NIK : 231501861103101
NIDN 0003118606
Instansi
: Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
CRIANPEND,
ENDIDKAN Penulis,
s1Mengetahui,
ekanFakultas Pertanian
esitns Eampung a
Dr. Ir. Riyanti, M.P.
pf. Dfr Irwan SukrýBanuwa, M.Si. NIP. 196502031993032001
NIPTAY6N0201986031002
Menyetujui,
dan Penjaminan Mutu
Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran
Universitas Lampung
M.T.
Prof. Dr. Ahmad Saudi Samosir, S.T.,
a NIP. 197104151998031005
Penulis:
Dr. Ir. Riyanti, M.P.
Ir. Khaira Nova, M.P.
drh. Muhammad Mirandy Pratama Sirat, M.Sc.
ISBN: 978-623-6569-39-9
Penerbit
PUSAKA MEDIA
Anggota IKAPI
No. 008/LPU/2020
Alamat
Jl. Endro Suratmin, Pandawa Raya. No. 100
Korpri Jaya Sukarame Bandarlampung
082282148711
email : cspusakamedia@yahoo.com
Website : www.pusakamedia.com
Tim Penulis
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
V. KALKUN ................................................................................................ 81
5.1. Manfaat Kalkun ......................................................................... 81
5.2. Jenis Kalkun................................................................................. 82
5.3. Perkandangan ............................................................................. 84
5.4. Manajemen Pemeliharaan Kalkun ......................................... 88
5.5. Manajemen Pembibitan ........................................................... 91
5.6. Manajemen Ransum ................................................................. 94
5.7. Pengendalian Penyakit ............................................................ 96
5.8. Pascaproduksi ............................................................................ 98
5.9. Ringkasan .................................................................................... 99
5.10. Latihan ........................................................................................ 101
Daftar Pustaka ...................................................................................... 102
1.1. Itik
Keberhasilan itik lokal yang mampu beradaptasi baik dengan
lingkungan membuat ternak tersebut dapat hidup dan berkembang
biak di mana saja. Hal ini pula yang menyebabkan tingginya populasi
itik di Indonesia. Berdasarkan postur tubuh, maka itik lokal
tergolong dalam bangsa Indian Runner yang tercatat sebagai itik
petelur yang baik. Kendala yang dihadapi saat ini adalah keragaman
dalam produktivitas itik lokal sangat tinggi karena itik-itik yang
memiliki kemampuan berproduksi tinggi dengan yang rendah di
tangan peternak mendapat kesempatan yang sama untuk
berkembang biak. Produktivitas yang rendah menyebabkan biaya
produksi telur menjadi tinggi, apalagi jika sistem pemeliharaan
intensif, selain itu dua per tiga dari modal untuk pembelian itik siap
bertelur harus dikembalikan dari hasil penjualan telur karena harga
itik afkir hanya sepertiga dari harga itik siap bertelur.
Kendala lain dari itik adalah daging itik pada umumnya kurang
diminati karena apabila dibandingkan dengan ayam, rasa dan baunya
lebih anyir dan apek, lebih alot walaupun masih muda dan warnanya
lebih merah. Kelemahan daging itik ini diperparah dengan cara
pemrosesan itik hidup menjadi karkas. Umur pemotongan tua dan
cara pemrosesan yang tidak memperdulikan kualitas dan sanitasi
akan menghasilkan daging yang tidak saja alot tetapi lebih anyir dan
1.2. Puyuh
Saat ini sumber protein hewani asal puyuh (Coturnix coturnix
japonica) sudah cukup populer di masyarakat. Selain daging dan
telurnya memang cukup enak rasanya, ada beberapa potensi puyuh
yang menyebabkan populasi puyuh dapat berkembang dengan
cepat. Puyuh mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai salah
satu sumber protein hewani karena produksi telurnya tinggi,
pertumbuhannya cepat, interval generasinya singkat dan bobot telur
per bobot badannya dua kali lebih besar dari ayam.
Berbagai kendala harus diatasi untuk mendapatkan produksi
yang baik sehingga pengelolaan yang baik melalui penerapan
teknologi peternakan merupakan salah satu cara yang tepat. Aplikasi
teknologi tersebut dilakukan melalui tatalaksana, pembibitan, dan
pemberian ransum. Tata laksana peternakan puyuh adalah upaya
untuk mengefisienkan sarana produksi untuk mencapai hasil usaha
yang optimal. Pembibitan puyuh dilakukan agar dihindarkan
perkawinan silang dalam (inbreeding). Inbreeding dapat menurunkan
produksi telur, meningkatkan mortalitas anak, menurunkan daya
tetas dan menurunkan viabilitas puyuh dewasa. Pemberian ransum
yang sesuai dengan kebutuhan pada fase pertumbuhan sangat
dianjurkan sehingga akan dihasilkan puyuh yang tahan penyakit dan
penampilan produksi yang baik.
1.4. Kalkun
Kalkun pada masa dahulu dipelihara dalam jumlah kecil di
peternakan rakyat, tetapi sekarang produksi kalkun secara komersial
telah dilakukan di banyak negara. Peternak yang usahanya bersifat
khusus memelihara kalkun yaitu untuk keperluan perayaan atau
pesta Thanksgiving dan pesta Natal, namun pada tahun-tahun
terakhir kalkun telah meningkat peranannya dalam mengisi pasaran
daging unggas.
Peningkatan tingkat pendidikan dan tingkat kesadaran akan
gizi maka saat ini kalkun mulai diperhatikan sebagai menu
pendamping daging ayam dan daging sapi. Keistimewaan daging
kalkun yaitu kadar protein daging kalkun lebih tinggi dari pada
daging sapi, sedangkan kadar lemaknya jauh lebih rendah sehingga
kadar kolesterolnya juga rendah. Kalkun harus dipelihara secara
intensif untuk mendapatkan produk kalkun secara komersial, maka
dalam hal ini integrasi usaha pembibitan, pembesaran dan
pemasaran harus dilakukan karena akan memberi dampak pada
meningkatnya efisiensi.
Tabel 2.3. Kebutuhan ransum dan air minum untuk 100 ekor anak itik.
Umur (hari) Jumlah ransum (kg) Jumlah air minum (liter)
1–7 1,5 3,2
8 – 14 3,1 7,2
15 – 21 4,0 10,4
22 – 28 6,1 13,6
2.8.5. Salmonellosis
Disebabkan oleh Salmonella typhimurium. Itik yang terkena
salmonellosis pernafasannya cepat, mengeluarkan kotoran dari mata
dan lubang hidung serta menderita diare. Bila dilakukan bedah
bangkai terlihat usus berdarah dan pembengkakan pada limpa dan
hati. Penularan penyakit terjadi per os. Bakteri tersebut melalui sisa-
sisa makanan, bak makanan, dan sanitasi yang buruk. Pencegahan
penyakit ini dilakukan sanitasi yang baik. Penyakit ini diobati dengan
furazolidone melalui pakan dengan konsentrasi 0,04%. Selain itu
dapat pula diobati dengan sulfadimidin yang dicampur dengan air
minum.
2.8.6. Botulismus
Nama lain penyakit ini adalah Limberneck. Penyebab
Clostridium botulinum, yang banyak terdapat pada bangkai maupun
tanaman yang telah membusuk. Tanda-tanda penyakit ini berupa
kelumpuhan, terutama pada urat leher. Kadang-kadang diikuti bulu
2.8.8. Cacingan
Serangan cacing terlihat dari keadaan pertumbuhan yang
amat labat, pucat, kadang-kadang diare dengan mengeluarkan darah
maupun sampai mengalami kelumpuhan. Pemberian obat cacing
secara teratur serta sanitasi perkandangan yang baik dapat
dilakukan untuk mengurangi serangan.
2.8.10. Pneumonia
Penyakit ini umumnya menyerang anak itik sampai umur 2
minggu pada saat brooding. Oleh sebab itu penyakit ini sering
disebut brooder pneumonia. Penyebab penyakit adalah jamur
Aspergillus fumigatus yang tersebar pada makanan yang telah
berjamur serta yang tersebar di litter. Penyakit ini disebut juga
aspergilosis.
Tanda-tandanya itik mengalami kongesti paru-paru, kesullitan
bernafas, bahkan kemudian mati. Pengobatan yang efektif belum
ada, namun perlu tindakan preventif seperti litter diganti dan semua
peralatan hendaknya selalu terjaga kebersihannya.
2.9. Pascaproduksi
2.9.1. Itik Pedaging
Itik Pedaging dipasarkan sebagai ternak potong yang menjadi
sumber protein dengan nilai gizi yang tinggi. Sebelum menjadi
bahan pangan yang siap dimasak (ready to cook), itik yang masih di
dalam kandang mengalami proses yang hampir sama dengan proses
yang berlaku pada broiler. Namun terdapat beberapa perbedaan,
yaitu memindahkan itik dari dalam kandang ke trailer, itik tidak
perlu ditangkap satu-satu. Itik adalah unggas yang memiliki naluri
bergerombol (flocking instinct) yang sangat kuat, sehingga kelompok
itik dapat digiring tanpa bercerai-berai.
Itik yang sudah layak potong biasanya berumur 7–8 minggu.
Sebelum dipotong dipuasakan dahulu selama 8–0 jam. Pemuasaan
bertujuan agar saluran pencernaan relatif kosong sehingga pada
saat diproses karkas tidak terkontaminasi oleh isi saluran
pencernaan.
2) Bleeding
Itik dipotong di leher pada bagian pembuluh darah balik (vena
jugularis)» esophagus dan trakhea. Dengan menggunakan pisau
tajam dibuat irisan 1–2 cm pada leher sehingga darah mengucur
keluar. Proses pengeluaran darah sempurna antara 1–2 menit.
3) Scalding
Sebelum dilakukan pencelupan, darah dipastikan telah keluar
dengan sempurna. Pencelupan dengan air panas bertujuan
memudahkan pencabutan bulu. Air panas yang digunakan antara 57–
63°C selama 3 menit. Cara ini akan mengendorkan otot-otot dermal
di sekitar folikel bulu dan melonggarkan bulu.
4) Picking
Pencabutan bulu dapat juga dilakukan dalam keadaan kering
tanpa pencelupan air panas. Cara ini lebih sulit dan besar
kemungkinan kulit itik menjadi sobek. Pencabutan bulu dapat
dilakukan baik secara manual maupun dengan alat atau mesin
pencabut bulu.
5) Eviscerating
Eviscerasi adalah pengeluaran vicera termasuk kelenjar
minyak kepala dan paru-paru. Hati, gizzard dan jantung, setelah
dibersihkan dapat dimasukkan kembali ke dalam karkas.
7) Grading
Grading adalah penggolongan karkas atas dasar faktor
kualitas, terutama konformasi, freshing, lemak yang menutupi (di
bawah kulit), jumlah pin feather, bagian daging yang terbuka
(exposed flesh), jumlah persendian yang mengalami kerusakan
(disjointed bone), bagian karkas yang hilang, dan cacat dalam
pembekuan. Golongan karkas tersebut adalah A untuk yang paling
baik, diikuti B dan C.
2.10. Ringkasan
Usaha peternakan itik di Indonesia umumnya hanya terbatas
dilakukan di daerah tertentu saja. Terkonsentrasinya
pemeliharaan itik di daerah-daerah tersebut terjadi karena
pengaruh pola pemeliharaan secara tradisional. Akan tetapi,
liberalisasi dan giobalisasi berpengaruh terhadap sektor
peternakan. Peningkatan efisiensi, selain peningkatan kualitas
adalah upaya dalam rangka mempertahankan pasar dalam negeri
dan juga meraih pasar global.
Menurut tujuan utama pemeliharaan, itik dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu itik tipe pedaging (Aylesburry, Cayuga, Orpington,
Muskovi, Peking, Rouen), itik petelur (Khaki Campbell, Indian
Runner), itik tipe ornamen (Calls, East India, Mallard, Mandarin,
Wood duck). Di Indonesia sekurangnya terdapat empat jenis itik
yang tergolong bangsa Indian Runner, yaitu itik Tegal, itik
Mojosari, itik Alabio, dan itik Bali.
Atas dasar umur dan jenis kelaminnya, itik dibedakan satu sama
lain dengan sebutan yang berbeda, yaitu duck, drake, drakelet,
drakeling, duckling, dan green duck.
Perkandangan itik sebaiknya dibangun dengan memenuhi
persyaratan kandang, dan menggunakan bahan yang kuat.
Berdasarkan atapnya terdapat kandang tipe shed dan tipe gable,
sedangkan berdasarkan fungsinya terdapat kandang boks,
kandang ren, kandang koloni postal, kandang baterai, dan
kandang itik dengan kolam ikan.
Manajemen pemeliharaan itik pedaging terdiri dari dua fase yaitu
fase starter (0-2 minggu) dan fase finisher (2-8 minggu). Pada fase
awal, itik dipelihara dalam area brooding dan tidak dilakukan
seksing. Keadaan ideal suhu dalam area brooding dapat dilihat
dari penyebaran anak itik yang terjadi. Ransum dapat diberikan
dalam bentuk mash basah, maupun pellet yang ukurannya
disesuaikan dengan umur itik. Kandang fase starter menggunakan
kandang boks, Sedangkan fase finisher menggunakan kandang
Keterangan :
KK = kepadatan kandang
L = luas kandang
200 = konstanta (standar luas untuk setiap ekor puyuh dewasa)
b. Puyuh Petelur
Puyuh petelur umumnya sudah mulai bertelur pada umur 6
minggu. Puyuh biasanya bertelur pada malam hari sehingga
pengambilan telur dapat dilakukan pada pagi hari dan rutin pada
waktu yang sama antara pukul 06.00–07.00 yaitu sebelum puyuh
3.5.2. Pullorum
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.
Gejalanya khas yaitu mengeluarkan kotoran berwarna putih, disertai
dengan nafsu makan menurun, sesak napas, bulu mengerut dan
sayap lemah menggantung. Pencegahan dapat dilakukan dengan
sanitasi dan tatalaksana yang baik, dan bila sudah terjangkit dapat
dilakukan pengobatan dengan furazolidone 0,5 g/liter selama 7 hari.
3.5.4. Coccidiosis
Penyakit ini disebut dengan berak darah yang disebabkan oleh
protozoa jenis Eimeria. Gejala yang khas adalah kotorannya
bercampur darah, nafsu makan turun, nafsu minum meningkat, bulu
tampak kusut. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan sanitasi
yang baik, sedangkan pengobatan dapat dibelikan Baycox atau
amprolium
3.6. Pascaproduksi
Tujuan pemeliharaan puyuh adalah menghasilkan telur. Selain
itu dari pemeliharaan puyuh dapat pula dihasilkan karkas, pupuk
kandang, dan bulu yang dapat dijadikan hiasan. Telur puyuh yang
dihasilkan dalam pelaksanaan panen sebaiknya cepat diambil, karena
semakin lama telur ada di dalam unit kandang maka semakin banyak
mikroorganisme menempel pada kerabang. Berkaitan dengan hal ini
frekuensi pengambilan telur sebaiknya dua-tiga kali sehari untuk
mencegah telur tersebut terinjak dan terkontaminasi bakteri,
selanjutnya telur yang baru dipanen diseleksi terlebih dahulu.Telur
yang kotor, pecah, dan retak dipisahkan dari telur yang baik. Jika ada
yang kotor sebaiknya tidak dicuci, tetapi dibersihkan dengan cara
mengerik kotoran tersebut. Telur-telur yang telah diseleksi tersebut
dapat segera disimpan di dalam wadah khusus telur puyuh (Gambar
3.11.), dengan bagian runcing berada di bawah. Jika meletakkannya
terbalik telur akan mudah pecah, kemudian telur dapat disimpan
pada suhu 23oC dan akan tahan selama 14 hari. Perlakuan yang kasar
serta penyimpanan yang terlalu lama akan menurunkan kualitas
telur.
3.8. Latihan
Berikut adalah soal-soal latihan untuk mengasah kemampuan
pembaca dalam memahami isi pada bagian bab ini. Jawab
pertanyaan dibawah ini secara jelas dan lengkap!
1) Jelaskan ciri khas Coturnix coturnix japonica!
2) Bagaimana syarat kandang puyuh yang baik?
3) Gambarkan jenis kandang puyuh untuk puyuh pembibit!
4) Mengapa puyuh harus ditempatkan dalam unit-unit kandang?
5) Jelaskan manajemen puyuh saat fase brooding!
6) Bagaimana cara melakukan seksing pada puyuh saat fase grower?
7) Mengapa harus dilakukan pemotongan paruh pada puyuh fase
starter?
8) Mengapa harus dilakukan seleksi pada fase grower?
9) Apa yang dimaksud dengan foam ball?
10) Mengapa rasio jantan dan betina penting untuk diperhatikan
dalam menghasilkan fertilitas telur yang tinggi?
11) Bagaimana cara mengetahui efisiensi produksi pada fase layer?
12) Jelaskan cara mencegah penyakit pada puyuh?
13) Sebutkan dua penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan
bagaimana cara penanggulangannya?
14) Bagaimana gejala penyakit coccidiosis dan cara pengendaliannya?
15) Bagaimana prosessing puyuh dilakukan sehingga didapat karkas
yang berkualitas?
4.3. Perkembangbiakan
Angsa dalam keadaan liar bersifat monogami, namun dalam
produksi komersial, seekor angsa pejantan dapat menerima sampai
5 ekor betina. Angsa mulai bertelur pada musim dingin, angsa
memilih tempat yang aman untuk bertelur sampai terkumpul 1
clutch, sekitar 20 butir. Angsa domestik dapat bertahan sebagai
induk sampai umur 3 tahun lebih. Puncak produksi telur umumnya
pada tahun ketiga
Beberapa karakteristik reproduksi angsa diantaranya berat
jantan dewasa 9,1 kg, berat betina dewasa 7,3 kg, umur masak
kelamin 36–40 minggu, produksi telur/tahun 25 35 butir, fertilitas
85–95%, daya tetas 40–60%, berat telur/berat badan 2,9%, berat
telur 215 g. Telur angsa dapat ditetaskan dengan menggunakan
induk alamiah yaitu angsa, itik manila, ayam atau kalkun atau dapat
pula menggunakan inkubator. Berat telur yang akan ditetaskan
sebaiknya antar 140–200 g, tergantung dari bangsa angsa yang
bersangkutan. Jika digunakan induk ayam, jumlah yang dapat
dierami hanya berkisar 4–5 butir saja, sedangkan bila digunakan
induk angsa bisa mencapai 10–15 butir sekali pengeraman.
Pada penetasan menggunakan inkubator, kelembaban yang
dibutuhkan lebih tinggi dibandingkan penetasan telur ayam. Untuk
menjaga agar kelembaban tetap tinggi dapat dilakukan pencelupan
4.4. Pemeliharaan
Apabila tidak dipelihara oleh induknya, anak angsa yang baru
menetas perlu tambahan pemanasan sampai umur sekitar 4 minggu.
Pada iklim sedang anak angsa cukup 10–14 hari mendapatkan panas,
setelah itu dapat dilepas tanpa indukan. Sampai umur 4 minggu
luasan lantai kandang yang dibutuhkan per ekor adalah 0,1l–0,15 m2.
Suhu brooding 31–32°C digunakan pertama kali kemudian berkurang
menjadi 27°C pada minggu kedua, dan 24°C pada minggu ketiga.
Berbagai tipe indukan dapat digunakan selama masa brooding.
Lampu infrared merupakan sumber panas yang tcrbaik, sedangkan
tipe hover hanya membeli panas sekitasr 1/3 dari kapasitas brooding
anak ayam. Kandang brooding dialasi dengan litter setebal 4 inch.
Untuk memelihara litter dalam keadaan baik, maka perlu dibalik, dan
bila terdapat yang basah perlu diambil dan secara periodik
ditambahkan litter yang bersih dan kering. Dalam hal ini litter jangan
sampai mengandung jamur.
Anak angsa harus cukup mendapat air dan makanan selama
masa starter. Tempat minum yang digunakan harus lebih lebar dan
dalam supaya cukup untuk mencelupkan paruh dan kepala Mulai
dengan menggunakan dua tempat minum cup otomatis untuk setiap
100–200 anak angsa, kemudian dilakukan penambahan seiiring
dengan berkembangnya anak angsa. Jika tempat minum trough yang
digunakan maka 8 feet trough dibutuhkan untuk 500 anak angsa
selama 2 minggu pertama.
4.6. Pascaproduksi
Angsa dapat dipasarkan dalam bentuk hidup dan dijual ke unit
prosessing untuk dijadikan karkas. Karkas yang baik didapatkan
dengan memuasakan angsa selama 12 jam sebelum pemotongan
tetapi tetap harus mendapatkan air. Pemotongan angsa dilakukan
dengan cara menggantung kaki pada shackle, kemudian dipotong
pada bagian vena jugularis dan arteri carotid. Angsa dapat dibului
secara basah maupun kering. Pada metode kering, karkas yang
dihasilkan lebih menarik, namun memakan waktu lama dan memakai
4.7. Ringkasan
Angsa mempunyai banyak manfaat diantaranya bulu angsa dapat
digunakan untuk berbagai keperluan seperti pengisi bantal dan
untuk shuttle cock, lemaknya untuk mengkilapkan sepatu boot,
daging dan telurnya untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.
Selain itu angsa dimanfaatkan Sebagai weeder geese dan sebagai
ternak penjaga keamanan.
Penggolongan angsa lebih didasarkan atas ukuran badannya
daripada atas tujuan pemeliharaannya. Bangsa angsa yang
termasuki tipe berat diantaranya : African, Embden, Toulese;
angsa tipe sedang : American Buff, Brecon Buff, Pilgrim,
Pomeranian; angsa tipe ringan : Chinese, Roman; angsa tipe
ornamen : Canada, Egyptian, Sebastopol.
Angsa dalam keadaan liar bersifat monogami, namun dalam
produksi komersial, seekor angsa pejantan dapat menerima
4.8. Latihan
Berikut adalah soal-soal latihan untuk mengasah kemampuan
pembaca dalam memahami isi pada bagian bab ini. Jawab
pertanyaan dibawah ini secara jelas dan lengkap!
1) Jelaskan manfaat angsa bagi kepentingan manusia!
2) Sebutkan bangsa angsa tipe berat, tipe sedang dan tipe ringan!
3) Jelaskan ciri-ciri angsa tipe berat!
4) Sebutkan karakteristik reproduksi angsa!
5) Bagaimana pemeliharaan angsa masa brooding?
6) Bagaimana pemeliharaan angsa di pastura?
7) Sebutkan kebutuhan protein dan energi metabolis untuk angsa
fase starter, grower, dan bibit!
8) Bagaimana cara melakukan processing karkas angsa?
Tabel 5.1 Perbandingan nilai gizi dari beberapa macam daging masak
Macam Daging Protein (%) Lemak (%) Energi (cal/lb)
Kalkun
a. daging putih 34,3 7,5 923
b. daging gelap 30,5 11,6 1.022
Ayam
a. daging putih 31,5 1,3 621
b. daging gelap 25,4 7,3 754
Sapi
a. Round steak
27 13 1.049
b. Rump roast
21 32 1.648
5.3. Perkandangan
Pemeliharaan kalkun secara komersial banyak dilakukan di
dalam kandang litter. Beberapa keuntungan bila dibandingkan
dengan pemeliharan pada umbaran, yaitu l) lebih terlindung dari
ancaman parasit, insekta, pencuri, binatang predator serta dari
ancaman serangan penyakit yang bersumber dari tanah; 2) rendah
biaya pengadaan tanah; 3) pada kandang dengan peralatan otomatis,
maka biaya tenaga kerja akan rendah; 4) lebih mudah dalam
pengontrolan pekerjaan. Kelemahan dari pemeliharaan kalkun di
kandang adalah : 1) tingginya biaya kandang dan peralatan; 2) resiko
5. 7. Pengendalian Penyakit
Pada umumnya faktor pemicu adanya penyakit pada kalkun
adalah pengaruh lingkungan, manajemen yang salah, defisiensi
unsur gizi, maupun dari bibit kalkun itu sendiri. Program
manajemen kesehatan yang terpadu sebaiknya dijalankan untuk
menghindari kerugian yang tidak diharapkan. Program tersebut
adalah:
a. kalkun yang dipelihara bersumber dari kalkun yang sehat yang
telah bebas dari penyakit,
b. umbaran yang digunakan harus dipilih yang benar-benar bersih,
c. menghindari burung dan rodensia yang dapat menyebarkan
infeksi penyakit,
d. mengontrol parasit internal dan eksternal,
e. menyeleksi tamu secara seksama dan hati-hati,
f. mencegah kontaminasi pada air dan ransum, menghindari kondisi
berdebu maupun becek di areal perkandangan,
g. mengikuti program vaksinasi,
h. mengenal lebih dini gejala penyakit yang timbul,
i. menggunakan fasilitas diagnosa laboratorium,
j. mengubur atau membakar bangkai secara cermat,
k. melakukan pembersihan dan pencucian yang maksimal setelah
aikir.
5.8. Pascaproduksi
Pada peternakan kalkun komersial skala besar, kalkun
dipasarkan secara terintegrasi untuk mendapat keuntungan yang
maksimal. Pada usaha peternakan tersebut processing kalkun
pedaging dilakukan secara higienis dan bertahap, meliputi:
a. penggantungan pada steel shackle
b. stunning, menggunakan electric stunner
c. bleeding
d. scalding pada air bersuhu 140°F selama 30 detik
e. picking, menggunakan rubber-fingered machine
f. removing pinfeather
g. evicerating
h. chilling, menggunakan air es bersuhu 35-39°F
i. packaging
5.9. Ringkasan
Kalkun mempunyai peran dalam menyumbang produksi daging
yang lezat dan bergizi serta berkadar lemak rendah. Selain
produksi daging, kalkun dapat menghasilkan telur untuk telur
konsumsi maupun untuk telur tetas.
Terdapat tujuh bmgsa kalkun yang diperkenalkan oleh The
American Poultry Asociation, yaitu : Bronze, White Holand,
5.10. Latihan
Berikut adalah soal-soal latihan untuk mengasah kemampuan
pembaca dalam memahami isi pada bagian bab ini. Jawab
pertanyaan dibawah ini secara jelas dan lengkap!
1) Jelaskan peran kalkun dalam kontribusi terhadap peningkatan
pendapatan peternak!
2) Jelaskan ciri-ciri Broad breasted white dan White beltsville!
3) Faktor apa saja yang harus diperhatikan bila akan membuat
kandang kalkun?
4) Jelaskan sistem perkandangan yang dapat digunakan terutama
pada kandang pembibitan!
5) Jelaskan perbedaan masa brooding kalkun dengan masa brooding
broiler!
6) Apa yang tujuan dilakukan desnooding, debeaking, wing clipping,
dan toe clipping pada pameliharaan kalkun?
DAFTAR PUSTAKA
Ahyodi, F., K. Nova, T. Kurtini. Pengaruh bobot telur terhadap
fertilitas, susut tetas, daya tetas, dan bobot tetas telur kalkun.
J. Ilmiah Peternakan Terpadu, 2(1): 19-25
Anggorodi, H.R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi keempat.
Gadjah Mada University Press. Yogayakarta
Agung, B., S. Gustari, S.A. Prihatno, M.M.P. Sirat. 2014. Studies on
Turkey's (Meleagris gallopavo) Semen Collection Method as an
Animal Model for Collections of Merak Jawa's (Pavo muticus)
Semen in Vivo. Proceeding of the 3 Joint International Meeting.
Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University.
ISBN: 978-602-95733-3-6. 13-15 October 2014. Page 39. Bogor.
Ensminger, M.E. 1992. Poultry Science. Third ed. lnterstate
publishers Inc. Danville. Illinois
Parkhusy, C.R. and G.J. Mountney. 1987. Poultry Meat and Egg
Production. An Avi Book. Van Nostrand Reinhold. New York
Sainbury, D. 1992. Poultr Health and Management Chicken, Ducks,
Turkey, Geese, Qual. Third ed. Blackwel Science Ltd. Australia
2) Merpati Jacobin
Merpati ini tergolong paling tua diternakkan orang. Burung ini
diberi nama Jacobin karena bulu-bulu yang mengitari kepalanya di
bagian belakang dan sisi menggambarkan topi yang dipakai oleh
pendeta-pendeta Jacobin. Warnanya putih, hitam, biru, perak,
merah, dan kuning. Matanya kurang awas dan jarang terbang.
4) Merpati Cropper
English Cropper merupakan salah satu merpati yang tinggi,
karena ukurannya dari kepala sampai kaki mencapai 50 cm. Pada
temboloknya terdapat gambar bulan sabit yang kedua ujungnya
berada di dekat kedua matanya. Temboloknya besar, berdirinya
tegak dengan badan dan pinggang yang langsing dan kaki yang
panjang.
Bangsa merpati lain untuk pameran yang terkenal adalah
Modena dengan variasi warna bulu hingga 150 macam. Florentine
dengan aneka warna pada kepala, sayap, dan ekor, Oriental Frill
yang mempunyai bulu balik di daerah dada dan keseluruhan kakinya
berbulu. Pada kepala terdapat semacam jambul yang melancip ke
arah belakang kepala.
6.8. Ringkasan
Merpati atau burung dara dipelihara untuk tujuan produksi
daging, untuk keperluan pameran, dan untuk merpati pos atau
penampilan. Merpati sebagai sumber daging dikenal dengan
Squab yakni merpati yang berumur 25–30 hari dengan bobot ±
500 g.
Perkawinan merpati mulai berlangsung pada umur 5–8 bulan,
puncak produksi telur terjadi antara umur 12–18 bulan dengan
masa produktif selama 5 atau 6 tahun. Tiap periode bertelur
dihasilkan 2 butir telur dengan lama penetasan telur l7–18 hari
serta bobot tetas sekitar 28 g. Merpati dikenal sebagai pasangan
yang setia dan saling merindukan pasangannya, maka merpati
jantan dan betina bersama-sama membuat sarang, mengerami,
dan mengasuh anak-anaknya.
Pada umumnya kandang merpati terdiri dari dua bagian, satu
ruangan untuk menghirup udara terbuka dan satu ruangan lagi
untuk tempat tidur, bertelur, mengerami, dan membesarkan
anak-anaknya dari kotak sangkar. Anak-anak merpati mendapat
makanan berupa susu tembolok (Pigeon milk) dari induknya.
Ransum merpati berupa butir-butir jagung, kacang hijau,
6.9. Latihan
Berikut adalah soal-soal latihan untuk mengasah kemampuan
pembaca dalam memahami isi pada bagian bab ini. Jawab
pertanyaan dibawah ini secara jelas dan lengkap!
1) Tuliskan bangsa-bangsa merpati yang terkenal sebagai penghasil
daging, untuk pameran, dan untuk merpati pos!
2) Berapa banyak squab yang dapat dihasilkan dari sepasang merpati
yang baik dalam setahun? dan berapa lama masa produktif
merpati tersebut?
3) Jelaskan makanan yang dapat diberikan pada merpati dan
program pemberian ransum yang terbaik!
4) Berapa umur merpati dapat dikawinkan?
5) Berapa lama masa menetas merpati/umur berapa anak merpati
disapih?
6) Apakah yang dimaksud dengan pigeon milk?
7) Jelaskan beda merpati jantan dan betina?
8) Jelaskan penyakit yang biasa menyerang merpati dan cara
mengatasinya!
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Cetakan pertama
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Blakely, J. dan D.H. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Gillespie, J.R. 1989. Modern Livestock and Poultry Science Production.
3rd ed. Delmar publishers inc. USA
Moreng, R.E. and J.S. Avens. Poultry Science and Production. 10th ed.
Reston Publishing. Reston Virginia.
Suseno, A. 1993. Memelihara dan Beternak Burung Merpati. Cetakan
ketiga. Penebar Swadaya. Jakarta