Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA


(PE) DENGAN PETERNAK KAMBING KACANG, DI DESA BOYEMARE,
KECAMATAN SAKRA BARAT, KABUPATEN LOMBOK TIMUR

Oleh

Saqinah
B1D020227

Proposal Penelitian
Diajukan Untuk Menyusun Skripsi

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM

2023
HALAMAN PENGESAHAN

PERBANDINGAN PENDAPATAN PETERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA


(PE) DENGAN PETERNAK KAMBING KACANG, DI DESA BOYEMARE,
KECAMATAN SAKRA BARAT, KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Oleh
Saqinah
B1D020227
Menyetujui:

Dr. Ir. Hermansyah, M.Si Dr. Moh. Taqiuddin, S.Pt., M.Si


NIP. 19621125 199201 1001 NIP. 19760112 200501 1001

Pembimbing I Pembimbing II

Mengesahkan:
Fakultas Peternakan Universitas Mataram
Program Studi Peternakan

Dr. Ir. I Wayan Wariata, M.Si


NIP. 19611231 198703 1016

Tanggal,

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas


segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “Perbandingan Pendapatan Peternak Kambing
Peranakan Ettawa (PE) Dengan Peternak Kambing Kacang, di Desa Boyemare,
Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur” Untuk memenuhi persyarat
untuk mengajukan proposal penelitian di Fakultas Peternakan, Universitas
Mataram.
Proses penyusunan proposal ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan proposal ini. Melalui
kesempatan baik ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan
dukungan dan semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal
penelitian ini.
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Ali S.Pt., M.Si., Ph.D., Selaku dekan Fakultas
Peternakan Universitas Mataram.
3. Bapak Dr. Ir. I Wayan Wariata, M.Si., Selaku Ketua Program Studi
Peternakan.
4. Bapak Dr. Ir. Hermansyah, M.Si., Selaku Dosen Pembimbing Pertama.
5. Bapak Dr. Moh. Taqiuddin, S.Pt., M.Si., Selaku Dosen Pembimbing
Kedua
6. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan selalu
ada dalam suka maupun duka.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna dan
masih meliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang terlihat.

Mataram, Januari,2024

iii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER ................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4
2.1. Kambing Peranakan Ettawa (PE) .................................................................... 4
2.2. Kambing Kacang ............................................................................................ 5
2.3. Pengertian Pemasaran ..................................................................................... 6
2.4. Pengertian Pendapatan .................................................................................... 7
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 10
3.1 Waktu dan Lokasi ............................................................................................ 10
3.2 Metode Penelitian ............................................................................................ 10
3.3 Metode Penentuan Sampel ............................................................................... 10
3.4 Variabel dan Pengukuran Variabel .................................................................... 11
3.5 Analisis Data ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 14

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Table 1 Populasi kambing di Desa Boyemare bulan Juli 2024 .................................. 11


Table 2 Variabel Penelitian ...................................................................................... 11

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sektor peternakan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di


Indonesia selain sebagai kebutuhan protein bagi penduduk negeri peternakan
juga meningkatkan perekonomian masyarakat. Sementara itu, salah satu
peternakan yang cukup banyak dibudidayakan adalah kambing. Data (BPS)
menunjukkan jumlah kambing di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun
2020 mencapai 70.9768 ekor, pada tahun 2021 sebanyak 71.1 450 ekor dan
pada tahun 2022 mencapai 81.5456.
Desa Boyemare merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Sakra
Barat, Kabupaten Lombok Timur. Desa ini merupakan salah satu desa yang
memiliki mata pencaharian petani dan peternak. Budidaya kambing peranakan
ettawa (PE) dan kambing kacang merupakan alternatif pilihan masyarakat
Boyemare karena kambing mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar,
mudah dijual, mudah berkembang biak, dan mudah dipelihara, hal tersebut
menjadi alasan terbesar dalam beternak kambing peranakan ettawa (PE) dan
kambing kacang, alasan lain dipilihnya kambing adalah karena harga yang
dapat dijangkau oleh peternak dengan harga beli Rp. 500.000 – Rp.1.500.000.
Karena kemampuan modal peternak, peternak hanya mampu memiliki 1-2
ekor kambing untuk selanjutnya dikembangbiakkan. Hampir tidak ada petani
yang memelihara kambing sebagai usaha penggemukan, hal ini juga
mengakibatkan modal yang digunakan lama untuk dikembalikan dan bukan
sebagai usaha dengan prospek yang baik.
Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah dari
India dengan kambing Kacang dengan 50% lebih tinggi kambing Etawah.
Kambing PE cukup potensial dikembangkan sebagai penyedia daging dan
susu (Sudrajat et al., 2021; Viyunnur et al., 2012). Selain kambing peranakan
ettawa (PE) masyarakat Desa Boyemare juga memelihara kambing kacang.
Kambing kacang adalah ras unggulan kambing yang pertama kali
dikembangkan di Indonesia. Kambing kacang merupakan kambing lokal
Indonesia, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat
serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Hal ini yang menjadi
alasan kenapa kambing kacang dipilih untuk dikembangbiakan di Desa
Boyemare.
Aspek – aspek yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
peternakan kambing salah satu yang harus diperhatikan adalah pemasaran.
Pemasaran adalah serangkaian kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk
memindahkan produk dari titik produsen ke titik konsumen. Perhitungan biaya
produksi pada suatu usaha sangat diperlukan tak terkecuali usaha ternak
kambing. Menurut Kamal dan Rahardja (1985) dalam (Suryanto et al., 2007),
biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu
produk tertentu. Biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan
biaya variabel.
Masyarakat Desa Boyemare menjadikan beternak kambing peranakan
ettawa (PE) dan kambing kacang sebagai kegiatan sampingan setelah Bertani,
namun tetap melakukan penjualan terhadap ternak yang dipelihara dengan
tujuan mendapatkan keuntungan. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik
untuk mengetahui perbandingan pendapatan peternak kambing peranakan
ettawa (PE) dan kambing kacang di Desa Boyemare, Kecamatan Sakra Barat
Kabupaten Lombok Timur.

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tentang “Perbandingan Pendapatan
Peternak Kambing Peranakan Ettawa (PE) Dengan Peternak Kambing
Kacang, di Desa Boyemare, Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten Lombok
Timur”, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Berapa besar tingkat pendapatan peternak kambing peranakan ettawa (PE)
di bandingkan dengan pendapatan peternak kambing kacang di Desa
Boyemare.
2. Kambing jenis apa yang memiliki keuntungan paling tinggi di Desa
Boyemare.

2
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitin ini yaitu:
1. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan peternak kambing peranakan
ettawa (PE) dibandingkan dengan pendapatan peternak kambing kacang
di Desa Boyemare.
2. Untuk mengidentifikasikan jenis kambing berdasarkan tingkat
keuntungan di Desa Boyemare.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian dengan judul “Perbandingan Pendapatan Peternak
Kambing Peranakan Ettawa (PE) Dengan Peternak Kambing Kacang, di Desa
Boyemare, Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur” yaitu:
1. Bagi peternak, sebagai informasi serta masukan untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha ternak kambing, serta mengetahui kambing jenis
apa yang memiliki pendapatan paling besar.
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dalam merencanakan
penelitian serupa di tempat lain.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kambing Peranakan Ettawa (PE)


Populasi kambing di Indonesia terbilang cukup besar dan tersebar
luas dengan jenis kambing kacang menempati urutan pertama diikuti jenis
kambing lain diantaranya kambing Peranakan Etawa (PE). Walaupun jenis
kambing sangat banyak di Indonesia namun dalam pemeliharaannya hanya
dapat dibedakan untuk tiga tujuan utama, yakni sebagai penghasil daging
(kambing potong), penghasil susu (kambing perah), dan dwiguna (Mulyono &
Sarwono, 2008; Nafiu et al., 2020).
Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan salah satu kambing perah
yang cukup potensial sebagai penyedia protein hewani (daging dan susu)
(Arief & Rahim., 2007; Nafiu et al., 2020b; Widodo et al., 2012). Sifat Kuantitatif
dan kualitatif dari seekor ternak umumnya jarang terpisahkan karena
memiliki keterkaitan yang sangat penting. Ciri-ciri kambing peranakan etawa
antara lain dibagi ke dalam 3 bagian yaitu kepala, badan, dan kaki, dimana
tubuh yang dimiliki kambing cukup besar biasanya bagian tubuh corak hitam
putih, tinggi badan 75-100 cm daun telinga panjang 18-19 cm, muka
cembung, bulu pada paha belakang panjang, dan berat badan Jantan 40 kg
dan betina 35 kg. Ambing pada kambing PE sangat besar bila dibandingkan
dengan jenis kambing perah lainnya seperti saanen, sapeera, jawarandu
(Febrianto et al., 2019; Saifuddin, 2003).
Kambing perah PE betina pada berbagai periode yaitu mulai dara
sampai dengan laktasi dalam proses pewarisan genetik sangatlah penting
ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan, lingkar dada, dan tinggi badan
dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukkan produktivitas dari suatu
ternak. Febrianto et al., (2019) menyatakan bahwa karakteristik ukuran tubuh
kambing perah pada periode dara dan laktasi 1 sudah sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) yang ada yaitu pada periode dara didapatkan
panjang badan 64,14 cm lingkar dada 73,21 cm dan tinggi badan 54,42 cm,

4
pada laktasi 1 panjang badan 71,75 cm, lingkar dada 84,06 cm, tinggi badan
55,53 cm.
Kambing termasuk ternak yang prolifik, dapat beranak kembar dua,
bahkan kembar tiga sepelahiran walaupun persentasenya rendah. Faozi et al.,
(2013) melaporkan bahwa tipe kelahiran berpengaruh terhadap berat sapih
anak kambing. Anak kambing yang dilahirkan tunggal memiliki berat tubuh
lebih tinggi dibandingkan yang dilahirkan kembar. Kompetisi diantara
saudara kembar dalam memperoleh air susu induk diduga sebagai penyebab
rendahnya berat sapih anak kambing yang dilahirkan kembar. Febrianto et al.,
(2019) melaporkan bahwa tipe kelahiran tunggal pada kambing PE yang
dipelihara intensif menampilkan berat lahir dan berat badan umur 90 hari
yang lebih tinggi dibandingkan tipe kelahiran kembar. Penampilan berat lahir
dan berat badan umur 90 hari yang tinggi juga diperlihatkan pada kambing
PE jantan dibandingkan yang betina, namun perbedaan tipe kelahiran maupun
jenis kelamin tidak memperlihatkan perbedaan pertambahan berat badan
sejak lahir hingga umur 90 hari pada kambing PE yang dipelihara intensif.
Bagi peternak kambing peranakan ettawa (PE), pemasaran memegang
peranan penting di bidang peternakan bagi pengusaha. Pemasaran adalah
proses perpindahan suatu produk dari produsen ke konsumen. Penjualan atau
pemasaran hewan tersebut merupakan salah satu bentuk upaya untuk
mengembangkan peternakan kambing peranakan ettawa di kalangan
masyarakat agar populasi kambing peranakan ettawa dapat tersebar luas.
Keuntungan pemasaran lainnya bagi peternak adalah tercapainya tujuan
produksi yaitu. mendapatkan keuntungan dari beternak kambing peranakan
ettawa.

2.2. Kambing Kacang


Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia yang memiliki
bobot badan lebih kecil dibandingkan bangsa kambing lainnya. Ciri-ciri
kambing kacang adalah telinga kecil dan berdiri tegak, memiliki tanduk, profil
wajah lurus, ekor kecil dan tegak, ambing kecil dengan konformasi baik dan
puting yang relatif besar, warna tubuhnya gelap dan coklat dengan kondisi

5
bulu kambing betina pendek dan kasar sedangkan pada yang jantan lebih
panjang daripada betina (Boer Indonesia, 2008; Mendes, 2015).
Beberapa keunggulan kambing kacang adalah mempunyai daya
adaptasi pada lahan tandus dengan ketersediaan pakan yang terbatas, serta daya
tahan terhadap penyakit (Azmidaryanti et al., 2017; Ridha, 2013). Secara
biologis ternak kambing cukup produktif dan mudah dalam pengembangannya,
serta mampu berproduksi pada lingkungan yang kurang baik. Maria et al.,
(2015) melaporkan bahwa penampilan produksi kambing kacang jantan dari
berbagai kelompok umur menunjukkan bobot badan kambing jantan dari
berbagai kelompok umur yaitu anak, muda dan dewasa adalah 6,89±2,52;
14,21±2,27 dan 24,31±4,53. Koefisien variasi 36,57%; 15,97%; 10,70%.
Tinggi pundak kambing kacang jantan dari berbagai kelompok umur anak,
muda dan dewasa adalah 35,36±5,40; 44,95±3,33 dan 52,98±4,32 dengan
koefisien variasi 15,27%; 7,40% dan 8,15%. Panjang badan kambing kacang
jantan dari berbagai kelompok umur adalah 31,53±6,17; 39,93±2,69 dan
49,02±4,81 dengan koefisien variasi 19,54%; 6,71%; 9,81%. Lingkar dada
kambing kacang dari berbagai kelompok umur adalah 41,46±6,64; 53,53±3,28
dan 67,72±6,09 dengan koefisien variasi 16,01%; 6,17% dan 8,99%.

2.3. Pengertian Pemasaran


Pemasaran pada prinsipnya merupakan proses kegiatan penyaluran
produk yang dihasilkan oleh produsen agar dapat sampai kepada konsumen.
Produsen kambing baik perusahaan peternakan maupun peternakan rakyat
pemasaran mempunyai peran yang penting, setelah produk dalam hal ini ternak
dihasilkan peternak pasti menginginkan ternaknya cepat sampai dan diterima
oleh konsumen.
Pemasaran adalah suatu proses kegiatan atau aktivitas untuk
menyalurkan sebuah produk (barang atau jasa) kepada masyarakat (para
konsumen), dimana kegiatan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan para konsumen tersebut, sehingga dalam kegiatan tersebut dapat
menguntungkan kedua belah pihak yaitu perusahaan atau pengusaha
mendapatkan laba, sedangkan konsumen mendapatkan kepuasan. Tujuan dan
tugas pemasaran adalah menentukan produk (barang dan jasa) yang di

6
butuhkan oleh konsumen serta mengetahui bagaimana keinginan atau karakter
seorang konsumen sehingga mau melakukan transaksi pembelian produk-
produk tersebut dan akhirnya konsumen tersebut puas dan melakukan
pembelian ulang sehingga tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan
dapat tercapai(Penulis et al., 2023).
Menurut Rangkuti (2017) “pemasaran adalah suatu proses kegiatan
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosail, budaya, politik, ekonomie, dan
manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-
masing individu maupun kelompok mendapatkan kabutuhan dan keinginan
dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki
nilai komoditas”.
Sistem pemasaran ternak khususnya ternak kambing samapi saat ini
masih sederhana, jalur yang dilewati dari produsen ke konsumen masih sangat
panjang, peran pedagang dan blanktin dalam proses jual beli ternak masih
besar yang akan menyebabkan harga yang diterima peternak menjadi kecil,
karena peternak tidak memiliki posisi tawar.

2.4. Pengertian Pendapatan


Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh dari
penjualan produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, karkas, susu,
pupuk dan produk lainnya merupakan komponen pendapatan. Jumlah uang
yang diterima dan dikurangi dengan biaya variabel, maka sisanya disebut
pendapatan. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah semua
biaya variabel termasuk biaya tetap operasional tertutupi. Hasil
pengurangannya positif berarti untung, hasil pengurangannya negatif berarti
rugi.
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang
dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan
keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian
tersebut menitik beratkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi
selama satu periode, dengan kata lain pendapatan adalah jumlah harta kekayaan
awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode,
bukan hanya yang dikonsumsi.

7
Pendapatan peternak juga dipengaruhi penggunaan faktor produksi oleh
peternak dan penerimaan. Faktor produksi tersebut antara lain status
tanah/lahan, kandang, peralatan, bibit, pakan, obat dan jamu, tenaga kerja
upahan, listrik dan transport. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk keperluan
usaha peternakan kambing antara peternak yang satu dengan yang lainnya akan
berbeda tergantung kemampuan (finansial dan pengetahuan) peternak
(Stepanus, 2008).
Menurut Surya (2009). menyatakan bahwa beberapa karakteristik sosial
peternak yang diduga berpengaruh terhadap penentu pendapatan usaha para
peternak yaitu:
1. Skala Usaha/JumlahTernak
Usaha yang bersifat tradisional diwakili oleh petani dengan lahan
sempit yang mempunyai 1-7 ekor ternak. Berdasarkan kepemilikan
lainnya, petani Indonesia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) petani
yang tidak memiliki lahan (landlesslabor); (2) petani pemilik lahan; dan
(3) petani pemilik penyewa penggarap, artinya selain menyewa lahan juga
memiliki lahan sendiri.
2. Umur Peternak
Semakin tinggi usia seseorang semakin kecil ketergantungannya
kepada orang lain atau semakin mandiri. Semakin muda usia peternak
(usia produktif 20- 45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap
sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi
teknologi semakin tinggi.
3. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan pedagang atau peternak maka
akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya
akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya.
4. Pengalaman
Pengalaman seseorang dalam berusaha tani berpengaruh terhadap
penerima inovasi dari luar. Faktor penghambat berkembangnya peternakan
pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim,
keadaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputam atau

8
penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak sangat
menguntungkan pula perkembangan peternakan didaerah itu.
5. TenagaKerja
Tenaga kerja merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang
tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi.
Tenaga kerja berkaitan erat dengan konsep penduduk, dalam hal ini
pengertian tenaga kerja adalah semua penduduk usia kerja (17 – 65 tahun)
yakni penduduk yang potensial dapat bekerja dan yang tidak bekerja tetapi
siap untuk bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi


Penelitin ini dilaksanakan di Desa Boyemare pada bulan Februari 2024.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan karena peternakan yang di jalankan, berjalan dengan baik namun
belum melakukan perhitungan secara baik mengenai pendapatan serta
kelayakan dalam beternak yang dijalani.

3.2 Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey. Menurut
Singarimbun & Effendi S., (1991) dalam survei, informasi dikumpulkan dari
responden dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan instrument tersebut
dibuat daftar pertanyaan secara terstruktur yang bersifat terbuka. Pada tahap
pengumpulan data dilakukan.
1. Wawancara (interview) yaitu pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara secara langsung kepada responden.
2. Dokumentasi yaitu pengumpulan data berdasarkan dokumen dokumen
yang mendukung Data penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancar, sedangkan data
sekunder di dapatkan dari jurnal, koran, dokumen Dinas/Instansi terkait.

3.3 Metode Penentuan Sampel


Penelitian ini dilakukan di Desa Boyemare dengan pengambilan empat
dusun sampel secara purposive, yaitu Boyemare Timur, Boyemare Tengah,
Boyemare Selatan dan Boyemare Barat. Sampel diambil secara purposive
sampling, dengan 30 peternak yang terdiri dari 15 peternak kambing peranakan
ettawa (PE) dan 15 peternak kambing kacang sebagai responden dengan
ketentuan tidak menjadikan peternak yang beternak kambing campuran sebagai
sampling. Menurut Sugiyono, (2019) purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Artinya pengambilan sampel
didasarkan pada pertimbangan atau kriteria tertentu yang telah dirumuskan

10
terlebih dahulu oleh penelti.. Populasi kambing menurut dusun di Desa
Boyemare tertera pada Table 1.

Table 1 Populasi kambing di Desa Boyemare bulan Juli 2024

No. Dusun Populasi kambing (Ekor) Peternak (orang)

1. Boyemare Timur 369 39


2. Boyemare Tengah 242 22
3. Boyemare Selatan 204 17
4. Boyemare Barat 37 7
Total 852 85
Sumber: prapeneliti (2024)

3.4 Variabel dan Pengukuran Variabel


Menurut (Sugiyono, 2019) Variabel merupakan segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pendapatan peternak
kambing peranakan ettawa (PE) dan peternak kambing kacang, dengan
indikator penerimaan yang diperoleh dari beternak dan biaya tunai yang terdiri
dari biaya tetap dan biaya variabel seperti yang tercantum pada Table 2.

Table 2 Variabel Penelitian

Variabel Sub variabel Indicator pengukuran Kambing Kambing


PE Kacang
Pendapatan Total Penerimaan Usaha
Penerimaan o Penjualan Kambing
Total Biaya Biaya Tetap (Fixed
(TC) Cost)
o Penyusutan kandang
o Retribusi
o alat
Biaya Variabel
(Variabel Cost)
o Pembelian Kambing
o Pakan

11
o Obat ternak
o Listrik
o Air
o Transportasi

3.5 Analisis Data


Analisi data yang digunakan Untuk mengetahui seberapa besar
pendapatan peternak kambing maka digunakan rumus:

TR = P x Q

Keterangan :

TR = Total pendapatan

P = Harga Produk

Q = Total penjualan

Sedangkan keuntungan usaha merupakan pengurangan pendapatan total


dengan biaya total. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Rahim &
Hastuti, 2007)

π = TR – TC
Keterangan:
π = Keuntungan (Rp)
TR = Total Pendapatan (Rp)
TC= Total Biaya (Rp)

Total biaya terbagi atas dua variabel yaitu sebagi berikut:

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)


2. Biaya Variable (Variable Cost)
Berdasarkan hasil dari perolehan jumlah perbandingan pendapatan dari
peternak dilakukan penjumlahan agar didapatkan gambaran pendapatan
untuk jumlah ternak yang dipelihara Peternak kemudian menggunakan uji t

12
test untuk mengetahui perbandingan pendapatan peternak kambing
peranakan ettawa (PE) dengan peternak kambing kacang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arief, & Rahim. F. (2007). Hubungan Bobot Badan, Lingkar Ambing, dan Umur
Induk Terhadap Produksi Susu Sapi Fries Holland di Kelompok Tani
Permata Ibu Padang. Universitas Andalas.
Azmidaryanti, R., Misrianti, R., Siregar, D. S., Islam, U., Sultan, N., Kasim, S.,
Kampus, R., Raja, I. I., Haji, A., & Soebrantas, J. (2017). Perbandingan
Morfometrik Kambing Kacang yang Dipelihara Secara Semi Intensif dan
Intensif di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau Comparison Morphometric of
Kacang Goat in Intensive and Semi Intensif System in Kampar, Riau
Province.
Boer Indonesia. (2008). Tujuh plasma nutfah kambing lokal Indonesia. .
Http://Www.Boerindonesia.Co.Cc /Jenis-Kambing.Html. .
Faozi A N, Priyono A, & Yuwono P. (2013). Ukuran vital cempe pra sapih dan
hubungannya dengan bobot tubuh berdasarkan tipe kelahiran pada kambing
Peranakan Etawah. J. Ilmiah Peternakan 1 (1), 184–194.
Febrianto Christi, R., Budimulyati Salman, L., & Suharwanto, D. (2019).
Karakteristik Ukuran Tubuh Kambing Peranakan Ettawa Pada Periode Dara
dan Laktasi 1 Di Kelompok P4S Agribisnis Assalam Indihiang Kabupaten
Tasikmalaya (Body Size Characteristics of Ettawa Breed Goat in Doe Kid
and First Lactation Period in the P4S Agribusiness Group Assalam Indihiang
Tasikmalaya Regency). In Jurnal Sains Peternakan (Vol. 7, Issue 2).
Febrianto Christi, R., Budimulyati Salman, L., & Suharwanto, D. (2019).
Karakteristik Ukuran Tubuh Kambing Peranakan Ettawa Pada Periode Dara
dan Laktasi 1 Di Kelompok P4S Agribisnis Assalam Indihiang Kabupaten
Tasikmalaya (Body Size Characteristics of Ettawa Breed Goat in Doe Kid
and First Lactation Period in the P4S Agribusiness Group Assalam Indihiang
Tasikmalaya Regency). In Jurnal Sains Peternakan (Vol. 7, Issue 2).
Freddy Rangkuti. (2017). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis
(Cetakan ke-23). PT Gramedia Pustaka Utama.
Maria, Imelda. T., Veronika Y. Beyleto, & Margaretha Nurwati. (2015).
Penampilan Produksi Ternak Kambing Kacang Jantan dari Berbagai
Kelompok Umur di Kecamatan Insana Utara Kabupataen Timor Tengah
Utara. Ournal of Animal Science 1 (1) , 9–11.
Mendes Pontes, A. Rossano. (2015). The forests of Maraca, Northern brazilian
Amazonia : their structure, phenology, fruit assessment and an illustrative
guide to their fruit. 93–97.
Mulyono, & Sarwono. (2008). Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar
Swadaya.

14
Nafiu, L. O., Pagala, M. A., & Mogiye, S. L. (2020). Karakteristik Produksi
Kambing Peranakan Etawa Dan Kambing Kacang Pada Sistem Pemeliharaan
Berbeda Di Kecamatan Toari, Kabupaten Kolaka. Jurnal Ilmu Produksi Dan
Teknologi Hasil Peternakan, 8(2), 91–96.
https://doi.org/10.29244/jipthp.8.2.91-96
Nafiu, L. O., Pagala, M. A., & Mogiye, S. L. (2020). Karakteristik Produksi
Kambing Peranakan Etawa Dan Kambing Kacang Pada Sistem Pemeliharaan
Berbeda Di Kecamatan Toari, Kabupaten Kolaka. Jurnal Ilmu Produksi Dan
Teknologi Hasil Peternakan, 8(2), 91–96.
https://doi.org/10.29244/jipthp.8.2.91-96
Penulis, T., Ariyanto, A., Bangun, R., Rifqi, M., Indillah, M., Ferlina, A.,
Trenggana, M., Sholihah, R., Ariyanti, M., Widiati, E., Irawan, P., Ratih, S.
D., Suryanti Ismail, R., Putra, S., Mulia Utama, A., Syahputra, J., &
Budiman, B. (2023). MANAJEMEN PEMASARAN. www.freepik.com
Rahim. Abd., & Hastuti. DRW. (2007). Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya.
Ridha, T. (2013). KERAGAMAN GEN IGF-1 PADA POPULASI KAMBING
KACANG.
Saifuddin, I. A. (2003). Pertumbuhan pra sapih anak kambing pada zona
Ketinggian yang berbeda di kabupaten Kulon Progo daerah Istimewa
Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
Singarimbun, & Sofian Effendi. (1991). Metode Penelitian Survei. LP3ES.
Stepanus, P. (2008). Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. .
Jurnal Ilmu Peternakan. Vol. 3 (2) , 51–57.
Sudrajat, A., Suparta Budisatria, I. G., Bintara, S., Vury Rahayu, E. R., Hidayat,
N., & Chsristi, R. F. (2021). Produktivitas Induk Kambing Peranakan Etawah
(PE) di Taman Ternak Kaligesing. Jurnal Ilmu Ternak Universitas
Padjadjaran, 21(1), 27. https://doi.org/10.24198/jit.v21i1.33390
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alphabet.
Surya Amri Siregar. (2009). Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong.
Universitas Sumatera Utara.
Suryanto, B., Budirahardjo, K., & Habib, H. (2007). ANALISIS KOMPARASI
PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWAH (PE)
DI DESA SAMBONGREJO KECAMATAN SAMBONG KABUPATEN BLORA
(The Comparative Analysis of Ettawah Crossbreed Goats Farming Income at
Sambongrejo Village, Sambong District, in Blora Regency).
Viyunnur Rachmawati, A., Chulaila, & Gede Suparta Budisatria, R. I. (2012).
PRODUKSI DAN EVALUASI KUALITAS SUSU BUBUK ASAL
KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE) [Production and Quality

15
Evaluation of Ettawa-Crossbred Goat Milk Powder]. J. Teknol. Dan Industri
Pangan, XXIII(2). https://doi.org/10.6066/jtip.2012.23.2.132
Widodo V, Afin R, & I. G. S. Budisatria. (2012). Produksi dan evaluasi kualitas
susu bubuk asal kambing Peranakan Etawa (PE). J. Teknol. Dan Industri
Pangan. 23(2), 132–139.

16

Anda mungkin juga menyukai