Anda di halaman 1dari 24

SEMINAR PROPOSAL

PERAN PENYULUH DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN


PETERNAK SAPI DI KECAMATAN TOMBULU
KABUPATEN MINAHASA

OLEH :
JIMI LAUKINA
15041104048

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

PERAN PENYULUHAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN


PETERNAK SAPI DI KECAMATAN TOMBULU
KABUPATEN MINAHASA

JIMI LAUKINA
15041104048

Makalah ini telah diseminarkan di Program Studi Peternakan,


Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi Manado,
Hari/Tanggal : ………………. 2021

Menyetujui
TIM PEMBIMBING

Ketua, Anggota

Dr. Stanly O. B. Lombogia, S.Pt, M.Si Ir. Zadrak. M. Warouw, M.Si


NIP. 1975102000031001 NIP. 196204241989031009

Mengetahui

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Panitia Seminar Proposal


Kerjasama, Ketua,

Dr. Ir. Nansi M. Santa, SPt, M.Si., IPM Dr. Ir. Meiske L. Rundengan, M.Si
NIP. 198011062005012003 NIP. 195905251987032001
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Seminar Proposal
yang berjudul “Peran Penyuluhan Dalam Peningkatan Pendapatan Peternak Sapi
Di Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa”.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Stanly O. B. Lombogia, S.Pt,
M.Si Dan Ir. Zadrak. M. Warouw, M.Si yang telah mencurahkan waktu dan
tenaga untuk membimbing penulis menyelesaikan proposal ini dengan baik.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal ini sebaik mungkin,
penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan proposal
ini.

Manado, … Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 2
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelian .......................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
1.5. Hipotesis ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
2.1. Analisis Program Penyuluhan .................................................... 4
2.2. Penyuluhan Ternak Sapi Potong ................................................ 6
2.3. Pendapatan Peternak Sapi Potong ............................................. 12
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 16
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................... 16
3.4 Metode Penentuan Sampel ........................................................ 16
3.4 Konsep Dan Definisi Variabel ................................................... 17
3.5 Model Analisis ............................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19
KUESIONER.................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena
tingginya permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga
memberikan keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi
banyak masyarakat di pedesaan Indonesia. Sumber daya peternakan, khususnya
sapi potong merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat di perbaharui dan
berpotensi untuk dikembangkan guna meningkatkan dinamika ekonomi.
Pengembangan sapi potong tentunya tidak terlepas dari peran kelompok tani
ternak dalam mengupayakan ternaknya gar mendapat nilai tambah serta efisien
dalam pengelolaannya. Upaya yang perlu di kembangkan dalam membina dan
memantapkan kelompok peternak adalah memperkuat kelembagaan ekonomi
peternak di pedesaan, untuk itu diperlukan pendekatan yang efektif agar peternak
dapat memanfaatkan program pembangunan yang ada, secara berkelanjuatan,
melalui pertumbuhan rasa memiliki, partisipasi dan pengembangan kreatifitas,
disertai dukungan masyarakat lainnya sehingga dapat berkembang dan
dikembangkan oleh masyarakat di sekitarnya.
Masalah nasional dalam penyediaan sapi potong adalah tidak sebanding
antara kemampuan penawaran produksi dalam negeri dengan permintaan daging
yang cenderung meningkat setiap tahun. Dampaknya adalah terjadi penurunan
populasi akibat dari makin banyaknya ternak yang dipotong sehingga
mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong. Adapun biaya produksi
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan ketika peternakan akan
menghasilkan hasil ternaknya dalam meningkatkan pendapatan.
Pembinaan kelompok peternak sapi potong melalui penyuluhan
merupakan solusi yang tepat untuk menjawab permasalahan kekurangan
pemenuhan permintaan kebutuhan daging dalam meningkatkan pendapatan
peternak sapi potong. Penyuluhan merupakan sebuah intervensi sosial yang
melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar untuk membantu
masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan
dengan baik. Pembinaan kelompok peternak sapi potong dapat diusahakan dengan
cara yang lebih baik dapat memberikan manfaat yang lebih berarti bagi peternak
yang mengusahakannya.
Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa merupakan salah satu
kecamatan yang memiliki potensi sumber daya alam yang mendukung
pemeliharaan ternak sapi. Tahun 2017-2019, terjadi penurunan jumlah populasi
ternak sapi dari 417 ekor menjadi 162 ekor, selanjutnya terjadi kenaikan pada
tahun 2020 dengan jumlah populasi 503 ekor (Kecamatan Tombulu dalam angka,
2021). Berdasarkan hasil observasi di lapangan diketahui bahwa peternak
umumnya memelihara ternak sapi sebagai usaha sampingan dengan rata-rata
jumlah kepemilikan ternak sebanyak 1-2 ekor. Ternak sapi hanya dijadikan
sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual. Model pemeliharaannya yaitu
ternak sapi hanya digembalakan pada padang rumput seadanya dan tidak
dikandangkan.
Potensi sumberdaya alam di Kecamatan Tombulu yang menunjang
pengembangan ternak sapi, belum dapat direspon dengan baik oleh peternak yang
ditunjukkan dengan jumlah populasi ternak sapi yang masih rendah pada tahun
2020, meskipun jumlah tersebut telah terjadi kenaikan. Upaya pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan antara lain dilakukan melalui
penyuluhan dan pendampingan oleh Balai Penyuluh Pertanian di daerah. Kantor
Balai Penyuluh Pertanian (BPP) di Kecamatan Tombulu berlokasi di Desa
Kamangta dengan jarak ke ibukota kecamatan sekitar 7 km. Fungsi BPP antara
lain merencanakan dan melaksanakan program-program penyuluhan dalam hal
informasi, teknologi, sarana produksi bagi kelompok tani pedesaan. Penelitian ini
sangat penting dilakukan untuk mengetahui peran penyuluhan terhadap
peningkatan pendapatan usaha ternak sapi di Kecamatan Tombulu.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana peran penyuluhan meningkatkan pendapatan anggota
kelompok ternak sapi potong
1.3. Tujuan Penelian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan penyuluhan dengan
peningkatan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Tombulu Kabupaten
Minahasa.

1.4. Manfaat Penelitian


a. Sebagai syarat menyelesaikan pendidikan S1 pada Fakultas Peternakan
UNSRAT
b. Sebagai bahan informasi bagi kebijakan strategi pengembangan usaha
peternakan sapi potong

1.5 Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan antara penyuluhan dengan peningkatan usaha
ternak sapi potong di Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa
H1 : Terdapat hubungan antara penyuluhan dengan peningkatan usaha ternak
sapi potong di Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Program Penyuluhan


Penyuluh adalah orang yang memiliki peran tugas atau profesi dalam
memberikan pendidikan, bimbingan dan penerangan kepada masyarakat untuk
mengatasi berbagai masalah, seperti pertanian dan kesehatan sehingga dapat
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Penyuluh juga dikenal dengan sebutan
juru penerang. Penyuluh atau juru penerang menjalankan peranya denga cara
mengadakan ceramah, wawancara, dan diskusi bersama. Pemegang peran ini
dalam bahasa inggris disebut counsellor, yang artinya penasihat. Pemegang peran
seperti ini dalam beberapa bidang kegiatan di Indonesia mempunyai sebutan yang
berbeda-beda. Juru penerang masalah pertanian disebut Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL), dengan tugas mengusahakan perubahan dalam pola pikir dan
perilaku petani agar dapat mencapai produksi pertanian yang lebih tinggi. Nlerum
(2015) yang menunjukan bahwa metode penyuluhan yang baik digunakan adalah
metode demonstrasi kelompok. Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi
pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Menurut Harinta (2011) untuk tercapainya perubahan-perubahan perilaku
peternak demi terwujudnya perbaikan mutu hidup perlu disampaikan melalui
kegiatan penyuluhan dan inovasi tidak hanya sekedar sesuatu yang baru sehingga
dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat. Materi penyuluhan
pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin dikomuniskasikan oleh
seorang penyuluh kepada masyarakat sasarannya. Penyuluh sebagai fasilitator
cukup berperan dalam dalam memfasilitasi kebutuhan sasaranya. Penyuluh
mampu menyediuakan informasi terkait dengan sasaran produksi. Penyuluh juga
ikut aktif dalam kegiatan kelompok ternak. Hal ini sesuai dengan Febrianti
(2015) penyuluh dalam kegiatan kelompok dapat memfasilitasi kelompok.
Persiapan sebelum penyuluhan, yang dilakukan adalah mengunjungi
tempat yang akan disuluh, bertanya tentang program apa yang sedang
dilaksanakan oleh anggota kelompok Ternak. Pertanyaan ini bertujuan agar materi
yang disampaikan oleh penyuluh dapat bermanfaat dan dapat diterapkan di tempat
yang akan disuluh. Persiapan yang dilakukan selanjutnya sebelum melakukan
penyuluhan yaitu menyiapkan materi yang akan disampaikan. Materi dibuat
dalam bentuk power point dengan gambar tulisan yang menarik. Power point ini
bertujuan agar peserta dapat memahami materi yang disampaikan. Materi yang
disampaikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sasaran dimana
kelompok ternak yang kami suluh dalam melakukan manajemen ternak masih
kurang paham terutama pada efisiensi pakannya. Materi disampaikan secara lisan
sesuai dengan materi yang terdapat pada media yang digunakan. Materi yang akan
disampaikan kepada masyarakat sasaran harus dibuat dengan bahasa yang
sederhana dan komunikatif sehingga diharapkan dapat lebih mudah dimengerti
dan dipahami oleh masyarakat. Penyuluh harus mampu berkomunikasi dengan
baik. Presepsi dan partisipasi yang paling penting diperhatikan dan diharapkan.
Menurut Baba (2011), adalah presepsi yang sesuai dengan kebutuhan
peternak, metode yang memberi kesempatan kepada peternak untuk berpartisipasi
serta kemampuan fungsional penyuluh yang dapat menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi peternak dan partisipasi dalam pelaksanaan dan pemanfaatan hasil
penyuluhan.
Menurut Indraningsi (2011) bahwa tingkat presepsi petani ternak terhadap
manfaat penyuluhan dapat ditingkatkan melalui kegiatan penyuluhan yang
intensif, yang semula tergolong baik (kategori sedang) menjadi lebih baik
(kategori tinggi).
Menurut paradigm Laswell, komunikasi adalah ”proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan
efek tertentu” (Effendy, 2011), dimana terdapat lima komponen komunikasi agar
terjadi proses komunikasi, yaitu: komunikator, pesan, media, komunikan dan
pengaruh.

2.2. Penyuluhan Ternak Sapi Potong


Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok
ruminansia terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini
berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan. Sapi potong
telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja
untuk mengolah tanah dengan menejemen pemeliharaan secara tradisional. Pola
usaha ternak sapi potog sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan
bibit atau penggemukan, dan pemeliharaan secara terintegrasi dengan tanaman
pangan maumpun tanaman perkebunan. Sapi potong merupakan jenis ternak yang
mempuyai nilai jual tinggi diantara ternak-ternak lainnya. Umumnya masyarakat
membutuhkan hewan ini untuk dikonsumsi, karena kandungan proteinnya yang
tinggi. Seiring dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut
ketersediaan daging yang juga meningkat, oleh karena itu usaha sapi potong
merupakan salah satu usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Usaha
penggemukan sapi potong saat ini biasanya didominasi oleh peternak besar
maupun kecil. Ada juga beberapa peternak perorangan dibeberapa pedesaan di
Indonesia, sangat jarang di kota-kota besar yang mengalokasikan investasi mereka
pada bisnis ini karena mereka menganggap bisnis ini awam dan tidak memberikan
keuntungan yang besar, padahal pada kenyataannya ini tidak terlalu sulit dan
memberikan keuntungan yang cukup besar. Salah satu permasalahan yang
dihadapi oleh peternak tradisional dalam peternakan sapi adalah produktivitas
adalah pemilihan pakan ternak yang tidak sesuai dengan sistem penggemukan sapi
modern juga system kebersihan kandang yang kurang baik.
Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya
menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan menarik gerobak, kotoran sapi
juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan
oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Organ sapi dapat dimanfaatkan antara lain: 1) Kulit, sebagai bahan industri
tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket. 2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan-
bahan perekat/lem, tepung tulang dan kerajinan tangan. 3) Tanduk, digunakan
sebagai kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masi banyak maanfaat sapi
bagi kepentingan manusia.
Budidaya penggemukan ternak sapi potong mayoritas masih menggunakan
pola tradisional dan skala usaha sampingan. Hal ini dikarenakan besarnya
investasi bila dijalankan secara besar dan modern. Skala usaha kecilpun budidaya
penggemukan ternak sapi potong akan memperoleh keuntungan yang baik bila
dijalankan dengan prinsip budidaya modern. Prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas, dan
Kesehatan) akan membantu budidaya penggemukan ternak sapi potong baik untuk
skala usaha besar maupun kecil. Tujuan penggemukan sapi potong adalah (1)
Meningkatkan kualitas daging; (2) Meningkatkan populasi, produksi dan
produktifitas ternak; (3) Menunjang ketersediaan pangan asal ternak (4)
Meningkatkan pendapatan dan kesehjateraan peternak; (5) Menciptakan lapangan
25 kerja; dan (6) Mendorong ekspor komoditas ternak khususnya daging.
Ngadiyono (2012) menyatakan bahwa dalam mengubah cara tradisional
menjadi cara usaha ternak sapi potong yang inovatif penyuluh dapat memberikan
materi sapta usaha peternakan meliputi :
• Pemilihan Bibit
Bibit menentukan keunggulan produktivitas, bibit yang unggul biasanya
tahan terhadap penyakit. Sapi lokal memiliki beberapa kelebihan, yaitu daya
adaptasinya tinggi terhadap lingkungan setempat, mampu memanfaatkan pakan
berkualitas rendah dan mempunyai daya reproduksi yang baik.
• Perkandangan
Pekandangan mempermudah penanganan ternak yang dilakukan, yakni
ransum yang diberikan dapat dengan mudah dimakan oleh ternak dan peternak
dapat dengan mudah dan bisa lebih teliti melakukan pengendalian pertumbuhan
dan kesehatan ternak (Ngadiyono, 2012).
• Pemberian Pakan
Daya saing industri peternakan ditentukan oleh ketersediaan pakan,
disamping faktor bibit, manajemen dan kesehatan hewan, serta inovasi teknologi
dan faktor-faktor eksternal lainnya. Negara tropis, secara alamiah Indonesia
memiliki keunggulan dalam menghasilkan biomassa selulosa yang merupakan
bahan pakan utama ternak sapi potong. Kekayaan alam tersebut belum
dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung pengembangan ternak sapi
potong tergantung pada musim dan pemanfaatan limbah atau hasil samping
tanaman pertanian.
Pakan adalah bahan yang mengandung nutrisi untuk perawatan tubuh,
pertumbuhan, penggemukan, reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan) serta
laktasi (produksi susu). Biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya
produksi yaitu mencapai 70-80%. Kelemahan sistem produksi peternakan
umumnya terletak pada ketidakpastian tatalaksana pakan dan kesehatan.
Keterbatasan pakan menyebabkan daya tampung ternak pada suatu daerah
menurun atau dapat menyebabkan gangguan produksi dan reproduksi.
• Pengelolaan Reproduksi
Menurut Ngadiyono (2012), pengetahuan tentang sistem perkawinan
dengan inseminasi buatan, pejantan unggul dan lokal; keterampilan mengamati
tanda berahi (vulva merah, bengkak, hangat, keluar lendir, suka menaiki kawan,
gelisah, ekor digerak-gerakkan dan nafsu makan kurang); saat pertama
dikawinkan yaitu pada umur 24 - 30 bulan; dan pengaturan perkawinan sesudah
beranak setelah anak berumur 3 - 4 bulan akan sangat menentukan keberhasilan
pengembangan ternak sapi potong.
• Tata laksana Pemeliharaan
Tatalaksana pemeliharaan ternak sapi dibagi atas 3 (tiga) tujuan
pemeliaharaan yaitu : 1) penggemukan; 2) pembibitan; dan 3) pembesaran anak.
Faktor yang mendukung dalam tatalaksana pemeliharaan ternak sapi tidak terlepas
dari lingkungan, tenaga kerja dan kandang. Lingkungan yang baik diperlukan
ternak untuk kehidupan dan menghasilkan produksi yang lebih baik, apabila suhu
lingkungan terlalu tinggi atau terlalu rendah di luar batas toleransi ternak sapi
potong maka ternak akan mengalami stress (Ngadiyono, 2012).
• Pengendalian Penyakit
Menurut Ngadiyono (2012), pengendalian penyakit adalah usaha
melakukan pencegahan dan pemberantasan terhadap penyakit yang menyerang
ternak. Pengendalian penyakit diupayakan dengan melakukan sanitasi ternak,
kandang dan lingkungan serta vaksinasi. Yulianto (2012) menyatakan
pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan pengobatan dan pemisahan
terhadap ternak yang sakit, vaksinasi dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap serangan penyakit.
• Pemasaran
Pemasaran ternak sapi potong selama ini begitu panjangnya mata rantai
yang harus dilewati hingga sampai ke konsumen akhir, berupa daging. Pemasaran
ternak sapi potong dimulai dari pedesaan, peternak umumnya menjual sapi potong
kepada pedagang pengumpul di tingkat desa, untuk seterusnya dibawa atau dijual
ke pasar hewan atau ke pedagang lainnya di tingkat kecamatan. Pedagang ternak
dari kota besar datang membeli ternak sapi potong untuk selanjutnya dijual
kepada penjagal di RPH atau kepada agen penjual daging, yang seterusnya
didistribusikan kepada penjual daging di pasar, yang kemudian dibeli oleh
konsumen akhir (Ngadiyono, 2012).
Pemasaran ternak sapi potong selama ini begitu panjangnya mata rantai
yang harus dilewati hingga sampai ke konsumen akhir, berupa daging. Pemasaran
ternak sapi potong dimulai dari pedesaan, peternak umumnya menjual sapi potong
kepada pedagang pengumpul di tingkat desa, untuk seterusnya dibawa atau dijual
ke pasar hewan atau ke pedagang lainnya di tingkat kecamatan. Pedagang ternak
dari kota besar datang membeli ternak sapi potong untuk selanjutnya dijual
kepada penjagal di RPH atau kepada agen penjual daging, yang seterusnya
didistribusikan kepada penjual daging di pasar, yang kemudian dibeli oleh
konsumen akhir (Ngadiyono, 2012).
2.3. Pendapatan Peternak Sapi Potong
Kondisi agroekosistem di Indonesia sebenarnya cukup baik karena
Indonesia sebagai negara agraris berpotensi dalam pengembangan pertanian
termasuk sub sektor peternakan, karena sumber daya alamnya sangat mendukung
dengan kondisi fisik lingkungan ekologi yang dapat dimodifikasi oleh
sumberdaya manusia. Tersedianya hijauan pakan ternak yang cukup jumlah dan
mutunya, merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan usaha
dalam pengembangan ternak sapi potong, baik berskala besar, sedang maupun
kecil.
Pendapatan peternak dipengaruhi oleh jumlah ternak yang dipelihara,
semakin banyak ternak yang dipelihara, semakin banyak keuntungan yang akan
diterima oleh peternak. Hadi (2012) menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah
uang yang diterima oleh peternak dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan
produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Pendapatan bagi investor kurang penting
dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah
dikurangi pengeluaran. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting
dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut.
Tingkat pendapatan yang dapat diterima atau yang dapat diperoleh dari
suatu kegiatan usaha peternakan dapat diukur dengan suatu alat analisis.
Kegunaan alat analisis ini penting bagi pemilik faktor produksi, karena ada dua
tujuan analisis pendapatan yaitu, menggambarkan keadaan yang akan datang dari
perencanaan atau tindakan dan menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan
usaha.
Perlunya analisis usaha peternakan bukan saja untuk kepentingan peternak,
tetapi juga untuk para penyuluh peternakan. Melakukan analisis usaha ternak
berarti ingin mengetahui berapa besar keuntungan yang diperoleh peternak dalam
mengusahakan usaha ternaknyanya. Analisis biaya seringkali berguna bagi
peternak dan pengelola hasil-hasil pertanian dalam membuat keputusan,
menentukan apakah suatu usaha peternakan menguntungkan atau tidak dan
memungkinkan luas usaha yang akan dikelola. Biaya dalam unit usaha ternak,
mempunyai peranan yang amat penting dalam pengambilan keputusan. Besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu, menentukan besarnya harga
pokok dari produk yang dihasilkan.
Penentuan yang termasuk dalam biaya tetap dan biaya variabel tergantung
pada sifat dan waktu pengambilan keputusan, dengan mengetahui jumlah
penerimaan total dan jumlah pengeluaran total, maka seorang peternak akan
dengan mudah untuk mengetahui apakah usaha ternak yang dikelolanya
menguntungkan atau merugikan. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang
harus dikeluarkan produsen untuk memperoleh faktor-fator produksi dan bahan
penunjang lainnya agar produk tertentu yang telah direncanakan dapat dapat
terwujud dwngan baik. Biaya produksi digolongkan menjadi biaya tetap dan biaya
tidak tetap (Taufik, 2013) .
Pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari semua
cabang dan sumber di dalam usaha ternak selama satu tahun, yang dapat
diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali.
Pemahaman tentang teori-teori biaya produksi agar suatu perusahaan dapat
memperhitungkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu
hasil produksi kususnya hasil ternak sapi potong. Penyuluhan berperan penting
dalam memberikan pemahaman atau teori-teori kepada kelompok peternak
kususnya ternak sapi potong salah satunya dalam menghemat biaya produksi
untuk meningkat pendapatan kelompok peternak sapi potong.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tombulu Kabupaten Minahasa,
selanjutnya pengambilan data dilakukan selama bulan Juni 2021.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis penelitian yaitu kualitatif-deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan kondisi apa adanya, tanpa memberi perlakuan atau manipulasi
pada variable yang diteliti. Jenis penelitian deskriptif kualitatif merupakan jenis
penelitian dengan proses memperoleh data bersifat apa adanya (Nana, 2011).
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dari peternak melalui wawancara mendalam menggunakan daftar
pertanyaan atau kuesioner yang sudah disusun sebelumnya. Data sekunder
diperoleh dari hasil publikasi dari instansi di Kecamatan Tombulu Kabupaten
Minahasa yaitu Badan Pusat Statistik dan Balai Penyuluh Pertanian.

3.3 Metode Penentuan Sampel


Penentuan lokasi menggunakan metode purposive sampling (Sugiyono,
2014) yang lokasi ditentukan dengan secara sengaja di Kecamatan Tombulu
berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang
memiliki populasi ternak sapi dan memiliki jarak yang dekat dengan Kota
Manado. Desa sampel selajutnya ditentukan menggunakan metode total quota
sampling yaitu semua desa yang memiliki populasi ternak sapi, sehingga terpilih
Desa Kamangta, Desa Koka dan Desa Tombuluan.

3.4. Konsep Dan Definisi Variabel


1. Peran Sebagai Motivator; adalah kemampuan penyuluh memberikan
motivasi kepada peternak sapi potong yang diukur dengan skor dari nilai
persepsi responden.
2. Peran Sebagai Edukator; adalah peran penyuluh sebagai pendidik dalam
hal menyampaikan inovasi teknologi kepada peternak sapi potong yang
diukur dengan skor dari nilai persepsi responden.
3. Peran Sebagai Fasilitator; adalah peran penyuluh dalam peran penyuluh
dalam mendukung terselanggaranya proses pembelajaran peternak dengan
baik yang diukur dengan skor dari nilai persepsi responden.
4. Peran Sebagai Komunikator; adalah pihak yang bertindak sebagai
pengirim pesan kepada komunikan dalam sebuah proses komunikasi,
yang diukur dengan skor dari nilai persepsi responden

3.5. Model Analisis


1. Analisis Deskriptif, yaitu mengdeskripsikan secara kualitaf terhadap data
yang diperoleh dari hasil survey penelitian.
2. Untuk mengetahui hubungan antara peran penyuluh dengan peningkatan
usaha ternak sapi potong analisis korelasi Rank Spearman dengan rumus
koefisien korelasi Rank Spearman (rs) adalah sebagai berikut

Dimana :
rs : koefisien korelasi rank spearman:
n : ukuran sampel
di : selisih ranking antar variable untuk mengetahui tingkat keeratan
hubungan

Data yang akan diuji dalam analisi ini, diperoleh dari penentuan
skor model skala Likert, dengan langkah-langkah:
• Mengumpulkan pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan sikap yang
akan diukur. Identifikasi secara jelas sikap tersebut positif atau negatif.
• Memberikan pernyataan-pernyataan tersebut kepada responden yang
dijadikan sampel penelitian.
• Responden diminta untuk menjawab atau menjelaskan setiap pilihan
pernyataan dengan pilihan santa berperan, berperan, ragu- ragu, tidak
berperan dan sangat tidak berperan dengan memberi skor 1 s/d 5.
DAFTAR PUSTAKA

Baba , S., Isbandi, T. Mardikanto, dan Waridin. 2011 Pengaruh presepsi dan
tingkat partisipasi dalam penyuluhan terhadap kinerja usaha ternak Sapi
Perah di Kabupaten Enrekang. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Universitas Diponegoro Semarang. :208-216.

Effendy. 2011. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung, Rosda

Febreanti C, Marina S, Alim S. 2015 Peran penyuluh dalam meningkatkan


dinamika kelompok peternak itik. Jurnal UNPAD. 4:1-14.

Harinta, Y.W. 2011. Adopsi inovasi pertanian dikalangan peteni di Kecamatan


Gatak Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Agrin 15 (2) : 164-174.

Nlerum, F.E, and P.D.Akanji. 2015. Analysis of agricultural extension teaching


methods of bayelsa and rivers state agrikultural development
programmers. Canadian Open Applied Sociology Journal 1.1 (1) : 1-6.

Indraningsi, K. S. 2011 pengaruh penyuluhan terhadap keputusan petani dalam


adopsi Inovasi Teknologi Usahatani Terpadu. jurnal Agro Ekonomi. 29
(1) : 1-24.

Ngadiyono, N. 2012. Beternak Sapi Potong Ramah Lingkungan. PT Intan Sejati


Klaten.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Yulianto, P dan Chayo Saparinto. 2012. Beternak Sapi Limousin. Jakarta :


Penebar Swadaya.
KUISIONER

PERAN PENYULUHAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN


PETERNAK SAPI DI KECAMATAN TOMBULU KABUPATEN
MINAHASA

Kuisioner ini merupakan salah satu sumber data yang diperlukan oleh
peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi dan diharapkan
Bapak/Ibu dapat mengisi daftar pertanyaan ini secara benar dan semua infomasi
yang bersifat pribadi akan dirahasiakan, untuk itu bantuan Bapak/Ibu diucapkan
terima kasih.

• Identitas Responden
• Nama :
• Umur :
• Jenis Kelamin :
• Pekerjaan :
• Tingkat Pendidikan Terakhir :
• Pengalaman Beternak : ……. tahun
• Jumlah Ternak : ……. Ekor
• Status kepemilikan ternak : Milik sendiri / kelompok
• Anggota Dari Kelompok Ternak : Ya / Tidak

• Keadaan Peternakan Sapi


• Modal Untuk Melakukan Usaha Ternak Sapi
• Bantuan pemerintah b. Modal sendiri
• Berapa orang tenaga kerja dalam mengurus ternak sapi : … Orang
• Sumber bibit ternak sapi diperoleh dari mana?
• Hasil kawin alami b. Bantuan pemerintah
• Lahan pengembalaan milik siapa?
• Milik sendiri b. Milik orang lain
• Apakah ditempat saudara tersedia lahan pengembalaan ternak sapi
potong?
• Ya b. Tidak

• Peningkatan Populasi
• Berapakah jumlah sapi potong sebelum kegiatan penyuluhan?
• Jantan …. Ekor
• Betina …. Ekor
• Apakah pernah mendapat materi penyuluhan tentang peternakan
sapi?
• Pernah b. Tidak pernah
• Berapa kali mendapat materi penyuluhan? … kali.
• Siapa yang memberi materi penyuluhan? ……………………………
• Apakah setelah mengikuti penyuluhan terjadi peningkatan pendapatan
ternak sapi ?
• Ya b. Tidak

• Motivator
• Apakah penyuluh mendorong peternak untuk meningkatkan
keterampilan dalam berternak sapi ?
• Ya b. Tidak
• Apakah penyuluh mendorong peternak untuk meningkatkan hasil
produksi petrrnak sapi?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh mendorong peternak sapi untuk mengikuti pelatihan
yang diadakan penyuluh, maupun dinas peternakan/pemerintah ?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh mendukung kegiatan-kegiatan yang diberikan oleh
pemerintah tentang peternakan sapi?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh mendukung kegiatan-kegiatan yang diadakan untuk
meningkatkan pendapatan dari berternak sapi?
• ya b. Tidak

• Edukator
• Apakah penyuluh memberikan pelatihan kepada peternak sapi?
• ya b. Tidak
• Apakah penyuluh memberikan ide/gagasan kepada peternak sapi?
• ya b. Tidak
• Apakah penyuluh mempraktikkan secara langsung setelah
memberikan ide/gagasan kepada peternak sapi?
• ya b. Tidak
• Apakah penyuluh mendemonstrasikan cara memelihara dan cara
merawat ternak sapi?
• ya b. Tidak
• Apakah penyuluh memberi informasi tentang pemasaran ternak sapi?
• ya b. Tidak

• Fasilitator
• apakah penyuluh membantu peternak untuk mendapatkan modal baik
pengetahuan maupun dana untuk pengembangan dalam peternakan
sapi?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh membantu peternak sapi untuk mengikuti pelatihan
yang diadakan oleh lembaga pemerintah atau swasta untuk
pengembangan peternakan sapi?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh membantu peternak melakukan kerjasama dengan
lembaga pemerintah atau dinas perternakan ?
• ya b. Tidak
• apakah penyuluh membantu peternak sapi melakukan kerjasama
dengan peternak sapi lain?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh membantu dalam menyusun program kerja dan
rancangan peningkatan kualitas dalam berternak sapi?
• Ya b. Tidak
• Apakah penyuluh membantu untuk memasarkan hasil produksi
peternakan?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh memfasilitasi peternak dalam mengakses informasi
dari berbagai narasumber tentang peternakan sapi?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh memfasilitasi setiap pertemuan kelompok peternak?
• Ya b. Tidak

• Komunikator
• apakah penyuluh menyampaikan materi penyuluhan mampu
berkomunikasi dengan baik ?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh menyampaikan informasi tentang peternakan dengan
baik (mudah dimengerti) ?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh penyuluh menggunakan media cetak dalam
kegiatan penyuluhan?
• Ya b. Tidak
• apakah mendengarkan keluh-kesah peternak ketika melakukan
kegiatan penyuluhan ?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh memiliki pengetahuan teknis dan praktik peternakan
yang baik saat menyampaikan materi penyuluhan ketika ada
pertanyaan dari peternak ?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh mengelola komunikasi internal (kelompok ternak)
dengan eksternal (pemerintah maupun mitra usaha) dengan baik ?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh menyampaikan informasi tentang pentingnya
kelompok dan bergabung di dalam kelompok?
• Ya b. Tidak
• apakah penyuluh mampu membimbing peternak dengan baik?
• Ya b. Tidak

Anda mungkin juga menyukai