Anda di halaman 1dari 18

Makalah Kelompok Hari : Sabtu

MK. Pengawasan Mutu Pangan Tanggal : 21 November 2020

MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU

Disusun oleh:
Kelompok 2 ( Tingkat 3A)
Adelina Dwi Maharani P031813411001
Alfiah Nurhidayati P031813411002
Chindy Silvia P031813411016
Claudia Nasya Jodi P031813411007
Inneke Sitompul P031813411014
Putri Rahayu P031813411026
Shella Putri Narisnanda P031813411031
Sylshilia Ayu Zulherman P031813411036
Taufik Hidayat ZA P031813411037
Viola Bestari Azmi P031813411039

Dosen Pengampu :
Sri Mulyani, STP, M.Si
Esthy Rahman Asih, STP, M.Si

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN RIAU
JURUSAN GIZI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
“Manajemen Pengendalian Mutu” dengan lancar.

Makalah ini telah disusun oleh penulis dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal itu, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, referensi, ataupun tatanan bahasa
dalam makalah ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini juga dapat dipahami dan mampu
memberikan manfaat serta pengetahuan bagi siapapun yang membacanya.

Pekanbaru, 21 November 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN……………………….……………….. 1

1.1 Latar Belakang...................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah………..................................................... 2
1.3 Tujuan ……….....…………................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………....... 3

2.1 Pengertian Manajemen Pengendalian Mutu..……………… 3


2.2 Ruang Lingkup Pengendalian Mutu …………………….… 4
2.3 Manfaat Sistem Manajemen Pengendalian Mutu ……….… 5
2.4 Prinsip System Manajemen Pengendalian Mutu ……….…. 6

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.…………,………….…. 13

3.1 Kesimpulan……............................................................. 13
3.2 Saran……….................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................... 14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sistem manajemen mutu sering terdengar istilah quality control


dan quality assurance. Quality Control (pengendalian mutu) adalah semua
usaha untuk menjamin agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan dan memuaskan konsumen. sedangkan istilah quality
assurance berarti semua tindakan terencana dan sistematis yang diterapkan.
Tujuan quality control agar tidak terjadi barang yang tidak sesuai dengan
standar mutu yang diinginkan (second quality) terus-menerus dan bisa
mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas, sehingga konsumen,merasa
puas dan perusahaan tidak rugi. Tujuan Pengusaha menjalankan QC untuk
memperoleh keuntungan dengan cara yang fleksibel dan untuk menjamin agar
pelanggan merasa puas, investasi bisa kembali, serta perusahaan mendapat
keuntungan untuk jangka panjang.

Sistem manajemen mutu memberikan gambaran organisasi dalam


menerapkan praktik-praktik manajemen mutu secara konsisten untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan atau pasar. Dalam kaitan ini terdapat
beberapa karakteristik umum manajemen mutu (Gaspersz, 2001).

Pada saat mengontrol mutu produk yang dihasilkan harus dipersiapkan


dokumen-dokumen yang berupa panduan-panduan kerja secara tertulis serta
catatan/rekaman hasil kerja. Dalam setiap lingkungan, pelaksanaan proses
yang konsisten merupakan kunci untuk peningkatan terus menerus yang
efektif agar selalu memberikan produk (barang/jasa) yang memenuhi harapan
pelanggan atau pasar.

Perusahaan yang mempunyai pengendalian mutu yang baik dan teratur


kemungkinan besar tidak akan mengalami hambatan-hambatan dalam
mengerjakan tugasnya dengan efektif. Dan begitu pula sebaliknya bila
perusahaan tidak mempunyai organisasi yang baik dan teratur. Sehingga

1
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan
kepada bawahan akan mengalami hambatan. Hal ini disebabkan oleh tidak
adanya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh
pimpinan kepada bawahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pengertian system manajemen pengendalian mutu?
2. Apa saja ruang lingkup pengendalian mutu?
3. Apa manfaat system manajemen pengendalian mutu?
4. Apa saja prinsip system manajemen pengendalian mutu?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian system manajemen pengendalian mutu.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup pengendalian mutu.
3. Untuk mengetahui manfaat system manajemen pengendalian mutu.
4. Untuk mengetahui prinsip system manajemen pengendalian mutu.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen Pengendalian Mutu

Pada tahun 1980-an beberapa perusahaan besar Amerika Serikat


memperkenalkan konsep perbaikan yang terus menerus (quality thinking)
yang dikenal Total Quality Management (TQM) atau Integrated Quality
Control (IQT). TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha
yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi/perusahaan
melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungannya (Tjiptono dan Diana, 1995).

TQM menekankan mutu sebagai hal yang didefinikan oleh pelanggan


(kepuasan), mutu sebagai hal yang dicapai oleh manajemen (standarisasi) dan
mutu itu sendiri merupakan tanggung jawab dari perusahaaan (kepemimpinan
dan pengelolaan sumber daya manusia). Oleh karena itu diperlukan adanya
critical mass (perencanaan strategik), yaitu kondisi dimana 90 persen
karyawan perusahaan mengerti dan menyadari arti penting TQM bagi mereka
(arah) serta mengenal konsep-konsep dasarnya (pengetahuan dan kerjasama
tim) bagi pengembangan mutu dan produktivitas dari produk yang
dihasilkannya (Tjiptono dan Diana, 1995).

Sistem manajemen mutu merupakan bentuk perkembangan metode


jaminan mutu mutakhir yang terus berkembang. Sistem manajemen mutu
memadukan semua unsur yang diperlukan organisasi untuk meningkatkan
kepuasan konsumen secara kontinue melalui produk jasa dan proses yang
lebih baik (Muhandri, T, dkk, 2012).

Manajemen mutu sendiri mempunyai tiga unsur utama, seperti yang


dinyatakan oleh Nasution (2001) yaitu sebagai berikut:

1. Strategi nilai pelanggan


Nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas
penggunaan barang/jasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan

3
pelanggan untuk memperolehnya. Strategi ini merupakan perencanaan
bisnis untuk memberikan nilai bagi pelanggan termasuk karakteristik
produk, cara penyampaian, pelayanan, dan sebagainya.
2. Sistem organisasional
Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan.
Sistem ini mencakup tenaga kerja, material, mesin, metode operasi dan
pelaksanaan kerja, aliran proses kerja, arus informasi, dan pembuatan
keputusan.
3. Perbaikan kualitas berkelanjutan
Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan
eksternal yang selalu berubah, terutama perubahan selera pelanggan.
Konsep ini menuntut adanya komitmen untuk melakukan pengujian
kualitas produk secara kontinu, akan dapat memuaskan pelanggan.

2.2 Ruang Lingkup Pengendalian Mutu

Prawirosentono (2004) mengklasifikasikan ruang lingkup


pengendalian mutu sebagai berikut:

1. Pengendalian mutu bahan baku


Mutu bahan akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari barang
yang dibuat. Bahan baku dengan mutu yang jelek akan menghasilkan mutu
barang yang jelek. Sebaliknya, bahan baku yang baik dapat menghasilkan
barang yang baik. Pengendalian mutu bahan harus dilakukan sejak
penerimaan bahan baku di gudang, selama penyimpanan, dan waktu bahan
baku akan dimasukkan dalam proses produksi (work in process).
2. Pengendalian mutu dalam proses pengolahan
Sesuai dengan DAP (Diagram Alur Produksi) dapat dibuat tahap-
tahap pengendalian mutu sebelum proses produksi berlangsung. Dalam
membuat suatu produk diperlukan beberapa urutan proses produksi agar
produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan yang direncanakan. Tiap
tahap proses produksi diawasi sehingga kesalahan-kesalahan yang terjadi

4
dalam proses produksi bersangkutan dapat diketahui untuk selanjutnya
segera dilakukan perbaikan (koreksi).
3. Pengendalian mutu produk akhir
Produk akhir harus diawasi mutunya sejak keluar dari proses
produksi hingga tahap pembungkusan, pengudangan, dan pengiriman ke
konsumen. Dalam memasarkan produk, perusahaan harus berusaha
menampilkan produk yang bermutu. Hal ini hanya dapat dilaksanakan bila
atas produk akhir tersebut dilakukan pengecekan mutu agar produk rusak
(cacat) tidak sampai ketangan konsumen.

2.3 Manfaat Sistem Manajemen Pengendalian Mutu

Sistem manajemen mutu merupakan suatu sarana yang berpotensi


untuk memperbaiki kondisi perdagangan dan mutu produk pertanian. Sistem
ini melibatkan upaya pola pengelolaan dalam suatu industri baik yang
menyangkut pengadaan bahan baku, operasionalisasi teknologi, kompetensi
personil, dokumentasi mutu dan sebagainya (Hadiwiardjo dan Wibisono,
2000). Hal ini berkaitan dengan kelancaran keseluruhan proses termasuk di
dalamnya perencanaan tata letak dan penataan alur proses.

Perencanaan tata letak fasilitas pabrik yang baik dan efisien sangat
menentukam kelangsungan hidup dan tingkat profitabilitas perusahaan. Tata
letak pabrik yang baik akan meningkatkan efisiensi, menekan biaya
penanganan, serta mengurangi kebutuhan personil dan peralatan (Apple,
1990). Kondisi tersebut akhirnya akan menghilangkan dan mengurangi biaya
dan aktivitas yang tidak produktif.

Selain dari perencanaan dan perancangan tata letak pabrik, aspek yang
sangat penting untuk industri pangan adalah sistem keamanan pangan yang
diterapkan. Perdagangan dunia telah berubah dan sedang dirasakan oleh
berbagai pelaku bisnis untuk mencari kiat-kiat bisnis yang mampu
mempertahankan bahkan meningkatkan omzet produksinya agar konsumen
akhir loyal membeli produk yang dihasilkan. Tekanan persaingan tersebut

5
sedang dihadapi oleh produsen industri makanan, baik industri skala kecil,
menengah maupun besar.

Kondisi ini tentunya mengharuskan para produsen produk pangan


untuk memberikan jaminan, khususnya yang berkaitan jaminan mutu dan
keamanan pangan. Untuk memberikan jaminan keamanan pangan yang
memadai, pengawasan pangan yang hanya mengandalkan uji pada produk
akhir tidak dapat mengimbangi kemajuan yang sangat pesat dalam teknologi
industri pangan dan tidak mampu memberikan jaminan keamanan pangan
yang beredar di pasaran. Salah satu bentuk pendekatan sistem manajemen
mutu adalah ISO 9000 seri 2000 termasuk di dalamnya HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point)

2.4 Prinsip System Manajemen Pengendalian Mutu

1. Focus pada Pelanggan (Custumer Focus)

Focus utama dari manajemen mutu adalah untuk memenuhi


kebutuhan pelanggan dan berusaha untuk melebihi harapan pelanggan.
Alasan dari focus pada pelanggan adalah sukses berkelanjutan dapat
dicapai jika sebuah organisasi dapat menarik dan mempertahankan
kepercayaan pelanggan dan kepentingan pihak lainnya. Setiap aspek dari
interaksi pelanggan memberikan kesempatan untuk menciptakan nilai
lebih bagi pelanggan. Memahami kebutuhan pelanggan dan pihak
berkepentingan lainnya saat ini dan masa depan akan memberikan
kontribusi bagi keberhasilan berkelanjutan dari organisasi (Sugian
Syahwu, 2015).

Manfaat utama focus pada pelanggan adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan value pelanggan


b. Peningkatan kepuasan pelanggan
c. Peningkatan loyalitas pelanggan
d. Bisnis yang berulang ditingkatkan

6
e. Peningkatan reputasi organisasi
f. Basis pelanggan diperluas
g. Peningkatan pendapatan dan pangsa pasar

Tindakan yang dapat diambil sebagai berikut :

a. Mengenali pelanggan langsung dan tidak langsung sebagai orang-


orang yang menerima value dari organisasi.
b. Memahami kebutuhan dan harapan sekarang dan masa depan
pelanggan.
c. Hubungkan tujuan organisasi dengan kebutuhan dan harapan
pelanggan.
d. Komunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan di seluruh
organisasi.
e. Rencana, desain, pengembangan, produksi, penyampaian barang dan
jasa dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan.
f. Mengukur dan memantau kepuasan pelanggan dan mengambil
tindakan yang tepat.
g. Menentukan dan mengambil tindakan pada kebutuhan dan harapan
pihak yang berkepentingan yang dapat mempengaruhi kepuasan
pelanggan.
h. Secara aktif mengelola hubungan dengan pelanggan untuk mencapai
kesuksesan yang berkelanjutan.

Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal


merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau
jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal
berperan besar dalam menentukan kualitas tenaga kerja, proses, dan
lingkungan yang berhubungan dengan produk dan jasa. Faktor utama yang
harus dilakukan untuk membentuk fokus kepada pelanggan adalah
perusahaan harus menempatkan karyawan untuk berinteraksi secara
langsung dengan pelanggan dan memberikan kebebasan kepada karyawan

7
untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka memuaskan
pelanggan (Edward Sallis, 2008).

2. Focus pada Strategi (Strategic Focus)

Hasil yang konsisten dan terprediksi dapat dicapai dengan lebih


efektif dan efisien saat aktivitas dipahami dan dikelola sebagai proses yang
saling terkait yang berfungsi sebagai suatu sistem yang terpadu. Sistem
manajemen mutu terdiri atas proses yang saling terkait. Pemahaman
bagaimana suatu keluaran dihasilkan oleh sistem ini, termasuk semua
proses, sumber daya, pengendalian, dan interaksi, memungkinkan
pengoptimalan kinerja organisasi (Sugian Syahwu, 2015).

Tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Tentukan sasaran sistem serta proses yang diperlukan untuk mencapai


sasaran tersebut
b. Terapkan kewenangan, tanggung jawab, dan akuntabilitas pengelolaan
proses
c. Pahami kapabilitas organisasi dan tentukan keterbatasan sumber daya
sebelum melakukan tindakan
d. Tentukan ketergantungan antarproses, serta analisis efek modifikasi
pada suatu proses terhadap keseluruhan sistem
e. Kelola proses dan hubungan antarproses sebagai suatu sistem untuk
mencapai sasaran mutu organisasi secara efektif dan efisien
f. Pastikan ketersediaan informasi yang diperlukan untuk menjalankan
dan memperbaiki proses, serta untuk memantau, menganalisis, dan
mengevaluasi kinerja sistem secara menyeluruh
g. Kelola risiko yang dapat memengaruhi keluaran proses dan
keseluruhan hasil dari sistem manajemen mutu
3. Fokus Kepemimpinan (Leadership Focus)

Kepemimpinan dan manajemen adalah istilah yang sering


dianggap sinonim. Penting untuk memahami bahwa kepemimpinan adalah
bagian penting dari manajemen yang efektif. Sebagai komponen penting

8
dari manajemen, perilaku kepemimpinan yang luar biasa menekankan
pada membangun lingkungan di mana setiap karyawan berkembang dan
unggul (Heizer, Render & Munson, 2014).

Kepemimpinan didefinisikan sebagai potensi untuk memengaruhi


dan mengarahkan upaya kelompok menuju pencapaian tujuan. Pengaruh
ini dapat berasal dari sumber formal, seperti yang disediakan oleh
perolehan posisi manajerial dalam suatu organisasi (Heizer, Render &
Munson, 2014).

Seorang manajer harus memiliki sifat-sifat seorang pemimpin,


yaitu, ia harus memiliki kualitas kepemimpinan. Pemimpin
mengembangkan dan memulai strategi yang membangun dan
mempertahankan keunggulan kompetitif. Organisasi memerlukan
kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat untuk efisiensi
organisasi yang optimal (Heizer, Render & Munson, 2014).

Organisasi yang terlalu banyak dikelola dan di bawah pimpinan


tidak berkinerja hingga patokan. Kepemimpinan disertai oleh manajemen
menetapkan arah baru dan memanfaatkan sumber daya secara efisien
untuk mencapainya. Baik kepemimpinan dan manajemen sangat penting
untuk keberhasilan individu maupun organisasi (Heizer, Render &
Munson, 2014).

4. Fokus Proses (Process Focus)

Fokus proses adalah sebuah fasilitas produksi yang diorganisasikan


di sekitar proses-proses untuk memfasilitasi produksi bervolume rendah,
tetapi keragamannya tinggi pada tempat yang disebut “job shop”. Dalam
sebuah pabrik, proses yang ada mungkin berupa departemen yang
menangani pengelasan, penghalusan, dan pengecatan. Dalam sebuah
kantor, proses yang ada dapat berupa bagian utang, penjualan, dan
pembayaran. Dalam sebuah restoran, proses-proses tersebut mungkin
berupa bar, panggangan dan toko roti. Fasilitas yang ada terfokus pada
proses dalam hal peralatan, tata letak, dan pengawasannya. Mereka

9
menyediakan tingkat fleksibilitas produk yang tinggi seiring produk-
produk berpindah sesaat diantara proses-proses yang ada. Setiap proses
dirancang untuk melaksanakan beragam aktivitas dan menghadapi
perubahan yang kerap muncul. Oleh karena itu, proses ini disebut juga
proses sesaat (Heizer, Render & Munson, 2014).

5. Fokus pada Sumber Daya Manusia (People Focus)

Sumber Daya Manusia pada semua tingkatan adalah factor penting


dari suatu organisasi, keterlibatan sepenuhnya dari mereka memungkinkan
kemampuan mereka digunakan untuk tujuan keuntungan organisasi.
,emciptakan dan memberikan nilai lebih kepada Customer akan lebih
mudah bila didukung oleh personal yang kompeten, mampu diberdayakan
dan terlibat di semua tingkatan di seluruh Perusahaan. Bentuk aplikasinya
adalah dengan mempromosikan pendekatan proses dan pentingnya
kontribusi setiap tingkatan di Perusahaan atau organisasi (Ma'sumah, &
Layaman, 2019).

Manfaat dan penerapan keterlibatan orang adalah : (Ma'sumah, &


Layaman, 2019).

a. Orang-orang dalam organisaasi menjadi termotivasi, memberi


komitmen dan terlibat.
b. Menumbuhkembangkan inovasi dan kreativitas dalam mencapai
tujuan-tujuan organisasi.
c. Orang-orang menjadi bertanggung jawab terhadap kinerjanya.
d. Orang-orang akan menjadi giat berpartisipasi dan peningkatan kinerja
terus menerus.

Penerapan prinsip ini akan membawa organisasi menuju


(Ma'sumah, & Layaman, 2019).:

a. Pemahaman pentingnya kontribusi dan peranan SDM dalam


organisasi.SDM akan mampu mengidentifikasi kendala-kendala yang
menghambat kinerja mereka.

10
b. SDM akan lebih bertanggung jawab terhadap permasalahan yang
mereka hadapi disertai dengan pemecahan terhadap permasalahan
tersebut.
c. SDM akan mampu mengevaluasi kinerja mereka dibandingkan dengan
tujuan pribadi.
d. SDM akan secara aktif mencari kesempatan-kesempatan untuk
meningkatkan kompetensi, pengetahuan dam pengalaman mereka.
e. SDM akan lebih terbuka untuk berdiskusi tentang masalah-masalah
dan isu-isu yang berkembang
6. Focus pada Hal yang Ilmiah (Scientific Focus)

Yang dimana hal ini bersangkutan dengan pengambilan keputusan


yang berkaitan dengan seluruh kegiatan perusahaan ataupun organisasi,
agar dalam pengambilan suatu keputusan patokan atau adanya tujuan
utama (Ma'sumah, & Layaman, 2019).

7. Fokus pada Perbaikan yang Berkelanjutan, Inovasi dan Pembelajaran


(Continual Improvement, Innovation, and learning)

Organisasi yang sukses terus-menerus menekankan pada


perbaikan. Perbaikan penting bagi organisasi untuk memelihara tingkat
kinerja saat ini, untuk menanggapi perubahan kondisi internal dan
eksternal, serta untuk menciptakan peluang baru (Lanin, 2017).

Tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perbaikan


(Lanin, 2017):

a. Dorong penetapan sasaran perbaikan pada semua tingkatan organisasi


b. Didik dan latih orang pada semua tingkatan tentang cara penerapan
alat dan metodologi dasar untuk mencapai sasaran perbaikan
c. Pastikan kompetensi SDM untuk menjalankan proyek perbaikan
d. Kembangkan proses untuk menerapkan proyek perbaikan di seluruh
organisasi
e. Lacak, tinjau, dan audit perencanaan, penerapan, penyelesaian, dan
hasil proyek perbaikan

11
f. Integrasikan pertimbangan perbaikan dalam pengembangan produk,
layanan, dan proses yang baru atau yang diubah
g. Akui dan hargai perbaikan
8. Pemikiran terhadap Sistem (System Thinking)

Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan


dan terorganisisasi untuk mencapai suatu tujuan. System thinking
diperlukan karena banyaknya permasalahan atau persoalan di dunia
nyata yang kompleks dan beragam yang tidak dapat dipecahkan oleh
Natural Science atau pendekatan metode spesifik saja (Krisnamurthi &
Harianto, 2017).

Persoalan-persoalan yang biasanya dipecahkan memakai


pendekatan sistem adalah persoalan yang kompleks, dinamis, dan
stokastik. Sedangkan system thinking itu sendiri dalam memecahkan
persoalan di atas harus berpikir holistik, siberrnetik dan efektif
(Krisnamurthi & Harianto, 2017).

Metodologi sistem pada umumnya melalui enam tahap analisis


sebelum tahap sintesa atau rekayasa, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2)
identifikasi sistem, (3) formulasi masalah, (4) pembentukan alternatif
sistem, (5) determinasi dari realisasi fisik, politik dan sosial, serta (6)
penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan. Langkah 1 sampai langkah 6
ini dikenal sebagai analisis sistem (Krisnamurthi & Harianto, 2017).

12
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Sistem manajemen mutu merupakan bentuk perkembangan metode
jaminan mutu mutakhir yang terus berkembang. Sistem manajemen mutu
memadukan semua unsur yang diperlukan organisasi untuk meningkatkan
kepuasan konsumen secara kontinue melalui produk jasa dan proses yang
lebih baik (Muhandri, T, dkk, 2012). Manajemen mutu sendiri mempunyai
tiga unsur utama, seperti yang dinyatakan oleh Nasution (2001) yaitu strategi
nilai pelanggan, system organisasional, dan perbaikan kualitas berkelanjutan.
Prawirosentono (2004) mengklasifikasikan ruang lingkup pengendalian
mutu yaitu pengendalian mutu bahan baku, Pengendalian mutu dalam proses
pengolahan dan pengendalian mutu produk akhir. Selain dari perencanaan dan
perancangan tata letak pabrik, aspek yang sangat penting untuk industri
pangan adalah sistem keamanan pangan yang diterapkan.
Untuk memberikan jaminan keamanan pangan yang memadai,
pengawasan pangan yang hanya mengandalkan uji pada produk akhir tidak
dapat mengimbangi kemajuan yang sangat pesat dalam teknologi industri
pangan dan tidak mampu memberikan jaminan keamanan pangan yang
beredar di pasaran. Salah satu bentuk pendekatan sistem manajemen mutu
adalah ISO 9000 seri 2000 termasuk di dalamnya HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Point).
3.2 Saran
Sebaiknya dalam manajemen pengendalian mutu harus berusaha untuk
menjamin agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan memuaskan konsumen.

13
DAFTAR PUSTAKA

Apple. J. M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Terjemahan.


Penerbit ITB,

Bandung. Hadiwiarjo, Bambang H. dan Sulistijarningsing W. 1996. ISO 9001;


pSistem Manajemen Kualitas. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Edward Sallis. 2008. Total Quality Management in Education, Cet. VIII.


Yogyakarta: IRCiSoD. Hal 59.

Gaspersz, Vincent. 2001. Total Quality Management. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Heizer, J., Render, B., & Munson, C. 2014. Operations Management-


Sustainability and supply chain management (11. utg.). Essex: Pearson.

Krisnamurthi, B., & Harianto. 2017. Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya
Saing. Bogor: Departemen Agribisnisfakultas Ekonomi Dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor.

Lanin, Ivan. 2017. 7 Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Diakses tanggal
20 November, dari https://ipqi.org/prinsip-iso-9001/

Ma'sumah, E. N., & Layaman, L. 2019. Pengaruh Implementasi Sistem


Manajemen Mutu ISO 9001: 2015 Terhadap Kepuasan Peserta (Pelanggan)
Dengan Mediasi Kualitas Layanan. Esensi: Jurnal Bisnis dan Manajemen,
9(1), 69-78.

Muhandri, T., & Kadarisman, D. 2012. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. PT


Penerbit IPB Press

Nasution. 2001. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Ghalia


Indonesia: Jakarta.

Prawirosentono, Suyadi. 2004. Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu


Total Quality Management Abad 21. Jakarta : Bumi Aksara

14
Sugian Syahwu. 2015. 7 Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2015. Manajemen
Modern dan Kesehatan Masyarakat. Hal 2

Tjiptono dan Diana. 1995. Total Quality Management. Penerbit Andi Offset.
Yogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai