Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MEMAHAMI KONSEP PELAPORAN BIAYA KUALITAS

Disusun oleh:
Kelompok 6

Annisa Wahyu Utami (0301517008)


Regina Imelda (0301517033)
Satrio Wibowo (0301517037)

Mata Kuliah Akuntansi Manajemen untuk Bisnis


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Manajemen
Universitas Al Azhar Indonesia
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………… ii

BAB I :PENDAHULUAN……………………………………………………………. 3

1.1 latar belakang…………………………………………………………….. 3


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………... 3
1.3 Tujuan…………………………………………………………………….. 3

BAB II:PEMBAHASAN…………………………………………………. 4
2.1 Pengukuran Biaya kualitas………………………………………………. 4
2.1.1 Definisi Kualitas……………………………………………………... 4
2.1.2 Definisi Biaya Kualitas……………………………………………… 5
2.1.3 Mengukur Biaya Kualitas…………………………………………... 6

2.2 Pelaporan Informasi Biaya Kualitas…………………………………….. 8


2.2.1 Laporan Biaya Kualitas…………………………………………….. 9
2.2.2 Fungsi Biaya Kualitas………………………………………………. 9
2.2.3 Manajemen Berbasis Kegiatan & Biaya Kualitas Optimal………. 12
2.2.4 Penggunaan Informasi Biaya Kualitas…………………………….. 12

2.3 Mengukur Produktivitas…………………………………………………. 14


2.3.1 Pengukuran Produktivitas………………………………………….. 14
2.3.2 Komponen Pemulihan Harga………………………………………. 18
2.3.3 Kualitas dan Produktivitas…………………………………………. 18
2.3.4 Insentif Pembagian Keuntungan…………………………………… 18

BAB III:PENUTUP………………………………………………………. 19
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….. 19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 20

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yamg telah memberikan kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa bantuan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat beriring
salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhir nanti.

Kami mengucapkan terima kasih atas kerjasama dalam pembuatan makalah ini dan terutama
kepada dosen Akuntasi Manajemen untuk Bisnis, yaitu Ibu Asri Noer Rahmi telah
membimbing kami dalam menyusun makalah ini.

Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan didalamnya. Kami mengharapkan saran yang bersifat
membangun, supaya menjadi makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca
semua.

Jakarta, 22 November 2019

Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini hampir semua perusahaan mencurahkan perhatiannya terhadap
kualitas produk mereka. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa adanya produk–produk
yang tidak berkualitas atau bahkan cacat akan menjadikan perusahaan menanggung
biaya garansi yang tinggi dan menghadapi resiko ketidakpuasan pelanggan. Pelanggan
yang tidak puas terhadap suatu produk tentu tidak akan membeli lagi produk tersebut.
Lebih dari itu, pelanggan tersebut akan menceritakan ketidakpuasannya tersebut
kepada konsumen lainnya sehingga produsen barang tersebut akan kehilangan
pelanggan-pelanggannya.

Untuk mencegah hal semacam itu, perusahaan-perusahaan melakukan upaya


optimal untuk mencegah, mendeteksi, dan menindaklanjuti adanya produk-produk
yang tidak berkualitas maupun cacat. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
melakukan upaya-upaya tersebut dikenal sebagai biaya kualitas.

Sehubung dengan peran penting biaya kualitas tersebut, kami bermaksud


untuk melakukan pembahasan hal-hal yang terkait dengan biaya kualitas. Pembahasan
dilakukan dalam empat bab yang dimulai dari konsep biaya kualitas, dilanjutkan
dengan pembahasan konsep produktivitas, pengukuran dan pelaporan biaya kualitas
serta diakhiri dengan pembahasan terkait pengendalian terhadap biaya kualitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengukuran biaya kualitas
2. Bagaimana pelaporan informasi biaya kualitas
3. Bagaimana mengukur produktivitas

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengukuran biaya kualitas
2. Untuk memahami pelaporan informasi biaya kualitas
3. Untuk mengetahui pengukuran produktivitas

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran biaya kualitas


2.1.1 Definisi kualitas
Secara umum, kamus mendefinisikan kualitas sebagai untuk kualitas
adalah “derajat atau tingkat kesempurnaan”. Dalam hal ini, kualitas adalah
ukuran relative dari kebaikan. Mendefinisikan kualitas sebagai kebaikan
merupakan makna sangat umum yang tidak memiliki makna operasional.
Bagaimana kita menetapkan definisi yang bersifat operasional? Jawabnya
adalah dengan “mengadopsi focus pelanggan”. Secara operasional produk atau
jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
Akan tetapi, apa yang dimaksud dengan “harapan pelanggan?” harapan
pelanggan dapat digambarkan melalui atribut-atribut kualitas atau yang sering
disebut “dimensi kualitas”. Jadi, produk atau jasa yang berkualitas memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan dalam delapan dimensi :
 Kinerja
Mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah
produk. Dalam jasa, prinsip tidak terpisahkan (inseparability principle)
berarti jasa dilakukan secara langsung dihadapan pelanggan.
 Estetika
Berhubungan dengan penampilan wujud produk (misalnya, gaya dan
keindahan) serta penampilan fasilitas,peralatan,pegawai,dan materi
komunikasi yang berkaitan dengan jasa.
 Kemudahan perawatan dan perbaikan
Berkaitan dengan tingkat kemudahan perawat dan memperbaiki
produk.
 Fitur (kualitas desain)
Karakteristik produk yang berbeda-beda dari produk-produk sejenis
yang fungsinya sama.
 Keandalan
Probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi dalam jangka waktu
tertentu.
 Tahan lama
Sebagai jangka waktu produk dapat berfungsi
 Kualitas kesesuian
Ukuran mengenai apakah sebuah produk telah memenuhi
spesifikasinya atau tidak.
 Kecocokan penggunaan
Kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi-fungsi
sebagaimana yang diiklankan. Jika sebuah produk mengandung cacat
desain yang parah, maka produk tersebut dianggap gagal meskipun

4
tingkat kesesuaiannya sesuai dengan spesifikasinya. Produk yang
ditarik kembali sering disebabkan oleh adanya masalah dalam dimensi
kecocokan penggunaan.

Dengan demikian, perbaikan kualitas berarti perbaikan pada satu atau


lebih dari delapan dimensi tersebut diatas sambil tetap mempertahankan
kinerja dimensi lainnya. Menyediakan produk yang kualiatsnya lebih baik
daripada pesaing berarti menggungguli produk pesaing, setidaknya dalam satu
dimensi. Sementara itu, kinerja dimensi lainnya tetap setara. Meskipun
delapan dimensi tersebut penting dan mampu mempengaruhi kepuasan
pelanggan tetapi atribut kualitas yang dapat diukur cenderung lebih mendapat
perhatian. Tingkat kesesuian, terutama dalah dimensi yang mendapat perhatian
paling besar. Bahkan pakar-pakar kualiats percaya bahwa “kualitas adalah
kesesuian” (quality is conformance) merupakan operasional terbaik.

2.1.2 Definisi biaya kualitas


Kegiatan yang berhubungan dengan kualiats adalah kegiatan yang
dilakukan karena kualitas yang buruk mungkin atau telah terjadi. Biaya-biaya
untuk melakukan kegiatan itu disebut biaya kualitas. Jadi, biaya kualiats (cost
of quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat
produk yang kualitasnya buruk. Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya
kualiats berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan kualitas
yaitu kegiatan pengendalian dan kegiatan karna kegagalan.
Kegiatan pengendalian (control activities) dilakukan oleh suatu
perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk (karena
kualitas yang buruk mungkin terjadi). Jadi, kegiatan pengendalian terdiri atas
kegiatan-kegiatan pencegahan dan penilaian. Biaya pengendalian (control
cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan
pengendalian.
Kegiatan karena kegagalan (failure activities) dilakukan oleh
perusahaan atau pelanggannya untuk merespons kualitas yang buruk (kualiats
buruk memang telah terjadi). Jika respons terhadap kualiats yang buruk
dilakukan sebelum produk cacat sampai ke pelanggan, maka kegiatannya
diklarifikasikan sebagai kegiatan kegagalan internal. Sebaliknya, jika respons
muncul setelah produk sampai ke pelanggan, maka kegiatannya
diklarifikasikan sebagai kegiatan kegagalan eksternal. Biaya kegagalan adalah
biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan karena telah terjadi kegagalan dalam
kegiatan. Bahwa kegiatan kegagalan dan biaya kegagalan menunjukkan bahwa
respons pelanggan atas kualiats yang buruk dapat memperbesar baiay
perusahaan. Mengenai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kualitas
juga menunjukan 4 kategori biaya kualiutas:
 Biaya pencegahan (prevention cost)
Terjadi untuk mencegah kualitas yang buruk pada produk atau
jasa yang diuhasilkan. Seiring dengan peningkatan biaya

5
pencegahan, kita mengaharpkan biaya kegagalan turun. Contoh
biaya pencegahan adalah biaya rekayasa kualitas, program
pelatihan kualitas. Perencanaan kualitas, pelaporan kualitas,
pemilihan dan evaluasi pemasok, audit kualitas, siklus kualitas, uji
lapangan dan pemimjauan desain
 Biaya penilaian (appraisal cost)
Terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai
dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Contoh biaya ini
termasuk biaya pemeriksaan dengan pengujian bahan baku,
pemeriksaan kemasan, pengawasan kegiatan penilaian, penerimaan
produk, penerimaan proses, peralatan pengukuran ( pemeriksaan
dan pengujian dan pengesahan dari pihak luar )
 Biaya kegagalan internal
Terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan tidak sesuai
dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuai-an ini
dideteksi sebelum dikirim ke pihak luar. Hal itu adalah kegagalan
yang dideteksi oleh kegiatan penilaian. Contoh biaya kegiatan
internal adalah sisa bahan, pengerjaan ulang, penghentian mesin (
karena adanya produk yang cacat ). Biaya-biaya tersebut tidak
terjadi jika tidak terdapat produk yang cacat.
 Biaya kegagalan eksternal
Terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal
memenuhi persayaratan atau tidak memuaskan kebutuhan
pelanggan setelah produk disampaikan kepada pelanggan. Dari
semua biaya kualiutas, kategori biaya ini dapat menjadi yang
paling merugikan. Biaya penarikan produk dari pasar, misalnya
bisa mencapai ratusan juta dollar. Contoh lainnya termasuk
kehilangan penjualan karena kinerja produk yang buruk, serta retur
dan potongan penjualan karena kualitas yang buruk. Biaya
kegagalan eksternal seperti biaya kegiatan internal, hilang jika
tidak ada produk yang cacat.

2.1.3 Mengukur biaya kualitas


Biaya kualitas bisa juga di klarifikasikan sebagai biaya yang dapat
diamati atau tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati ( observable
quality cost ) adalah biaya-biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari
catatan akuntasi perusahaan. Biaya kualitas yang tersembunyi ( hidden cost )
adalah biaya kesempatan atau oportunitas yang terjadi karena kualitas yang
buruk ( biaya oportunitas biasanya tidak disajikan dalam catatan akuntansi )
dengan pengecualian pada biaya kehilangan penjualan, biaya ketidakpuasan
pelanggan, dan biaya kehilangan pangsa pasar, semua biaya kualitas dapat
daiamati dan seharusnya tersedia dalam catatan akuntansi. Perhatikan bahwa
biaya biaya yang tersembunyi berada dalam kegiatan kategori eksternal.

6
Meskipun mengestimasi biaya kualitas yang tersembunyi sulit dilakukan, ada
3 metode yang disarankan untuk tujuan tersebut: metode pengali, metode
penelitian pasar, dan fungsi kerugian kualitas taguchi :
 Metode pengali : mengasumsikan total biaya kegagalan adalah
hasil pengalian dari biaya biaya kegagalan yang terukur.
 Metode penelitian pasar : digunakan untuk menilai dampak kualitas
yang buruk terhadap penjualan dan pangsa pasar.
 Fungsi kerugian kualitas taguchi : definisi tanpa cacat tradisional
mengasumsikan biaya kualitas yang tersembunyi hanya terjadi atas
unit-unit yang menyimpang dari batas spesifikasi atas dan bawah,
fungsi kerugian taguchi mengasumsikan setiap penyimpangan dari
nilai target suatu karakteristik kualitas dapat menimbulkan biaya
kualitas yang tersembunyi. Selanjutnya biaya kualitas yang
tersembunyi meningkat secara kuadrat saat nilai actual
menyimpang dari nilai target. Fungsi kerugian kualitas taguchi
dapat di jelaskan pada persamaan berikut:

L(y) = k (y – T)2
Keterangan:
k = konstanta proposionalitas yang besarnya bergantung
pada struktur biaya kegagalan eksternal perusahaan
y = nilai actual dari karakteristik kualitas
T = nilai target dari karakteristik kualitas
L = kerugian kualitas

$
Biaya

Batas Nilai Target Batas


Spesifikasi Spesifikasi
Bawah Atas

7
Tampilan 2.1 Fungsi Kerugian Kualitas Taguchi
Diameter
Unit y-T (y-T)2 K(t-T)2
Actual (y)
1 9,9 -0,10 0,010 $4,00
2 10,1 0,10 0,010 $4,00
3 10,2 0,20 0,040 $16,00
4 9,8 -0,20 0,040 $16,00
Total 0,100 $40,00
Rata-rata 0,025 $10,00
Tampilan 2.2 Ilustrasi Perhitungan Kerugian Kualitas

Tampilan 2.1 memperlihatkan biaya kualitas adalah nol pada nilai


target dan meningkatkan simetris dengan tingkat yang semakin bertambah
ketika nilai actual menyimpang dari nilai target. Anggaplah, misalnya k =
$400 dan diameter T= 10 inci. Tampilan 2.2 mengilustrasikan penghitungan
rugi kualitas untuk empat unit. Perhatikan bahwa biaya meningkat empat kali
lipat ketika terjadi deviasi dua kali lipat (dari unit 2 ke unit 3). Bahwa deviasi
kuadrat rata-rata dan kerugian rata-rata dapat dihitung. Nilai rata-rata tersebut
dapat digunakan untuk menghitung total biaya kualitas tersembunyi yang
diharapkan dari suatu produk. Apabila total unit yang dihasilkan adalah 2.000
dan deviasi kuadrat rata-rata adalah 0,025, maka biaya per unit yang
diharapkan adalah $10 (0,025 x $400) dan total kerugian yang diperkirakan
untuk 2.000 unit adalah $20.000 ($10 x 2.000).
Untuk mengikuti fungsi kerugian Taguchi, nilai k harus diestimasi.
Nilai k dihitung dengan membagi estimasi biaya pada salah satu batas
spesifikasi tertentu dengan deviasi kuadrat dari batas nilai target.

K=c/d2
Keterangan:

c = kerugian pada batas spesifikasi atas atau bawah


d = jarak batas dari nilai target

Hal ini berarti kita masih harus mengestimasi kerugian akibat deviasi
dari nilai target. Salah satu dari dua metode pertama,metode pengali atau
metode penelitian pasar, dapat digunakan untuk membantu estimasi ini
(penilaian pada satu titik waktu diperlukan). Jika k diketahui, maka biaya
kualitas tersembunyi bisa diestimasi untuk setiap tingkat penyimpangan dari
nilai target.

2.2 Pelaporan informasi biaya kualitas


Sebuah sistem pelaporan biaya kualitas memiliki arti penting bagi perusahaan
yang menaruh perhatian serius terhadap perbaikan dan pengendalian biaya kualitas.
Langkah pertama dan paling sederhana dalam menciptakan sistem semacam itu adalah

8
menilai biaya kualitas actual saat ini. Pertama, catatan tersebut mengungkapkan besarnya
biaya kualiats dalam setiap kategori yang memungkinkan para manajer menilai dampak
keuangannya.

Kedua, catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori


yang memungkinkan para manajer menilai kepentingan relatif dari setiap kategori.

2.2.1 Laporan biaya kualitas


Pentingnya biaya kualitas terhadap segi keuangan perusahaan dapat dinilai
lebih mudah dengan menampilkan biaya-biaya kualiats sebagai persentase dari
penjualan aktual.

Laddd Lighting Corporation


Laporan Biaya Kualitas
untuk Tahun yang Berakhir 31 Maret 2008

Persentase (%) dari


Biaya Kualitas ($)
penjualan
Biaya Pencegahan:
Pelatihan Kualitas 350,000
Rekayasa Keandalan 800,000 1,150,000 5.18%

Biaya Penilaian:
Pemeriksaan Bahan Baku 200,000
Penerimaan Produk 100,000
Penerimaan Proses 380,000 680,000 3.06%

Biaya Kegagalan Internal:


Sisa Bahan 500,000
Pengerjaan Ulang 350,000 850,000 3.82%

Biaya Kegagalan Eksternal:


Keluhan Pelanggan 250,000
Garansi 250,000
Perbaikan 150,000 650,000 2.93%

Total Biaya Kualitas 3,330,000 14.90%


Tampilan 2.2 Laporan Biaya Kualitas

2.2.2 Fungsi biaya kualitas


 Pandangan kualitas yang dapat diterima
Pandangan kualitas yang dapat diterima mengasumsikan terdapat
perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika
biaya pengendalian meningkat, biaya kegagalan seharusnya menurun. Selama
penurunan biaya kegagalan lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian.
Pada akhirnya, akan dicapai suatu titik dimana kenaikan tambahan biaya dalam
upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar daripada penurunan biaya
kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari total biaya kualitas, serta
mendifinisikan apa yang dikenal dengan tingkat kualitas yang dapat diterima.

9
Kegagalan
Eksternal
(19,5 %) Pencegahan
(34,5%)

Kegagalan
Internal
(25,6%)

Penilaian
(20,4 %)

 Pandangan cacat – Nol


Sudut pandang AQL didasarkan pada definisi produk cacat tradisional. Dalam
pengertian klasik, sebuah produk dikatakan cacat bila kualitasnya berada diluar
batas toleransi suatu karakteristik kualitas. Intinta, model cacat nol menyatakan
keunggulan biaya akan diperoleh dengan mengurangi unit cacat hingga nol.
Perusahaan-perusahaan yang menghasilkan semakin sedikit produk cacat akan
menjadi lebih kompetitif relative terhadap perusahaan. Sedangkan model kualitas
kokoh yang menentang definisi unit cacat, kerugian terjadi karna diproduksinya
produk yang menyimpang dari nilai target, semakin jauh penyimpangannya
semakin besar pula nilai kerugiannya.

Biaya
Total
Biaya
Kualitas

Biaya
Kegagalan

Biaya Pengendalian Grafik Biaya


Kualitas AQL

0 AQL 100%
Persentase Produk Cacat

Sifat dinamis biaya kualitas ialah ketika perusahaan menambah biaya


pencegahan dan penilaian serta menurunkan biaya kegagalan, mereka selanjutnya

10
dapat mengurangi biaya pencegahan dan penilaiannya. Sesuatu yang pada awalnya
tampak berbanding terbalik berubah menjadi pengurangan biaya permanen disemua
kategori biaya kualitas. Meskipun tampilan tersebutb menunjukkan fungsi total biaya
kualitas konsisten dengan hubungan biaya kualitas yang diuraikan, ada beberapa
perbedaan utama. Pertama, biaya pengendalian tidak meningkat tanpa batas ketika
mendekati kondisi tanpa cacat. Kedua, biaya pengendalian tdapat naik, kemudian
turun ketika mendekati kondisi tanpa cacat. Ketiga, biaya kegagalan dapat ditekan
menjadi nol.

Biaya

Total
Biaya
Kualitas

Biaya
Pengendalian

0 100%
Persentase Produk Cacat

Contoh tersebut konsisten dengan pengurangan biaya kualitas yang direkomendasikan


oleh American Society for Quality Control.

Strategi untuk menekankan biaya kualitas cukup sederhana yaitu :

 Lakukan serangan langsung terhadap biaya kegagalan untuk


memaksanya menuju titik nol
 Lakukan investasi pada kegiatan pencegahan yang tepat untuk
menghasilkan perbaikan
 Kurangi biaya penilaian sesuai dengan hasil yang dicapai
 Lakukan evaluasi secara berkelanjutan dan arahkan kembali upaya
pencegahan untuk mendapatkan perbaikan. Strategi ini didasarkan
pada premis berikut :
a. Setiap kegagalan selalu ada akar penyebabnya
b. Penyebab dapat dicegah
c. Pencegahan selalu lebih murah

11
2.2.3 Manajemen Berbasis Kegiatan dan Biaya Kualitas Optimal

Manajemen berbasis kegiatan (Activity Based Management - ABM)


mengklasifikasikan berbagai kegiatan sebagai bernilai tambah dan tak bernilai tambah
serta hanya mempertahankan kegiatan-kegiatan yang memberikan nilai tambah,.
Prinsip ini dapat diaplikasikan pada kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan
kualitas. Kegiatan-kegiatan kegagalan, penilaian, dan biaya-biaya terkait tidak
menghasilkan nilai tambah dan harus dihilangkan. Kegiatan pencegahan yang
dilakukan secara efisien dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan bernilai tambah dan
perlu dipertahankan.

Meskipun demikian, pada awalnya kegiatan pencegahan mungkin tidak


dilakukan secara efisien; pengurangan kegiatan dan pemilihan kegiatan (atau mungkin
bahkan pembagian kegiatan) dapat digunakan untuk mencapai sasaran nilai tambah
yang diinginkan. Setelah berbagai kegiatan untuk setiap kategori diidentifikasi,
pendorong timbulnya penggunaan sumber daya (resource drivers) dapat digunakan
untuk memperbaiki pembagian biaya pada setiap kegiatan. Pendorong (biaya) akar
juga dapat diidentifikasi, khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang gagal, dan berguna
untuk membantu para manajer memahami hal-hal yang menyebabkan biaya kegiatan.
Informasi ini dapat dapat digunakan untuk memilih cara mengurangi biaya kualitas
sampai ketingkat tertentu.

2.2.4 Penggunaan Informasi Biaya Kualitas


Tujuan utama pelaporan biaya kualitas adalah memperbaiki dan
mempermudah perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial.
Penggunaan informasi biaya kualitas untuk mengevaluasi efektifitas program
tersebut- setelah diimplementasikan-hanya merupakan salah satu potensi penggunaan
dari sistem biaya kualitas. Penggunaan-penggunaan penting lainnya juga dapat
diidentifikasi. Berikut contoh penggunaan informasi biaya kualitas dalam keputusan
penetapan harga strategis:

“ Leola seorang manajer pemasaran, merasa kecewa kita memeriksa darta


pangsa pasar terbaru untuk produk alat ukur elektronik perusahaannya yang
berharga murah dan perusahannya mengalami penurunan pangsa pasar. Untuk
mengantisipasinya ia mulai menyiapkan laporan singkat guna mendukung
penurunan harga secara signifikan pada lini produk tersebut. Penurunan harga
sebesar $3 diperlukan untuk mengembalikan pangsa pasar yang hilang. Leola
menyarankan perusahaan menerapkan program pengendalian kualitas total
untuk mengurangi biaya produksi alat-alat tingkat rendah melalui pengurangan
biaya kualitas. Leola bertanya kepada Elbert (bagian pengawasan) mengenai
besarnya biaya kualitas dari alat tingkat rendah tersebut.”

12
MEMO

Untuk : Leola
Dari : Elbert
Hal : Biaya Kualitas

Leola,saya telah menyusun beberapa data yang memungkinkan dapat


bermanfaat. Sesuai permintaan,saya telah membuat beberapa estimasi biaya
kualitas yang berhubungan dengan lini produk ini. Saya tidak memasukan biaya
penjualan yang hilang akibat produk cacat karena anda mungkin lebih
berwewenang untuk menilainya.

Biaya-biaya kualitas (estimasi):


Pemeriksaan bahan baku $200.000
Sisa bahan baku 800.000
Ditolak 500.000
Pengerjaan ulang 400.000
Pemeriksaan produk 300.000
Garansi 1.000.000 +
Total estimasi $3.200.000

“Setelah menerima memo tersebut,Manajer Departemen Pengendalian


Kualitas mengadakan rapat lalu menunjukan implementasi program kualitas
total akan mengurangi biaya kualitas sebesar 50% dalam 18 bulan. Dengan
informasi ini dan menggunakan volume 1.000.000 unit, leola menghitung
pengurangan 50% dalam biaya kualitas yang berhubungan dengan produk alat
ukur tingkat rendah akan mengurangi biaya sekitar $1,60 per unit
($1.600.000/1.000.000). Hasilnya adalah sedikit diatas setengah dari
penurunan harga jual sebesar $3 yang akan diperlukan (pengurangannya 15%
dari $20). Berdasarkan hasil ini, leola memutuskan untuk menurunkan harga
secara betahap. Dengan penurunan harga secara bertahap, Departemen
Pengendalian Kualitas memiliki waktu untuk mengurangi biaya sehingga
kerugian yang besar dapat dihindari.”

Jadi dari ilustrasi tersebut dapat dilihat bahwa informasi biaya kualitas dan
implemntasi program pengendalian kualitas total berguna untuk pengambilan keputusan
strategis yang signifikan. Ilustrasi tersebut juga menunjukkan bahwa meningkatkan
kualitas bukanlah sebuah obat mujarab. Pengurangan biaya yang ditawarkan ternyata
tidak mampu menutupi penurunan harga secara sekaligus.

13
2.3 Mengukur produktivitas
Produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara efisien. Secara
spesifik, produktivitas mengacu pada hubungan antara output dan input yang
digunakan untuk memproduksi output. Kombinasi atau bauran dari input yang
berbeda-beda biasanya dapat digunakan untuk memproduksi suatu tingkat output
tertentu.
Efisiensi produktif total adalah suatu titik dimana dua kondisi terpenuhi yaitu
pada setiap baura input untuk memproduksi output tertentu, tidak satu input pun yang
digunakan lebih dari yang diperlukan untuk menghasilkan output dan atas bauran-
bauran yang memenuhi kondisi pertama, dipilih bauran dengan biaya terendah.
Kondisi pertama digerakkan oleh hubungan teknis sehingga disebut efisiensi teknis.

2.3.1 Pengukuran Produktivitas


Pengukuran produktivitas (productivity measurement) adalah penilaian
kuantitatif atas perubahan produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah menilai
apakah efisiensi produk telah meningkat atau menurun. Pengukuran prodiktivitas
dapat berupa aktual atau prospektif. Pengukuran produktivitas dapat
dikembangkan untuk setiap input secara terpisah atau seluruh input secara
bersama-sama.

 Pengukuran Produktivitas Parsial


Pengukuran produktivitas parsial adalah produktivitas dari satu input
tunggal biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input.

Rasio produktivitas = Output/Input

Karena hanya produktivitas dari satu input yang sedang diukur, ukuran
itu disebut pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur
dalam kuantitas fisik, maka kita memperoleh ukuran produktivitas
operasional (operational productivity measure). Jika output dan input
dinyatakan dalam satuan uang, maka kita memperoleh ukuran
produktivitas keuangan (financial productivity measure).

 Pengukuran Produktivitas Total


Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut pengukuran
produktivitas total (total productivity measurement). Dalam
praktiknya,mengukur pengaruh dari seluruh input mungkin tidak
diperlukan. Jadi, dalam istilah praktis pengukuran produktivitas total dapat
didefinisikan sebagai pemfokusan perhatian pada beberapa input yang
menunjukkan keberhasilan perusahaan secara total. Dua pendekatan yang
telah memperoleh beberapa pengakuan adalah pengukuran profil (profile
measurement) dan pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba
(profit-linked productivity measurement):

14
 Pengukuran Profil Produktivitas
Pengukuran profil menyediakan serangkaian atau
sebuah vector ukuran operasional parsial yang berbeda dan
terpisah. Untuk itu diilustrasikan dengan menggunakan dua
input yaitu tenaga kerja dan bahan.

“Lad menerapkan proses produksi dan perakitan baru


pada tahun 2008. Sekarang, anggaplah proses baru tersebut
memengaruhi produktivitas tenaga kerja dan bahan. Pada
awalnya, mari kita lihat kasus dimana produktivitas dari kedua
input bergerak dalam arah yang sama. Berikut data untuk tahun
2007 dan 2008:”

2007 2008
Jumlah mesin yang diproduksi 120,000 150,000
Jam tenaga kerja yang digunakan 40,000 37,500
Bahan yang digunakan (dalam satuan pon) 1,200,000 1,428,571

Rasio Produktivitas Parsial


Profil 2007a Profil 2008b
Rasio produktivitas tenaga kerja 3,000 4,000
Rasio produktivitas bahan baku 0,100 0,105

a
Tenaga kerja : 120,000/40,000 ; bahan baku : 120,000/1,200,000
b
Tenaga kerja : 150,000/37,500 ; bahan baku : 150,000/1,428,571
”Pada tampilan diatas menyajikan profil rasio
produktivitas untuk setiap tahun. Profil tahun 2007 adalah (3;
0,100) dan profil tahun 2008 adalah (4; 0,105). Dengan
membandingkan profil kedua tahun tersebut, dapat dilihat
bahwa produktivitas tenaga kerja dan bahan meningkat (dari 3
menjadi 4 untuk tenaga kerja dan dan 0,100 menjadi 0,105
untuk bahan). Perbandingan profil ini menyediakan cukup
informasi sehingga manajer dapat menyimpulkan proses
perakitan baru secara nyata telah memperbaiki produktivitas
secara keseluruhan. Akan tetapi, nilai peningkatan
produktivitas ini tidak diungkapkan oleh rasio-rasio.”

 Pengukuran Produktivitas yang Berkaitan dengan Laba


Menilai pengaruh perubahan produktivitas terhadap
laba berjalan merupakan salah satu cara menilai perubahan
produktivitas. Laba berubah dari periode dasar ke periode
berjalan. Sebagian perubahan laba tersebut disebabkan oleh

15
perubahan produktivitas. Pengukuran jumlah perubahan laba
yang diakibatkan oleh produktivitas disebut pengukuran
produktivitas yang berkaitan dengan laba.
Aturan keterkaitan dengan laba (profit-linkage rule)
untuk periode berjalan, hitunglah biaya input yang seharusnya
digunakan dalam keadaan tanpa adanya perubahan
produktivitas dan bandingkan biaya tersebut dengan biaya input
aktual yang digunakan. Selisih biayanya adalah sejumlah
perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan produktivitas.
Untuk mengaplikasikan aturan ini, input yang
seharusnya digunakan selama periode berjalan dalam keadaan
tanpa perubahan produktivitas harus dihitung terlebih dahulu.
PQ adalah jumlah input tanpa perubahan produktivitas. Untuk
mengetahui PQ pada suatu input tertentu, bagilah output
periode berjalan dengan rasio produktivitas input.

PQ = Output periode berjalan


Rasio produktivitas periode dasar

Untuk itu diilustrasikan aplikasi aturan keterkaitan


dengan laba (profit-linked rule):

“Ladd lighting dengan trade-off input untuk data


tersebut, diperlukan tambahan informasi biaya. Berikut data
Ladd Lighting yang telah dikembangkan:”

Rasio Produktivitas Parsial


Profil 2007a Profil 2008b
Rasio produktivitas tenaga kerja 3,000 4,000
Rasio produktivitas bahan baku 0,100 0,088

a
Tenaga kerja : 120,000/40,000 ; bahan baku : 120,000/1,200,000
b
Tenaga kerja : 150,000/37,500 ; bahan baku : 150,000/1,700,000

2007 2008
Jumlah mesin yang diproduksi 120,000 150,000
Jam tenaga kerja yang digunakan 40,000 37,500
Bahan yang digunakan (pon) 1,200,000 1,700,000
Harga jual per unit (mesin) $50 $48
Upah tenaga kerja per jam $11 $12
Biaya bahan per pon $2 $3

“Output periode berjalan (tahun 2008) adalah 150.000 mesin.


Dari table diatas dapat diketahui rasio produktivitas periode
16
dasar untuk tenaga kerja dan bahan masing-masing adalah 3
dan 0,100. Dengan menggunakan informasi tersebut, jumlah
setiap input untuk keadaan tanpa perubahan produktivitas dapat
dihitung sebagai berikut.”

PQ (tenaga kerja) = 150.000 = 50.000 jam


3
PQ (bahan baku) = 150.000 = 1.500.000 pon
0,100

PQ memperlihatkan jumlah input tenaga kerja dan bahan yang


seharusnya digunakan pada tahun 2008 dengan asumsi tidak
ada perubahan produktivitas. Jumlah biaya yang seharusnya
dikeluarkan, dihitung dengan mengalikan jumlah setiap input
(PQ) dengan harga periode berjalan (P) dan menjumlahkannya,

Biaya tenaga kerja (50.000 X $12) $600.000


Biaya bahan baku (1.500.000 X $3) 4.500.000
Total biaya PQ $5.100.000

Biaya input aktual diperoleh dengan mengalikan jumlah input


aktual (AQ) dengan harga berjalan setiap input (P) dan
menjumlahkannya.

Biaya tenaga kerja (37.500 X $12) $450.000


Biaya bahan baku (1.700.000 X $3) 5.100.000
Total biaya periode berjalan $5.550.000

Akhirnya, pengaruh produktivitas terhadap laba dihitung


dengan mengurangkan total biaya berjalan dari total biaya PQ.

Pengaruh terkait dengan laba = Total Biaya PQ – Total Biaya Periode Berjalan
= $5.100.000 - $5.550.000
= $450.000 (Penurunan Laba)

(1) (2) (3) (4) (2)-(4)


Input PQ* PQ x P AQ AQ x P (PQ x P) - (AQ x P)
Tenaga Kerja 50,000 600,000 37,500 450,000 150,000
Bahan Baku 1,500,000 4,500,000 1,700,000 5,100,000 (600,000)
Total 5,100,000 5,550,000 (450,000)

*Tenaga kerja: 150,000/3 ; Bahan baku: 150,000/0,10

17
2.3.2 Komponen Pemulihan Harga
Ukuran terkait dengan laba menghitung jumlah perubahan laba dari periode
dasar ke periode berjalan sebagai akibat perubahan produktivitas. Jumlah tersebut
umumnya tidak akan sama dengan total perubahan laba antara dua periode. Selisih
antara perubahan laba tital dan perubahan produktivitas terkait dengan laba
disebut komponen pemulihan harga (price-recovery component). Komponen ini
adalah perubahan pendapatan dikurangi perubahan biaya input dengan asumsi
tidak ada perubahan produktivitas. Oleh karena itu, komponen pemulihan harga
mengukur kemampuan perubahan pendapatan untuk menutupi perubahan biaya
input dengan asumsi tidak ada perubahan produktivitas.
Untuk menghitung komponen pemulihan harga, kita perlu menghitung
perubahan laba setiap periode:

2008 2007 Selisih


a
Pendapatan $7,200,000 $6,000,000 $1,200,000
Biaya inputb 5,550,000 2,480,000 2,710,000
Laba $1,650,000 $3,160,000 $(1,510,000)

a
$48 x 150,000 ; $50 x 120,000
b
($12 x 37,500)+($3 x 1,700,000);($11 x 40,000)+($2 x 1,200,000)

Pemulihan harga = Perubahan Laba – Perubahan Produktivitas Terkait dengan Laba


= ($1,510,000)-($450,000)
= ($1.060.000)

Kenaikan pendapatan tidak akan cukup untuk menutupi kenaikan biaya input.
Penurunan produktivitas hanya akan memperburuk masalah pemulihan harga.
Meskipun demikian, perhatikan bahwa kenaikan produktivitas dapat digunakan
untuk mengimbangi kerugian pemulihan harga.

2.3.3 Kualitas dan Produktivitas


Peningkatan kualitas secara umum akan tercermin pada ukuran-ukuran
produktivitas. Namun, ada juga cara-cara lain untuk meningkatkan produktivitas.
Sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi barang dengan sedikit atau tanpa
cacat, tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien.

2.3.4 Insentif Pembagian Keuntungan


Insentif pembagian keuntungan (gainsharing) adalah pemberian insentif uang
tunai bagi seluruh tenaga kerja perusahaan yang menjadi kunci pencapaian
kualitas dan produktivitas.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Biaya kualitas terjadi sebagai akibat adanya produk cacat ataupun
produk yang tidak berkualitas. Secara umum, biaya tersebut dapat
diklarifikasikan sebagai biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya
kegagalan internal dan eksternal. Biaya pencegahan merupakan biaya yang
terjadi dalam rangka mencegah dihasilkannya produk cacat. Biaya
penilaian adalah biaya yang terjadi dalam rangka memastikan bahwa tidak
ada produk cacat yang terkirim kepada pelanggan. Biaya kegagalan
internal adalah biaya yang terjadi sebagai akibat terdeteksinya keberadaan
produk cacat sebelum produk tersebut dikirim kepada pelanggan. Biaya
kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi sebagai konsekuensi dari
terjadinya pengiriman produk cacat kepada pelanggan. Biaya kegagalan
eksternal dapat berupa perbaikan, penggantian, maupun kehilangan
pelanggan dimasa yang akan mendatang. Sebagian besar ahli setuju bahwa
upaya manajemen dalam meminimalisasi produk cacat harus difokuskan
pada tindakan pencegahan. Investasi yang kecil dalam tindakan
pencegahan dapat menghasilkan pengurangan yang signifikan pada biaya
penilaian, biaya kegagalan internal dan eksternal. Informasi terkait biaya
kualitas diikhtisarkan pada laporan biaya kualitas. Laporan ini
menunjukkan jumlah biaya kualitas yang terjadi beserta signifikan dan
tren dari biaya tersebut. Laporan biaya kualitas akan membantu manajer
memahami pentingnya biaya kualitas, mengidentifikasi area-area
permasalahan dan melakukan penilaian bagaimana seharusnya biaya
kualitas di distribusikan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hansen dan Mowen (2017). Akuntansi Manajerial Edisi 8-terjemahan Buku 2.


Salemba Empat

20

Anda mungkin juga menyukai