36