PENGARUH PERSEDIAAN
PRODUK DALAM PROSES AWAL PERIODE
KELAS :
AKUNTANSI 17A
Disusun oleh :
1 Rahma Ridwaningrum (17.0102.0001)
2 MuhammadYusril Saputra (17.0102.0015)
3 Peggi Ardelia Cahayani (17.0102.0027)
4 Wahyu Indah Utami (17.0102.0037)
5 Fiky Afri Sanjaya (17.0102.0044)
6 Ajeng Sekar Kinasih (17.0102.0054)
7 Latifur Rizka (17.0102.0060)
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Biaya . Adapun topik yang dibahas
didalam makalah ini adalah mengenai Metode harga pokok proses. Makalah ini disusun
berdasarkan materi yang kami kumpulkan dari beberapa sumber. Dengan disusunnya makalah
ini, kami berharap dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yulinda Devi Pramita, S.E., M.Sc., Ak. selaku
dosen mata kuliah Akuntansi Biaya. Juga kepada orang tua yang telah memberikan kami doa,
dukungan, serta semangat, dan tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi untuk tersajinya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata baik, masih ada
kekurangan di berbagai sisi, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna motivasi dan perbaikan diri di kesempatan berikutnya.
Kiranya makalah ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita semua. Atas perhatiannya,
kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Metode harga pokok proses yang merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang
digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara masal. Di dalam metode ini,biaya
produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi
persatuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses tertentu, selama
periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka
waktu yang bersangkutan.
Dengan adanya proses ini, maka dapat menentukan harga pokok persediaan produk jadi
dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.Padasaatmanajemen dituntut untuk
membuat peertanggung jawaban laporan periodek, manajemen harus menyajikan laporan
keuangan berupa neraca dan lapora laba rugi. Metode harga pokok proses produk diolah melalaui
satu departemen produksi dan lebih dari satu departemen produksi.
Salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan adalah
kemampuan untuk memproduksi secara tepat waktu sesuai dengan target produksi, karena hal ini
dapat memberikan keuntungan secara langsung maupun tidak langsung. Kemampuan perusahaan
dalam emproduksi secara tepat waktu didukung oleh kelancaran produksinya yang dipengaruhi
oleh : dimilikinya peralatan produksi dengan kualitas yang baik dalam jumlah yang mencukupi
kebutuhan dalam kegiatan produksi, dan juga adanya jaminan tersedianya bahan baku produksi
yang akan diolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus bisa pengelola dan
memanajemen sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia sebagai factor utama yang
menjalankan kegiatan perusahaan maupun sumber daya lain yang merupakan asset dari
perusahaan itu sendiri. Salah satu asset yang dimiliki perusahaan adalah barang atau bahan yang
akan dijual kepada konsumen.
Persediaan barang baik dalam usaha dagang maupun dalam perusahaan manufaktur
merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca maupun laporan rugi laba, oleh karena itu
persediaan barang yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah
dapat dibebankan sebagai biaya (HPP) yang akan dilaporkan dalam laporan rugi laba dan mana
yang masih belum terjual yang akan menjadi persediaan dalam neraca.
4
Rumusan Masalah
1. Apa perbedaan antara harga pokok proses dan harga pokok pesanan?
2. Bagaimana metode harga pokok proses produk diolah melalui satu departemen produksi?
3. Bagaimana metode harga pokok proses produk diolah melalui dua departemen produksi?
Tujuan Makalah
1. Mengetahui perbedaan antara harga pokok proses dan harga pokok pesanan
2. Metode harga pokok proses produk diolah melalui satu departemen produksi
3. Metode harga pokok proses produk diolah melalui dua departemen produksi
5
BAB II
PEMBAHASAN
METODE
HARGA POKOK PROSES (II):
PENGARUH PERSEDIAAN
PRODUK DALAM PROSES AWAL PERIODE
Unit Produk Ekuivalensi sama dengan semua unit produk yang telah selesai (100%
tingkat penyelesaiannya) tanpa memperhatikan tingkat penyelesaian yang ada pada PDP awal,
ditambah dengan PDP akhir sesuai dengan tingkat penyelesaian.
6
Biaya yang melekat pada PDP awal ditambahkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
proses produksi periode yang bersangkutan.
Harga Pokok Produk dihitung dengan mengalikan unit ekuivalensi dengan biaya per unit
ekuivalensi.
Contoh 1:
Pada awal Bulan Januari 2009 PT SANSEVIERIA memiliki PDP sebanyak 100 unit
dalam kondisi tingkat penyelesaian Bahan 100% dan Biaya Konversi 75%. PDP awal
sebanyak 100 unit tersebut memiliki Harga Pokok sebesar Rp 734,50 dengan rincian:
Pada bulan Januari 2009 unit masuk proses sebanyak 800 unit dan produk yang selesai
(Produk Jadi) sebanyak 700 unit. Pada akhir Januari 2009 terdapat PDP sebanyak 200 unit
dengan tingkat penyelesaian 100% untuk Bahan Biaya dan Bahan Konversi baru 40%. Biaya
produksi yang terjadi selama bulan Januari 2009 sbb:
PT SANSEVIERIA
Laporan Harga Pokok Produksi (Rata-Rata)
Periode Januari 2009
LAPORAN FISIK
PDP awal BB: 100%, BK: 75% 100 unit
Unit masuk proses 800 unit +
7
900 unit
Produk jadi 700 unit
PDP akhir BB: 100%, BK: 40% 200 unit +
900 unit
PEMBEBANAN BIAYA
Unsur Periode
Biaya PDP awal Sekarang Jumlah UPE Biaya/UPE
BB Rp 280,0 Rp 1.520,0 Rp 1.800 900 Rp 2,00
BTK Rp 154,5 Rp 2.185,5 Rp 2.340 780 Rp 3,00
BOP Rp 300,0 Rp 2.820,0 Rp 3.120 780 Rp 4,00
TOTAL Rp 734,5 Rp 6.525,5 Rp 7.260 Rp 9,00
8
Contoh 2:
PT “Ika Farma” memproduksi minyak gosok melalui dua departemen produksi. Berikut ini data
produksi dan biaya yang terjadi selama periode bulan Desember 2009.
Dept I Dept II
Unit :
PDP awal:
Biaya bahan 100%, Biaya Konversi 40% selesai 68.000
Biaya bahan 100%, Biaya Konversi 20% 102.000
Masuk proses selama periode ini 680.000
Produk ditransfer ke Departemen II 595.000
Unit ditambahkan dalam produksi 85.000
Produk Jadi ditransfer ke Gudang 748.000
Persediaan PDP akhir
Biaya bahan 100%, Biaya Konversi 60% selesai 153.000
Biaya bahan 100%, Biaya Konversi 30% selesai 34.000
Biaya :
Biaya yang melekat pada Persediaan PDP awal:
HP dr Dept I Rp - Rp 680.000,00
BB Rp 238.000,00 Rp 204.000,00
BTK Rp 104.040,00 Rp 184.280,00
BOP Rp 199.920,00 Rp 105.615,90
Jumlah Rp 541.960,00 Rp 1.173.895,90
9
Diminta: Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi untu kedua departemen tersebut dengan
metode rata-rata.
PT IKA FARMA
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
DEPARTEMEN I – BULAN DESEMBER 2009
PEMBEBANAN BIAYA
Biaya PDP awal Periode Skr Jumlah UPE Biaya/UPE
BB Rp 238.000 Rp 2.380.000 Rp 2.618.000 748.000 Rp 3,50
BTK Rp 104.040 Rp 857.480 Rp 961.520 686.800 Rp 1,40
BOP Rp 199.920 Rp 1.517.080 Rp 1.717.000 686.800 Rp 2,50
TOTAL Rp 541.960 Rp 4.754.560 Rp 5.296.520 Rp 7,40
Keterangan:
UPE = PJ + PDPr x %
BB = 595.000+153.000x100% = 748.000
BTK = 595.000+153.000x60% = 686.800
BOP = 595.000+153.000x60% = 686.800
PT IKA FARMA
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
10
DEPARTEMEN II – BULAN DESEMBER 2009
PEMBEBANAN BIAYA
Unsur Biaya PDP awal Periode Skr Jumlah UPE Biaya/UPE
HP dr Dept I Rp 680.000,00 Rp 4.403.000,00 Rp 5.083.000,00 782.000 Rp 6,50
BB Rp 204.000,00 Rp 1.360.000,00 Rp 1.564.000,00 782.000 Rp 2,00
BTK Rp 184.280,00 Rp 1.180.480,00 Rp 1.364.760,00 758.200 Rp 1,80
BOP Rp 105.615,90 Rp 652.584,10 Rp 758.200,00 758.200 Rp 1,00
TOTAL Rp1.173.895,90 Rp 7.596.064,10 Rp 8.769.960,00 Rp 11,30
Keterangan:
UPE = PJ + PDPr x %
HP dr Dept I = 748.000+34.000(100%) = 782.000
BB = 748.000+34.000(100%) = 782.000
BTK = 748.000+34.000(30%) = 758.200
BOP = 748.000+34.000(30%) = 758.200
Metode FIFO
metode ini menganggap persediaan PDP awal akan diproses terlebih dahulu sampai
menjadi produk jadi, baru kemudian memproses produk yang baru masuk didepartmen. Unit
PDP awal dilaporkan secara terpisah dari unit produk yang baru masuk proses. Biaya yang
berhubungan dengan PDP awal dibedakan dengan biaya produk jadi yang berasal dari unit
11
masuk proses pada periode yang bersangkutan. Adanya pemisahaan ini, maka perhitungan unit
produk ekuivalen juga harus dipisahkan.
Contoh 3:
Pada awal bulan Januari 2009 PT SANSEviera memiliki PDP sebanyak 100 unit dalam kondisi
tingkat penyelesaian bawah 100% dan biaya konservasi 75%. PDP awal tersebut memiliki harga
pokok sebesar Rp.734,50 dengan rincian:
BTK Rp154,50
BOP Rp300,00
Pada bulan januari 2009 unit masuk proses sebanyak 800 unit, dan produk yang selesai (produk
jadi) sebanyak 700 unit. Pada akhir januari 2009 terdapat PDP sebanyak 200 unit dengan tingkat
penyelesaian 100% untuk bahan baku dan biaya konversi baru 40%. Biaya produksi yang terjadi
selama bulan januari 2009 sbb:
BTK Rp.2.185.50
BOP Rp.2.820.00
12
Perhitungan UPE
Perhitungan UPE untuk biaya bahan baku
Penyelesaian PDP awal: 100 unit x 0% 0 unit
Pemrosesan unit masuk yang langsung jadi
Produk yang jadi seluruhnya: 700 unit
Produk jadi yang berasal dari PDP awal 100 unit(-)
Unit masuk langsung jadi 600 unit
Pemrosesan PDP akhir: 200 unit x 100% 200 unit +
Total UPE untuk biaya bahan 800 unit
13
proses periode sekarang, dihitung dengan cara mengalikan unit produk dengan
biaya per UPE.
o Perhitungan harga pokok PDP akhir
Harga pokok PDP akhir ditentukan seperti dengan metode rata-rata
PT. SANSEVIERIA
Laporan Harga Pokok Produksi
Januari 2009
(FIFO)
LAPORAN FISIK
PDP awal BB 100%,BK 75% 100 unit
Unit masuk proses 800 unit +
900 unit
Produk jadi 700 unit
PDP akhir BB 100%,BK 40% 200 unit +
900 unit
Unit biaya Jumlah PDP awal Periode skr UPE Biaya/UPE
Bahan
Baku Rp. 1.800,0 Rp. 280,0 Rp. 1.520,0 800 Rp. 1,90
BTK Rp. 2.340,0 Rp. 154,5 Rp. 2.185,5 705 Rp. 3,10
BOP Rp. 3.120,0 Rp. 300,0 Rp. 2.820,0 705 Rp. 4,00
Total Rp. 7.260,0 Rp. 734,5 Rp. 6.525,5 Rp. 900
14
Perhitungan UPE biaya konversi
Produkmasukdanselesaidoproses………………………………………………………. 527.000
unit
Jika perhitungan UPE kita bandingkan antara metode rata-rata dengan FIFO, hasil UPE dengan
FIFO lebih sedikit.Hal ini karena metode FIFO tidak mempergitungkan PDP awal.Dengan
demikian UPE (metode FIFO) sama dengan UPE (metode rata-rata) dikurangi dengan PDP awal
kali tingkat penyelesaian. Bentuk persamaan matematisnya adalah:
15
UPE FIFO = UPErata-rata – PDPAWAL X %
SedangkanUPErata-rata = PJ + PDPakhirx %
UPEFIFO = PJ + PDPAKHIR X % -
PDPAWAL X %
686.800 unit
PT”IKA FARMA”
DEPARTEMEN 1
748.000 unit
16
748.000 unit
PEMBEBANAN BIAYA
Rp 146.880,00
HargaPokokProduksidariproduksisekarang:
17
BOP 153.000 x 100% x Rp 2,30 = Rp 211.140,0
Rp 865.980,00
keterangan:
18
UPE untuk HP dr I:
680.000
= 680.000
Pad kasus contoh ini, di Departemen II selain trasfer dari Departemen I juga ada Bahan Baku
yang dimasukkan dalam proses produksi diawal proses. Karena Bahan Baku dimasukkan
diawal, PDP awal sudah tidak memerlukan tambahan Bahan Baku lagi.
19
PDP awal (100% - 100%) x 102.000=...................... 0 unit
20
PT “ IKA FARMA”
DEPARTEMEN II
782.000 Unit
782.000 Unit
PEMBEBANAN BIAYA
21
Biaya penyelesaian PDP awal :
Keterangan :
22
Pengendalian Kualitas
Agar kualitas produksi terjaga secara baik, maka perlu dilakukan pengawasan terhadap
kualitas produk. Produk yang rusak, produk yang tidak memenuhi standarkualitas atau produk
cacat, harus dikeluarkan dari produk jadi yang kualitasnya baik. Selain menyeleksi produk yang
kualitasnya sempurna (melalui seleksi kualitas produk), perusahaan juga harus menjaga agar
jumlah produksi (output) sesuai dengan jumlah menurut standar. Unit produksi yang tidak lolos
seleksi kualitas (sering disebut dengan spoilage). Akan dibuang atau dijual dengan harga murah.
Contoh spoilage adalah produk yang tidak lolos seleksi kualitas di perusahaan jeans, dan
perusahaan pakaian. Terhadap jeans yang tidak lolos seleksi kualitas, ada kemungkinan akan
dijual murah sebagai barang reject. Barang yang tidak lolos seleksi kualitas produk, akan tetapi
dapat diperbaiki lagi sehingga dapat dijual sebagai barang jadi yang telah lolos seleksi disebut
rework. Misal dibagian seleksi kualitas perusahaan radio, terdapat beberapa radio yang tidak
memenuhi standar kualitas. Terhadap produk ini kemudian diperbaiki kembali sehingga
memenuhi standar kualitas dan akhirnya dapat dijual seperti halnya produk jadi lainya. Out put
proses produksi yang tidak memiliki nilai, umumnya dianggap sebagai scrap. Scrap adalah
limbah bahan yang keluar/tertinggal ketika proses produksi terjadi. Misal di perusahaan
pengrajin kayu banyak terdapat limbah kayu berupa tatal (kotoran gergaji kayu dan kayu pendek
sisa potongan).
Produk hilang/rusak dapat diklasifikasikan sebagai produk hilang normal dan produk
hilang abnormal. Produk hilang normal adalah produk yang hilang karena sifat bahan atau
karena pengaruh proses produksi. Misal menguap, menyusut, dan hilang menjadi limbah.
Produk hilang abnormal adalah hilang bukan karena proses produksi. Sebagai contoh, produk
hilang dikarenakan kecelakan kerja, misal alat produksi pecah sehingga produk tumpah. Produk
hilang yang dikarenakan hal-hal tersebut dalam pengertian abnormal. Akan tetapi apabila produk
yang hilang ternyata jumlahnya hanya sedikit produk yang hilang tersebut masih dianggap
sebagai hilang normal. Untuk menentukan apakah produk yang hilang masuk normal atau
abnormal, manajemen biasanya menentukan batas produk hilang normal, misal ditentukan 2%
dari jumlah produk jadi.
Harga produk produksi hilang normal, dibebankan kepada produk jadi. Tak ada jurnal
penyesuaian terhadap produk hilang normal. Harga pokok terhadap produk hilang abnormal,
23
dicatat sebagai kerugian pada periode terjadinya. Terhadap produk hilang abnormal dilakukan
dengan junal pencatatan.
Jumlah unit produk hilang normal dan/atau abnormal dapat diketahui saat dilakukan
inspeksi. Inspeksi biasanya dilakukan pada tahap proses. Akan tetapi inspeksi juga dapat
dilakukan pada tahap pertengahan proses produksi. Apabila inspeksi dilakukan pada tahap akhir
proses, maka produk hilang dianggap hilang pada akhir proses. Inspeksi yang dilakukan pada
akhir proses, berarti inspeksi tersebut hanya dilakukan terhadap produk jadi. Dengan demikian
Harga Pokok Produk hilang yang sifatnya normal dibebnkan hanya produk jadi.
Apabila inspeksi produk dilakukan pada tahap pertengahan pemrosesan (misal pada tahap
proses produksi 60%), maka perhitungan UPE harus memperhitungkan produk hilang pada
tingkat penyelesaian saat inspeksi. Dengan dilakukan inspeksi pada tahap petengahan maka
apabila pada akhir periode terdapat persediaan persediaan PDP akhir yang tingkay
penyelesaianya diatas taha inspeksi, maka Harga Pokok Produk hilang normal dibebankan pada
produk jadi.
Perhitungan UPE harus memperhitungkan unit produk yang hilang sesuai tingkat
penyelesaianya saat produk tersebut hilang. Terhadap biaya yang penggunaanya dalam proses
produksi ditambahkan secara terus meneru (yaitu: BTK dan BOP), maka UPE dihitung sebagai
berikut:
Rata-rata
FIFO
atau
Keterangan:
24
PJ: Produk Jadi PDPa: PDP awal
Terdapat biaya yang dimasukan dalam proses produksi di awal (yaitu: HP dari Dep 1 dan
bahan), UPE dapat dihitung dengan 2 cara. Cara pertama dihitung dengan biaya konvensi diatas.
Produk hilang dihitung dengan dikalikan angka prosentasetingkat hilangnya. Cara kedua, produk
hilang dihitung 100%. HP dari Dep 1 dan Biaya Bahan yang masuk proses diawal, meskipun
produk hilang diketahui pada saat proses produksi mencapai tingkat pertengahan, akan tetapi
UPE yang hilang tetap 100% diawal.
Contoh 5:
Depatemen 1 Departemen 2
Unit fisik
25
Produk hilang normal 500 unit 180 unit
Biaya:
Produksi sekarang
HP dari dept 1 - ?
Rp. 123.120 Rp ?
Buatlah laporan harga pokok produksi, baik dengan metode rata-rata maupun FIFO.
Penyelesaian
CV “PARAKSARI”
METODE RATA-RATA
(DEPARTEMEN 1)
DAFTAR FISIK
PDP Awal (BB 50%, BTK, 50%, BOP 50%) 500 unit +
9.700 unit
26
PDP Akhir (BB 40%, BTK 30%, BOP 25%) 1.800 unit
9.700 unit
PEMBEBANAN BIAYA
BTK Rp. 1.500 Rp. 49. 140 Rp. 50.640 8.440 Rp. 6,00
BOP Rp. 1.250 Rp. 40.500 Rp. 41.750 8.350 Rp. 5,00
27
HARGA POKOK PRODUKSI
HP PDP Akhir
Rp. 8.370
Rp. 30.000
Rp. 126.870
Keterangan:
*) Diperoleh dari Rp. 88.500 dibagi dengan 5.400 unit (= Rp. 16,38889)
Perhitungan UPE
28
CV PARAKSARI
METODE RATA-RATA
DEPARTEMEN II
Daftar Fisik
7780 unit
7780 unit
29
Harga Pokok Produksi
HP Produksi Jadi :
HP PDP akhir :
Rp. 8.300.00
Rp.1.380.00
30
Keterangan : Perhitungan UPE
CV PARAKSARI
METODE FIFO
DEPARTEMEN I
Daftar Fisik
9.700 unit
9.700 unit
31
Harga Pokok Produksi
HP Produk Jadi
Rp. 3.750.00
HP PDP Akhir :
Rp.8.370.00
Rp. 30.000.00
32
Jumlah Pertanggung jawaban Dep I Rp.126.870.00
CV PARAKSARI
METODE FIFO
DEPARTEMEN II
Daftar Fisik :
7.780 Unit
7.780 Unit
Pembebanan Biaya
Hp Produk Jadi
33
HP PDP awal 4.470.00
Rp. 1.026.00
HP Akhir
Rp.8.209.46
Rp. 1.369.00
Rp.173.164.00
34
JURNAL HARGA POKOK PRODUK HILANG NORMAL DAN ABNORMAL
Harga Pokok Produk Hilang (hilang, rusak, cacat) yang sifatnya normal, dibebankan pada
Harga Pokok Produk Jadi. Terhadap Produk hilang normal tidak diperlukan jurnal untuk
mencatatnya. Jurnal yang diperlukan pada akhir periode hanyalah jurnal untuk mencatat Produk
jadi atau transfer produk ke departemen berikutnya dan jurnal untuk mencatat persediaan PDP
Akhir.
Jurnal untuk mencatat Produk Jadi atau produk yang ditransfer ke departemen II:
HP dr Dept I-Dept II Rp 88.500
BDP-BB dept I Rp 23.600
BDP-BTK dept I Rp 35.400
BDP-BOP dept I Rp 29.500
Perhitungan :
Unsur Biaya Biaya per unit Prod Jadi 5.400 Prod hilang Jumlah
unit Normal 500 unit
BB Rp 4 Rp 21.600 Rp 2.000 Rp 23.600
BTK Rp 6 Rp 32.400 Rp 3.000 Rp 35.400
BOP Rp 5 Rp 27.000 Rp 2.500 Rp 29.500
Jumlah Rp 15 Rp 81.000 Rp 7.500 Rp 88.500
Jurnal diatas menganggap produk 500 unit hilang karena kondisi normal dan tidak memiliki nilai
jual. Seandainya terhadap 500 unit tersebut masih ada sisa secara fisik dan masih memiliki nilai
jual (misal Rp 1000), maka HPP hilang yang dibebankan ke produk jadi tidak sebesar Rp 7.500
akan tetapi sebesar Rp 6.500 dengan penghitungan sbb :
35
HPP Produk Jadi sebelum produk hilang normal Rp 81.000
HPP Produk hilang normal Rp 7.500
Nilai jual sisa bahan/produk rusak (scrap) Rp 1.000 –
Rp 6.500 +
HP Produk jadi ( ditranfer ke dep II ) Rp 87.500
Terhadap scrap yang memiliki nilai jual, dicatat pada rekening persediaan produk scrap sebesar
nilai jual bersih. Dengan demikian bila terjadi scrap laku dijual, jurnal untuk mencatat produk
jadi dan persediaan scrap sbb:
36
HP Produk hilang Rp 19.500
Persed produk rusak Rp 10.500
BDP-BB dept I Rp 8.000
BDP-BTK dept I Rp 12.000
BDP-BOP dept I Rp 10.000
Jurnal saat produk rusak terjual :
Kas/ piutang dagang Rp 10.500
Persed. Produk rusak/scrap Rp 10.500
HP Produk hilang abnormal pada akhir periode ditutup ke rekening L/R. Jurnal yang digunakan
untuk menutuo rekening HP produk hilang ke L/R adalah
L/R Rp 19.500
HP Produk hilang Rp 19.500
CONTOH SOAL
Contoh 6
Berikut ini adalah data produksi di departemen II “ PT SIDOSARI ” pada bulan Juni 2009. PT
SIDOSARI melakukan inspektasi terhadap produknya pada tahap proses produksi mencapai 50% selesai.
Terhadap semua produk (unit) yang telah mencapai penyelesaian 50% dilakukan inspeksi.
Unit fisik :
37
Unit masuk proses 3.500 unit +
3.700 unit
Penyelesaian :
PT SIDOSARI
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
METODE RATA-RATA – DEPARTEMEN II
DAFTAR FISIK
Produk masuk proses dr dept I 3.500 unit
PDP awal (BB 100% BK 40%) 200 unit +
3.700 unit
Produk jadi di transfer ke gudang 3.400 unit
PDP akhir (BB 100% BK 70%) 250 unit
Produk hilang normal pada penyelesaian 50 unit +
3.700 unit
PEMBEBANAN BIAYA
Unsur Biaya PDP awal Periode Skr Jumlah UPE Biaya / UPE
HP dr dep I Rp 1000,00 Rp 17.375,00 Rp 18.375,00 3.675,00 Rp 5,00
BB Rp 125,75 Rp 4.100,50 Rp 4.226,25 3.675,00 Rp 1,15
BTK RP 190,40 Rp 5.209,60 Rp 5.400,00 3.600,00 Rp 1,50
BOP Rp 143,20 Rp 4.716,90 Rp 4.860,00 3.600,00 Rp 1,25
TOTAL Rp 1.459,35 Rp 31.401,90 Rp 32.861,25 Rp 9,00
38
HPP Produk jadi
HPP Produk jadi sebelum penyelesaian: 3.400 unit @Rp 9,00.. Rp 30.600,00
Alokasi produk hilang normal Rp 210,96 +
HPP Produk jadi, ditransfer ke luar Rp 30.810,96
HPP PDP akhir
HP dr dep I 250xRp 5,00 = Rp 1.250,00
BB 250xRp 1,15x100% = Rp 287,50
BTK 250xRp 1,50x70% = Rp 262,50
BOP 250x Rp 1,35x70% = Rp 236,25 +
Rp 2.036,25
Penyesuaian Prod hilang normal Rp 14,04 +
HP PDP akhir setelah penyesuaian …………………………………….. Rp 2.050,29 +
Jumlah pertanggungjawaban biaya di dept I Rp 32.861,25
KETERANGAN
HP prod hilang normal HP dr dep I 50x5,00x50% = Rp 125,00
BB 50x1,15x50% = 28,75
BTK 50x1,50x50% = 37,50
BOP 50x1,35x50% = 33,75 +
Rp 225,00
Alokasi Produk Hilang Normal
39
Perhitungan UPE
Unsur biaya : P Jadi + PDP Akhir x % + Prod hlg N x % = UPE
HP dr dep I 3400 + 250 x 100% + 50 x 50% = 3.675
BB 3400 + 250 x 100 % + 50 x 50% = 3.675
BK 3400 + 250 x 70 % + 50 x 50% = 3.600
40
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah tersebut adalah bahwa perhitungan menggunakan laporan
harga produk mengan menggunakan metode rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan.
Dengan menggunakan metode FIFO yaitu menganggap bahwa persediaan PDP awal akan di
proses lebih dahulu hingga menjadi produk jadi, baru memproses produk yang baru masuk di
departemen. Pada metode FIFO perhitungan UPE hanya benar-benar dari proses periode
sekarang. Agar kualitas produk terjaga dengan baik makan perlu dilakukan pengawasan kualitas
produk yaitu dengan mengeluarkan produk cacat. Produk yang hilang atau rusak di
klasifikasikan menjadi hilang normal dan hilang abnormal. Dan harga hilang normal di bebankan
kepada produksi
41
DAFTAR PUSTAKA
Daljono. 2011. Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok & Pengendalian, Edisi 3. Semarang:
42