Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN MUTU

“KUALITAS SEBAGAI ALTERNATIF


PENINGKATAN DAYA SAING”

Dosen Pengampuh :
Iqbal Ramadhan F S.E, M.M.

OLEH:
Kelompok 5
Nama Anggota:

1. Karisma Sandi (201710160311352)


2. Muhamad Idham Ratuloly (201710160311360)
3. Yuda Pranata (201710160311367)
4. Veren Vernanda Anggraeni (201710160311374)
5. Indah Febrianti Sundawa (201710160311376)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.Terima kasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Malang, 26 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTA.........................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

2.1 Definisi Kualitas ..............................................................................3

2.1.1 Orientasi Pemasaran................................................................3

2.1.2 Orientasi Internal Perusahaan..................................................3

2.2 Kualitas, Profitabilitas, dan Daya Saing...........................................3

2.3 Komponen-komponen Penunjang Daya Saing.................................5

2.3.1 Kebijakan Industri...................................................................5

2.3.2 Teknologi.................................................................................5

2.3.3 Sumber Daya Manusia.............................................................5

2.4 Budaya Kualitas Sebagai Penunjang Daya Saing.............................6

2.5 ISO-9000 dan Daya Saing................................................................7

2.6 Konsep Value Chain dan Kemitraan................................................7

2.6.1 Value Chain.............................................................................7

2.6.2 Kemitraan................................................................................8

BAB III PENUTUP..........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang


Dari sudut pandang ekonomi, para ahli sejarah akan mendefinisikan abad
ini sebagai abad produktifitas. Salah satu penyebab terpenting adalah bangkitnya
Jepang sebagai Negara Adidaya Ekonomi, terutama diwarnai dengan terjadinya
refolusi mutu di Jepang. Konsumen amerika lebih menyukai prosduk Jepang, tapi
produsen Amerika tidak menyukainya orang amerika telah mengekspor jutaan
kesempatan kerja dan neraca perdaganganya timpang sehingga dipaksa untuk
melawan refolusi mutu.
Oleh karena itu, meningkatnya persaingan semakin menyadarkan
perusahaan akan mutu. Arti mutu atau kualitas yang semula bersifat netral
perlahan-lahan bergerak kearah yang positif. Dilain pihak, perdebatan tentang
mutu melibatkan permasalahan tentang bagaimana mendefinisikan mutu,
bagaimana mengukurnya, dan bagaimana menghubungkanya dengan laba. Ada
banyak sekali batasan tentang mutu, tetapi tidak satupun yang dapat menjelaskan
dengan tepat apa sebenarnya mutu itu. Dalam arti luas, mutu adalah sesuatu yang
dapat disempurnakan. Untuk Indonesia, kualitas suatu produk tentunya didasarkan
pada merk dan harga, sedangkan harga menjadi factor utama dalam menentukan
pembelian suatu produk.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Manajemen Mutu?
2. Apa itu Kualitas, Profitabilitas, dan Daya Saing?
3. Apa saja Komponen-komponen Penunjang Daya Saing?
4. Apa yang dimaksud Budaya Kualitas Sebagai Penunjang Daya Saing?
5. Apa itu ISO-9000 dan Daya Saing?
6. Bagaimana Konsep Value Chain dan Kemitraan?

1
2

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui definisi dari Manajemen Mutu
2. Untuk mengetahui tentang Kualitas, Profitabilitas, dan Daya Saing
3. Untuk mengetahui Komponen-komponen Penunjang Daya Saing
4. Untuk mengetahui yang dimaksud Budaya Kualitas Sebagai Penunjang Daya
Saing
5. Untuk mengetahui ISO-9000 dan Daya Saing
6. Untuk mengetahui Konsep Value Chain dan Kemitraan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Definisi Kualitas
Kualitas didefinisikan sebagai segala hal yang menentukan kepuasan
konsumen dan disertai upaya terus-menerus ke arah perbaikan atau dikenal
dengan istilah Q-MATCH (Quality = Meets Agreed Terms and Changes).

2.2.Kualitas, Profitabilitas dan Daya Saing


Di era perdagangan bebas seperti saat ini, intensitas persaingan semakin
naik dan jumlah pesaing semakin banyak. Untuk itu setiap perusahaan dituntut
untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen agar konsumen
merasa lebih puas dengan cara-cara yang dilakukan oleh perusahaan tersebut
daripada yang dilakukan oleh para pesaing. Profitabilitas itu sendiri adalah
kemampuan untuk mendatangkan keuntungan (memperoleh laba).  Dewasa ini
perhatian suatu perusahaan tidak terfokus pada produk dan jasa yang dihasilkan
saja, melainkan juga memperhatikan pada aspek proses, sumber daya manusia,
dan lingkungan.
Menurut Porter (1985), pada dasarnya setiap perusahaan menghadapi lima
kekuatan atau faktor persaingan seperti pada bagan berikut:

Gambar 2.1. Lima Kekuatan Persaingan

3
4

Dari bagan tersebut terlihat bahwa faktor persaingan yang dihadapi


perusahaan yakni meliputi pesaing dalam industri yang sama, bargaining
power pemasok, bargaining power pembeli, ancaman pendatang baru dan
ancaman dari produk substitusi.
Dengan semakin kompleksnya persaingan industri antar perusahaan maka
kualitas yang ingin dipenuhi harus dilihat dari sudut pandang
konsumen/pelanggan. Demikian pula penerapan TQM dalam perusahaan harus
menitikberatkan pada sudut pandang untuk mencapai kepuasan konsumen. Sesuai
perspektif TQM terhadap kepuasan pelanggan bahwa pelanggan merupakan
penilai terakhir dari kualitas sehingga prioritas utama dalam jaminan kualitas
adalah memiliki piranti yang handal dan sahih mengenai penilaian konsumen
terhadap perusahaan, maka dibutuhkan kerangka manajeman kualitas yang
didasarkan pada dua alasan pokok sebagai berikut:’
1. Orientasi Pemasaran
Meliputi usaha perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan
yang ditetapkan pelanggan, meningkatkan pangsa pasar, efisiensi dan
produktivitas.
2. Orientasi Internal Perusahaan
Meliputi usaha perusahaan untuk mengurangi losses (kehilangan), spills
(kejatuhan), waste (pemborosan) dan scrap (menyisakan). Serta upaya
untuk memaksimalkan usaha karyawan, penghematan eneri sumber daya
manusia, dan pengidentifikasian peluang pemecahan masalah.
Kualitas bukan kombinasi dari faktor kebetulan. Kualitas harus
didefinisikan, dirancang, direncanakan, dan dilaksanakan secara tepat.
Perusahaan yang selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produk atau
jasanya akan mendapat banyak keuntungan. Hal ini dikarenakan kualitas
berkaitan erat dengan kepuasan pelanggan, profitabilitas dan pangsa pasar.
Dengan memiliki kualitas yang baik, pelanggan akan merasa puas. Apabila
pelanggan merasa puas maka akan terjalin kesetiaan dan loyalitas
pelanggan terhadap perusahaan tersebut. Dengan demikian perusahaan
dapat meningkatkan pangsa pasar melalui pemenuhan kualitas yang
4

bersifat customer driven sehingga memberikan keunggulan harga dan


customer
5

value. Apabila kualitas yang dihasilkan superior maka profitabilitas


terjamin.selain itu kualitas juga dapat mengurangi biaya sehingga akan
memberikan keunggulan kompetitif berupa peningkatan profitabilitas dan
pertumbuhan perusahaan. Secara sederhana, manfaat dari kualitas yang
superior yakni sebagai berikut:
a. Loyalitas pelanggan yang lebih besar
b. Pangsa pasar yang lebih besar
c. Harga saham yang lebih tinggi
d. Produktivitas yang lebih besar

2.3    Komponen Penunjang Daya Saing


Adapun komponen dasar penunjang daya saing yaitu:

2.3.1 Kebijakan Industri


Kebijakan industri merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah dan
sektor swasta yang bertujuan untuk menyediakan insentif yang dapat
mendorong bisnis untuk berperilaku yang mengarah pada peningkatan daya
saing. Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam kebijakan industri
antara lain:
a. Investasi dalam penelitian dan pengembangan
b. Perluasan sektor industri
c. Investasi dalam infrastruktur teknologi tinggi
d. Alih teknologi
e. Ekspor industri
f. Reformasi dan investasi pendidikan

2.3.2 Teknologi
Teknologi adalah perwujudan secara fisik dari ilmu pengetahuan.
Teknologi dirancang untuk memperluas kemampuan manusia sehingga
dapat meningkatkan daya saing organisasi.

2.3.3 Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang paling bernilai
bagi peningkatan daya saing. Hal ini terlihat dari pengalaman Jerman dan
6

Jepang ketika bangkit dari kehancuran pasca Perang Dunia II. Banyak hal
yang dapat kita pelajari dari kesuksesan Jerman dan Jepang, diantaranya
adalah strategi yang mereka terapkan dalam mengelola sumber daya
manusia sehingga dapat meningkatkan daya saing dipasar global. Strategi
tersebut antara lain terdiri dari:
a. Kerja sama diantara perusahaan, tenaga kerja, dan pemerintah.
b. Pendidikan dan pelatihan berkualitas tinggi
c. Keterlibatan dan empowerment karyawan
d. Kepemimpinan pada setiap level
e. Kerjasama Tim.

2.4 Budaya Kualitas Sebagai Penunjang Daya Saing


Menurut Bounds budaya mengandung berbagai aspek pokok seperti:
a. Budaya merupakan konstruksi sosial unsur-unsur budaya seperti nilai-nilai,
keyakinan dan pemahaman, yang dianut oleh semua anggota kelompok.
b. Budaya berisi kebiasaan atau tradisi
c. Budaya mengarahkan perilaku: kebiasaan atau tradisi merupakan perekat
yang mempersatukan suatu organisasi dan menjamin bahwa para
anggotanya berperilaku sesuai dengan norma
d. Budaya masing-masing organisasi bersifat unik.
Menurut Goetsch dan Davis, budaya kualitas sendiri adalah sistem nilai
organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif bagi
pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus menerus.
Adapun karakteristik umum organisasi yang memiliki budaya kualitas
adalah sebagai berikut:
1. Perilaku sesuai dengan slogan
2. Masukan dari pelanggan secara aktif diminta dan digunakan untuk
meningkatkan kualitas secara terus-menerus
3. Para karyawan dilibatkan dan diberdayakan
4. Pekerjaan dilakukan dalam suatu tim
7

5. Pendidikan dan pelatihan diadakan agar para karyawan pada semua


level memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas secara terus-menerus
6. Sistem penghargaan dan promosi didasarkan pada kontribusi terhadap
perbaikan kualitas secara terus-menerus

2.5 ISO-9000 dan Daya Saing


ISO-9000 yakni sekumpulan standar sistem kualitas universal,
memberikan kerangka yang sama bagi jaminan kualitas yang dapat
dipergunakan di seluruh dunia. Adapun tujuan utama dari ISO-9000 ini yakni:
1. Organisasi harus mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa
yang dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi
kebutuhan para pembeli
2. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya
sendiri bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat
dipertahankan
3. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak pembeli bahwa
kualitas yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam produk atau
jasa yang dijual.
Manfaat yang didapatkan perusahaan apabila mendapatkan sertifikasi ISO
9000 adalah diperolehnya jaringan yang lebih besar untuk memasuki pasar luar
negeri dan memiliki kesesuaian dengan pemasok dari luar negeri.

2.6 Konsep Value Chain dan Kemitraan


2.6.1 Konsep Value chain
Value chain adalah serangkaian aktivitas yang relevan dalam proses
pengadaan, penyimpanan, penggunaan, transformasi, dan disposisi sumber
daya, mulai dari value chain pemasok sampai value chain pembeli.
Dari sudut pandang strategik, konsep value chain menekankan empat aspek
utama untuk meningkatkan laba perusahaan, yaitu:
1.      Keterkaitan dengan pemasok
2.      Keterkaitan dengan pelanggan
3.      Keterkaitan proses dalam value chain suatu unit bisnis
8

4.      Keterkaitan antar value chain unit bisnis yang ada dalam


perusahaan
Makna yang terkandung dalam kemitraan adalah membina hubungan
kerja sama untuk mencapai suatu tujuan, dimana semua pihak yang terlibat
akan memperoleh manfaat atau keuntungan. Hubungan kemitraan akan
memberikan hasil maksimum apabila semua pihak dalam rangkaian
kemitraan tersebut bekerjasama.

2.6.2 Kemitraan
1. Kemitraan Internal
Kemitraan internal merupakan usaha penciptaan suatu lingkungan
yang didalamnya terdapat mekanisme terstruktur yang merangsang dan
membentuk aliansi yang saling mendukung antara manajer dan karyawan,
tim, dan karyawan individual yang memaksimumkan potensi sumber daya
manusia yang dimiliki suatu perusahaan.
Pembentukan kemitraan internal dilakukan pada tiga tingkatan yakni:
a. Kemitraan antara manajemen dengan karyawan
b. Kemitraan antar tim
c. Kemitraan antar karyawan
Tujuan dari kemitraan internal adalah untuk memanfaatkan
kemampuan penuh dari sumber daya perusahaan dan memfokuskannya
pada perbaikan kualitas secara terus menerus.
2. Kemitraan dengan Pemasok
Tujuan kemitraan dengan pemasok yakni untuk menciptakan dan
memelihara hubungan yang loyal, saling percaya, dan dapat diandalkan
sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak, dan meningkatkan
penyempurnaan kualitas, produktivitas, dan daya saing secara
berkesinambungan.
Syarat dalam menjalin kemitraan dengan pemasok antara lain:
a. Personil pemasok harus berinteraksi dengan orang yang benar-
benar menggunakan produknya
8

b. The price-only approach dalam negosiasi antara pembeli dan


pemasok harus dihilangkan
9

c. Kualitas produk dan proses yang dilakukan pemasok harus terjamin


d. Pemasok harus benar-benar memahami dan dapat
mempraktikkan just in time
e. Kedua belah pihak harus mampu saling bertukar informasi
3. Kemitraan dengan Pelanggan
Kemitraan dengan pelanggan perlu dilakukan untuk meningkatkan
kepuasan pelanggan dan daya saing perusahaan. Cara terbaik untuk
menjamin kepuasan pelanggan adalah melibatkan mereka sebagai mitra
dalam proses pengembangan produk.
4. Kemitraan dengan Pesaing Potensial
Tujuan dari kemitraan dengan pesaing potensial adalah untuk
meningkatkan daya saing. Biasanya dilakukan oleh perusahaan kecil dan
menengah.
BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
. Kualitas didefinisikan sebagai segala hal yang menentukan kepuasan
konsumen dan disertai upaya terus-menerus ke arah perbaikan atau dikenal
dengan istilah Q-MATCH (Quality = Meets Agreed Terms and Changes).
Perusahaan yang selalu menjaga dan meningkatkan kualitas produk atau
jasanya akan mendapat banyak keuntungan. Hal ini dikarenakan kualitas berkaitan
erat dengan kepuasan pelanggan, profitabilitas dan pangsa pasar. Dengan
memiliki kualitas yang baik, pelanggan akan merasa puas. Apabila pelanggan
merasa puas maka akan terjalin kesetiaan dan loyalitas pelanggan terhadap
perusahaan tersebut. Dengan terus mempertahankan kualitasnya, perusahaan dapat
mengungguli pesaingnya. selain itu kualitas juga dapat mengurangi biaya
sehingga akan memberikan keunggulan kompetitif berupa peningkatan
profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.
3.2    Saran
Persahaan yang baik akan selalu membuat produk yang berguna atau
dibutuhkan oleh konsumen, persaingan untuk memuaskan konsumen harus
dilakukan dengan positif tanpa harus merugikan konsumen. Dan produk yang
dihasilkan tidak boleh membahayakan konsumen maupun karyawan yang bekerja
didalamnya. Demikianlah makalah ini kami buat jika ada kesalahan dalam tata
bahasa dan penulisannya kami mohon maaf, untuk itu kami mohon kritik dan
saran yangn membangun.

10
DAFTAR PUSTAKA

Gasperz, Vincent. 2003. Total Quality Management (TQM). Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama
Tjiptono, Fandy & Diana, Anastasia. 2003. Total Quality Management
(TQM). Yogyakarta: Penerbit Andi
Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Android Play Store
Suwendra, Wayan. 2014. Manajemen Kualitas Total (MKT). Singaraja: Graha Ilmu
Prihantoro, Dr. C. Rudy. 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Aplikasi Kamusku, Andoid Play Store

11

Anda mungkin juga menyukai