Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

QUALITY COST MANAGEMENT DAN JUST IN TIME

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen Lanjutan


Dosen : Dr. Andry Arifian Rachman., S.E., M.Si., Ak. CA.

Kelompok 5 :
Risa Estiya Fitri 51622120059
Oman Nurjaman 51622120063
Imam Agus Faisal 51622120054
Agus Istiadi 51622120060

FAKULTAS PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan kasih
sayang serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah “Quality Cost
Management and Just In Time” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Akuntansi Manajemen Lanjutan” dari Bapak Dr. Andry Arifian Rachman., S.E., M.Si.,
Ak. CA. selaku Dosen mata kuliah Akuntansi Manajemen. Semoga Makalah ini dapat
dipahami bagi bapak/ibu dosen dan setiap rekan-rekan mahasiswa yang membacanya
dan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa lain yang ingin mempelajari materi
ini. Sekiranya Makalah yang telah penulis susun ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun bagi setiap orang yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa dalam Makalah “Quality Cost Management and Just
In Time” ini masih banyak terdapat kekurangan, dan penulis mohon maaf apabila
terdapat penyampaian kalimat yang kurang baik, untuk itu saran dan kritik dari berbagai
sumber yang dapat membangun sangat penulis harapkan sehingga menjadi lebih baik
untuk kedepannya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, 10 Oktober 2022

Penulis
Risa, Oman, Agus, Imam
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan Makalah 3
1.4 Manfaat 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Teori 5
2.1.1 Definisi Kualitas 5
2.1.2 Definisi Biaya Kualitas 7
2.1.3 Tipe Biaya Kualitas 8
2.1.4 Laporan Biaya Kualitas dan Kegunaannya 9
2.1.5 Jenis Laporan Biaya Kualitas 9
2.1.6 Pelaporan Informasi Biaya Kualitas 10
2.1.7 Just In Time dan Karakteristik 11
2.1.8 Strategi dalam Penerapan Just In Time 12
2.1.9 Dampak JIT Terhadap Kemampuan
Penelusuran Biaya dan Biaya Produksi 13
2.1.10 Prinsip Kerja Just In Time 14
2.1.11 Aspek Pokok Just In Time 15
2.1.12 Keuntungan dan Kelemahan Just In Time 15

BAB III PEMBAHASAN 17

BAB IV KESIMPULAN 32
4.1 Kesimpulan 32

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Untuk memenangkan persaingan dalam era perdagangan bebas setiap
perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk dan layanan berkualitas bagi
konsumennya. Kualitas harus menjadi orientasi utama dari perusahaan dapat bertahan
dan memenekan persaingan. Secara umum suatu produk maupun pelayanan dapat
dikatakan berkualitas apabila produk maupun pelayanan tersebut dapat memenuhi
spesifikasi yang diinginkan oleh konsumennya (Rahmad Cahyono dan Amalia Susanti,
2007).
Semakin bervariasi produk yang ditawarkan ke pasar membuat konsumen
semakin selektif dalam memilih produk yang dapat dikonsumsi. Otomatis menimbulkan
tingkat persaingan yang cukup ketat bagi perusahaan untuk memasuki pasar bagi
produknya (Goetsch, 1997). Untuk menghasilkan suatu produk yang bermutu tinggi
diperlukan biaya kendali terbagi dua yaitu biaya pencegahan dan biaya penilaian. Biaya
kegagalan juga terbagi dua yaitu biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan ekternal.
Suatu survey yang telah dilakukan terhadap manajer di Amerika, hasilnya
sebanyak 80% manajer Amerika berpendapat bahwa kualitas akan menjadi sumber
fundamental keunggulan bersaing abad 21. Sedangkan ketika 455 manajer senior pada
industri elektronika ditanya apa yang menjadi faktor utama keberhasilan bersaing,
“kualitas” merupakan jawaban yang menduduki peringkat pertama menurut Al Ries
(1996) dalam Majalah Manajemen (2003).
Biaya kualitas adalah sejumlah biaya yang secara spesifik berkaitan dengan
pencapaian atau tidak tercapainya mutu suatu produk atau jasa, seperti yang
didefinisikan dalam persyaratan produk atau jasa yang telah ditetapkan oleh perusahaan
dan sesuai kontraknya dengan pelanggan dan masyarakat (American Society for Quality
Control, 1974). Mengelompokkan biaya mutu menjadi 3 kelompok sebagaimana yang
dikenal pada saat ini, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan
(internal dan eksternal) (Feigenbaum,1961).

1
2

Suatu perusahaan akan menjadi unggul dari para pesaingnya apabila


memperatikan faktor-faktor penentu diantaranya waktu, mutu, biaya, dan sumber daya
manusia. Salah satu faktor penentu, yaitu waktu, yang dimana waktu ini menjadi faktor
penting yang mempengaruhi keunggulan daya saing. Perusahaan yang ingin unggul dari
faktor waktu maka harus dapat melayani permintaan konsumennya dengan tepat waktu,
mengurangi waktu untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah dan mengefisienkan
waktu untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai
keunggulan dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan
konsep - konsep Just In Time (JIT).
Just In Time atau sistem produksi tepat waktu suatu ide baru tentang metode
manufakturing yang berasal dari negara Jepang. Dalam konsep Just In Time, bahan
baku dan suku cadang dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan pada saat yang
tepat pada setiap tahap produksi di perusahaan (Bloker, Chen, and Lin, 2000). Just In
Time (JIT) adalah usaha yang tidak kenal lelah dan bersifat konstan untuk
menghilangkan segala sumber pemborosan. Pemborosan adalah segala sesuatu yang
tidak mempunyai nilai tambah (value added) terhadap produk yang dihasilkan
perusahaan. Metode ini menghendaki adanya perbaikan dalam pelaksanaan proses
manufacturing secara berkesinambungan terutama menyangkut penanganan persediaan
yang menganjurkan untuk membeli dan memproduksi persediaan secara tepat (Diana &
Fandy, 1995:292). Oleh karena itu Just In Time mencegah terjadinya pemborosan yang
menjadi pemacu utama bagi perusahaan untuk dapat bersaing di pasar persaingan
global.
Keberhasilan perusahaan multinasional Jepang menguasai pasar elektronika dan
otomotif dunia sejak 1970-an sampai sekarang. Hal ini tentunya menarik perhatian para
ilmuwan dan pelaku bisnis di Eropa dan Amerika Serikat. Mereka sampai pada satu
kesimpulan yang sama, yaitu : keberhasilan Jepang tersebut dikarenakan mereka
menerapkan filosofi Just In Time (JIT) Production System atau biasa disebut Sistem
Produksi Tepat Pada Waktunya. Banyak yang Just In Time (JIT) ini merupakan kunci
keberhasilan Jepang , hal ini juga dikemukakan oleh Browne (1996), Chase dan
Aquilano (1995), Chase, et al., (2001), Heizer dan Render (2004).
3

Konsep Just In Time merupakan konsep yang bersifat universal dan dapat
diterapkan oleh perusahaan di mana pun yang ada di seluruh dunia. Maka, sistem Just In
Time ini juga mulai diterapkan di perusahaan yang ada di Indonesia. Salah satunya
adalah anak perusahaan Toyota yang berada di Indonesia. Setelah itu, sistem Just In
Time pun juga mulai merambat ke perusahaan industri yang lainnya dan juga menarik
perhatian penyedia jasa untuk mengadopsi sistem tersebut. Usaha jasa tersebut antara
lain : meubel, gerai makanan siap saji (fast food restaurant), kedai kopi, dan lain-lain
(Haming dan Nurnajamuddin dan Haming, 2007: 295).

1.2 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana Menjelaskan Biaya Kualitas?
2. Apa Saja Tipe dalam biaya kualitas?
3. Bagaimana pelaporan biaya kualitas?
4. Bagaimana menjelaskan JIT dan karakteristiknya?
5. Apa Saja Stategi dalam JIT?
6. Bagaimana Dampak JIT Terhadap Kemampuan?
7. Bagaimana Prinsip dan Aspek kerja JIT?
8. Apa Saja Keuntungan dan Kelemahan JIT?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah


1. Dapat menjelaskan biaya kualitas.
2. Untuk mengetahui tipe dalam biaya kualitas.
3. Dapat menjelaskan pelaporan biaya kualitas.
4. Dapat menjelaksan JIT dan karakteristiknya.
5. Untuk mengetahui stategi dalam JIT.
6. Dapat menjelaskan dampak jit terhadap kemampuan.
7. Dapat menjelaskan prinsip dan aspek kerja JIT.
8. Untuk mengetahui Keuntungan dan Kelemahan JIT.
4

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


1. Dapat memahami biaya kualitas.
2. Dapat memahami tipe dalam biaya kualitas.
3. Dapat memahami pelaporan biaya kualitas.
4. Dapat memahami JIT dan karakteristiknya.
5. Dapat memahami stategi dalam JIT.
6. Dapat memahami dampak jit terhadap kemampuan.
7. Dapat memahami prinsip dan aspek kerja JIT.
8. Dapat memahami Keuntungan dan Kelemahan JIT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori
2.1.1 Definisi Kualitas

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, Kualitas sebagai produk atau jasa


yang memenuhi keinginan dan harapan pelanggan.

Menurut Kotler dan Amstrong (2008) kualitas adalah karakteristik dari


produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah
ditentukan dan bersifat laten. Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale Timpe
(1990, dalam Alma, 2011) kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk
tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang
lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat
mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


kualitas merupakan suatu produk dan jasa yang melalui beberapa tahapan proses
dengan memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya kekurangan
sedikitpun, dan menghasilkan produk dan jasa sesuai harapan tinggi dari
pelanggan.

Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu


standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang
dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak
akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang
tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak
loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung
menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan
periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang
untuk melakukan pembelian terhadap produk (Kotler dan Amstrong, 2008).

5
6

Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk,


hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk
dengan segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk
melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas
dapat dikatakan bahwa kualitas yang diberikan suatu produk dapat
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk yang
ditawarkan.

Menurut Hansen dan Mowen (1994 ; 773) terdapat dua jenis kualitas
yaitu:
1. Quality of Design (Kualitas Desain)
"Quality of design a function of product specification" kualitas desain
merupakan suatu rincian atau spesifikasi produk yang menjadi sifat dari suatu
produk dipasar. Jika produk tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen, maka produk tersebut sudah tidak memenuhi quality of
design. Produk dengan kualitas desain yang lebih tinggi mencerminkan biaya
produksi yang lebih tinggi akibatnya harga jual lebih tinggi, karena produk
tersebut akan memberikan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen.
2. Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian)
"Quality of conformance is a measure of how a product meets is requirements or
specification. If the product all of the designed specification, it is fitness for use."
Kualitas keseuaian merupakan ukuran seberapa jauh produk akhir sesuai dengan
standar atau spesfikasi yang telah ditentukan. Jika produk tersebut mampu
memenuhi semua spesifikasi maka produk tersebut, merupakan produk
berkualitas tinggi.
Dari kedua jenis kualitas tersebut quality of conformance yang perlu
mendapat perhatian lebih besar dari pihak manajemen, karena sebagian besar
masalah yang dihadapi badan usaha seperti pemborosan bahan baku, tenaga
kerja, maupun waktu, disebabkan oleh ketidaksesuaian produk akhir dengan
spesifikasi sehingga mengakibatkan badan usaha kehilangan penjualan,
meningkatkan biaya dan penurunan profiabilitas.
7

Perusahaan harus dapat mendesain produk yang memenuhi harapan


pelanggan dengan menentukan kualitas desain, kemudian melaksanakan proses
untuk memastikan bahwa spesifikasi desain sesuai kualitas kesesuaian.Sehingga
perusahaan memiliki pemahaman penuh atas nilai pelanggan sangat penting agar
dapat menyediakan produk yang memiliki kualitas terbaik kepada pelanggan.

2.1.2 Definisi Biaya Kualitas


Biaya kualitas (cost of quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena
mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya (Hansen & Mowen,
2006, Buku 2, hal.354).
Menurut IAI, Biaya Kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena
kualitas yang buruk mungkin atau memang terjadi.

2.1.3 Tipe Biaya Kualitas


Menurut Hansen dan Mowen (2001 : 966) biaya kualitas dapat
dikelompokkan kedalam 4 (empat) kategori, yaitu :
1. Biaya Pencegahan (prevention costs)
Biaya pencegahan merupakan biaya yang muncul untuk mencegah
terjadinya kualitas buruk dalam produk atau jasa yang dihasilkan.
Ketika biaya pencegahan meningkat, kita akan berharap bahwa biaya
kegagalan menurun. Misalnya biaya pencegahan adalah engineering
kualitas, program pelatihan kualitas, pelaporan kualitas, perencanaan
kualitas, evaluasi supplier, dan seleksi supplier, audit kualitas,
lingkaran kualitas, ladang uji coba, dan peninjauan kembali desain.
2. Biaya Penilaian (appraisal costs)
Biaya penilaian merupakan biaya yang muncul untuk menentukan
apakah produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau
spesifikasi mereka. Termasuk dalam contoh ini adalah inspeksi dan
pengujian bahan baku, pengemasan, inspeksi, supervisi aktivitas
penilaian, penerimaan produk, penerimaan proses, pengukuran
peralatan, dan pengesahan dari pihak luar.
8

3. Biaya Kegagalan Internal (internal failure costs)


Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang timbul karena produk
dan jasa tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan.
Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum produk dan jasa dikirimkan ke
pihak luar. Ini adalah kegagalan yang didedeteksi oleh aktivitas
penilaian. Contoh dari biaya ini adalah bahan sisa, pengerjaan
kembali, waktu tunda, penginspeksian kembali, pengujian kembali,
dan perubahan desain. Biaya-biaya ini tidak ada jika barang cacat
tidak ada.
4. Biaya Kegagalan Eksternal (externalfailure costs)
Biaya kegagalan Eksternal adalah biaya-biaya yang terjadi karena
produk atau jasa tidak sesuai dengan spesifikasi atau tidak memenuhi
keinginan pelanggan setelah produk atau jasa tersebut dikirim ke
pelanggan. Dari seluruh biaya kualitas, biaya ini menjadi biaya paling
besar dalam perusahaan. Contohnya biaya penarikan produk dari
peredaran, biaya kehilangan penjualan karena performa yang buruk,
biaya reparasi, biaya jaminan, biaya kehilangan pangsa pasar, dan
biaya ketidakpuasan pelanggan.

Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan ukuran biaya kualitas


sebagai indikator keberhasilan program perbaikan kualitas, yang dapat
dihubungkan dengan ukuran-ukuran lain:
a. Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan (persentase biaya
kualitas total terhadap nilai penjualan). Makin rendah nilai ini
menunjukkan program perbaikan kualitas makin buruk.
b. Biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan (persentase biaya
kualitas total terhadap nilai keuntungan). Makin rendah nilai ini
menunjukkan keuntungan makin besar dimana program perbaikan
kualitas makin buruk.
c. Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan.
Perbandingan ini diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total
9

terhadap nilai harga pokok penjualan. Makin rendah nilainya


menunjukkan makin baik program perbaikan kualitas.

2.1.4 Laporan Biaya Kualitas dan Kegunaannya


Manfaat Laporan Biaya Kualitas
Suatu sistem pelaporan biaya kualitas menjadi penting jika organisasi
tersebut serius dengan program perbaikan kualitas. Laporan Biaya Kualitas
dapat dijadikan parameter bisnis bagi perusahaan dan memberikan informasi
penting bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan untuk tujuan
perusahaan.
Tjiptono et al.(2003 : 40) merincikan berbagai manfaat Laporan Biaya Kualitas
ke dalam beberapa point, antara lain:
1) mengidentifikasi peluang laba (penghematan biaya dapat meningkatkan
laba),
2) mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi lainnya,
3) menekan biaya pemebelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok,
4) mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para
pelanggan,
5) mengidentifikasi masalah kualitas dan adanya sistem yang berlebihan,
6) menentukan apakah biaya-biaya kualitas telah didistribusikan secara tepat,
7) penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba,
8) sebagai alat untuk mengukur perbandingan antara input dengan output,
9) sebagai salah satu alat analisis Pareto untuk membedakan antara vital few
dan trivial many,
10) sebagai alat manajemen strategic untuk mengalokasikan sumber daya dalam
perumusan dan pelaksanaan strategi,
11) sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.

2.1.5 Jenis Laporan Biaya Kualitas


Laporan biaya kualitas ada 4 (empat) jenis (Hansen et al., 2001 : 984).
1. Laporan standar interim
10

Laporan ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan


memenuhi biaya kualitas yang dianggarkan. Para manajer menggunakan
laporan ini untuk membandingkan biaya kualitas aktual dengan yang
dianggarkan pada periode tersebut.
2. Laporan trend satu periode
Laporan ini menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan kinerja
kualitas tahun terakhir. Manajemen dapat memperoleh wawasan tambahan
dengan menbandingkan kinerja tahun ini dan biaya kualitas yang
sesungguhnya terjadi pada tahun sebelumnya.
3. Laporan trend periode-ganda
Laporan ini menyediakan grafik yang menggambarkan perubahan kualitas
sejak pertama kali program perbaikan kualitas tersebut dilaksanakan sampai
tahun ini. Dengan laporan ini, diharapkan manajemen memperoleh
informasi trend menyeluruh untuk menilai program peningkatan kualitas.
4. Laporan jangka panjang
Laporan ini menunjukkan kemajuan berdasarkan standar atau tujuan jangka
panjang. Laporan j angka panj ang ini membandingkan biaya kualitas aktual
periode ini dengan biaya yang diizinkan jika standar cacat nihil tercapai
(dengan asumsi tingkat penjualan sama dengan periode saat ini).

2.1.6 Pelaporan Informasi Biaya Kualitas


Suatu sistem pelaporan biaya kualitas menjadi penting jika
organisasi/perusahaan tersebut serius dengan biaya perbaikan dan pengendalian
kualitas. Langkah pertama dalam menciptakan sistem tersebut adalah dengan
melaporkan biaya-biaya kualitas aktual saat ini. Daftar yang rinci dari biaya
kualitas aktual per kategori akan dapat memberikan dua informasi penting yaitu :
1. Menunjukkan berapa yang dikeluarkan untuk tiap kategori biaya kualitas dan
pengaruhnya terhadap laba.
2. Menunjukkan distribusi biaya kualitas dengan kategori, memungkinkan para
manajer menilai kepentingan relatif atas tiap kategori.
11

Signifikasi keuangan atas biaya kualitas dapat dinilai dengan


mengungkapkan setiap biaya sebagai persentase dari penjualan. Aturannya adalah,
setiap biaya kualitas tidak boleh lebih dari 2 sampai 4%. Cara lain adalah dengan
membuat grafik kontribusi relatibe atas biaya kualitas dalam bentuk bar graph
dan pie chart atas biaya kualitas. Dengan dasar ini, perusahaan dapat
meningkatkan laba perusahaan dengan menurunkan biaya kualitas melalui
peningkatan kualitas.

2.1.7 Just In Time dan Karakteristik


Just In Time merupakan suatu pendekatan untuk mengidentifikasi dan
mengeliminasi segala sumber pemborosan dalam aktifitas produksi dengan
memberikan keseimbangan produksi yang tepat serta pada tempat dan waktu yang
tepat.
Latar belakang munculnya JIT adalah pemborosan-pemborosan tenaga
kerja, ruangan dan waktu produksi yang terjadi karena adanya persediaan
sehingga mengakibatkan biaya produksi lebih tingggi. Dengan JIT perusahaan
dapat menekan biaya produk per unit, meningkatkan kualitas produk dan
meningkatkan daya saing dipasar baik dalam negri maupun luar negri.
Karakteristik Just In Time antara lain adalah :
1. Mempertahankan jumlah persediaan seminimum mungkin
2. Memelihara kualitas produk tetap tinggi
3. Pembelian material dan memproduksi barang hanya dilakukan jika
dibutuhkan
4. Membangun sistem penjadwalanyang disiplin
5. Memelihara karyawan yang mempunyai beberapa keterampilan
6. Membangun sistem manufakturing yang fleksibel
7. Biaya perawatan mesin dilakukan secara sederhana dan relatif murah

Pembelian dalam Just In Time bersifat :

1. Pembelian dalam unit yang kecil dengan pengiriman yang sering. Harga
12

terdapat satu penawaran yang dipilih untuk komponen tertentu dengan daerah
geografis yang dekat dan dengan kontrak jangka panjang
2. Dalam penilaian supplier menekankan pada mutu produk, performa pengiriman
dan harga dan tidak ada prosentase penolakan dari supplier yang dapat diterima
(karena kualitas komponen yang diterima berkualitas).
3. Dalam hal inspeksi komponen yang masuk, inspeksi komponen dikurangi dan
dieliminasi.
4. Dalam hal penentuan metode transportasi terdapat perhatian pada angka angkut
serta pengiriman yang tepat waktu, dan jadwal pengiriman diserahkan pada
pembeli.
5. Dalam hal penentuan spesifikasi produk, pembeli lebih percaya spesifikasi
performa daripada desaign produk, supplier didorong agar lebih inovatif.
6. Dalam hal pekerjaan klirekel, lebih sedikit waktu yang digunakan untuk
klirekel
7. Waktu oengiriman dan tingkat kuantitas dapat diubah selalui pemberitahuan
telpon saja.
8. Dalam hal kemasan, konteiner standart yang kecil digunakan untuk menopang
kualitas yang tepat dan spesifikasi yang tepat

2.1.8 Strategi dalam Penerapan Just In Time


Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan,
antara lain, yaitu :
Strategi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungannya, yaitu dari semua
pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya
dukungan dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pimpinan tersebut JIT tidak
akan dapat terlaksana. Mengubah sistem, yaitu mengubah dengan cara mengadakan
pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok
sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang,
selanjutnya barang akan datang sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan
kita.
13

Strategi penerapan Just in Time dalam sistem produksi. Penemuan sistem


produksi yang tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan
dan harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan.
Penemuan lini produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-
macam barang, sehingga semua kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda itu dapat
terpenuhi. Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, seperti biaya
bahan baku, persediaan, dan sebagainya.

2.1.9 Dampak JIT Terhadap Kemampuan Penelusuran Biaya dan Biaya

Produksi

Dampak dan keberhasilan dari system JIT ini adalah membatasi


pemborosan produksi. Pemborosan produksi dapat dihilangkan dalam skala
besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah.

Manfaat JIT dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

A. Manfaat tangible

1. Turn over pembelian bertambah.


2. Ketepatan pengiriman meningkat.
3. Late time pengiriman berkurang.
4. Prosentase scrap cost terhadap rupiah pembelian berkurang.
5. Pekerjaan ekspedisi berkurang.
B. Manfaat intangible

1. Memperbaiki kualitas produk


2. Berhasil mendorong supplier memenuhi kualiatas yangdiperlukan
3. Memperbaiki produktifitas
4. Jadwal produksi yang lebih baik
5. Mengurangi keperluan untuk menginspeksi barang yang masuk
6. Meningkatkan efisiensi
7. Memperbaiki komposisi kompetitif
8. Memperbaiki design produk
14

9. Memperbaiki moralitas dalam produksi


10. Mengurangi pekerjaan klerikel.

2.1.10 Prinsip Kerja Just In Time


Prinsip kerja Just In Time dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu :
a. Cost reduction karena menggunakan prinsip 5S.
Suatu konsep manajemen baru yang diambil dari kebiasaan di Jepang dan mampu
menyingkirkan paradigma barat dalam dunia industri manufaktur adalah prinsip
5-S Manufacturing yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shetsuke (Kazuo
Shibagaki et all. 1991).
➢ SEIRI-Pemilihan. Diartikan sebagai usaha untuk memilih mana yang perlu
dan mana yang tidak, serta menghindari berbagai kelebihan. Semakin jarang suatu
barang atau peralatan digunakan maka semakin jauh letak barang atau peralatan
itu dari tempat kerja.
➢ SEITON-Pengaturan. Barang atau peralatan diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pemakaian dan pencarian.
➢ SEISO-Pembersihan. Peralatan dijaga agar selalu dalam keadaan bersih agar
mudah dirawat dan selalu dalam kondisi bagus pada saat digunakan.
➢ SEIKETSU-Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan. Untuk menjaga
kebersihan
lingkungan diperlukan prosedur standar sehingga setiap orang akan berperilaku
sama
dalam perawatan kebersihan.
➢ SHITSUKE-pelatihan dan Disiplin. Untuk menjaga prosedur standar dan
kelangsungannya maka pelatihan untuk mengubah dan mejaga perilaku individu
perlu dilakukan.

b. Inventory reduction, karena just in time (yang menggunakan konsep pull


system) melawan just in case (yang menggunakan konsep push system).
15

d. Persediaan menurut paradigma lama, dalam hal ini selalu dikaitkan dengan
produksi dalam jumlah besar. Untuk menjaga kelangsungan proses produksi maka
persediaan yang besar dan aman perlu diadakan. Oleh karena itu, sistem Just In
Time menghendaki barang dibuat sesuai dengan kebutuhan hanya pada saat
dibutuhkan.
e. Quality improvement dimulai dari : Pemberdayaan karyawan kemudian kualitas
sebagai paradigma baru setiap orang dan akhirnya pada gugus kendali mutu.
f. Perbaikan kualitas menurut konsep Just In Time adalah usaha yang secara terus
menerus dilakukan. Tujuannya adalah peningkatan produktivitas melalui
pemenuhan harapan konsumen dalam hal kualitas dan waktu. Kualitas dalam
paradigma baru ini menjadi urusan setiap orang.

2.1.11 Aspek Pokok Just In Time


Just In Time mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut :
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi. Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,
misalnya persediaan dapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga
produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol, tidak memerlukan waktu dan biaya
untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement) dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman
terhadap aktivitas yang bernilai tambah.

2.1.12 Keuntungan dan Kelemahan Just In Time


Keuntungan mengoperasikan sistem Just In Time dalam managemen yaitu:
a. seluruh sistem yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien.
b. Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para
staffnya.
c. Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau duretur kembali.
16

d. kertas kerja dapat lebih simple.


e. Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit
yang
lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.

Kelemahan Just In Time dalam managemen yaitu :


Satu kelemahan sistem Just In Time adalah tingkatan order ditentukan oleh data
permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan
historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan
konsumen.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Contoh laporan Biaya Kualitas

PT ABC
Laporan Biaya Kualitas
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2017

Persentase dari Penjualan


Biaya Kualitas (Rp)
(%)

Biaya Pencegahan:

1. Pelatihan kualitas
10.000.000
2. Rekayasa keandalan
65.000.000 75.000.000 1.5 %
Biaya Penilaian:

3. Inspeksi Bahan baku


5.000.000
4. Keberterimaan produk
20.000.000
5. Keberterimaan proses
75.000.000 100.000.000 2%
Biaya Kegagalan Internal:

7. Sisa 150.000.00
0

8. Pengerjaan ulang 100.000.00


0 250.000.000 5%
Biaya kegagalan eksternal:

9. Complain Pelanggan 150.000.00


0

10. Jaminan 250.000.00


0
11. Retur dan Pengurangan
175.000.00 11.5%
harga 575.000.000
0
Total Biaya Kualitas 20%
1.000.000.000

17
18

Penjualan Akrual Rp 5M

Rp 1M / Rp 5M = 20%

3.2 Biaya Kualitas dan Pengambilan keputusan


Manajer membutuhkan informasi biaya kualitas dalam konteks pengambilan keputusan,
yaitu:
1. Penetapan Harga Strategis
Misalkan sebuah perusahaan menghadapi masalah pangsa pasar dari suatu lini
produk yang menurun, diaman manajer pemasaran mengidentifikasi hal ini
terkait dengan harga produk perusahaan yang lebih tinggi dari pesaing. Jika
perusahaan menurunkan harga jual, maka harga tersebut akan lebih rendah
dari biaya produksi. Berikut adalah bagian dari Laporan laba rugi perusahaan:

Pendapatan (1 juta unit @ Rp 20.000) Rp 20 M


Beban pokok penjualan (Rp 15 M)
Beban operasi (Rp 3 M)
Laba lini produk Rp 2 M

Perusahaa percaya bahwa dengan ,menurunkan harga jual sebanyak 15%


akan dapat mempertahankan pangsa pasar dan profitabilitas produk. Langkah
yang diambil adalah dengan mengurangi biaya yang berujung pada
pengurangan harga jual. Untuk itu, perusahaan membutuhkan informasi biaya
kualitas atas lini produk, yang terlihat sebagai berikut:
Biaya kualitas (estimasi):
Inspeksi bahan baku Rp 200 juta
Sisa Rp 800 juta
Produk ditolak Rp 500 juta
Pengerjaan ulang Rp 400 juta
Inspeksi produk Rp 300 juta
Jaminan Rp 1 M
19

Total estimasi biaya Rp 3,2 M

Berdasarkan laporan laba rugi dan biaya kualitas, perusahaan yakin dapat
menurunkan biaya kualitas hingga 50% dalam 18 bulan. Dengan menurunkan
biaya kualitas hingga 50% maka dapat mengurangi biaya per unit sebesar Rp
1.600 per unit ((50% x 3.2 M/1 juta unit) – yang akan dapat membuat
penuruna harga jual Rp 1.000 segera, Rp 1.000 dalam jangka waktu 6 bulan,
dan Rp 1.000 dalam 12 bulan berikutnya.

2. Analisis biaya-volume-laba dan pengambilan keputusan desain strategis


Analisis biaya-volume-laba konvensional hanya berdarkan pada analisis biaya
tetap dan biaya variabel dalam kaitannya dengan biaya. Ketika perusahaan
ingin menawarkan produk baru, maka analisis biaya-volume-laba
konvensional memiliki kelemahan seperti terlihat dalam contoh berikut:

Proyeksi potensi penjualan 44.000.000 unit


Kapasitas produksi 45.000.000 unit
Harga jual per unit Rp 60.000
Biaya variabel per unit Rp 40.000
Biaya tetap :
Pengembangan produk Rp 500 juta
Biaya manufaktur Rp 200 juta
Biaya penjualan Rp 300 juta
Total biaya tetap Rp 1 M
Proyeksi break-even 50 juta unit
Keputusan Rencana produk baru ditolak
Alasan Break even leih besar daripada
kapasitas poduksi dan juga proyeksi
potensi penjualan
Break even dalam unit (X) = Rp 60.000 X = 1 M + Rp 40.000 X
X = 50 juta unit
20

Berdasarkan hasil analisis atas biaya, ditemukan bahwa:

 Produk baru yang diusulkan memecahkan masalah kegagalan produk


sehingga biaya perbaikan pekerjaan sebesar Rp 2.000 per unit dapat
dikurangi. Biaya ini merupakan bagian dari biaya variabel. Terkait
dengan tidak adanya kegiatan perbaikan, biaya tetap sebesar Rp 100 juta
juga dapat dihindari.
 Biaya bahan sisa sebesar Rp 3.000 per unit juga data dihindari, karena
desain produk yang baru akan dapat menghilangkan adanya sisa bahan.

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya variabel akan


dikurangkan Rp 5.000 per unit dan biaya tetap berkurang Rp 100 juta.
Sehingga, jika dihitung ulang, breakeven akan dapat dicapai saat
memproduksi 36 juta unit (Rp 60.000 X = 900 juta + Rp 35.000, sehingga
didapat X = 36 juta unit)

3.3 Pengendalian Biaya Kualitas


Manajemen biaya kualitas yang baik mensyaratkan biaya kualitas untuk dilaporkan dan
dikendalikan. Pengendalian membuat biaya kualitas dapat dibandingkan dengan standar
sebagai tolak ukur kinerja dan untuk dasar pengambilan tindakan perbaikan. Standar
yang digunakan untuk menekankan pada pengurangan biaya.

a. Pemilihan standar kualitas


i. Pendekatan tradisonal (Traditional Approach)
Dalam endekatan ini, standar yang digunakan adalah Acceptable Quality Level
(AQL) yaitu suatu pegakuan bahwa suatu jumlah unit produk cacat tertentu akan
diproduksi dan dijual. Missal AQL ditetapkan 2%, maka setiap kali proses
produksi, tidak boleh ada produk cacat yang dikirim ke pelanggan diatas 2%.
Kelemahan standar ini, dengan menetapkan suatu persentase tertentu, maka
perusahaan sudah memiliki komitmen untuk mengirim produk cacat ke
pelanggan, yang pasti akan membuat pelanggan tidak puas.
ii. Pendekatan Kualitas Total (Total Quality Approach)
21

Standar ini mengacu pada zero-defects standard yang mengacu produk atau jasa
untuk diproduksi dan dikirim sesuai dengan yang ditargetkan.
iii. Kualifikasi atas standar kualitas
Kualitas dapat diukur dari biaya-biayanya, jika biaya kualitas menurun, maka
akan dihasilkan kualitas yang lebih tinggi. Perusahaan dengan program
manajemen kualitas yang berjalan baik, dapat berjalan dengan biaya kualitas
sekitar 2.5% dari penjualan. Standar 2.5% ini adalah persentase untuk total biaya
kualitas. Jika zero defect tercapai, ,maka nilai ini adalah untuk biaya pencegahan
dan penilaian.
iv. Standar fisik
Untuk manajer lini ban bagian operasional, ukiuran fisik dari kualitas-seperti
jumalh kerusakan unit, persentase kegagalan eksternal, kesalahan penagihan, dan
kesalahan kontak mungkin lebih bermakna. Untuk ukuran fisik, standar
kualitasnya adalah zero defect atau zero error, dengan tujuan agar setiap orang
bertindak dengan benar sejak awal.
v. Penggunaan standar standar interim
Bagi Sebagian besar perusahaan, standar zero defect merupakan tujuan jangka
Panjang, sehingga standar perbaikan kualitas secara tahunan perlu
dikembangkan agar manajer dapat menggunakan laporan kinerja untuk menilai
kemajuan kinerja yang dicapai atas dasar interim.
b. Jenis Laporan Kinerja Kualitas
Laporan kinerja kualitas mengukur kemajuan yang direalisasikan oleh program
peningkatan kualitas perusahaan. Terdapat tiga jenis laporan biaya kualitas:
i. Laporan standar interim
Perusahaan harus menyiapkan standar kualitas interim setiap tahun dan membuat
perencanaan untuk mencapai tingkat yang ditargetkan. Setiap akhir tahun,
laporan kinerja tahunan dibuat untuk membandingkan biaya kualitas actual
dengan yang ditargetkan.
Berikut adalah contoh lapora standar interim:
22

PT ABC
Laporan Biaya Kualitas
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2017
Biaya
Biaya Aktual (Rp) dianggarkan Selisih (Rp)
(Rp)

Biaya Pencegahan:

1. Pelatihan kualitas 80 juta 80 juta 0

2. Rekayasa keandalan 160 juta 160 juta 0

Total Biaya Pencegahan 240 juta 240 juta 0

Biaya Penilaian:

3. Inspeksi Bahan baku 75 juta 83 juta 8 juta F

4. Keberterimaan produk 40 juta 40 juta 0

5. Keberterimaan proses 65 juta 55 juta 10 juta U

Total Biaya Penilaian 180 juta 178 juta 2 juta U

Biaya Kegagalan Internal:

7. Sisa 50 juta 44 juta 6 juta U

8. Pengerjaan ulang 100 juta 96.5 juta 3.5 juta U

Total Biaya Kegagalan Internal 150 juta 140.5 juta 9.5 juta U

Biaya kegagalan eksternal:

9. Complain Pelanggan 65 juta 65 juta 0

10. Jaminan 78 juta 68.5 juta 9.5 juta U

11. Retur dan Pengurangan harga 87 juta 79 juta 8 juta U

Total Biaya Kegagalan Eksternal 230 juta 212.5 juta 17.5 juta U

Total Biaya Kualitas 800 juta 771 juta 29 juta U


Persentase terhadap penjulan aktual
10% 9.64% 0.36%
Rp 8.000.000.000,-
23

ii. Laporan tren periode berganda


Grafik atau diagram yang menggambarkan perubahan kualitas dari awal
program hingga saat ini. Dengan memunculkan biaya kualitas sebagai persentase
penjalan dalam periode waktu, maka akan dapat dinilai tren secara keseluruhan.
Contoh :
Berikut adalah data keuangan PT BINTANG

Tahun Biaya Kualitas Penjualan (Rp) Biaya sebagai


(Rp) persentase dari
penjualan (%)
2013 1M 5M 20
2014 990 juta 5.5 M 18
2015 900 juta 6M 15
2016 868 juta 6.2 M 14
2017 800 juta 8M 10

Juga dapat diperoleh dengan menganalisa tren dari setiap kategori biaya, seperti
terlihat fari contoh berikut:

Tahun Biaya Biaya Biaya Biaya


Pencegahan Penilaian (Rp) Kegagalan Kegagalan
(Rp) Internal (Rp) Eksternal
(Rp)
2013 2 2 6 10
2014 3 2.4 4 8.6
2015 3 3 3 6
2016 4 3 2.5 4.5
2017 4.1 2.4 2 1.5

Dapat dilihat pada grafik tren diatas, bahwa perusahaan telah sukses dalam
menurunkan biaya kegagalan internal dan eksternal.
24

iii. Laporan jangka panjang


Pada akhir tiap periode, sebuah laporan yang membandingkan biaya kualitas
actual periode terkait dengan biaya sebenarnya diharapkan untuk dicapai harus
dibuat. Laporan ini memaksa manajemen untuk mencapai tujuan puncak
kualitas. Dengan menggunakan dasar pemikiran zero defect, biayakegagalan
seharusnya tidak ada, karena merupakan biaya yang tidak memiliki nilai tambah
(non value added costs).

Berikut adalah contoh laporan kinerja kualitas yang Panjang, yang


membandingkan biaya actual saat ini dengan biaya yang dibolehkan jika standar
zero defect digunakan (asumsinya tingkat penjualan sama dengan penjualan
tahun berjalan). Biaya yang ditargetkan adalh, jika dipilih dengan tepat, biaya
yang bernilai tambah (value added costs). Variance menggambarkan biaya yang
memiliki nilai tambah. Sehingga dapat disimpulkan laporan kinerja kualitas
jangka Panjang merupakan variasi atas biaya yang bernilai tambah dan yang
tidak.

PT ABC
Laporan Biaya Kualitas
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2017
Biaya
Biaya Aktual (Rp) dianggarkan Selisih (Rp)
(Rp)

Biaya Pencegahan:

1. Pelatihan kualitas 80 juta 50 juta 30 juta U

2. Rekayasa keandalan 160 juta 100 juta 60 juta U

Total Biaya Pencegahan 240 juta 150 juta 90 juta U

Biaya Penilaian:

3. Inspeksi Bahan baku 75 juta 5 juta 70 juta U


25

4. Keberterimaan produk 40 juta 0 40 juta U

5. Keberterimaan proses 65 juta 20 juta 45 juta U

Total Biaya Penilaian 180 juta 25 juta 155 juta U

Biaya Kegagalan Internal:

7. Sisa 50 juta 0 50 juta U

8. Pengerjaan ulang 100 juta 0 100 juta U

Total Biaya Kegagalan Internal 150 juta 0 150 juta U

Biaya kegagalan eksternal:

9. Komplain Pelanggan 65 juta 0 65 juta U

10. Jaminan 78 juta 0 78 juta U

11. Retur dan Pengurangan harga 87 juta 0 87 juta U

Total Biaya Kegagalan Eksternal 230 juta 0 230 juta U

Total Biaya Kualitas 800 juta 175 juta 625 juta U

Persentase terhadap penjulan aktual


Rp 8.000.000.000,-
10% 2.2% 7.81%
Baiya ini merupakan biaya yang
bernilai tambah.

Laporan diatas menunjukkan bahwa perusahaan mengeluarkan terlalu banyak uang


untuk kualitas, maksdunya tidak melakukan hal yang tepat dari awal.
3.3 Studi Kasus Just In Time
Judul :
PENGARUH TOTAL QUALITY CONTROL DAN JUST IN TIME TERHADAP
PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI BIAYA

Penelitian dilakukan pada salah satu perusahaan manufaktur yang berada di


Surabaya yaitu UD. Sukri Dana Abadi. Perusahaan ini berjalan sejak tahun 1999 dan
bergerak dibidang alat kebersihan. Proses kegiatan dimulai dari mengolah bahan baku
26

menjadi bahan jadi, kemudian dijual hingga ketangan pembeli. Perusahaan memiliki
beberapa gudang yang terletak di Gresik, Ponorogo, dan juga Surabaya. Kegiatan
Produksi dilakukan di Gudang Ponorogo, sedangkan Gresik dan Surabaya digunakan
sebagai gudang barang jadi yang siap di jual. Selain memproduksi barang perusahaan
juga bekerja sama dengan beberapa pengrajin sapu yang ada di Ponorogo untuk
memenuhi persediaan barang dimana para pengrajin wajib mengikuti standar yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data Tingkat Kerusakan Produk
Tabel Kebutuhan Bahan Baku (BB) Proses Produksi (PP)
Bahan Baku Selama 5
Bulan Terakhir Bulan
Februari 24.802.365,3 23.378.135
Maret 28.193.324,9 26.808.145
April 18.484.414,3 17.183.135
Mei 8.117.991,2 7.138.570
Juni 15.782.231,2 14.986.670
Sumber : Produksi Sapu Bulan Januari – Juni 2021 UD. Sukri Dana Abadi

Data Tingkat Kerusakan Produk Sapu Ijuk Per Februari – Juni 2021
Bulan Bahan Baku Proses Produk Selisih
(BB) Produksi Akhir (PA) Kerusakan
(PP)
Februari 24.802.365,3 23.378.135 22.271.165 1.531.200,3
Maret 28.193.324,9 26.808.145 26.430.665 1.762.659,9
April 18.484.414,3 17.183.135 17.033.260 1.451.154,3
Mei 8.117.991,2 7.138.570 6.848.180 1.269.811,2
Juni 15.782.231,2 14.986.670 14.465.335 1.316.896,2

Sumber : Produksi Bulan Januari – Juni 2021 UD. Sukri Dana Abadi
27

Berdasarkan tabel diatas, tingkat kerusakan produk pada UD. Sukri Dana Abadi
mengalami naik turun. Yang artinya pengendalian kualitas pada perusahaan tersebut
belum stabil. Faktor penyebab kerusakan pada produk disebabkan karena bahan baku
ijuk yang jelek, kurang kompeten tenaga kerja dalam memproduksi produk atau bisa
disebabkan karena faktor peralatan yang berumur tua.

Penerapan Just In Time Purchasing Pada UD. Sukri Dana Abadi


Aktivitas pembelian atau pengadaan barang merupakan kegiatan rutin dalam
operasional perusahaan. Sebagai aktivitas rutin, peluang untuk terjadinya pemborosan
sangat besar sekali. Untuk itu, penerapan just in time pada aktivitas pembelian akan
sangat membantu mengurangi pemborosan yang terjadi.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan menganalisis besarnya bahan baku yang
meliputi biaya penyimpanan bahan baku yang dikeluarkan perusahaan.

Total Kebutuhan Bahan Baku Periode Februari – Juni 2021


No Bahan Baku Qty Satuan
1 SP1 14.500.000,00 Gr
2 TBX 24.375.990,00 Gr
3 Pucukan 465.000,00 Gr
4 Cetotan 44.990.585,00 Gr
5 Sepet 5.163.100,00 Gr
6 Kawat 94.936,50 Gr
7 Tampar 98.900,40 Gr

Sumber : Data Yang Diolah

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui kebutuhan bahan baku setiap bulannya pada
tahun 2021 yaitu sebagai berikut :
Total Kebutuhan Bahan Baku/Bulan

No Bahan Baku Satuan Qty/ 5 Bulan Qty/Bulan


1 SP1 Gr 14.500.000,00 2.900.000,00
2 TBX Gr 24.375.990,00 4.875.198,00
3 Pucukan Gr 465.000,00 93.000,00
4 Cetotan Gr 44.990.585,00 8.998.117,00
5 Sepet Gr 5.163.100,00 1.032.620,00
6 Kawat Gr 94.936,50 18.987,30
7 Tampar Gr 98.900,40 19.780,08
28

Sumber : Data Yang Diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui kebutuhan persediaan/bahan baku perbulannya


dan untuk mengetahui harga bahan baku dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Analisis Harga Satuan Bahan Baku
No Bahan Satuan Qty/Bulan Harga/Kg
Baku
1 SP1 Kg 2900,00 8.250
2 TBX Kg 4875,20 30.000
3 Pucukan Kg 93,00 11.000
4 Cetotan Kg 8998,12 13.000
5 Sepet Kg 1032,62 8.500
6 Kawat Kg 18,99 20.000
7 Tampar Kg 19,78 61.000
Sumber : Data Yang Diolah

Biaya Persediaan Bahan Baku Sebelum Penerapan Just In Time


Perusahaan memberikan persentase biaya penyimpanan bahan baku sebesar 5% dari niai
rata-rata persediaan. Menurut Putra dan Idayati (2014) nilai rata-rata persediaan dapat
dihitung dengan rumus:

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyajikan data biaya penyimpanan bahan baku
sebelum penerapan Just In Time yang harus dikeluarkan oleh UD. Sukri Dana Abadi.

Biaya Penyimpanan Bahan Baku Per Bulan


No Bahan Satuan Qty/Bulan Harga/Kg Biaya
Baku Penyimpa
nan
(HB*HS/2*5%)
1 SP1 Kg 2900,00 8.250 598.125
2 TBX Kg 4875,20 30.000 3.656.399
3 Pucukan Kg 93,00 11.000 25.575
4 Cetotan Kg 8998,12 13.000 2.924.388
5 Sepet Kg 1032,62 8.500 219.432
6 Kawat Kg 18,99 20.000 9.494
7 Tampar Kg 19,78 61.000 30.165
Total Biaya Penyimpanan Bahan 7.463.577
baku Sebelum JIT
Sumber : Data Yang Diolah
29

Berdasarkan data yang disajikan pada tabale 4.8 maka dapat diketahui bahwa biaya
penyimpanan bahan baku per bulan pada tahun 2021 sebelum penerapan JIT adalah Rp.
7.463.577
Biaya Persediaan Bahan Baku Sesudah Penerapan Just In Time Purchasing
Dalam melaksanakan aktivitas pembelian, perusahaan melakukan pembelian bahan
baku sebanyak 2 kali dalam sebulan. Berdasarkan tabel diatas, maka peneliti akan
menyajikan rata-rata bahan baku perbulan UD. Sukri Dana Abadi pada tahun 2021
sebelum menerapkan Just In Time yang disajikan pada tabel di bawah ini:

Rata-Rata Persediaan Bahan Baku Per Bulan

No Uraian SP 1 TBX Pucukan Cetotan Sepet Kawat Tampar


1 Frekuensi 2 Kali 2 Kali 2 Kali 2 Kali 2 Kali 2 Kali 2 Kali
Pesanan
Per
Bulan
2 Bahan 2.900,00 4.875,20 93,00 8.998,12 1.032,62 18,99 19,78
Baku
Perbulan
3 Rata-Rata 1.450,00 2.437,60 46,50 4.499,06 516,31 9,49 9,89
Pesanan
4 Rata-Rata 725,00 1.218,80 23,25 2.249,53 258,16 4,75 4,95
Persediaan
Sumber : Data Yang Diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa rata-rata persediaan bahan baku setelah
penerapan Just In Time lebih kecil dibandingkan sebelum just in time. hal ini
dikarenakan dengan sistem just in time pemesanaan dilakukan dalam jumlah kecil tetapi
dengan frekuensi yang lebih tinggi yakni pemesanan bahan baku dilakukan sebanyak
dua kali dalam sebulan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dihitung biaya
penyimpanan bahan baku yang harus dikeluarkan UD. Sukri Dana Abadi setelah
penerapan Just In Time, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
30

Biaya Penyimpanan Bahan Baku

No Bahan Satuan Rata-rata Harga/Kg Biaya


Baku pesanan Penyimpa
bahan nan
baku per
bulan
(HB*HS/2*5%)
1 SP1 Kg 1450,00 8.250 299.063
2 TBX Kg 2437,60 30.000 1.828.199
3 Pucukan Kg 46,50 11.000 12.788
4 Cetotan Kg 4499,06 13.000 1.462.194
5 Sepet Kg 516,31 8.500 109.716
6 Kawat Kg 9,49 20.000 4.747
7 Tampar Kg 9,89 61.000 15.082
Total Biaya Penyimpanan Bahan baku 3.731.788
Penerapan JIT
Sumber : Data Yang Diolah

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat besarnya biaya penyimpanan bahan baku
UD. Sukri Dana Abadi dengan menggunakan Just In Time yaitu sebesar Rp. 3.731.7
31

Perbandingan Biaya Penyimpanan Bahan Baku Sebelum Dan Sesudah Menggunakan


Just In Time Pada UD. Sukri Dana Abadi
Untuk analisis selanjutnya, peneliti membandingkan biaya penyimanan bahan baku sebelum
dan sesudah menggunakan Just In Time

Perbandingan Biaya Penyimpanan Bahan Baku

No Bahan Baku Sistem Sistem Selisih (Rp)


Tradisional JIT (Rp)
(Rp)
1 SP1 598.125 299.063 299.063
2 TBX 3.656.399 1.828.199 1.828.199
3 Pucukan 25.575 12.788 12.788
4 Cetotan 2.924.388 1.462.194 1.462.194
5 Sepet 219.432 109.716 109.716
6 Kawat 9.494 4.747 4.747
7 Tampar 30.165 15.082 15.082
Total 7.463.577 3.731.788 3.731.788
Sumber :
Data Yang Diolah

Berdasarkan tabel, terdapat perbedaan antara biaya penyimpanan bahan baku sebelum dan
sesudah penggunaan Just In Time. biaya penyimpanan sebelum just in time yaitu sebesar Rp.
7.463.577 sedangkan biaya penyimpanan sesudah Just In Time yaitu sebesar Rp. 3.732.788
maka terdapat selisih Rp. 3.731.788 yang artinya Just In Time dapat menekan biaya sebesar
Rp. 3.731.788. Dengan menekan biaya sebesar Rp. 3.731.788 maka penerapan Just In Time
purchasing dapat mengefisiensi biaya purchasing.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Quality Cost Management dan Just In Time memiliki peranan yang saling berkaitan
dalam meningkatkan suatu produk di Perusahaan yang di butuhkan oleh konsumen, dengan
memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya kekurangan sedikitpun dalam
menilai suatu produk dan jasa, dan menghasilkan produk dan jasa sesuai harapan tinggi dari
konsumen.
Dengan melakukan Analisis biaya kualitas pada perusahaan di bagian aktivitas
pengendalian kualitas produksi, yang bertujuan menjaga kualitas produksi tetap diminati oleh
konsumen. Seperti mampu menelusuri biaya kualitas yang tersembunyi dan tidak
tersembunyi, dan mampu membagi tipe biaya kualitas berdasarkan kelompok, yang di
tuangkan dalam bentuk laporan biaya kualitas. Laporan yang di dapat oleh manajemen
tersebut akan di pelajari dengan menghasilkan kebijakan atau keputusan manajemen dalam
mengaplikasikan system informasi biaya kualitas dengan baik.
Sistem Just in Time dalam pendekatan indentifikasi dan eliminasi pemborosan suatu
aktifitas Produksi, hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah barang
yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen tanpa mengurangi kualitas produk
yang di inginkan konsumen. Seperti di perusahaan-perusahaan jepang, Konsep just in time
dalam bahan baku yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau
suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat
menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking
cost. Tujuan just in Time menghasilkan sebuah produk hanya jika di butuhkan dan hanya
dalam kuntitas yang diminta oleh para konsumen. Sehingga sistem JIT ini dapat memberi
manfaat lebih bukan hanya konsumen namun perusahaan yang mekukan proses produksi
dapat menghemat waktu dan pengeluaran unutk proses produksi.
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, Don R. and Maryanne M. Mowen. (2004) Akuntansi Manajemen, Buku 1. Edisi 7.
Jakarta:Salemba Empat.

Hansen, Mowen, Guan (2009). Cost Management, 6th Edition. Mason Ohio : South Western
Cengage Learning.

Langfield-Smith, Thorne and Hilton (2012). Management Accounting: Imformation fpr


creating and managing value, 6th Edition. New South Wales: McGraw Hill Australia Pty
Limited.

Modul Akuntansi Biaya dan Manajemen, Penerbit Ikatan Akuntan Indonesia.

Hansen dan Mowen. 2019. Dasar-Dasar Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Emp

Hasanah, Robiatul. Yovita R, Pardin, Maria. 2021. Pengaruh Total Quality Control dan Just
In Time Terhadap Peningkatan Kualitas Produk dan Efisiensi Biaya. Jurnal Ekonomi
Akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai