Anda di halaman 1dari 24

AKUNTANSI AKAD-AKAD LAINNYA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu : Devi Nurlitasari, SE.Sy., M.Si

Disusun oleh :

Kelompok 12

PBS 4C
Fadlilah Ayu Kusumawati (195231099)

Muhammad Fadhil Nurdiyanyah (195231121)

Mafrella Fadhilah Khansa (195231135)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Rahmat dan
Karunia-Nya kami bisa menyusun makalah mengenai ‘Akuntansi Akad – Akad
Lainnnya’ ini dengan tepat waktu, guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri
Surakarta. Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat hambatan dan
tantangan, namun dengan dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat mempelancar.
Oleh karena itu, kami selaku penulis dari makalah ini ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak – pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga kontribusinya mendapat balasan dari Allah SWT.

Kami sadar sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik segi
penyusunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sangat kami harapkan agar dapat memperbaiki makalah ini.

Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah menyisihkan waktunya untuk


membaca makalah kami. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bermanfaat
terhadap pembaca.

Surakarta, 21 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................4
A. Pengertian Akad.................................................................................................................4
B. Macam – Macam Akad......................................................................................................4
1. Akad Sharf........................................................................................................................4
2. Akad Wadiah.....................................................................................................................6
3. Akad Al-Wakalah (Deputyship/Agen/Wakil)...................................................................8
4. Akad Kafalah (Jaminan).................................................................................................10
5. Qardhul Hasan.................................................................................................................11
6. Akad Hiwalah/Hawalah (Pengalihan).............................................................................13
7. Akad Rahn (Pinjaman dengan Jaminan).........................................................................16
8. Akad Ju’alah (Hadiah)....................................................................................................19
9. Charge Card dan Syariah Card (Kartu Kredit Syariah)..................................................20
10. Perlakuan Akuntansi (PSAK 59 dan PAPSI 2013).....................................................21
BAB III.........................................................................................................................................24
PENUTUP....................................................................................................................................24
A. Kesimpulan........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................25

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ilmu islam ini sudah lama sangat berkembang, namun pada saat runtuhnya
kekuasaaan islam pada masa lampau, telah juga menghilangkan praktik-praktik tentang
ekonomi islam yang baik dan benar di dalam masyarakat. Sehingga pada saat itu yang
berkembang yaitu paham-paham yang berasal dari bahasa barat yang memiliki sifat liberalis
dan materialitis.

Pada abad ke-20 ilmu ekonomi islam muncul Kembali dengan bank bagi hasil. Lalu
Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang merupakan praktik ekonomi islam resmi disahkan
di Jedah tahun 1976.

Berbagai krisis ekonomi yang telah melanda di dunia pada saat ini, kemudian para
ahli berupaya untuk mencari yang alternatif untuk pemecah masalah menggunakan ilmu
ekonomi islam. Ilmu islam pada dasarnya bersifat adil dan tidak memihak kepada sebelah
pihak, dan sebab itu kebanyakan lembaga-lembaga banyak yang memakai ilmu ekonomi
islam tidak ada merasa yang dirugikan. Maka, untuk itu sebaiknya dalam menjalankan suatu
lembaga keuangan lebik baik menggunakan ekonomi islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud akad ?
2. Apa macam – macam akad lainnya ?
3. Apa dasar hukum macam - macam akad lainnya ?
4. Bagaimana perlakuan setiap akad lainnya ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian akad.
2. Mengetahui macam – macam akad lainnya.
3. Mengetahui dasar hukum macam – macam akad lainnya.
4. Mengetahui perlakuan akad lainnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad

Akad menurut bahasa artinya ikatan atau persetujuan, sedangkan menurut istilah akad
adalah transaksi atau kesepakatan antara seseorang (yang menyerahkan) dengan orang lain
(yang menerima) untuk pelaksanaan dalam melakukan perbuatan. Cotohnya, akad jual beli,
akad pernikahan, akad sewa menyewa. Dasar hukum dilakukan oleh akad adalah “Hai orang-
orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.” (QS. Al-Maidah: 1).

B. Macam – Macam Akad


1. Akad Sharf
a) Pengertian
Sharf secara bahasa yaitu penukaran, penambahan, penghindaran, atau transaksi
jual beli (jual beli mata uang asing). Sharf dapat dikatakan transaksi jual beli suatu
valuta dengan valuta lainnya secara langsung dan tunai. Kemudian, transaksi jual beli
atau pertukaran mata uang, dapat dilakukan baik dengan mata uang yang sejenisnya
(misalnya rupiah dengan rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya rupiah dengan
dolar, atau sebaliknya), dan tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli.
Sumber hukum dari akad sharf terdapat pada As-Sunnah yang berbunyi “Dari
Abu Said al-Khudri r.a., Rasulllah saw. bersabda: “Transaksi pertukaran emas
dengan emas harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba, perak dengan perak harus sama takaran, timbangan dan
tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, gandum dengan gandum harus
sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba,
tepung dengan tepung harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba, kurma dengan kurma harus sama dengan takaran,
timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba, garam dengan
garam harus sama takaran, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya
adalah riba.” (HR. Muslim).
Berdasarkan hadis di atas, dapat diartikan bahwa, ketika terjadi pertukaran sesama
barang ribawi yang sejenis (misalnya emas dengan emas, perak dengan perak, dan

4
lainnya) jumlahnya harus sama dan harus dilakukan dari tangan ke tangan (tunai)
karena kelebihannya adalah riba. Begitu juga pertukaran untuk barang ribawi sejenis
dengan kualitas yang berbeda, misalnya jeruk berkualitas rendah dengan jeruk yang
berkualitas lebih tinggi, tetap harus dalam jumlah yang sama (karena secara kasat
mata tidak bisa dibedakan) dilakukan secara tunai.
b) Terdapat ada empat jenis transaksi pertukaran valuta asing sesuai fatwa DSN MUI
No.28/DSN-MUI/III/2022, yaitu:
 Transaksi spot, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas kemudian
penyerahannya pada saat itu (atau penyelesainnya maksimal dalam jangka waktu
dua hari).
 Transaksi forward, yaitu transasksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya
ditetapkan pada saat sekarang, dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang.
 Transasksi swap, yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan
harga spot yang dikombinasikan dengan pembelian atau penjualan valas yang
sama dengan harga forward.
 Transaksi option, yaitu kontrak untuk memperoleh hak untuk membeli (call
option) atau harga dan jangka waktuatau tanggal tertentu.

Jadi, secara syariah transaksi pertukaran valuta asing dapat diperbolehkan


sepanjang dilakukan secara tunai dan tidak digunakan untuk tujuan spekulasi dan
jika tujuannya untuk tabungan atau keperluan transaksi misalnya ingin pergi haji
diperbolehkan menyimpan dalam bentuk valas.

c) Perlakuan Akuntansi Akad Sharf


1) Jurnal saat membeli valuta asing, sebagai berikut:

Keterangan Kredit Debit


Kas (Dolar) xxx
Kas (Rp) xxx

2) Jurnal saat dijual, sebagai berikut:

Keterangan Debit Kredit


Kas (Rp) xxx
Kerugian* xxx

5
Keuntungan** xxx
Kas (Dolar) xxx
Keterangan: * jika harga beli valas lebih besar dari harga jual.
** jika harga beli valas lebih kecil dari harga jual.
Untuk tujuan laporan keuangan akhir periode, asset moneter (piutang atau
utang) dalam suatu valuta asing akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan
menggunakan nilai kurs tengan Bank Indonesia pada laporan keuangan.
Jurnalnya sebagai berikut:
 Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksinya, jurnal
pencatatannya, sebagai berikut:

Keterangan Debit Kredit


Kerugian Xxx
Piutang (valas) Xxx
Utang (valas) xxx
Keuntungan xxx

 Jika nilai kurs BI lebih kecil dari nilai kurs tanggal transaksinya, jurnal
pencatatan, sebagai berikut:

Keterangan Debit Kredit


Piutang (valas) Xxx
Keuntungan xxx
Kerugian Xxx
Utang (valas) xxx

2. Akad Wadiah
a) Pengertian Akad Wadiah
Wadiah merupakan simpanan (deposito) barang atau dana kepada pihak lain yang
bukan pemiliknya, untuk tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak
yang mempunyai uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan
kapan pun titipan diambil pihak penerima titipan wajib itu menyerahkan kembali
uang/barang tersebut sehingga pihak yang dititipi menjadi penjamin pengembalian
barang titipan.
Tujuan Wadiah dengan cara penyimpanan, lainnya waktu penitipan, biaya yang
dibebankan kepada pemilik barang dan hal-hal yang dianggap penting. Sumber

6
hukum dari akad wadiah terdapat pada (QS. An-Nissa:58) yang artinya
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya.” dan As-Sunnah yang berbunyi “Tunaikanlah amanat itu kepada
orang yang memberi amanat kepadamu, dan jangan kamu mengkhianti orang yang
mengkhianatimu.” (HR. Abu Dawud dan Al Tirmidzi).
b) Jenis Akad Wadiah (PSAK 59)
 Wadiah amanah, yaitu akad wadiah dimana uang/barang yang dititipkan hanya
boleh disimpan dan tidak boleh didayagunakan. Contonya barang yang dititipkan
di bagian penitipan barang pada pusat perbelanjaan.
 Wadiah yadh dhamanah, yaitu akad wadiah dimana penerima titipan dapat
memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin
untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat si pemilik
menghendakinya. Contohnya tabungan dan giro tidak berjangka dengan akad
wadiah.
c) Pencatatan Akuntansi Wadiah Bagi Pihak Pemilik Barang dan Bagi Pihak
Pemyimpan Barang
1) Bagi pihak pemilik barang
 Pada saat penyerahan barang dan membayar biaya penitipan, jurnalnya
sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Beban Wadiah xxx
Kas xxx

 Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnalnya sebagai berikut:


Keterangan Debit Kredit
Beban Wadiah xxx
Utang Xxx

 Pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipan,


jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Utang Xxx
Kas Xxx

7
2) Bagi pihak penyimpan barang
 Pada saat menerima barang dan penerimaan pendapatan penitipan, jurnalnya
sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas Xxx
Pedapatan Wadiah xxx

 Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnalnya sebagai berikut:


Keterangan Debit Kredit
Piutang xxx
Pendapatan Wadiah Xxx

3) Pendapatan wadiah
 Pada saat menyerahkan barang dan menerima pembayaran kekurangan
pendapatan penitipan, jurnalnnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas xxx
Piutang xxx

3. Akad Al-Wakalah (Deputyship/Agen/Wakil)


a) Pengertian Wakalah
Al-wakalah, al-wikalah, atau at-tahwidh yang memiliki arti penyerahan,
pendelegasian atau pemberian madat. Akad wakalah merupakan akad pelimpahan
kekuasaaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
Contohnya salat, puasa, bersuci, qishash, talak, dll.
Wakalah dalam pendelegasian sebagai pembeli barang, kemudian terjadi dalam
situasi dimana seseorang itu (perekomendasi) untuk mengajukan calon atau
menunjuk orang lain sebagai mewakili dirinya membeli sesuatu. Jadi orang yang
meminta untuk diwakilkan yaitu muwakil harus juga menyerahkan sejumalah uang
secara penuh sebesar harga barang yang dibeli oleh agen/pihak yang mewakili dalam
suatu kontrak wakalah tersebut. kemudian, agen membayar kepada pihak ketiga
dengan menggunakan titipan muwakil untuk membeli barang. Memiliki sumber
hukum yang terdapat di (Q.S. Al-Khaf: 19) yang artinya “Maka suruhlah salah
seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu itu.”

8
b) Pencatatan Akuntansi Wakalah Bagi Pihak Pemilik Barang dan Bagi Pihak
Pemyimpan Barang
1) Bagi pihak yang mewakilkan/ wakil
 Pada saat menerima imbalan tunai, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas xxx
Pendapatan Wakalah xxx

 Pada saat membayar beban, jurnalnya sebagai berikut:


Keterangan Debit Kredit
Beban Wakalah xxx
Kas xxx

 Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua tahun, jurnalnya
sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas xxx
Pendapatan wakalah yang diterima xxx
di muka

 Pada saat mengakui pendapatan wakalah diterima di muka, jurnalnya sebagai


berikut:
Keterangan Debit Kredit
Pendapatan wakalah diterima di xxx
muka
Pendapatan wakalah xxx

2) Bagi pihak yang meminta diwakilkan


 Pada saat membayar ujr/komisi, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Beban wakalah xxx
Kas xxx

4. Akad Kafalah (Jaminan)


a) Pengertian Kafalah

9
Menurut Sayid Sabiq (2008) menyebutkan bahwa kafalah disebut juga dhaman
(jaminan), hamalah (beban), dan za’amah (tanggungan). Akad kafalah yaitu suatu
perjanjian pemberi jaminan yang diberikan oleh si penanggung (kafi’il) kepada pihak
ketiga (mafkul lahu) untuk memenuhi kewajiban kepada pihak kedua atau pihak
yang ditanggung (mafkul anhu/ashil).
Secara teknis akad kafalah merupakan perjanjian antara seseorang yang
memberikan penjaminan (penjamin) kepada seorang kreditur yang memberikan
utang kepada sesorang debitur, dimana utang debitur tersebut akan dilunasi oleh si
penjamin apabila debitur tidak membayar utangnya. Contohnya, akad kafalah garansi
bank (bank guarantee), stand by later of credit, pembukaaan L/C impor, akseptasi,
endorsement, dan lain sebagainya. Akad kafalah memiliki sumber hukum yang
terdapat (Q.S. Ali Imran: 37) yang artinya “Dan dia (Allah) menjadikan Zakaria
sebagai penjaminnya (Maryam), dan As-Sunnah yang berbunyi dari Abi Humamah,
bahwa Rasulullah bersabda: “Penjamin adalah orang yang berkewajiban mesti
membayar” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi).
b) Pencatatan Akuntansi Kafalah Bagi Pihak Pemilik Barang dan Bagi Pihak
Pemyimpan Barang
1) Bagi pihak peminjam
 Pada saat menrima imbalan tunai, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas Xxx
Pendapatan kafalah xxx

 Pada saat membayar beban, jurnalnya sebagai berikut:


Keterangan Debit Kredit
Beban kafalah Xxx
Kas Xxx

2) Bagi pihak yang meminta jaminan


 Pada saat membayar beban-beban, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Beban kafalah Xxx
Kas xxx

10
5. Qardhul Hasan
Qardhul Hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar
sebesar pokok utangnya), pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan
syariah (tidak ada riba), karena kalau meminjamkan uang tidak boleh meminta
pengembalian yang lebih besar dari pinjaman yang akan diberikan. Tetapi, si peminjam
boleh saja atas kehendaknya sendiri memberikan kelebihan atas pokok pinjamannya
sebagai hadiah, dan tidak boleh dicantumkan dalam perjanjian dan tidak boleh berulang.
Pinjaman qardh memiliki bertujuan untuk diberikan pada orang yang membutuhkan
atau tidak memiliki kemampuan yang finansial, untuk tujuan sosial maupun secara
kemanusiaan. Dengan, cara pelunasaan dan pada saaat waktu pelunasaan pinjaman
ditetapkan bersama antara si pemberi dan si penerima pinjaman tersebut. Qardhul Hasan
memiliki sumber hukum terdapat di (Q.S. Al-baqarah: 280) yang artinya “Dan jika ia
(orang yang berutang itu) dalam kesulitan, sebrilah tangguh sampai ia berkelapangan.
Dan menyedahkan (Sebagian atau semua utang) itu, lebihbaik bagimu, jika kamu
mengetahui,” dan As-Sunnah yang berbunyi “Orang yang melepaskan seorang muslim
dari kesulitannya di dunia, Allah akanmelepaskan kesulitannya di hari kiamat, dan Allah
senantiasa menolong hamba-nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim).
Pelapor qardhul hasan dapat disajikan tersendiri ke dalam laporan sumber dan
penggunaan dana qardhul hasan tersebut bukan asset perubahan. Maka sebab itu,
seluruhnya dicatat di buku besar pembantu atas dana kebijakan berdasarkan jenis dana
kebijakan yang diterima atau yang dikeluarkan, jadi pencatatan akuntansinya sebagai
berikut:
a) Bagi pemberi pinjaman
 Saat menrima pinjaman dari pihak eksternal, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Dana kebijakan kas xxx
Dana kebijakan infak/sedekah Xxx

 Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan nonhalal,
jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Dana kebajikan kas xxx
Dana kebajikan denda/pendapatan Xxx
11
nonhalal

 Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardhul hasan, jurnalnya


sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Dana kebajikan-dana kebajikan xxx
produktif
Dana kebajikan kas Xxx

 Untuk penerimaan saat pengambilan dari pinjaman qardhul hasan, jurnalnya


sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Dana kebajikan kas xxx
Dana kebajikan-dana kebajikan Xxx
produktif

b) Bagi pihak yang meminjam


 Saat menerima uang pinjaman, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas xxx
Utang Xxx

 Saat pelunasan, jurnalnya sebagai berikut:


Keterangan Debit Kredit
Utang xxx
Kas Xxx

6. Akad Hiwalah/Hawalah (Pengalihan)


a) Pengertian Akad Hiwalah
Hiwalah secara harfiah berarti pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit
atu memikul sesuatu yang berada di atas pundak. Objek yang dialihkan dapat berupa
utang atau piutang. Jenis akad ini pada dasarnya adalah akad tabbarru’ yang
bertujuan untuk saling tolong-menolong untuk menggapai rida Allah.
Jika yang dialihkan utang maka akad hawalah merupakan akad pengalihan utang
dari satu pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung

12
(membayar) utangnya tersebut. Kepada pihak yang menerima pengalihan utang atau
piutang (muhal’alaih) dapat memperoleh imbalan/fee/ujrah atas jasanya (berupa
kesediaan dan komitmennya). Besarnya ujrah harus ditetapkan pada saat akad yang
secara jelas, tetap, dan pasti. Akad hiwalah memiliki sumber hukum terdapat di
Hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi “Menunda pembayaran bagi orang
yang mampu adalah kezaliman, dan jika salah seorang kamu dialihkan
(dihiwalahkan) kepada orang kaya yang mampu, maka turutlah (menerima
pengalihan tersebut).” (HR Bukhari Muslim).
b) Jenis Akad Hiwalah
Ditinjau dari segi objek akad, hiawalah ini dapat dibagi menjadi dua sebagai berikut:
 Apaila yang dipindahkan merupakan hak menagih piutang maka, pemindahan itu
disebut hiwalah al haqq (pemindahan hak/anjak piutang).
 Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk membayar utang maka,
pemindahan itu disebut hiwalah ad-dain (pemindahan utang).
c) Pelakuan Akuntansi Hiwalah (ED PSAK 110)
1) Akuntansi pihak yang mengalihkan utang/muhil
 Ketika pengambilan alihan utang di man muhal’alaih membayar utang
muhil, pada jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Utang-A (muhal) xxx
Utang-B(muhal’alaih) Xxx

 Jika utang yang dialihkan harus dilunasi dalam jangka pendek maka ujrah
(fee) yang dibayarkan diakui pada saat jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Beban hiwalah xxx
Kas Xxx

 Jika utang yang dialihkan dilunasi dalam jangka panjang maka ujrah (fee)
yang dibayar diakui sebagai beban tangguhan, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Beban tangguhan hiwalah xxx
Kas Xxx

13
 Beban diakui melalui amoritisasi beban tangguhan secara garis lurus,
jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Beban hiwalah xxx
Beban tangguhan hiwalah Xxx

 Biaya transaksi hiwalah seperti biaya legal dan biaya administrasi diakui
sebagai beban pada saat terjadinya, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Beban hiwalah xxx
Kas Xxx

 Pelunasan utang oleh muhil pada muhal’alaih, jurnalnya sebagai berikut:


Keterangan Debit Kredit
Utang-B (muhal’alaih) xxx
Kas Xxx

2) Akuntansi yang menerima pengalihan utang/muhal’alaih


 Pada saat pembayaran kepada pihak muhal sebesar jumlah utang yang
diambil alih, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Piutang-C (muhal) xxx
Kas Xxx

 Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka pendek, jurnalnya
sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas xxx
Pendapatan hiwalah Xxx

 Jika piutang dari muhil akan dilunasi dalam jangka panjang, ketika
muhal’alaih menerima feel ujrah sekaligus, sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas xxx
Pendapatan diterima dimuka Xxx

14
 Pendapaatan diakui melalui amoritisasi pendapatan diterima dimuka secara
propesional dengan jumlah piutang yang tertagih, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Pendapatan diterima di Xxx
muka
Pendapatan hiwalah Xxx

 Ketika menerima pelunasan piutang, jurnalnya sebagai berikut:


Keterangan Debit Kredit
Kas xxx
Piutang Xxx

7. Akad Rahn (Pinjaman dengan Jaminan)


a) Pengertian Akad Rahn
Rahn, secara harfiah berarti tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn adalah
disebut dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn yaitu
menahan barang sebagai jaminan atas utang. Akad rahn ini digunakan pada
pengadaian syariah tujuannya bahwa penggunaan akad ini agar pemberi pinjaman
lebih mempercayai pihak yang berutang.
Dalam rahn, barang gadaian tidak otomatis menjadi milik penerima gadai (pihak
yang memberi pinjaman) sebagai pengganti piutangnya. Dengan kata lain, fungsi
rahn di tangan pemberi utang (murtahin) hanya sebagai jaminan utang dari orang
yang berutang (rahin). Barang gadaian tetap milik orang yang berutang. Akad rahn
terdapat sumber hukum yang terdapat di Al-Qur’an (Q.S Al-Baqarah: 283) yang
artinya “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai), sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang oleh yang berpiutang” dan As-Sunnah yang berbunyi “Dari Aisyah r.a
bahwa Rasulullah pernah membeli makanan dengan berutang dari seorangYahudi
dan menggadaikan sebuah baju besi kepadanya.” (HR. Bukhari, Nasa’I dan Ibnu
Majah).
b) Rahn Tajilis
Selain akad rahn, pada tahun 2008 MUI juga mengeluarkan fatwa tentang rhn
tajlis (fiduisa). Fatwa ini dikeluarkan dalam rangka menngurangi kendala yang

15
timbul sehubungan masalah jaminan, khususnya dalam pemeliharaan dan
pemanfaatan jaminan. Fidusia terdiri didefinisikan sebagai pengalihan hak
kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan Ketentuan bahwa, benda
yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasa pemilik benda
(UU No. 42/1999).
c) Perlakuan Akuntansi Rahn
1) Bagi pihak yang menerima gadai
Pada saat menerima barang gadai tidak dijurnal tetapi membuat tanda
terima atas barang.
 Pada saat menyerahkan uang, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Piutang xxx
Kas Xxx

 Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan,


jurnanya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas xxx
Pendapatan xxx

 Pada saat mengkluarkan biaya untuk biaya pemaliharaan dan penyimpanan,


jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Beban xxx
Kas Xxx

 Pada saat mengkluarkan biaya untuk biaya pemaliharaan dan penyimpanan,


jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas xxx
Piutang Xxx

16
 Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian gadai
dijual oleh pihak yang menggadaikan, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas xxx
Piutang Xxx

2) Bagi pihak yang menggadaikan


Pada saat menyerahkan asset tidak dijurnal, tetapi menerima tanda terima
atas penyerahan asset serta membuat penjelasan atas catatan akuntansi atas
barang yang digadaikan.
 Pada saat menerima uang pinajamn, jurnalnya sebagai berikut:

Keterangan Debit Kredit


Kas xxx
Utang xxx

 Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnalnya sebagai


berikut:

Keterangan Debit Kredit


Beban xxx
Kas xxx

 Ketika dilakukan pelunasan atas hutang, jurnalnya sebagai berikut:

Keterangan Debit Kredit


Utang xxx
Kas xxx

 Jika pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai
dijual pada saat penjualan barang gadai, jurnalnya sebagai berikut:

Keterangan Debit Kredit


Kas xxx

17
Akumulasi penyusutan (bila Xxx
asset tetap)
Kerugian xxx
Keuntungan xxx
Asset xxx

 Pelunasan utang atas barang dijual pihak yang menggadai, jurnalnya sebagai
berikut:
Keterangan Debit Kredit
Utang xxx
Kas xxx

8. Akad Ju’alah (Hadiah)


a) Pengertian Akad Ju’alah (Hadiah)
Ju’alah berasal dari kata ja’al yang banyak memiliki arti antara lain imbalan,
meletakkan, membuat, dan menasabkan. Menurut fikih, ju’alah diartikan sebagai
suatu tanggung jawab dalam bentuk janji memberikan hadiah tertentu sukarela
terhadap orang yang berhasil melakukan perbuatan atau, memberikan jasa yang
belum pasti dapat dilaksanakan atau dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Untuk sumber hukum terdapat di (Q.S. Yusuf: 71) yang artinya “Penyeru-penyeru itu
berkata: Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan
memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta dan aku menjamin terhadapnya.
Kemudian, menurut Az-Zuhaili dalam Maksum (2008), perbedaan antara akad
ju’alah dengan upah bekerja (ijarah dalam tenaga kerja) sebagai berikut:
1) Ju’alah diberikan jika pekerjaan hang telah selesai, sedangkan untuk upah sesuai
dengan ukuran yang tertentu.
2) Ju’alah tidak dibatasi oleh waktu, sedangkan upah ditentukan batas waktunya.
Walaupun mazhab Hambali dan Syafii membolehkan menentukan batas waktu.
3) Ju’alah tidak bisa dibayar dimuka, sedangkan upah bisa dibayar di muka.
4) Ju’alah dapat dibatalkan meskipun upaya telah dilakukan, asalkan belum selesai,
sedangkan upah tidak dapat dibatalkan karena sifatnya mengikat.
5) Ruang lingkup upah lebih dari ju’alah.
b) Perlakuan Akuntansi Akad Ju’alah (Hadiah)

18
1) Bagi pihak yag membuat sayembara/ membuat janji
Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apapun karena belumpasti
atas sayembara tersebut. Saat sayembara terpenuhi, jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Beban Ju’alah Xxx
Kas/ Asset Nonkas lain xxx

2) Bagi pihak yang menerima janji


Saat mendengar janji tidak diperlakukan pencatatan apapu karena belum
pasti hasil atas sayembara tersebut. Setelah sayembara tersebut terpenuhi,
jurnalnya sebagai berikut:
Keterangan Debit Kredit
Kas/ Asset Nonkas lain Xxx
Pendapatan Ju’alah xxx

9. Charge Card dan Syariah Card (Kartu Kredit Syariah)


a) Pengertian Charge card dan Syariah Card
Charge card dan syariah card merupakan salah satu produk bank syariah. Charge
card adalah fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh pemegang kartu (hamil
al-bithaaqah) sebagai alat pembayaran atau pengembalian uang tunai pada tempat-
tempat tertentu yang harus dibayar lunas kepada pihak yang memberikan talangan
(mushdir al-bithaaqah) pada waktu yang sudah ditetapkan (Fatwa DSN MUI No. 42/
DSN MUI/V/2004). Sementara itu, syariah card adalah kartu yang berfungsi seperti
kartu kredit dengan hubungan hukum (berdasarkan sistem yang sudah ada) antara
pihak yang berdasarkan prinsip syariah.
Kedua jenis kartu kredit tersebut merupakan pola pembiayaan seperti halnya
denga kartu kredit dan kartu debit di bank konvensional. Salah satu bentuk
konvensional dari charge card adalah American Express dan AMEX. Charge dan
syariah card tidak mengenakan bunga, tetappi mengenakan fee atas keanggotaan dan
transaksi yang sudah dilakukan. Dewan Syariah Nasional-MUI melalui Fatwa N0.
42/DSN MUI/V/2004 dan Fatwa No. 54/ DSN MUI/X/2006 menyetujui penerapan
layanan produk charge dan syariah card kepada masyarakat melalui tiga akad yaitu,
kafalah, ijarah, dan akad qardh. Terdapat sumber hukum yaitu (Q.S. Al-Isra’: 26-27)

19
yang artinya “Dan janglah kamu mengahmbur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pembors itu adalah saudara-saudara syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.”
b) Perlakuan Akuntansi Card dan Syariah Card
Untuk perlakuan akuntansi card dan syariah card ini transaksi merupakan
implementasi dari gabungan akad kafalah, ijarah, dan qardh hasan.

10. Perlakuan Akuntansi (PSAK 59 dan PAPSI 2013)


a) Pendapatan dan beban yang berkaitan dengan jangka waktu diakui selama jangka
waktu tersebut.
 Contoh: Pengakuan Pendapatan dan Beban Berjangka Waktu
Pada tanggal 25 januari, Perusahaan Jasa Rajin melakukan akad rahn atas motor
yang dimilikinya selama 14 hari degan BPRS Berkah. Akad ini terdiri akad
qardh berupa pinjaman sebsesar Rp 20.000.000 dan ijarah dalam bentuk
perawatan atas motor selama digadaikan dengan beban ujrah sebesar Rp
100.000/per hari. Jurnal yang dibuat oleh kedua pihak adalah:

1) Perusahaan Jasa Rajin


Tanggal Keterangan P Debit Kredit
R
25 Januari Kas 20.000.000
Pinjaman qardh 20.000.000
31 Januari Beban Ujrah 700.000
Utang Ujrah 700.000
(100.000 x 7= Rp
700.000)

2) BPRS Berkah
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
25 Januari Pembiayaan qardh 20.000.000
Kas 20.000.000

20
31 Januari Piutang ujrah 700.000
Pendapatan Ujrah 700.000
(100.000 x 7= Rp
700.000)

b) Pendapatan dan beban yang tidak berkaitan dengan jangka waktu diakui pada saat
terjadinya.
 Contoh: Pengakuan Pendapatan dan Beban Akad Wadiah
Perusahaan jasa rajin sebagai nasabah BPRS Berkah membuka tabungan wadiah
sebesar Rp 200.000.000. Pada akhir bulan januari, BPRS Berkah memberikan
bonus sebesar Rp 150.000. Bonus tersebut tidak dijanjikan di awal periode
pembukaan tabungan. Jurnal pada saat pemberian bonus bagi kedua belah pihak
adalah:
1) Perusahaan Jasa Rajin
Tanggal Ketarangan PR Debit Kredit
25 Januari Kas 150.000
Pendapatan Bonus 150.000

2) BPRS Berkah
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
25 Januari Beban bonus wadiah 150.000
Kas 150.000

 Contoh: Pengakuan Pendapatan dan Akad Lain (Misal Wakalah/Kafalah)


Perusahaan Jasa Rajin sebagai nasabah BPRS Berkah menggunakan jasa bank
untuk mewakilinya (akad wakalah) dalam mentransfer uang sebesar
Rp.2000.000. Jurnal untuk pemeberian bonus bagi kedua belah pihak adalah:
1) Perusahaan Jasa Rajin
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
25 Januari Biaya bank 2.000.000
Kas 2.000.000

21
2) BPRS Berkah
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
25 Januari Kas 2.000.000
Pendapatan Lain 2.000.000

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat banyak akad di luar yang dikenal luas dalam Islam seperti: salam, utishna,
uyarakah, mudarabah, murabahah, ijarah, tetapi ada juga akad lain yang juga sesuai
dengan syariah dan ketentuan syariah. Akad tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sharf yaitu, akad jual beli mata uang asing. Akad ini sesuai syariah sepanjang
dilakukan secara langsung dan tunai.
2. Wadiah yaitu, akad untuk menitipkan barang. Akad ini sesuai syariah sepanjang
akad ini disepakati, baik terkait objek titipan maupun komisi atas penitipan
tersebut.
3. Qardhul hasan yaitu, akad pengelolaan dana kebajikan yang dilakukan secara
terpisah pengelolaanya dengan pengelolaan perusahaan.
4. Wakalah yaitu, akad ketika mewakilkan sesuatu kepada pihak lain. Wakalah
sesuai dengan syariah Islam sepanjang memenuhi ketentuan yang ada.

22
5. Kafalah adalah akad tentang menjaminkan sesuatu barang kepada pihak lain.
Dalam syuriah Islam, akad ini tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan aset
yang dijaminkan. Aset tetap dimiliki oleh pemilik aset, walaupun pemilik aset
tidak dapat embayar utang yang terkait dengan kafalah tersebut.
6. Hilawah adalah akad tentang mengalihkan hak atau kewajiban. Dalam pengalihan
teebut harus ada kepercayaan untuk melakukannya dan ketika dlakukan
pengalihan, phak yang mengambil alih akan menerima komisi (fee). Akad ini
sesuai dengan syariah panjang memenuhi ketentuan syariah dan memenuhi
ketentuan syariah.
7. Rahn adalah tentang gadai sesuai syariah sepanjang memenuhi ketentuan syariah.
8. Jua'lah adalah akad yang terkait dengan kinerja atau keberhasilan.
9. Charge card dan syariah card merupakan salah satu produk bank syariah.

DAFTAR PUSTAKA

Wasilah, Sri Nurhayati. 2019. Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 5.Jakarta: Salemba
Empat.
Syah, U. A. (2019). akad-akad lainnya. Αγαη, 8(5), 55. http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/15717/1/REVISI_MAKALAH_HES_ULIL %281%29.pdf
Yaya, Rizal dkk. 2013. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer.
Jakarta:Salemba Empat.
https://kommoes.wordpress.com/2014/02/28/makalah-pengertian-dan-jenis-akad-akad-
lainnya-by-dwi-cahya-nuranda/ Diposkan pada Februari 28, 2014 oleh kommoes

23

Anda mungkin juga menyukai