OLEH :
AKMAL WIGUNA
20311043
i
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH :
AKMAL WIGUNA
20311043
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................. ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG ....................................... v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.5 Kerangka Berfikir ...................................................................................... 4
1.6 Hipotesis .................................................................................................. 5
iii
3.6.4 Penampungan Semen ......................... ................................................ 19
3.6.5 Pengamatan Makroskopis .......................................... ....................... 20
3.6.6 Pengencer Semen .......................................... .................................... 21
3.6.7 Motilitas Massa Spermatozoa ............................... ............................ 21
3.6.8 Motilitas Individu ............................................. ................................. 22
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Bull Sapi Bali ................................................................................. 7
Gambar 2.2 Morfologi Spermatozoa Sapi Bali ................................................. 8
Gambar 2.6 Balai Inseminasi Buatan NTB ........................................................ 14
Gambar 3.1 Kerangka Operasional ..................................................................... 23
iv
DAFTAR ISTILAH DAN LAMBANG
°C : Derajat Celcius
± : Kurang lebih
% : Persen
IB : Inseminasi Buatan
Kg : Kilogram
Km : Kilometer
MS : Motilitas Spermatozoa
pH : Power Of Hydrogen
SP : Spermatozoa Progresif
v
BAB I PENDAHULUAN
Sapi Bali merupakan salah satu ras sapi lokal yang memiliki potensi ekonomi
semen sapi untuk kebutuhan peternak di daerah tersebut. Kualitas dan produksi
semen sapi Bali sangat penting untuk memastikan kelangsungan dan peningkatan
penurunan apabila tidak ditangani dengan baik. Salah satu metode yang
semen dan mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh spermatozoa untuk bisa
bertahan hidup (Garner dan Hafez, 2000). Spermatozoa tidak dapat hidup untuk
1
waktu yang lama kecuali jika ditambahkan berbagai unsur ke dalam semen
kritis karena semen segar adalah barang rapuh dan tidak dapat tahan lama (Yusuf
dkk., 2006), maka dari itu diperlukan bahan pengencer yang mampu
mempertahankan motilitas dan daya tahan hidup spermatozoa yang lebih lama,
mudah diperoleh, cepat, dan murah. Syarat setiap bahan pengencer adalah harus
dari kejutan dingin (cold shock) baik untuk semen beku maupun semen segar
dan harus mempunyai sifat-sifat seperti plasma semen. Salah satu pengencer
yang dapat digunakan yaitu skim milk . Skim milk adalah bagian yang tertinggal
setelah susu diambil krimnya. Skim milk yang digunakan pengencer dengan
harga yang murah, kadar lemak yang rendah dan memudahkan pemeriksaan
Susu skim dapat menjadi zat nutrisi tambahan untuk spermatozoa jika
ditambahkan ke dalam pengencer semen. Hal ini karena susu skim mengandung
protein dan sumber energi yang dapat digunakan untuk mempertahankan daya
2
hidup spermatozoa selama penyimpanan. Penggunaan air susu sebagai pengencer
Pemberian pengencer susu skim hingga 15% mampu menekan laju penurunan
spermatozoa sapi bali selama dua hari (Widjaya, 2011). Sementara itu, menurut
pengencer skim milk terhadap motilitas spermatozoa sapi Bali di Balai Inseminasi
Buatan Banyumulek Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini akan mencoba
sapi bali.
3
1.5 Kerangka Berfikir
Spermatozoa berasal dari Bahasa Yunani Kuno yang berarti benih dan
makhluk hidup yang merupakan sel dari sistem reproduksi jantan. Peran aktif
individu baru oleh karena itu di dalam reproduksi sering diperlukan adanya
pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel,
seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan
epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis (Munarto dkk., 2016).
dapat terjaga hingga proses IB pada ternak betina, oleh karena itu dibutuhkan
pengencer semen (Susilawati, 2011). Salah satu pengencer yang dapat digunakan
yaitu tris kuning telur. Pengencer tris kuning telur mengandung beberapa
Salah satu pengencer yang dapat digunakan yaitu skim milk . Skim milk
adalah bagian yang tertinggal setelah susu diambil krimnya. Skim milk yang
4
digunakan pengencer dengan harga yang murah, kadar lemak yang rendah dan
2011). Penggunaan skim milk sebagai pengencer semen telah banyak dilaporkan
hingga 15% mampu menekan laju penurunan spermatozoa sapi bali selama dua
hari (Widjaya, 2011). Sementara itu, menurut Fu et al. (2017) suplementasi susu
skim layak digunakan sebagai pengganti bovine serum albumin (BSA) dalam
1.6 Hipotesis
bali.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Sapi Bali (Bos sondaicus) adalah salah satu bangsa sapi asli dan murni
Indonesia, yang merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng) dan telah
mengalami proses domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM, sapi Bali asli
mempunyai bentuk dan karakteristik sama dengan banteng. Sapi Bali dikenal juga
dengan nama Bibos javanicus, meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan
masih termasuk genus bos (Bamualim dan Wirdahayati, 2003). Warna bulu
mereka sangat khas, berwarna coklat kemerahan, kecuali area putih yang terlihat
jelas di bagian belakang yang memanjang di samping perut, dan juga kaus kaki
putih yang membentang dari atas lutut pada sapi jantan, tetapi tidak pada sapi
betina, rambut merah yang menutupi rambut mulai menggelap pada usia 12-18
bulan dan pada saat dewasa hampir menjadi hitam (Talib et al. 2002). Sapi bali
merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari
Pejantan inseminasi buatan adalah ternak unggul yang memenuhi syarat teknis,
reproduktif maupun kesehatan, telah lulus dari uji performans dan uji zuriat, untuk
6
Gambar 2.1 Bull Sapi Bali (BIB Provinsi NTB, 2023)
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
7
Famili : Bovidae
Group : Taurinae
Sel sperma adalah sel yang unik dengan dua bagian utama yaitu kepala
dan ekor yang berperan penting dalam proses pembuahan. Ekor sperma berfungsi
untuk pergerakan sperma sedangkan kepala berfungsi pada reaksi akrosom dan
fusi membran (Garner dan Hafez, 2000). Ukuran dan bentuk spermatozoa pada
berbagai jenis hewan berbeda, namun tetap memiliki struktur morfologi yang
sama. Sel sperma dihasilkan di dalam tubulus seminiferus testis, oleh sel yang
8
Secara umum, spematozoa terdiri dari 3 bagian yaitu kepala, leher dan ekor.
Bagian kepala terdiri dari inti dan akrosom. Akrosom dilindungi oleh sebuah
lapisan tipis dan transparan yang disebut galea capitis. Lapisan ini berperan
oosit. Proses fertilisasi tercapai bila spermatozoa dapat menembus tiga lapisan sel
telur. Tiga lapisan itu yakni kumulus oophorus, korona radiata, dan zona pelusida
Sapi jantan normal menghasilkan 12 – 17 juta spermatozoa per gram testis per
harinya. Hal itu disebabkan karena waktu spermatogenesis yang relatif singkat
spermatozoa mempunyai korelasi yang erat dengan berat dan ukuran testis
(Feradis, 2010).
Sapi jantan dalam satu kali ejakulasi mengandung semen dengan volume 6 – 10
9
2.3 Pengencer Susu Skim
lemak. Susu skim mengandung semua kandungan yang dimiliki susu pada
umumnya kecuali lemak dan vitamin yang larut dalam lemak. Kandungan lemak
pada susu skim kurang lebih hanya sebanyak 1%. Pengencer susu mengandung
pembekuan. Susu skim lebih disukai karena mempunyai sedikit butir-butir lemak
Susu skim dibuat dengan cara memasak susu murni. Setelah mendidih, bagian
atas yang berbentuk krim diambil dengan teknik penyendokan (skimming). Susu
yang tersisa disebut dengan susu skim sedangkan proses pembuatnnya disebut
skimming (Saleh, 2004). Pemanasan susu di atas 80°C akan melepaskan gugus
sulfhydril (-SH) sebagai zat reduktif yang dapat menetralisasi pengaruh toksik
serta dapat menjaga pH dan tekanan osmotik bagi spermatozoa (Suharyati dan
Hartono 2011) dan harus mempunyai sifat-sifat seperti plasma semen. Salah satu
10
2.4 Motilitas Spermatozoa Sapi
mitokondria pada bagian tengah ekor spermatozoa yang berperan sebagai tempat
karena kecepatan ini berhubungan dengan waktu bertemunya sel telur dari induk
11
2.5 Fisiologi Semen Sapi
Semen adalah cairan suspensi seluler hasil sekresi kelenjar assesoris pada
parameter yang terdiri dari pengamatan volume, warna konsistensi, dan pH,
(Moradpour, 2019).
Volume semen merupakan banyaknya semen yang dihasilkan pada satu kali
untuk menduga kosentrasi spermatozoa yang berada di dalam semen secara cepat.
Warna pada semen diamati secara visual setelah penampungan, semen yang baik
adalah semen yang bewarna putih susu (Aisah dkk., 2017) dan krem (Sunarti dkk.,
2016). Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter kualitas yang
perubahan warna pada kertas tersebut. pH normal semen adalah 6.4-7.8 (Garner
Kualitas semen sapi pejantan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
12
segar atau semen beku ke dalam saluran kelamin sapi betina menggunakan alat
yang dibuat oleh manusia. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki mutu genetik
Produksi dan kualitas semen yang dihasilkan dari pejantan unggul mempunyai
digunakan dari pejantan yang memiliki produksi dan kualitas semen yang baik.
Pejantan unggul yang baik mempunyai produksi dan kualitas semen yang bagus
dengan bobot badan yang tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi
Peternakan dan Kesehatan Hewan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang
berdiri pada tahun 1967. Pada awalnya 13ernama Balai Pembibitan Ternak (BPT)
Banyumulek. Barulah pada tahun 2009 BLPKH dirubah menjadi Balai Inseminasi
Buatan (BIB). Balai Inseminasi Buatan Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak 10
km dari kota Mataram dan berada pada jalan pariwisata Desa Lelede Kecamatan
kediri Kabupate Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat . Dasar hukum:
Peraturan Daerah Prov. NTB nomor 13 Tahun 2001 : Balai laboratorium Produksi
13
dan Kesehatan (BLPKH) dan peraturan Gubernur NTB Nomor 23 Tahun 2008 :
Kandang jepit, instalasi kompor dan biogas, lahuan HPT, peralatan pertanian,
kedaraan roda empat, kendaraan roda dua, daan fasilitas pengambilan semen dan
Jumlah Bull sapi yang ada di Balai Inseminasi Buatan Provinsi Nusa Tenggara
Barat adalah 17 ekor yang terdiri dari : Empat Bull sapi Bali (4 SNI, dan 2
persiapan SNI), enam Bull sapi Brangus (1 SNI, 3 persiapan SNI), empat Bull
14
BAB III METODE PENELITIAN
random untuk semua unit percobaan. Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu
waktu 24, 48, 72, dan 96 jam, serta jumlah ulangan pada masing-masing
(𝓉 − 1)(𝓃 − 1) ≥ 15
Keterangan :
𝓉 = Perlakuan
𝓃 = Ulangan
15
(𝓉 − 1)(𝓃 − 1) ≥ 15
(4 − 1)(𝓃 − 1) ≥ 15
(3𝓃 − 1) ≥ 15
3𝓃 − 3 ≥ 15
3𝓃 ≥ 15 + 3
18
𝓃≥
3
𝓃 ≥6
Sehingga, pada penelitian ini dilakukan empat perlakuan dengan enam kali
ulangan.
Populasi penelitian ini adalah sapi Bali dengan sampel penelitian 4 ekor sapi
Bali dengan jenis kelamin jantan dengan umur 4 tahun dan berat badan rata-rata ±
400 kg.
1. Variabel Bebas
a. Pengencer skim milk dan semen dengan variasi waktu simpan 24, 48, 72,
dan 96 jam.
16
2. Variabel Terikata
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu semen segar sapi bali.
Penelitian ini dilakukan di kandang bull sapi bali dan Laboratorium Balai
Inseminasi Buatan Provinsi Nusa Tenggara Barat selama ...... hari yang
berlangsung pada ..... tanggal ... bulan .... sampai .... tanggal ... bulan ... 2023.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kertas saring, timbangan
analitik, batang pengaduk, spatula, tabung reaksi, rak tabung reaksi, object glass
dan deck glass, erlenmeyer, pipet tetes, pipet steril, refrigerator, cool box, bunsen,
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi bali, skim milk,
17
3.6 Prosedur Penelitian
Persiapan awal yang dilakukan adalah menyiapkan sapi bali yang akan di
semennya, dengan pemberian pakan kosentrat sebanyak 1% dari berat badan dan
(kaheaeruddin dkk, 2020) dengan sedikit modifikasi susu skim 10g, fruktosa 1g,
penicilin 1g, streptomisin 1g, dan riger laktat (1,99g) ke dalam tabung erlenmeyer,
homogen, kemudian ditambahakan susu skim (10 ml) pada masing-masing larutan
Proses persiapan vagina buatan dimulai dari pemasangan selongsong karet tipis
ke dalam tabung luar kemudian ujung selongsong karet tipis ditarik ke kiri dan ke
kanan lalu dipasang pada bibir tabung luar. Kedua 17 ujung selongsong karet tipis
kemudian dieratkan pada tabung luar menggunakan karet gelang, setelah itu
18
pasang corong dari karet tipis disalah satu ujung dari tabung dan dieratkan dengan
karet gelang, Tabung penampung dipasang di ujung corong karet tersebut dan
dimasukkan melalui lubang yang ada hingga penuh, setelah itu diisi udara dengan
cara ditiup melalui lubang udara yang ada hingga vagina buatan keras dan rapat
lalu oleskan ky jelly sebagai pelicin ± ¾ bagian tabung dan vagina buatan siap
digunakan.
Sapi bali jantan yang akan ditampung semennya perlu dimandikan terlebih
dahulu agar ternak jantan menjadi lebih segar. Penampungan semen dilakukan
dengan cara sapi betina pemancing dimasukkan ke dalam kandang jepit. Kurang
lebih satu jam sebelum ditampung semennya sapi bali jantan didekatkan ke betina
kuantitas semen yang dihasilkan bisa maksimal. Jika sapi bali pertama kali naik,
tidak masuk ke vagina betina pemancing dan akhirnya sapi bali akan turun dengan
dilakukan dengan cara mengarahkan vagina buatan ke penis sapi simental hingga
penis sapi bali masuk ke dalam vagina buatan dan mengeluarkan semen ke dalam
19
3.6.5 Pengamatan Makroskopis
1. Volume semen
Volume semen yang tertampung dapat dievaluasi secara langsung pada tabung
penampung yang berskala. Volume semen dianggap normal jika volume semen
2. Warna Semen
putih susu.
3. pH Semen
pH semen yang dihasilkan memiliki kisaran antara 6,2- 7,2 yaitu menunjukkan
warna hijau dan jika pH asam maka kerta indikator akan berwarna kuning atau
merah sedangkan jika pHnya basa maka kertas pH akan berwarna biru atau ungu.
4. Bau Semen
Bau semen dievaluasi dengan cara mencium bau semen pada tabung
20
5. Kosentrasi
reaksi, yang mana setiap tabung reaksi berisi campuran pengencer skim milk dan
semen segar dengan masing-masing perlakuan yaitu 0,3 mL pengencer dan 0,075
mL semen segar yang disimpan dalam refrigerator dengan variasi waktu 24, 48,
tetes semen diatas object glass tanpa ditutup cover glass dan diamati dengan
a. (+++) jika spermatozoa tersebut kelihatan seperti kumpulan awan gelap yang
21
c. (+) jika yang terlihat hanya pergerakan individu saja dan tidak ada kumpulan
spermatozoa.
semen diatas object glass dan ditutup cover glass serta diamati dengan perbesaran
400x. Penilaian motilitas individu ini dilihat dari spermatozoa yang bergerak
bergerak dan dinyatakan dalam persen (%) mulai dari 0% sampai 100%
Data dari penelitian ini dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA)
dengan menggunakan Softwer Statistical Packge For The Social Sciences (SPSS.
20), jika terdapat pengaruh yang nyata antar perlakuan maka akan dilanjutkan
22
3.8 Kerangka Oprasional
Penampungan
Collecting Semen
Evaluasi Semen
Makroskopis :
1. Volume Mikroskopis:
2. Warna
1. Motilitas Massa
3. Bau
2. Motilitas Individu
4. PH
5. Konsentrasi
Hasil
Analisis Data
23
DAFTAR PUSTAKA
Aisah, S., Isnaini, N., dan Wahyuningsih, S. (2017). Kualitas Semen Segar dan
Recovery Rate Sapi Bali pada Musim yang berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan, 27(1), 63-79.
Azzahra, F. Y., Setiatin, E. T., dan Samsudewa, D. (2016). Evaluasi Motilitas dan
Persentase Hidup Semen Segar Sapi PO Kebumen Pejantan Muda. Jurnal Sains
Peternakan Indonesia, 11(2), 99-107.
Feradis. (2010). Bioteknologi reproduksi pada ternak. Bandung: Alfabeta
Fu J, Li Y, Wang L, Zhen L, Yang Q, Li P, Li X. 2017. Bovine serum albumin and skim-
milk improve boar sperm motility by enhancing energy metabolism and protein
modifications during liquid storage at 17 o C. Theriogenology 102:87- 97.
Garner, D. L., dan Hafez, E. S. (2000). Spermatozoa and Seminal Plasma, Reproduction
in Farm Animal. Philadelphia: Lea and Febiger.
Garner, D.L. and E.S.E. Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In:
Reproduction in Farm Animal. 7th ed. Lea and Febringer. Philadelphia. 97 –
109.
Hafez, E. S. (2000). Semen Evaluation in Reproduction in Farm Animal 7th Edition.
Philadelphia: Lea and Febiger.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Hardijanto, Susilowati, S., Hernawati, T., Sardjito, T., Suprayogi, T.W. 2010. Buku Ajar
Inseminasi Buatan. Surabaya. Airlangga University Press, Hal: 20-24.
Hardijanto., S. Susilowati., T. Hernawati., T. Sardjito dan T.W. Suprayogi. 2010. Buku
Ajar Inseminasi Buatan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Surabaya. 39-53.
Khairi, F. (2016). Evaluasi Produksi dan Kualitas Semen Sapi Simmental Terhadap
Tingkat Bobot Badan Berbeda. Jurnal Peternakan, 13(2), 54-58.
Manehat, F. X., Dethan, A. A., dan Tahuk, P. K. (2021). Moti litas, Viabilitas,
Abnormalitas Spermatozoa dan ph Semen Sapi Bali dalam Pengencer Sari
Mardiyah, E. (2001). Teknik Pengenceran pada Pembuatan Chilling Semen Sapi.
Makalah Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, 1(1), 1-
6.
24
Moradpour, F. (2019). A Review on Animals Semen Characteristic: Fertility,
Reproduction, and Development. Asian Journal of Advances in Agricultural
Research, 10(2), 1-9.
Munarto, R., Permata, E., dan Orlando, G. (2016). Identifikasi Sperma Sapi Normal dan
Abnormal Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Algoritma Backpropagation.
Jurnal Ilmiah Setrum, 5(1), 1-10.
Novita, R., Karyono, T., dan Rasminah. (2019). Kualitas Semen Sapi Brahman pada
Persentase Tris Kuning Telur yang Berbeda. Jurnal Sains Peternakan Indonesia,
14(4), 351-358.
Poernomo, B., M. Mafruchati., Widjiati., E.M. Luqman., E.D. Masithah dan A.T. Mukti.
2005. Penuntun Embriologi. Pustaka Melati. Surabaya. 35-38.
Solihati, N., dan Kune, P. (2009). Pengaruh Jenis Pengencer Terhadap Motilitas dan Daya
Tahan Hidup Spermatozoa Semen Sapi Simental. Jurnal Fakultas Peternakan
Universitas Padjajaran, 1(1), 1-6.
Suharyati, S. dan M. Hartono. 2011. Preservasi dan Kriopreservasi Semen Sapi Limousin
dalam Berbagai Bahan Pengencer. Jurnal
Sunarti, S., Saili, T., dan Nafiu, L. O. (2016). Karakteristik Spermatozoa Sapi Bali setelah
Sexing Menggunakan Metode Kolom Albumin dengan Lama Waktu Sexing
yang Berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan, 3(1), 65-76
Susilawati, T. (2011). Spermatology. Malang: Universitas Brawijaya Press
Susilowati, S., Hardijanto, T. W., Suprayogi, T., Sarjito, dan Hermawati, T. (2010).
Petunjuk Pratikum Inseminasi Buatan. Surabaya: Airlangga University Press
Talib, C., Siregar, A., Budiarti, S., & Dwiyanto, K. (2002). Implementation Of A Breeding
Program For Bali Cattle. Technical Issues At National And Regional Levels. In
'Strategies To Improve Bali Cattle In Eastern Indonesia', ed. by K. Entwistle
and D.R. Lindsay. Aciar Proceedings No. 110: 82-85.
Toelihere, M. R. (1993). Inseminasi buatan pada ternak. Bandung: Angkasa
Widjaya N. 2011. Pengaruh pemberian susu skim dengan pengencer tris kuning telur
terhadap daya tahan hidup spermatozoa sapi pada suhu penyimpanan 5 o C.
Sains Peternakan 9(2):72-76.
Williamson, G., Payne, W., Jagra, I. B., & Darmaja, S. J. (1993). Pengantar Peternakan Di
Daerah Tropis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
25
Zulyazaini, Dasrul, Wahyuni, S., Akmal, M., dan Abdullah, M. A. (2016). Karakteristik
Semen dan Komposisi Kimia Plasma Seminaslis Sapi Aceh yang Dipelihara di
BIBD Saree Aceh Besar. Jurnal Agripet, 16(2), 121- 130
26