Anda di halaman 1dari 34

1

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG


DI IKM AMANAH YUTAKA KOTA PALU DENGAN
PENDEKATAN BISNIS MODEL KANVAS

PROPOSAL

AULIA SHAFIRA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021

1
2

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG


DI IKM AMANAH YUTAKA KOTA PALU DENGAN
PENDEKATAN BISNIS MODEL KANVAS

PROPOSAL

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Menyelesaikan Studi Program Sarjana (S1)
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako

AULIA SHAFIRA
E 321 17 353

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021

2
3

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Strategi Pengembangan Usaha Bawang Goreng di IKM Amanah


Yutaka Kota Palu dengan Pendekatan Bisnis Model Kanvas
Nama : Aulia Shafira
Stambuk : E 321 17 353
Program Studi : Agribisnis
Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako

Palu, maret 2021

Menyetujui ;

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. John Tomy, Msi Siti Yuliaty Chansa Arfah, SP.,Msi


NIP. 19620115 198903 1 003 NIDN. 00114079001

Disahkan oleh :
An. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako
U.b Koordinator Program Studi Agribisnis

Dr. Ir. Arifuddin Lamusa.,MP.,IPM


NIP. 19610507 198903 1 003

3
4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat

dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini dengan

judul “Strategi Pengembangan Usaha Bawang Goreng di IKM Amanah

Yutaka Kota Palu dengan Pendekatan Bisnis Model Kanvas” dapat tersusun

sebagai syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) Fakultas Pertanian

Jurusan Agribisnis Universitas Tadulako.

Pada proses penulisan ini tidak terlepas dari berbagai pihak penulis

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Bapak Ir. Jonh Tomy, M.Si

Dosen Pembimbing Utama saya dan Ibu Siti Yuliaty Chansa Arfah, SP.,M.Si

Dosen Pembimbing Anggota yang telah banyak meluangkan waktu serta

memberikan bimbingan dan pengarahan sampai terselesainya proposal ini. Serta

semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas

bantuan, nasehat dan dorongan dalam penulisan proposal ini.

Penulis berharap semoga Proposal ini dapat menjadi salah satu bahan

referensi atau tambahan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang

memerlukan.

Palu, Maret 2021

Penulis

4
5

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR i
HALAMAN SAMPUL DALAM ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah......................................................................... 5
I.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 5
I.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 6

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 7
2.2 Landasan Teori ........................................................................... 8
2.2.1 Sekilas Tentang Bawang Merah ........................................ 8
2.2.2 Konsep Agribisnis ............................................................. 10
2.2.3 Konsep Agroindustri ......................................................... 11
2.2.4 Konsep Strategi ................................................................. 12
2.2.5 Konsep Model Bisnis ........................................................ 12
2.2.6 Analisis SWOT .................................................................. 13
2.2.7 Bisnis Model Kanvas ......................................................... 15
2.3 Bagan Alir Penelitian .................................................................. 19

III. METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu...................................................................... 20
3.2 Penentuan Responden.................................................................. 20
3.3 Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 20
3.4 Analisis Data............................................................................... 21
3.5 Konsep Operasional..................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

5
6

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Data Produksi Bawang Goreng Amanah Yutaka (2016-2020) ..............3

6
7

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Business Model Canvas (BMC) .............................................................15

2. Bagan Alir Penelitian .............................................................................19

7
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara Agraris, Indonesia menghasilkan beragam jenis hasil bumi

yang berpotensi besar untuk dijadikan sebagai ladang usaha. Mulai dari produk

pertanian sampai produk holtikultura, semuanya memiliki nilai ekonomi yang

sangat tinggi. Sehingga banyak masyarakat yang membudidayakan berbagai

produk pertanian dan holtikultura sebagai potensi bisnis yang cukup menjanjikan.

Salah satu komoditas holtikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

Indonesia adalah bawang merah (Nurfita Dewi, 2012).

Bawang merah (Allium cepa L) merupakan salah satu komoditas sayuran

yang penting bagi masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai ekonomisnya

yang tinggi, maupun dari kandungan gizinya (Nurul Arfinanti, 2011). Menurut

Nurfita Dewi (2012), komoditas bawang merah dipandang sebagai sumber

pertumbuhan baru untuk dikembangkan dalam sistem agribisnis, karena

mempunyai keterkaitan yang kuat baik ke sektor industri hulu pertanian hingga

hilir, mampu menciptakan nilai tambah produksi, dan menyerap tenaga kerja

melalui aktivitas pertanian sekunder.

Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia, yang

memiliki potensi untuk pengembangan produksi bawang merah. Hal ini

dikarenakan Sulawesi Tengah memiliki bawang lokal unggulan atau biasa disebut

sebagai bawang batu. Bawang ini memiliki tekstur dan aroma yang khas sehingga

banyak pelaku usaha yang memanfaatkan keunggulan yang ada dengan cara

1
2

mengolah bawang merah menjadi suatu produk yang memilik nilai tambah,

seperti mengolahnya menjadi bawang goreng (Rustam Abd Rauf, dkk, 2015).

Bawang goreng Palu merupakan salah satu komoditi unggulan di Sulawesi

Tengah yang memiliki peluang bisnis yang cukup menjanjikan sebab bawang

goreng Palu dinilai memiliki karakteristik yang khas, yakni gurih, renyah dan

harum (Chitra 2017). Proses pengolahan bawang goreng terutama di sekitar

Lembah Palu semakin meningkat dari waktu ke waktu. Terdapat beberapa industri

kecil rumahan yang mulai mendirikan usaha – usaha kecil pengolahan bawang

merah di Kota Palu (Anisa dkk, 2013).

Menurut Ete dan Alam (2009), setiap industri tentunya menerapkan

strategi yang berbeda-beda dalam memproduksi bawang goreng, mulai dari cara

pengirisan, perlakuan pra dan cara penggorengan, reduksi kandungan minyak,

bahan dan cara pengemasan maupun penggunaan bahan baku dan bahan

pembantu. Perbedaan ini menyebabkan mutu bawang goreng yang dihasilkan oleh

setiap usaha bawang goreng juga berbeda-beda.

Tabel 1. Data Produksi Bawang Goreng di IKM Kota Palu tahun 2020
No Industri Bawang Goreng Produksi
1 Kartini 2100
2 Sri Rezeki 4500
3 Rizki Jaya/Tokaili 256
4 CV. duta Agro Lestari 5000
5 Citra Lestari Production 29,2
6 Salhan 6000
7 Mustika 100
8 Himoyaku 75
9 Bawang Goreng Mutiara 19
10 Bawang Goreng Garuda Indah 281,1
Jumlah 18360,3
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Tengah

2
3

Berdasarkan tabel diatas, hanya terdapat 10 industri yang terdaftar dalam

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Tengah. IKM Amanah Yutaka

Palu adalah salah satu IKM yang juga mengolah bawang goreng namun belum

terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulteng. Hal ini disebabkan

karena IKM Amanah Yutaka belum mengurus berkas persyaratan untuk

mendaftarkan usahanya tersebut ke Dinas Perindusrian dan Perdagangan.

Usaha Bawang goreng Amanah Yutaka Palu adalah salah satu industri

kecil yang mengolah bawang merah varietas lembah Palu menjadi produk olahan

bawang goreng dengan ciri khas gurih dan renyah, sehingga dapat dijadikan snack

maupun taburan dalam makanan. Usaha ini berdiri sejak tahun 2016 sampai

sekarang.

Tabel 2. Data Produksi Bawang Goreng Amanah Yutaka (2016-2020)

No Tahun Bahan Baku (Kg) Produksi (Kg)


1 2016 500 167
2 2017 1.235 372,2
3 2018 1.389 378
4 2019 1.465 389,5
5 2020 936 326,8
Jumlah 5.525 1.633,8
Sumber: IKM Amanah Yutaka Palu.

Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi bawang goreng Amanah Yutaka pada

tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 10%. Banyak faktor yang

menyebabkan hal tersebut terjadi, yakni:

3
4

a) Keterbatasan Modal

Pengadaan bahan baku bawang goreng Amanah Yutaka diperoleh dari

modal sendiri dan tidak bekerja sama dengan investor atau pihak manapun,

sehingga dalam pengadaan bahan baku bawang goreng ini bergantung pada

modal yang tersedia.

b) Keterbatasan Waktu

Pemilik Usaha Bawang Goreng Amanah Yutaka adalah seorang Pegawai

Negeri Sipil (PNS), sehingga waktu yang dimiliki dalam mengolah usaha mulai

dari penyediaan bahan baku hingga penjualan sangat terbatas dan berjalan kurang

maksimal.

c) Lokasi Penjualan Kurang Strategis

IKM Amanah Yutaka Palu terletak di Jalan Lagarutu, Lorong Vatugusu, No.

25G Kota Palu. Untuk menempuh lokasi tersebut, konsumen harus melewati

infrastruktur jalan yang kurang bagus dan sedikit menanjak, sehingga kurangnya

konsumen yang mengunjungi tempat ini terutama di tahun 2020. Hal ini

menyebabkan produksi bawang goreng Amanah Yutaka di tahun terakhir

mengalami penurunan.

Jika ketiga hal diatas terus dibiarkan terjadi, maka tidak menutup

kemungkinan usaha Amanah Yutaka Palu akan berpotensi untuk gagal dan

mengalami ketertinggalan. Hal ini karena persaingan bisnis saat ini yang semakin

hari semakin berkembang. Oleh karena itu, IKM Amanah Yutaka Palu perlu

merancang suatu model bisnis dalam mengembangkan usaha tersebut.

4
5

Menurut Eisenmann 2002 dalam (Onan Marakali Siregar 2020), model

bisnis adalah hipotesis tentang bagaimana perusahaan menghasilkan uang dalam

jangka panjang, apa yang perusahaan akan jual, dan kepada siapa, bagaimana

perusahaan akan mengumpulkan pendapatan, teknologi apa yang akan digunakan,

kapan perusahaan akan bergantung pada mitra bisnisnya serta bagaimana dengan

hal biaya.

Model bisnis dapat dibentuk dengan menggunakan sembilan blok bangunan

dasar yang memperlihatkan cara berfikir tentang bagaimana sebuah perusahaan

menghasilkan uang. Gabungan kesembilan blok tersebut dinamakan Bisnis Model

Kanvas. (Alexander O dan Yves P 2012 dalam (Onan Marakali S., 2020).

Bisnis Model Kanvas merupakan alat yang berguna untuk

memggambarkan semua aspek yang diperlakukan dalam mengembangkan peta

bisnis, seperti konsumen, alur ke market, juga terkait rencana keuangan. (Ayu

Wulandary, dkk). Untuk menciptakan suatu konsep bisnis yang lebih matang,

bisnis model kanvas dibantu dengan penggunaan analisis SWOT (Strength,

Weakness, Opportunity, dan Threat) untuk melengkapi proses perencanaan

strategis, sehingga model bisnis yang dijalankan semakin kokoh dan peka di

setiap perubahan kondisi pasar (Niko, 2017). Berdasarkan latar belakang

tersebut, maka peneliti tertarik untuk merancang suatu metode “Strategi

Pengembangan Usaha Bawang Goreng di IKM Amanah Yutaka Kota Palu dengan

Pendekatan Bisnis Model Kanvas”

1.2 Rumusan Masalah

5
6

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan

dalam penelitian ini adalah bagaimana cara merancang model bisnis sebagai

bentuk strategi pengembangan bisnis yang sesuai dan disarankan untuk diterapkan

di IKM Amanah Yutaka Palu?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara merancang model

bisnis sebagai bentuk strategi pengembangan bisnis yang sesuai dan disarankan

untuk diterapkan di IKM Amanah Yutaka Palu.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberi manfaat bagi

beberapa pihak, antara lain:

1. Bagi Pembaca

a. Menambah wawasan terutama mengenai penerapan strategi bisnis model

kanvas, khususnya yang diterapkan oleh IKM Amanah Yutaka

b. Membantu pembaca untuk mencari referensi dalam mengatasi

permasalahan yang sama.

2. Bagi IKM

a. Sebagai sumbangan pemikiran untuk bahan masukan dan evaluasi

kepada perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan mutu perusahaan.

b. Sebagai masukan yang dapat membantu perusahaan agar dapat

meningkatkan pelayanan serta meningkatkan jumlah penjualan.

6
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penelitian Terdahulu

Menurut Hadyan Farizan (2017), dalam “Analisis Strategi Pada UKM

Ironclad Denim dengan Menggunakan Metode Business Model Canvas”, Strategi

yang cocok dikembangkan untuk UKM Ironclad Denim adalah menggunakan

modal jenis bisnis hubungan pelanggan. Jenis bisnis tersebut sangat cocok bagi

UKM Ironclad Denim karena UKM Ironclad Denim adalah bisnis yang

mempunyai konsep custom yang harus mengikuti apa kegunaan pelanggan,

dimana hal ini membuat UKM Ironclad Denim lebih sering berhubungan dengan

pelanggan, sehingga kemampuan dalam menghadapi pelanggan sangatlah penting

dimiliki oleh UKM Ironclad Denim.

Amala dan Iqbal (2018), dalam “Analisis Perancangan Model Bisnis

Dengan Pendekatan Business Model Canvas (Studi Pada Usaha Kecil Menengah

UD. Duta Merpati)” menjelaskan bahwa Customer Segments saat ini adalah

Segment Market, Value Proporsition yang diberikаn lebih unggul yаitu

keleluаsааn sistem pembаyаrаn, chаnnels dilаkukаn secаrа direct (chаnnels

sendiri), Customer Relаtionship yаng dikembаngkаn аdаlаh menjаgа hubungаn

bаik dengаn konsumen. Revenue Streаm didаpаt dаri trаnsаksi perаhu kаyu

trаdisionаl, penjuаlаn kаyu, dаn peminjаmаn mesin pengggergаjiаn kаyu. Key

Resource yаng dimiliki oleh UKM Dutа Merpаti yаitu physicаl (pick up, gergаji

mesin), intelektuаl (siup), humаn (kаryаwаn) finаnciаl (modаl аwаl dаri biаyа

7
8

pribаdi), Key Аctivity sааt ini yаitu mencаri informаsi pembeliаn bаhаn bаku,

penggergаjiаn kаyu dаn pembuаtаn perаhu. Key Pаrtnership sааt ini yаng dimiliki

yаitu petаni kаyu, perhutаni dаn toko perаlаtаn nelаyаn. Cost Structure sааt ini

аdаlаh biаyа tenаgа kerjа lebih besаr dikeluаrkаn dаri pаdа biаyа operаsionаl per

sаtu bulаn.

Herawathi, dkk (2019), dalam penelitian “Penerapan Bisnis Model Kanvas

Dalam Penentuan Rencana Manajemen Usaha Kedelai Edamame Goreng” juga

ikut menjelaskan bahwa Perencanaan model bisnis terbaik usaha edamame goreng

terletak pada komponen value proposition, model bisnis kanvas adalah renyah,

alami, kemasan berstiker, dan penggunaan minyak goreng yang baik. Komponen

customer segment adalah pembeli seluruh wilayah Kabupaten Jember, pria dan

wanita pada rentang usia di atas 20 tahun dengan penghasilan menengah ke atas.

Komponen revenue stream adalah Langsung 200 g Retail 100 g Langsung 100 g

Retail 200 g Penerapan Bisnis Model Kanvas dalam Penentuan Rencana. Jurnal

Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019) 51 penjualan produk edamame goreng,

penjualan minyak yang tidak terpakai, penjualan kulit edamame kepada peternak.

Selain itu, komponen channels yang digunakan pada usaha edamame goreng

adalah direct selling dan retailer di lingkungan Kabupaten Jember.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sekilas Tentang Bawang Merah

Menurut Nurfita Dewi, S.P (2012), bawang merah (Allium ascalonicum L.)

atau yang sering disebut Brambang (Jawa) adalah nama tanaman dari familia

8
9

Alliance dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang merah

merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan indonesia.

Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis.

Tanaman ini mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga.

Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang

berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Adapun ciri

fisik bawang merah menurut Nurfita Dewi (2012) yaitu:

a. Akar

Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah

perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter

bervariasi antara 5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar

(AAK dalam Nurfita Dewi, 2012).

b. Batang

Memiliki batang sejati atau disebut “discus” yang berbentuk seperti cakram,

tipis dan pendek sebagi tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh),

diatas discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan

batang semua yang berbeda didalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi

umbi lapis ( Sudirja dalam Nurfita Dewi, 2012).

c. Daun

9
10

Berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian

ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan letak daun melekat pada

tangkai yang ukurannya relatif pendek ( Sudirja dalam Nurfita Dewi, 2012).

d. Bunga

Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya

antara 30-90 cm, dan ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun

melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6

helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau

kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga

(Sudirja dalam Nurfita Dewi, 2012).

e. Buah dan biji

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah

2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih,

tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan

sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif yang dibudidayakan.

(Rukmana dalam Nurfita Dewi, 2012)

2.2.2 Konsep Agribisnis

Konsep agribisnis ialah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi,

pengolahan hasil, pemasaran dak aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan

pertanian. Agribisnis adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi

pertanian, meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi

10
11

itu sendiri ataupun juga pengusahaan pengolahan hasil dari pertanian

(Firdaus dalam Multazam 2020).

Menurut Wulandari dalam Multazam (2020). Keberhasilan dari sektor

pertanian sangat dipengaruhi oleh kesuksesan dari rantai agribisnis dari hulu-hilir.

(1) Subsistem agbisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang

menghasilkan, dan menyalurkan sarana produksi. (2) Subsistem usaha budidaya

usahatani (on-farm agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan

saprodi untuk menghasilkan produksi primer. (3) Subsistem agribisnis hilir

(downstream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian

primer menjadi produk olahan yang dikonsumsi. (4) Subsistem pemasaran

(marketing agribusiness) yaitu kegiatan memasarkan hasil pertanian primer dan

produk olahannya.

2.2.3 Konsep Agroindustri

Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti

suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya

atau industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau

input dalam usaha pertanian (Kadek dalam Multazam 2020).).

Agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan

hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta

jasa untuk kegiatan tersebut, dengan demikian agroindustri sebagai pengolah

komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk akhir (Finish

Product) maupun produk antara (Intermediate Product)

(Kusnandar dalam Multazam 2020).

11
12

Pengolahan hasil pertanian (agroindustri) merupakan komponen kedua

dalam kegiatan agribisnis setelah komponen produksi pertanian. Banyak pula

dijumpai petani yang tidak melaksanakan kegiatan agroindustri, padahal

manfaatnya adalah

meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan

penyerapan tenaga kerja, meningkatkan keterampilan produsen, meningkatkan

pendapatan produsen (Kusnandar, dalam Multazam 2020).

2.2.4 Konsep Strategi

Menurut Chandler dalam (Rangkuti,2017) strategi merupakan alat untuk

mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,

program tindak lanjut, serta program alokasi sumber daya. Menurut Porter dalam

(Rangkuti,2017) strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai

keunggulan bersaing.

Menurut Juch dan Glueck dalam (Rangkuti,2017) strategi adalah rencana

yang disatukan, komprehensif dan terpadu yang menghubungkan keunggulan

strategi (strategic advantage) perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang

dirancang untuk memastikan bahwa sasaran dasar perusahaan akan dicapai

dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.

2.2.5Konsep Model Bisnis

Menurut Wheelen & Hunger dalam (Frans Royan, 2014), model bisnis

adalah suatu metode yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan uang di

lingkungan bisnis dimana perusahaan beroperasi. Rappa dalam (Frans Royan,

12
13

2014) memberikan definisi serupa, bahwa model bisnis adalah , metode yang

digunakan suatu perusahaan untuk menjalankan bisnisnya, dan membuat

perusahaan dapat bertahan.

Menurut Frans Royan (2014), apabila dikaitkan dengan suatu strategi, maka

model bisnis ini dijelaskan sebagai “gambaran hubungan antara keunggulan dan

sumber daya yang dimiliki perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan

untuk mengakuisisi dan menciptakan nilai yang membuat perusahaan mampu

menghasilkan laba. Oleh sebab itu, sebuah model bisnis sebaiknya memuat faktor,

antara lain 1) siapa yang dilayani; 2) apa yang ditawarkan; 3) bagaimana cara

menghasilkan produk; 4) bagaimana cara menghasilkan laba; dan 5) bagaimana

perusahaan membedakan dirinya secara strategis dengan pesaing.

2.2.6Analisis SWOT

Menurut Fajar (2016), analisis SWOT merupakan analisis yang mampu

memberikan hasil analisis yang cukup tajam sehingga dapat memberikan arahan

ataupun rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan sekaligus menambah

keuntungan berdasarkan sisi peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan

dan juga menghindari ancaman. Analisis swot memiliki empat faktor, yaitu:

a.Kekuatan (Strenghts)

Strenghts merupakan sebuah kondisi yang menjadi sebuah kekuatan dalam

organisasi.. Faktor – faktor kekuatan tersebut merupakan nilai plus atau

keunggulan komparatif dari sebuah organisasi. Hal ini mudah terlihat apabila

13
14

sebuah organisasi memiliki hal khusus yang lebih unggul dari pesaing-pesaingnya

serta dapat memuaskan stakeholders maupun pelanggan (Fajar 2016).

b. Kelemahan (Weaknesses)

Weaknesses merupakan kondisi atau segala sesuatu hal yang menjadi

kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tubuh organisasi. Pada sasaranya

sebuah kelemahan merupakan suatu hal yang wajar ada dalam organisasi. Namun

yang terpenting adalah bagaimana organisasi membangun sebuah kebijakan

sehingga dapat meminimaslisir kelemahan-kelemahan yang ada (Fajar 2016).

c. Peluang (Opportunities)

Peluang merupakan suatu kondisi lingkungan di luar organisasi yang

sifatnya menguntungkan bahkan dapat menjadi senjata untuk memajukan sebuah

perusahaan/organisasi. Ada beberapa situasi yang dapat menjadi peluang sebuah

perusahaan antara lain: (1) kecenderungan pasar menyukai produk tertentu; (2)

identifikasi suatu produk yang belum mendapat perhatian pasar; (3) perubahan

dalam situasi perdagangan dengan para kompetitor; (4) hubungan dengan

konsumen (Fajar 2016).

d. Ancaman (Threats)

Ancaman ini merupakan kebalikan dari peluang. Ancaman merupakan

kondisi eksternal yang dapat menganggu kelancaran berjalannya sebuah

organisasi atau perusahaan. Ancaman ini dapat meliputi hal-hal dari lingkungan

14
15

yang tidak menguntungkan bagi sebuah organisasi. Apabila ancaman tidak segera

ditanggulangi maka dapat berakibat dampak berkepanjangan sehingga menjadi

sebuah penghalang atau penghambat tercapainya visi dan misi sebuah organisasi

atau perusahaan (Fajar 2016).

2.2.7 Bisnis Model Kanvas

Menurut Onan Marangkali (2020), bisnis model kanvas adalah sebuah

tools atau alat yang dirancang untuk membangun dan menggali sebuah ide bisnis.

Alat yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan kolega-koleganya ini

adalah sebuah alat visual satu halaman yang terdiri dari sembilan blok yang

memperlihatkan cara berfikir tentang bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan

uang. Dalam pembagian 9 blok tersebut terdiri dari analisis lingkungan

perusahaan yaitu, segmen pelanggan (Costumer Segment), proposisi nilai (Value

Propotition), hubungan pelanggan (Costumer Relationship), saluran (Channels),

arus pendapatan (Revenue Stream), Sumber Daya Utama (Key Resource),

Aktivitas Utama (Key Activities), Mitra Kerja Utama (Key Partnership), Struktur

Biaya (Cost Structure). Kesembilan blok ini menjadi dasar bagi alat bantu yang

ringkas yang kita sebut Business Model Canvas (Gambar 1).

Customer
Key Key Activities Value Relationship Customer
Partnership Proposition Segment
Key Resources Channels
Cost
Revenue Stream
Structure
Gambar 1. Business Model Canvas (BMC)

15
16

1. Mitra Kunci (Key Partnership)

Mitra kunci merupakan mitra kerja sama pengoperasian organisasi.

Organisasi membutuhkan kemitraan ini untuk berbagai tujuan yang umumnya

adalah penghematan karena tidak tercapainya skala ekonomi dan mengurangi

risiko dalam memperoleh sumber daya.

2. Aktivitas Kunci (Key Activities)

Yang dimaksud aktivitas kunci adalah kegiatan yang menentukan

keberhasilan suatu model bisnis. kegiatan ini berperan penting dalam mewujudkan

proposisi nilai. Tidak semua kegiatan perlu dikategorikan dalam sumber daya

kunci ini, melainkan hanya untuk kegiatan – kegiatan kunci yang betul betul

menunjang keberhasilan organisasi dalam mengantarkan proposisi nilainya ke

pelanggan.

3. Sumber Daya Kunci (Key Resources)

Sumber daya kunci menggambarkan aset-aset terpenting yang menentukan

keberhasilan pengoperasian model bisnis. Aset–aset berharga inilah yang

memungkinkan organisasi mewujudkan proposisi nilai yang dijanjikan kepada

pelanggan dengan baik. Sumber daya ini dapat berupa sumber daya fisik

(bangunan, kendaraan, dan peralatan), uang, sumber daya intelektual (merek, hak

cipta, hak paten, dan basis data pelanggan), serta sumber daya manusia. Dari

keempat sumber ini, sumber daya intelektual merupakan aset yang sangat penting

karena sulit ditiru.

4. Proposisi Nilai (Value Proposition)

16
17

Merupakan suatu keunikan yang menentukan apakah suatu produk atau jasa

pantas dipilih oleh pelanggan. Proposisi nilai memberikan penawaran untuk

memecahkan masalah pelanggan atau memenuhi keinginan pelanggan semaksimal

mungkin. Keunikan yang ditonjolkan ini haruslah sesuatu yang berbeda dibanding

milik pesaing, sekaligus sesuatu yang betul-betul didambakan segmen pelanggan.

5. Hubungan dengan Pelanggan (Customer Relationship)

Pembinaan hubungan dengan pelanggan bertujuan untuk mendapatkan

pelanggan baru, mempertahankan pelanggan lama, dan menawarkan produk dan

jasa lama atau baru kepada pelanggan lama

6. Saluran (Channel)

Saluran adalah elemen yang menyatakan bagaimana organisasi

berkomunikasi dengan segmen pelangganya dan menyampaikan prosisi nilainya.

Komunikasi, distribusi, dan saluran penjualan adalah faktor–faktor yang

memungkinkan perusahaan berinteraksi dengan pelanggan. Saluran meliputi cara-

cara meningkatkan kesadaran (awereness), memudahkan pelanggan memberi

penilaian, membantu pelanggan membeli produk atau jasa, menyampaikan produk

atau jasa, dan memberikan layanan purnajual.

7. Segmen Pelanggan (Customer Segment)

Segmen pelanggan adalah pihak tertentu yang menggunakan jasa atau

produk dari organisasi sesuai dengan kebutuhannya. Merekalah yang

17
18

berkontribusi dalam memberikan penghasilan bagi organisasi. Umunya,

pelanggan adalah pihak yang kunci utama dalam mendapatkan keuntungan, tanpa

pelanggan maka sebuah perusahaan tidak dapat bertahan lama dalam bisnis yang

mereka bangun.

8. Struktur Biaya (Cost Structure)

Struktur biaya menggambarkan semua biaya yang muncul setelah

dioperasikannya model bisnis ini. Semua upaya untuk mewujudkan proposisi nilai

melalui saluran yang tepat, sumber daya kunci, dan aktivitas kunci yang andal

membutuhkan biaya. Struktur biaya dipengaruhi strategi yang dipilih oleh

perusahaan, apakah mengutamakan biaya rendah atau manfaat istimewa.

9. Aliran Dana Masuk (Revenue Stream)

Menggambarkan bagaimana organisasi memperoleh uang dari setiap

segmen pelanggan. Aliran dana inilah yang memungkinkan organisasi tetap

hidup. Aliran ini juga memungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan

proposisi nilai. Menjangkau pasar, mempertahankan hubungan dengan segmen

pelanggan dan memperoleh pendapatan.

18
19

2.3 Bagan Alir Penelitian

1. Menurunnya Julmlah Produksi Bawang


Goreng
2. Kurangnya Modal
3. Keterbatasan Waktu dalam mengolah usaha
4. Tempat kurang strategis

Strategi Pengembangan Usaha Bawang Goreng


Amanah Yutaka di Kota Palu

Bagaimana cara merancang model bisnis sebagai bentuk


strategi pengembangan bisnis yang sesuai dan disarankan
untuk diterapkan di IKM Amanah Yutaka Palu?

1. Mitra Kunci (Key Partnership)


2. Aktivitas Kunci (Key Activities)
3. Sumber Daya Kunci (Key
Bisnis Model Kanvas Resources)
4. Proposisi Nilai (Value
Proposition)
5. Hubungan dengan pelanggan
(Customer Relationship)
19
6. Saluran (Channel)
7. Segmen Pelanggan (Customer
Segment)
20

ALTERNATIF MODEL BISNIS PADA USAHA BAWANG


GORENG AMANAH YUTAKA DI KOTA PALU
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di IKM “Amanah Yutaka” yang terletak di

Jalan Lagarutu, Lorong Vatugusu, No.25 G, Kota Palu. Penentuan lokasi

penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa

IKM “Amanah Yutaka” merupakan salah satu usaha oleh-oleh khas Palu yang

layak dan perlu untuk dikembangkan. Penelitian ini akan dilaksakan pada bulan

Maret - April 2021.

3.2 Penentuan Responden

Penetapan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja

(Purpossive), dengan pertimbangan bahwa Pemilik Usaha Amanah Yutaka Kota

Palu dapat memberikan informasi mengenai proses produksi, sehingga diharapkan

dapat diperoleh data akurat sesuai dengan tujuan dalam penelitian. Responden

20
21

yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 5 responden yaitu pemilik usaha

Amanah Yutaka Palu, 1 karyawan, dan 3 konsumen Amanah Yutaka Kota Palu.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi

hasil penelitian, semakin baik teknik yang dilakukan dalam mengumpulan data

maka hasil yang didapatkan juga akan semakin relevan. Data-data yang diperoleh

dari UKM Amanah Yutaka difokuskan pada bidang manajemen strategi,

khususnya dalam pendekatan bisnis model kanvas. Adapun teknik yang

digunakan untuk memperoleh data antara lain:

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data-data UKM

Amanah Yutaka ketika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti. Wawancara ini juga dilakukan

saat peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang UKM

Amanah Yutaka.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan karena penelitian

ini berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, dan responden yang

diamati tidak terlalu besar.

3. Dokumentasi

Dokumentasi bertujuan untuk mencari data-data mengenai permasalahan

yang diteliti melalui laporan-laporan yang ada di UKM Amanah Yutaka.

3.4 Analisis Data

21
22

Tujuan penelitian ini dijawab dengan menggunakan analisis SWOT

(Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats) dan Bisnis Model Kanvas.

Analisis swot digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan faktor

eksternal Industri Bawang Goreng Amanah Yutaka Kota Palu. Pada sisi internal

akan dilihat kekuatan dan kelemahan, sedangkan dari sisi eksternal akan dilihat

peluang dan ancaman dari luar (Rangkuti,2015).

Menurut Onan Marakali,dkk (2020) Bisnis model kanvas bertujuan untuk

membangun dan menggali sebuah ide bisnis yang cocok untuk diterapkan di

Industri Bawang Goreng Amanah Yutaka Kota Palu. Bisnis model kanvas

memiliki 9 komponen bisnis. Kesembilan komponen bisnis yang ada pada model

bisnis kanvas adalah sebagai berikut:

1. Segmen Pelanggan (Customer Segment), membahas tentang segmen target

pelanggan dari produksi bawang goreng Amanah Yutaka yang akan

dikembangkan,

2. Proporsi Nilai (Value Proposition), membahas tentang perkiraan kebutuhan

pelanggan yang sudah diidentifikasi pada segmen pelanggan,

3. Hubungan Pelanggan (Customer Relationship), membahas tentang hubungan

antara sektor usaha Amanah Yutaka dengan pelanggan,

4. Saluran (Channel), membahas tentang saluran yang digunakan oleh IKM

Amanah Yutakaa

5. Arus Pendapatan (Revenue Stream), membahas tentang representasi dari jalur

penerimaan uang yang akan diterima dari setiap segmen pelanggan,

22
23

6. Sumber Daya Utama (Key Resource) membahas tentang sumber daya utama

yang dimiliki oleh IKM Amanah Yutaka

7. Aktivitas Kunci (Key Activities) membahas tentang kegiatan utama yang

dilakukan oleh IKM Amanah Yutaka

8. Kemitraan Utama (Key Partners) membahas tentang mitra utama yang dimiliki

oleh IKM Amanah Yutaka

9. Struktur Biaya (Cost Structure) membahas tentang semua biaya yang

dikeluarkan oleh IKM Amanah Yutaka

3.5 Konsep Operasional

Konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Subyek penelitian adalah pihak yang memberi informasi dalam penelitian

ini

2. Bawang goreng adalah produk yang dihasilkan oleh industri Bawang

Goreng Amanah Yutaka, Palu.

3. Produk (Product) adalah barang yang ditawarkan kepada masyarakat

berupa Bawang Goreng Amanah Yutaka untuk dikonsumsi.

4. Harga (Price) adalah sejumlah uang yang dibayar oleh konsumen untuk

membeli produk olahan bawang goreng Amanah Yutaka, Palu.

23
24

5. Tempat (Place) adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat

olahan bawang goreng yang dihasilkan atau dijual dapat terjangkau dan

tersedia bagi pasar sasaran.

6. Promosi (Promotion) adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk

mengkomunikasikan dan memperkenalkan olahan bawang goreng ke pasar

sasaran.

7. Analisis SWOT adalah suatu alat analisis strategi dalam pengembangan

usaha untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari IKM

Amanah Yutaka, Palu.

8. Bisnis model kanvas merupakan sebuah alat visual satu halaman yang

terdiri dari sembilan blok yang memperlihatkan cara berfikir tentang

bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan uang.

9. 9 blok yang dimaksud pada bisnis model kanvas terdiri dari: (1) segmen

pelanggan (Costumer Segment); (2) proposisi nilai (Value Propotition), (3)

hubungan pelanggan (Costumer Relationship), (4) saluran (Channels), (5)

arus pendapatan (Revenue Stream), (6) Sumber Daya Utama (Key

Resource), (7) Aktivitas Utama (Key Activities), (8) Mitra Kerja Utama

(Key Partnership), (9) Struktur Biaya (Cost Structure).

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Abd, Rustam Rauf, Atik Andriana, dan Saiful Darman. 2015. Pengembangan
Usahatani Bawang Merah Varietas Lembah Palu dan Strategi Analisis
SWOT. Jurnal Agriekonomika. Vol.4 No. 2. Universitas Tadulako. Palu.
Alamsyach, Nico. 2017. Strategi Pengembangan Usaha melalui Business Model
Canvas. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
Amala, Nur Shalihah dan Muhammad Iqbal. 2018. Analisis Perancangan Model
Bisnis Dengan Pendekatan Business Model Canvas (Studi Pada Usaha Kecil
Menengah UD. Duta Merpati). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.61 No.4.
Universitas Brawijaya. Malang
Anggriani, Citra Salingkat. 2017. Potensi Pengembangan Usaha Pengolahan
Bawang Goreng Lokal di Kota Palu. Jurnal Agroland. Universitas Tadulako.
Palu.
Anisa, nur, Rostiati, dan Syahraini Kadir. 2013. Mutu Bawang Goreng dari
Bawang Merah Lembah Palu. Jurnal Agrotekbis. Universitas Tadulako.
Palu.

25
26

Arfinanti, Nurul. 2011. Upaya Peningkatan Nilai Tambah Produk Bawang Merah
(Tindak lanjut KKN di Desa Selopamioro, Imogiri, Bantul). Jurnal Aplikasi
Ilmu-ilmu Agama. Vol.19 No.1. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dewi, Nurfita S.P. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Ete, Andi dan Nur Alam. 2009. Karakteristik Mutu Bawang Goreng Palu Sebelum
Penyimpanan. Jurnal Agroland. Universitas Tadulako. Palu.
Farizan, Hadyan. 2017. Analisis Strategi Pada UKM Ironclad Denim dengan
Menggunakan Metode Business Model Canvas. Universitas
Brawijaya.Malang.
Hasanudin, Asfiana dan H. Hadayani. 2015. Analisis Pemasaran Bawang Goreng
Pada Industri Rumah Tangga Flamboyan Di Kelurahan Panau Kecamatan
Tawaeli Kota Palu. Jurnal Agrotekbis. Universitas Tadulako. Palu.
Herawathi, Novitha, Ida bagus suryaningrat, dan Triana Lindriati. 2019.
Penerapan Bisnis Model Kanvas Dalam Penentuan Rencana Manajemen
Usaha Kedelai Edamame Goreng. Jurnal Agroteknologi. Vol 13 no 01.
Universitas Jember.
Marakali, Onan Siregar, Selwendri, Maulidina, dan M. Bahtiar Abdillah.
Penerapan Bisnis Model Canvas Sentral UMKM. 2020. Sumatera Utara:
Penerbit Puspantara.
Multazam. 2020. Strategi Pemasaran Cokelat Sulteng di Rumah Coklat Kota Palu.
Universitas Tadulako. Palu.
Nuraini, Fajar Dwi Fatimah. Teknik Analisis SWOT. Anak Hebat Indonesia.
Rangkuti, Freddy. 2015. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Royan, Frans. 2014. Bisnis Model Kanvas Distributor. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan RND.
Bandung:Alfabeta
Wirartha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta:
Andi Offset.
Wulandary, Ayu, Fitriani R, Aksal Mursalat, Andi Tenri Darhyati, dan Masitah.
2020. Business Model Canvas: Implementasi Terhadap Industri Rumahan
Produk Virgin Coconut Oil (VOC). Jawa Barat: Penerbit Media Sains
Indonesia.

26
27

27

Anda mungkin juga menyukai