Anda di halaman 1dari 36

RESUME MATERI PENGENDALIAN MUTU

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengendalian Mutu
dengan Dosen pengampu: Dr. Bambang Darmawan, M.M.

Disusun Oleh:

Moch. Nazriel Farhan


2000673
PTM-PP-A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan laporan resume materi Pengendalian Mutu dapat
dikerjakan sebagaimana mestinya. Dimana dalam penyusunan laporan ini diajukan
untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Pengendalian Mutu yang diampu oleh Dr.
Bambang Darmawan, M.M. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia.

Dengan dibuatnya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada


Dr. Bambang Darmawan, M.M. selaku dosen mata kuliah Pengendalian Mutu yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
penulis. Dalam menyusun makalah ini, Penulis menyadari dalam hal ini bahwa
penyusunan laporan rangkuman materi masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif atau
membangun, sebagai bahan evaluasi untuk laporan selanjutnya. Dan penulis
berharap semoga makalah ini bisa menjadi sebuah manfaat, atas kerja sama dan
bimbingan dari semua pihak penulis mengucapkan terima kasih.

Bandung, 28 November 2021

Moch. Nazriel Farhan


NIM. 2000673

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …......................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengendalian Mutu ............................................... 3

2.2 Tujuan Pengendalian Mutu .................................................... 4

2.3 Sejarah Perkembangan Pengendalian Mutu ............................ 4

2.4 Pengertian Pengendalian Mutu Secara Statistika .................... 6

2.5 Tujuan Pengendalian Mutu Secara Statistika.......................... 6

2.6 Pengertian Pengendalian Mutu Secara Terpadu...................... 7

2.7 Alat Bantu Pengendalian Mutu Secara Terpadu ..................... 8

2.8 Sistem Manajemen Mutu ........................................................ 9

2.9 Delapan Prinsip Manajemen Mutu.......................................... 10

2.10 QC Seven Tools……………………………………………. 13

BAB III HASIL RESUME

3.1 Pengendalian Mutu di PT Krakatau Steel (Kelompok 1)........ 16

3.2 Pengendalian Mutu di PT Pindad (Kelompok 2) .................... 19

3.3 Pengendalian Mutu di PT Unitex TBK (Kelompok 3) ........... 22

3.4 Pengendalian Mutu di PT X (Kelompok 4) ............................ 24

3.5 Pengendalian Mutu di PT ABC (Kelompok 5) ....................... 25

3.6 Pengendalian Mutu di PT XYZ (Kelompok 6) ....................... 27


3.7 Pengendalian Mutu di PT MTM (Kelompok 7) ............................28
iii
3.8 Pengendalian Mutu di PT XYZ (Kelompok 8) .............................29

3.9 Pengendalian Mutu di PT XYZ (Kelompok 9) .............................30

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ...................................................................................31

4.2 Kritik dan Saran ............................................................................31

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengendalian kualitas merupakan suatu hal yang perlu dilakukan
oleh perusahaan untuk mengontrol segala sesuatu yang dapat merugikan
perusahaan, saat ini pengendalian kualitas tidak hanya dilakukan oleh
perusahaan besar saja tetapi mulai diterapkan juga pada perusahaan kecil
untuk mencapai produk yang standar dengan kualitas yang maksimal dan
waktu yang minimal. Setiap perusahaan perlu untuk melakukan evaluasi
dan perbaikan terus menerus terhadap proses produksinya sehingga dapat
menghasilkan produk dengan kualitas yang maksimal dan mempunyai daya
tarik terhadap konsumen sehingga dapat bertahan di dunia perindustrian.
Kualitas suatu produk merupakan salah satu faktor yang utama bagi para
konsumen dalam memilih serta menentukan produk yang akan dibeli.
Mutu atau kualitas dalam suatu industri merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan oleh suatu perusahaan, dimana produk
berkualitas dan diolah secara efisien oleh perusahaan merupakan salah satu
cara untuk memenangkan persaingan. Selain kualitas yang diberikan kepada
konsumen, hal yang perlu diperhatikan lainnya adalah keefisienan suatu
proses dalam pengolahan produk sehingga perusahaan tidak mengalami
kerugian dalam proses tersebut. Faktor-faktor yang tidak efisien dan efektif
dalam suatu proses produksi merupakan suatu hal yang perlu diantisipasi
sehingga perusahaan tidak memerlukan biaya yang banyak dalam proses
pembuatan suatu produk, misalnya saja kesalahan dalam pembuatan
produk.
Pada masa sekarang ini, perusahaan dapat mengadopsi standar ISO
9000 secara terintegrasi. ISO:9000mberkaitaan langsung dengan sistem
manajemen kualitas dan dirancang untuk membantu organisasi-organisasi
untuk memastikan mereka memenuhi permintaan parakonsumen dan
stakeholders lainnya (Poksinska et al,2019).

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang menjadi topik pembahasan dalam makalah ini
adalahsebagai berikut:

a) Apa itu pengendalian mutu?

b) Apa saja alat-alat yang digunakan dalam pengendalian mutu?

c) Bagaimana penerapan pengendalian mutu di industri manufaktur?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
a) Mahasiswa dapat memahami mengenai pengendalian mutu.
b) Mahasiswa dapat memahami alat-alat yang digunakan dalam
melakukan pengendalian mutu.
c) Mahasiswa dapat memahami penerapan pengendalian mutu di industri
manufaktur

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengendalian Mutu


Pengendalian kualitas merupakan alat yang digunakan untuk
penyelesaian masalah dalam memonitor stabilitas proses dan meningkatkan
kemampuan dari faktor penurunan. Definisi konvensional dari kualitas
biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk, seperti
performansi, keandalan, mudah dalam penggunaan dan estetika. Sedangkan
definisi strategik menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang
mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs
of customers) kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu
produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dispesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas sering diartikan sebagai kepuasan
pelanggan atau konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan.
Berdasarkan buku yang berjudul Manajemen Operasi Heizer &
Render (2009:52) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana
dijelaskan oleh American society for Quality, yaitu: “Quality is the totality
of features and characteristic of a product or service that bears on its ability
to satisfy stated or 13 implied need. Pengertian kualitas menurut
Prawirosentono (2007:32): “Suatu kondisi fisik, sifat, dan kegunaan suatu
barang yang dapat memberikan kepuasan konsumen secara fisik maupun
psikologis, sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan.” Kualitas juga
merupakan salah satu faktor keputusan konsumen terpenting dalam
pemilihan produk yang diinginkannya, dengan pemilihan produk atau jasa
yang berkualitas akan membuat loyalitas pelanggan menjadi meningkat
(Montgomery, 2009:67). Kualitas ini dapat juga diartikan sebagai segala
sesuatu yang dapat memuaskan konsumen atau sesuai dengan persyaratan
atau kebutuhan konsumen tersebut.
Pengendalian menurut Gasperz (2005:480) adalah kegiatan yang
dilakukan untuk memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya
yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan. Pengendalian
3
kualitas menurut Ahyari (2002:239) merupakan suatu aktivitas (manajemen
perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa
perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan. 14
Pengendalian kualitas secara statistika menurut Chase, Aquilano dan Jacobs
(2001:291) adalah satu teknik berbeda yang didesain untuk mengevaluasi
kualitas ditinjau dari sisi kesesuaian dengan spesifikasinya.
Jadi dapat disimpulkan berdasarkan pengertian kualitas dan
pengertian mutu diatas bahwa bahwa pengendalian kualitas adalah suatu
teknik dan tindakan yang terencana dan dilakukan untuk mencapai,
mempertahankan dan meningkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan
konsumen. Pengendalian kualitas mempunyai beberapa tujuan, seperti
menurut Assauri (2008 : 299) tujuan dari pengendalian kualitas adalah agar
spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standar dapat tercermin
dalam hasil akhir.
2.2 Tujuan Pengendalian Mutu
Pada umumnya, pengendalian mutu bertujuan untuk mendapatkan data
yang valid mengenai kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sudah sesuai
dengan standar kualitas dan dapat mengefisiensikan biaya yang
dikeluarkan. Menurut Assauri (2008: 299), tujuan dari pengendalian mutu
antara lain sebagai berikut:
a) Agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang telah
ditetapkan.
b) Mengusahakan pengefisienan dalam biaya inspeksi.
c) Mengusahakan pengefisienan dalam biaya desain produk dan proses
dengan menggunakan mutu produksi tertentu.
d) Mengusahakan pengefisienan dalam biaya produksi.
2.3 Sejarah Perkembangan Pengendalian Mutu
Di abad ke dua puluh ini dimana pasar penjualan sudah mulai
bergerak ke pasar pembeli, peran kualitas tampak semakin penting dan
menentukan guna memenangkan persaingan, sedangkan di abad ke dua
puluh satu mendatang yang dapat dikatakan sebagai era globalisasi yang
4
sesungguhnya peran kualitas tentu akan lebih penting dan menentukan lagi
meskipun formatnya agak berbeda karena adanya pergeseran pasar dari
pasar lokal dan regional ke pasar global. Memasuki milenium ketiga yang
ditandai dengan pasar penjualan yang bergerak ke pasar pembeli, peran
kualitas/mutu tampak semakin penting dan menentukan, kemudian untuk
pencermatan kualitas terarah pada aktivitas memenangkan persaingan. Titik
tolak inilah yang mengantarkan seorang pada suatu kesimpulan bahwa
kualitas/mutu merupakan bekal bagi seorang industriawan, sehingga
produk-produk yang dihasilkan mampu memenuhi standart kualitas yang
diharapkan.
Perkembangan pengendalian mutu dari tahun ke tahun antara lain
sebagai berikut:
a) Pada tahun 1920 - 1940, pengendalian mutu mulai dilakukan di Amerika
Serikat dengan menggunakan metode produk industri, kemudian pada
tahun 1940 mulai menggunakan metode statistik.
b) Pada tahun 1940 - 1950, pengendalian mutu dengan metode statistik
banyak diterapkan dan mulai diadakan penelitian secara kelompok
untuk mengendalikan mutu yang dimaksud.
c) Pada tahun 1950 - 1955, dilakukan pengembangan pengendalian mutu
dengan menekankan sebagai bagian integral dari pengendalian
manajemen.
d) Pada tahun 1955 - 1960, mulai dilakukan pengembangan terhadap
manajemen yang menekankan pada hasil untuk menggaris bawahi
perencanaan strategis dan pengembangan manajemen.
e) Pada tahun 1960 - 1965, mulai dikenalkan Quality Control Circles
(QCC) sebagai penggalakan pemeriksaan dengan pengendalian mutu
agar seluruh karyawan tertinggi sampai terbawah dapat mempelajari
metode statistik dan aktif dalam melakukan pengendalian mutu.
f) Pada tahun 1965 - 1978, Total Quality Control yang menekankan pada
perencanaan, pengerjaan, pengecekan, dan aksi perbaikan ini mulai
dikenalkan pada seluruh tingkat organisasi oleh semua orang.

5
2.4 Pengertian Pengendalian Mutu Secara Statistika
Dalam melakukan pengendalian kualitas, perusahaan menggunakan
metode yang disebut pengendalian kualitas statistik atau statistical quality
control. Menurut Yamit (2013:202), pengendalian kualitas statistik
(statistical quality control) adalah alat yang sangat berguna dalam membuat
produk sesuai dengan spesifikasi sejak dari awal proses hingga akhir proses.
Dan terdapat pengertian lain yaitu menurut Assauri (2004;219)
mengemukakan bahwa pengertian dari Statistical Quality Control (SQC)
sebagai berikut : “Statistical Quality Control (SQC) adalah suatu sistem
yang dikembangkan untuk menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil
produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan merupakan bantuan untuk
mencapai efisiensi”.
Konsep terpenting dalam pengendalian kualitas statistik ini adalah
variabilitas, yaitu:
a) Variabilitas antar sampel, contohnya nilai rata-rata.
b) Variabilitas dalam sampel, contohnya standar deviasi.
Teknik yang sering digunakan dalam pengendalian mutu secara
statistika adalah teknik sampling. Menurut Margono (2004), teknik
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel
yang representatif. Teknik sampling memiliki beberapa keuntungan antara
lain sebagai berikut:
a) Dapat mempercepat dalam mendapatkan informasi mengenai kualitas
produk.
b) Dapat digunakan untuk menguji produk dengan cara destruktif atau
semi- destruktif.
2.5 Tujuan Pengendalian Mutu Secara Statistika
Secara garis besar pengendalian kualitas statistik merupakan cara
atau teknik untuk mengendalikan atau mengontrol produksi dengan tujuan

6
agar produk yang dihasilkan stabil dan ideal (berkualitas) sehingga
menambah jumlah permintaan konsumen.
Tujuan dari pengendalian mutu secara statistika ini dapat di jabarkan
sebagai berikut:
a) Untuk menentukan standar mutu dari suatu produk.
b) Untuk menilai kesesuaian pelaksanaan terhadap standar.
c) Untuk mengambil tindakan jika terjadi ketidaksesuaian.
d) Untuk merencanakan perbaikan, baik terhadap pelaksana maupun
standarnya.
2.6 Pengertian Pengendalian Mutu secara Terpadu
Menurut Warso pengendalian mutu terpadu adalah proses
manajemen yang di dalamnya kita mengevaluasi kinerja nyata,
membandingkan kinerja nyata dengan tujuan, mengambil tindakan terhadap
pembedaan. Sehingga pengendalian mutu adalah suatu sistem untuk
mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai
dengan standar.
Dasar pemikiran perlunya Total Quality Manajement (TQM)
menurut Surahyo (surahyo, 2015) TQM pada prakteknya amatlah
sederhana, karna tqm merupakan cara yang paling efektif dan mudah untuk
dapat melakukan yang terbaik untuk bersaing baik di kanca global ataupun
kancah yang sederhanaagar mendapatkan kualitas terbaik hendaklah TQM
melakukan perbaikan terus menerus terhadap manusia, lingkungan dan
prosesnya itu sendiri.
Pengendalian mutu secara terpadu memiliki prinsip-prinsip dasar
yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Berorientasi kepada pelanggan.
b) Berorientasi terhadap cara kerja tim dan partisipasi total dari setiap
anggota tim.
c) Berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia.
d) Berorientasi kepada pemecahan masalah secara obyektif rasional

Prinsip-prinsip dasar pengendalian mutu secara terpadu harus


menjadi perhatian oleh seluruh industri dalam negeri agar dapat
7
memudahkan perusahaan untuk maju. Selain itu, terdapat juga delapan
prinsip utama dalam pengendalian mutu secara terpadu antara lain sebagai
berikut:

a) Tanggung jawab utama manajemen puncak.


b) Mutu harus difokuskan pada konsumen dan evaluasinya harus berbasis
kepentingan konsumen.
c) Desain proses produksi dan metode kerja harus jelas untuk mencapai
kesesuaian mutu produk.
d) Setiap karyawan bertanggung jawab atas tercapainya mutu produk yang
baik.
e) Mutu tidak boleh dinilai setelah menjadi barang jadi, tetapi harus sejak
awal.
f) Temukan masalah secara cepat lalu selesaikan secara cepat pula.
g) Organisasi harus berusaha keras melaksanakan perbaikan mutu produk
secara terus-menerus.
h) Perusahaan harus bekerja sama dengan pemasok bahan untuk
melaksanakan pengendalian mutu terpadu.
2.7 Alat Bantu Pengendalian Mutu Secara Terpadu
Alat bantu dalam melaksanakan pengendalian mutu terpadu
diklasifikasikan menjadi dua jenis alat, yaitu alat kendali lama dan alat
kendali baru. Alat kendali yang lama meliputi check sheet, cause and effect
diagram or fish bone diagram, histogram pareto diagram, scatter diagram,
stratification, and control chart. Kemudian untuk alat kendali yang baru
meliputi bar plots, box plots, stars, glyphs and trees, faces, weathervanes,
and quantile-quantile plots. Selain itu, terdapat juga alat yang digunakan
untuk pengendalian mutu pelayanan antara lain sebagai berikut:
a) Cause and effect diagram or fish-bone chart, yaitu alat yang dikenalkan
oleh Prof. Dr. Kaoru Ishikawa yang berfungsi untuk mencari sebab dari
suatu masalah.
b) Histogram, yaitu suatu jenis grafik khusus yang menggambarkan
penyebaran data sebagai hasil suatu macam pengukuran dari suatu
kejadian atau proses.
8
c) Pareto diagram, yaitu kombinasi dari histogram dan grafik garis yang
ditampilkan secara bersamaan.
d) Process flow chart, yaitu suatu peta yang menggambarkan aktivitas kerja
secara keseluruhan seperti mengidentifikasi suatu masalah di dalam
suatu proses.
e) Process control chart, yaitu suatu peta yang digunakan untuk
menggambarkan jalannya proses operasi suatu pelayanan.
2.8 Sistem Manejemen Mutu
Kata system awalnya berasal dari Bahasa Yunani (sustema) dan
bahasa latin (systema). Sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas
komponen atau elemen yang saling berinteraksi, saling terkait, atau saling
membentuk keseluruhan yang kompleks dan Adanya suatu konsidi
harmonis dan interaksi yang teratur. Secara umum sebuah system adalah
sekumpulan objek/benda yang memiliki hubungan diantara mereka.
Menurut James A.F. Stoner, Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian dan menggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Secara umum manajemen
adalah suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian
/pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang
telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya.
Mutu yang diinterpretasikan oleh ISO 9000 merupakan perpaduan
antara sifat–sifat dan karakteristik yang menentukan sampai seberapa jauh
keluaran dapat memenuhi kebutuhan pembeli, pembeli yang menentukan
sifat–sifat dan karakteristik apa yang penting, pembeli yang menilai sampai
seberapa jauh sifat–sifat, dan karakteristik keluaran memenuhi
kebutuhannya (Gaspersz, 2003). Mutu diartikan juga sebagai gambaran dan
karakteristik menyeluruh dari barang/jasa, yang menunjukan
kemampuannya dalam memuaskan konsumen sesuai dengan kebutuhan
yang ditentukan.

9
Maka sistem manajemen mutu dapat diartikan sebagai suatu sistem
yang digunakan untuk mengendalikan dan mengarahkan organisasi
terhadap penjagaan suatu mutu dari produk dan jasa yang dihasilkan. Salah
satu sistem manajemen bisnis yang diakui di seluruh dunia adalah ISO 9001.
Pendekatan ISO 9001 memberikan suatu kerangka kerja yang komprehensif
untuk menjadi tempat tumpuan proses-proses yang membantu untuk
menjamin tercapainya tujuan-tujuan utama bisnis. ISO 9001 telah mendapat
pengakuan luas secara internasional karena telah mengeluarkan hampir
sejuta sertifikat ke seluruh dunia. ISO 9001 telah diterapkan di segala
macam industri, dari organisasi-organisasi manufaktur sampai ke layanan
profesional.

2.9 Delapan Prinsip Manajemen Mutu


8 Prinsip Manajemen Mutu ini membentuk dasar konseptual untuk
Sistem Manajemen Mutu dan berfungsi sebagai dasar untuk Good
Manufacturing Practices (GMP), Good Practices Clinical (GCP), dan Good
Laboratory Practices (GLP) yang dibutuhkan oleh sebagian besar badan
pengawas pemerintah. 8 Prinsip Manajemen Mutu ini tidak hanya menjadi
tulang punggung Sistem Manajemen Mutu namun juga baik untuk
dimasukkan ke dalam praktek di sebuah perusahaan. Standarisasi
pendekatan manajemen berbasis akan mengendalikan perbaikan secara
global dan memberikan keunggulan proses sekurangnya untuk 10 tahun ke
depan. 8 Prinsip Manajemen Mutu ini tidak terdaftar dalam urutan prioritas
tergantung kepada kepentingan dari masing-masing organisasi, prinsip ini
akan bervariasi dari organisasi ke organisasi dan dapat diharapkan untuk
berubah seiring waktu
• Prinsip ke-1 (Fokus pada pelanggan)
Perusahaan tergantung pada pelanggannya, maka harus mengerti
apa keinginan pelanggan saat itu dan masa yang akan datang. Temui dan
pahami apa keperluan pelanggan dan berusahalah memenuhi bahkan
melebihi harapan-harapan pelanggan. Penerapan Prinsip ke-1:
a) Teliti dan pahami kebutuhan serta keinginan pelanggan.

10
b) Memastikan bahwa sasaran organisasi sejalan dengan kebutuhan
dan keinginan pelanggan.
c) Komunikasikan kebutuhan dan keinginan pelanggan ke seluruh
organisasi.
• Prinsip ke-2 (Kepemimpinan)
Para pimpinan menetapkan atau membangun kesatuan arah dan
tujuan organisasi untuk menciptakan atau memelihara lingkungan
internal yang mendukung, sehingga SDM sepenuhnya berupaya dalam
mencapai tujuan atau sasaran-sasaran organisasi. Penerapan khusus
Prinsip ke-2:
a) Ciptakan nilai kebersamaan, kejujuran dan model tugas yang etis
pada semua tingkatan organisasi.
b) Pertimbangkan kebutuhan semua pihak yang berkepentingan,
termasuk pelanggan.
c) Tapkan dan memberikan penjelasan mengenai visi organisasi ke
depan agar setiap orang mengerti tujuan.

• Prinsip ke-3 (Keterlibatan sumberdaya manusia)

Sumberdaya manusia pada semua tingkatan adalah faktor


penting dari suatu organisasi, keterlibatan sepenuhnya dari mereka
memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk tujuan
keuntungan organisasi. Penerapan khusus Prinsip ke-3:

a) Upayakan setiap orang memahami pentingnya konstribusi dan


peran mereka.
b) Berikan fasilitas agar setiap orang bebas berbagi pengetahuan /
pengalaman dan berinovasi.
c) Upayakan setiap orang mengetahui permasalahan kerja masing-
masing dan termotivasi untuk menyelesaikannya.
• Prinsip ke-4 (Pendekatan proses)

11
Hasil yang diupayakan tercapai dengan lebih efisien bila
aktivitas dan sumber-sumber yang terkait diatur dengan baik sebagai
sebuah alur proses. Penerapan khusus Prinsip ke-4:
a) Menganalisa dan mengukur kunci kemampuan dan aktivitas-
aktivitas.
b) Secara sistematis menentukan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
c) Upayakan agar proses lebih efektif dan efisien.
• Prinsip ke-5 (Pendekatan sistem pada manajemen)
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan suatu sistem
dari proses-proses yang saling terkait untuk menghasilkan perbaikan-
perbaikan yang objektif pada perusahaan dengan efektif dan efisien.
Penerapan khusus Prinsip ke-5:
a) Penyusunan sistem untuk mencapai sasaran organisasi dengan lebih
efektif dan efisien.
b) Memberi pemahaman yang baik pada tugas-tugas / tanggung-jawab
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan bersama, serta mengurangi
rintangan antar fungsional.
c) Memahami keadaan saling ketergantungan diantara proses-proses
pada sistem.
• Prinsip ke-6 (Perbaikan yang berkesinambungan)
Perbaikan yang berkesinambungan harus menjadi pekerjaan
yang tetap dari organisasi. Penerapan khusus Prinsip ke-6:
a) Laksanakan perbaikan yang berkelanjutan pada produk, proses dan
sasaran sistem.
b) Tetapkan tujuan dan sasaran sebagai pedoman, dan ukur pencapaian
untuk perbaikan yang berkesinambungan.
c) Laksanakan secara konsisten pendekatan organisasi untuk
kelanjutan perbaikan dan pengembangan.
• Prinsip ke-7 (Pendekatan faktual sebagai dasar pengambilan keputusan)
Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan analisa data dan
informasi. Penerapan khusus Prinsip ke-7:
12
a) Analisa data dan informasi dengan menggunakan metoda yang
benar.
b) Pastikan bahwa data dan informasi bersifat akurat dan dapat
dipercaya.
c) Sediakan data yang dapat diakses oleh yang pihak membutuhkan.
• Prinsip ke-8 (Hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok)
Perusahaan dan pemasok nya (supplier / vendor) merupakan
hubungan yang saling membutuhkan. Mempunyai kerjasama yang
saling menguntungkan akan menciptakan nilai keberhasilan karena
meningkatkan kemampuan kedua belah pihak. Penerapan khusus
Prinsip ke-8:
a) Identifikasi dan pilih kunci para pemasok.
b) Susun pengembangan bersama, untuk kelenturan dan kecepatan
merespon perubahan kebutuhan pasar.
c) Tetapkan hubungan yang seimbang antara keuntungan jangka
pendek dengan mempertimbangkan keuntungan jangka panjang.
2.10 QC Seven Tools
Dalam pengendalian kualitas ini memiliki tujuh alat utama (seven
tools) yang penting peranannnya dalam bagian pengendalian kualitas yaitu
Histogram, Check Sheet, Diagram Pareto, Diagram Ishikawa, Defect
concentration diagram/ flowchart, Scatter diagram, dan Peta Kendali.
1) Lembar periksa (Check Sheet)
Check sheet atau lembar pemeriksaan merupakan lembar
pengumpulan data yang digunakan untuk memudahkan dan
menyederhanakan pencatatan data.

Gambar 1. Tabel Check Sheet

13
2) Stratifikasi
Stratifikasi merupakan tabel yang mengklasifikasikan
permasalahan (dalam hal ini kecacatan) kedalam beberapa kelompok.
Penelitian ini mengelompokkan produk yang cacat kedalam jenis-jenis
kecacatannya

Gambar 2. Stratifikasian
3) Histogram
Histogram adalah semacam diagram batang yang digunakan untuk
menunjukkan variasi suatu data. Dalam konteks manajemen kualitas,
histogram adalah perangkat grafis yang menunjukkan distribusi,
sebaran, dan bentuk pola data dari suatu proses

Gambar 3. Histogram
4) Scater Diagram (Diagram Tebar)
Scatter diagram (diagram pencar) digunakan untuk menyatakan
korelasi atau hubungan antara satu faktor dengan karakteristik yang
lain atau sebab dan akibat

Gambar 4. Diagram Tebar


14
5) Control Chart
Control chart (peta kendali) adalah peta yang digunakan untuk
perubahan proses dari waktu ke waktu.

Gambar 5. Control Chart


6) Diagram Pareto
Bagan yang berisikan diagram batang dan diagram garis. Diagram
batang memperlihatkan klasifikasi dan nilai data, sedangkan diagram
garis mewakili total data kumulatif.

Gambar 6. Diagram Pareto


7) Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram-Diagram Sebab Akibat)
Adalah alat untuk mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari
satu efek atau masalah dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi
brainstorming.

Gambar 7. Fishbone Diagram

15
BAB III
MATERI KELOMPOK
3.1 Pengendalian Mutu di PT Krakatau Steel (Kelompok 1)

PT Krakatau Steel merupakan industri baja yang pertama di


Indonesia. PTKrakatau Steel didirikan pada tahun 1970 dengan tujuan
untuk menyelesaikan dan mengoperasikan proyek industri besi baja
bekas bantuan Rusia dan mengembangkan industri baja Indonesia. PT
Krakatau Steel mendapatkan sertifikat ISO 9002 pada tanggal 17
November 1994 dan sertifikat ISO 14001 pada bulan April 1997. PT
Krakatau Steel membangun pabrik pengolahan bijibesi dengan metode
Rotari Kiln dan diresmikan tanggal 31 Agustus 2007 oleh direktur
utama PT Krakatau Steel.

3.1.1 Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu PT Krakatau Steel

ISO sebagai produk standar merupakan standar internasional


yang mengarahkan dan mengendalikan organisasi untuk
mencapai tujuan atau target. ISO 9001 merupakan produk ISO
tentang Sistem Manajemen Mutu. (Witara, 2018). PT Krakatau
Steel telah memiliki sertifikasi ISO 9001:2015 yang memiliki
tujuh prinsip. Ketujuh prinsip ini dikenal dengan jembatan
keledai “CLEPIER”, yaitu:

a) Customer.

b) Leadership.

c) Engagement of people.

d) Process approach.

e) Imvrovement.

f) Evidence-based decision making.

g) Relationship.

3.1.2 Jaminan Kualitas dan Peningkatan Produksi Kokas

16
Untuk menjamin kualitas produk yang dimiliki perusahaan
kepadapelanggan, perusahaan ini memberikan jaminan
kualitasnya dengan cara:

a) Mengelola kualitas produk yang sesuai standar.

b) Mengelola harapan pelanggan.

Adapun standarisasi kualitas kokas yang di harapkan oleh


perusahaandalam proses produksi, yaitu:

a) Fix Carbon ≤ 90 % adalah kandungan karbon tetap yang


terdapat padakokas.

b) Moisture ≤ 4 % adalah kandungan air yang terdapat pada kokas.

c) Ash ≤ 12 % adalah kandungan abu yang terdapat pada kokas.

d) Sulphur ≤ 0,7 % adalah kandungan belerang yang terdapat pada


kokas.

e) Sinter Plant Size < 25 mm.

f) Blast Furnace Size = 25-80 mm.

g) CSR ≥ 65 % menunjukkan kekuatan yang terdapat pada suatu


kokas.

h) CRI ≤ 25 % menunjukkan kereaktifan suatu kokas.

Peningkatan kualitas produk kokas adalah sebagai berikut:

a) Skill yaitu menguasai seluruh proses produksi yang dapat


dilihatdengan suatu keahlian melalui pengamatan langsung.

b) Meningkatkan Standar Operasional Prosedur (SOP).

c) Memperbaharui beberapa alat produksi untuk menghasilkan


suatuproduk yang berkualitas.

d) Membangun suasan kerja yang kondusif antar sesama


pekerja dan saling bekerja sama guna menghasilkan produk
yang berkualitas.

17
3.1.3 Implementasi Pengendalian Mutu

Adapun contoh implementasi quality control di perusahaan


ini, yaitu berdasarkan hasil inspeksi yang dilakukan. Terdapat
banyak terjadi temperatur rendah pada flue combustion chamber,
di mana temperatur flue combustion chamber sudah ditentukan
oleh perusahaan agar menstabilitaskan kualitas dalam produksi.

Gambar 3.1 Histogram Flue Combustion Chamber

Gambar 3.2 Control Chart Flue Combustion Chamber

18
Gambar 3.3 Fishbone Chart Flue Combustion
Chamber
Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka rencana solusi
yang diberikan adalah dengan melakukan penyogrokan terlebih
dahulu di fluecombustion yang terjadi penurunan temperatur dan
melakukan adjusment kawat pada union yang bertujuan untuk
membuat proses pembakaran coke matang dengan sempurna
sehingga tidak adanya penyumbatan yangterjadi pada top under
jet di setiap flue combustion.

3.2 Pengendalian Mutu di PT Pindad (Kelompok 2)

PT Pindad (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara


(BUMN) yang memproduksi alat-alat persenjataan, amunisi, dan
manufaktur alat industri. Pindad menyediakan kebutuhan produk-
produk alat utama sistem senjata untuk mendukung kemandirian
pertahanan dan keamanan negara Republik Indonesia. Selain itu,
Pindad juga memproduksi beberapa produk industrial yang
mendukung aspek-aspek lain seperti transportasi dan bahan peledak.
Sebelum ditetapkan menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
seperti sekarang PT Pindad (Persero) memiliki sejarah yang cukup
panjang mulai darimasa kolonial Belanda, kependudukan Jepang dan
19
hingga saat ini.

3.2.1 Penerapan Quality Control Circle di PT Pindad

Stratifikasi yang telah dibuat berdasarkan karakteristik


defect pada masing-masing part berfungsi dalam mencari solusi
awal dari defect yangada pada produk. Jenis defect pada part accu
12v dan kaca anti peluru adalah sebagai berikut:

a) Severe defect pada part kaca anti peluru terdapat banyak


kecacatanseperti retak, bolong, goresan.
b) Bubble defect pada part kaca anti peluru, yaitu terdapat
gelembungpada kaca.
c) Spot defect pada part kaca anti peluru, yaitu kontaminasi
padapermukaan kaca oleh debu dan kotoran.
d) Drop defect pada part accu 12v, yaitu energi pada accu yang
menurundari batas tegangan normal.
e) Die defect pada part accu 12v, yaitu hilangnya tegangan pada
accu.
Setelah melakukan stratifikasi jenis defect yang ada pada part
accu 12v dan kaca anti peluru kendaraan khusus komodo nexter.
Langkah selanjutnya adalah membuat check sheet, histogram,
diagram pareto, control chart, scatter diagram, dan fishbone
chart pada masing-masing part.

3.2.2 Solusi Perbaikan Pada Part Accu 12v dan Kaca Anti Peluru
Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor yang paling
dominan terjadinya defect, maka pada tahap ini akan dilakukan
usulan perbaikan yang sekiranya dapat mengurangi persentase
defect, Sehingga diharapkan dapat mengurangi defect dan
meningkatkan pengendalian mutu kualitas tersebut, adapun
usulan perbaikan yang akan dilakukan pada part kaca anti peluru
dan accu 12v sebagai berikut:
a) Usulan Perbaikan Part Kaca Anti Peluru
1) Faktor manusia, usulan pada faktor manusia adalah

20
melakukan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas
yang perlu dilakukan oleh perusahaan bagi pekerja dalam
bidang inspektur mutu, karena pekerja memegang peran
penting dalam perusahaan.
2) Faktor media, usulan yang diajukan dalam mengatasi
faktor yang berpengaruh dalam terjadinya penyebab defect
adalahmenggunakan box packing yang sangat aman untuk
menjaga kualitas part.
3) Faktor metode, usulan yang dapat diajukan dengan hasil
penyebabmasalah di lapangan adalah menerapkan quality
control circle sebagai suatu metode dalam menjalankan
pengendalian mutu, yang di mana dapat mengetahui
keadaan batas control quality dengan adanya check sheet,
grafik histogram, diagram pareto, control chart, dan
diagram fishbone.
4) Faktor lingkungan, usulan perbaikan pada faktor
lingkungan adalah pembersihan secara berskala selama
satu tahun dua kali pada gedung warehouse agar tidak
terjadinya penumpukan debu pada part yang sangat rawan
terjadinya defect.

b) Usulan Perbaikan Part Accu 12v


1) Faktor manusia, usulan yang diajukan untuk part accu 12v
dalam melakukan pengendalian kualitas pada faktor
manusia sama sepertipada usulan faktor manusia pada part
kaca, di mana perlu adanya pelatihan kesadaran akan
kepentingan kualitas part maupun produkdalam mencapai
tujuan perusahaan untuk mendapatkan mutu produk yang
dihasilkan baik dan mencapai akan visi pada departemen
QA dan K3LH, yaitu zero defect.
2) Faktor media, usulan pada faktor media yang diajukan
adalah adanya penambahan alat dalam pengecekan
pengendalian kualitasaccu 12v berupa alat voltmeter yang
21
berguna untuk mengecek daya tegangan listrik pada accu
tersebut dan penambahan alat berupa charger accu yang
dapat digunakan ketika accu mengalami drop tegangan.
3) Faktor metode, sama seperti usulan pada faktor metode part
kaca anti peluru perlunya penerapan metode quality control
circle yang dapat sangat membantu dalam pengendalian
kualitas.
4) Faktor lingkungan, usulan perbaikan pada faktor
lingkungan adalah dibuatkannya ruangan khusus untuk
menyimpan part yang sangat rawan terhadap kotoran atau
suhu udara pada gedung tersebut.
3.3 Pengendalian Mutu di PT Unitex TBK (Kelompok 3)

PT Unitex Tbk adalah sebuah perusahaan patungan Indonesia dan


Jepang yang bergerak dalam bidang tekstil terpadu Fully Integrated
Textile Manufacture. PT Unitex didirikan dalam rangka Undang-
Undang Penanaman Modal Asing No. 11967 berdasarkan akta notaris
Eliza Pondaag SH, No. 25 Tanggal 14 Mei 1971. Akta pendirian ini
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No.
JA.512814. Tanggal 30 Juli 1971. PTUnitex mulai berproduksi secara
komersil satu tahun setelah mengalami beberapa kali perubahan,
terakhir dengan akta notaris Sulaimansyah SH, No.
50 Tanggal 15 April 1997 mengenai perubahan anggaran dasar dan
penambahan modal dasar, yang telah mendapat persetujuan dari
Menteri

Kehakiman dengan Surat Keputusan No. C2-6203.HT.01.Th 1997


Tanggal 14 Juli 1997. Pada tanggal 12 Mei 1982, PT Unitex Tbk
menjadi perusahaan Go Public dan merupakan perusahaan ke-11 yang
memasuki Bursa Efek Indonesia. Tanggal 26 Maret 1997 perseroan
telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya BES sebanyak
1.584.360 atau 43,20 persen dari seluruh modal ditempatkan dan
disetor penuh.

22
3.3.1 Kebijakan Mutu PT Unitex TBK

Kebijakan mutu di PT Unitex TBK antara lain sebagai


berikut:

a) Menghasilkan produk dengan mutu tinggi, PT Unitex


memerhatikan segala hal dalam mutu produk kainnya. Dengan
cara memeriksa mutukapas sebelum diolah menjadi benang,
mutu benang akan dilihat sebelum diproduksi menjadi kain
dan kain yang sudah jadi pun diperiksa sebelum akhirnya
dilakukan packing.
b) Mengutamakan keselamatan pekerja, PT Unitex
menginginkan seluruh pekerjanya aman dalam bekerja, maka
dari itu tersedianya alat pelindung diri di tempat kerja untuk
mengindari kecelakaan kerja dankesehatan di tempat kerja.
c) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas, membuat kebijakan
ini dengan tujuan PT Unitex mampu mengefisienkan waktu
dan tenaga dengan cara membeli mesin otomatis yang tepat
waktu. Pada produktivisanya, PT Unitex ini mampu
memaksimal seluruh produksisehingga dapat menekan jumlah
produksi cacat.
d) Melakukan perbaikan terus-menerus dan berkelanjutan,
kebijakan ini dibuat PT Unitex untuk memantau setiap
bulannya dengan apa saja yang perlu diperbaiki dan apa saja
yang sudah cukup baik. Oleh karena itu, diadakan audit
internal quality control oleh PT Unitex.

3.3.2 Penerapan Six Sigma di PT Unitex TBK

Penerapan metode six sigma merupakan


pengimplementasian pengendalian mutu dalam sistem
manajemen mutu. Six sigma tersebut adalah metode peningkatan
mutu dengan zero defect. Pada penepannya

digunakan tujuh alat dasar dari penegndalian mutu dalam setiap


tahapan six sigma. Six sigma dengan siklus DMAIC memiliki
23
beberapa tahapan, yaitu define, measure, analysis, improve, dan
control. Tahapan define untuk mengetahui critical to quality.
Measure adalah tahap pengukuran penyebab cacat terjadi dengan
menggunakan salah satu alat pengendalian mutu, yaitu peta
kendali. Tahapan selanjutnya adalah analysis, pada tahap ini
digunakan jenis alat statistik berupa diagram sebab-akibatdimana
penjelasan yang lebih detil mengenai akar penyebab dari akibat
yang timbul dan dilanjutkan pada FMEA, yaitu untuk
mengetahui frekuensi terbanyak dari penyebab-penyebab
tersebut yang paling berisiko. Tahap improvement, yaitu tahapan
yang bertujuan untuk melakukan peningkatan terhadap
penyebab-penyebab yang menyebabkan potensi produk cacat
berkurang. Aplikasinya menggunakan Five M-Checklist, pada
tahap control diterapkan mekanisme control baik dalam
penetapan standar spesifikasi atau pengendalian instruksi kerja
sehingga setiap bagian proses produksidapat dimonitoring agar
cacat tidak terulang lagi serta kegagalan nol (zero defect) yang
merupakan tujuan dari peningkatan mutu menggunakan six
sigma dapat tercapai.

3.4 Pengendalian Mutu di PT X (Kelompok 4)

3.4.1 Tujuan Pengendalian Mutu Perusahaan

Tujuan dari pengendalian kualitas di PT X adalah sebagai berikut:

a) Agar produk hasil dari produksi dapat mencapai standar


kualitas yangtelah ditetapkan.
b) Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil
mungkin.
c) Mengusahakan agar bisa desain dari produk dan proses
dengan menggunakan kualitas produksi tertentu dapat
menjadi sekecil mungkin.
d) Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah
mungkin. Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk
24
mendapatkan jaminan bahwa kualitas produk atas jasa yang
dihasilkan sesuai dengan standar

kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang


ekonomis atau serendah mungkin.
3.4.2 Penerapan Quality Control Pada Part Bos Rotor
Berdasarkan dari hasil penelitian produk cacat bos rotor tipe
K41A dengan menggunakan metode seven tools, dapat
disimpulkan bahwa datadari hasil produksi bos rotor tipe K41A
yang diperoleh dari bulan Januari 2016 sampai dengan bulan
Desember 2016 mencapai 95600 pcs. Dari hasil pengolahan data
dari grafik diagram pareto ada empat jenis cacat yang paling
dominan atau yang paling besar selama proses produksi yaitujenis
cacat underfill mencapai angka 34,2% yaitu sebanyak 860 pcs,
porositas dengan jumlah produk cacat mencapai angka persentase
15,7% sebanyak 394 pcs, dented dengan jumlah produk cacat
mencapai angka persentase 15,6% sebanyak 392 pcs, dan produk
cacat yang disebabkan oleh setting mesin mencapai angka
persentase 12,7% sebanyak 318 pcs.Dengan menggunakan alat
bantu seven tools khususnya pada diagram fishbone akhirnya
ditemukan bahwa penyebab cacat yang paling dominan pada
produk.
3.5 Pengendalian Mutu di PT ABC (Kelompok 5)

PT. ABC merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam


bidang industri manufaktur dengan produk, yaitu baja besi beton, besi
behel ulir, dan polos. Pada saat inspeksi produk terdapat beberapa
kategori cacat produk sehingga produk cacat dan tidak sesuai dengan
standar internal yang telah ditetapkan perusahaan kemudian untuk
mengetahui apa saja faktor-faktor yangmempengaruhi kualitas produk
baja besi beton, mengetahui komposisi bahan baku, mengetahui cara
dan urutan pengujian produk yang sesuai kualitas yangdiharapkan.

3.5.1 Metode Taguchi


25
Metode Taguchi merupakan suatu pendekatan terstruktur
untuk menentukan kombinasi terbaik dalam menghasilkan
produk berupa barang atau jasa. Metode Taguchi berupaya
mencapai sasaran itu dengan menjadikan produk atau proses
”tidak sensitif” terhadap berbagai faktor

seperti material, perlengkapan manufaktur, tenaga kerja manusia,


kondisi operasional. Metode Taguchi menjadikan produk atau
proses bersifat kokoh robust terhadap faktor-faktor gangguan
noise, karenanya metode ini disebut juga sebagai perancangan
kokoh robust design. Filosofi Taguchi terdiri dari tiga konsep,
yaitu:

a) Kualitas harus didesain ke dalam produk dan bukan sekedar


memeriksanya.
b) Kualitas terbaik dicapai dengan meminimumkan deviasi dari
target. Produk harus didesain sehingga kokoh robust tehadap
faktorlingkungan yang tidak dapat dikontrol.
c) Kualitas harus diukur sebagai fungsi deviasi dari standar
tertentu dankerugian harus diukur pada seluruh sistem.
Metode Taguchi memperkenalkan pendekatan dengan
menggunakan pendekatan desain eksperimen yang berguna
untuk:
a) Merancang suatu produk merancang proses sehingga kualitas
kokohterhadap kondisi lingkungan.
b) Merancang mengembangkan produk sehingga kualitasnya
kokohterhadap variasi komponen.
c) Meminimalkan variasi di sekitar target.
3.5.2 Penerapan Quality Control di PT ABC
Penerapan quality control di PT ABC adalah sebagai berikut:
a) Menurut diagram control chart dapat disimpulkan bahwa
untuk menekan jumlah kecacatan diketahui harus di tekan
dengan untuk menjaga kestabilan kualitas 704.208 < X <
138.450 / bulannya.
26
b) Diagram pareto ini dapat disimpulkan bahwa meskipun paling
banyakkecacatan yang terjadi adalah karena kecacatan pada
Panjang namun presentasi kecacatannya tidak melebihi 80%
dan itu tidak melebihi batas wajar atau standar dan tidak
banyak menimbulkan masalah, sedangkan kecacatan diameter
itu hanya sedikit yaitu hanya 1% tetapibanyak menimbulkan
masalah bahkan sampai 100% masalah yang ditimbulkan
karena kecacatan diameter.

c) Dari diagram fishbone juga ternyata kita dapat informasi


mengenai perbaikan untuk kualitas, seperti dari faktor
manusia atau SDM yang harus bisa lebih teliti, perbaikan
mesin yang efisiensinya menurun, mendaur ulang metode
pendingin yang sesuai dengan material, material yang harus
sesuai standar dengna kualitas standar yang telah ditentukan
dan lingkungan yang tidak boleh lembab karena dapat
menurunkan kualitas efisiensi mesin serta material bahannya
sendiri.
d) Dari hasil analisis taguchi kita dapat menyimpulkan bahawa
untuk mendapatkan bestline diperlukan kombinasi faktor-
faktor control yang sesuai yaitu A3-B3-C2. Dan sisanya
tergantung kebutuhan yangdiinginkan.
3.6 Pengendalian Mutu di PT XYZ (Kelompok 6)

Perusahaan Manufaktur Kabel (PT. XYZ) adalah salah satu


perusahaan elektronik yang memproduksi kabel frekuensi, low voltage,
audio video, dan kabel power. Produksi kabel tentunya membutuhkan
pengendalian kualitas yang baik agar dapat menjadi kompetitor yang
unggul sehingga meningkatkanloyalitas pelanggan.

3.6.1 Penerapan Quality Control di PT XYZ

Jenis defect terbanyak yang diperoleh pada periode tahun


2020 merupakan defect gembung dan printing tidak terbaca pada
type kabel NYA dengan spesifikasi ukuran 1,5 mm2. Pada tahap
27
analisis kondisi yang ada untuk defect gembung dilakukan
menggunakan faktor 4M+1E,dengan memiliki 2 faktor penyebab
yaitu method dan material. Sedangkan faktor penyebab defect
printing tidak terbaca disebabkan oleh faktor man, machine,
method, dan material. Berdasarkan hasil tool FMEA, penyebab
terjadinya defect kabel NYA 1,5 mm2 yang tertinggi akibat
adanya defect printing tidak terbaca, yaitu kurang ketelitian
operator dalam pengukuran jumlah tiner dan kurang pemantauan
proses printing, serta mesin kompresor kurang berjalan secara
sempurna. Presentase reject ratio kabel NYA 1,5 mm2sebelum
perbaikan adalah sebesar 1,06% dan target perbaikan yang
ditetapkan sebesar 0,50%.

Adapun saran yang direkomendasikan untuk perusahaan


khususnya bagian proses printing kabel NYA 1,5 mm2 adalah
membuat SOP pengukuran jumlah tiner yang sesuaiagar
dijadikan acuan oleh operator untuk pengukuran jumlah tiner,
membuat check sheetuntuk pemantauan proses printing agar
operator dapat memantau proses printing lebih terkontrol, dan
mengadakan jadwal maintenance mesin secara kontinyu setiap
satu bulansekali, untuk mesin yang akan rusak maupun yang
masihbagus.
3.7 Pengendalian Mutu di PT MTM (Kelompok 7)

Persoalan-persoalan perbaikan dengan penyelesaian melalui


metode QCC biasanya sederhana yang tidak dapat terlihat oleh para
pemilik perusahaan, tetapi dapat diketahui dan ditanggulangi oleh para
operator di tempat kerjanya. Sebagai kasus perbaikan mutu produk
logam pada industri pembuat komponen logam adalah dilakukan di
bagian produksi PT. MTM yang berlokasi di LIK Takaru Tegal Jawa
Tengah. Perusahaan ini memiliki jenis usaha fabrikasi sheet metal
working komponen alat berat. Saat ini perusahaan memfokuskan pada
pelanggan domestik, beberapa yang menjadi konsumennya adalah PT.
Komatsu Indonesia yang merupakan pelanggan utama, PT. Katsushiro,
28
dan PT.Hanken.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat


disimpulkan, rendahnya kualitas produk pada industri pembuat
komponen logam dapat ditingkatkan melalui implementasi quality
control circle. Berdasarkan hasil implementasi metode QCC di PT.
MTM dapat diperbaiki presentase komponenspacer yang diafkir (reject
ratio) dan di klaim oleh PT. Komatsu Indonesia, yaitu dari 25%
(sebelum perbaikan) turun menjadi 0% (setelah perbaikan). Perusahaan
yang sukses dalam mengimplementasikan QCC adalah perusahaan-
perusahaan yang konsisten dalam melakukan kegiatan-kegiatan
memberikan saran sampai hal itu menjadi suatu bagian dari
kebudayaan perusahaan. Sistem itu sendiri tidak harus dari awal sudah
sempurna, yang terpenting adalah antusiasme dari seluruh komponen
perusahaan, karena hal itu akan menutupi kekurangan dalam sistem
yang sudah ada.

3.8 Pengendalian Mutu di PT XYZ (Kelompok 8)

Penelitian ini membahas mengenai pengendalian kualitas produk


galvalume jenis hollow pada PT. XYZ yang berlokasi di Surabaya.
Pengolahandata dilakukan dengan metode six sigma dengan tahapan
DMAIC (define, measure, analyze, improve, control). Pada tahap
define diperoleh identifikasi jenis kecacatan menggunakan konsep
CTQ (Critical to Quality). Ditemukan tiga CTQ untuk produk hollow
yang meliputi kancingan (clamp) yang terlepas,coil material terkikis dan
beberapa bagian yang bergelombang. Dengan analisispareto, diketahui
bahwa dari ketiga jenis kecacatan tersebut, jenis kecacatan yang paling
dominan adalah kancingan (clamp) yang terlepas.
Pada tahap analyze diketahui faktor-faktor yang menjadi penyebab
kecacatan produk dari empat faktor, yang meliputi faktor manusia,
mesin, metode, dan material. Dari faktor manusia, diketahui bahwa
cacat produk disebabkan oleh kurangnya ketelitian operator saat
pengoperasian mesin dan kurangnya pengetahuan tentang kriteria
29
kecacatan produk. Dari faktor mesin, akar masalahnya yaitu kondisi
mesin yang kurang perawatan dan kurang dibersihkan, sehingga mesin
kerap mengalami trouble pada saat proses produksi. Dari faktor
metode, yaitu tidak ada inspeksi pada setiap proses produksi dan
penyimpanan atau penataan material yang tidak sesuai. Sedangkan dari
faktor material, yaitu bentuk permukaan bahan baku yang tidakrata.
3.9 Pengendalian Mutu di PT XYZ (Kelompok 9)
Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Jenis cacat yang terjadi pada proses produksi baja tulangan beton di
PT.XYZ terbagi menjadi empat, yaitu panjang non-standard, cacat
kuping, cerna, dan retak.
b. Berdasarkan perhitungan nilai sigma pada proses produksi baja
tulangan beton di PT.XYZ, didapatkan nilai sigma rata-rata adalah
3,916, yang berarti kemampuan proses produksi baja tulangan beton
di PT.XYZ adalah3,916.

c. Usulan perbaikan kualitas produk dengan melakukan perbaikan


terhadap semua sumber dari produk cacat, yaitu, dari faktor manusia
melakukan beberapa perbaikan terhadap kinerja dari
manusia/operator, faktor metode dengan melakukan perusahaan
membuat jadwal produksi yang tepat untuk setiap jenis produknya,
agar tidak terjadi jadwal yang tidak teratur dan mengganggu proses
produksi dengan hanya berpatokan pada kejar target, faktor mesin
dengan melakukan beberapa perbaikan terhadap mesin agar bekerja
optimal, sehingga potensi yang menyebabkan kecacatan dapat
dicegah, dan faktor material dengan melakukan perbaikan berupa
pemeriksaan setiap kadar bahan baku sudah sesuai standar atau
belum, sebelum dilakukan proses pencampuran antar bahan maupun
sebelum masuk proses produksi, agar produk yang dihasilkan sesuai
dengan spesifikasi perusahaan.

30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Makalah ini merupakan hasil rangkuman dari semua perkuliahan
Pengendalian Mutu dan hasil dari resume presentasi tiap-tiap
kelompoknya yang tampil secara bergiliran setiap minggunya dengan
membawa tema Pengendalian Mutu di Perusahaan Manufaktur yang
berbeda-beda. Semoga makalah ini bisa menjadi bahan bacaan dan
referensi yang baik dan bermanfaat serta bisa membuka wawasan kepada
para pembaca umumnya dan khususnya kepada penyusun laporan ini
terkait Pengendalian Mutu yang banyak diterapkan di industri-industri
manufaktur.
4.2 Kritik dan Saran
Meskipun saya menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu saya perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan saya dalam hal penulisan. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat saya harapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya.

31
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Malayu S.P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kosasih, Sobarsa. 2009. Manajemen Operasi Internasional. Jakarta:
Wacana Media.
Elmas, M. S. (2017). PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN
MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL. Jurnal Penelitian
Ilmu Ekonomi WIGA, 15-22.
Nugraha, A., Harsono, A., & Fitria, L. (2015). Usulan Penerapan Sistem
Manajemen Mutu Berdasarkan Klausul-Klausul ISO 9001: 2008.
Reka Integra, 3(3).
Setiadi, D. 2006. Pengertian ISO 9000 Sistem Standar Manajemen Mutu.
www://psl.ums.ac.id/Web_Based/pdf/25-ISO%209000.pdf.
Sialagan, S. (2013). Pengendalian Mutu Dalam Manajemen Mutu ISO 9000.
Majalah Ilmiah Bina Teknik, 1(1), 23-27.
Prawirosoentono, Suyadi. 2001. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu
Terpadu(Total Quality Management) Abad 21. Jakarta: Bumi
Aksara.

32

Anda mungkin juga menyukai